Anda di halaman 1dari 11

Nama : Tyvenilzefi Manurun

NIM : R011221043
Hari/Tanggal : Selasa, 27 February 2024

Dosen sesi 1 : Dr. Andina Setyawati, S.Kep., Ns., M.Kep


Topik : Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan rheumatic disease,
arthritis, osteoarthritis, spondyloarthropathy dan fibromyalgia
1. Rheumatic Disease
Penyakit rematik yang umum adalah osteoartritis, artritis reumatoid, fibromialgia,
asam urat, artritis masa kanak-kanak/remaja, dan lupus. Penyakit rematik dapat
menyebabkan nyeri sendi yang parah, peradangan, pembengkakan, dan gejala lainnya.
Terdapat beberapa faktor yang memainkan peranan penting terkait penyakit
rheumatoid ini, diantaranya faktor genetik, lingkungan, hormon, imunologi, dan
faktor infeksi lainnya.
2. Arthritis
Arthritis Rheumatoid atau Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun
sistemik. RA merupakan salah satu kelainan multisistem yang etiologinya belum
diketahui secara pasti dan dikarateristikkan dengan destruksi synovitis. Penyakit ini
merupakan peradangan sistemik yang paling umum ditandai dengan keterlibatan sendi
yang simetris. Penyakit RA ini merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan
inflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima sendi
(poliartritis).
3. Osteoarthritis
Osteoartritis adalah penyakit yang heterogen dan ada dalam bentuk primer, serta
sebagai "jalur umum terakhir" untuk kerusakan sendi pada penyakit sendi apa pun.
Selain perubahan struktural pada sendi, penyakit Osteoartritis memiliki gejala seperti
nyeri, kekakuan, dan penurunan mobilitas. Keturunan atau gen menjadi salah satu
penyebab utama, tetapi kondisi lingkungan dan faktor-faktor eksternal paling
berpengaruh pada perkembangan osteoartritis yang parah. Dari faktor-faktor ini,
kelebihan berat badan adalah faktor yang dapat dimodifikasi yang sangat penting.
4. Spondyloarthropathy
Spondyloarthropathy adalah istilah umum untuk kelompok inflamasi kronis penyakit
rematik yang dominan mempengaruhi kerangka aksial, menyebabkan rasa sakit dan
kekakuan. Penyebab tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan factor genetic.
Pemeriksaan penunjang pasien dengan gangguan spondyloarthropathy mencakup:
pemeriksaan radiologi, pemeriksaan darah, pemeriksaan fisik, asesmen fungsi sendi,
uji fungsi paru-paru dan jantung, pemeriksaan psikososial, pengukuran tingkat nyeri,
rekam medis lengkap.
5. Fibromyalgia
Fibromyalgia (FM) adalah suatu sindrom yang ditandai dengan nyeri muskuloskeletal
kronis. Gejala utama penyakit ini adalah kekakuan otot, kekakuan sendi, insomnia,
kelelahan, gangguan mood, disfungsi kognitif, kecemasan, depresi, sensitivitas umum
dan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas normal sehari-hari. Fibromyalgia
disebabkan oleh fenomena sensitisasi sentral yang ditandai dengan disfungsi sirkuit
saraf, yang melibatkan persepsi, transmisi, dan pemrosesan rangsangan nosiseptif
aferen, dengan manifestasi nyeri yang lazim pada tingkat sistem lokomotor.

