Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA DI ERA REFORMASI


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Administrasi Negara
Republik Indonesia
HALAMAN JUDUL

DOSEN PENGAMPU:
Binti Azizatun Nafiah, S.IAN., M.P.A.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
1. Felisa Alya Sahari ( 23041010047 )
2. Novita Lani Agustina ( 23041010058 )
3. Maisarah Nabila ( 23041010068 )
4. Masruroh Khoirun. N ( 23041010076 )
5. Eka Maharani ( 23041010078 )

ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas limpahan karunia, rahmat dan ridho-Nya lah kami mampu
menyelesaikan tugas kelompok membuat makalah dengan judul “Sistem
Pemerintahan Indonesia di Era Reformasi”.
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sistem
Administrasi Negara Republik Indonesia. Dalam makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan untuk itu pembaca berkesampatan untuk menyampaikan kritik
dan saran yang bersifat membangun.
Pada makalah ini kami banyak mendapat referensi dari berbagai sumber,
masukan, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Binti Azizatun Nafiah, S.IAN., M.P.A. selaku Dosen mata
kuliah Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia yang telah memberikan
tugas makalah ini kepada kami, sehingga kami dapat mengetahui serta memahami
materi tentang Sistem Pemerintahan Indonesia.
Demikian besar harapan kami agar tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca untuk memperluas ilmu pengetahuan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, 28 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1. 1 Latar Belakang................................................................................................. 1

1. 2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2

1. 3 Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 3

2. 1 Sistem pemerintahan presiden BJ Habibie (1998-1999) dan Abdurrahman


Wahid serta Megawati Soekarno Putri (1999-2004) ..................................................... 3

2. 2 Kabinet dan sistem kinerja pada masa pemerintahan di Era Reformasi ............. 7

2. 3 Kekurangan dan kelebihan pada masa pemerintahan di Era Reformasi ........... 20

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 25

3. 1 Kesimpulan ................................................................................................... 25

3. 2 Saran ............................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Dalam suatu negara pasti memiliki sistem pemerintahan masing-masing,
yang mana sistem pemerintahan ini digunakan untuk menentukan bagaimana
sebuah negara itu dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
Bersama-sama. Di negara Indonesia juga memiliki sistem pemerintahan yang
berbeda disetiap periodenya antara sebelum kemerdekaan dan sesudah
kemerdekaan atau di Era reformasi, yang mana terdapat sistem pemerintahan
presidensial, parlementer, serta presidensial.
Indonesia pada saat periode setelah kemerdekaan atau tepatnya di Era
Reformasi yang dipimpin oleh presiden BJ Habibie dan Abdurrahman Wahid
(1998-1999) serta Ketika kepimpinan Megawati Soekarno Putri (1999-2004) yang
bentuk negaranya berupa kesatuan dengan sistem pemerintahannya presidensial,
dimana pemerintahan yang ada dipegang oleh seorang presiden serta merupakan
sistem pemerintahan negara republik yang kekuasaan eksekutifnya dipilih melalui
suatu pemilu (pemilihan umum) dan terpisah dengan kekuasaan legislatif.
Sehingga dengan adanya suatu perubahan pada sistem pemerintahan yang ada
di Indonesia ini dapat dijadikan sebuah jalan perubahan untuk membuat negara
Indonesia menjadi lebih baik lagi dan juga untuk menyelesaikan hal-hal yang masih
tidak sesuai di Era sebelumnya. Maka dari itu dengan dibuat nya suatu sistem
pemerintahan yang baru ini diharapkan dapat membuat revolusi bagi negara
Indonesia kedepannya, seperti saat ini Indonesia menggunakan sistem
pemerintahan presidensial yang menggunakan konstitusi sesuai dengan UUD 1945
dari hasil amandemen. Hal ini karena sistem ini diyakini dapat menjaga stabilitas
pemerintahan Indonesia yang mana presiden menjadi pemimpin negara yang
mendominasi.

1
1. 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pemerintahan presiden BJ Habibie (1998-1999) dan
Abdurrahman Wahid serta Megawati Soekarno Putri (1999-2004)?
2. Bagaimana kabinet dan sistem kinerja pada masa pemerintahan yang ada
di Era Reformasi?
3. Apa kekurangan dan kelebihan pada masa pemerintahan yang ada di Era
Reformasi?

1. 3 Tujuan
Pembuatan makalah dengan judul “Sistem Pemerintahan Indonesia di Era
Reformasi” ini pada dasarnya bertujuan untuk menambah pemahaman dan
perngetahuan Mahasiswa/i mengenai materi Sistem Pemerintahan Indonesia, mata
kuliah Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia program studi Administrasi
Publik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Sistem pemerintahan presiden BJ Habibie (1998-1999) dan


Abdurrahman Wahid serta Megawati Soekarno Putri (1999-2004)
 Pemerintahan Presiden BJ Habibie (1998-1999)

Tepat pada pada hari Kamis tanggal 21 Mei 1998, sesuai dengan
ketentuan dalam TAP MPR No.VII 1973, di hadapan Mahkamah Agung
dilaksanakan penyerahan jabatan presiden berdasarakan pasal 8 UUD
1945. Selain penyerahan kekuasaan, pada saat itu juga dilaksanakan
pengangkatan BJ. Habibie menjadikan presiden menggantikan Soeharto.
Secara yuridis, dalam pengambilan sumpah jabatan Wakil Presiden
untuk menjabat sebagai Presiden harus dilakukan dihadapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat. Dengan demikian, secara de facto BJ. Habibie
adalah Presiden Republik Indonesia tetapi secara de Jure belum.
Meskipun menurut aturan hukum yang berlaku khususnya pasal 6 ayat 1,
pasal 8 UUD 1945 dan Tap MPR II/MPR/1973 BJ Habibie tidak
menyalahi, tetapi hal ini sangat jarang terjadi, atau dengan kata lain hal
ini tidak etis atau tidak sah

MPR dapat memberhentikan presiden dengan berbagai alasan,


antara lain “atas permintaan sendiri”. Pada saat itu ada tuntutan luas dari
masyarakat supaya Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya. Jika
saja saat itu Soeharto meminta untuk diberhentikan kepada MPR, maka
desakan agar Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya itu sulit
dipenuhi. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk melaksanakan
Sidang Istimewa MPR. Prosedurnya juga berbelit-belit.

