Anda di halaman 1dari 23

JARINGAN PENYOKONG

(Untuk memenuhi salah satu nilai mata kuliah Anatomi Fisiologi Tumbuhan)

Dosen pengampu : apt. Eko Sri wahyuningsih, M. Farm

Oleh:

Wati 22416248201018
Wiwin Sri Intan 22416248201162

FM22E

KELOMPOK 11

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN

KARAWANG

2024

DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………...

2.1 Pembentukan Dinding Sel Sekunder pada Sklerenkim Jarinngan Node.............

2.2 Cincin Sklerenkim Sebagai Penghalang Makan Floem Oleh Psyllid Jeruk
Asia............................................................................................................................

2.3 Implikasi Fungsional Sklerenkim Kortikal


Multiseriat.........................................

2.4 Metode Ekstraksi Protein Untuk Analissi Protein Jagung Yang Kaya
Mengandung Sel
Sklerenkim......................................................................................

2.5 Jaringan Sklerenkim Pada Buah Kacang Tanah Di Percepat Oleh Keadaan
Gelap dan Di Hambat Oleh
Cahaya…………………………………………………

2.6. Sklerenkim Kortikal Multiseriat Meningkatkan Penetrasi Akar Pada Tanah


Padat...........................................................................................................................

2.7 Pertumbuhan Serat Sklerenkin Yang Intrusif.......................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

REFERENSI.............................................................................................................

LAMPIRAN..............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 Perubahan struktur jaringan kelenjar getah bening...........................

GAMBAR 2.3 Garis dengan MCS............................................................................

GAMBAR 2.4 Struktur mikroskopik pelepah daun jagung.......................................

GAMBAR 2.5 Bentuk melintang pada buah kacang tanah………………………...

GAMBAR 2.7 Deteksi antibodi epitop LM19...........................................................


ABSTRAK

Sklerenkim termasuk ke dalam jenis jaringan penyokong pada tumbuhan


yang memiliki sel yang mati serta di perkuat oleh lingnin, senyawa yang
memberikan kekuatan dan ketahanan, tugas sklerenkim adalah memberikan
dukungan struktural pada tumbuhan, seperti batang dan biji serta berperan dalam
melindungi dari serangan yang datang dari luar, sklerenkim terbagi menjadi 2
jenis, sklerenkim serat tipis dan sklerenkim batu pendek yang sedikit lebih tebal,
Sklerenkim serat ditemukan dalam jaringan pengangkut primer tumbuhan,
sklerenkim batu biasanya ditemukan di lapisan pelindung kulit batang dan biji,
seperti kulit kacang, sklerenkim dapat ditemukan dalam famili-famili seperti
Rosaceae pada kulit apel, dan Vitaceae pada kulit biji anggur, serta famili
tumbuhan lainnya, tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis jaringan
sklerenkim yang terdapat pada tumbuhan ,Jenis penelitian ini adalah penelitian
study literatur. Peneltian ini dilakukan di Jurusan Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar. Tehnik pengumpulan
data yang digunakan yakni dengan mencari artikel pada jurnal yang mengkaji
tentang sklerenkim, Hasil penelitian yang didapatkan, sklerenkim pada family
Rosaceae, Menispermaceae dan juga pada famili fabaceae, pada spesies Tinospora
cordifolia ditemukan jenis sklerenkim bentuk serabut sklerenkim yang
melengkung, dan pada spesies Arachis hypogaea L, di temukan sklerenkim
terbentuk di antara endokarp dan mesokarp. Spesies dari family Rosaceae dan
fabaceae yang menjadi sampel yang ditemukan pada artikel-artikel jurnal yakni
tinospora cordifolia, arachis hypogea.

