Anda di halaman 1dari 335

DR. Muhammad Idris Patarai, M.Si. DR. Muhammad Idris Patarai, M.Si.

KINERJA KINERJA
KEUANGAN DAERAH KEUANGAN DAERAH

penerbit penerbit
de la macca de la macca
makassar makassar

A A
Kinerja Keuangan Daerah Kinerja Keuangan Daerah
© Dr. H. Muhammad Idris Patarai, M. Si. © Dr. H. Muhammad Idris Patarai, M. Si.

Penulis Penulis
Dr. H. Muhammad Idris Patarai, M. Si. Dr. H. Muhammad Idris Patarai, M. Si.

Desain Cover / Layout Desain Cover / Layout


Festa Goenawan Festa Goenawan

Cetakan ke-2 Cetakan ke-2

Penerbit Penerbit
De La Macca De La Macca
(Anggota IKAPI Sulsel No.007/SSL/03) (Anggota IKAPI Sulsel No.007/SSL/03)
Jln. Borong raya No. 75 A Lt. 2 Makassar 90222 Jln. Borong raya No. 75 A Lt. 2 Makassar 90222
Telp. 08114133371 -08114124721 Telp. 08114133371 -08114124721
Email : gunmonoharto@yahoo.com Email : gunmonoharto@yahoo.com

Hak cipta dilindungi oleh Undang - Undang. Hak cipta dilindungi oleh Undang - Undang.
Dilarang mengutip isi buku ini tanpa izin tertulis Dilarang mengutip isi buku ini tanpa izin tertulis
dari penulis dan Penerbit. dari penulis dan Penerbit.

ISBN: 978-602-263-131-6 ISBN: 978-602-263-131-6

Sanksi Pelanggaran Hak Cipta Sanksi Pelanggaran Hak Cipta

Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun tentang Hak Cipta Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun tentang Hak Cipta

Lingkup Hak Cipta Lingkup Hak Cipta


Pasal 2 : Pasal 2 :
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta dan pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta dan pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan
atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa
mengurangi pembatasan yang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. mengurangi pembatasan yang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana Ketentuan Pidana
Pasal 72 : Pasal 72 :
1. Barang siapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1. Barang siapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal
2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat
satu (1) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara satu (1) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara
paling lama 7 (tujuh) tahun dan / atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) paling lama 7 (tujuh) tahun dan / atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah)
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah). (lima ratus juta rupiah).

B B
PENGANTAR PENGANTAR

K inerja Keuangan Daerah tidak terlepas dari


penyelenggaraan pemerintahan daerah, dalam hal ini
mengacu pada Sistem Pemerintahan Negara.Contoh kasus
K inerja Keuangan Daerah tidak terlepas dari
penyelenggaraan pemerintahan daerah, dalam hal ini
mengacu pada Sistem Pemerintahan Negara.Contoh kasus
dalam hal ini, Indonesia.Dari sistem Negara Kesatuan yang dalam hal ini, Indonesia.Dari sistem Negara Kesatuan yang
dianut melahirkan “daerah” dan dengan sendirinya terdapat dianut melahirkan “daerah” dan dengan sendirinya terdapat
hirarki “pusat-daerah”.Konsekwensi demikian menempatkan hirarki “pusat-daerah”.Konsekwensi demikian menempatkan
daerah bukan sebagai entity tunggal, melainkan terintegrasi daerah bukan sebagai entity tunggal, melainkan terintegrasi
secara horisontal-vertikal. Horisontal hubungan antar secara horisontal-vertikal. Horisontal hubungan antar
daerah, vertikal: hubungan pemerintah pusat dengan daerah. daerah, vertikal: hubungan pemerintah pusat dengan daerah.
Oleh karena itu untuk membahasKINERJA KEUANGAN Oleh karena itu untuk membahasKINERJA KEUANGAN
DAERAH, maka terlebih dahulu harus memahami sistem DAERAH, maka terlebih dahulu harus memahami sistem
pemerintahan yang dianut. pemerintahan yang dianut.
Buku yang tengah Anda baca ini bersumber dari Buku yang tengah Anda baca ini bersumber dari
materi pelajaran Kinerja Keuangan Daerah dan Perencanaan materi pelajaran Kinerja Keuangan Daerah dan Perencanaan
Pembangunan Daerah yang telah penulis ajarkan.Selama Pembangunan Daerah yang telah penulis ajarkan.Selama
perkuliahan dilakukan dengan penyampaian materi 50%; perkuliahan dilakukan dengan penyampaian materi 50%;
diskusi 30%; penugasan terstruktur (Tstr) 20%, termasuk diskusi 30%; penugasan terstruktur (Tstr) 20%, termasuk
penugasan pembuatan makalah kelompok untuk menjadi penugasan pembuatan makalah kelompok untuk menjadi
bahan diskusi kelompok. Komulasi aktivitas belajar bahan diskusi kelompok. Komulasi aktivitas belajar
sebagaimana diungkapkan tersebut menjadi rujukan sebagaimana diungkapkan tersebut menjadi rujukan
penyusunan buku ini yang akan dijadikan bahan ajar penyusunan buku ini yang akan dijadikan bahan ajar
selanjutnya. selanjutnya.
Muatan materi, isinya meliputi antara lain: Sistim Muatan materi, isinya meliputi antara lain: Sistim
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; Desentralisasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; Desentralisasi
dan Otonomi Daerah; Dekonsentrasi dan Tugas dan Otonomi Daerah; Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan; Tantangan Pembangunan Daerah; Pembantuan; Tantangan Pembangunan Daerah;
Pembangunan Berkelanjutan dan Ekologi Pemerintahan; Pembangunan Berkelanjutan dan Ekologi Pemerintahan;
Indikator Pembangunan; Perencanaan dan Penganggaran Indikator Pembangunan; Perencanaan dan Penganggaran
Pembangunan Daerah; Desentralisasi Fiskal; Dana Pembangunan Daerah; Desentralisasi Fiskal; Dana
Perimbangan atau Dana Transper; Anggaran Pendapatan Perimbangan atau Dana Transper; Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) dan Belanja Daerah (APBD)

i i
Sistem Pemerintahan yang baik sangat diperlukan oleh
suatu negara dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana
Sistem Pemerintahan yang baik sangat diperlukan oleh
pelayanan publik baik ditingkat pusat maupun ditingkat
suatu negara dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana
daerah.Salah satu aspek penting pelaksanaan otonomi
pelayanan publik baik ditingkat pusat maupun ditingkat
daerah dan desentralisasi yang harus diatur secara hati-hati
daerah.Salah satu aspek penting pelaksanaan otonomi
adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan Anggaran
daerah dan desentralisasi yang harus diatur secara hati-hati
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).Dimana APBD
adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan Anggaran
merupakan kebijaksanaan keuangan tahunan pemerintah
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).Dimana APBD
daerah yang disusun berdasarkan ketentuan perundang-
merupakan kebijaksanaan keuangan tahunan pemerintah
undangan yang berlaku.Sehingga tidaklah cukup berbicara
daerah yang disusun berdasarkan ketentuan perundang-
kinrja keuangan daerah tanpa memahami mengenai APBD
undangan yang berlaku.Sehingga tidaklah cukup berbicara
dan mekanisme pengelolaan dan penyusunannya.
kinrja keuangan daerah tanpa memahami mengenai APBD
Kinerja Keuangan Daerah juga berkait dengan
dan mekanisme pengelolaan dan penyusunannya.
perencanaan pembangunan daerah yang merupakan bagian
Kinerja Keuangan Daerah juga berkait dengan
integral dari pembangunan nasional, maka patut diketahui
perencanaan pembangunan daerah yang merupakan bagian
apa itu pembangunan, apa itu pembangunan nasional
integral dari pembangunan nasional, maka patut diketahui
kaitannya pembangunan daerah. Apa tujuan dan sasaran
apa itu pembangunan, apa itu pembangunan nasional
yang hendak dicapai dan sejauhmana tujuan dan sasaran itu
kaitannya pembangunan daerah. Apa tujuan dan sasaran
diperhitungkan dalam perencanaan. Apa itu perencanaan
yang hendak dicapai dan sejauhmana tujuan dan sasaran itu
?Apa yang dimaksud perencanaan partisipatif dan seperti apa
diperhitungkan dalam perencanaan. Apa itu perencanaan
hubungan antara perencanaan dengan tujuan yang hendak
?Apa yang dimaksud perencanaan partisipatif dan seperti apa
dicapai, perencanaan dengan evaluasi. Semua ini perlu
hubungan antara perencanaan dengan tujuan yang hendak
dikemukakan, termasuk hubungan perencanaan dengan
dicapai, perencanaan dengan evaluasi. Semua ini perlu
pembangunan berkelanjutan.
dikemukakan, termasuk hubungan perencanaan dengan
Selain itu buku ini juga membahas Permasalahan
pembangunan berkelanjutan.
dan Manajemen Pembangunan Daerah mengingat
Selain itu buku ini juga membahas Permasalahan
dalam pembangunan pasti terdapat permasalahan.
dan Manajemen Pembangunan Daerah mengingat
Permasalahan tersebut patut diatasi, dan mengatasi
dalam pembangunan pasti terdapat permasalahan.
permasalahan tersebut juga atau sekaligus termasuk usaha
Permasalahan tersebut patut diatasi, dan mengatasi
pembangunan. Salah satu cara Mengatasi permasalahan
permasalahan tersebut juga atau sekaligus termasuk usaha
pembangunan dilakukan dengan pendekatan manajemen,
pembangunan. Salah satu cara Mengatasi permasalahan
kelak dikenal dengan Manajemen Pembangunan, dalam
pembangunan dilakukan dengan pendekatan manajemen,
hal ini Manajemen Pembangunan Daerah, terutama dalam
kelak dikenal dengan Manajemen Pembangunan, dalam
hal pelibatan masyarakat sebagai pelaku atau subyek dari
hal ini Manajemen Pembangunan Daerah, terutama dalam
pembangunan. Para pemerhati pembangunan senantiasa
hal pelibatan masyarakat sebagai pelaku atau subyek dari
pembangunan. Para pemerhati pembangunan senantiasa
ii
ii ii
berupaya mengetahui permasalahan pembangunan, dalam berupaya mengetahui permasalahan pembangunan, dalam
hal ini pembangunan daerah, pentingnya manajemen hal ini pembangunan daerah, pentingnya manajemen
pembangunan dan keterlibatan masyarakat serta bagaimana pembangunan dan keterlibatan masyarakat serta bagaimana
cara melibatkannya secara partisipatif. cara melibatkannya secara partisipatif.
Hal mendasar mengenai Kinerja Keuangan adlah Hal mendasar mengenai Kinerja Keuangan adlah
Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah, Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah,
yaitu karena pembangunan hanya bisa dilaksanakan apabila yaitu karena pembangunan hanya bisa dilaksanakan apabila
didukung dengan pembiayaan atau dikenal dengan anggaran. didukung dengan pembiayaan atau dikenal dengan anggaran.
Sistem Perencanaan Pembangunan di Indonesia menganut Sistem Perencanaan Pembangunan di Indonesia menganut
sistem perencanaan dan penganggaran.Perencanaan sistem perencanaan dan penganggaran.Perencanaan
pembangunan dilakukan bersamaan dengan penganggaran pembangunan dilakukan bersamaan dengan penganggaran
dalam bentuk APBN-APBD. dalam bentuk APBN-APBD.
Para pelaku pembangunan patut mengetahui Para pelaku pembangunan patut mengetahui
sistem penganggaran pembangunan daerah, mekanisme sistem penganggaran pembangunan daerah, mekanisme
penggangaran dan tujuan penganggaran, termasuk hubungan penggangaran dan tujuan penganggaran, termasuk hubungan
antara perencanaan dan penganggaran. antara perencanaan dan penganggaran.
Buku ini dilengkapi pula dengan Analisis APBD, Buku ini dilengkapi pula dengan Analisis APBD,
yaitu karena alam praktek sering tedapat beberapa motif yaitu karena alam praktek sering tedapat beberapa motif
kesalahan penyusunan APBD, dari segi perencanaan dan kesalahan penyusunan APBD, dari segi perencanaan dan
penganggaran.Kesalahan tersebut dapat menimbulkan in- penganggaran.Kesalahan tersebut dapat menimbulkan in-
efesiensi penggunaan budget daerah.Hal ini perlu dipahami, efesiensi penggunaan budget daerah.Hal ini perlu dipahami,
apalagi jika kesalahan itu bersifat penyalagunaan APBD. apalagi jika kesalahan itu bersifat penyalagunaan APBD.
Dengan demikian kesalahan menyusun APBD yang in- Dengan demikian kesalahan menyusun APBD yang in-
efesiensi dapat bersifat, disengaja dan tidak disengaja oleh efesiensi dapat bersifat, disengaja dan tidak disengaja oleh
ketidaktahuan. Oleh kare itulah praktisi pembangunan, ketidaktahuan. Oleh kare itulah praktisi pembangunan,
eksekutif, birokrat, politikus atau elit politik terutama di eksekutif, birokrat, politikus atau elit politik terutama di
daerah penting mengatahui bentuk analisis , sifat analisis, daerah penting mengatahui bentuk analisis , sifat analisis,
tujuan analisis dan cara analisis APBD guna menghindari tujuan analisis dan cara analisis APBD guna menghindari
kebocoran anggaran dari tindakan konflik kepentingan dan kebocoran anggaran dari tindakan konflik kepentingan dan
lemahnya kompetensi. lemahnya kompetensi.
In-efesien menyebabkan ketidakefektifan anggaran In-efesien menyebabkan ketidakefektifan anggaran
bagi pencapaian tujuan pembangunan. Untuk menghindari bagi pencapaian tujuan pembangunan. Untuk menghindari
atau untuk mencegah tidak terulangnya pelanggaran pada atau untuk mencegah tidak terulangnya pelanggaran pada
pengganggaran tahun berikutnya, maka setiap tahun pengganggaran tahun berikutnya, maka setiap tahun
analisis tersbut selalu dilakukan. Demikian halnya dengan analisis tersbut selalu dilakukan. Demikian halnya dengan