Naiknya BJ. Habibie sebagai presiden menggantikan Soeharto, telah


mengundang berbagai perdebatan hukum dan kontroversial. Hal tersebut
dikarenakan Soeharto menyerahkan secara sepihak kekuasaan kepada BJ
Habibie. Terdapat 66 buah undang-undang yang telah dihasilkan oleh BJ

3
Habibie selama masa jabatannya. Jelas ini tidak lepas dari euphoria
penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu perundang-undangan di era
Habibie adalah yang menegaskan arah perekonomian negara Indonesia.
Hal ini diundangkan dalam perubahan terhadap UU no.7 tahun 1992
menjadi UU no. 10 tahun 1998 Tentang Perbankan. Selama menjabat
sebagai kepala negara, kepemimpinan B.J Habibie bersifat Dedikatif-
Fasiliatif, yang merupakan sendi dari kepemimpinan demokratik. Di
masa pemerintahannya, kebebasan pers di buka lebar-lebar sehingga
melahirkan demokratis yang lebih besar. Dan pada saat itu pula
peraturan-peraturan perundangundangan banyak dibuat.

Di masa kepemimpinan BJ Habibie, terdapat 6 macam tuntutan,


yaitu: penegakan hukum supremasi, pemberantasan KKN (Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme), mengadili mantan Presiden Soeharto dan kroni-
kroninya, Amandemen Konstitusi, Pencabutan Dwi Fungsi ABRI, dan
pemberian otonomi daerah dengan seluas-luasnya. Tentu di masa
kepemimpianannya Habibie membawa reputasi yang tidak mudah
dipercaya oleh kalangan mahasiswa, militer, fraksifraksi besar,
pemerintah asing, investor luar negeri, dan bahkan berbadan hukum
internasional.

Pencapaian yang berhasil diraih oleh BJ Habibie selama masa


jabatan, salah satunya adalah diadakan pembentukan kabinet. BJ Habibie
Membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan pada tanggal 22 Mei 1998
yang meliputi perwakilan militer (TNIPolri), PPP, Golkar, dan PDI.
Kemudian, BJ. Habibie mampu memberikan kebijakan dalam bidang
politik, yaitu dengan melakukan Reformasi. Selain kebebasan dalam
menyampaikan pendapat, kebebasan juga diberikan kepada pers.
Reformasi dalam pers dilakukan dengan cara menyederhanakan
permohonan Surat Izin Usaha Penerbitan

4
Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid dan Megawati
Soekarno Putri (1999-2004)

K. H. Abdurahman Wahid (Gus Dur) terpilih menjadi presiden RI


(Republik Indonesia) keempat setelah menang dalam Pemilu pada bulan
Oktober 1999, ia terpilih setelah mengalahkan Megawati lewat
pemungutan suara (voting) yang tertutup dan rahasia, dari 691 anggota
MPR yang mengikuti suara dalam pemilihan presiden tersebut, K. H.
Abdurahman Wahid memperoleh 373 suara sedangkan megawati
memperoleh 313 suara. K. H. Abdurahman Wahid yang menang dalam
voting tersebut akhirnya menjadi presiden, sedangkan Megawati menjadi
wakil presiden. Setelah menjadi Presiden, K. H. Abdurahman Wahid
membentuk Kabinet yang disebut Persatuan Nasional, ini adalah kabinet
koalisi yang meliputi anggota berbagai partai politik antara lain PDI-P,
PKB, Golkar, PPP, PAN, dan Partai Keadilan (PK), non partisan dan juga
TNI juga ada dalam kabinet tersebut.
Dalam menyusun Kabinet Persatuan Nasional, agaknya
pertimbangan kompromi politik lebih tinggi ketimbang pertimbangan
profesional. Kabinet ini terdiri atas berbagai partai yang mendukungnya
untuk menjadi Presiden. Kabinet ini lahir di era krisis yang multi
dimensi, yaitu krisis yang menerpa Indonesia di berbagai kehidupan, baik
moneter, ekonomi, politik, hukum, maupun krisis kepercayaan pada
akhir Orde Baru. Tugas itu ditambah pula untuk memenuhi harapan
masyarakat mencapai Indonesia baru yang tertib, efesien dan demokratis.
Kabinet ini juga diharapkan dapat menjadi Kabinet pertama dalam
membangun tradisi pemerintahan yang bersih dan efektif.
Sejak K.H. Abdurrahman Wahid menjadi Presiden, telah banyak
perubahan mendasar dari tingkat peranan militer, baik dalam kancah
sosial maupun politik. Ia memposisikan militer secara profesional
sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan nasional. K.H. Abdurrahman
Wahid adalah orang yang konsisten dengan prinsip-prinsipnya dan

5
prinsip-prinsip itu berakar pada pemahamannya terhadap Islam liberal,
yaitu pemahamannya yang menekankan pada rahmat, pengampunan,
kasih sayang Tuhan dan keharusan kita untuk mengikuti sifat-sifat ini
dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan beragama.
Perubahan yang dilakukan K.H. Abdurrahman Wahid adalah apa
yang menyangkut demokratisasi politik, dalam hal ini selama K.H.
Abdurrahman Wahid masih menjabat sebagai presiden Republik
Indonesia ke empat yang hanya bertahan kurang lebih dua tahun, telah
banyak melakukan perubahan-perubahan yang berkaitan dengan
demokratisasi di Indonesia, diantaranya adalah agama, birokrasi dan
militer. Selain merubah peranan militer, K.H. Abdurrahman Wahid juga
melikuidasi Departemen sosial, yang mana pada waktu itu K.H.
Abdurrahman Wahid melihat Departemen ini hanya sebagai sarang
berbagai penyimpangan, misalnya korupsi dan dana bantuan
kemanuasiaan yang tidak secara utuh sampai pada korban bencana alam.
Pada tanggal 23 Juli 2001, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur
dimakzulkan dari tampuk kekuasaan Presiden RI. Gus Dur dilengserkan
dari jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI selaku
lembaga tertinggi negara saat itu melalui Sidang Istimewa. Gus Dur
diterpa sejumlah isu kontroversial. Salah satu yang paling kencang ialah
tudingan Panitia Khusus (Pansus) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI
atas dugaan penggunaan dana Yayasan Dana Kesejahteraan Karyawan
Badan Urusan Logistik (Bulog) sebesar 4 juta dollar AS. Meskipun Gus
Dur berusaha mempertahankan posisinya dengan melakukan manuver
politik, dukungan politik terhadapnya semakin menurun. Akhirnya, pada
tanggal 23 Juli 2001, ia secara resmi dinyatakan lengser dari jabatan
Presiden oleh DPR. Pasca lengser, Wakil Presiden Megawati Sukarno
Putri yang menggantikannya sebagai Presiden Indonesia.
Megawati Soekarno Putri merupakan Presiden Perempuan pertama
Indonesia yang menjabat pada periode 2001-2004. Pada masa
pemerintahan Megawati, Indonesia masih menghadapi berbagai krisis di