Kata kunci: Anatomi, Sklerenkim, Tumbuhan, Famili, Spesies


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Munculnya jaringan mekanis yaitu jaringan penyokong atau bisa juga disebut
dengan jaringan slerenkim yang merupakan bagian perubahan besar bagi tanaman
yang akan membuat tunbuhan tumbuh dengan baik di darat dan menjadi lebih
besar. Tumbuhan tersbeut mengembangkan beberapa jenis bagian jaringan
terkhusus pada sel-sel yang tebal yang membuat batang tanaman menjadi kaku
dan mengharuskan tumbuh tinggi serta memiliki banyak cabang. Hal ini yang
akan menjadi sumber kekuatan dari pada bagian tanaman, seperti organ, yang
tidak dapat didukung oleh tanaman lain. Jaringan ini terdiri dari sel-sel yang
sudah tidak hidup lagi dan memiliki dinding yang keras, sehingga tidak dapat
tumbuh atau membelah seperti sel lainnya. Banyak tumbuhan yang tumbuh
dengan spesies yang memiliki bentuk, ukuran dan warna yang berbeda-beda.
Perbedaan dari segi bentuk dan ukuran terlihat secara keseluruhan pada suatu
tumbuhan, sedangkan pada warna bunga dan warna daun terlihat jelas
perbedaannya. Faktor luar dan dalam suatu tumbuhan sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Faktor luar meliputi tanah,
kelembaban, udara, suhu, cahaya dan air. Faktor dalam dapat berupa gen, hormon,
kandungan klorofil, serta struktur morfologi dan anatomi organ
tumbuhan. Jaringan juga sering disebut sebagai sekelompok sel dengan asal usul,
struktur dan fungsi yang sama. Sklerenkim akan mengalami penebalan dinding
sekunder termasuk berlignin atau tidak berlignin. Pada sklerenkim dibagi menjadi
serat dan sklereid. Sklereid dan serat ialah dua klasifikasi utama sel sklerenkim.
Meskipun tidak terlihat jelas perbedaan diantara kedua jenis sel tersebut, serat
seringkali berbentuk seperti sel yang panjang, berbeda dengan sklereid yang
memiliki berbagai bentuk dan memiliki struktur yang cenderung lebih kuat.
Jaringan sklerenkim termasuk bagian dari sel-sel yang sudah
mati karena sekelompok sel dinding mengalami penebalan sekunder
dan melindungi jaringan yang berada disekitarnya. Karakter anatomi merupakan
karakter yang baik untuk didentifikasikan dan perlu studi banding antara taksa
tumbuhan dan intertaksa. Delapan spesies tumbuhan yang diteliti memiliki
sklerenkim yang menutupi sel dengan dinding dan lumen yang menebal
(lignifikasi) yang mempunyai ciri-ciri tumbuhan berkayu dengan daun non-
succulent, sehingga kedua spesies tersebut ditandai dengan daun succulent. Selain
itu, semakin banyak jumlah lapisan sel sklerenkim maka semakin keras pula
kepadatan kayunya, misalnya ada pada Heritiera littoralis, Schleicher oleosa dan
Diospyros discolor.

Jurnal ini dirancang untuk membantu kita agar lebih memahami mengenai
anatomi jaringan dan fungsi sklerenkim pada beberapa jenis tumbuhan.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembentukan Dinding Sel Sekunder pada Sklerenkim Jaringan Node

Pembentukan Dinding Sel Sekunder pada Sklerenkim Jaringan Node Rice


(Brittle Node) Yang terlibat di dalamnya Machine Translated by Google Mutan
simpul rapuh dari beras Fisiol Sel Tumbuhan. Pada pengamatan ini menunjukkan
kemungkinan yang menarik bahwa pembentukan dinding sel sekunder pada buku-
buku diatur secara independen dari pembentukan dinding sel sekunder pada
batang dan daun. Karena mutan tersebut dikenal sebagai 'batang rapuh', meskipun
terdaftar sebagai 'batang rapuh 5', fenotip rapuh dari mutan tersebut terbatas pada
simpul yang sudah berkembang, dan tidak teramati di bagian tanaman lainnya,
termasuk batang dan batang. daun (Gbr.)Dinding sel sekunder terbentuk di dalam
dinding sel primer setelah terhentinya pertumbuhan sel, dan berkembang
khususnya pada jaringan sklerenkim dan elemen xilem [1]. Arabidopsis
VASCULAR-RELATED NAC DOMAIN ( VND ) 6 dan VND7 masing-masing
merupakan saklar transkripsional untuk diferensiasi pembuluh metaxilem dan
protoxylem, yang mengontrol peristiwa morfogenetik, termasuk pembentukan
dinding sel sekunder dalam jaringan[2].

Gambar 2.1 Perubahan struktur jaringan kelenjar getah bening


Perubahan struktur jaringan pada kelenjar getah bening pada tiga tahapa
berbeda. Node tanaman tipe liar(A-C, G dan H) dan mutan bc5(D-F, I dan J)
ditampilkan. Bagian memanjang (A-F) dan melintang (G-J) diwarnai ganda
dengan safranin O dan Fast Green FCF. Morfologi diamati pada BH (A dan D),
dan pada 1 (B dan E) dan pada WAH (C,F dan G-J). Jaringan sklerenkim pada
kelenjar getah bening. Bagian dengan ketebalan 10 µm digunakan. Bilah skala
menunjukkan 100 µm untuk A-G dan I, dan 50 µm untuk H dan J[1].