iii iii
Mobilisasi Potensi Pembangunan dissinggung dalam
Mobilisasi Potensi Pembangunan dissinggung dalam buku ini, mengingat berbagai potensi pembangunan
buku ini, mengingat berbagai potensi pembangunan daerah perlu diketahui, baik berupa sumberdaya alam,
daerah perlu diketahui, baik berupa sumberdaya alam, sumberdaya manusia, aspek sosial, kelembagaan masyarakat
sumberdaya manusia, aspek sosial, kelembagaan masyarakat dan lain lain. Potensi tersebut perlu diperhitungkan sebagai
dan lain lain. Potensi tersebut perlu diperhitungkan sebagai paktor pendukung pelaksanaan pembangunan.Potensi
paktor pendukung pelaksanaan pembangunan.Potensi tersebut adalah faktor yang mutlak diperhitungkan dalam
tersebut adalah faktor yang mutlak diperhitungkan dalam perencanaan pembangunan.
perencanaan pembangunan. Akhirnya kita perlu menelaah Pelaksanaan
Akhirnya kita perlu menelaah Pelaksanaan Pembangunan. Dalam pelaksanaan pembangunan berbagai
Pembangunan. Dalam pelaksanaan pembangunan berbagai hal perlu diketahui, antara lain aspek koordinasi multi pihak
hal perlu diketahui, antara lain aspek koordinasi multi pihak atau stekholder, evaluasi dan monitoring, sistem pemantauan
atau stekholder, evaluasi dan monitoring, sistem pemantauan dan informasi.
dan informasi. Hal ini perlu ditelusuri, disimak dan diantisipasi,
Hal ini perlu ditelusuri, disimak dan diantisipasi, termasuk patut mengetahui hal hal yang menjadi kendala
termasuk patut mengetahui hal hal yang menjadi kendala pelaksanaan pembangunan di lapangan yang sebelumnya
pelaksanaan pembangunan di lapangan yang sebelumnya mungkin tidak diperhitungkan.
mungkin tidak diperhitungkan. Buku ini dilengkapi dengan Studi Kasus Kinerja
Buku ini dilengkapi dengan Studi Kasus Kinerja Keuangan Daerah, contoh contoh pengganggaraan APBD,
Keuangan Daerah, contoh contoh pengganggaraan APBD, yakni : Analisis Apbd Kota; Analisis Penyusunan; Analisis
yakni : Analisis Apbd Kota; Analisis Penyusunan; Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan; Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja
Keuangan; Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten, Kota dan Propinsi.
Daerah Kabupaten, Kota dan Propinsi.
Penulis
Penulis

iv iv
DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB I Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 1 BAB I Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 1
BAB II Desentralisasi Pemerintahan 42 BAB II Desentralisasi Pemerintahan 42
BAB III Otonomi Daerah 50 BAB III Otonomi Daerah 50
BAB IV Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan 68 BAB IV Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan 68
BAB V Tantangan Pembangunan Daerah 83 BAB V Tantangan Pembangunan Daerah 83
BAB VI Pembangunan Berkelanjutan dan BAB VI Pembangunan Berkelanjutan dan
Ekologi Pemerintahan 101 Ekologi Pemerintahan 101
BAB VII Indikator Pembangunan 116 BAB VII Indikator Pembangunan 116
BAB VIII Perencanaan Dan Penganggaran Daerah 131 BAB VIII Perencanaan Dan Penganggaran Daerah 131
BAB IX Desentralisasi Fiskal 167 BAB IX Desentralisasi Fiskal 167
BAB X Dana Perimbangan Atau Dana Transfer 188 BAB X Dana Perimbangan Atau Dana Transfer 188
BAB XI Anggaran Pendapatan dan BAB XI Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (Apbd) 197 Belanja Daerah (Apbd) 197
BAB XII Analisis Anggaran Pendapatan BAB XII Analisis Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah 205 Belanja Daerah 205
BAB XIII Mobilisasi Potensi Pembangunan 217 BAB XIII Mobilisasi Potensi Pembangunan 217
BAB XIV Pelaksanaan Pembangunan 234 BAB XIV Pelaksanaan Pembangunan 234
BAB XV Kinerja Keuangan 258 BAB XV Kinerja Keuangan 258
Studi Kasus 267 Studi Kasus 267
Daftar Pustaka 310 Daftar Pustaka 310
Tentang Penulis 324 Tentang Penulis 324

v v
vi vi
BAB I BAB I
SISTEM PENYELENGGARAAN SISTEM PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN NEGARA KESATUAN PEMERINTAHAN NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