Dosen sesi 2 : Dr. Rosyidah Arfah, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.,MB


Topik : Asuhan keperawatan pada pasien dengan Gangguan SLE dan
glomerulonefritis.
1. Gangguan SLE
SLE (Sistemik Lupus Eritematosus) merupakan penyakit multifaktorial yang
melibatkan interaksi kompleks antar faktor genetik, dan faktor lingkungan, yang
semuanya dianggap ikut memainkan peran untuk menimbulkan aktivitasi hebat sel B,
sehingga menghasilkan pembuatan berbagai auto antibody polispesifik. Selain itu,
pada banyak penderita SLE gambaran klinisnya membingungkan. Penyakit SLE
terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan
autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh
kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan
penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya
matahari, luka bakar termal). Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi
diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul
penumpukan kompleks imun dan
kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya
merangsang
antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali. Manifestasi klinis penyakit
ini sangat beragam dan seringkali pada keadaan awal tidak dikenali sebagai Systemic
Lupus Erythematosus. Hal ini dapat terjadi karena manifestasi klinis penyakit ini
seringkali tidak terjadi secara bersamaan. Gejala klinis yang mungkin muncul pada
pasein SLE, yaitu wanita muda dengan keterlibatan dua organ atau lebih, ejala
konstitusional, Muskuloskeletal: artritis, artralgia, myositis dan ruam kupu-kupu.
2. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis (GN), sebuah kondisi kompleks di mana terjadi inflamasi pada
glomerulus ginjal yang dapat terjadi baik secara primer maupun sekunder. GN
memperlihatkan beragam etiologi, dengan infeksi streptokokus menjadi penyebab
utama pada kasus GN akut. Manifestasi klinis yang bervariasi, mulai dari proteinuria,
hematuria, hingga hipertensi, menunjukkan kompleksitas patofisiologi dan dampak
sistemik penyakit ini. Faktor iklim, status gizi, kondisi umum, dan faktor alergi dapat
mempengaruhi munculnya GNA setelah infeksi streptokokus. Dalam penanganannya,
terapi individual disesuaikan dengan jenis GN, sering melibatkan penggunaan obat
imunosupresan, pengatur tekanan darah, dan terkadang plasmapheresis untuk
mengendalikan reaksi imunologis yang terlibat.
Nama : Tyvenilzefi Manurun

Nim : R011221043

Hari/Tanggal : Senin, 26 februari 2024

Dosen Sesi 1 : Syahrul Ningrat, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.,MB

Topik : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan gangguan kelenjar tiroid


(hypertiroid, hypotiroid, hyperparathirodimes, hypoparatirodisme).

1. Hypertiroid

Penyakit hipertiroid adalah penyakit akibat kadar hormon tiroid terlalu tinggi
di dalam tubuh. Kondisi kelebihan hormon tiroid ini dapat menimbulkan
gejala jantung berdebar, tangan gemetar, dan berat badan turun drastis.
Hipertiroid dapat disebabkan oleh Grave`s Disease. Manifestasi klinis dari
penyakit ini, seperti takikardia, aritmia, tremor, berkeringat. Penatalkasanaan
hipertiroid yaitu obat antitiroid, terapi ablasi radioaktif iodine, dan
tirodektomi. Diagnosa keperawatan pada penyakit hipertiorid, yaitu risiko
penurunan curah jantung dan defisit nutrisi.

2. Hypotiroid

Hipotiroid adalah kelainan fungsi kelenjar tiroid yang ditandai dengan


kurangnya produksi hormone tiroid yang ditandai dengan kurangnya produksi
homone tiroid yaitu triodotironin dan tiroksi yang diproduksi kelenjar tiroid.
Etiologi dari penyakit ini, yaitu tiroidektomi (hipotiroid primer), kerusakan
kelenjar pituitary (hipotiroid sekunder), kerusakan hypotalamus (hipotiroid
tersier), resistensi jaringan perifer terhadap aksi hormone tiroid (hipotiroid
perifier). Manifestasi klinis pada penyakit ini, yaitu mudah lelah dan pusing,
otot terasa lemah, denyut jantung lambat, dan BB naik tanpa penyebab yang
jelas. Masalah keperawatan pada gangguan ini, seperti bersihan jalan napas
tidak efektif, konstipasi, keletihan, defisit pengetahuan, dan obesitas.

