Anda di halaman 1dari 10

Nama: Assyifa Humaira

NIM: 22031005
Prodi/Kelas: Pendidikan Biologi E
Dosen: Drs. Ristiono, M.Pd
Kode seksi: 202220310097
Mata kuliah: Media Pembelajaran Biologi
Pertemuan ke: 13

MERANCANG RENCANA PROJECT PEMBUATAN MEDIA


(ANALISIS MASALAH, GAGASAN, DAN SOLUSI)
Kata “Media” berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium”,
secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Association for Education and Communication
Technology (AECT), mengartikan kata media sebagai segala bentuk dan saluran yang
dipergunakan untuk proses informasi. National Education Association (NEA) mendefinisikan
media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau
dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut. Sedangkan Heinich,
dkk (1982) mengartikan istilah media sebagai “the term refer to anything that carries information
between a source and a receiver”. Perlu dikemukakan pula bahwa kegiatan pembelajaran adalah
suatu proses komunikasi. Dengan kata lain, kegiatan belajar melalui media terjadi bila ada
komunikasi antar penerima pesan (P) dengan sumber (S) lewat media (M) tersebut. Namun
proses komunikasi itu sendiri baru terjadi setelah ada reaksi balik (feedback). Berdasarkan uraian
di atas maka secara singkat dapat dikemukakan bahwa media pembelajaran itu merupakan
wahana penyalur pesan atau informasi belajar.

Dalam kaitannya dengan fungsi media pembelajaran, dapat ditekankan beberapa hal berikut ini:
1. Sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.
2. Sebagai salah satu komponen yang saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam
rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.
3. Mempercepat proses belajar.
4. Meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar.
5. Mengkongkritkan yang abstrak sehingga dapat mengurangi terjadinya penyakit verbalisme.
Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru,
meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara
psikologis kepada siswa (Hamalik, 1986). Sudjana dan Rivai (1992) mengemukakan beberapa
manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu: (i) dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa
karena pengajaran akan lebih menarik perhatian mereka; (ii) makna bahan pengajaran akan
menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami siswa dan memungkinkan terjadinya penguasaan
serta pencapaian tujuan pengajaran; (iii) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-
mata didasarkan atas komunikasi verbal melalui kata-kata; dan (iv) siswa lebih banyak
melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati,
mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan.

Manfaat media pembelajaran adalah sebagai berikut:


1. Menyamakan Persepsi Siswa. Dengan melihat objek yang sama dan konsisten maka siswa
akan memiliki persepsi yang sama.

2. Mengkonkritkan konsep-konsep yang abstrak. Misalnya untuk menjelaskan tentang sistem


pemerintahan, perekonomian, berhembusnya angin, dan sebagainya. bisa menggunakan media
gambar, grafik atau bagan sederhana.

3. Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan
belajar. Misalnya guru menjelaskan dengan menggunakan gambar atau film tentang binatang-
binatang buas, gunung meletus, lautan, kutup utara dll.

4. Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil. Misalnya guru akan menyampaikan
gambaran mengenai sebuah kapal laut, pesawat udara, pasar, candi, dan sebagainya. Atau
menampilkan objek-objek yang terlalu kecil seperti bakteri, virus, semut, nyamuk, atau
hewan/benda kecil lainnya.

5. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat. Dengan menggunakan teknik gerakan
lambat (slow motion) dalam media film bisa memperlihatkan tentang lintasan peluru, melesatnya
anak panah, atau memperlihatkan suatu ledakan. Demikian juga gerakan-gerakan yang terlalu
lambat seperti pertumbuhan kecambah, mekarnya bunga wijaya kusumah dan lain-lain.
Klasifikasi Media Menurut bentuk informasi yang digunakan, kita dapat memisahkan dan
mengklasifikasi media dalam lima kelompok besar, yaitu media visual diam, media visual gerak,
media audio, media audio visual diam, dan media audio visual gerak. Proses yang dipakai untuk
menyajikan pesan, apakah melalui penglihatan langsung, proyeksi optik, proyeksi elektronik atau
telekomunikasi. Dengan menganalisis media melalui bentuk penyajian dan cara penyajiannya,
kita mendapatkan suatu format klasifikasi yang meliputi tujuh kelompok media penyaji, yaitu:
1. Grafis, bahan cetak, dan gambar diam
2. Media proyeksi diam,
3. Media audio,
4. Media audio visual diam,
5. Media Audio visual hidup/film,
6. Media televisi, dan
7. Multi media.

