PERCOBAAN 8
“ISOLASI FLAVONOID DARI BAHAN ALAM”
DOSEN PENGAMPU
Dr.Drs.SYAMSURIZAL, M.Si
LANDASAN TEORI :
Flavanoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon,
dimana dua cincin benzena (C6) terikat pada suatu rantai propana (C3) sehingga
membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Senyawa flavanoid merupakan suatu kelompok
senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawasenyawa ini merupakan
zat warna merah, ungu, dan biru serta sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam
tumbuh-tumbuhan. Isolasi flavonoid akan difokuskan pada ekstrak metanol. Proses
ekstraksi dilakukukan dengan metode maserasi. Senyawa flavonoid pada umumnya
mudah larut dalam air, terutama bentuk glikosidanya. Senyawa tersebut dapat diekstrak
menggunakan pelarut air (Putri, 2019).
Flavonoid merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gu gus
hidroksil yang tidak tersub stitusi. Pelarut polar seperti etanol, metanol, etilasetat, atau
campuran dari pelarut tersebut dapat digunakan untuk mengekstrak flavonoid dari
jaringan tumbuhan. Pengambilan bahan aktif dari suatu tanaman, dapat dilakukan
dengan ekstraksi. Dalam proses ekstraksi ini, bahan aktif akan terlarut oleh zat penyari
yang sesuai sifat kepolarannya (Gafur, 2009).
Data Pengamatan
Baiklah, pada vidio kali ini, kita akan membahas tenteng isolasi flavonoid pada
senyawa bahan alam yaitu sampel yang digunakan berdasarkan vidio yang telah kami
amati adalah menggunakan kulit buah naga, dimana pada vidio ini dilakukan isolasi
flvanoid, dimana hal yang pertama kali dilakukan adalah sampel dikeringkan dengan
oven pada suhu 105oc selama 2 jam. Dimana tujuan sampel dikeringkan, supaya
dihasilkan ekstraknya yang banyak dan juga kental, ketika dilakukan pengekstrasian.
Kemudian, setelah itu sampel dimaserasi dengan pelarut metanol 500 ml, dimana
maserasi dilakukan selama 2x24 jam, yang mana pada bagian atas gelas beaker ditutup
agar mempercepat proses maserasi dab supaya tidak terkontaminasi dengan lingkungan
sekitarnya. Dan setelah itu hal yang dilakukan adalah larutan hasil maserasi disaring
menggunakan kertas saring, dan kemudian filtrat hasil penyaringan dilakukan
evaporasi pada suhu 7oo C.
Dan setelah itu, dinyalakan pompa vacum, water bath dan kemudian diseting
kecepatan putaran labu filtrat, dimana penghentian dihentikan ketika seluruh pelarut
teuapkan, dimana ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi cair-cair. Dan setelah itu,
hasil evaporasi tersebut, maka filtrat tersebut dimasukkan ke dalam corong pisah, dan
kemudian ditambahkan 10 ml aquadest, selanjutnya ditambakan 10 ml etil asetat ke
dalam corong pisah. Nah, langkah selanjutnya yang kita lakukan adalah kemudian
digojog berulang kali dengan sesekali kran corong dibuka yang mana tujuannya adalah
untuk mengeluarkan gas yang berada dalam corong pisah. Dimana, hasil dari ekstraksi
menghasilkan 2 lapisan, yang mana lapisan atas adalah merupakan lapisan fasa
organiknya sedangkan lapisan bawah adalah lapisan fase airnya. Dimana, lapisan yang
kita gunakan adalah lapisan pada bagian atas yaitu lapisan fasa organiknya. Kemudian,
lapisan fasa organiknya diuapkan di lemari asam, kemudian setelah ekstrak diuapkan
maka ditambahkan dengan etanol p.a. sebanyak 5 ml. Kemudian ekstrak akhir yaitu
ekstrak yang telah dilarutkan dengan etanol dibagi ke dalam 4 tabung reaksi, dengan
setiap tabung diberi label yaitu label A,B,C, dan D. Dimana, setiap tabung akan
dimasukkan reagen uji yang berbeda untuk mengetahui kandungan flavonoidnya. Yang
mana pada tabung A itu tidak dilakukan uji, kerena tabung A itu adalah tabung yang
berfungsi sebagai blanko. Kemudian, pada tabung B itu dilakukan uji Bate smith dan
metcalt, sedangkan pada tabung C dilakukan uji wilstater, dan pada tabung D dilukukan