3. Hyperparathirodimes

Hyperparathirodimes adalah suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid


memproduksi lebih banyak paratiroid dari biasanya. Hyperparathirodimes
disebabkan oleh adenoma tunggal, dan kekurangan produksi vitamin D karena
penyakit ginjal. Manifestasi klinis pada gangguan ini seperti kelainan tulang
dan kelainan ginjal. Penatalaksanaan seperti manajemen kalsium,
pembedahan, dan obat-obatan. Masalah keperawatan pada gangguan
Hyperparathirodimes, yaitu defisit nutrisi, konstipasi, intoleransi
aktivitas,risiko cedera.

4. Hypoparatirodisme
Hypoparatirodisme adalah hipofungsi kelenjar paratiroid sehingga tidak dapat
mensekresi hormon paratiroid dalam jumlah yang cukup. Etiologi dari
Hypoparatirodisme, yaitu penyakit autoimun, radiasi, kadar magnesium dalam
darah rendah. Manifestasi klinis pada gangguan ini seperti disfagia dan
disartria, kelumpuhan otot-otot, aritmia jantung, epilepsi. Masalah
keperawatan pada gangguan ini seperti risiko cedera, ketidakefektifan pola
napas, intoleransi aktivitas.

Dosen Sesi 2 : Fitiani Amin, S.Kep.,Ns.,M.Kep., ETN

Topik : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan gangguan HIV AIDS

1. HIV

Human Immunodeficiency Virus adalah patogen yang menyerang sistem imun


manusia, terutama semua sel yang memiliki molekul CD4 marker di
permukaannya. Orang yang baru terkena HIV belum tentu menderita AIDS.
Etilogi dari penyakit ini, yaitu melalui hubungan seksual tanpa pelindung dari
orang orang yang sudah terpapar HIV, Parental yang dapat penularannya
melalui transfusi darah atau produk darah serta alat-alat yang sudah tercemar
darah seperti jarum suntuk, perinatal yaitu penularan melalui ibu kepada
anaknya. Manifestasi klinis pada gangguan HIV, seperti kehilangan berat
badan, demam lebih dari satu bulan, diare lebih dari satu bulan,
limfadennopati meluas, kulit kering yang luas, kutil genital, folikulitis, dan
psoriasis. Manifestasi klinis pada gangguan HIV yaitu flu yang termasuk
gejala ringan 2 sampai 3 hari , kemudian umur infeksi 2 sampai 10 tahun
individu sudah positif HIV dan belum menunjukkan gejala, kemudian keringat
yang berlebihan pada waktu malam, diare terus menerus, pembesaran kelenjar
getah bening, flu, nafsu makan menurun dan badan menjadi lemah. Masalah
keperawatan pada gangguan HIV, seperti bersihan jalan nafas tidak efektif,
diare, risiko infeksi.

2. AIDS

Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah penyakit yang disebabkan


oleh virus HIV. AIDS adalah kumpulam gejala penyakit yang disebabkan oleh
virus HIV yang ditandai dengan gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh.
Etiologi dari AIDS yaitu sekelompok virus yang disebut Lympadenopathy
Associated Virus. AIDS disebabkan oleh infeksi virus HIV yang menyerang
kekebalan tubuh sehingga sel-sel pertahan tubuh makin lama makin banyak
yang rusak.Ada 2 tipr HIV yang dapat menyebabkan AIDS yaitu HIV 1 dan
HIV 2. Gejala HIV/AIDS sangat bervariasi tergantungpada kekebalan tubuh
individu masing-masing dan tahap penyakit HIV/AIDS, seperti pembengkakan
kelenjar, sakit tenggorokan, letih lesu, nyeri otot, sakit kepala, dan kedinginan.
Masalah keperawatan pada gangguan AIDS, seperti kekurangan volume
cairan, hipertermia, defisit nutrisi, intoleransi aktivitas, bersihan jalan napas
tidak efektif, gangguan integritas kulit.
Nama : Tyvenilzefi Manurun
NIM : R011221043
Hari/Tanggal : Selasa, 28 February 2024

