Dosen :
Oleh :
0331840000025
1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karunia-
Nya, yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Pengukuran
Kerangka Kontrol Horizontal, Kerangka Kontrol Vertikal, dan Pengukuran
Pengukuran Detail
Situasi dengan Metode Tachymetri di daerah Asrama PPNS Surabaya dengan baik.
1. Allah SWT, yang telah memberi kelancaran dan kemudahan dalam proses
praktikum dan penyusunan
penyusunan laporan ini.
2. Orang tua, yang tidak Lelah memberikan doa dan semangat kepada penulis
3. Bapak Danar Guruh Pratomo, ST, MT, Ph.D selaku dosen pengampu Mata
Kuliah Pemetaan Terestris Lanjut
4. Bapak Akbar Kurniawan, ST., MT. selaku dosen responsi Mata Kuliah
Pemetaan Terestris Lanjut.
5. Saudara Andy Kusuma D, Intanicha Mahar R, Milan Naela, Stanly Alfallaby,
dan Milan Naela, selaku anggota kelompok 1.
6. Teman-teman angkatan G20, yang telah membantu dan memberi dukungan
dalam proses penyusunan laporan ini
Dalam penyusunan laporan ini, penulis sebagai manusia biasa menyadari adanya
kesalahan dan kekurangan yang terjadi. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun. Penulis memohon maaf atas kesalahan yang mungkin ada di
setiap lembar susunan laporan ini, dan akhir kata penulis ucapkan terima kasih pada
pihak-pihak yang terlibat dalam penyusanan laporan ini yang mungkin tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis
2
ABSTRAK
mengambil data-data ukuran jarak, sudut, arah, serta ketinggian dari berbagai pola/unsur
permukaan bumi yang akan diolah dan dianalisis untuk dijadikan sebuah peta agar
mudah dimengerti dan dipahami. Dalam pengukuran kali ini dilakukan pengukuran
teristris di daerah Asrama PPNS. Pengukuran tersebut menggunakan metode
pengukuran kerangka kontrol vertikal, kerangka kontrol horizontal, dan pengukuran
detil situasi dengan metode tachimetri, yaitu suatu metode pengukuran titik detail yang
diperoleh dari titik ikat atau poligon tertutup. Data-data yang diperoleh dari pengukuran
detil adalah koordinat X dan Y, serta ketinggian
ketinggian atau elevasi objek yang didapat dari
perhitungan tachimetri.
3
Daftar Isi
Cover ..........................................
................................................................
............................................
............................................
.............................
....... i
Kata Pengantar ..............................................
....................................................................
............................................
...............................
......... ii
Daftar isi ...........................
.................................................
............................................
............................................
......................................
................ iii
Daftar gambar
gambar ...............................................
.....................................................................
............................................
................................
.......... iv
Daftar tabel ...........................
.................................................
............................................
............................................
..................................
............ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belakang ..........................
................................................
............................................
..................................
............ 1
1.2 Tujuan Ptaktikum ........................
..............................................
............................................
................................
.......... 1
1.3 Manfaat Praktikum ...........................................
.................................................................
.................................
........... 2
BAB II DASAR TEORI
2.1 Pemetaan (Surveying) ........................................
..............................................................
................................
.......... 3
2.2 Detail Situasi dan Kontur .................................................
...................................................................
.................. 3
2.3 Kerangka Kontrol Horizontal ................... ......................................
.........................................
........................ 4
4
Daftar Gambar
Daftar Tabel
5
BAB I
PENDAHULUAN
2. Mengetahui hasil pengukuran beda tinggi, sudut, dan jarak pada poligon tertutup
4. Dapat melakukan pemetaan suatu daerah dengan detail-detail yang terdapat pada
daerah tersebut untuk dijadikan sebuah peta.
6
1.3 Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa mampu menggunakan total station dan waterpass dengan baik dan
terampil
2. Mahasiswa dapat mengetahui hasil pengukuran beda tinggi, sudut, dan jarak pada
poligon tertutup.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
Gambar 2.2 Total Station
2.2.3 Statif
Statif merupakan alat untuk mendirikan atau sebagai tempat berdirinya
waterpass dan total station.
2.2.4 Patok
Patok sebagai penanda benchmark.