1. Konsepsi Negara Hukum dan Negara Kesatuan 1. Konsepsi Negara Hukum dan Negara Kesatuan
Sistem pemerintahan negara Indonesia telah Sistem pemerintahan negara Indonesia telah
dicantumkan dengan jelas dalam Undang Undang Dasar dicantumkan dengan jelas dalam Undang Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945 (pasal 1 ayat: 3), Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945 (pasal 1 ayat: 3),
bahwa Indonesia adalah negara hukum. Negara, termasuk bahwa Indonesia adalah negara hukum. Negara, termasuk
di dalamnya pemerintah dan lembaga lembaga negara yang di dalamnya pemerintah dan lembaga lembaga negara yang
lain, dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi lain, dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi
oleh hukum atau harus dapat dipertanggungjawabkan secara oleh hukum atau harus dapat dipertanggungjawabkan secara
hukum. Dijelaskan bahwa tekanan pada hukum dihadapkan hukum. Dijelaskan bahwa tekanan pada hukum dihadapkan
sebagai lawan dari kekuasaan. sebagai lawan dari kekuasaan.
Pengertian negara hukum menurut UUD 1945 adalah Pengertian negara hukum menurut UUD 1945 adalah
negara hukum dalam arti luas, yang bermakna : negara hukum dalam arti luas, yang bermakna :
a. Negara bukan saja melindungi segenap bangsa Indonesia a. Negara bukan saja melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, tetapi juga harus dan seluruh tumpah darah Indonesia, tetapi juga harus
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa; kehidupan bangsa;
b. Konstitusi merupakan hukum dasar, pedoman b. Konstitusi merupakan hukum dasar, pedoman
penyelenggaraan negara, baik aparatur negara maupun penyelenggaraan negara, baik aparatur negara maupun
warga negara dalam menjalankan peran, tugas dan warga negara dalam menjalankan peran, tugas dan
tanggung. Konstitusi bisa berbentuk tertulis (UUD tanggung. Konstitusi bisa berbentuk tertulis (UUD
1945) tetapi juga termasuk hukum dasar lain yang tidak 1945) tetapi juga termasuk hukum dasar lain yang tidak
tertulis yang timbul dan terpelihara yang berupa nilai- tertulis yang timbul dan terpelihara yang berupa nilai-
nilai dan norma-norma yang hidup dalam praktek nilai dan norma-norma yang hidup dalam praktek
penyelenggaraan negara yang disebut konvensi; dan penyelenggaraan negara yang disebut konvensi; dan
c. Sumber hukum di Indonesia menyangkut seluruh c. Sumber hukum di Indonesia menyangkut seluruh
peraturan perundang-undangan yang berlaku. peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1 1
Sesuai TAP MPR No.III/MPR/2000 tentang sumber
hukum dan tata peraturan perundang-undangan, hierarki
Sesuai TAP MPR No.III/MPR/2000 tentang sumber
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia terdiri
hukum dan tata peraturan perundang-undangan, hierarki
dari:
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia terdiri
dari: 1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
1. Undang-Undang Dasar 1945
Indonesia
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
3. Undang-undang
Indonesia
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
3. Undang-undang
(Perpu)
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
5. Peraturan Pemerintah
(Perpu)
6. Keputusan Presiden
5. Peraturan Pemerintah
7. Peraturan Daerah
6. Keputusan Presiden
7. Peraturan Daerah Etika Penyelenggara Negara tidak boleh terlepas dari
segala aspek nilai yang diperlukan oleh Penyelenggara Negara.
Etika Penyelenggara Negara tidak boleh terlepas dari
Berdasarkan UU No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
segala aspek nilai yang diperlukan oleh Penyelenggara Negara.
Negara yang Bebas Kolusi, Korupsi, Nepotisme telah diatur
Berdasarkan UU No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
hal-hal sebagai berikut :
Negara yang Bebas Kolusi, Korupsi, Nepotisme telah diatur
hal-hal sebagai berikut : 1. Asas kepastian hukum, Asas tertib penyelenggaraan
negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas
1. Asas kepastian hukum, Asas tertib penyelenggaraan
prporsionalitas, asas profesionalitas, asas akuntabiltas,
negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas
merupakan asas umum yang harus menjadi pedoman
prporsionalitas, asas profesionalitas, asas akuntabiltas,
bagi penyelenggaraan negara dalam melaksanakan
merupakan asas umum yang harus menjadi pedoman
tugasnya. Artinya, setiap penyelenggara negara baik
bagi penyelenggaraan negara dalam melaksanakan
di tingkat pengambil keputusan maupun di tingkat
tugasnya. Artinya, setiap penyelenggara negara baik
pelaksana, baik dalam kegiatan mengatur maupun
di tingkat pengambil keputusan maupun di tingkat
melayani masyarakat tidak boleh meninggalkan asas-
pelaksana, baik dalam kegiatan mengatur maupun
asas tersebut.
melayani masyarakat tidak boleh meninggalkan asas-
2. Penyelenggara Negara harus menyeimbangkan antara
asas tersebut.
hak-hak yang dimilkinya berdasarkan peraturan
2. Penyelenggara Negara harus menyeimbangkan antara
perundang-undagan yang berlaku, dengan kewajiban
hak-hak yang dimilkinya berdasarkan peraturan
yang telah diatur dalam peraturan perundang-
perundang-undagan yang berlaku, dengan kewajiban
undangan.
yang telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan.

2 2
3. Dalam melaksakan tugasnya para penyelenggara perlu 3. Dalam melaksakan tugasnya para penyelenggara perlu
ada pengaturan hubungan antar penyelenggara Negara, ada pengaturan hubungan antar penyelenggara Negara,
oleh karena diperlukan adanya hubungan yang harmonis oleh karena diperlukan adanya hubungan yang harmonis
antar penyelenggara Negara. Dalam hal ini masing- antar penyelenggara Negara. Dalam hal ini masing-
masing penyelenggara Negara baik di tingkat pengambil masing penyelenggara Negara baik di tingkat pengambil
keputusan maupun di tingkat pelaksana hendaknya keputusan maupun di tingkat pelaksana hendaknya
menaati norma-norma kelembagaan , kesopanan, menaati norma-norma kelembagaan , kesopanan,
kesusilaan, dan etika yang berlandaskan Pancasila dan kesusilaan, dan etika yang berlandaskan Pancasila dan
undang-undang Dasar 1945. Lebih konkritnya harus undang-undang Dasar 1945. Lebih konkritnya harus
selalu berpedoman pada etika kehidupan berbangsa. selalu berpedoman pada etika kehidupan berbangsa.
4. Demi terwujudnya penyelenggara negara yang bersih 4. Demi terwujudnya penyelenggara negara yang bersih
diperlukan peran serta masyarakat dalam penyelnggaran diperlukan peran serta masyarakat dalam penyelnggaran
negara, hal ini merupakan hak dan tanggung jawab negara, hal ini merupakan hak dan tanggung jawab
masyrakat untuk ikut mewujudkan penyelenggara masyrakat untuk ikut mewujudkan penyelenggara
negara yang bersih. Keterlibatan masyarakat sangat negara yang bersih. Keterlibatan masyarakat sangat
dperlukan hendaknya didukung dengan pemberian dperlukan hendaknya didukung dengan pemberian
dan perlindungan hak-hak sebagai berikut: hak dan perlindungan hak-hak sebagai berikut: hak
mencari, hak memperoleh, dan memberikan informasi mencari, hak memperoleh, dan memberikan informasi
tentang penyelenggara negara, hak untuk memperoleh tentang penyelenggara negara, hak untuk memperoleh
pelayanan yang sama dan adil dari penyelenggara pelayanan yang sama dan adil dari penyelenggara
negara, hak menyampaikan saran dan pendapat secara negara, hak menyampaikan saran dan pendapat secara
bertanggungjawab terhadap kebijakan penyelenggara bertanggungjawab terhadap kebijakan penyelenggara
negara, dan hak memperoleh perlindungan hukum. negara, dan hak memperoleh perlindungan hukum.
5. Penyelenggraa negara baik di tingkat pengambil 5. Penyelenggraa negara baik di tingkat pengambil
keputusan maupun para pelaksana hendaknya keputusan maupun para pelaksana hendaknya
menyambut gembira dengan dibentuknya komisi menyambut gembira dengan dibentuknya komisi
pemeriksa yang telah jelas kedudukan, tugas dan pemeriksa yang telah jelas kedudukan, tugas dan
kewenangan, fungsi, keanggotaan, dan proses kewenangan, fungsi, keanggotaan, dan proses
nekerjanya. Komisi ini hendaknya tidak dianggap nekerjanya. Komisi ini hendaknya tidak dianggap
lawan bagi para penyelenggara negara, tetapi justru lawan bagi para penyelenggara negara, tetapi justru
harus dianggap sebagai partner yang akan memberikan harus dianggap sebagai partner yang akan memberikan
koreksi dan masukan demi kebaikan dan efektivitas koreksi dan masukan demi kebaikan dan efektivitas
pelaksaan tugas para penyelenggara negara. pelaksaan tugas para penyelenggara negara.
6. Segala peraturan perundang-undangan yang telah 6. Segala peraturan perundang-undangan yang telah
ditetapkan baik oleh parlemen (MPR dan DPR), ditetapkan baik oleh parlemen (MPR dan DPR),

3 3
maupun oleh eksekutif, serta norma-norma yang
tercantum dalam etika kehidupan berbangsa, tidak akan
maupun oleh eksekutif, serta norma-norma yang
berarti selama tidak diberlakukannya sanksi-sanksi bagi
tercantum dalam etika kehidupan berbangsa, tidak akan
penyelenggara negara yang melakukan pelanggaran
berarti selama tidak diberlakukannya sanksi-sanksi bagi
etika penyelenggaraan negara.
penyelenggara negara yang melakukan pelanggaran
etika penyelenggaraan negara. Asas-asas umum penyelenggaraan negara sebagai-
mana disebutkan dalam UU No. 28 Tahun 1999 adalah
Asas-asas umum penyelenggaraan negara sebagai-
asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara,
mana disebutkan dalam UU No. 28 Tahun 1999 adalah
asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas propor-
asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara,
sionalitas, asas profesionalitas dan asas akuntabilitas.
asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas propor-
Penjelasan:
sionalitas, asas profesionalitas dan asas akuntabilitas.
Penjelasan: 1. Asas Kepastian Hukum, yaitu asas dalam negara hukum
yang mengutamakan landasan peraturan perundang-
1. Asas Kepastian Hukum, yaitu asas dalam negara hukum
undangan, kepatuhan, dan keadilan dalam setiap
yang mengutamakan landasan peraturan perundang-
kebijakan penyelenggaraan negara.
undangan, kepatuhan, dan keadilan dalam setiap
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, yaitu menjadi
kebijakan penyelenggaraan negara.
landasan keteraturan, keserasian, keseimbangan dalam
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, yaitu menjadi
pengabdian penyelenggaraan negara.
landasan keteraturan, keserasian, keseimbangan dalam
3. Asas Kepentingan umum, yaitu asas yang mendahulukan
pengabdian penyelenggaraan negara.
kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif,
3. Asas Kepentingan umum, yaitu asas yang mendahulukan
akomodatif dan kolektif.
kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif,
4. Asas Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri
akomodatif dan kolektif.
terhadap hak masyarakat untuk memperolah informasi
4. Asas Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri
yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang
terhadap hak masyarakat untuk memperolah informasi
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan
yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan
rahasia negara.
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan
5. Asas Proporsoionalitas, yaitu asas yang mengutamakan
rahasia negara.
keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara
5. Asas Proporsoionalitas, yaitu asas yang mengutamakan
Negara.
keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara
6. Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan
Negara.
keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan
6. Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4 4
7. Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan 7. Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
kegiatan penyelenggaraan negera harus dapat kegiatan penyelenggaraan negera harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. yang berlaku.
Tata Urutan Perundang-undangan Indonesia menu- Tata Urutan Perundang-undangan Indonesia menu-
rut UU No. 12 Tahun 2012. Berikut merupakan Tata Urutan rut UU No. 12 Tahun 2012. Berikut merupakan Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan Indonesia di masa sebelumnya. Peraturan Perundang-undangan Indonesia di masa sebelumnya.