Dosen Sesi 1 : Dr. Andina Setyawati, S.Kep., Ns., M.Kep


Topik : Review anatomi & fisiologi sistem Pencernaan dan Pengkajian keperawatan Sistem
Pencernaan
1. Anatomi & fisiologi sistem Pencernaan
Sistem pencernaan manusia merupakan kumpulan organ dan jaringan yang berfungsi
mencerna dan mengolah makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. Sistem
pencernaan ini berupa saluran yang memanjang dari mulut hingga anus. Organ sistem
pencernaan yaitu rongga mulut, esophagus, lambung, usus halus, usus besar. Sedangkan
organ pelengkap yaitu kelenjar saliva, kantong empedu, hati dan pancreas.
a. Rongga mulut: Makanan dikunyah oleh gigi sehingga makanan mudah untuk ditelan
bersama dengan sekresi saliva dari kelenjar saliva. Saliva mengandung 99% air yang
membantu dalam melarutkan makanan.
b. Esofagus: Makanan dari mulut dan bercampur dengan saliva disebut bolus akan
melalui esofagus. Esofagu memiliki panjang 10 inchi atau sekitar 25 cm. Fungsi
esophagus adalah menyalurkan makanan ke lambung.
c. Lambung: Lambung dapat menampung makanan 1-2 liter. Bolus makanan melewati
katub gastreosofageal menuju lambung. Volume lambung ketika kosong 50 ml dan
dapat mengembang menjadi 1-2 liter. Cairan lambung diproduksi oleh 3 kelenjar
yang berbeda pada lapisan mukosa dan submucosa.
d. Usus Halus: usus halus merupakan tabungan kompleks berlipat-lipat yang
membentang dari pilorus sampai pada katup ileosekal. Pada orang hidup panjang
usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada cadaver akibat relaksasi). Usus halus dibagi
menjadi 3 bagian yakni duodenum, jejenum dan ileum.
- Duodenum: adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan
menghubungkannya ke usus kosong (jejenum). Duodenum merupakan bagian
terpendek dari usus halus.
- Jejenum: adalah bagian kedua dari usus halus, diantara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh
usus halus diantara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan
usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
- Ileum: Usus penyerapan (ileum) adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ileum memiliki panjang sekitar kurang ± 4-5 m dan terletak
setelah duodenum dan jejenum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH
antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basah) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.
e. Usus Besar
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki
(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalisani. Rata-rata sekitar 2,5
inci
(sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil. Usus besar
dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Fungsi usus besar yang paling penting
adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon
bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa
feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung.
2. Pengkajian keperawatan Sistem Pencernaan
a. Riwayat Kesehatan
b. Riwayat dahulu
c. Pemeriksaan fisik: Inspeksi, auskultasi, perkusi,palpasi
d. Pemeriksaan diagnostik: Tes diagnostik radiologi, USG, X-ray abdomen

Dosen Sesi 2 : Prof. Dr. Elly L. Sjattar, S.Kp., M.Kes


Topik : Asuhan keperawatan pada pasien dengan Gangguan DM tipe 1 dan DM tipe 2
1. DM Tipe 1
Diabetes Melitus tipe 1 merupakan Kelainan sistematik akibat gangguan metebolisme
glukosa yang ditandai hiperglikemia kronik akibat kerusakan sel-ẞ pankreas oleh proses
autoimun atau idiopatik sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti. Penyebab
Diabetes Melitus pada umumnya disebabkan oleh rusaknya sebagian besar atau kecil sel
beta pankreas yang berfungsi sebagai penghasil insulin didalam tubuh, karena ada
kerusakan pada sel beta maka mengakibatkan tubuh akan kekurangan insulin. Penyebab
diabetes disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor genetic herediter menyebabkan
timbulnya DM melalui kerentanan sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus atau
mempermudah perkembangan antibody autoimun melawan sel-sel beta, jadi mengarah
pada penghancuran sel-sel beta.
Diabetes mellitus tipe 1. membutuhkan penanganan yang hati-hati untuk menghindari
komplikasi jangka panjang yang serius, termasuk penyakit jantung dan ginjal, stroke,
dan kehilangan penglihatan. Saat ini, pengobatan “one-size-fts-all” untuk diabetes tipe 1
adalah terapi substitusi insulin eksogenik, namun pendekatan ini gagal mencapai kontrol
glukosa darah yang optimal pada banyak individu.