uji kromatografi lapis tipis yaitu sebagai berikut:
1. Pada tabung A tidak dilakukan uji, karena pada tabung A merupakan blanko
2. Pada tabung B dilakukan uji yaitu uji bate smith dan metcalt, yang mana langkah
pertama ditambahkan HCl pekat 37 % sebanyak 1 ml ke dalam tabung B, dan
selanjutnya tabung B tersebut dipanaskan dengan penangas hingga terjadi reaksi dan
terjadi perubahan warna pada tabung B dengan tabung A yang mana tabung A
berfungsi sebagai blanko. Adapun perubahan warna yang didapatkan pada tabung B
yaitu menjadi merah tua dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
3. Kemudian pada tabung C dilakukan sebuah uji wilstater, dimana kita masukkan 1
ml HCl pekat 37 % ke dalam tabung reaksi c. Dan setalah itu, ditambahkan sepucuk
sendok serbuk Mg ke dalam tabung C. Dan kemudian amati perubahan yang terjadi
pada tabung c, dan kemudian kita tambahkan beberapa test aquadest ke dalam tabung
c, dan kemudian tambahkan 1 ml butanol ke dalam tabung c dan amati perubahan yang
terjadi, kemudian amati perubahan warna yang terjadi pada tabung c. Dan ternyata
warna yang dihasilkan dari pada tabung C adalah berwanra merah Jingga yang
menunjukkan adanya senyawa Flavon. Dimana, kita dapat melihat gambarnya
berdasarkan vidio tersebut:
4.Pada tabung D dilakukan sebuah uji kromatografi lapis tipis, dimana sebelum
dilakukan uji kromatografi lapis tipis ini, maka terlebih dahulu mempersiapkan eluen
yang berfungsi untuk fase gerak pada KLT. Dimana, yang pertama 4 ml butanol
dimasukkan ke dalam corong pisah, selanjutnya ditambahkan 1 ml asam asetat glasial
ke dalam corong pisah dan ditambahkan 5 ml aquadest ke dalam corong pisah, sehingga
menghasilkan perbadingan 4:1:5 dari eluen B:A:A (Butanol: asam asetat
glasial:aquadest), kemudian setelah itu dilakukan penggojokan berkali- kali dengan
sesekali membuka kran pada corong pisah untuk mengeluarkan gas yang ada pada
corong pisah. Setelah itu. Eluen didiamkan selama 1x24 jam, dimana fase dari eluen
yang terbentuk adalah 2 lapisan yaitu lapisan atas dan lapisan bawah, dan setelah itu
pisahkan lapisan atas dan lapisan bawah, dimana lapisan yang akan digunakan adalah
lapisan atas pada uji KLT ini. Dan kemudian uji KLT dilakukan pada tabung D.
kemudian ditotolkan ekstrak pada kertas kromatografi lapis tipis dengan ukuran 6x2
cm. Dan setelah itu, dimasukkan KLT yang telah ditotol dengan ekstrak ke dalam
eluen, kemudian yang mana pada bagian atasnya ditutup, dan dimana proses elusi
dihentikan ketika eluen mencapai batas atas KLT, dan setelah mencapai batas atas,
maka plat KLT diangkat dan dikeringkan dan setelah itu diamatio spot noda yang
terbentuk dari kertas KLT tersebut.
KESIMPULAN
Isolasi flavonoid dari kulit buah naga dilakukan dengan metode maserasi dengan
metanol 70 % sebagai pelarut. Isolasi flavoniod dari kulit buah naga dilakukan dengan
metode maserasi. Dikarenakan Maserasi merupakan metode yang paling sederhana dan
murah. Prinsip dari metode ini adalah mengekstrak senyawa aktif yang dapat larut
dalam pelarut berdasarkan tingkat kepolaran masing-masing pelarutnya like dissolves
like. Dimana berdasarkan vidio tersebut, untuk mengetahui ada senyawa flavonoid
pada ekstrak tersebut maka dilakukan sebuah uji Bate smith dan metcalt, kemudian uji
wilstater, dan uji kromatografi lapis tipis. Dan dari uji ini, yang berhasil menunjukkan
adanya senyawa flavonoid yaitu pada tabung yang dilakukan uji wilstater. Yang mana
pada uji ini berhasil menunjukkan adanya senyawa flavonoid di dalanya yaitu
perubahan warna yang dihasilkan adalag berwarna merah jingga.
DAFTAR PUSTAKA
Putri, A.H. dkk. 2019. Isolasi dan Ekstraksi Kelompok Senyawa Flavonoid dari
Ekstrak Daun Cocor Bebek. Fullerene Journ. Of Chem. Vol.4 No. ISSN 2598-
1269