Tata perundang-undangan diatur dalam : Tata perundang-undangan diatur dalam :


1. Tap MPRS NO. XX/MPRS/1996 tentang Memorandum 1. Tap MPRS NO. XX/MPRS/1996 tentang Memorandum
DPR-GR mengenai sumber tertib hukum Republik DPR-GR mengenai sumber tertib hukum Republik
Indonesia dan tata urutan perundang-undangan Indonesia dan tata urutan perundang-undangan
Republik Indonesia. Republik Indonesia.
Urutannya yaitu : Urutannya yaitu :
1) UUD 1945; 1) UUD 1945;
2) Ketetapan MPR; 2) Ketetapan MPR;
3) Undang Undang; 3) Undang Undang;
4) Peraturan Pemerintah; 4) Peraturan Pemerintah;
5) Keputusan Presiden; 5) Keputusan Presiden;
6) Peraturan Pelaksana yang terdiri dari: Peraturan 6) Peraturan Pelaksana yang terdiri dari: Peraturan
Menteri dan Instruksi Menteri. Menteri dan Instruksi Menteri.
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku. Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.
2. Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum 2. Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum
dan Tata Urutan Peraturan Undang-Undang. dan Tata Urutan Peraturan Undang-Undang.
Berdasarkan ketetapan MPR tersebut, tata urutan Berdasarkan ketetapan MPR tersebut, tata urutan
peraturan perundang-undangan RI yaitu: peraturan perundang-undangan RI yaitu:
1) UUD 1945; 1) UUD 1945;
2) Tap MPR; 2) Tap MPR;
3) Undang Undang; 3) Undang Undang;

5 5
4) Peraturan pemerintah pengganti UU;
5) Peraturan Pemerintah;
4) Peraturan pemerintah pengganti UU;
6) Keppres;
5) Peraturan Pemerintah;
7) Peraturan Daerah;
6) Keppres;
7) Peraturan Daerah; (Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak
berlaku,ditampilkan sebagai perbandingan).
(Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak
berlaku,ditampilkan sebagai perbandingan). 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Berdasarkan ketentuan ini, jenis dan hierarki Peraturan
Perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai
Berdasarkan ketentuan ini, jenis dan hierarki Peraturan
berikut:
Perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai
berikut: 1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) UU/Perppu;
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
3) Peraturan Pemerintah;
2) UU/Perppu;
4) Peraturan Presiden;
3) Peraturan Pemerintah;
5) Peraturan Daerah.
4) Peraturan Presiden;
5) Peraturan Daerah. (Ketentuan dalam Undang-Undang ini sudah tidak
berlaku).
(Ketentuan dalam Undang-Undang ini sudah tidak
berlaku). 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini,
jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan Republik
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini,
Indonesia adalah sebagai berikut :
jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia adalah sebagai berikut : 1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Ketetapan MPR;
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
3) UU/Perppu;
2) Ketetapan MPR;
4) Peraturan Presiden;
3) UU/Perppu;
5) Peraturan Daerah Provinsi;
4) Peraturan Presiden;
6) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
5) Peraturan Daerah Provinsi;
6) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

6 6
1. Undang-Undang Dasar 1945 1. Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan Hukum Dasar Undang-Undang Dasar 1945 merupakan Hukum Dasar
tertulis Negara Republik Indonesia dan berfungsi sebagai sumber tertulis Negara Republik Indonesia dan berfungsi sebagai sumber
hukum tertinggi.L.J. van Apeldoorn menyatakan Undang- hukum tertinggi.L.J. van Apeldoorn menyatakan Undang-
Undang Dasar adalah bagian tertulis dari suatu konstitusi. Undang Dasar adalah bagian tertulis dari suatu konstitusi.
Sedangkan E.C.S. Wade menyatakan Undang-Undang Dasar Sedangkan E.C.S. Wade menyatakan Undang-Undang Dasar
adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas-tugas pokok adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas-tugas pokok
dan badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan dan badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan
pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut. pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut.
Miriam Budiardjo, menyatakan bahwa Undang-Undang Miriam Budiardjo, menyatakan bahwa Undang-Undang
Dasar memuat ketentuan-ketentuan mengenai organisasi Dasar memuat ketentuan-ketentuan mengenai organisasi
negara, hak-hak asasi manusia, prosedur mengubah UUD, negara, hak-hak asasi manusia, prosedur mengubah UUD,
dan memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari dan memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari
Undang-Undang Dasar. Undang-Undang Dasar.
Ditetapkannya Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Ditetapkannya Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
Konstitusi negara Republik Indonesia merupakan: Konstitusi negara Republik Indonesia merupakan:
a. Bentuk konsekuensi dikumandangkannya kemerdekaan a. Bentuk konsekuensi dikumandangkannya kemerdekaan
yang menandai berdirinya suatu negara baru. yang menandai berdirinya suatu negara baru.
b. Wujud kemandirian suatu negara yang tertib dan teratur. b. Wujud kemandirian suatu negara yang tertib dan teratur.
c. Mengisi dan mempertahankan kemerdekaan. c. Mengisi dan mempertahankan kemerdekaan.
Undang-Undang Dasar pada umumnya berisi hal-hal Undang-Undang Dasar pada umumnya berisi hal-hal
sebagai berikut : sebagai berikut :
a. Organisasi negara, artinya mengatur lembaga-lembaga a. Organisasi negara, artinya mengatur lembaga-lembaga
apa saja yang ada dalam suatu negara dengan pembagian apa saja yang ada dalam suatu negara dengan pembagian
kekuasaan masing-masing serta prosedur penyelesaian kekuasaan masing-masing serta prosedur penyelesaian
masalah yang timbul di antara lembaga tersebut. masalah yang timbul di antara lembaga tersebut.
b. Hak-hak asasi manusia b. Hak-hak asasi manusia
c. Prosedur mengubah Undang-Undang Dasar, c. Prosedur mengubah Undang-Undang Dasar,
d. Memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari d. Memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari
undang-undang dasar, seperti tidak muncul kembali undang-undang dasar, seperti tidak muncul kembali
seorang diktator atau pemerintahan kerajaan yang kejam. seorang diktator atau pemerintahan kerajaan yang kejam.
e. Memuat cita-cita rakyat dan asas-asas ideologi negara. e. Memuat cita-cita rakyat dan asas-asas ideologi negara.

7 7
Dalam tata urutan peraturan perundang-undangan di
Dalam tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia, menurut Miriam Budiardjo, Undang-Undang Dasar
Indonesia, menurut Miriam Budiardjo, Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai kedudukan yang istimewa dibandingkan
1945 mempunyai kedudukan yang istimewa dibandingkan dengan undang-undang lainnya, hal ini dikarenakan :
dengan undang-undang lainnya, hal ini dikarenakan : a. UUD dibentuk menurut suatu cara istimewa yang
a. UUD dibentuk menurut suatu cara istimewa yang berbeda dengan pembentukan UU biasa,
berbeda dengan pembentukan UU biasa, b. UUD dibuat secara istimewa untuk itu dianggap sesuatu
b. UUD dibuat secara istimewa untuk itu dianggap sesuatu yang luhur,
yang luhur, c. UUD adalah piagam yang menyatakan cita-cita bangsa
c. UUD adalah piagam yang menyatakan cita-cita bangsa Indonesia dan merupakan dasar organisasi kenegaraan
Indonesia dan merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa,
suatu bangsa, d. UUD memuat garis besar tentang dasar dan tujuan
d. UUD memuat garis besar tentang dasar dan tujuan negara.
negara. Sejak era reformasi UUD 1945 telah mengalami
Sejak era reformasi UUD 1945 telah mengalami perubahan yang dilakukan melalui sidang tahunan Majelis
perubahan yang dilakukan melalui sidang tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Perubahan pertama tanggal 12
Permusyawaratan Rakyat. Perubahan pertama tanggal 12 Oktober 1999, perubahan kedua tanggal 18 Agustus 2000,
Oktober 1999, perubahan kedua tanggal 18 Agustus 2000, perubahan ketiga tanggal 9 November dan perubahan keempat
perubahan ketiga tanggal 9 November dan perubahan keempat tanggal 10 Agustus 2002.
tanggal 10 Agustus 2002. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan dalam upaya
Perubahan-perubahan tersebut dilakukan dalam upaya menjawab tuntutan reformasi di bidang politik dan/atau
menjawab tuntutan reformasi di bidang politik dan/atau ketatanegaraan.Konsekwensi perubahan terhadap UUD 1945
ketatanegaraan.Konsekwensi perubahan terhadap UUD 1945 berubahnya struktur kelembagaan, baik dilihat dari fungsi
berubahnya struktur kelembagaan, baik dilihat dari fungsi maupun kedudukannya.Ada lembaga negara yang dihilangkan,
maupun kedudukannya.Ada lembaga negara yang dihilangkan, ada juga lembaga negara yang baru.Lembaga yang dihilangkan
ada juga lembaga negara yang baru.Lembaga yang dihilangkan adalah Dewan Pertimbangan Agung, lembaga yang baru di
adalah Dewan Pertimbangan Agung, lembaga yang baru di antaranya Komisi Yudisial dan Mahkamah Konstitusi.
antaranya Komisi Yudisial dan Mahkamah Konstitusi.
2. Undang-undang
2. Undang-undang Undang-undang merupakan peraturan perundang-
Undang-undang merupakan peraturan perundang- undangan untuk melaksanakan UUD 1945.Lembaga yang
undangan untuk melaksanakan UUD 1945.Lembaga yang berwenang membuat UU adalah DPR bersama Presiden.
berwenang membuat UU adalah DPR bersama Presiden. Adapun kriteria agar suatu permasalahan diatur melalui
Adapun kriteria agar suatu permasalahan diatur melalui Undang-Undang antara lain adalah:
Undang-Undang antara lain adalah:

8 8
a. UU dibentuk atas perintah ketentuan UUD 1945, a. UU dibentuk atas perintah ketentuan UUD 1945,
b. UU dibentuk atas perintah ketentuan UU terdahulu, b. UU dibentuk atas perintah ketentuan UU terdahulu,
c. UU dibentuk dalam rangka mencabut, mengubah, dan c. UU dibentuk dalam rangka mencabut, mengubah, dan
menambah UU yang sudah ada, menambah UU yang sudah ada,
d. UU dibentuk karena berkaitan dengan hak asasi d. UU dibentuk karena berkaitan dengan hak asasi
manusia, manusia,
e. UU dibentuk karena berkaitan dengan kewajiban atau e. UU dibentuk karena berkaitan dengan kewajiban atau
kepentingan orang banyak. kepentingan orang banyak.
Adapun prosedur pembuatan undang-undang adalah Adapun prosedur pembuatan undang-undang adalah
sebagai berikut: sebagai berikut:
a. DPR memegang kekuasaan membentuk undang- a. DPR memegang kekuasaan membentuk undang-
undang. undang.
b. Setiap Rancangan Undang-Undang dibahas oleh DPR b. Setiap Rancangan Undang-Undang dibahas oleh DPR
dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.
c. Rancangan Undang-Undang (RUU) dapat berasal dari c. Rancangan Undang-Undang (RUU) dapat berasal dari
DPR, Presiden, atau DPD. DPR, Presiden, atau DPD.
d. DPD dapat mengajukan kepada DPR, RUU yang d. DPD dapat mengajukan kepada DPR, RUU yang
berkaitan dengan: berkaitan dengan:
1. Otonomi daerah, 1. Otonomi daerah,
2. Hubungan pusat dan daerah, pembentukan, 2. Hubungan pusat dan daerah, pembentukan,
pemekaran, dan penggabungan daerah, pemekaran, dan penggabungan daerah,
3. Pengelolaan sumber daya alam, 3. Pengelolaan sumber daya alam,
4. Sumber daya ekonomi lainnya, dan yang berkaitan 4. Sumber daya ekonomi lainnya, dan yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) 3. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
Peraturan Pemerintah penganti Undang-Undang Peraturan Pemerintah penganti Undang-Undang
(PERPU) dibentuk oleh presiden tanpa terlebih dahulu mendapat (PERPU) dibentuk oleh presiden tanpa terlebih dahulu mendapat
persetujuan DPR.PERPU dibuat dalam keadaan “darurat” atau persetujuan DPR.PERPU dibuat dalam keadaan “darurat” atau
mendesak karena permasalahan yang muncul harus segera mendesak karena permasalahan yang muncul harus segera
ditindaklanjuti.Setelah diberlakukan PERPU tersebut harus ditindaklanjuti.Setelah diberlakukan PERPU tersebut harus
diajukan ke DPR untuk mendapatkan persetujuan. diajukan ke DPR untuk mendapatkan persetujuan.