2. DM Tipe 2
Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh
kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas atau
gangguan fungsi insulin (resistensi insulin). Diabetes melitus tipe 2 diakibatkan oleh
resistensi insulin perifer, defek progresif sekresi insulin, peningkatan
gluconeogenesis.Pada pasien DM 2, respons terhadap insulin menjadi berkurang atau
disebut dengan resistensi insulin. Tipe ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti
obesitas, gaya hidup tidak sehat, serta diet tinggi karbohidrat. Obesitas dan faktor genetik
tersebut dapat menyebabkan resistensi insulin, yang merupakan pemicu utama seseorang
mengidap penyakit Diabetes tipe 2. Resistensi insulin menyebabkan kadar glukosa darah
meningkat yang kondisinya dikenal sebagai hiperglikemia. Hiperglikemia ini yg selalu
merangsang sel Beta pankreas untuk tetap memproduksi insilin, hingga sel tersebut lelah
dan akhirnya sel beta rusak akibat hipersekresi insulin.

Nama : Tyvenilzefi Manurun


NIM : R011221043
Hari/Tanggal : Selasa, 05 Maret 2024

Dosen Sesi 1 : Abdul Majid, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB


Topik : Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangnguan sistem Perkemihan &
Pemeriksaan penunjang dan Pendidikan Kesehatan pada pasien dengan gangguan sistem
Perkemihan
1. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangnguan sistem Perkemihan
a. - Domain: Nutrisi (2)
- Kelas: Hidrasi (5)
-Diagnosis: Risiko Ketidakseimbangan elektrolit, Risiko ketidakseimbangan
volume cairan, Defisien volume cairan, Risiko defisien volume cairan, Kelebihan
volume cairan
b. - Domain: Eliminasi & Pertukaran (3)
- Kelas: Fungsi Urinarius (1)
- Diagnosis: Hambatan eliminasi urine, Incontinensia urinarius fungsional,
Incontinensia urinarius aliran berlebih, Incontinensia urinarius refleks,
Incontinensia urinarius stres, Incontinensia urinarius dorongan, Risiko
inkontinensia urinarius dorongan, Retensi Urin
c. - Domain: Persepsi Diri (6)
- Kelas: Harga diri (2)
- Diagnosis: Harga diri rendah situasional, Resiko Harga diri rendah situasional
d. - Domain: Hubungan Peran (7)
- Kelas: Performa Peran (3)
- Diagnosis: Hambatan interaksi Sosial
e. - Domain: Keamanan & Perlindungan (11)
- Kelas: Cedera Fisik (2)
- Diagnosis: Resiko cedera saluran kemih, Kerusakan integritas kulit, Resiko
Kerusakan integritas kulit
f. - Domain: Kenymananan (12)
- Kelas: Kenyamanan fisik (1), Kenyamanan Lingkungan (2), Kenyamanan Sosial
(3)
- Diagnosis: Hambatan rasa nyaman, Kesiapan meningkatkan rasa nyaman, Nyeri
akut, Nyeri Kronis
2. Pemeriksaan penunjang
a. Urine Drainage Bag
b. Urine Endoscopic Prosedure
c. Uroflowmetri
d. Residu Urine
e. Urodinamik
3. Pendidikan Kesehatan
a. Jenis karakter intermitten: berbahan dasar nelatondan silicon
b. Indikasi kateterisasi intermitten menurut Min ( 2001 ) yaitu pada pasien :
neurogenik bladder dimana pasien berkemih tidak komplit atau adanya
peningkatan tekanan intravesika seperti pada spina cord lesi; hipotoni bladder
yaitu otot destructor tidak mampu kontraksi sehingga urin residu meningkat dan
risiko terjadi infeksi dan pada klien inkontinensia.
c. Kontraindikasi pada pemasangan intermiten kateter yaitu ; tidak dianjurka pada
klien yang mengalami experiencing priapism, fraktur pada bagian corpus
cavernosum penis, klien dengan tumor uretra, stricture, injury pada penis yang
dapat menyebabkan hematome scrotum, pendarahan sekitar meatus dan infeksi.

