Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sejarah Enting – Enting Gepuk Cap “Klenteng dan 2 Hoolo”


Enting – enting merupakan makanan khas yang berasal dari
Tionghoa, yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia baik sebagai oleh – oleh, cemilan, maupun penganan untuk
menjamu tamu. Olahan enting – enting gepuk yang banyak dicari dan
diburu oleh masyarakat adalah enting – enting gepuk cap “ Klenteng dan 2
Hoolo”. Enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hoolo” merupakan
enting – enting yang berasal dari Salatiga, sehingga enting – enting ini
dijadikan sebagai buah tangan khas dari Salatiga.
Enting – enting dibuat pertama kali oleh seorang juru kunci
klenteng Hok Tek Bio di Salatiga, bernama Khoe Tjong Hook. Khoe
Tjong Hook berasal dari Fukkian, China. Dari China, ia melakukan
migrasi ke Indonesia lebih tepatnya ke wilayah Parakan. Di Parakan ia
menikah dengan warga asli Parakan bernama Suminah. Setelah lama
menetap di Parakan, Khoe Tjong Hook melakukan perjalanan ke wilayah
Semarang. Pada tahun 1920, Khoe Tjong Hook melakukan perjalanan dari
Semarang menuju Klenteng Hok Tek Bio yang terletak di Jalan Letnan
Jenderal Sukowati no. 13, Salatiga. Awal mula Khoe Tjong Hook pergi ke
Salatiga bukan untuk berdagang ataupun mencari pekerjaan, namun
menjadi penjaga Klenteng. Setibanya di Salatiga, Khoe Tjong Hook
menjadi penjaga Klenteng Hok Tek Bio.
Pada tahun 1929 enting – enting mulai diproduksi. Awal mula
pembuatannya, enting – enting yang diproduksi bukan sebagai makanan
yang dijual, namun hanya dijadikan sebagai suguhan para tamu yang
mengunjungi klenteng.
Baru pada tahun 1930 enting – enting diproduksi untuk dijual.
Dalam proses produksinya atau pembuatannya, enting – enting tidak boleh
dibuat didalam klenteng sehingga proses pembuatan enting – enting berada

10
diluar klenteng. Pada mulanya enting – enting berbentuk bulat dan
dibungkus dengan daun bambu yang dikeringkan dan belum memiliki cap
khusus.
Seiring dengan berjalannya waktu, enting – enting menjadi
kudapan yang digemari oleh banyak orang sehingga produksi enting –
enting dilakukan dengan skala besar. Ketika diperjualbelikan, peminat
enting – enting gepuk berasal dari bangsa asing, yaitu orang – orang
Belanda. Tidak semua orang dapat mengkonsumsi olahan enting – enting
ini, karena enting – enting merupakan penganan dengan harga relatif
mahal untuk masyarakat pribumi maupun orang – orang China sendiri.
Enting – enting mulai mendapatkan merek dan terjadi perubahan
dari segi kemasan dimana yang awal mulanya enting – enting dikemas
dengan daun bambu yang dikeringkan dan pada tahun 1965 enting –
enting mengalami perubahan kemasan dengan menggunakan kertas. Selain
terjadi perubahan dalam hal pengemasan, enting – enting gepuk juga
mengalami perubahan dalam segi bentuk. Enting – enting yang mulanya
berbentuk bulat, kemudian berubah menjadi segitiga. Perubahan bentuk
dari bulat menjadi segitiga karena bentuk segitiga dianggap lebih mudah
dalam pengemasan. Pada tahun itu putri dari Khoe Tjong Hook yang
bernama Khoe Tang Nio memberi nama pada enting – enting buatan
ayahnya dengan merek enting – enting gepuk cap Klenteng.
Sedangkan cap 2 Hoolo merupakan cap enting – enting yang
diberi nama oleh anak lain dari Khoe Tjong Hook. Pada tahun 1965 kedua
anak Khoe Tjong Hook menggabungkan kedua merek dari enting – enting
tersebut menjadi enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hoolo”. Khoe
Tang Nio merupakan warga Negara asing, maka perijinan untuk
menghakpatenkan menjadi sulit. Perijinan hanya diberikan kepada warga
Negara Indonesia.
Enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hoolo” mendapatkan
ijin sebagai nama produk yang dipatenkan pada tahun 1967. sehingga pada
tahun 1967 enting – enting resmi diberi nama enting – enting gepuk cap