9
2.2.5 Payung
Payung sebagai alat ukur (waterpass dan total station) dari sinar matahari agar
tidak terkena diskraksi.
2.2.6 Yalon
Alat yang digunakan untuk mendirikan prisma
10
2.2.8 Rambu Ukur
Rambu ukur adalah alat bantu acuan pengukuran pada benang atas, benang
tengah dan benang bawah.
2.2.10 Kompas
Kompas digunakan untuk menentukan orientasi pada saat melakukan
pengukuran
11
Gambar 2.10 Kompas
2.3 Satuan Sudut dan Jarak
2.3.1 Satuan Sudut
Sistem satuan sudut dibagi menjadi beberapa, antara lain:
A. Sistem Derajat
Derajat merupakan satuan sudut sexagesimal. Satu derajat adalah besarnya sudut
yang dihasilkan oleh perputaran 1/360 keliling lingkaran.
Maka 1°= 1/360 putaran.
1 putaran penuh = 1 keliling
kelil ing lingkaran = 360°
1/4 putaran penuh = 1/4 keliling lingkaran = 1/4 x 360° = 90°
1/2 putaran penuh = 1/2 keliling lingkaran = 1/2 x 360° = 180°
Sudut Siku-Siku = 90°
Lingkaran = 360°
Sudut Lurus = 180°
B. Sistem Radian
2πrad= 360°
1rad= 180°/π
1rad= 0,017453
C. Sistem Gon/Grade
Gon/Grade merupakan sistem satuan sudut sentisimal yang menyatakan bahwa
panjang busur lingkaran sama dengan 1/400 keliling lingkaran. Jadi, besar sudut
lingkaran adalah 400 g.
12
radiasi merah jingga dari atom Krypton-86 dalam ruang hampa. Satuan metrik di
dasarkan pada gaya, panjang, dan waktu:
waktu: yaitu: kilogram, meter, dan detik.
10 millimeter = 1 centimeter; 10 cm = 1 dm;
dm; 10 dm = 1m 1000
1000 meter = 1 kilometer
2.4 Teori tentang Sudut, Azimuth, dan Bearing
2.4.1 Sudut
Sudut merupakan selisih antara dua arah dari dua target yang diambil dari titik
pengamatan. Sudut dibagi menjadi:
1. Sudut Horizontal
Sudut horizontal adalah sudut yang terletak pada bidang horizontal pengamat.
Terdapat 2 jenis sudut horizontal yang diketahui:
a. Sudut mendatar adalah sudut yang diukur diantara 2 titik proyeksi
b. Sudut jurusan adalah sudut yang terletak pada bidang horizontal dan diukur dari
arah utara searah jarum jam sampai proyeksi titik yang digunakan
2. Sudut Vertikal
Sudut vertikal adalah sudut yang terletak di bidang vertikal pengamat. Terdapat 2
jenis sudut vertikal yang diketahui:
a. Sudut Miring/helling adalah sudut yang diukur dari bidang horizon pengamat
sampai titik yang diamati
b. Sudut Zenith(z) adalah sudut yang diukur dari zenith pengamat sampai titik yang
diamati
2.4.2 Azimuth
Azimuth berfungsi untuk mendapatkan arah suatu sisi terhadap arah utara. sudut
yang diukur searah jarum jam dari sembarang meridian acuan. Dalam pengukuran tanah
datar, Azimut biasanya diukur dari utara.Azimut berkisar antara 0 sampai 360°. Untuk
menghitung azimuth, harus dilihat dari tanda aljabar dari selisih nilai X dan Y. Sepeerti
yang tercantum pada dua gambar berikut:
Gambar 2.11
Gambar 2.12
2.4.3 Bearing
Sudut arah merupakan satu sistem penentuan arah garis dengan memakai sebuah
sudut dan huruf-huruf kuadran. Sudut arah sebuah garis adalah sudut lancip horizontal
antara sebuah meridian acuan dan sebuah garis. Sudutnya diukur dari utara maupun
selatan ke arah timur ataupun barat baik searah perputaran jarum jam maupun
13
berlawanan arah jarum jam. Bearing memiliki besar pada batas 0° sampai 90° yang
ditulis dengan huruf arahnya. Sudut arah sebenarnya diukur dari meridian lokal
astronomik atau meridian sebenarnya,sedang sudut arah magnetik dari meridian lokal
,dan sudut arah anggapan dari sembarang meridian yang dipakai,dan sudut arah kisi dari
mridian kisi yang sesuai.