Perencanaan Penggunaan Media


Heinich, Molenda, dan Russel (1982) dalam bukunya “Instructional Media and The New
Technologies of Instructions” menyusun suatu model prosedural yang diberi nama akronim
“ASSURE”. Model ASSURE ini dimaksudkan untuk menjamin penggunaan media pembelajaran
yang efektif. Model yang diakronimkan dengan ASSURE itu meliputi 6 langkah dalam
perencanaan sistematik untuk penggunaan media, yaitu: Analyze Learner Characteristics, State
Objectives, Select, Modify Or Design Materials, utilize materials, require learner response,
evaluate.
1. Identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa

Sebuah perencanaan media didasarkan atas kebutuhan (need), Salah satu indikator
adanya kebutuhan yaitu kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang kita inginkan
agar dapat dikuasai siswa.

2. Perumusan Tujuan

Media pembelajaran harus dibuat sedemikian rupa sehingga akan membantu dan
memudahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Memilih, Merubah dan Merancang Media Pembelajaran


Adalah salah satu cara untuk mengatasi cari untuk mengatasi cara hidup di lingkungan
hidupnya cukup untuk mengatasi rasa sakit
4. Perumusan Materi

Materi berkaitan dengan substansi isi pelajaran yang harus diberikan. Sebuah program
media di dalamnya haruslah berisi materi yang harus dikuasai siswa.

5. Pelibatan siswa

Situasi belajar yang paling efektif adalah situasi belajar yang memberikan
kesempatan siswa merespon dan terlibat dalam pembelajaran. Oleh karena itu siswa harus
dilibatkan semaksimal mungkin dalam pemanfaatan penggunaan media.

6. Evaluasi (Evaluation)

Tujuan evaluasi media pembelajaran adalah untuk memilih media pembelajaran yang
akan dipergunakan dikelas, untuk melihat prosedur penggunaan media, untuk memeriksa
apakah tujuan penggunaan media tersebut telah tercapai, menilai kemampuan guru
menggunakan media, memberikan informasi untuk kepentingan administrasi, dan untuk
memperbaiki media itu sendiri.

Prinsip Pengembangan dan Produksi Media Menurut Mukminan untuk mengembangkan media
pembelajaran perlu diperhatikan prinsip VISUALS, yang dapat digambarkan sebagai singkatan
dari kata-kata:
Visible : Mudah dilihat
Interesting : Menarik
Simple : Sederhana
Useful : Isinya berguna/bermanfaat y
Accurate : Benar (dapat dipertanggungjawabkan)
Legitimate : Masuk akal/sah
Structured : Terstruktur/tersusun dengan baik

Langkah – langkah dalam merancang media pembelajaran


Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam perencanaan media pembelajaran.
Pendapat Gagne dan Briggs menyarankan langkah- langkah sebagai berikut.
1. Merumuskan tujuan pembelajaran.

2. Mengklasifikasikan tujuan berdasarkan domain atau tipe belajar.

3. Memilih peristiwa-peristiwa pengajaran yang akan berlangsung.

4. Menentukan tipe perangsang untuk tiap peristiwa.

5. Mendaftar media yang dapat digunakan pada setiap peristiwa dalam pengajaran.

6. Mempertimbangkan (berdasarkan nilai kegunaan) media yang dipakai.

7. Menentukan media yang terpilih untuk digunakan.

8. Menulis rasional (penalaran) memilih media tersebut.

9. Menuliskan tata cara pemakaiannya pada setiap peristiwa.

10. Menuliskan script pembicaraan dalam penggunaan media.

Secara umum dapat diperinci langkah-langkah perencanaan media sebagai berikut:


- Identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa, kebutuhan dalam proses belajar mengajar
adalah kesenjangan antara apa yang dimiliki siswa dengan apa yang diharapkan. Dalam
proses belajar, yang dimaksud dengan kebutuhan adalah kesenjangan antara kemampuan,
keterampilan, dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan, keterampilan, dan
sikap siswa yang mereka miliki sekarang.

- Merumuskan tujuan instruksional (instructional Objective) dengan operasional dan khas,


untuk dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik, tujuan instruksional harus
berorientasi kepada siswa. Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional,
artinya kata kerja itu menunjukkan suatu perilaku/perbuatan yang dapat diamati atau
diukur. Sebuah tujuan pembelajaran hendaknya memiliki empat unsur pokok yang dapat
kita akronimkan dalam ABCD (audience, behavior, condition, dan degree). Audience
adalah menyebutkan sasaran/audien yang dijadikan sasaran pembelajaran, behavior
adalah menyatakan perilaku spesifik yang diharapkan atau yang dapat dilakukan setelah
pembelajaran berlangsung, condition adalah menyebutkan kondisi yang bagaimana atau
dimana sasaran dapat mendemonstrasikan kemampuan atau keterampilannya, degree
adalah menyebutkan batasan tingkatan minimal yang diharapkan dapat dicapai.

- Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan,


penyusunan rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub kemampuan atau
keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan khusus pembelajaran, sehingga materi yang
disusun adalah dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dari proses belajar
mengajar tersebut. Setelah daftar butir-butir materi dirinci maka langkah selanjutnya
adalah mengurutkannya dari yang sederhana sampai kepada tingkatan yang lebih rumit,
dan dari hal-hal yang konkret kepada yang abstrak.

- Mengembangkan alat pengukur keberhasilan, alat pengukur keberhasilan ini harus


dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan dari materi-materi
pembelajaran yang disajikan.bentuk alat pengukurnya bisa dengan tes, pengamatan,
penugasan atau perilaku. Instrumen tersebut akan digunakan oleh pengembang media,
ketika melakukan tes uji coba dari program media yang dikembangkannya.

- Menulis naskah media, yaitu bentuk penyajian materi pembelajaran melalui media
rancangan yang merupakan penjabaran dari pokok-pokok materi yang telah disusun
secara baik seperti yang telah dijelaskan di atas. Supaya materi pembelajaran itu dapat
disampaikan melalui media, maka materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan atau
gambar yang kita sebut naskah program media.

- Mengadakan tes dan revisi, tes adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat
efektivitas dan kesesuaian media yang dirancang dengan tujuan yang diharapkan dari
program tersebut. Sesuatu program media yang oleh pembuatnya dianggap baik, tetapi
bila program itu tidak menarik, atau sukar dipahami dan tidak merangsang proses belajar
bagi siswa yang ditujunya, maka program semacam ini tentu saja tidak dikatakan baik.
Media pembelajaran adalah sesuatu yang mampu mengubah lingkungan pembelajaran menjadi
lebih efektif sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih efisien. Tujuannya yaitu agar
pembelajaran lebih interaktif dan memudahkan dalam memahami pembelajaran serta efisien dan
menumbuhkan semangat dalam pembelajaran. Manfaat yang didapat guru yaitu mempermudah
guru dalam menjelaskan materi pelajaran sedang untuk peserta didik memberikan pengalaman
yang nyata akan pembelajaran isi atau materi secara real.

Pemanfaatan media pembelajaran yang relevan dalam kelas dapat mengoptimalkan


proses pembelajaran. Bagi guru, media membantu mengkonkritkan konsep atau gagasan dan
membantu memotivasi peserta belajar aktif. Bagi siswa, media dapat menjadi jembatan untuk
berpikir kritis dan berbuat. Dengan demikian media dapat membantu tugas guru dan siswa
mencapai kompetensi dasar yang ditentukan. Agar media pembelajaran dapat dimanfaatkan
dengan baik, guru perlu mengetahui kebutuhan pembelajarannya dan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi siswa tentang materi yang akan diajarkan.

Terkait dengan itu, media perlu dikembangkan berdasarkan relevansi, kompetensi dasar,
materi dan karakteristik siswa. Guru dapat berperan sebagai kreator yaitu menciptakan dan
memanfaatkan media yang tepat, efisen, dan menyenangkan bagi siswa. Namun dalam
pemanfaatannya di kelas, perlu ditekankan bahwa siswalah yang seharusnya memanfaatkan
media pembelajaran tersebut. Menurut paradigma behavioristik, belajar merupakan transmisi
pengetahuan dari expert ke novice. Berdasarkan konsep ini, peran guru adalah menyediakan dan
menuangkan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.

Namun akhir-akhir ini, konsep belajar didekati menurut paradigma konstruktivisme.


Menurut paham konstruktivistik, belajar merupakan hasil konstruksi sendiri (pebelajar) sebagai
hasil interaksinya terhadap lingkungan belajar. Pengkonstruksian pemahaman dalam peristiwa
belajar dapat melalui proses asimilasi atau akomodasi. Secara hakiki, asimilasi dan akomodasi
terjadi sebagai usaha pebelajar untuk menyempurnakan atau merubah pengetahuan yang telah
ada di benaknya. Pengetahuan yang telah dimiliki oleh pebelajar sering pula diistilahkan sebagai
prakonsepsi. Proses asimilasi terjadi apabila terdapat kesesuaian antara pengalaman baru dengan
prakonsepsi yang dimiliki pebelajar. Sedangkan proses akomodasi adalah suatu proses adaptasi,
evolusi, atau perubahan yang terjadi sebagai akibat pengalaman baru pebelajar yang tidak sesuai
dengan prakonsepsinya.