11
“Klenteng dan 2 Hoolo” yang berlatarkan gambar klenteng dan 2 Hoolo
pada kertas pembungkus makanan tersebut. Dari segi pemasaran, enting –
enting dipasarkan di perkampungan dan pasar – pasar tradisional di sekitar
wilayah Salatiga. Selain itu, Khoe Tjong Hook memiliki kios khusus yang
menjual enting – enting gepuk yang bernama toko Klenteng. Pada tahun
1971 kepemilikan toko klenteng diteruskan oleh Khoe Tang Nio.
2. Proses Pembuatan Enting – Enting Gepuk
2.1 Bahan Pembuatan
Dalam pembuatan enting – enting ada beberapa alat dan bahan
yang perlu dipersiapkan. Bahan utama dalam pembuatan enting – enting
adalah:
1. Kacang Tanah
Kacang tanah yang digunakan adalah kacang tanah lokal. Kacang
tanah lokal memiliki kualitas yang bagus. Dalam memilih bahan
utama, yang perlu diperhatikan adalah kualitasnya. Kacang yang
memiliki kualitas terbaik adalah:
a. Kacang nomor 2

Jenis kacang tanah terbagi kedalam 2 nomor, yaitu nomor 1 dan


nomor 2. Kacang nomer 1 merupakan kacang yang masih
berbentuk benih. sedangkan kacang nomor 2 merupakan jenis
kacang tanah yang sudah berbuah. Kacang nomor 2 merupakan
kacang dengan kualitas yang baik.
b. Kekeringan kacang

12
Semakin kering kacang, maka semakin baik pula kualitas yang
dimiliki oleh kacang tanah.
c. Aroma
Kacang yang berkualitas memiliki aroma khas kacang. Sedangkan
kacang yang memiliki kualitas rendah biasanya memiliki aroma
kacang yang tidak begitu dominan.
2. Gula Pasir dan Air
Gula yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik. Gula yang
baik adalah gula yang berasal dari sari tebu alami dan tanpa campuran
bahan kimia seperti pewarna dan pengawet. Gula yang bercampur
dengan bahan – bahan pengawet dan pewarna akan mempengaruhi
rasa dari enting – enting gepuk.
2.2 Peralatan
Peralatan pembuatan enting – enting gepuk terbilang masih sangat
sederhana. Tidak terlihat adanya perubahan dari peralatan yang
digunakan. Hanya ada beberapa peralatan saja yang berganti, seiring
dengan perkembangan jaman dan teknologi. Peralatan yang digunakan
antara lain:
1. Penggorengan.
Alat Penggorengan berupa wajan yang digunakan memiliki ukuran
diameter 50 – 60 cm. (lihat gambar 4)
2. Kompor.
Pada awal pembuatan enting – enting gepuk menggunakan tungku
yang terbuat dari tumpukan batu dengan bahan bakar berupa kayu atau
bambu. sedangkan pada tahun 1980 penggunaan bahan bakar dari
kayu bergeser dengan bahan bakar minyak. Kompor yang digunakan
juga mengalami perubahan yang awal mulanya menggunakan tungku
berubah dengan kompor minyak. Perubahan kembali terjadi pada
tahun 2000-an dimana penggunaan kompor minyak berubah menjadi
kompor yang berbahan bakar gas.
3. Tabung sangrai

