Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRATIKUM KIMIA ORGANIK II

PERCOBAAN 8
“ISOLASI FLAVONOID DARI BAHAN ALAM”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

MARWINA APRIYANTI (A1C119017)

DESRI INDAH RAHMADONA (A1C119041)

ELSERIA AFRIYANTI TOGATOROP (A1C119071)

DOSEN PENGAMPU
Dr.Drs.SYAMSURIZAL, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILIMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
Judul : ISOLASI FLAVONOID DARI BAHAN ALAM

Hari/tanggal : Senin, 27 Oktober 2021

Tujuan : adapun tujuan dari percobaan ini adalah :

1. Untukmengidentifikasi senyawa bahan alam


golonganflavonoid yang terdapat di dalam kulit buah
naga
2. Untuk mengetahui perubahan ekstrak yang terjadi setelah
dilakukan proses isolasi

LANDASAN TEORI :

Pemisahan senyawa flavonoid dilakukan dengan metode kromatografi lapis


tipis (KLT). Dimana KLT merupakan suatu metode pemisahan senyawa yang
berdasarkan pada perbedaan suatu distribusi yaitu distribusi dua fase, fase diam dan
fase gerak. Fase diam yang digunakan ialah plat silika gel yang bersifat polar,
sedangkan eluen yang digunakan sebagai fase gerak bersifat sangat polar karena
mengandung air. Kepolaran fase diam dan fase gerak hampir sama, tetapi masih lebih
polar fase gerak sehingga senyawa flavonoid yang dipisahkan terangkat mengikuti
aliran eluen, karena senyawa flavonoid bersifat polar (Koirewoa, 2013).

Flavanoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon,
dimana dua cincin benzena (C6) terikat pada suatu rantai propana (C3) sehingga
membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Senyawa flavanoid merupakan suatu kelompok
senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawasenyawa ini merupakan
zat warna merah, ungu, dan biru serta sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam
tumbuh-tumbuhan. Isolasi flavonoid akan difokuskan pada ekstrak metanol. Proses
ekstraksi dilakukukan dengan metode maserasi. Senyawa flavonoid pada umumnya
mudah larut dalam air, terutama bentuk glikosidanya. Senyawa tersebut dapat diekstrak
menggunakan pelarut air (Putri, 2019).
Flavonoid merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gu gus
hidroksil yang tidak tersub stitusi. Pelarut polar seperti etanol, metanol, etilasetat, atau
campuran dari pelarut tersebut dapat digunakan untuk mengekstrak flavonoid dari
jaringan tumbuhan. Pengambilan bahan aktif dari suatu tanaman, dapat dilakukan
dengan ekstraksi. Dalam proses ekstraksi ini, bahan aktif akan terlarut oleh zat penyari
yang sesuai sifat kepolarannya (Gafur, 2009).
Data Pengamatan

PROSEDUR FUNGSI ALAT TUJUAN HASIL KEKURANGAN/KELEBIHAN


/BAHAN
1. Yang pertama Oven sebagai Untuk melakukan Kulit buah naga Kelebihan simplisia dikeringkan
yaitu sampel (kulit pengering sampel ekstraksi kulit buah menjadi kering terlebih dahulu sebelum
buah naga) naga dilakukan tahap berikutnya.
dikeringkan
dengan oven suhu
105° C selama 2
jam

2. Sampel dimaserasi Methanol sebagai Simplisia tidak dihaluskan


dengan pelarut pelarut terlebih dahulu serta tidak
metanol 500 ml dilakukan pengayakan pada
maserasi dilakukan simplisia
2x24 jam
3. Hasil maserasi Kertas saring Tujuannya untuk Hasil maserasi di pisahkan
disaring sebagai penyaring memisahkan pelarut antara pelarut dan ekstraksnya
menggunakan ekstraksi dari filtrate dengan menggunaka alat
kertas saring. evapolator
Filtrat hasil
penyaringan
dievaporasi pada
suhu 70° C
4. Ekstrak hasil Alat evaporasi Penggunaan Kelebihannya pada prosedur ini
evaporasi sebagai alat untuk aquades merupakan menggunakan etil asetat dimana
dimasukkan memisahkan senyawa polar dan etil asetat disini akan menarik
kedalam corong pelarut dan filtrate hanya dapat senyawa golongan flavonoid ,
pisah . Tambah 10 Aquades sebagai mengekstrak
ml aquades , 10 ml pelarut senyawa polar
etil asetat. dan etil asetat dengan demikian
sebagai pelarut komponen
untuk menarik flavonoid memiliki
senyawa metabolit kelarutan yang
pada hasil ekstrak rendah dalam air