Gambar 2.13
14
BT = Bacaan Benang Tengah
BA= Bacaan Benang Atas
BB= Bacaan Benang Bawah
Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan menggunakan alat sipat datar
(waterpass). Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah rambu yang
berdiri vertikal. Maka beda tinggi dapat dicari dengan menggunakan
menggunakan rumus:
∆ℎ = BTbelakang – BTmuka
adapun
∆ℎ = beda tinggi
BTbelakang = Bacaan Benang Tengah Belakang
BTmuka = Bacaan Benang Tengah Muka
Untuk mencari jarak optis dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
d = 100(BA-BB)
adapun
d= jarak
BA= Bacaan Benang Atas
BB= Bacaan Benang Bawah
Pengukuran sipat datar yang sering dilakukan antara lain:
1. Sipat Datar Memanjang
Sipat datar memanjang adalah pengukuran yang bertujuan untuk mengetahui
ketinggian titik-titik sepanjang jalur pengukuran dan sering dijadikan sebagai kerangka
vertikal bagi suatu daerah pemetaan. Istilah-istilah
Istilah-ist ilah yang dikenal dalam pengukuran sipat
datar antara lain:
a. 1 slag adalah satu kali alat berdiri dengan mengukur rambu muka dan rmabu
belakang
b. 1 seksi adalah jalur pengukuran sepanjang kurang lebih 1-2km yang dilakukan
pada slag genap dan pengukuran
pengukuran dilakukan pergi dan pulang dalam 1 hari
c. 1 kring adalah pengukuran sipat datar yang sifatnya tertutup sehingga memiliki
titik awal dan titik akhir yang sama.
15
Total jaraknya dapat dihitung dengan
∑ = 1 + 2 + 3 + ⋯+
Koreksi = × ℎ
∑
Elevasi
16
metode penentuan titik yang lain. Sedangkan Kerangka Dasar Horizontal adalah
sejumlah titik yang telah diketahui koordinatnya dalam suatu sistem koordinat tertentu.
Sistem koordinat disini adalah sistem koordinat kartesian dimana bidang datarnya
merupakan sebagian kecil
ke cil dari permukaan elipsioda bumi. Salah satu cara untuk
menentukan koordinat banyak titik adalah metode poligon. Metode poligon adalah salah
sal ah
satu cara penentuan posisi titik pengukuran secara horizontal dimana titik satu dan titik
lainnya dihubungkan dengan sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik
atau poligon.
Macam-macam poligon berdasarkan bentuknya antara lain:
a. Poligon
Adalah salah satu cara untuk menentukan koordinat yang memiliki
banyak
b. Triangulasi
Adalah serangkaian segitiga yang seluruh sudutnya diukur di lapangan
c. Trilaterasi
Adalah serangkai segitiga yang seluruh jaraknya diukur di lapangan
d. Triangulaterasi
Adalah Kombinasi antara Triangulasi dan Trilaterasi
e. Kwadrilateral
Adalah sebuah bentuk segiempat panjang tak beraturan dan diagonal,
yang seluruh sudut dan jaraknya diukur
f. Pengikatan ke muka (intersection)/daerah sempit
Pengikatan ke muka dilakukan dengan menggunakan theodolit yang
diberdirikan di atas titik/patok yang telah diketahui koordinatnya &
rambu ukur diletakkan diatas titik yang ingin diketahui koordinatnya
g. Pengukuran ke belakang
Pengikatan ke belakang dilakukan dengan mendirikan theodolit di titik
yang belum diketahui koordinatnya, target/rambu ukur didirikan di atas
titik/patok yang telah diketahui koordinatnya. Pengikatan ke belakang
terdiri dari 2 metode, yaitu
yaitu : Metode Colins dan Metode Cassini.
