10
diluar klenteng. Pada mulanya enting – enting berbentuk bulat dan
dibungkus dengan daun bambu yang dikeringkan dan belum memiliki cap
khusus.
Seiring dengan berjalannya waktu, enting – enting menjadi
kudapan yang digemari oleh banyak orang sehingga produksi enting –
enting dilakukan dengan skala besar. Ketika diperjualbelikan, peminat
enting – enting gepuk berasal dari bangsa asing, yaitu orang – orang
Belanda. Tidak semua orang dapat mengkonsumsi olahan enting – enting
ini, karena enting – enting merupakan penganan dengan harga relatif
mahal untuk masyarakat pribumi maupun orang – orang China sendiri.
Enting – enting mulai mendapatkan merek dan terjadi perubahan
dari segi kemasan dimana yang awal mulanya enting – enting dikemas
dengan daun bambu yang dikeringkan dan pada tahun 1965 enting –
enting mengalami perubahan kemasan dengan menggunakan kertas. Selain
terjadi perubahan dalam hal pengemasan, enting – enting gepuk juga
mengalami perubahan dalam segi bentuk. Enting – enting yang mulanya
berbentuk bulat, kemudian berubah menjadi segitiga. Perubahan bentuk
dari bulat menjadi segitiga karena bentuk segitiga dianggap lebih mudah
dalam pengemasan. Pada tahun itu putri dari Khoe Tjong Hook yang
bernama Khoe Tang Nio memberi nama pada enting – enting buatan
ayahnya dengan merek enting – enting gepuk cap Klenteng.
Sedangkan cap 2 Hoolo merupakan cap enting – enting yang
diberi nama oleh anak lain dari Khoe Tjong Hook. Pada tahun 1965 kedua
anak Khoe Tjong Hook menggabungkan kedua merek dari enting – enting
tersebut menjadi enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hoolo”. Khoe
Tang Nio merupakan warga Negara asing, maka perijinan untuk
menghakpatenkan menjadi sulit. Perijinan hanya diberikan kepada warga
Negara Indonesia.
Enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hoolo” mendapatkan
ijin sebagai nama produk yang dipatenkan pada tahun 1967. sehingga pada
tahun 1967 enting – enting resmi diberi nama enting – enting gepuk cap
11
“Klenteng dan 2 Hoolo” yang berlatarkan gambar klenteng dan 2 Hoolo
pada kertas pembungkus makanan tersebut. Dari segi pemasaran, enting –
enting dipasarkan di perkampungan dan pasar – pasar tradisional di sekitar
wilayah Salatiga. Selain itu, Khoe Tjong Hook memiliki kios khusus yang
menjual enting – enting gepuk yang bernama toko Klenteng. Pada tahun
1971 kepemilikan toko klenteng diteruskan oleh Khoe Tang Nio.
2. Proses Pembuatan Enting – Enting Gepuk
2.1 Bahan Pembuatan
Dalam pembuatan enting – enting ada beberapa alat dan bahan
yang perlu dipersiapkan. Bahan utama dalam pembuatan enting – enting
adalah:
1. Kacang Tanah
Kacang tanah yang digunakan adalah kacang tanah lokal. Kacang
tanah lokal memiliki kualitas yang bagus. Dalam memilih bahan
utama, yang perlu diperhatikan adalah kualitasnya. Kacang yang
memiliki kualitas terbaik adalah:
a. Kacang nomor 2
12
Semakin kering kacang, maka semakin baik pula kualitas yang
dimiliki oleh kacang tanah.
c. Aroma
Kacang yang berkualitas memiliki aroma khas kacang. Sedangkan
kacang yang memiliki kualitas rendah biasanya memiliki aroma
kacang yang tidak begitu dominan.
2. Gula Pasir dan Air
Gula yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik. Gula yang
baik adalah gula yang berasal dari sari tebu alami dan tanpa campuran
bahan kimia seperti pewarna dan pengawet. Gula yang bercampur
dengan bahan – bahan pengawet dan pewarna akan mempengaruhi
rasa dari enting – enting gepuk.