Etil asetat sebagai


pelarut semi polar
yang dapat menarik
senyawa bersifat
polar dan non polar,
memiliki toksisitas
rendah dan mudah
diuapkan sehingga
digunakan untuk
ekstraksi kulit naga
5. Corong pisah Corong pisah Tujuannya agar Hasil dari ekstraksi
digojod berulang sebagai agar fasa membentuk larutan menghasilkan 2
kali organic dan fasa air 2 fase lapisan (Fase organik
terpisah (lapisan atas) fase air
(lapisan bawah)

6. Lapisan fase Tujuannya adalah Kekurangan pada prosedur ini


organik diuapkan untuk memekatkan seharusnya tidak diuapkan
dalam lemari asam. ekstrak didalam lemari asam yaitu kalau
diuapkan didalam lemari asam
maka penguapannya tidak
efektif dan pendinginan pada
sampel tersebut akan menjadi
lama jika dilakukan di dalam
lemari asam, jadi sebaiknya
pada prosedur ini diuapkan
dengan evaporator atau dengan
penangas air dingin atau
waterbath
7. Ekstrak kering Etanol pa sebagai Untuk melarutkan
yang telah pelarut fase organic
diuapkan ,
kemudian
ditambahkan
etanol pa 5 ml
8. Ekstrak akhir
dibagi kedalam 4
tabung reaksi
setiap tabung
diberi level A,B,C
dan D
Uji Bate Smith dan
metcalf (B) Uji flavonoid menunjukkan
9. Tambahkan HCl Pemanasan terjadi reaksi dan hasil positif dengan adanya
pekat 37% dilakukan karena perubahan warna perubahan warna menjadi
sebanyak 1 ml sebagaian besar (merah tua). merah tua . Flavonoid
pada tabung B. golongan flavonoid merah tua senyawa termasuk dalam golongan
dapat larut dalarn flavonol senyawa fenol yang memiliki
air panas. banyak gugus –OH dengan
Tabung B adanya perbedaan
dipanaskan dalam keelektronegatifan yang tinggi,
penangas hinggal sehingga sifatnya polar.
terjadi reaksi Golongan senyawa ini mudah
terekstrak dalam pelarut etanol
yang memiliki sifat polar karena
adanya gugus hidroksil,
sehingga dapat terbentuk ikatan
hydrogen
Uji wilstater (C) Pemanasan warna merah jingga Flavonoid merupakan senyawa
10. Tambahkan 1 ml dilakukan karena menunjungkn yang mengandung dua cincin
HCl pekat 37 % sebagaian besar senyawa flavon aromatik dengan gugus
tambahkan golongan flavonoid (Merah jingga) hidroksil lebih dari satu.
sepucuk sendok dapat larut dalarn Senyawa fenol dengan gugus
serbuk Mg air panas. Tujuan hidroksil semakin banyak
tambahkan penambahan logam memiliki tingkat kelarutan
beberapa tetes Mg dan HCl adalah semakin besar atau bersifat
aquades dan 1 ml untuk mereduksi polar, sehingga dapat terekstrak
butanol inti benzopiron dalam pelarut-pelarut polar
yang terdapat dalam
struktur flavonoid. Uji flavonoid menggunakan
sehingga terbentuk pereaksi wilstater dilakukan
garam flavilium dengan menambah Mg dan HCl
berwarna merah pekat pada sampel ekstrak kulit
atau jingga. buah naga. Penambahan HCl
pekat digunakan untuk
menghidrolisis flavonoid
menjadi aglikonnya, yaitu
dengan menghidrolisis O-
glikosil. Glikosil akan
tergantikan oleh H+ dari asam
karena sifatnya yang
elektrofilik. Reduksi dengan Mg
dan HCl pekat dapat
menghasilkan senyawa
kompleks yang berwarna merah
atau jingga
Uji klt
11. Prepasi eluen fase
gerak yaitu 4 ml
butanol tambahan
1 ml asam asetat
glasial , dan 5 ml
quades kedalam
corong pisah.
12. Dilakukan untuk mengeluarkan
pengocokan gas pada corong pisah
berkali-kali
sesekali membuka
kran
13. Eluen didiamkan 1 Fase eluen 2 lapis ,
hari. pisahkan lapisan
bawah dan atas ,
lapisan untuk eluen
itu lapisan atas.
Lakukan uji klt Tujuan untuk Setelah itu seharusnya pratik
pada larutan melakukan klt melakukan pada plat klt
tabung D untuk melihat rf disemprot dengan reagen untuk
14. Ditotolkan ekstrak dari noda ekstrak menguji noda tersebut jika
pada plat setelah itu bercak berubah warna maka merah
Kromatografi noda dilihat di sinar jingga jika dilakukan uji
Lapis tipis. uv untuk wilstater maka ekstrak tersebut
Dimasukan klt menandainya. mengandung senyawa flavonoid
yang telah
ditotolkan kedalam
eluen.

