Anda di halaman 1dari 6

Karya Tulis Ilmiah

Analisis Larangan Beribadah, Penutupan Gereja,dan Menghalangi


Pemberian Izin Mendirikan Bangunan Rumah Ibadah

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir


Mata Pelajaran Agama Tahun ajaran 2022/2023

Disusun oleh :

1. Michael Jo Septian Kelas XII IPS

SMA Kristen Rehoboth


JALAN RADEN DEWI SARTIKA 36=38
BANDUNG 4025
1. Tema

Larangan beribadah, gangguan saat beribadah, penutupan rumah


ibadah, dan menghalangi pemberian izin mendirikan bangunan rumah
ibadah.

2. Pilihlah dan kumpulkan kasus berkaitan dengan


pelanggaran tersebut dari berita media cetak/eletronik berkaitan
dengan berita-berita tersebut (minimal 2 berita).

2.1. Kronologi larangan beribadah di 3 Gereja di Parung


Panjang
https://amp.kompas.com/megapolitan/read/2017/03/11/21362211/krono
logi-larangan-beribadah-di-3-gereja-di-parung-panjang

2.2. Penutupan atau penyegalan gereja di Bandung


https://infakta.com/penyegelan-gereja-dan-pelarangan-beribadah-umat-
kristen-terjadi-lagi-di-gereja-hkbp-bandung/?amp

3. Lakukanlah penelitian dengan menjawab


pertanyaan-pertanyaan berikut:

3.1. Temukan motif, alasan atau penyebab dan tujuannya.

Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menetapkan status


quo terhadap tiga gereja yang berlokasi di Perumahan Griya Parung
Panjang, RT 04/RW 05, Desa Kabasiran, Kecamatan Parung Panjang.
Penetapan tersebut tertuang dalam berita acara hasil pembahasan rapat
peninjauan rumah tinggal yang dijadikan tempat ibadah pada Selasa
(7/3/2017) lalu di Ruang Rapat I Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor.

1
Umat dari tiga gereja itu sudah lama mengurus perizinan dengan
memenui berbagai persyaratan.

Namun perizinan tak kunjung diberikan. Lampiran berita acara


hasil pembahasan itu menyatakan rumah tinggal yang biasa digunakan
sebagai tempat ibadah umat Katolik, Kristen HKBP (Huria Kristen Batak
Protestan), dan Kristen Methodist di Perumahan Griya Parung Panjang
dinyatakan status quo sambil menunggu keputusan rapat Forum
Komunikasi Pimpinan Daerah. Dengan demikian umat di tiga gereja
tersebut dilarang untuk melakukan kegiatan apapun, termasuk
beribadah.

Akhirnya pada selasa 7 Maret 2017, keluarlah berita acara rapat


penetapan status quo dari Pemerintah Kabupaten Bogor tanpa ada
persetujuan dari pimpinan tiga gereja. Pada Kamis (9/3/2017) lalu,
anggota Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Parung Panjang
Edi Mulyadi bersama Kepala Kepolisian Sektor Parung Panjang
Komisaris Polisi Lusi Saptiningsih, perwakilan Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan Kantor Urusan Agama (KUA) menyosialisasikan penetapan
status quo. "Tiga gereja di Perumahan Griya Parung Panjang tidak boleh
digunakan untuk kegiatan apa saja, termasuk beribadah. Keputusan
dibuat tanpa sepengetahuan atau melibatkan kami," ucapnya.

3.1. Temukan motif, alasan atau penyebab dan tujuannya.(2)

Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) betania


Rancaekek yang berdiri sejak tahun 25 April 1999 hingga sampai saat
ini masih bergumul untuk mendapatkan IMB (Ijin Mendirikan

Bangunan).Pihak Kecamatan dan Koramil tidak berkenan untuk


menandatangani surat pengalihfungsian ruko tersebut sebagai tempat
beribadah umat nasrani HKBP.

Bukan tanpa alasan Pengalihfungsian ruko menjadi tempat


peribadahan Jemaat HKBP, Karena pada Rabu(14/1/20) terbit surat
penyegelan pembangunan yang ditandatangani oleh Camat setempat
dan sebuah organisasi yang bernama Forkomi untuk menutup paksa
bangunan Gereja tersebut.

2
Bangunan Gereja yang pertama terletak di jalan Teratai
Raya No. 51 perumahan bumi rancaekek kencana kabupaten
Bandung yang telah di segel pemerintah pada Desember 2010
silam. Bangunan tersebut akhirnya di jual karena dianggap tidak
dapat digunakan lagi sebagai tempat peribadahan.