[1] Reiter, 2002

[2] Demura dkk, 2006

2.2 Cincin Sklerenkim Sebagai Penghalang Makan Floem Oleh Psyllid Jeruk
Asia

Psyllid jeruk Asia Diaphorina citri Kuwayama (Hemiptera:Liviidae)


merupakan penyebab utama datangnya bakteri terbatas floem Candidatus
Liberibacter asiaticus(Clas) yang disebut sebagai penyakit terhadap penghijauan
jeruk[3]. Spesies floem yyang selalu memberi makan serta berkembang biak
secara meyeluruh dibian pucuk tanaman[9]. Pada daun muda mengandung asam
amino yang memiliki unsur hara makro dan mikro pada floem pucuk yang
memperngaruhi tahapan kehidupan D. citri sebagai gejala utama daro turunnya
kualitas matangnya tunas siram[12]. Pada salah satu peneliti menunjukkan cincin
berserat sklerenkim berdinding tebal di sekitar floem pada daun jeruk dewasa
yang melebar penuh yang lebih menonjol di bagian abaksial dibandingkan dengan
sisi adaksial. D. citri dewasa melakukan upaya makan (serangan) floem berturut-
turut pada sisi abaksial daun dewasa dan serangan tersebut mengakibatkan periode
tertelan floem tidak berhasil atau lebih singkat. Psylids dewasa juga memakan
xilem lebih sering dan lebih lama pada daun dewasa dibandingkan dengan
psyllids dewasa yang ditempatkan pada daun muda. Mikroskop epifluoresensi
menunjukkan bahwa cincin berserat pada daun muda lebih tipis dan berfluoresensi
otomatis berwarna merah sedangkan cincin pada daun dewasa lebih tebal dan
berfluoresensi otomatis berwarna biru, menunjukkan perubahan struktur dan
komposisi (misalnya lignifikasi) sklerenkim yang berkorelasi dengan umur daun
[13]. Daun muda memiliki konsentrasi unsur hara makro dan mikro yang lebih
tinggi dibandingkan daun dewasa dan hal ini dikaitkan dengan kepadatan semua
tahap kehidupan D. citri yang lebih tinggi. Cincin berserat dari serat sklerenkim
berdinding tebal di sekitar floem pada daun jeruk terbukti lebih menonjol (lebih
tebal, dengan lebih banyak lapisan) pada daun dewasa yang mengembang penuh
dibandingkan dengan daun yang lebih muda, terutama pada sisi bawah (abaksial)
dibandingkan dengan daun jeruk. sisi adaksial, dan di pelepah dibandingkan
dengan vena sekunder[16].

[1] Richardfon, 2013

[2] Setamou M, 2015

[3] Setamou M, 2017

[4] Bonani, 2010

[5] Ammar ED, 2014

2.3 Implikasi Fungsional Sklerenkim Kortikal Multiseriat

Sklerenkim kortikal multiseriat (MCS), suatu sifat anatomi akar yang ditandai
dengan sel-sel kecil dengan dinding sel tebal yang dilapisi lignin di korteks luar,
telah terbukti menjadi sifat penting untuk adaptasi pada jagung dan gandum di
tanah yang terhambat secara mekanis. Namun, MCS mempunyai potensi untuk
meningkatkan toleransi terhadap cekaman edafik di sejumlah taksa tanaman yang
berbeda dan di sejumlah lingkungan yang berbeda [1]. Fenotip anatomi akar
kurang dimanfaatkan; namun, target pemuliaan yang penting untuk
pengembangan tanaman yang efisien, produktif, dan berketahanan sangat
dibutuhkan dalam pertanian global. Berbeda dengan ciri anatomi lainnya, sel
kortikal dengan MCS tidak mengubah ketebalan dinding selnya setelah MCS
terbentuk. Terdapat potensi besar MCS untuk dimanfaatkan dalam program
pemuliaan tanaman guna pengembangan tanaman yang lebih produktif di berbagai
lingkungan [2].