6
berbagai bidang. Sebagian kebijakan dari Megawati Soekarno Putri
membawa keberhasilan di berbagai bidang politik dan pemerintahan.
pada masa jabatan Megawati Soekarno Putri sempat menuai persoalan
keterlibatan perempuan dalam politik di Indonesia dengan temuan
persoalan mendasar, yakni permasalahan keterwakilan perempuan yang
sangat minim di bangku kursi parlemen atau di ruang publik. Hal ini tidak
hanya dilihat dari minimnya jumlah perempuan yang duduk sebagai
anggota DPR RI, tetapi terkait partisipasi perempuan dalam politik dan
Masyarakat
Pada masa pemerintahan Megawati berhasil mendirikan lembaga
pemberantas korupsi yang dikenal dengan Lembaga KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi). Pendirian lembaga KPK ini berdasarkan
Undang-Undang Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi yang diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi
secara profesional, intensif, dan berkesinambungan
Pencapaian lainnya adalah ketika Megawati mengeluarkan Keppres
No 34 Tahun 2004 Tentang Penerbitan Bisnis TNI. Ia mendirikan
Akademi Intelejen yang pertama di Indonesia. Kemudian, melakukan
pembangunan infrastuktur yang vital setelah pembangunan berhenti
sejak 1998. Dan pada masa pemerintahan Megawati juga dapat
mengembalikan proporsi pendapatan gas arun sebagian besar kepada
rakyat Aceh dengan status daerah otonomi khusus dan menagkap
petinggi GAM dan anggota GAM yang bersenjata.

2. 2 Kabinet dan sistem kinerja pada masa pemerintahan yang ada di Era
Reformasi
 Kabinet dan sistem kinerja pada masa pemerintahan presiden BJ
Habibie (1998-1999)
Pada masa pemerintahan presiden B.J. Habibie telah berhasil
membentuk kabinet yang diberi nama Kabinet Reformasi Pembangunan.

7
Dibentuknya kabinet ini merupakan akibat dari peristiwa mundurnya
Soeharto dari jabatannya sebagai Presiden pada Kabinet Pembangunan
VII. Kabinet reformasi Pembangunan terdiri dari 36 Menteri, yaitu empat
Menteri negara dengan tugas sebagai Menteri Koordinator, 20 menteri
negara yang memimpin departemen dan 12 menteri negara yang
memimpin tugas tertentu.
Pada sidang pertama Kabinet Reformasi Pembangunan, 25 Mei
1998, B.J.Habibie memberikan pengarahan bahwa pemerintah harus
mengatasi krisis ekonomi dengan dua sasaran pokok, yakni tersedianya
bahan makanan pokok masyarakat dan berputarnya kembali roda
perekonomian masyarakat. Pusat perhatian Kabinet Reformasi
Pembangunan adalah meningkatkan kualitas, produktivitas dan daya
saing ekonomi rakyat, dengan memberi peran perusahaan kecil,
menengah dan koperasi, karena terbukti memiliki ketahanan ekonomi
dalam menghadapi krisis. Dalam sidang pertama kabinet itu juga,
Habibie memerintahkan bahwa departemen-departemen terkait
secepatnya mengambil langkah persiapan dan pelaksanaan reformasi,
khususnya menyangkut reformasi di bidang politik, bidang ekonomi dan
bidang hukum.

Reformasi bidang politik, kabinet Reformasi Pembangunan


telah berupaya melaksanakan sejumlah agenda politik, yaitu merubah
budaya politik yang diwariskan oleh pemerintahan sebelumnya, seperti
pemusatan kekuasaan, dilanggarnya prinsip-prinsip demokrasi,
terbatasnya partisipasi politik rakyat, menonjolnya pendekatan represif
yang menekankan keamanan dan stabilitas, serta terabaikannya nilai-
nilai Hak Azasi Manusia dan prinsip supremasi hukum. Beberapa hal
yang telah dilakukan di antaranya :

1. Diberlakukannya Otonomi Daerah yang lebih demokratis dan


semakin luas.

8
2. Kebebasan berpolitik dilakukan dengan pencabutan pembatasan
partai politik.
3. Menghindarkan munculnya penguasa yang otoriter dengan
masa kekuasaan yang tidak terbatas.

Reformasi bidang ekonomi, kebijakan ekonomi Presiden B.J.


Habibie dilakukan dengan mengikuti saran-saran dari Dana Moneter
Internasional yang dimodifikasi dengan mempertimbangkan kondisi
perekonomian Indonesia yang semakin memburuk. Reformasi ekonomi
mempunyai tiga tujuan utama yaitu:
1. Merestrukturisasi dan memperkuat sektor keuangan dan perbankan.
2. Memperkuat basis sektor riil ekonomi.
3. Menyediakan jaringan pengaman sosial bagi mereka yang paling
menderita akibat krisis.
Secara perlahan presiden Habibie berhasil membawa perekonomian
melangkah ke arah yang jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaan
ekonomi yang sangat buruk, ketika terjadinya pengalihan kepemimpinan
nasional dari Soeharto kepada Habibie. Pemerintahan Habibie berhasil
menurunkan laju inflasi dan distribusi kebutuhan pokok mulai kembali
berjalan dengan baik. Selain itu, yang paling signifikan adalah nilai tukar
rupiah mengalami penguatan secara simultan hingga menyentuh
Rp. 6.700,-/dolar AS pada bulan Juni 1999. Sedangkan pada bulan yang
sama di tahun sebelumnya masih sekitar Rp. 15.000,-/dollar AS.