Dosen Sesi 2 : Syahrul Ningrat, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.,MB


Topik : Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pencernaan atas (gastritis,
apendisitis, peritonitis, ulkus peptikum) dan gangguan pencernaan bagian bawah (diare,
obstruksi usus, dan hemoroid)

1. Gastritis
a. Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan dan
alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang mengalami
strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus), yang akan
meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam lambung akan menimbulkan
rasa mual, muntah dan anoreksia.
b. Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna
dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory (H. pylory) Gastritis Kronis
dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A (sering disebut sebagai
gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan
atrofi dan infiltrasi seluler.
2. Apendisitis
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks) Apendisitis merupakan keadaan inflamasi dan obstruksi pada vermiformis.
Apendiks vermiformis terletak pada kuadran kanan bawah abdomen di regio iliaca
dextra.
3. Peritonitis
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat
fibrinosa, kantong-kantong nanah (abses) terbentuk diantara perlekatan fibrinosa yang
membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi
dapat menetap sehingga menimbulkan obstruksi usus. Pada peritonitis lokal dapat
terjadi karena adanya daya tahan tubuh yang kuat serta mekanisme pertahanan tubuh
dengan melokalisir sumber peritonitis dengan omentum dan usus sehingga terjadi
mekanisme ”walling off” atau defans muscular. Timbulnya perlengketan ini
menyebabkan aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik.
4. Ulkus peptikum
Ulkus petikum merupakan erosi lapisan mukosa (kerusakan jaringan pada selaput
lendir) dibagian mana saja disaluran gastrointestinal, tetapi biasanya di lambung atau
duodenum Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut
erosi, walaupun sering di anggap sebagai “ulkus”. Ulkus peptikum ini dapat terjadi
pada setiap bagian saluran pencernaan yang terkena getah asam lambung, yaitu
esofagus, lambung, duodenum dan juga jejenum
5. Diare
Penatalaksanaan diare menurut Kemenkesi RI tahun 2011 adalah dengan LINTAS
DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yaitu dengan pemberian oralit, pemberian
zink selama 10 hari berturut-turut, meneruskan ASI, pemberian antibiotik selektif dan
memberikan nasihat pada ibu/keluarga.
6. Obstruksi usus
a. Obstruksi Usus Halus
Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen sekitar umbilikus atau bagian
epigasterium yang cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi
dan bersifat intermitten (hilang timbul).
b. Obstruksi Usus Besar
Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada
usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih mudah.
7. Hemoroid
Hemoroid atau wasir adalah pembengkakan atau pelebaran pembuluh darah di sekitar
anus atau dalam rektum bagian bawah. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa nyeri,
gatal, perdarahan, atau ketidaknyamanan saat buang air besar.