13
4. Penggiling kacang, alat yang digunakan untuk menggiling kacang
adalah botol yang yang diisi oleh campuran pasir dan semen.
5. Kayu sawo, berfungsi untuk menggepuk kacang
6. Kaleng, berfungsi sebagai tempat penyimpanan kacang yang telah
disangrai. Kaleng tersebut digunakan sebagai pemantauan agar kacang
yang telah disangrai tidak dimasuki oleh binatang – binatang seperti
semut atau kecoa, dan kualitas bahan baku pembuatan enting – enting
gepuk tetap terjaga.
7. Alat untuk memisahkan antara kacang dengan kulit arinya
menggunakan ayakan yang terbuat dari kayu.
Namuan mulai tahun 1990-an alat penggiling kacang dan ayakan
mengalami perubahan seiring dengan jumlah produksi yang meningkat.
Peralatan yang mengalami perubahan adalah alat penggiling kacang dan
ayakan. Pada awal mulanya alat penggiling kacang terbuat dari botol yang
diisi dengan campuran pasir dengan semen. Lalu botol tersebut diganti
dengan mesin penggilingan kacang. Selain penggiling kacang, alat lain
yang mengalami perubahan adalah ayakan yang terbuat dari kayu. Lalu
ayakan tersebut diganti dengan mesin pemisah kecang dengan kulit arinya.
Alat – alat tersebut mengalami perubahan karena dilihat dari segi
produksinya dengan perubahan alat – alat yang baru dapat menghasilkan
enting – enting gepuk yang lebih banyak dan dilihat dari segi waktu,
waktu yang digunakan menjadi lebih efektif.
2.3 Proses Pembuatan
Proses pembuatan enting – enting gepuk pada tahun 1929 sampai
sekarang belum mengalami perubahan. Hanya alat yang digunakan
dalam proses produksi yang mengalami perubahan. Pada tahun 1990-
an beberapa alat produksi mengalami perubahan seperti ayakan dan
penggiling kacang.
2.3.1 Proses pembuatan kacang tanah untuk bahan enting - enting
Proses pertama dalam pembuatan enting – enting gepuk
adalah mencuci kacang tanah dengan mengunakan air bersih.

14
Pencucian ini selain untuk membersihkan kacang juga berfungsi
untuk memisahkan kacang yang baik dengan kacang yang memiliki
kualitas kurang baik. Setelah melalui proses pembersihan, proses
kedua yaitu pengayakan. Pengayakan bertujuan untuk pemisahan
antara kacang dengan kulit ari. Limbah kulit ari tidak serta merta
dibuang begitu saja, namun limbah dikumpulkan untuk dijual
kepada pengepul.

Gambar 1. Kacang yang sudah dipisahkan dengan kulit ari dengan


menggunakan mesin pemisah kacang dan kulit ari (dok. Pribadi)

Gambar 2. Kulit Ari Kacang (dok. Pribadi)

15
Gambar 3. Proses Penyangraian Kacang (dok. Pribadi)

Setelah melalui proses pengayakan, proses ketiga yang


perlu diperhatikan adalah proses penyangrai kacang.
Penyangraian kacang bertujuan untuk mengurangi kadar minyak
yang terkandung didalam kacang. Proses ini terbilang
memerlukan perhatian khusus, karena antara suhu api dengan
kacang harus tepat. Jika terlalu besar api yang digunakan, maka
kacang yang disangrai akan cepat gosong, sedangkan jika api
yang digunakan terlalu kecil maka akan menghasilkan kacang
yang matangnya tidak merata. Selain suhu api, hal lain yang perlu
diperhatikan adalah ketika membalik kacang yang sedang
disangrai. Kacang yang disangrai harus dibalik dengan tepat.
Ketepatan sangat diperlukan karena berhubungan dengan proses
pematangan yang sempurna.
Setelah matang sempurna, kacang kemudian didinginkan
dan dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama kacang digunakan
untuk bagian kulit enting – enting yang akan melalui proses
penggepukan. Sedangkan bagian yang kedua, kacang akan
dijadikan sebagai bahan isian enting – enting.
2.3.2 Proses Pembuatan Karamel
Bahan berikutnya yang perlu dipersiapkan adalah bahan
campuran untuk membuat kulit enting – enting. Langkah

16
pertama adalah mencampurkan gula pasir dan air kedalam wajan,
kemudian panaskan campuran gula pasir dan air diatas tungku
kompor. Masak hingga adonan berubah warna menjadi
kekuningan. Waktu yang diperlukan kurang lebih 30 menit.
Setelah adonan berubah warna menjadi kekuningan, maka adonan
siap untuk didinginkan. Sedangkan untuk isian, yang perlu
dipersiapkan adalah sangraian kacang yang telah dipisahkan.
Kacang yang telah disangrai lalu dicampurkan dengan gula yang
telah dimasak.