Reformasi bidang hukum, berdasarkan Tap MPR No.X/MPR/1998


reformasi di bidang hukum diarahkan untuk menanggulangi krisis dan
melaksanakan agenda reformasi di bidang hukum yang sekaligus
dimaksudkan untuk menunjang upaya reformasi di bidang ekonomi,
politik dan sosial budaya. Keberhasilan menyelesaikan 68 produk
perundang-undangan dalam waktu yang relatif singkat, yaitu hanya
dalam waktu 16 bulan. Tekad untuk mengadakan reformasi menyeluruh

9
dalam kehidupan nasional,telah berulang kali telah ditegaskan oleh
B.J Habibie bahwa Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar hukum
tertinggi negara yang selama ini disakralkan seharusnya ditelaah kembali
untuk disempurnakan sesuai dengan kebutuhan zaman. Penyempurnaan
Undang-Undang Dasar 1945 dipandang penting untuk menjamin agar
pemerintahan di masa-masa yang akan datang semakin berkembang
sesuai dengan semangat demokrasi dan tuntutan ke arah perwujudan
masyarakat madani yang dicita-citakan.

Pada tanggal 1 sampai 21 Oktober 1999, diadakan Sidang Umum


MPR hasil pemilu 1999. Tanggal 1 Oktober 1999, 700 anggota
DPR/MPR periode 1999-2004 dilantik. Lewat mekanisme voting, Amin
Rais dari Partai Amanat Nasional (PAN) terpilih sebagai Ketua MPR dan
Akbar Tanjung dari Partai Golkar terpilih sebagai Ketua DPR. Pada
tanggal 14 Oktober 1999, Presiden B.J. Habibie menyampaikan pidato
pertanggungjawabannya di depan Sidang Umum MPR. Dalam
pemandangan umum fraksi-fraksi atas pidato pertanggung jawaban
Presiden Habibie tanggal 15-16 Oktober 1999, dari sebelas fraksi yang
menyampaikan pemandangan umumnya, hanya empat fraksi yang secara
tegas menolak, sedangkan enam fraksi lainnya masih belum menentukan
putusannya. Kebanyakan fraksi itu memberikan catatan serta pertanyaan
balik atas pertanggungjawaban Habibie itu.

Pada umumnya masalah yang dipersoalkan adalah masalah


Timor-Timur, pemberantasan KKN, masalah ekonomi dan masalah Hak
Azasi Manusia. Setelah mendengar jawaban Presiden Habibie atas
pemandangan umum fraksifraksi, MPR dalam sidangnya tanggal 20
Oktober 1999, dini hari akhirnya menolak pertanggungjawaban Presiden
Habibie melalui proses voting. Tepat pukul 00.35 Rabu dini hari, Ketua
MPR Amin Rais menutup rapat paripurna dengan mengumumkan hasil
rapat bahwa pertanggungjawaban Presiden Habibie ditolak pagi harinya,

10
20 Oktober 1999, pada pukul 08.30 di rumah kediamannya. Presiden
Habibie memperlihatkan sikap kenegarawanannya dengan menyatakan
bahwa dia ikhlas menerima keputusan MPR yang menolak laporan
pertanggung jawabannya. Pada kesempatan itu, Habibie juga
menyatakan mengundurkan diri dari pencalonan presiden periode
berikutnya. Pada 20 Oktober 1999, Rapat Paripurna ke-13 MPR dengan
agenda pemilihan presiden dilaksanakan. Beberapa calon diantaranya
adalah Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri dan Yusril Ihza
Mahendra. Calon yang disebut terakhir menyatakan pengunduran dirinya
beberapa saat menjelang dilaksanakannya voting pemilihan presiden.
Lewat dukungan poros tengah (koalisi partai-partai Islam) Abdurrahman
Wahid memenangkan pemilihan presiden melalui proses pemungutan
suara. Ia mengungguli Megawati yang didukung oleh Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP) yang nota bene adalah pemenang pemilu
1999. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Presiden Habibie
yang hanya berlangsung singkat kurang lebih 17 bulan.

 Kabinet dan sistem kinerja pada masa pemerintahan presiden


Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarno Putri (1999-2004)
K. H. Abdurahman Wahid membentuk Kabinet yang disebut
Persatuan Nasional, ini adalah kabinet koalisi yang meliputi anggota
berbagai partai politik antara lain PDI-P, PKB, Golkar, PPP, PAN, dan
Partai Keadilan (PK), non partisan dan juga TNI juga ada dalam kabinet
tersebut. Kabinet Persatuan Nasional dibentuk berdasarkan keputusan
Presiden Republik Indonesia No.335/M Tahun 1999 tanggal 26 Oktober
1999. Kabinet ini terdiri dari 39 kementerian.

Dalam menyusun Kabinet Persatuan Nasional, pertimbangan


mengenai kompromi politik lebih tinggi jika dibandingkan dengan
pertimbangan profesional. Kabinet ini terdiri dari berbagai partai yang
mendukungnya untuk menjadi Presiden. Kabinet ini lahir di era krisis

11
yang multi dimensi dengan tugas memenuhi harapan Masyarakat untuk
mencapai Indonesia baru yang tertib, efisien dan demokratis. Kabinet ini
juga diharapkan dapat menjadi Kabinet pertama dalam membangun
tradisi pemerintahan yang bersih dan efektif. Untuk memenuhi harapan
Masyarakat untuk mencapai Indonesia baru yang tertib, efisien dan
demokratis serta menjadi Kabinet pertama dalam membangun tradisi
pemerintahan yang bersih dan efektif kabinet ini memiliki perubahan di
bidang politik, ekonomi, militer, hukum dan sosial budaya.

Reformasi bidang politik, kebijakan awal pemerintahan


Abdurrahman Wahid adalah membubarkan Departemen Penerangan.
Dimasa Orde Baru Departemen penerangan merupakan alat bagi
Presiden Soeharto untuk mengekang kebebasan pers, dengan
dibubarkannya Departemen tersebut maka kebebasan pers di Indonesia
semakin terjamin. Kemudian K. H. Abdurahman Wahid membuat suatu
kebijakan untuk mencabut TAP MPR-RI tentang larangan terhadap
Partai Komunis, ajaran Marxisme, Leninisme, dan Komunisme. Lawan
politik KH. Abdurrahman Wahid menganggap kebijakan ini hanya
kepentingan KH. Abdurrahman Wahid semata, untuk mendapat simpati
dari para keluarga mantan tahanan politik yang terkait dengan Partai
Komunis Indonesia (PKI).