Sedangkan menurut titik ikatnya poligon dibagi menjadi:
1. Poligon Terikat Sempurna
17
Poligon terikat sempurna, yaitu poligon yang diketahui dua buah titik awal
pengukuran dan dua buah titik akhir pengukuran yang telah
te lah memiliki
me miliki koordinat
dan sudut yang didapat dari hasil pengukuran sebelumnya. Poligon tertutup
terikat sempurna adalah poligon tertutup yang terikat azimuth dan koordinat
sedangkan poligon terbuka terikat sempurna adalah poligon yang masing-
masing ujungnya terikat azimuth dan koordinat.
Pada umumnya hasil pengukuran jarak dan sudut tidak segera memenuhi syarat
diatas, tetapi akan didapat bentuk persamaan sebagai berikut :
Σ δ + ƒδ = ( n – 2 ) . 180 ( untuk sudut dalam )
Σ δ + ƒδ = ( n + 2 ) . 180 ( untuk sudut luar )
Σ ( D . sin α ) + ƒΔX = 0
Σ ( D . cos α ) + ƒΔY = 0
Langkah awal perhitungan koordinat ( X,Y ) poligon tertutup adalah sebagai berikut:
18
Apabila selisih sudut tersebut masuk toleransi, maka perhitungan dapat dilanjutkan tetapi
jika selisih sudut tersebut tidak masuk
masuk toleransi maka akan dilakukan cek lapangan
lapangan atau
pengukuran ulang.
ulang.
Jika pada proses perhitungan poligon tertutup koordinat akhir sama dengan koordinat
awal maka perhitungan tersebut dianggap benar, sebaliknya jika koordinat akhir tidak
sama dengan koordinat awal maka perhitungan tersebut dinyatakan salah karena titik
awal dan titik akhir poligon tertutup adalah sama atau kembali ketitik semula.
19
semua objek yang akan diukur; Melakukan pembacaan hasil ukuran secara berulang
untuk mengecek kekonsistenan; memverifikasi hasil yang dicatat dengan yang dibaca;
Mengulangi seluruh pengukuran secara mandiri untuk mengeek kekonsistenan data;
Penggunaan rumus aljabar atau geometrik sederhana untuk mengecek kebenaran hasil
ukuran.
2. Kesalahan Sistematik (Systematic Error),
Karakteristik pada kesalahan ini yaitu terjadi berdasarkan sistem tertentu (deterministic
system) yang dapat dinyatakan dalam hubungan fungsional (hubungan matematik)
tertentu dan mempunyai nilai yang sama untuk setiap pengukuran yang dilakukan dalam
kondisi yang sama. Sumber kesalahannya yaitu terjadi karena kesalahan alat sehingga
menyebabkan hasil pengukuran menyimpang dari hasil pengukuran yang seharusnya.
Cara penanganannya yaitu harus dideteksi dan dikoreksi dari nilai pengukuran.
contohnya dengan melakukan kalibrasi alat sebelum pengukuran. kesalahan sistematik
dapat dieliminasi dengan melakukan : Kalibrasi peralatan; Menggunakan metoda
pengukuran tertentu.
3. Kesalahan Acak (Random/Accidental
(Random/Accidental Error)
Kesalahan Acak adalah kesalahan yang masih terdapat pada pengukuran setelah blunder
dan kesalahan sistematik dihilangkan dan tidak memiliki hubungan fungsional yang
dapat dinyatakan dalam model deterministik, tetapi dapat dimodelkan menggunakan
model stokastik (berdasarkan teori probabilitas). Sumber kesalahannya yaitu terjadi
karena kesalahan personal, alat, dan alam. tidak dapat dihilangkan tetapi dapat
diminimalkan dengan melakukan pengukuran berulang (redundant observations) dan
melakukan hitung perataan terhadap hasil pengukuran dan kesalahan pengukuran. Salah
satu metode perataan adalah metode perataan 10
kuadrat terkecil (Least Square Adjusment). Jika kesalahan sistematik, koreksi dapat
dilakukan dengan menggunakan model fungdional dan kalibrasi alat, maka untuk
mengeliminir kesalahan acak digunakan model probabilitas.