Gambar 4. Pemasakan Air dan Gula (dok. Pribadi)


2.3.3 Proses Penggepukan
Adonan kacang dan Karamel kemudian digepuk di atas
landasan berbentuk empat persegi panjang setebal 15 sentimeter
dari bahan batu. Alat yang digunakan untuk menggepuk adonan
dari bahan kayu sawo yang berbentuk silinder, memiliki berat 3-4
kilogram. Dalam penggepukan kacang ada hal yang penting
diperhatikan. Jika penggepukan kurang keras, maka kacang yang
dihasilkan tidak akan halus merata. Namun jika penggepukan
terlalu keras, maka kacang yang telah disangrai akan
mengeluarkan minyak dan minyak tersebut akan mengeluarkan
bau tidak sedap.

17
Gambar 5. Penggepukan Kacang (dok. Pribadi)

2.3.4 Proses Pencetakan


Setelah pembuatan isian selesai, proses selanjutnya adalah
mencetak enting – enting gepuk. Perbandingan antara kulit dan
isian adalah 50:50 atau 12 kilogram kulit enting enting dengan 50
gram isian. Setelah melakukan pencampuran, kemudian enting –
enting dicetak dalam bentuk segitiga dengan panjang 1 meter.
Kemudian dipotong kecil – kecil ukuran 3-4 cm perpotong.

Gambar 6. Pencetakan Enting – enting (dok. Pribadi)

18
Gambar 7. Pemotongan Enting- enting (dok. Pribadi)
2.4 Pengemasan
Pada awal mula pengemasannya, enting – enting gepuk dikemas
dengan menggunakan daun bambu yang dikeringkan dan belum
memiliki cap resmi. Bentuk dari enting – enting gepuk juga masih
berbentuk bulat. Penggunaan daun bambu yang dikeringkan, dijadikan
sebagai pembungkus enting – enting dengan tujuan agar enting –
enting tidak mudah berjamur. Selain agar tidak mudah berjamur, daun
bambu kering juga dapat menjaga kualitas enting – enting gepuk.
Terjaganya kualitas akan mempengaruhi tingkat keawetan dari enting
– enting gepuk.
Pada tahun 1965, enting – enting gepuk mulai mengalami
perubahan dari sisi pengemasan dan bentuk. Dari bentuknya, enting –
enting gepuk awal mula terciptanya memiliki bentuk bulat, sedangkan
pada tahun 1965 enting – enting berubah bentuk menjadi segitiga.
Alasan perubahan bentuk enting menjadi segitiga karena, bentuk
segitiga dianggap lebih mudah dalam segi pengemasannya. Jika
berbentuk bulat, dalam pengemasannya akan terlihat tidak menarik
dan lebih sulit dalam pengemasannya.
Sedangkan dari segi pengemasaannya yang semula dibungkus
menggunakan daun bambu yang dikeringkan, kini menggunakan
bungkus kertas roti. Hal ini karena daun bambu sulit didapatkan,

19
sehingga kertas roti dianggap lebih mudah dalam pencetakan cap yang
akan ditempelkan pada kemasan enting – enting gepuk.
3. Aneka Macam Enting – Enting
3.1 Enting – Enting Gepuk Cap “Klenteng dan 2 Hoolo” tahun 1967 –
sekarang

Gambar 8. Bentuk dan Kemasan Enting – enting Gepuk Cap


“Klenteng dan 2 Hoolo”

Nama Produk : Enting enting gepuk cap “Klenteng dan 2


Hoolo” bahan kacang.
Alamat Produk : Jalan Kalibodri 37
Kota/Kabupaten : Salatiga, Jawa Tengah
Nomor Daftar Legal : 80529
Tahun Daftar Merk : P.IRT.NO.215337301000118
Jenis Pembungkus : Keras Roti
Komposisi : Kacang Pilihan, Gula, dan Aroma
3.2 Enting – Enting Kacang/Wijen Tahun 1989

20
Gambar 9. Bentuk dan Kemasan Ting – ting Kacang Wijen

Gambar 10. Bentuk Enting – enting Kacang Wijen

Nama Produk : Ting – ting Kacang Wijen


Alamat : Salatiga, Jawa Tengah
Tahun Daftar Merk : SP. DEP. KES. RI.27/11.05/1989
Nomor Daftar Legal : 80529
Jenis Pembungkus : Plastik
Komposisi : Kacang/Wijen, Gula, dan Aroma

Dari segi bentuk enting – enting kacang/ wijen memiliki bentuk


yang berbeda. Enting – enting kacang/wijen memiliki bentuk
persegi panjang. Dilihat dari ukuran, enting – enting kacang / wijen
memilki ukuran panjang 7 cm dan ketebalan 0,2 mm.