Gambar 2.3 Garis dengan MCS

[1] Schneider et al, 2021

[2] Hunter et al, 2017

2.4 Metode Ekstraksi Protein Untuk Analisis Protein Jagung Yang Kaya
Mengandung Sel Sklerenkim

Pelepah daun tanaman dewasa mengandung sel sklerenkim yang substansial


dengan dinding sekunder yang sangat menebal dan mengalami lignifikasi serta
memiliki jumlah fenolik yang tinggi, membuat ekstraksi protein dan analisis
proteom menjadi sulit pada jaringan pelepah daun [1]. Dalam penelitian ini, tiga
metode ekstraksi protein yang umum digunakan dalam proteomik tanaman, yaitu
ekstraksi fenol, ekstraksi TCA/aseton, dan ekstraksi TCA/aseton/fenol, dievaluasi
secara kualitatif dan kuantitatif berdasarkan peta 2DE dan analisis MS/MS.
menggunakan pelepah daun ke 10 tanaman jagung yang baru mengembang.
Mengingat kompleksitas struktur dan komposisi pelepah jagung, metode ekstraksi
protein yang sesuai untuk analisis proteomik berbasis gel harus dievaluasi dan
dioptimalkan. Hasil nya memberikan informasi yang berguna untuk memilih
metode ekstraksi protein yang sesuai untuk analisis proteom jaringan tanaman
bandel yang kaya akan sel sklerenkim [2].

Gambar 2.4 Struktur mikroskopik pelepah daun jagung

[1] Gong et al, 2015

[2] Liu et al, 2003

2.5 Jaringan Sklerenkim Pada Buah Kacang Tanah Di Percepat Oleh


Keadaan Gelap dan Di Hambat Oleh Cahaya

Jaringan sklerenkim pada buah kacang tanah berperan penting dalam


memperkuat struktur kulit buah [1]. Dari penelitian sebelumnya belum ada
informasi tentang pengaruh cahaya terhadap diferensiasi jaringan sklerenkim pada
buah kacang tanah. Hasil penelitan dan pembahsan Struktur anatomi kulit buah
kacang tanah terdiri dari eksokarp, mesokarp dan endokarp sama dengan struktur
anatomi kulit buah polong pada umumnya. Pada buah yang ditumbuhkan dalam
keadaan terang sel-sel mesokarp dan endokarp berukuran kecil, sedangkan pada
buah yang ditumbuhkan dalam keadaan gelap sel-sel endokarp dan mesokarp
tumbuh membesar [2]. Keadaan gelap berperan dalam diferensiasi jaringan
sklerenkim melalui mekanisme pengaturan kadar auksin di dalam buah. Menurut
Vaughan (1970), jaringan sklerenkim pada kulit buah kacang tanah terdiri dari sel
batu (sklereid) dan sel serabut sklerenkim. Diferensiasi jaringan sklerenkim pada
buah kacang tanah dipacu oleh keadaan gelap dan dihambat oleh cahaya [3] .

Gambar 2.5 Bentuk melintang pada buah kacang tanah

Penampang terbentuk melintang pada buah kacang tanah yang langsung


ditumbuhkan dalam keadaan terang(A) serta ditumbuhkan dalam keadaan gelap
pada (B). bj;bp = jaringan berkkas pengangkut; ek = endocarp; me = mesocarp rb
= ruang biji; sg = saluran getah; skl = jaringan sklerenkim.