20
BAB III
METODOLOGI
21
1. Sipat Datar (Waterpass
( Waterpass))
2. Statif
3. Rambu Ukur
4. Payung
5. Patok
6. Roll meter
7. Paku Payung
8. Alat Tulis
9. Kalkulator
10. Formulir Pengukuran
3.2.2 Kerangka Kontrol Horizontal
1. Total Station
2. Patok
3. Jallon
4. Prisma
5. Roll Meter
6. Kompas
7. Alat Tulis
8. Paku Payung
9. Formulir Pengukuran
3.2.3 Pengukuran Detail Situasi
1. Total Station
2. Patok
3. Jallon
4. Prisma
5. Roll Meter
6. Kompas
7. Alat Tulis
8. Paku Payung
9. Formulir Pengukuran
3.3 Metodologi Praktikum
3.3.1 Orientasi Lapangan
22
Orientasi lapangan bertujuan untuk melihat keadaan lokasi praktikum.
Pada tahap ini dilakukan penentuan titik-titik polygon utama, penentuam
metode dan pembagian tugas untuk tahap pengukuran. Pada tahap orientasi
lapangan, kami juga menggambarkan sketsa kasar polygon utama untuk
pengukuran, yaitu sebagai berikut:
23
2. Menentukan titik tengah antar 2 BM untuk kemudian akan dijadikan
sebagai tempat berdirinya alat
3. Selanjutnya dilakukan pembacaan rambu backside ke BM1 dan forside ke BM2
4. Pengukuran dimulai dari titik A yang berada diantara BM1 dan BM2
sampai titik F yang berada diantara BM6 dan BM1 dengan pengukuran
berlawanan arah jarum jam.
5. Setelah itu, dilakukan pengukuran searah jarum jam sama seperti
pengukuran sebelumnya.
sebelumnya.
6. Dimulai dari titik F yang berada diantara BM1 dan BM6 dengan
pembacaan rambu backside ke titik BM1 dan forside ke BM6.
2. Membuat sketsa
3. Menentukan awal
jarak antar patok dengan menggunakan roll meter.
4. Pengukuran dimulai di titik BM 1. Di titik BM ini berdirikan total station dan
sentering total station, serta melakukan kontroling yang akan membidik patok
secara tepat.
5. Setelah sentering selesai, letakkan kompas pada total station di tempatnya. Atur
total station searah dengan kompas dan mengatur sudutnya 0 0’ 0”. Setelah itu
bidik titik BM 2 dan catat angka yang di dapat, itulah yang di sebut dengan
azimuth BM 1 BM 2 .
6. Azimuth telah didapatkan. Langkah selanjutnya yaitu mencari sudut dalam.
Bidik titik BM 6 diatur sudutnya menjadi 0 0’ 0” pada theodolite, kemudian
arahkan teropong ke titik BM 2, bidik titik BM 2 dan catat angka yang di
dapat, itulah yang kami sebut dengan sudut dalam titik BM 1.
7. Pindahkan alat ke titik selanjutnya, yaitu titik BM 2. Senteringkan alat seperti
pada langkah ke 2. Pada titik selanjutnya ini lakukan bacaan sudut dalam titik
BM 2, yaitu dengan cara bidik titik BM 1 dan mengatur sudutnya 0 0’ 0”,
setelah itu arahkan teropong ke titik BM 3, baca sudut yang di dapat, inilah
yang kami sebut dengan sudut dalam titik BM 2.
8. Lakukan langkah 5 untuk titik selanjutnya yaitu titik BM 3, titik BM 4, titik BM 5,
dan titik BM 6.
24
kerangka kontrol horizontal, maka juga dilakukan pengukuran terhadap titik-titik detail
situasi. Langkah-langkah kerja yang dilakukan, diantaranya adalah:
1. Melakukan sentering dan levelling alat total station pada titik BM1
2. Mengukur tinggi alat total station di titik BM1
3. Mengatur total station sesuai dengan yang dijelaskan pada BAB II
Pengolahan data ini bertujuan untuk menghitung data-data yang diperoleh dari
pengukuran. Pengolahan ini dilakukan dengan menghitung sudut, jarak dan koordinat
tititk ( X, Y dan elevasi ). Pada polygon utama serta titik detil berdasarkan rumor-rumus
perhitungan kerangka control horizontal, kerangka kontrol vertical dan Tachymetri.
Pengolahan data juga bertujuan untuk membandngkan kesalahan-kesalahan pengukuran
dengan toleransi yang sesuai alat yang digunakan.
