Anda di halaman 1dari 2

Perang Goryeo

Akan tetapi Bangsa Khitan menghancurkan kerajaan ini dan menyatakan kekuasaannya atas
tanah Balhae. Setelah Balhae, bangsa Khitan menyusun rencana penyerangan terhadap Goryeo.
Serangan inilah yang memulai perang antara Goryeo dan Khitan. Balhae jatuh ke tangan bangsa
Georan wilayah Balhae inilah yang kelak menjadi wilayah dinasti Liao

Khitan menyerang Goryeo secara besar sebanyak tiga kali, tahun 993, 1010 dan 1018.
- Serangan pertama pada tahun 993M masa pemerintahan Raja Seongjeong. Khitan
menyerang bagian utara Goryeo dengan membawa 800.000 pasukan. . Serangan
pertama Khitan dihentikan oleh Goryeo secara damai melalui kesepakatan diplomatik
yang dibuat oleh seorang diplomat handal bernama Seo Hee (서희). Goryeo setuju
untuk membangun hubungan baik dengan suku Khitan.
- Mereka mesmaksa Goryeo untuk mengakhiri hubungan anak sungainya dengan Dinasti
Song, untuk menjadi negara bagian anak sungai Liao dan mengadopsi kalender Liao.
-

Pada tahun 993, pada masa pemerintahan Raja Seongjong, Khitan melancarkan
serangan pertama mereka di tanah Goryeo utara. Serangan pertama Khitan dihentikan oleh
Goryeo secara damai melalui kesepakatan diplomatik yang dibuat oleh seorang diplomat
handal bernama Seo Hee (). Goryeo setuju untuk membangun hubungan baik dengan suku
Khitan.
Kepemimpinan Raja Seongjong digantikan oleh Raja Mokjong (목종). Raja Mokjong
sendiri tidak memiliki anak. Pada masa pemerintahannya, ia hanya memiliki satu permaisuri
dan tidak memiliki anak sama sekali. Raja Mokjong memerintah tidak lebih dari 12 tahun
karena posisinya direbut secara paksa oleh Wang Sun (왕순) yang kemudian naik tahta sebagai
Raja Hyeongjong (형종). Setelah Raja Hyeonjong menjadi Raja Goryeo ke-8, Khitan
melancarkan serangan keduanya. Dengan dalih bahwa bangsa Khitan tidak dapat menerima
tindakan dari raja Hyeonjong dan para pengikutnya, maka dilakukanlah serangan besar-besaran
oleh bangsa Khitan di perbatasan utara Goryeo. Walaupun pihak Khitan melakukan
penyerangan dengan dalih ingin meminta pertanggung jawaban atas perlakuan Raja
Hyeongjong terhadap raja sebelumnya yaitu Raja Mokjong, namun pada kenyataannya
penyerangan kedua ini dilakukan karena pihak Khitan ingin
1) Memutuskan hubungan antar Goryeo dan Dinasti Song,
2) Meyakinkan status hubungan antara Khitan. (Liao) dan Goryeo,
3) Menaklukkan kembali 6 wilayah di perbatasan Goryeo dan dinasti Liao.
Serangan kedua Khitan berakhir setelah Goryeo mengaku sebagai kerajaan di bawah kendali
Khitan dan Raja Hyeonjong berjanji untuk mengunjungi istana Liao. Serangan Khitan ke-3
diluncurkan setelah Raja Hyeongjong gagal memenuhi janjinya untuk datang ke istana Liao. Kali
ini, Khitan menuntut agar Raja Hyeongjong menghadap kaisar Liao, dan menyerahkan 6 wilayah
di perbatasan utara Goryeo yang sejak invasi kedua telah diminta oleh tentara Khitan. Lebih
dari 100.000 pasukan Khitan dipersiapkan untuk melawan tentara Goryeo, namun tentara
Goryeo berhasil mengalahkan semua serangan tentara Khitan hingga jumlah tentara Khitan
yang selamat tinggal beberapa ribu saja.
Pada 1018, Liao mengumpulkan 100.000 pasukan untuk menyerang Goryeo sementara
goryeo dipimpin oleh Gang gam-chan (yang diperintahkan oleh raja hyeonjong) membawa
pasukan sebanyak 208.000 sehingga keadaannya keos untuk bangsa khitan yaitu sebesar 1 : 2.
Dalam persiapan, Jenderal Gang Gam-chan memerintahkan sungai di sebelah timur
Heunghwajin untuk dibendung. Ketika pasukan Khitan menyeberangi Sungai Yalu, Gang Gam-
chan membuka bendungan dan menyerang pasukan musuh dengan 12.000 pasukan yang
dipasang, menangkap mereka secara tiba-tiba, menimbulkan kerugian besar, dan memutus
jalur mundur mereka. Pasukan Khitan terus melanjutkan dan menuju ke ibu kota, tetapi
mendapat perlawanan keras dan serangan terus-menerus, dan terpaksa mundur kembali ke
utara. Gang Gam-chan dan pasukannya menunggu di Gwiju dan mengepung Khitan,
memusnahkan sebagian besar dari mereka. Hampir beberapa ribu pasukan Liao selamat setelah
Pertempuran Gwiju. Namun, pada tahun berikutnya, Liao mengumpulkan pasukan besar
lainnya. Memahami sulitnya mencapai kemenangan yang menentukan, kedua negara
menandatangani perjanjian damai pada 1022.