Reformasi bidang ekonomi, untuk mengatasi krisis moneter dan


memperbaiki ekonomi Indonesia, dibentuk Dewan Ekonomi Nasional
(DEN) yang bertugas untuk memecahkan perbaikan ekonomi Indonesia
yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Presiden
Abdurrahman Wahid mewarisi ekonomi Indonesia yang relatif lebih
stabil dari pemerintahan Habibie, nilai tukar Rupiah berada dikisaran Rp
6.700/US$. indeks harga saham gabungan (IHSG) berada di level 700.
Dengan hal tersebut di tambah legitimasi yang dimilikinya sebagai
presiden bersama wapres yang dipilih secara demokratis, Indonesia

12
mestinya sudah bisa melaju kencang. Namun Presiden Abdurrahman
Wahid bersama kabinetnya menolak melanjutkan semua hasil kerja keras
kabinet pemerintahan Habibie seperti Departemen Koperasi dan
Pengusaha Kecil Menengah (PKM), yang selama pemerintahan Habibie
menjadi lokomotif ekonomi kerakyatan oleh Presiden Abdurrahman
Wahid dijadikan kementerian nonportofolio atau menteri negara non
Departemen. Pada tahun 1999 ekonomi Indonesia hanya membukukan
pertumbuhan yang relatif rendah namun di tahun 2000-an ketika Presiden
Abdurrahman Wahid berkuasa pertumbuhan ekonomi di Indonesia
mencapai 3-4%. Sementara inflasi bertengger pada angka terkendali,
sekitar 7%. Hal ini disebabkan oleh konsumsi yang tertunda . Kemudian
naiknya ekspor komoditas pertanian dan elektronik, yang diuntungkan
oleh rendahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar. Naiknya harga minyak
dan gas bumi juga menjadi faktor penting dalam menambah pemasukan
keuangan Negara. Selama pemerintahan Abdurrahman Wahid IMF tak
pernah mencairkan pinjamannya, hal tersebut membuktikan kepada
dunia luar bahwa Indonesia dapat diurus tanpa bantuan dana dari IMF
pada masa pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid.

Reformasi bidang militer, Pemerintahan Abdurrahman Wahid


melanjutkan proses reformasi militer mengambil tindakan untuk
menciptakan supremasi sipil dengan cara memilih Menteri Pertahanan
dari kalangan sipil yaitu menunjuk Juwono Sudarsono yang kemudian
digantikan oleh Prof. Dr. Mahfud M.D. Langkah lain yang diambil
Abdurrahman Wahid adalah memilih Laksamana Widodo A. S yang
berasal dari Angkatan Laut sebagai Panglima TNI. Pemilihan Laksamana
Widodo A.S merupakan suatu dobrakan atas tradisi mengingat dari awal
berdirinya organisasi. militer di Indonesia, Angkatan Darat selalu
menempati pucuk tertinggi. Selain itu, ada lima kebijakan lain yang
diambil oleh Abdurahman Wahid untuk mereformasi militer dan
menciptakan supremasi sipil, diantaranya :

13
1. Mengurangi jumlah perwira yang duduk di jabatan publik baik di
tingkat pusat maupun di tingkat daerah seperti jabatan direktur
jendral, inspektur jendral, jabatan setingkat menteri lain yang
menjadi langganan perwira militer, gubernur, bupati, dan walikota.
2. Memisahkan secara tegas Polisi dari struktur militer sehingga
Kapolrilangsung berada di bawah komando Presiden.
3. Membentuk Komisi Penyelidik Pelanggaran Hak Asasi Manusia
(KPPHAM) dalam kaitannya dengan peristiwa Timor Timur,
Tanjung Priok, dan Trisakti yang diduga melibatkan personil TNI.
4. Penyelesaian masalah Gerakan Separatis di Aceh yang lebih
mengutamakan pendekatan dialogis daripada pendekatan dengan
kekuatan militer.
5. Pergantian Menko Polsoskam dari Jendral (Purn) Yudhoyono
kepada Jendral (Purn) Agum Gumelar karena Yudhoyono ditengarai
membahayakan pemerintahan Wahid sebagai simbolisasi supremasi
sipil.

Reformasi bidang hukum, angkah setrategis yang diambil K.H.


Abdurrahman Wahid adalah realisasi pemisahan TNI-Polri dan
menempatkan lembaga TNI dan Polri dibawah lembaga kePresidenan
langsung. Ini merupakan langkah maju untuk menyibak tabir kerancuan
antara tugas dan wewenang TNI dan Polri. Dalam hal ini, pemerintahan
K.H. Abdurrahman Wahid telah mampu menindaklanjuti cita-cita
reformasi dengan mengeluarkan kebijakan yan gagasannya dimulai pada
masa Presiden BJ. Habibie melalui intruksi Presiden No. 2/1999.
Keppres ini kemudian dikongkritkan oleh K.H. Abdurrahman Wahid
dengan menerbitkan Keppres Nomor 89 Tahun 2000 tentang kedudukan
kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam pasal 2 ayat 1 Keppres itu
berbunyi “Kepolisian Negara Republik Indonesia berkedudukan
langsung dibawah Presiden”.Terdapat pula PP No.19/2000 tentang Tim

14
Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Di luar itu ada
juga komitmen untuk memberantas korupsi dan keluarnya PP
No.71/2000 tentang peran-serta masyarakat dalam pemberantasan
korupsi. Tim yang terbentuk tersebut ternyata tidak berjalan efektif
karena tidak didukung komitmen politik.

Reformasi bidang sosial budaya, untuk mengatasi masalah


disintegrasi dan konflik antarumat beragama, Abdurahman Wahid
memberikan kebebasan dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama.
Hak itu dibuktikan dengan adanya beberapa keputusan presiden yang
dikeluarkan, yaitu:

1. Keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 mengenai Pemulihan Hak Sipil


Penganut Agama Konghucu. Etnis Cina yang selama Orde Baru
dibatasi, maka dengan adanya Keppres No. 6 dapat memiliki
kebebasan dalam menganut agama maupun menggelar budayanya
secara terbuka seperti pertunjukan Barongsai.
2. Menetapkan Tahun Baru Cina (IMLEK) sebagai hari besar agama,
sehingga menjadi hari libur nasional.

Kabinet Persatuan Nasional dibubarkan pada 23 Juli 2001 setelah Gus


Dur lengser dari jabatan presiden. Gus Dur digantikan oleh Megawati
Soekarnoputri dan Wakil Presiden Hamzah Haz yang kemudian
membentuk Kabinet Gotong Royong. Kabinet ini berlangsung dari 2001
hingga 2004. Selama masa jabatan Megawati, tidak terjadi perombakan
kabinet, namun terdapat pengangkatan menteri sementara karena
beberapa menteri mengundurkan diri. Tantangan dan prioritas kebijakan
pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri terdiri dari sektor
keamanan yang terbagi ke dalam lima bidang yaitu militer, politik,
lingkungan, ekonomi dan sosial.