[1] Sulistiono et al, 2004

[2] Howell, 2000

[3] Vaughan, 1970


2.6. Sklerenkim Kortikal Multiseriat Meningkatkan Penetrasi Akar Pada
Tanah Padat

Pada jagung (Zea mays), jumlah file sel kortikal dan ukuran sel kortikal
berdampak pada respirasi akar, kandungan nutrisi, dan pemanjangan akar ke
dalam tanah yang dalam. Unsur hara bergerak, termasuk nitrat dan air, lebih
banyak tersedia di lapisan tanah yang lebih dalam karena pencucian dan
penguapan sepanjang musim pertumbuhan. Kemampuan tanaman untuk
menembus tanah yang padat penting untuk menangkap unsur hara bergerak yang
terletak di domain tanah dalam. Tanaman jagung dengan perakaran lebih dalam
pada tanah padat mengalami penurunan jumlah sel kortikal pada akar [1].
Impedansi mekanis tanah merupakan masalah signifikan yang berdampak pada
Lapisan tanah yang padat menghambat produktivitas tanaman dengan membatasi
pertumbuhan akar dan eksplorasi di wilayah tanah yang lebih dalam, yang pada
gilirannya membatasi akses terhadap unsur hara dan air. Genotipe dengan MCS
mempunyai konsentrasi lignin dan kekuatan lentur pada ujung akar yang lebih
besar. Dalam lingkungan yang terkendali, MCS pada jagung dan gandum
dikaitkan dengan peningkatan kekuatan tarik akar dan peningkatan kemampuan
penetrasi pada tanah yang dipadatkan. Sklerenkim kortikal multiseriat (MCS)
adalah fenotip anatomi akar yang berguna dalam lingkungan dengan impedansi
mekanis [2]. Genotipe dengan MCS dikaitkan dengan konsentrasi lignin akar
yang lebih besar, kekuatan tarik yang lebih besar, dan gaya lentur ujung akar yang
lebih besar dibandingkan dengan genotipe non-MCS. Penguji peran anatomi akar
dalam mengatur adaptasi tanaman terhadap impedansi mekanis dan
mengidentifikasi fena anatomi akar pada jagung (Zea mays) dan gandum
(Triticum aesti-vum) yang terkait dengan penetrasi tanah keras: Multiseriate
cortical sclerenchyma (MCS).[3] Kami mengkarakterisasi sifat ini dan
mengevaluasi kegunaan MCS untuk penetrasi akar pada tanah padat. Akar dengan
MCS memiliki rasio dinding sel terhadap lumen yang lebih besar dan spektrum
emisi UV yang berbeda pada sel kortikal luar. Lignifikasi dimulai ketika dinding
dalam empat hingga tujuh file sel langsung di dalam melindungi sel berdinding
tipis. Sel sklerenkim sering menunjukkan variasi yang luas dalam bentuk,
struktur, asal, dan perkembangan perubahan aktivitas enzim biosintesis lignin
kunci dan berdekatan dengan epidermis). Dalam pekerjaan ini, kami antara
selulosa, hemiselulosa, dan pektin untuk meningkatkan jaringan biasanya
memiliki lignifikasi yang lebih besar jika dibandingkan dengan segmen akar
menunjukkan bahwa sel sklerenkim [4].

[1] JP Lynch. 2018

[2] M. Ishaq,2001

[3] T. Colomb, 2019

[4] J. Zhu, 2010

2.7 Pertumbuhan Serat Sklerenkin Yang Intrusif

Seperti sel pada umumnya, dengan kondisi tersebut sangat diperlukan adanya
peningkatan ukuran serat serta perluasan lapisan dinding sel yang sudah
diendapkan dan disintesis bagian tambahan polimer yang adanya pembentukan
dinding sel[8]. Sifat intrusif dan tingginya laju suatu pertumbuhan serat dapat
dihubungkan dengan komposisi spesifik dinding sel primernya. Karena pada
dasarnya tidak mungkin untuk bisa mengisolasi serat di tahap perkembangan ini
karena mudah rusak, sehingga untuk saat ini imunositokimia akan menjadi jalan
utama bagi pendekatan dasar untuk karakterisasi dinding sel serat. Mungkin Saat
ini, rekayasa genetika modifikasi enzim dan protein dinding sel lainnya juga akan
diterapkan[9].

Diperkirakan bahwa, dalam berbagai jenis sel, ekspansin adalah agen utama
yang menginduksi perluasan dinding sel. Dipercayai bahwa mereka mengganggu
ikatan hidrogen antara mikrofibril selulosa yang terhubung dalam jaringan terpadu
melalui ikatan silang glikan, terutama xyloglucans [13]. Maka dari itu, di
kambium dan zona ekspansi kayu berkembang di aspen hibrida (Populus tremula
L. × Populus tremuloides Michx.), ekspresi yang sangat aktif dari gen ekspansi
PttEXPA1 diamati [28]. Dalam serat xilem yang sedang tumbuh, mRNA gen ini
terakumulasi tepat di ujung sel (tepatnya, di daerah di luar lutut), yang
ditunjukkan secara in situ menggunakan PCR waktu nyata. Namun, percobaan
transformasi genetik menimbulkan keraguan mengenai peran ekspansin ini dalam
pertumbuhan intrusif serat. Pada tanaman transgenik dengan ekspresi berlebih dari
gen PttEXPA1 , serat lebih lebar sebesar 9-16% dibandingkan tanaman liar namun
panjangnya tetap tidak berubah. Diameter pembuluh tidak berubah, meskipun
pada beberapa garis, diameternya lebih panjang sebesar 2-7%, yang telah
dijelaskan oleh beberapa peningkatan pemanjangan ruas dan peningkatan panjang
inisial kambial [31]. Pada jenis serat lainnya, ekspresi gen ekspansin yang kuat
tidak ditunjukkan; namun alasannya mungkin karena kurangnya studi rinci.
Keunikan dinding sel serat juga terungkap kapan antibodi LM13 digunakan;
epitop anti badan ini adalah fragmen ÿ(1 5)arabinan yang panjangnya tidak
diketahui, yang sensitif terhadap endoarabinase [40].
Gambar 2.7 Deteksi antibodi epitop LM19