Berdasarkan paradigma konstruktivisme tentang belajar tersebut, maka prinsip media


pembelajaran menempati posisi cukup strategis dalam rangka mewujudkan ivent belajar secara
optimal. Ivent belajar yang optimal merupakan salah satu indikator untuk mewujudkan hasil
belajar peserta didik yang optimal pula. Hasil belajar yang optimal juga merupakan salah satu
cerminan hasil pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas memerlukan sumber
daya guru yang mampu dan siap berperan secara profesional dalam lingkungan sekolah dan
masyarakat. Dalam era perkembangan IPTEK yang begitu pesat dewasa ini, profesionalisme
guru tidak cukup hanya dengan kemampuan membelajarkan siswa, tetapi juga harus mampu
mengelola informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa, yang termasuk
di dalamnya adalah media pembelajaran.

. Prinsip-prinsip Penggunaan Media Dalam Pembelajaran. Ada beberapa prinsip yang perlu
dipertimbangkan oleh pengajar dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran, yaitu:
1. Tidak ada satu media yang paling unggul untuk semua tujuan. Satu media hanya cocok untuk
tujuan pembelajaran tertentu, tetapi mungkin tidak cocok untuk yang lain.

2. Media adalah bagian intregal dari proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa media bukan
hanya sekedar alat bantu mengajar pengajar saja., tetapi merupakan bagian yang tak dapat
dipisahkan dari proses pembelajaran. Penetapan suatu media haruslah sesuai dengan komponen
yang lain dalam perancangan instruksional. Tanpa alat bantu mengajar mungkin pembelajaran
tetap dapat berlangsung, tetapi tanpa media pembelajaran itu tidak akan terjadi.
3. Media apapun yang hendak digunakan, sasaran akhirnya adalah untuk memudahkan belajar
siswa. Kemudahan belajar siswa haruslah dijadikan acuan utama pemilihan dan penggunaan
suatu media.

4. Penggunaan berbagai media dalam satu kegiatan pembelajaran bukan hanya sekedar
selingan/pengisi waktu atau hiburan, melainkan mempunyai tujuan yang menyatu dengan
pembelajaran yang sedang berlangsung.

5. Pemilihan media hendaknya obyektif (didasarkan pada tujuan pembelajaran), tidak didasarkan
pada kesenangan pribadi.

6. Penggunaan beberapa media sekaligus akan dapat membingungkan siswa. Penggunaan


multimedia tidak berarti menggunakan media yang banyak sekaligus, tetapi media tertentu
dipilih untuk tujuan tertentu dan media yang lain untuk tujuan yang lain pula.

7. Kebaikan dan keburukan media tidak tergantung pada kekonkritan dan keabstrakannya. Media
yang kongkrit wujudnya, mungkin sukar untuk dipahami karena rumitnya, tetapi media yang
abstrak dapat pula memberikan pengertian yang tepat.

Dari beberapa perkembangan media muncul beberapa klasifikasi menurut kesamaan


ciri atau karakteristiknya. Ada berbagai pengklasifikasian media yang disesuaikan menurut
tujuan atau maksud pengelompokannya. Ada banyak media pembelajaran, mulai dari yang
sangat sederhana hingga yang kompleks dan rumit, mulai dari yang hanya menggunakan indera
mata hingga perpaduan lebih dari satu indera.
Dari yang murah dan tidak memerlukan listrik hingga yang mahal dan sangat tergantung
pada perangkat keras. Perkembangan media pengajaran menurut Asbhy (1972) seperti yang
dikutip oleh Miarso, telah menimbulkan revolusi empat kali dalam dunia pendidikan. Revolusi
pertama telah terjadi beberapa puluh abad yang lalu, yaitu pada saat orang tua menyerahkan
pendidikan anak-anaknya kepada orang lain yang berprofesi sebagai guru; revolusi kedua terjadi
dengan digunakannya bahasa tulisan sebagai sarana utama pendidikan; revolusi ketiga timbul
dengan tersedianya media cetak yang merupakan hasil ditemukannya mesin teknik percetakan;
dan revolusi keempat berlangsung dengan meluasnya penggunaan media komunikasi elektronik.

Sekarang ini kita hidup dalam era informasi yang ditandai dengan tersedianya informasi
yang semakin banyak dan bervariasi, tersebarnya informasi yang makin meluas dan seketika,
serta tersajinya informasi dalam berbagai bentuk dalam waktu yang cepat. Karena semua usaha
pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penyajian informasi senantiasa menggunakan
media, maka era ini dapat pula disebut lingkungan bermedia. Para ahli memiliki pandangan atau
pendapat yang berbeda dalam membuat klasifikasi atau mengelompokkan jenis media yang biasa
digunakan dalam proses pembelajaran pada siswa.

Anda mungkin juga menyukai