9 9
4. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Pemerintah Untuk melaksanakan suatu undang-undang,
dikeluarkan Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah
Untuk melaksanakan suatu undang-undang,
dibuat untuk melaksanakan undang-undang. Kriteria
dikeluarkan Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah
pembentukan Peraturan Pemerintah adalah sebagai berikut:
dibuat untuk melaksanakan undang-undang. Kriteria
pembentukan Peraturan Pemerintah adalah sebagai berikut: a. Peraturan Pemerintah tidak dapat dibentuk tanpa
adanya UU induknya. Setiap pembentukan Peraturan
a. Peraturan Pemerintah tidak dapat dibentuk tanpa
Pemerintah harus berdasarkan undang-undang yang
adanya UU induknya. Setiap pembentukan Peraturan
telah ada. Contoh untuk melaksanakan Undang-
Pemerintah harus berdasarkan undang-undang yang
Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
telah ada. Contoh untuk melaksanakan Undang-
tentang Sistem Pendidikan Nasional dibentuk Peraturan
Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
Peme-rintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
tentang Sistem Pendidikan Nasional dibentuk Peraturan
Nasional Pendidikan.
Peme-rintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
b. Peraturan Pemerintah tidak dapat mencantumkan
Nasional Pendidikan.
sanksi pidana, jika UU induknya tidak mencantumkan
b. Peraturan Pemerintah tidak dapat mencantumkan
sanksi pidana. Apa yang diatur dalam Peraturan
sanksi pidana, jika UU induknya tidak mencantumkan
Pemerintah harus merupakan rincian atau penjabaran
sanksi pidana. Apa yang diatur dalam Peraturan
lebih lanjut dari Undang-Undang induknya, jadi ketika
Pemerintah harus merupakan rincian atau penjabaran
dalam undang-undang itu tidak diatur masalah sanksi
lebih lanjut dari Undang-Undang induknya, jadi ketika
pidana, maka Peraturan Pemerintah-nyapun tidak
dalam undang-undang itu tidak diatur masalah sanksi
boleh memuat sanksi pidana.
pidana, maka Peraturan Pemerintah-nyapun tidak
c. Peraturan Pemerintah tidak dapat memperluas atau
boleh memuat sanksi pidana.
mengurangi ketentuan UU induknya. Isi atau materi
c. Peraturan Pemerintah tidak dapat memperluas atau
Peraturan Pemerintah hanya mengatur lebih rinci apa
mengurangi ketentuan UU induknya. Isi atau materi
yang telah diatur dalam Undang-Undang induknya.
Peraturan Pemerintah hanya mengatur lebih rinci apa
d. Peraturan Pemerintah dapat dibentuk meskipun UU
yang telah diatur dalam Undang-Undang induknya.
yang bersangkutan tidak menyebutkan secara tegas, asal
d. Peraturan Pemerintah dapat dibentuk meskipun UU
Peraturan Pemerintah tersebut untuk melaksanakan UU.
yang bersangkutan tidak menyebutkan secara tegas, asal
Peraturan Pemerintah tersebut untuk melaksanakan UU. Dibentuknya Peraturan Pemerintah untuk
melaksanakan undang-undang yang telah dibentuk.sekalipun
Dibentuknya Peraturan Pemerintah untuk
dalam undang-undang tersebut tidak secara eksplisit
melaksanakan undang-undang yang telah dibentuk.sekalipun
mengharuskan dibentuknya suatu Peraturan Pemerintah.
dalam undang-undang tersebut tidak secara eksplisit
mengharuskan dibentuknya suatu Peraturan Pemerintah.

10 10
5. Peraturan Presiden 5. Peraturan Presiden
Peraturan Presiden adalah peraturan yang dibuat oleh Peraturan Presiden adalah peraturan yang dibuat oleh
Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara
sebagai atribut dari Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar sebagai atribut dari Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Peraturan Presiden dibentuk untuk menyelenggarakan Peraturan Presiden dibentuk untuk menyelenggarakan
pengaturan lebih lanjut perintah Undang-Undang atau pengaturan lebih lanjut perintah Undang-Undang atau
Peraturan Pemerintah baik secara tegas maupun tidak tegas Peraturan Pemerintah baik secara tegas maupun tidak tegas
diperintahkan pembentukannya. diperintahkan pembentukannya.

6. Peraturan Daerah 6. Peraturan Daerah


Peraturan daerah adalah peraturan yang dibuat oleh Peraturan daerah adalah peraturan yang dibuat oleh
Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten atau Kota, untuk Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten atau Kota, untuk
melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih melaksanakan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi dan dalam rangka melaksanakan kebutuhan daerah. tinggi dan dalam rangka melaksanakan kebutuhan daerah.
Oleh karena itu, dalam pembuatan Peraturan Daerah harus Oleh karena itu, dalam pembuatan Peraturan Daerah harus
disesuaikan dengan kebutuhan daerah.Materi Peraturan disesuaikan dengan kebutuhan daerah.Materi Peraturan
Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan. penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan.

2. Fungsi-fungsi Penyelenggara Pemerintahan (Negara) 2. Fungsi-fungsi Penyelenggara Pemerintahan (Negara)


Pemerintah harus dapat menciptakan kondisi Pemerintah harus dapat menciptakan kondisi
yang kondusif, sehingga tumbuh kreativitas dan aktivitas yang kondusif, sehingga tumbuh kreativitas dan aktivitas
masyarakat untuk membangun dalam memenuhi kebutuhan masyarakat untuk membangun dalam memenuhi kebutuhan
sendiri. Oleh karena itu dalam GBHN-GBHN pada masa sendiri. Oleh karena itu dalam GBHN-GBHN pada masa
orde baru selalu disebutkan bahwa aparatur pemerintah harus orde baru selalu disebutkan bahwa aparatur pemerintah harus
mampu untuk melayani masyarakat, mengayomi masyarakat mampu untuk melayani masyarakat, mengayomi masyarakat
dan memberdayakan masyarakat. dan memberdayakan masyarakat.
Dalam hal ini, aparatur pemerintah harus menjalankan Dalam hal ini, aparatur pemerintah harus menjalankan
ketiga fungsi tersebut, termasuk BUMN dan BUMD selaku ketiga fungsi tersebut, termasuk BUMN dan BUMD selaku
Aparatur Perekonomian Negara/Daerah khususnya Perum Aparatur Perekonomian Negara/Daerah khususnya Perum
dan Perumda.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dan Perumda.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
aparatur pemerintah terdiri dari aparatur pemerintahan dan aparatur pemerintah terdiri dari aparatur pemerintahan dan

11 11
aparatur perekonomian negara sebagai pelaksana dari tugas-
tugas melayani, mengayomi dan memberdayakan masyarakat.
aparatur perekonomian negara sebagai pelaksana dari tugas-
Lebih lanjut Salamoen Soeharyo dan Nasri Effendy
tugas melayani, mengayomi dan memberdayakan masyarakat.
menjelaskan bahwa fungsi ketiga tersebut sebenarnya justru
Lebih lanjut Salamoen Soeharyo dan Nasri Effendy
harus menjadi muara bagi kedua fungsi yang lain, artinya
menjelaskan bahwa fungsi ketiga tersebut sebenarnya justru
pelayanan dan pengayoman harus sekaligus diarahkan untuk
harus menjadi muara bagi kedua fungsi yang lain, artinya
memberdayakan masyarakat agar mampu berprakarsa dan
pelayanan dan pengayoman harus sekaligus diarahkan untuk
berperan serta dengan baik dalam pembangunan. Fungsi ketiga
memberdayakan masyarakat agar mampu berprakarsa dan
ini sebenarnya sejalan pula dengan paradigma baru dalam
berperan serta dengan baik dalam pembangunan. Fungsi ketiga
administrasi negara yang mulai lahir pada awal dekade 90-an,
ini sebenarnya sejalan pula dengan paradigma baru dalam
yaitu fungsi pemberdayaan (empowering). Paradigma baru
administrasi negara yang mulai lahir pada awal dekade 90-an,
dalam administrasi negara menekankan bahwa pemerintah
yaitu fungsi pemberdayaan (empowering). Paradigma baru
tidak lagi harus menjadi produsen semua barang dan layanan
dalam administrasi negara menekankan bahwa pemerintah
yang diperlukan masyarakat, tetapi pemerintah harus lebih
tidak lagi harus menjadi produsen semua barang dan layanan
berperan sebagai fasilitator dan regulator, sehingga masyarakat
yang diperlukan masyarakat, tetapi pemerintah harus lebih
mampu dengan baik memenuhi kebutuhannya sendiri.
berperan sebagai fasilitator dan regulator, sehingga masyarakat
mampu dengan baik memenuhi kebutuhannya sendiri. a. Kewenangan Pemerintah Pusat
a. Kewenangan Pemerintah Pusat Kewenangan Pemerintah Pusat sebelumnya diatur di
dalam UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
Kewenangan Pemerintah Pusat sebelumnya diatur di
Dalam perkembangan selanjutnya, UU No. 22 Tahun 1999
dalam UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
kemudian diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Dalam perkembangan selanjutnya, UU No. 22 Tahun 1999
Pemerintah Daerah.
kemudian diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Dimaksudkan sebagai Pemerintah pusat menurut
Pemerintah Daerah.
UU No. 32 Tahun 2004 adalah Presiden RI yang memegang
Dimaksudkan sebagai Pemerintah pusat menurut
kekuasaan pemerintahan negara RI sebagaimana dimaksud
UU No. 32 Tahun 2004 adalah Presiden RI yang memegang
dalam UUD 1945.
kekuasaan pemerintahan negara RI sebagaimana dimaksud
Adapun kewenangan Pemerintah Pusat (Pemerintah)
dalam UUD 1945.
yang tidak diserahkan ke Pemerintah Daerah meliputi
Adapun kewenangan Pemerintah Pusat (Pemerintah)
kewenangan-kewenangan politik luar negeri, pertahanan,
yang tidak diserahkan ke Pemerintah Daerah meliputi
keamanan, yustisi, moneter & fiskal nasional dan agama.
kewenangan-kewenangan politik luar negeri, pertahanan,
Penyelenggaraan desentralisasi mensyaratkan pembagian
keamanan, yustisi, moneter & fiskal nasional dan agama.
urusan pemerintahan antara pemerintah dengan daerah
Penyelenggaraan desentralisasi mensyaratkan pembagian
otonom.Pembagian urusan pemerintahan tersebut didasarkan
urusan pemerintahan antara pemerintah dengan daerah
pemikiran bahwa selalu terdapat berbagai urusan pemerintahan
otonom.Pembagian urusan pemerintahan tersebut didasarkan
pemikiran bahwa selalu terdapat berbagai urusan pemerintahan