Nama : Tyvenilzefi Manurun


NIM : R011221043
Hari/Tanggal : Rabu, 06 Maret 2024

Dosen Sesi 1 : Abdul Majid, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB


Topik: Asuhan keperawatan pada pasien dengan obstruksi saluran kemih (hidronefrosis,
nefrolithiasis/batu ginjal, striktur uretra) dan infeksi sistem urogenital (pyelonephritis,
cystitis, uretheritis,) serta disfungsi kandung kemih (inkontinensia uri, retensi urin)
1. Hidronefrosis
Penyakit Hidronefrosis sering disebut sebagai pembengkakan ginjal yang terjadi pada
satu ginjal, meskipun tidak mengecualikan kemungkinan terjadinya pada kedua ginjal
secara bersamaan. Pembengkakan ginjal ini bukan merupakan penyakit tersendiri,
melainkan merupakan gejala atau komplikasi yang timbul akibat penyakit lain yang
dialami oleh pasien. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan hidronefrosis adalah
penyumbatan pada saluran kemih, yang dapat dikelompokkan secara luas menjadi dua
jenis, yaitu kompresi intrinsik dan ekstrinsik.
2. Nefrolithiasis/batu ginjal
Nefrolitiasis, atau pembentukan batu ginjal, merupakan kondisi yang seringkali
menyakitkan dan mengganggu kualitas hidup. Meskipun penyebab pastinya bisa
bervariasi, faktor-faktor seperti pola makan tidak sehat, dehidrasi, dan kondisi medis
tertentu berkontribusi pada pembentukan batu ginjal. Gejala yang muncul, seperti
nyeri parah, darah dalam urin, dan mual, dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Untuk mendiagnosis nefrolitiasis, seringkali diperlukan tes medis seperti tes urine dan
pencitraan.
3. striktur uretra
Striktur uretra terbagi menjadi dua, yaitu striktur uretra posterior dan striktur uretra
anterior. Striktur uretra posterior terjadi pada 1 hingga 2 pertama uretra sedangkan
striktur uretra anterior terjadi pada 9 hingga 10 terakhir uretra.
4. infeksi sistem urogenital (pyelonephritis & uretheritis)
Pyelonefritis Kronik ditandai dengan :
Adanya keletihan. Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun. Adanya
poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria, pyuria dan
kepekatan urin menurun. Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien
mengalami gagal ginjal. Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.
Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada jaringan.
Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.
Gejala uretritis pada wanita meliputi :
a. Sakit perut
b. Nyeri panggul
c. Demam dan menggigil.
d. Rasa terbakar dan tidak nyaman ketika buang air kecil.
e. Dispareunia
f. Keluar cairan dari vagina (keputihan)
5. Cystitis
Cystitis dimulai dengan masuknya bakteri ke kandung kemih dan berkembang disana.
Hal tersebut menyebabkan proses peradangan pada kandung kemih. Peradangan ini
menyebabkan kemerahan dan bengkak pada kandung kemih. Peradangan ini juga
menekan saraf – saraf yang ada dikandung kemih sehingga timbul nyeri, dan juga
suhu di VU juga meningkat sehingga timbul juga seperti perasaan terbakar pada area
suprapubik.
6. Inkontinensia urin
Penatalaksanaan Nonfarmakologis
a. Latihan Otot Dasar Pinggul (Pelvic Floor Exercises)
b. Bladder Training
Penatalaksanaan Farmakologik
a. Alfa Adrenergik Agonis
b. Otot leher vesika dan uretra proksimal mengandung alfa adrenoseptor yang
menghasilkan kontraksi otot polos dan peningkatan tekanan penutupan uretra obat
aktif agonis alfa-reseptor bisa menghasilkan tipe stmulasi ini dengan efek samping
relatif ringan.
7. Retensi urin
Pencegahan Retensi urin
a. Minum banyak air. Dehidrasi dapat meningkatkan risiko batu ginjal dan infeksi
saluran kemih (ISK), yang mana dapat menyebabkan retensi urin.
b. Menghindari obat-obatan yang dapat menanggu sistem saluran kemih
c. Mengevaluasi fungsi kandung kemih menggunakan kateter dengan cara melihat
tekanan di kandung kemih saat pengosongan.

Anda mungkin juga menyukai