2.2 Peralatan
Peralatan pembuatan enting – enting gepuk terbilang masih sangat
sederhana. Tidak terlihat adanya perubahan dari peralatan yang
digunakan. Hanya ada beberapa peralatan saja yang berganti, seiring
dengan perkembangan jaman dan teknologi. Peralatan yang digunakan
antara lain:
1. Penggorengan.
Alat Penggorengan berupa wajan yang digunakan memiliki ukuran
diameter 50 – 60 cm. (lihat gambar 4)
2. Kompor.
Pada awal pembuatan enting – enting gepuk menggunakan tungku
yang terbuat dari tumpukan batu dengan bahan bakar berupa kayu atau
bambu. sedangkan pada tahun 1980 penggunaan bahan bakar dari
kayu bergeser dengan bahan bakar minyak. Kompor yang digunakan
juga mengalami perubahan yang awal mulanya menggunakan tungku
berubah dengan kompor minyak. Perubahan kembali terjadi pada
tahun 2000-an dimana penggunaan kompor minyak berubah menjadi
kompor yang berbahan bakar gas.
3. Tabung sangrai
13
4. Penggiling kacang, alat yang digunakan untuk menggiling kacang
adalah botol yang yang diisi oleh campuran pasir dan semen.
5. Kayu sawo, berfungsi untuk menggepuk kacang
6. Kaleng, berfungsi sebagai tempat penyimpanan kacang yang telah
disangrai. Kaleng tersebut digunakan sebagai pemantauan agar kacang
yang telah disangrai tidak dimasuki oleh binatang – binatang seperti
semut atau kecoa, dan kualitas bahan baku pembuatan enting – enting
gepuk tetap terjaga.
7. Alat untuk memisahkan antara kacang dengan kulit arinya
menggunakan ayakan yang terbuat dari kayu.
Namuan mulai tahun 1990-an alat penggiling kacang dan ayakan
mengalami perubahan seiring dengan jumlah produksi yang meningkat.
Peralatan yang mengalami perubahan adalah alat penggiling kacang dan
ayakan. Pada awal mulanya alat penggiling kacang terbuat dari botol yang
diisi dengan campuran pasir dengan semen. Lalu botol tersebut diganti
dengan mesin penggilingan kacang. Selain penggiling kacang, alat lain
yang mengalami perubahan adalah ayakan yang terbuat dari kayu. Lalu
ayakan tersebut diganti dengan mesin pemisah kecang dengan kulit arinya.
Alat – alat tersebut mengalami perubahan karena dilihat dari segi
produksinya dengan perubahan alat – alat yang baru dapat menghasilkan
enting – enting gepuk yang lebih banyak dan dilihat dari segi waktu,
waktu yang digunakan menjadi lebih efektif.
2.3 Proses Pembuatan
Proses pembuatan enting – enting gepuk pada tahun 1929 sampai
sekarang belum mengalami perubahan. Hanya alat yang digunakan
dalam proses produksi yang mengalami perubahan. Pada tahun 1990-
an beberapa alat produksi mengalami perubahan seperti ayakan dan
penggiling kacang.
2.3.1 Proses pembuatan kacang tanah untuk bahan enting - enting
Proses pertama dalam pembuatan enting – enting gepuk
adalah mencuci kacang tanah dengan mengunakan air bersih.
14
Pencucian ini selain untuk membersihkan kacang juga berfungsi
untuk memisahkan kacang yang baik dengan kacang yang memiliki
kualitas kurang baik. Setelah melalui proses pembersihan, proses
kedua yaitu pengayakan. Pengayakan bertujuan untuk pemisahan
antara kacang dengan kulit ari. Limbah kulit ari tidak serta merta
dibuang begitu saja, namun limbah dikumpulkan untuk dijual
kepada pengepul.
15
Gambar 3. Proses Penyangraian Kacang (dok. Pribadi)
16
pertama adalah mencampurkan gula pasir dan air kedalam wajan,
kemudian panaskan campuran gula pasir dan air diatas tungku
kompor. Masak hingga adonan berubah warna menjadi
kekuningan. Waktu yang diperlukan kurang lebih 30 menit.
Setelah adonan berubah warna menjadi kekuningan, maka adonan
siap untuk didinginkan. Sedangkan untuk isian, yang perlu
dipersiapkan adalah sangraian kacang yang telah dipisahkan.
Kacang yang telah disangrai lalu dicampurkan dengan gula yang
telah dimasak.