12 12
yang sepenuhnya/tetap menjadi kewenangan pemerintah. yang sepenuhnya/tetap menjadi kewenangan pemerintah.
Urusan pemerintahan tersebut menyangkut terjaminnya Urusan pemerintahan tersebut menyangkut terjaminnya
kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan. kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan.
Urusan pemernitahan dimaksud meliputi: politik Urusan pemernitahan dimaksud meliputi: politik
luar negeri dalam arti mengangkat pejabat diplomatik dan luar negeri dalam arti mengangkat pejabat diplomatik dan
menunjuk warga negara untuk duduk dalam jabatan lembaga menunjuk warga negara untuk duduk dalam jabatan lembaga
internasional, menetapkan kebijakan luar negeri, melakukan internasional, menetapkan kebijakan luar negeri, melakukan
perjanjian dengan negara lain, menetapkan kebijakan perjanjian dengan negara lain, menetapkan kebijakan
perdagangan luar negeri dan sebagainya; pertahanan misalnya perdagangan luar negeri dan sebagainya; pertahanan misalnya
mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata, menyatakan mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata, menyatakan
damai dan perang, menyatakan negara atau sebagian damai dan perang, menyatakan negara atau sebagian
willayah negara dalam keadaan bahaya, membangun dan willayah negara dalam keadaan bahaya, membangun dan
mengembangkan sistem pertahanan negara dan persenjataan, mengembangkan sistem pertahanan negara dan persenjataan,
menetapkan kebijakan wajib militer, bela negara bagi setiap menetapkan kebijakan wajib militer, bela negara bagi setiap
warga negara dan sebagainya; keamanan misalnya mendirikan warga negara dan sebagainya; keamanan misalnya mendirikan
dan membentuk kepolisian negara, menetapkan kebijakan dan membentuk kepolisian negara, menetapkan kebijakan
keamanan nasional, menindak setiap orang yang melanggar keamanan nasional, menindak setiap orang yang melanggar
hukum negara, menindak kelompok atau organisasi yang hukum negara, menindak kelompok atau organisasi yang
kegiatannya mengganggu keamanan negara dan sebagainya; kegiatannya mengganggu keamanan negara dan sebagainya;
moneter misalnya mencetak uang dan menentukan nilai moneter misalnya mencetak uang dan menentukan nilai
mata uang, menetapkan kebijakan moneter, mengendalikan mata uang, menetapkan kebijakan moneter, mengendalikan
peredaran uang dan sebagainya; yustisi misalnya mendirikan peredaran uang dan sebagainya; yustisi misalnya mendirikan
lembaga peradilan, mengangkat hakim dan jasa, mendirikan lembaga peradilan, mengangkat hakim dan jasa, mendirikan
lembaga pemasyarakatan, menetapkan kebijakan kehakiman lembaga pemasyarakatan, menetapkan kebijakan kehakiman
dan keimigrasian, memberikan grasi, amnesti, abolisi, dan keimigrasian, memberikan grasi, amnesti, abolisi,
membentuk UU, Peru, PP dan peraturan lain berskala nasional membentuk UU, Peru, PP dan peraturan lain berskala nasional
dan lain sebagainya; agama misalnya menetapkan hari dan lain sebagainya; agama misalnya menetapkan hari
libur keagamaan yang belaku secara nasional, memberikan libur keagamaan yang belaku secara nasional, memberikan
pengakuan terhadap keberadaan suatu agama, menetapkan pengakuan terhadap keberadaan suatu agama, menetapkan
kebijakan dalam penyelenggaraan kehidupan keagamaan dan kebijakan dalam penyelenggaraan kehidupan keagamaan dan
sebagainya; dan bagian tertentu urusan pemerintah lainnya sebagainya; dan bagian tertentu urusan pemerintah lainnya
yang berskala nasional, tidak diserahkan kepada daerah. yang berskala nasional, tidak diserahkan kepada daerah.
Di dalam menyelenggarakan urusan pemerintah Di dalam menyelenggarakan urusan pemerintah
tersebut di atas, Pemerintah menyelenggarakan sendiri atau tersebut di atas, Pemerintah menyelenggarakan sendiri atau
dapat melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada dapat melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada

13 13
perangkat pemerintah atau wakil pemerintah di daerah atau
dapat menugaskan kepada pemerintahan daerah dan/atau
perangkat pemerintah atau wakil pemerintah di daerah atau
pemerintahan desa. Penyerahan urusan dari pemerintah
dapat menugaskan kepada pemerintahan daerah dan/atau
kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan
pemerintahan desa. Penyerahan urusan dari pemerintah
sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan
kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan
yang didesentralisasikan, sedangkan urusan pemerintahan
sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan
yang dilimpahkan kepada Gubernur disertai dengan
yang didesentralisasikan, sedangkan urusan pemerintahan
pendanaan sesuai dengan urusan yang didekonsentrasikan.
yang dilimpahkan kepada Gubernur disertai dengan
Dalam urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pendanaan sesuai dengan urusan yang didekonsentrasikan.
pemerintah di luar urusan pemerintahan tersebut di atas,
Dalam urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintah dapat:
pemerintah di luar urusan pemerintahan tersebut di atas,
pemerintah dapat: a. Menyelenggarakan sendiri sebagian urusan
pemerintahan;
a. Menyelenggarakan sendiri sebagian urusan
b. Melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada
pemerintahan;
Gubernur selaku wakil Pemerintah;
b. Melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada
c. Menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan
Gubernur selaku wakil Pemerintah;
daerah/dan atau pemerintahan desa berdasarkan asas
c. Menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan
tugas pembantuan.
daerah/dan atau pemerintahan desa berdasarkan asas
tugas pembantuan.
3. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
3. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Sejak tahun 1945 atau sejak proklamasi kemerdekaan
hingga pada era reformasi- setelah 70 tahun Indonesia merdeka-
Sejak tahun 1945 atau sejak proklamasi kemerdekaan
sekarang, telah terjadi peristiwa konstitusi atau Undang Undang
hingga pada era reformasi- setelah 70 tahun Indonesia merdeka-
Dasar Republik Indonesia sebanyak 5 (lima) kali, yakni :
sekarang, telah terjadi peristiwa konstitusi atau Undang Undang
Dasar Republik Indonesia sebanyak 5 (lima) kali, yakni : 1. Undang Undang Dasar Tahun 1945, (Pasca Proklamasi,
tanggal 18 Agustus 1945)
1. Undang Undang Dasar Tahun 1945, (Pasca Proklamasi,
2. Konstitusi RIS, (Hasil Konprensi Meja Bundar di
tanggal 18 Agustus 1945)
Denhag, pengakuan kedaulatan oleh Belanda, tanggal
2. Konstitusi RIS, (Hasil Konprensi Meja Bundar di
31 Januari 1950)
Denhag, pengakuan kedaulatan oleh Belanda, tanggal
3. Undang Undang Dasar Sementara Tahun 1950,
31 Januari 1950)
(Kembali kepada bentuk Negara Kesatuan, tanggal 15
3. Undang Undang Dasar Sementara Tahun 1950,
Agustus 1950)
(Kembali kepada bentuk Negara Kesatuan, tanggal 15
4. Undang Undang Dasar Tahun 1945 (Dekrit Presiden,
Agustus 1950)
4. Undang Undang Dasar Tahun 1945 (Dekrit Presiden,

14 14
kembali ke Undang Undang Dasar Tahun 1945, tanggal kembali ke Undang Undang Dasar Tahun 1945, tanggal
5 Juli 1959); 5 Juli 1959);
5. Undang Undang Undang Dasar Tahun 1945 (Empat kali 5. Undang Undang Undang Dasar Tahun 1945 (Empat kali
amandemen atau perubahan terhadap Batang Tubuh amandemen atau perubahan terhadap Batang Tubuh
Undang Undang Dasar Tahun 1945 oleh MPR Tahun Undang Undang Dasar Tahun 1945 oleh MPR Tahun
1999, 2000, 2001, 2002. 1999, 2000, 2001, 2002.
Begitu pula mengenai Undang undang tentang Begitu pula mengenai Undang undang tentang
Pemerintahan Daerah telah mengalami 9 (Sembilan) kali Pemerintahan Daerah telah mengalami 9 (Sembilan) kali
pergantian. Undang Undang Pemerintahan Daerah yang pergantian. Undang Undang Pemerintahan Daerah yang
pernah ada di Indonesia, urut urutannya antara lain sebagai pernah ada di Indonesia, urut urutannya antara lain sebagai
berikut: berikut:
1. UU Nomor 1 Tahun 1945 tentang Pembentukan 1. UU Nomor 1 Tahun 1945 tentang Pembentukan
Komite Nasional Daerah Komite Nasional Daerah
2. UU Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-Pokok 2. UU Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan Daerah Pemerintahan Daerah
3. UU Nomor 44 Tahun 1950 tentang Pokok- Pokok 3. UU Nomor 44 Tahun 1950 tentang Pokok- Pokok
Pemerintahan daerah Pemerintahan daerah
4. UU Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok 4. UU Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok
Pemerinthan daerah Pemerinthan daerah
5. Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959 tentang 5. Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959 tentang
Pemerintahan Daerah Pemerintahan Daerah
6. Penetapan Presiden Nomor 5 tahun 1960 Tentang 6. Penetapan Presiden Nomor 5 tahun 1960 Tentang
DPRD-GR dan Sekretaris Daerah DPRD-GR dan Sekretaris Daerah
7. UU No. 18 Th. 1965 tentang Pokok-Pokok Pemda 7. UU No. 18 Th. 1965 tentang Pokok-Pokok Pemda
8. Tap MPRS No. XXI/MPRS/1966 tentang Pemberian 8. Tap MPRS No. XXI/MPRS/1966 tentang Pemberian
Otonomi Seluas-luasnya Kepada Daerah (harus Otonomi Seluas-luasnya Kepada Daerah (harus
terlaksana Bulan Juli 1969) terlaksana Bulan Juli 1969)
9. UU No. 5 Th. 1974 tentang Pokok-Pokok 9. UU No. 5 Th. 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah dan UU No. 5 Th. 1979 Pemerintahan di Daerah dan UU No. 5 Th. 1979
tentang Pemdes (Unifikasi daerah) tentang Pemdes (Unifikasi daerah)
10. Tap MPR No. XV/MPR/1998 berisi tentang 10. Tap MPR No. XV/MPR/1998 berisi tentang
penyelenggaraan otonomi daerah, pengaturan, penyelenggaraan otonomi daerah, pengaturan,
pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional

15 15
yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat
dan daerah dalam kerangka NKRI
yang berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat
11. UU No. 22 Th. 1999 Tentang Pemda dan UU No. 25
dan daerah dalam kerangka NKRI
Th. 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
11. UU No. 22 Th. 1999 Tentang Pemda dan UU No. 25
Daerah - dianggap quasi federalis karena daerah
Th. 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
yang power constituent.
Daerah - dianggap quasi federalis karena daerah
12. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
yang power constituent.
13. UU No. 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Perpu No. 3
12. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Th. 2005 tentang Perubahan atas
13. UU No. 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Perpu No. 3
14. UU No. 32 Th. 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Th. 2005 tentang Perubahan atas
Menjadi Undang-Undang
14. UU No. 32 Th. 2004 tentang Pemerintahan Daerah
15. UU No. 12 Th. 2008 Tentang Perubahan Kedua UU
Menjadi Undang-Undang
Pemda
15. UU No. 12 Th. 2008 Tentang Perubahan Kedua UU
16. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014.
Pemda
16. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014. Dari semua Undang Undang tentang Pemerintahn
Daerah tersebut terdapat Undang Undang yang paling lama
Dari semua Undang Undang tentang Pemerintahn
berlaku, yakni Undang Undang Nomor 5 Tahun 1974, dan
Daerah tersebut terdapat Undang Undang yang paling lama
terdapat Undang Undang yang paling singkat berlakunya,
berlaku, yakni Undang Undang Nomor 5 Tahun 1974, dan
bahkan ada yang menulis terdapat undang undang yang tidak
terdapat Undang Undang yang paling singkat berlakunya,
sempat diterapkan yakni Undang Undang Nomor 18 Tahun
bahkan ada yang menulis terdapat undang undang yang tidak
1965.
sempat diterapkan yakni Undang Undang Nomor 18 Tahun
Hal menarik yang perlu ditelusuri adalah Undang
1965.
Undang Dasar yang pernah berlaku pada priodenya masing-
Hal menarik yang perlu ditelusuri adalah Undang
masing melahirkan pula undang undang organik tentang
Undang Dasar yang pernah berlaku pada priodenya masing-
pemerintahan daerah dengan nomenklatur berbeda. Begitu
masing melahirkan pula undang undang organik tentang
pula, dengan Undang Undang Dasar yang sama melahirkan
pemerintahan daerah dengan nomenklatur berbeda. Begitu
undang undang organik mengenai pemerintahan daerah
pula, dengan Undang Undang Dasar yang sama melahirkan
berbeda beda.
undang undang organik mengenai pemerintahan daerah
Hal lainnya lagi, bahwa terdapat hubungan saling
berbeda beda.
mempengaruhi satu undang undang pemerintahan daerah
Hal lainnya lagi, bahwa terdapat hubungan saling
dengan sistem sistem lain, dalam hal ini terjadinya saling
mempengaruhi satu undang undang pemerintahan daerah
hubungan antara pemerintahan daerah dengan sistem
dengan sistem sistem lain, dalam hal ini terjadinya saling
politik yang berjalan pada satu masa pemerintahan tertentu.
hubungan antara pemerintahan daerah dengan sistem
Dibuktikan oleh Undang Undang Nomor 5 Tahun 1974.Undang
politik yang berjalan pada satu masa pemerintahan tertentu.
Dibuktikan oleh Undang Undang Nomor 5 Tahun 1974.Undang

16 16
Undang yang tercatat pada predikat terlama berlakunya. Undang yang tercatat pada predikat terlama berlakunya.
Bertahan hingga 25 tahun seiring dengan sistim politik yang Bertahan hingga 25 tahun seiring dengan sistim politik yang
berlaku pada era tersebut. Satu era yang menekankan aspek berlaku pada era tersebut. Satu era yang menekankan aspek
stabilitas politik dan pembangunan ekonomi sebagai aspek stabilitas politik dan pembangunan ekonomi sebagai aspek
dominan. Aspek stabilitas tidak dapat ditawar tawar, bahkan dominan. Aspek stabilitas tidak dapat ditawar tawar, bahkan
sampai pada kondisi tidak mungkinnya terjadi perubahan sampai pada kondisi tidak mungkinnya terjadi perubahan
apalagi amandemen konstitusi atau Undang Undang Dasar. apalagi amandemen konstitusi atau Undang Undang Dasar.
Sesungguhnya perubahani konstitusi di zaman orde Sesungguhnya perubahani konstitusi di zaman orde
baru itu dimungkinkan hanya saja dibuat sedemikian rupa baru itu dimungkinkan hanya saja dibuat sedemikian rupa
sehingga menjadi sulit, rumit dan menjadi tidak mungkin. sehingga menjadi sulit, rumit dan menjadi tidak mungkin.
Peluang perubahan yang dimungkinkan yaitu harus melalui Peluang perubahan yang dimungkinkan yaitu harus melalui
satu proses yang disebut referendum yang diatur pada Ketapan satu proses yang disebut referendum yang diatur pada Ketapan
MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum. MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum.
Akhirnya amandemen Undang Undang Dasar, di Akhirnya amandemen Undang Undang Dasar, di
zaman Orde Baru itu, tidak terjangkau untuk dipikirkan, zaman Orde Baru itu, tidak terjangkau untuk dipikirkan,
disamping karena harus melalui referendum nasional juga disamping karena harus melalui referendum nasional juga
disertai dengan pensyaratan yang demikian sulit. Hal ini, oleh disertai dengan pensyaratan yang demikian sulit. Hal ini, oleh
beberapa kalangan, dapat memahaminya mengingat pada beberapa kalangan, dapat memahaminya mengingat pada
saat itu Indonesia baru saja keluar dari satu situasi yang oleh saat itu Indonesia baru saja keluar dari satu situasi yang oleh
banyak kalangan menyebutnya sebagai situasi tidak menentu, banyak kalangan menyebutnya sebagai situasi tidak menentu,
perubahan sangat rentan. perubahan sangat rentan.
Namun demikian pasca amandemen sebanyak 4 kali, Namun demikian pasca amandemen sebanyak 4 kali,
dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2002, hasil terakhir dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2002, hasil terakhir
menunjukkan sulitnya dilakukan amandemen kembali setelah menunjukkan sulitnya dilakukan amandemen kembali setelah
amandemen empat kali itu, bahkan lebih sulit. amandemen empat kali itu, bahkan lebih sulit.
Hasil penelitian Formappi (2005) menunjukkan bahwa Hasil penelitian Formappi (2005) menunjukkan bahwa
untuk melakukan perubahan Undang Undang Dasar di masa untuk melakukan perubahan Undang Undang Dasar di masa
yang akan datang tampak dipersulit. Hal ini dapat dicermati yang akan datang tampak dipersulit. Hal ini dapat dicermati
pada Pasal 37 ayat (1) dan (2) yang menyatakan bahwa “Usul pada Pasal 37 ayat (1) dan (2) yang menyatakan bahwa “Usul
perubahan Undang Undang Dasar dapat diagendakan dalam perubahan Undang Undang Dasar dapat diagendakan dalam
sidang MPR apabila diajukan secara tertulis oleh sekurang sidang MPR apabila diajukan secara tertulis oleh sekurang
kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR dan setiap usul kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR dan setiap usul
perubahan Pasal pasal UUD harus menunjuk dengan jelas perubahan Pasal pasal UUD harus menunjuk dengan jelas
bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.” bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.”