Detekai antibodi epitop LM19 (a,b), LM20 (c, d), LM13 (e, f), pada jaringan
batang rami berserat panjang di daerah yang mengandung serat yang secara
intrsif. Epitop LM19 dari Lm20 adalah fragmen homogalacturanan dengan tingkat
metilasi rendah baris kanan menunjukkan struktur fragmen y*1 5)arabinan [42].
Lokalisasi eptop ditunjukkan pada baris kiri foto, sedangkan baris kanan
menunjukkan struktur wilayah batang yang bersangkutan.

[1] Mellerowicz, 2001

[2] Chffey, 2001

[3] Cosgrove, 2005

[4] GrayMitsumune, 2004

[5] GrayMitsumune, 2008

[6] Moller. 2008


DAFTAR PUSTAKA

J. Lipiec, R. Horn, J Pietrusiewicz, A. Siczek, Pengaruh pemadatan tanah pada


pemanjangan akar dan anatomi spesies tanaman sereal yang berbeda.
Pengolahan Tanah Res. 121, 74-81 (2012)

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33536333/

M. Ishaq, M Ibrahim, A. Hassan, M. Saeed, R. Lal, Efek pemadatan lapisan tanah


pada tanaman di Punjab, Pakistan: II. Pertumbuhan akar dan serapan hara
gandum dan sorgum. Pengolahan Tanah Res 60, 153-161 (2001)

https://calag.ucanr.edu/Archive/?article=ca.v018n09p4&sharebar=share

PB Barraclough, AH Weir, Pengaruh lapisan bawah tanah yang padat pada


pertumbuhan akar dan tunas, penggunaan air dan penyerapan nutrisi gandum
musim dingin. J. Pertanian Sains 110, 207-216 (1988)

https://acsess.onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.2135/
cropsci1991.0011183X003100030058x

JP Lynch, Memperbaiki fenotipe akar untuk ketahanan terhadap kekeringan.


J.Eks. Bot. 69, 3279-3292 (2018)

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28278248/

JP Lynch, Fen akar untuk meningkatkan eksplorasi tanah dan perolehan fosfor
Alat untuk tanaman masa depan, Fisiol Tumbuhan. 156, 1041-1049 (2011).

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19812064/

JP Lynch, Curam, murah dan dalam: Sebuah ideotipe untuk mengoptimalkan


perolehan air dan N oleh sistem perakaran jagung. Ann. Bot. 112, 347-357
(2013).

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31456812/

JP Lynch, T. Wojciechowski, Peluang dan tantangan di lapisan tanah bawah: Jalur


untuk tanaman yang berakar lebih dalam. J. Eks. Bot. 66, 2199-2210 (2015).

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33536333/

JP Lynch, KM Brown, Akar baru untuk pertanian: Memanfaatkan fenomena akar.


Filsafat Trans R. Soc. London. B Biologi Sains 367, 1598-1604 (2012)

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33536333/
JP Lynch, Fenotipe akar untuk meningkatkan penangkapan nutrisi: Kurang
dieksploitasi peluang bagi pertanian global. Fitol Baru 223, 548-564 (2019).

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9762723/

J. Lynch, K. Brown, Mencari makan di tanah lapisan atas-Adaptasi arsitektur


tanaman di dataran rendah ketersediaan fosfor. Tanaman Tanah 237, 225-237
(2001)

https://journal.unm.ac.id/index.php/semnasbio/article/view/1068/641
REFERENSI

https://calag.ucanr.edu/Archive/?article=ca.v018n09p4&sharebar=share

https://acsess.onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.2135/
cropsci1991.0011183X003100030058x

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28278248/

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19812064/

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31456812/

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33536333/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9762723/

https://journal.unm.ac.id/index.php/semnasbio/article/view/1068/641
LAMPIRAN
TURNITIN CHECK

Anda mungkin juga menyukai