15
Bidang ekonomi, sistem pemerintahan Presiden Megawati berupaya
memberikan kondisi yang kondusif untuk membangun kembali ekonomi
yang porak poranda sejak terjadinya krisis, pendarahan dan koma
ekonomi-politik sejak 1998 hingga 2001. Pada awal masa
pemerintahannya, Indonesia memiliki utang sebesar USD 150,8 milyar
sebagai warisan dari Orde Baru (Robinson & Rosser, 1998). Nilai utang
tersebut lebih dari 90% PDB Indonesia sehingga Indonesia tidak punya
akses ke pasar uang dan pasar modal internasional. Sebagai seorang
pemimpin, Presiden Megawati mengikuti perundingan Paris Club dan
London Club sebagai upaya untuk menegosiasikan ulang utang-utang
Indonesia pada saat itu. Selain itu, sejak krisis ekonomi 1997, pendapatan
per kapita bangsa Indonesia hanya sebesar USD 465. Namun dengan
adanya kebijakan pemulihan situasi keamanan, pendapatan per kapita
naik menjadi USD 930 pada 2004. Pada tahun 2002, nilai ekspor
Indonesia mencapai USD 57,158 Milyar dan impor sebesar USD 1,229
Milyar. Pada tahun 2003 nilai ekspor dan impor terus naik dan mencapai
nilai USD 61,02 Milyar untuk ekspor dan USD 32,39 Milyar untuk
impor. Selain itu, kebijakan privatisasi BUMN tahun 2003 terbukti
mampu menaikkan pertumbuhan ekonomi nasional sebanyak 4,1% dan
menekan inflasi sebesar 5,06%. Kebijakan privatisasi ini dilakukan
dalam kondisi krisis untuk melindungi perusahaan negara dari intervensi
publik dan pembayaran utang negara.

Bidang politik, langkah awal yang diambil oleh Presiden Megawati


saat menjabat adalah membangun tatanan politik yang baru melalui
amandemen UUD 1945. Pemerintah melakukan penyesuaian seluruh
ketentuan perundang-undangan sesuai dengan amandemen yang telah
ditetapkan. Selain itu, pemerintah juga menyusun berbagai peraturan
perundang-undangan yang belum dimiliki dalam rangka untuk
melengkapi amanat UUD 1945 setelah amandemen. Beberapa peraturan
perundang-undangan yang dimaksud diantaranya:

16
1. Revisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah.
2. Rancangan Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi.
3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Partai Politik.
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum
5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan Dan
Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang pemilihan Presiden
dan Wakil Presiden.

Presiden Megawati Soekarnoputri lebih memperhatikan dan


mempertimbangkan peran DPR dalam penentuan kebijakan luar negeri
dan diplomasi seperti diamanatkan dalam UUD 1945. Presiden
Megawati Soekarnoputri juga lebih memprioritaskan diri untuk
mengunjungi berbagai wilayah konflik di Tanah Air seperti : Aceh,
Maluku, Irian Jaya, Kalimantan Selatan serta Timor Barat.

Bidang sosial, Kabinet Gotong Royong berhasil menuntaskan


konflik sosial hingga peningkatan kesejahteraan sosial. Dalam rangka
menyelesaikan konflik yang ada di tengah masyarakat, pemerintah
melakukan berbagai pendekatan, baik yang bersifat politik, sosial
maupun kultural. Munculnya gerakan separatis di Aceh dan Papua, serta
konflik sosial yang terjadi di Poso dan Maluku tentunya sangat
mengancam keamanan nasional Indonesia. Dalam menghadapi konflik
tersebut, Presiden Megawati mencoba menyelesaikan konflik melalui
upaya perdamaian. Selain itu, maraknya aksi separatisme dan terorisme
di Indonesia membuat Presiden Megawati dan kabinetnya bersikap tegas
dengan cara menerbitkan dua Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang (Perppu), yaitu: Perppu Nomor 1 Tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dan Perppu Nomor 2 Tahun

17
2002 tentang Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tersebut pada peristiwa peledakan
bom di Bali pada tanggal 12 Oktober 2002 (Komunitas Peduli
Komunikasi Indonesia, 2004). Selain itu, masalah sosial lain yang
dialami oleh Indonesia pada masa pemerintahan presiden Megawati
adalah masalah kemiskinan. Hal ini timbul sebagai akibat dari krisis
moneter yang menyebabkan banyak pabrik yang ditutup dan terpaksa
memutus hubungan kerja (PHK) para karyawannya. Kondisi ini
menyebabkan peningkatan pengangguran dan kriminalitas yang semakin
tinggi. Untuk mengatasi masalah sosial ini, Predisen Megawati
mengeluarkan beberapa kebijakan pengentasan kemiskinan, salah
satunya melalui pembentukan Komite Penanggulangan Kemiskinan,
program Jaring Pengaman Sosial serta program Pemberdayaan Dalam
Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi.

Bidang lingkungan, pemerintahan Presiden Megawati belajar dari


masa lalu terkait kasus lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan pada tahun
2002. Pemerintahan Presiden Megawati memulai beberapa langkah
progresif, diantaranya melalui penamaan pulau-pulau di Indonesia yang
tak berpenghuni. Pengarsipan nama-nama pulau kini semakin digiatkan,
dan ide tersebut tentu saja datang dari Presiden Megawati. Selain itu,
Presiden Megawati juga sempat menghentikan beberapa aktivitas
pertambangan yang dinilai merusak lingkungan, seperti:

1. Aktivitas pertambangan Freeport di Papua yang dianggap melanggar


aturan internasional tentang AMDAL (dampak lingkungan).
2. Kontrak pertambangan minyak Caltex di Blok Natuna Kepulauan
Riau.
3. Kontrak pertambangan Migas Caltex di Riau Daratan (Dahuri dan
Samah, 2019).

18
Pada tahun 2003 pemerintahan Presiden Megawati meluncurkan
program penanaman pohon skala besar dalam bentuk Gerakan Nasional
Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN), Program ini dibentuk untuk
menyikapi perlunya rehabilitasi wilayah terdegradasi yang luasnya
semakin meningkat serta kerusakan hutan dan lahan yang terjadi dalam
beberapa tahun terakhir.