https://nwikiid.cyou/wiki/goryeo%E2%80%93khitan_war

Masa masa tenang pasca perang antara Goryeo dan Khitan tidak berlangsung lama.
Memasuki abad ke-12, situasi di bagian utara Goryeo memanas setelah adanya pengelolaan
yang menyebabkan pergantian kekuasaan di wilayah tersebut. Bangsa Jurchen (여진족)
menguasai sebagian wilayah yang pada masa sekarang merupakan wilayah China dan Mongol,
dan membangun dinasti baru yang mereka namakan dinasti Jin (금나라). Dinasti Jin secara
paksa meminta Goryeo untuk menjadi negara bawahan nya.
Di tengah tekanan dinasti Jin, pengelakan di dalam wilayah Goryeo juga terjadi akibat
adanya pemberontakan yang dilakukan oleh Lee Ja Gyeom (이자겸) dari tahun 1126 sampai
1127. Lee Ja Gyeom merupakan kakek dari pihak ibu raja Injong (인종). Saat raja Injong naik
tahta di usianya yang masih 13 tahun, Lee Ja Gyeom berperan sebagai wakil raja Injong yang
pada saat itu masih belum dapat memerintah sendiri. Lee Ja Gyeom menggunakan kekuasaan
yang ia dapat untuk memperkuat status keluarganya di kerajaan, salah satunya dengan
menikahkan dua putrinya kepada raja Injong. Dengan cara ini, keluarga dijaga menjadi keluarga
yang paling berkuasa di Goryeo pada masa ini.
Lee Ja Gyeom masih tidak puas dengan statusnya dan menginginkan tahta raja bagi dirinya
dan keluarganya. Ia bahkan berusaha untuk meracuni raja Injong. Akan tetapi raja Injong, yang
pada saat itu sudah cukup umur untuk memimpin pemerintahan, mengerti siasat dari Lee Ja
Gyeom dan menghentikan segala usahanya untuk menjatuhkan pemerintahan. Lee Ja Gyeom
akhirnya diasingkan dan pengaruh keluarganya terhadap pemerintahan pun hilang.
Pasca pemberontakan yang dilakukan Lee Ja Gyeom, sebuah pemberontakan lain juga
muncul yang diprakarsai oleh seorang biksu bernama Myo Cheong (묘청). Pemberontakan ini
juga tidak berhasil dan pada akhirnya dapat dihentikan pada tahun 1136.

Anda mungkin juga menyukai