Mulai
Orientasi Lapangan
25
Peminjaman Alat Ukur
Pengukuran: Detil
Situasi Dan Beda Tinggi
Mendownload Data
Pengecekan
Toleransi
I a
Penyajian data:
Plotting AutoCAD dan Laporan
Selesai
26
BAB IV
Kerangka Kontrol Horizontal (KKH), Kerangka Kontrol Vertikal (KKV) serta pengukuran
27
2) Data KKV Pulang
28
Jarak BM01 BM02 = dBM01BM02 = 39,40 m
= - 000’ 10”
fα ≤ i√n ...... 39
39
fα ≤ 5√6
fα ≤ 000’ 12,2”
b. Kesalahan Linier
29
√ +
Kesalahan Linier=
∑
= √(0,028377) (0
(0,0
,0229)
229)
232,266
= 0,00015699664
30
1. Perhitungan Koreksi Absis
Fx = (Xakhir – Xawal) - ∑d sin α………….46
fx BM01 BM02=
BM03BM04 ………48
∑
fyBM01 BM02=
BM03BM04 …………..49
∑
Pada pengukuran poligon tertutup, harga kebenaran bisa dinilai dari adanya
kesamaan koordinat yang diperoleh dari pengukuran dan koordinat yang sebenarnya.
Pada pengukuran ini, titik acuan pengukuran (titik BM 01) merupakan titik yang telah
diketahui kooordinatnya
kooordinatnya (10,10). Titik awal
awal (BM 01) akan di tarik ke titik BM 02
untuk mengetahui azimuth awal dan selanjutnya akan dapat digunakan untuk
31
menentukan koordinat BM 02. Titik ini berlaku juga sebagai titik akhir dari
pengukuran poligon itu sendiri sehingga koordinat awal pengukuran sama dengan
koordinat akhir pengukuran.
Toleransi = 8√0.23282
= 3.860113988 mm
= 0.003860 m
fh = 0.0003
fhBM02BM03 =
BM02BM03 ℎ…… 54
∑
Dalam praktikum ini jarak yang digunakan untuk mengoreksi perhitungan beda
32
tinggi adalah jaraj rata-rata dari jarak optis yang didapat dari metode pulang pergi
yang dilakukan. Rata-rata dari jarak optis tersebut adalah:
BM 01 - BM 02
02 = 35.100 m
BM 02 – BM 03 = 42.300 m
BM 03 - BM
BM 04 = 30.300 m
BM 04 – BM 05 = 46.00 m
BM 05–BM06 = 43.300 m
BM06–BM01 = 53.900 m
VD = 0. 016353
∆hAB = hi + VD – hr
∆hAB = -0.2190
33
3. Mencari koordinat titik X,Y, dan Z
- = + Slp.distance sin
X = 2.128818 m
Y = 14.49652 m
- Z = Zp + ΔΗAB
Z = 10 + (-0.2190)
Z = 9.781 m
(Hasil perhitungan yang lain terlampir)
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Praktikum sebelumnya mengambil daerah yang sama namun menggunakan alat
praktikum berupa theodolit dengan jenis Nikon. Tentu dengan alat Total Station ini
pekerjaan menjadi lebih cepat karena menggunakan perekam data otomatis dan
harusnya menjadi lebih teliti daripada pengukuran dengan theodolit karena masih
menggunakan kemampuan praktikan dalam membidik hingga mengatur arah
bidikan serta pembacaan pengukuran. Sudah tenu bahwa dunia ilmu ukur
mengalami perkembangan yang signifikan terutama di bidang peralatan dan sarana
dalam praktikum maka mahasiswa dengan bidang bersangkutan dapat
berpengalaman dengan alat minimal yang tengah digunakan di dunia kerja secara
nyata. Hasil pengukuran berupa peta deti situasi dan kontur dapat dilihat di
lampiran dalam kertas A3 dengan bagian terpisah dari laporan.
5.2 Saran
Pelaksanaan praktikum kurang direncanakan dengan maksimal karena kurangnya
35
DAFTAR PUSTAKA
Nurjati, Chatarina. 2000. Modul Ajar Ilmu Ukur Tanah I. Surabaya : Institut Teknologi
Sepuluh Nopember
Buku Ajar IUT-II.pdf
Modul Pengetahuan Alat Total Station
36
LAMPIRAN
37