Bidang militer, Salah satu peran TNI di dalam sistem politik


demokratis yang dilakukan Presiden Megawati secara khusus
memutuskan transfer wewenang pelaksanaan operasi keamanan di
Maluku dari tangan Polisi ke tangan TNI yang terbukti efektif untuk
memulihkan stabilitas keamanan pada tahun 2002. Presiden Megawati
juga menghidupkan kembali Kodam Iskandar Muda pada bulan Februari
2002. Pada tahun 2003, Megawati menetapkan status Aceh sebagai
Daerah Operasi Militer dengan dukungan penuh dari parlemen. Sekitar
30.000 personel TNI dan 12.000 personil Polri dikirim ke Aceh untuk
melakukan operasi kontra-pemberontakan dan supervisi urusan sipil.
Pada masa pemerintahannya, Presiden Megawati berusaha menarik
lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan untuk membantu TNI
dalam menghadapi ancaman non-militer. TNI juga diberikan empat tugas
pokok yakni mempertahanankan kedaulatan negara dan keutuhan
wilayah, melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa, menjalankan
operasi militer selain perang, dan ikut melaksanakan perdamaian dunia
secara regional maupun internasional. Di masa kepemimpinan Presiden
Megawati, peningkatan kesejahteraan personil TNI dan Polri terus
digalakkan. Bantuan presiden itu sekiranya akan meningkatkan
kesejahteraan anggota TNI/Polri dan keluarganya. Rumah-rumah dinas
TNI dan Polri tersebut adalah bantuan Presiden pada 2002 senilai Rp 7,5
milyar untuk masing-masing angkatan di lingkungan TNI/Polri. Bantuan
tersebut berwujud ratusan unit rumah, perbaikan mess serta berbagai
sarana fisik milik TNI/Polri lainnya. Selain itu, Presiden Megawati juga

19
menempatkan beberapa purnawirawan TNI/Polri untuk masuk ke dunia
politik menjadi Gubernur di dalam proses politik melalui pemilihan baik
DPRD Provinsi maupun Pemilukada secara langsung.

2. 3 Kekurangan dan kelebihan pada masa pemerintahan yang ada di Era


Reformasi
 Kelebihan dan Kekurangan Masa Pemerintahan BJ Habibie
1. Kelebihan:
 Aktif
Pada era kepemimpinan BJ. Habibie ditandai beberapa
perkembangan pesat dari sudut pandang demokrasi yang
membuktikan keaktifan dalam memimpin, misalnya pemberian
kebebasan mendirikan partai politik, kebebasan pers, dan pelepasan
Narapidana Politik (Napol), bahkan memberikan kebebasan kepada
rakyat Timor Timur memilih untuk merdeka atau tetap bergabung
dengan RI.
 Kritis
Selama BJ. Habibie menjabat menjadi Presiden banyak ide yang
dilahirkan, selain melanjutkan kebijakan mantan Presiden Soeharto
pendahulunya. Salah satunya yaitu Habibie telah berhasil meletakan
dasar-dasar bangun arsitektural ekonomi yang menjadi landasan
perbaikan ekonomi menuju kesejahteraan sosial, yaitu sistem
ekonomi pasar sosial yang diwacanakan pada waktu itu. Namun,
waktu jabatannya telah usai. Sehingga, gagasannya terbengkalai, dan
tidak dilanjutkan oleh Presiden penggantinya.
 Daya Juang Tinggi (Karena Situasi Cenderung Tidak Baik)
BJ. Habibie termasuk Presiden yang memiliki daya juang yang sangat
tinggi dan produktif, dimana menjabat selama enam belas bulan,
Habibie terbukti mampu mengeluarkan Undang-undang sebanyak 59
Undang-undang. Diantaranya undang-undang yang bersifat

20
demokratris, UU No.2 tahun 1999 tentang partai politik, UU No.3
tahun 1999 tentang Pemilihan Umum, dan UU No.4 tahun 1999
tentang susunan kedudukan DPR/MPR. Ada pula beberapa Ketetapan
MPR yang dikeluarkan, dan diantaranya 4 Ketetapan MPR yang
mencerminkan jawaban dari tuntutan reformasi.
2. Kelemahan:
Dibalik kesuksesan BJ. Habibie membawa angin perubahan untuk
Indonesia, terdapat kelemahan yang dimiliki oleh kepemimpinan BJ.
Habibie. Adapun kelemahan dari gaya kepemimpinan BJ. Habibie
adalah cepat mengambil keputusan, namun pengambilan keputusan
yang cepat ini dapat menjadi berbahaya karena dalam keputusan
negara sebaiknya perlu mengkaji keputusan maupun kebijakan lebih
mendalam terlebih dahulu agar suatu keputusan itu menjadi final dan
tidak menjadi keputusan yang malah akan membahayakan bangsa
indonesia ini sendiri. Hal ini dibuktikan melalui keputusan yang
dibuat BJ. Habibie ketika beliau memutuskan untuk melepaskan
Timor-timor dari NKRI keputusan yang beliau buat dirasa terlalu
tergesa-gesa walaupun memang dalam faktanya indonesia dengan
Timor Timur tidak dapat menemukan jalan keluar dari konflik yang
terjadi pada saat itu. Dengan demikian, corak dari gaya
kepemimpinan habibie tidak banyak didasari atas kepentingan politik,
sehingga saya menilai bahwa kepentingan Habibie lebih didasarkan
atas kemanusiaan.

 Kelebihan dan Kekurangan Masa Pemerintahan Abdurrahman


Wahid
1. Kelebihan:
 Gus Dur memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini
menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti referendum
Timor Timur. Gus Dur juga ingin mengadopsi pendekatan yanglebih
lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer

21
di Negeri Serambi Mekkah tersebut. Pada 30 Desember 1999, Gus
Dur mengunjungi Jayapura di provinsi Irian Jaya. Selama
kunjungannya, Abdurrahman Wahid berhasil meyakinkan
pemimpin-pemimpin. Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama
Papua
 Politik Luar Negeri Yang Bebas Aktif
Dengan kunjungan keluar negeri sebenarnya merupakan
pemborosan, akan tetapi ini dilakukan untuk mengangkat citra
Negara Indonesia. Akibat rezim Pak Soeharto, citra Indonesia
dikenal sebagai negara totaliter dengan tingkat demokratisasi yang
rendah. Untuk mengatasi hal tersebut Presiden Gus Dur melakukan
kunjungan ke Negara Negara yang tergabung dalam ASEAN,
Afrika, Eropa, hingga Benua Amerika. Karena kunjungan ini politik
politik bebas aktif begitu kentara. Seringnya Presiden Gus Dur
berkunjung ke luar negeri ini ternyata mendapat respon positif dari
dunia, bahkan membuka peluang kerjasama (terutama kerjasama
dalam bidang perdagangan).
2. Kelemahan:
 Presiden Abdurahman Wahid sering melontarkan pernyataan-
pernyataan kepada media yang kerap memanaskan suhu politik
Tanah Air. Hal tersebut menimbulkan keguncangan situasi politik
dalam negeri. Salah satunya yaitu soal reshuffle cabinet atau desakan
mundur terhadap sejumlah menteri.
 Dengan beberapa keputusan yang kontroversial membuat gusdur
bukan sosok yang populis. Sebagian kalangan menganggap Gus Dur
adalah tokoh nasionalyang diakui kecemerlangannya. Sebagai sosok
utama di kalangan Nahdiyin (basis massa keagamann organisasi
Nahdatul Ulama), Gus Dur memang disegani kepemimpinannya.
Tapi, sebagai seorang negarawan yang harus arif dalam membuat
kebijakan, Gus Dur diragukan kemampuannya.

22
 Kelebihan dan Kekurangan Masa Pemerintahan Megawati Soekarno
Putri
1. Kelebihan:
 Memiliki kemampuan manajerial dan mengelola konflik yang luar

biasa.
Kemampuan Megawati Soekarno Putri dalam manajemen dan
mengelola konflik di kancah dunia politik dalam menjalankan
pemerintahan dibuktikan dengan cara ia menghadapi permasalahan
yang komplek seperti; hukum dan politik, permasalahan ekonomi
yang buruk, pemberantasan korupsi dan terorisme.
Karena pada waktu sepeninggalan rezim Soeharto yang cukup
meninggalkan banyak permasalahan berat.
 Pemimpin yang demokrasi

Walaupun Megawati Soekarnoputri menjabat sebagai presiden tidak


cukup lama namun ia memiliki kebijakan-kebijakan inovatif untuk
menyelesaikan permasalahan nasional pada masa 2001 an, seperti
kebijakan kebijakan perbaikan ekonomi nasional, pertahanan negara
serta politik Persiapan pelaksanaan pemilu pada tahun 2004 menjadi
cikal bakal pelaksanan demokrasi rakyat dengan pemilu langsung
oleh rakyat sehingga rakyat turut andil dalam politik demokrasi
Indonesia.
 Kepemimpinan yang tegas

Permasalahan konflik internal maupun eksternal dalam memimpin


Megawati dikenal dengan Keputusan finalnya dalam menyelesaikan
permasalahan. Kemampuannya dalam berpikir sistematis logis
dalam memimpin mempengaruhi kebijakan kebijakannya dalam
memecahkan konflik. Oleh sebab itu tak jaranng permasalahan
internal partai yang kian membaik ketika megawati menjadi
panglima partai demokrasi perjuangan. Dalam aspek ini Megawati
yang terlihat otoriter masih bisa dianggap sebagai kelebihannya
dalam memimpin karena setiap konfilik internal partai segera selesai

23
dan terkonsolidasi dengan baikketika Megawati membuat
keputusan.
2. Kelemahan:
 Kurangnya pemahaman dalam ekonomi sehingga keputusan yang
diambil tidak berpihak kepada rakyat.
Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang Megawati sebagai
mahasiswa pertanian dan psikologi, sehingga dalam bidang
ekonomi Megawati soekarnoputri idak terlalu menguasai. Namun
tidak dapat dipungkiri ada permasalahan internal atau rezim
Megawati memililki kepentingan personal dibalik kepentingan
umum. Sehingga bukannya menguntungkan rakyat malah justru
merugikan rakyat.
 Lebih mementingkan politik partai daripada kepentingan umum
Kebijakan Megawati Soekarnoputri yang dirasa rakyat lebih
mengepentingkan kepentingan politik partai (PDI-P) daripada
kepentingan rakyat sendiri sehingga rakyat menilai rezim
megawati hanya mengatasnamakan kepentingan umum dibalik
kepentingannya sendiri
 Dianggap gagal melaksanakan agenda reformasi dan tidak mampu
mengatasi krisis bangsa.
Kegagalan Megawati dalam melaksanakan reformasi dilihat dari
kebijakan kebijakannya yang justru merugikan rakyat dan
ketidakseriusan nya dalam menangani permasalahan nasional
korupsi, kolusi dan nepotisme KKN) serta dengan ditandainya
hubungan kemesraan rezim Megawati Soekarno Putri dengan
keluarga cendana socharto dan orang orang orde baru,

24
BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
Sistem pemerintahan yang digunakan oleh negara Indonesia saat ini
ialah presidensial yang mana pemerintahan negaranya dipegang oleh seorang
presiden, sistem ini mulai digunakan ketika era reformasi tepatnya setelah
Indonesia dinyatakan merdeka karena dengan hal tersebut pemerintah
berharap negara Indonesia dapat menjadi lebih baik lagi dengan adanya
sistem baru yang bentuk pemerintahannya republik dimana dengan bentuk
pemerintahan ini kekuasaannya berasal dari rakyat melalui mekanisme
pemilihan umum dan biasanya dipimpin oleh seorang presiden sebagai kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan.
Pada sistem pemerintahan di Era Reformasi ini terdapat kabinet
masing-masing yang mencerminkan atau menggambarkan dari
kepemimpinan presiden yang berkuasa saat itu, seperti presiden BJ Habibie,
Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarno Putri. Di mana setiap kabinet
yang dipimpin oleh masing-masing presiden ini memiliki sistem kinerja
masing-masing, hal ini diharapkan sebagai solusi untuk menyelesaikan atau
menuntaskan hal-hal yang belum tercapai di periode pemerintahan
sebelumnya serta untuk memperbaiki program yang ada di masa depan masa
depan.

3. 2 Saran
Dalam pembuatan tugas makalah dengan judul “Sistem Addministrasi
Negara Republik Indonesia” ini, kami sekelompok sebagai penulis merasa
bahwa makalah ini belum sepenuhnya lengkap dan sempurna. Sehingga,
penulis sangat membutuhkan saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak untuk dijadikan sebagai acuan supaya dapat menjadi lebih baik lagi
kedepannya. Dan semoga makalah yang kami sekelompok buat ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

25
DAFTAR PUSTAKA

26

Anda mungkin juga menyukai