21
Dari segi bahan yang digunakan enting – enting kacang/ wijen
terbuat dari kacang dan wijen yang dicampur dengan karamel gula.
Setelah mengalami pencampuran, kemudian adonan digepuk untuk
menghasilkan tekstur adonan yang halus.

4. Makna Cap “Klenteng dan 2 Hoolo”

Gambar 11. Gambar Cap “Klenteng dan 2 Hoolo”


Enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hoolo” merupakan
olahan legendaris yang memprakarsai pembuatan enting – enting gepuk
merek lain yang ada di Salatiga. Ada beragam merek dari enting – enting
gepuk, namun enting – enting gepuk yang terkenal dikalangan wisatawan
dan para pemburu oleh – oleh adalah enting – enting gepuk cap “Klenteng
dan 2 Hoolo”.
Enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hoolo” dikemas
dengan menggunakan kertas roti yang bergambarkan Klenteng dan Hoolo.
Dalam pengertian orang China, Klenteng pada umumnya digunakan
sebagai sarana tempat persembahyangan atau ibadah oleh orang Tionghoa.
sedangkan enting – enting gepuk cap “klenteng dan 2 hoolo” memiliki
makna dan pengertian tersendiri.
Gambar klenteng pada kertas pembungkus memiliki makna bahwa
enting – enting gepuk pertama kali dibuat di lingkungan Klenteng Hok
Tek Bio yang terletak di Jalan Sukowati No.13, Salatiga. Tak hanya dibuat
di lingkungan Klenteng saja, namun pembuat dari enting – enting gepuk

22
yang bernama Khoe Tjong Hook merupakan penjaga Klenteng Hok Tek
Bio sehingga klenteng menjadi gambar yang melatarbelakangi kemasan
dari enting – enting gepuk.
Selain Klenteng, pada kemasan enting – enting gepuk digambarkan
dengan adanya 2 Hoolo pada sisi kanan dan kiri. Hoolo yang merupakan
kendi berbentuk labu atau dalam bahasa China memiliki nama Wu Lou.
Wu Lou atau labu botol atau “labu” merupakan simbol tradisional kuat dari
umur panjang, kesehatan yang baik, kemakmuran dan berlimpahnya berkat
yang ditemukan di rumah – rumah Tionghoa.
Hoolo pada kemasan enting – enting gepuk memiliki makna
tersendiri, hoolo pada sisi kiri bertuliskan kata KHOE yang memiliki arti
bahwa enting – enting merupakan olahan yang dimiliki oleh keluarga yang
bermargakan Khoe, sedangkan hoolo pada sisi kanan bertuliskan 5 huruf
kanji. Kanji – kanji tersebut merupakan nama – nama dari para pewaris
enting – enting gepuk cap “klenteng dan 2 hoolo”. Pemilik enting – enting
gepuk cap “klenteng dan 2 Hoolo” generasi ke dua yang bernama Khoe
Tang Nio mengangkat seorang anak dari keluarga muslim yang bernama
Yusuf.
Kata “Klenteng” merupakan merek pertama enting – enting gepuk
yang diberikan oleh Khoe Tang Nio pada enting – enting gepuk buatan
Khoe Tjong Hook. Sedangkan kata “2 Hoolo” merupakan merek enting –
enting gepuk yang diberikan oleh anak dari Khoe Tjong Hook. sehingga
pada tahun 1965, Khoe Tang Nio menggabungkan kedua nama dari enting
– enting gepuk tersebut yang awalnya bernama enting – enting gepuk cap
“Klenteng” dan enting – enting gepuk cap “2 Hoolo” kini berubah menjadi
enting – enting gepuk cap “Klenteng dan 2 Hoolo” dengan maksud dan
tujuan agar keluarga dari Khoe Tang Nio tidak terjadi perpecahan.

23

Anda mungkin juga menyukai