17
Gambar 5. Penggepukan Kacang (dok. Pribadi)
18
Gambar 7. Pemotongan Enting- enting (dok. Pribadi)
2.4 Pengemasan
Pada awal mula pengemasannya, enting – enting gepuk dikemas
dengan menggunakan daun bambu yang dikeringkan dan belum
memiliki cap resmi. Bentuk dari enting – enting gepuk juga masih
berbentuk bulat. Penggunaan daun bambu yang dikeringkan, dijadikan
sebagai pembungkus enting – enting dengan tujuan agar enting –
enting tidak mudah berjamur. Selain agar tidak mudah berjamur, daun
bambu kering juga dapat menjaga kualitas enting – enting gepuk.
Terjaganya kualitas akan mempengaruhi tingkat keawetan dari enting
– enting gepuk.
Pada tahun 1965, enting – enting gepuk mulai mengalami
perubahan dari sisi pengemasan dan bentuk. Dari bentuknya, enting –
enting gepuk awal mula terciptanya memiliki bentuk bulat, sedangkan
pada tahun 1965 enting – enting berubah bentuk menjadi segitiga.
Alasan perubahan bentuk enting menjadi segitiga karena, bentuk
segitiga dianggap lebih mudah dalam segi pengemasannya. Jika
berbentuk bulat, dalam pengemasannya akan terlihat tidak menarik
dan lebih sulit dalam pengemasannya.
Sedangkan dari segi pengemasaannya yang semula dibungkus
menggunakan daun bambu yang dikeringkan, kini menggunakan
bungkus kertas roti. Hal ini karena daun bambu sulit didapatkan,
19
sehingga kertas roti dianggap lebih mudah dalam pencetakan cap yang
akan ditempelkan pada kemasan enting – enting gepuk.
3. Aneka Macam Enting – Enting
3.1 Enting – Enting Gepuk Cap “Klenteng dan 2 Hoolo” tahun 1967 –
sekarang
20
Gambar 9. Bentuk dan Kemasan Ting – ting Kacang Wijen
21
Dari segi bahan yang digunakan enting – enting kacang/ wijen
terbuat dari kacang dan wijen yang dicampur dengan karamel gula.
Setelah mengalami pencampuran, kemudian adonan digepuk untuk
menghasilkan tekstur adonan yang halus.
22
yang bernama Khoe Tjong Hook merupakan penjaga Klenteng Hok Tek
Bio sehingga klenteng menjadi gambar yang melatarbelakangi kemasan
dari enting – enting gepuk.
Selain Klenteng, pada kemasan enting – enting gepuk digambarkan
dengan adanya 2 Hoolo pada sisi kanan dan kiri. Hoolo yang merupakan
kendi berbentuk labu atau dalam bahasa China memiliki nama Wu Lou.
Wu Lou atau labu botol atau “labu” merupakan simbol tradisional kuat dari
umur panjang, kesehatan yang baik, kemakmuran dan berlimpahnya berkat
yang ditemukan di rumah – rumah Tionghoa.
Hoolo pada kemasan enting – enting gepuk memiliki makna
tersendiri, hoolo pada sisi kiri bertuliskan kata KHOE yang memiliki arti
bahwa enting – enting merupakan olahan yang dimiliki oleh keluarga yang
bermargakan Khoe, sedangkan hoolo pada sisi kanan bertuliskan 5 huruf
kanji. Kanji – kanji tersebut merupakan nama – nama dari para pewaris
enting – enting gepuk cap “klenteng dan 2 hoolo”. Pemilik enting – enting
gepuk cap “klenteng dan 2 Hoolo” generasi ke dua yang bernama Khoe
Tang Nio mengangkat seorang anak dari keluarga muslim yang bernama
Yusuf.
Kata “Klenteng” merupakan merek pertama enting – enting gepuk
yang diberikan oleh Khoe Tang Nio pada enting – enting gepuk buatan
Khoe Tjong Hook. Sedangkan kata “2 Hoolo” merupakan merek enting –
enting gepuk yang diberikan oleh anak dari Khoe Tjong Hook. sehingga
pada tahun 1965, Khoe Tang Nio menggabungkan kedua nama dari enting
– enting gepuk tersebut yang awalnya bernama enting – enting gepuk cap
“Klenteng” dan enting – enting gepuk cap “2 Hoolo” kini berubah menjadi
enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hoolo” dengan maksud dan
tujuan agar keluarga dari Khoe Tang Nio tidak terjadi perpecahan.
23