Proses elusi pada


eluen dihentikan
ketika eluen
mencapai batas
atas klt.
15. Plat klt
dikeringkan dan
diamati spot klt
yang terbentuk
pada UV.
PEMBAHASAN :

Baiklah, pada vidio kali ini, kita akan membahas tenteng isolasi flavonoid pada
senyawa bahan alam yaitu sampel yang digunakan berdasarkan vidio yang telah kami
amati adalah menggunakan kulit buah naga, dimana pada vidio ini dilakukan isolasi
flvanoid, dimana hal yang pertama kali dilakukan adalah sampel dikeringkan dengan
oven pada suhu 105oc selama 2 jam. Dimana tujuan sampel dikeringkan, supaya
dihasilkan ekstraknya yang banyak dan juga kental, ketika dilakukan pengekstrasian.
Kemudian, setelah itu sampel dimaserasi dengan pelarut metanol 500 ml, dimana
maserasi dilakukan selama 2x24 jam, yang mana pada bagian atas gelas beaker ditutup
agar mempercepat proses maserasi dab supaya tidak terkontaminasi dengan lingkungan
sekitarnya. Dan setelah itu hal yang dilakukan adalah larutan hasil maserasi disaring
menggunakan kertas saring, dan kemudian filtrat hasil penyaringan dilakukan
evaporasi pada suhu 7oo C.

Dan setelah itu, dinyalakan pompa vacum, water bath dan kemudian diseting
kecepatan putaran labu filtrat, dimana penghentian dihentikan ketika seluruh pelarut
teuapkan, dimana ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi cair-cair. Dan setelah itu,
hasil evaporasi tersebut, maka filtrat tersebut dimasukkan ke dalam corong pisah, dan
kemudian ditambahkan 10 ml aquadest, selanjutnya ditambakan 10 ml etil asetat ke
dalam corong pisah. Nah, langkah selanjutnya yang kita lakukan adalah kemudian
digojog berulang kali dengan sesekali kran corong dibuka yang mana tujuannya adalah
untuk mengeluarkan gas yang berada dalam corong pisah. Dimana, hasil dari ekstraksi
menghasilkan 2 lapisan, yang mana lapisan atas adalah merupakan lapisan fasa
organiknya sedangkan lapisan bawah adalah lapisan fase airnya. Dimana, lapisan yang
kita gunakan adalah lapisan pada bagian atas yaitu lapisan fasa organiknya. Kemudian,
lapisan fasa organiknya diuapkan di lemari asam, kemudian setelah ekstrak diuapkan
maka ditambahkan dengan etanol p.a. sebanyak 5 ml. Kemudian ekstrak akhir yaitu
ekstrak yang telah dilarutkan dengan etanol dibagi ke dalam 4 tabung reaksi, dengan
setiap tabung diberi label yaitu label A,B,C, dan D. Dimana, setiap tabung akan
dimasukkan reagen uji yang berbeda untuk mengetahui kandungan flavonoidnya. Yang
mana pada tabung A itu tidak dilakukan uji, kerena tabung A itu adalah tabung yang
berfungsi sebagai blanko. Kemudian, pada tabung B itu dilakukan uji Bate smith dan
metcalt, sedangkan pada tabung C dilakukan uji wilstater, dan pada tabung D dilukukan
uji kromatografi lapis tipis yaitu sebagai berikut:

1. Pada tabung A tidak dilakukan uji, karena pada tabung A merupakan blanko

2. Pada tabung B dilakukan uji yaitu uji bate smith dan metcalt, yang mana langkah
pertama ditambahkan HCl pekat 37 % sebanyak 1 ml ke dalam tabung B, dan
selanjutnya tabung B tersebut dipanaskan dengan penangas hingga terjadi reaksi dan
terjadi perubahan warna pada tabung B dengan tabung A yang mana tabung A
berfungsi sebagai blanko. Adapun perubahan warna yang didapatkan pada tabung B
yaitu menjadi merah tua dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