3.2. Berdasarkan penelitianmu, jelaskan akibat yang


dirasakan atau dialami korban .

Berdasarkan riset yang dilakukan penulis dari


berbagai sumber tentang kedua berita yang
dipilih.Penulis mendapatkan beberap informasi mengenai
dampak dan perasaan yang terjadi kepada pihak korban. Dari
dua kejadian yang penulis pilih sebagai bahan analisis,
ternyata dampak dan perasaan korban dari dua peristiwa
yang berbeda tersebut hampir serupa.

Dampak utama yang dirasakan dari dua peristiwa


tersebut adalah tidak dapat melaksanakan ibadah di tempat
semestinya.Dari peristiwa yang terjadi di Bogor hal tersebut
terjadi karena adanya larangan ibadah yang berujung
penutupan atau penyegelan dari masyarakat sekitar.Berbeda
halnya dengan peristiwa yang terjadi di Bandung
(Rancaekek) mereka tidak dapat melaksanakan ibadah
dikarenakan dihalangi beberapa oknum dan masyarakat
sekitar dalam proses perizinan mendirikan rumah ibadah
serta berbuntut pada penyegelan atau penutupan paksa
gereja tersebut.

3
Dampak selanjutnya yang dirasakan korban dari
dua peristiwa berbeda tersebut mengenai psikologis.Sudah
pasti dari peristiwa tersebut dapat berdampak pada
psikologis umat gereja tersebut.Dikarenakan dengan adanya
kejadian tersebut menimbulkan traumatik dan amarah dari
kedua umat gereja yang menjadi korban dalam peristiwa ini.

Dampak selanjutnya dari sisi material.Kedua


peristiwa ini sangat merugikan dari sisi material karena para
korban perlu mencari tempat baru dan menyewa atau
membeli tempat haru sebagai wadah baru mereka
beribadah.Ditambah mengurus perizinan serta birokrasi
yang memerlukan biaya yang tidak sedikit dalam
membangun suatu rumah ibadah khususnya gereja.

3.3. Temukan undang-undang atau hukum yang berhubungan


dengan tindakan tersebut dan jelaskan tindakan hukum
terhadap kasus tersebut.

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang


Ketenagakerjaan memberikan perlindungan terhadap tenaga
kerja dengan menjamin hak-hak dasar pekerja dan menjamin
kesamaan kesempatan untuk mewujudkan kesejahteraan
pekerja dan keluarganya dengan tetap memperhatikan
perkembangan kemajuan dunia usaha. Status hukum
organisasi Gereja adalah termasuk dalam kategori pemberi
kerja atau perusahaan dan dengan demikian kedudukan
hukum organisasi Gereja dalam kaitan dengan
ketenagakerjaan harus tunduk pada pemberlakukan Undang-
undang No. 13 Tahun 2003 tersebut. Untuk mencapai tugas
pelayanan secara optimal dalam lingkungan Gereja, maka
setiap orang yang bekerja dalam lingkungan Gereja seperti
Pendeta, penginjil, karyawan atau pegawai harus memiliki
status hukum yang jelas sesuai dengan Undang-undang
ketenagakerjaan.

Kedudukan hukum Pendeta terhadap Gereja


dalam penerapan kerja adalah lebih berkadar pada hukum
dan Etika Profesi daripada kadar ketenagakerjaan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 13 Tahun
2003, karena walaupun dalam ruang lingkup kecil legalitas
Pendeta dapat dikatakan sebagai pekerja, tetapi secara moral
Pendeta bukanlah merupakan pekerja semata-mata.

4
Hubungan kerja antara seorang Pendeta dengan organisasi
Gereja di samping sebagai hubungan kerja secara yuridis
sebagaimana lazimnya, juga merupakan hubungan moral
spiritual, jadi tidak semata-mata merupakan hubungan kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 Undang-undang
No.13 tahun 2003.

Sedangkan hak dan kewajiban yang dilakukan


oleh Pendeta pada dasarnya adalah hak dan kewajiban yang
dilakukan untuk memberikan pelayanan seumur hidup,
dalam arti tidak dibatasi oleh umur pensiun, dan dalam
melakukan pekerjaannya tidak dibatasi oleh waktu kerja.

3.4. Jelaskan cara mencegah dan mengatasi tindakan


pelanggaran HAM tersebut.

3.5. Jelaskan bagaimana pandangan iman Kristen terhadap


pelanggaran HAM berdasarkan Alkitab.

Anda mungkin juga menyukai