3. Kemudian pada tabung C dilakukan sebuah uji wilstater, dimana kita masukkan 1
ml HCl pekat 37 % ke dalam tabung reaksi c. Dan setalah itu, ditambahkan sepucuk
sendok serbuk Mg ke dalam tabung C. Dan kemudian amati perubahan yang terjadi
pada tabung c, dan kemudian kita tambahkan beberapa test aquadest ke dalam tabung
c, dan kemudian tambahkan 1 ml butanol ke dalam tabung c dan amati perubahan yang
terjadi, kemudian amati perubahan warna yang terjadi pada tabung c. Dan ternyata
warna yang dihasilkan dari pada tabung C adalah berwanra merah Jingga yang
menunjukkan adanya senyawa Flavon. Dimana, kita dapat melihat gambarnya
berdasarkan vidio tersebut:

4.Pada tabung D dilakukan sebuah uji kromatografi lapis tipis, dimana sebelum
dilakukan uji kromatografi lapis tipis ini, maka terlebih dahulu mempersiapkan eluen
yang berfungsi untuk fase gerak pada KLT. Dimana, yang pertama 4 ml butanol
dimasukkan ke dalam corong pisah, selanjutnya ditambahkan 1 ml asam asetat glasial
ke dalam corong pisah dan ditambahkan 5 ml aquadest ke dalam corong pisah, sehingga
menghasilkan perbadingan 4:1:5 dari eluen B:A:A (Butanol: asam asetat
glasial:aquadest), kemudian setelah itu dilakukan penggojokan berkali- kali dengan
sesekali membuka kran pada corong pisah untuk mengeluarkan gas yang ada pada
corong pisah. Setelah itu. Eluen didiamkan selama 1x24 jam, dimana fase dari eluen
yang terbentuk adalah 2 lapisan yaitu lapisan atas dan lapisan bawah, dan setelah itu
pisahkan lapisan atas dan lapisan bawah, dimana lapisan yang akan digunakan adalah
lapisan atas pada uji KLT ini. Dan kemudian uji KLT dilakukan pada tabung D.
kemudian ditotolkan ekstrak pada kertas kromatografi lapis tipis dengan ukuran 6x2
cm. Dan setelah itu, dimasukkan KLT yang telah ditotol dengan ekstrak ke dalam
eluen, kemudian yang mana pada bagian atasnya ditutup, dan dimana proses elusi
dihentikan ketika eluen mencapai batas atas KLT, dan setelah mencapai batas atas,
maka plat KLT diangkat dan dikeringkan dan setelah itu diamatio spot noda yang
terbentuk dari kertas KLT tersebut.
KESIMPULAN
Isolasi flavonoid dari kulit buah naga dilakukan dengan metode maserasi dengan
metanol 70 % sebagai pelarut. Isolasi flavoniod dari kulit buah naga dilakukan dengan
metode maserasi. Dikarenakan Maserasi merupakan metode yang paling sederhana dan
murah. Prinsip dari metode ini adalah mengekstrak senyawa aktif yang dapat larut
dalam pelarut berdasarkan tingkat kepolaran masing-masing pelarutnya like dissolves
like. Dimana berdasarkan vidio tersebut, untuk mengetahui ada senyawa flavonoid
pada ekstrak tersebut maka dilakukan sebuah uji Bate smith dan metcalt, kemudian uji
wilstater, dan uji kromatografi lapis tipis. Dan dari uji ini, yang berhasil menunjukkan
adanya senyawa flavonoid yaitu pada tabung yang dilakukan uji wilstater. Yang mana
pada uji ini berhasil menunjukkan adanya senyawa flavonoid di dalanya yaitu
perubahan warna yang dihasilkan adalag berwarna merah jingga.
DAFTAR PUSTAKA

Gafur, M.A. dkk. 2009. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID


DARI . DAUN JAMBLANG. Jurnal Ilmiah. Vol. 1 No. 1

Koirewoa, Y.A. dkk. 2013. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA


FLAVONOID DALAM DAUN BELUNTAS. Jurnal Ilmiah. Vol. 2 No. 1

Putri, A.H. dkk. 2019. Isolasi dan Ekstraksi Kelompok Senyawa Flavonoid dari
Ekstrak Daun Cocor Bebek. Fullerene Journ. Of Chem. Vol.4 No. ISSN 2598-
1269

Anda mungkin juga menyukai