17 17
Melalui pasal ini, perubahan UUD itu malah semakin
sulit, sekalipun MPR menyadari bahwa empat kali perubahan
Melalui pasal ini, perubahan UUD itu malah semakin
yang telah dilakukannya belum sempurna.Dibanding kalau
sulit, sekalipun MPR menyadari bahwa empat kali perubahan
mengacu pada pasal perubahan Undang Undang Dasar
yang telah dilakukannya belum sempurna.Dibanding kalau
Pasal 37 (lama sebelum amandemen) cukup sederhana dan
mengacu pada pasal perubahan Undang Undang Dasar
memberikan kemudahan bagi kemungkinan perubahan
Pasal 37 (lama sebelum amandemen) cukup sederhana dan
UUD, hanya saja kemudian terdapat Tap. No IV/MPR/1983
memberikan kemudahan bagi kemungkinan perubahan
tentang Referendum bagi perubahan Undang Undang Dasar
UUD, hanya saja kemudian terdapat Tap. No IV/MPR/1983
1945 itu.
tentang Referendum bagi perubahan Undang Undang Dasar
Selengkapnya Pasal 37 (lama), yakni (1) Untuk
1945 itu.
mengubah Undang Undang Dasar sekurang kurangnya 2/3
Selengkapnya Pasal 37 (lama), yakni (1) Untuk
daripada jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat
mengubah Undang Undang Dasar sekurang kurangnya 2/3
harus hadir; (2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang
daripada jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat
kurangnya 2/3 daripada anggota yang hadir.
harus hadir; (2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang
Dengan ketentuan mengenai perubahan Undang
kurangnya 2/3 daripada anggota yang hadir.
Undang Dasar oleh Anggota MPR hasil Pemilu 1999, di
Dengan ketentuan mengenai perubahan Undang
era reformasi justru semakin sulit, sehingga Formappi
Undang Dasar oleh Anggota MPR hasil Pemilu 1999, di
berpendapat, bahwa semangat yang terkandung di dalam
era reformasi justru semakin sulit, sehingga Formappi
aspek perubahan Undang Undang Dasar kembali ke semangat
berpendapat, bahwa semangat yang terkandung di dalam
Orde Baru.
aspek perubahan Undang Undang Dasar kembali ke semangat
Kembali kepada hal mengenai pemerintahan daerah,
Orde Baru.
kaitannya dengan hal yang menarik lainnya untuk disimak
Kembali kepada hal mengenai pemerintahan daerah,
adalah hubungan antara Konstitusi dengan dinamika
kaitannya dengan hal yang menarik lainnya untuk disimak
pemerintahan dalam negeri. Pada Undang Undang Dasar yang
adalah hubungan antara Konstitusi dengan dinamika
sama bisa terjadi berulang ulang perubahan undang undang
pemerintahan dalam negeri. Pada Undang Undang Dasar yang
organik mengenai pemerintahan daerah. Mulai berlakunya
sama bisa terjadi berulang ulang perubahan undang undang
Undang Undang Dasar 1945 telah lahir beberapa undang
organik mengenai pemerintahan daerah. Mulai berlakunya
undang yang mengatur pemerintahan daerah; begitupun
Undang Undang Dasar 1945 telah lahir beberapa undang
setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 menandai berlakunya
undang yang mengatur pemerintahan daerah; begitupun
kembali UndangUndang Dasar Tahun 1945, lahir beberapa
setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 menandai berlakunya
undang undang pemerintahan daerah, termasuk Undang
kembali UndangUndang Dasar Tahun 1945, lahir beberapa
Undang No 5 Tahun 1974 sampai pada era reformasi yang
undang undang pemerintahan daerah, termasuk Undang
juga menetapkan undang undang menyangkut pemerintahan
Undang No 5 Tahun 1974 sampai pada era reformasi yang
daerah dan otonomi daerah, sebelum dan setelah amandemen,3
juga menetapkan undang undang menyangkut pemerintahan
(tiga) kali berturut turut, Undang Undang Nomor 22 Tahun
daerah dan otonomi daerah, sebelum dan setelah amandemen,3
(tiga) kali berturut turut, Undang Undang Nomor 22 Tahun

18 18
1999, kemudian Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan 1999, kemudian Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan
Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014.
Akhirnya tercipta satu kondisi bahwa pada konstitusi Akhirnya tercipta satu kondisi bahwa pada konstitusi
yang sama atau Undang Undang Dasar yang sama lahir berbagai yang sama atau Undang Undang Dasar yang sama lahir berbagai
produk Undang Undang yang mengatur tentang pemerintahan produk Undang Undang yang mengatur tentang pemerintahan
daerah, bahkan pada pasal yang sama, pasal 18, lahir berbagai daerah, bahkan pada pasal yang sama, pasal 18, lahir berbagai
undang undang organik tentang pemerintahan daerah. undang undang organik tentang pemerintahan daerah.
Untuk lebih jelasnya kita perhatikan undang undang Untuk lebih jelasnya kita perhatikan undang undang
dimaksud : dimaksud :
1. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1945, berlaku 3 1. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1945, berlaku 3
tahun ; tahun ;
2. Undang Undang Nomor 22 Tahun 1948, berlaku 9 2. Undang Undang Nomor 22 Tahun 1948, berlaku 9
tahun; tahun;
3. Undang Undang Nomor44 Tahun 1950, berlaku 7 3. Undang Undang Nomor44 Tahun 1950, berlaku 7
tahun; tahun;
4. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1957, berlaku 2 4. Undang Undang Nomor 1 Tahun 1957, berlaku 2
tahun; tahun;
5. Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun1959, tidak 5. Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun1959, tidak
ditemukan, namun kemudian terbit Penpres ditemukan, namun kemudian terbit Penpres
berikutnya tahun 1960; berikutnya tahun 1960;
6. Penetapan Presesiden Nomor 5 1960, berlaku 6 6. Penetapan Presesiden Nomor 5 1960, berlaku 6
tahun); tahun);
7. Undang Undang Nomor 18 Tahun 1965, berlaku 7. Undang Undang Nomor 18 Tahun 1965, berlaku
hanya beberapa bulan,dan bahkan ada pendapat hanya beberapa bulan,dan bahkan ada pendapat
menyebutkan tidak sempat berlaku hingga masuk menyebutkan tidak sempat berlaku hingga masuk
pada peristiwaG 30/S PKI; pada peristiwaG 30/S PKI;
8. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1974 , berlaku 25 8. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1974 , berlaku 25
tahun; tahun;
9. Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999, berlaku 6 9. Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999, berlaku 6
tahun dan 5 bulan; tahun dan 5 bulan;
10. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004, berlaku 11 10. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004, berlaku 11
tahun; tahun;
11. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014, diundangkan 11. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014, diundangkan
2 Oktober 2014, berlaku sampai sekarang. 2 Oktober 2014, berlaku sampai sekarang.

19 19
Rangkaian undang undang yang mengatur pemerin-
tahan daerah secara silih berganti cukup membuktikan
Rangkaian undang undang yang mengatur pemerin-
dinamika pemerintahan daerah dan banyaknya faktor
tahan daerah secara silih berganti cukup membuktikan
berpengaruh bagi undang undang itu untuk bertahan
dinamika pemerintahan daerah dan banyaknya faktor
atau diganti, antara lain: peristiwa konstitusi,pergantian
berpengaruh bagi undang undang itu untuk bertahan
atau perubahan, faktor politis dan sistem politik yang
atau diganti, antara lain: peristiwa konstitusi,pergantian
dikembangkan, kondisi dan dinamika masyarakat, faktor
atau perubahan, faktor politis dan sistem politik yang
penerapan, pelaksanaan dan implementasi undang undang
dikembangkan, kondisi dan dinamika masyarakat, faktor
tersebut di daerah. Namun keseluruhannya itu memberi arti
penerapan, pelaksanaan dan implementasi undang undang
betapa pentingnya Pemerintahan Daerah.
tersebut di daerah. Namun keseluruhannya itu memberi arti
Adapun pasal Undang Undang Dasar Tahun 1945 yang
betapa pentingnya Pemerintahan Daerah.
paling banyak melahirkan undang undang itu, yakni pasal
Adapun pasal Undang Undang Dasar Tahun 1945 yang
18, selengkapnya (sebelum amandemen), sebagai berikut:
paling banyak melahirkan undang undang itu, yakni pasal
“Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil,
18, selengkapnya (sebelum amandemen), sebagai berikut:
dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan
“Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil,
undang undang , dengan memandang dan mengingati dasar
dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan
permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan
undang undang , dengan memandang dan mengingati dasar
hak hak asal-usul dalam daerah daerah yang bersifat istimewa”
permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan
Penjelasan Pasal 18 Undang Undang Dasar 1945 :
hak hak asal-usul dalam daerah daerah yang bersifat istimewa”
Penjelasan Pasal 18 Undang Undang Dasar 1945 : 1. Oleh karena Negara Indonesia itu suatu eenheidsstaat,
maka Indonesia tak akan mempunyai daerah di dalam
1. Oleh karena Negara Indonesia itu suatu eenheidsstaat,
lingkungannya yang bersifat staat juga.
maka Indonesia tak akan mempunyai daerah di dalam
2. Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah provinsi
lingkungannya yang bersifat staat juga.
dan daerah provinsi akan dibagi pula dalam daerahyang
2. Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah provinsi
lebih kecil.
dan daerah provinsi akan dibagi pula dalam daerahyang
3. Di daerah daerah yang bersifat otonom (streek dan
lebih kecil.
locale rechtsgmeen schappen) atau bersifat daerah
3. Di daerah daerah yang bersifat otonom (streek dan
administratif belaka, semuanya menurut aturan yang
locale rechtsgmeen schappen) atau bersifat daerah
akan ditetapkan dengan undang undang.
administratif belaka, semuanya menurut aturan yang
4. Di daerah daerah yang bersifat otonom akan
akan ditetapkan dengan undang undang.
diadakan badan perwakilan daerah, oleh karena di
4. Di daerah daerah yang bersifat otonom akan
daerah pun pemerintahan akan bersendi atas dasar
diadakan badan perwakilan daerah, oleh karena di
permusyawaratan.
daerah pun pemerintahan akan bersendi atas dasar
permusyawaratan.

20 20
B.N.Marbun,SH (2005), mengomentari hal ini bahwa B.N.Marbun,SH (2005), mengomentari hal ini bahwa
“Bagi orang yang tidak ahli konstitusi, akan sangat sulit “Bagi orang yang tidak ahli konstitusi, akan sangat sulit
menerjemahkan isi pasal 18 (itu) apalagi mengelaborasi secara menerjemahkan isi pasal 18 (itu) apalagi mengelaborasi secara
tepat. Hal yang sama juga dialami para legislator (DPR & tepat. Hal yang sama juga dialami para legislator (DPR &
DPRD) dan pihak eksekutif di Pusat dan di Daerah”. Mudah- DPRD) dan pihak eksekutif di Pusat dan di Daerah”. Mudah-
mudahan kekhawatiran B.N. Marbun dapat teredam setelah mudahan kekhawatiran B.N. Marbun dapat teredam setelah
Pasal 18 UUD 1945 diamandemen. Perubahan pasal 18 UU Pasal 18 UUD 1945 diamandemen. Perubahan pasal 18 UU
1945 yang sebelumnya hanya satu ayat berikut penjelasan 1945 yang sebelumnya hanya satu ayat berikut penjelasan
berubah menjadi beberapa pasal, bagian dan ayat, bahkan berubah menjadi beberapa pasal, bagian dan ayat, bahkan
perubahan tersebut menempatkan bab tersendiri mengenai perubahan tersebut menempatkan bab tersendiri mengenai
Pemerintahan Daerah. Mengenai hal ini, dapat kita cermati Pemerintahan Daerah. Mengenai hal ini, dapat kita cermati
perubahan perubahan itu, khusus pasal 18 pada Amandemen perubahan perubahan itu, khusus pasal 18 pada Amandemen
UUD 1945. Sebelum diubah, ketentuan mengenai UUD 1945. Sebelum diubah, ketentuan mengenai
Pemerintahan Daerah diatur dalam satu pasal yakni Pasal 18 Pemerintahan Daerah diatur dalam satu pasal yakni Pasal 18
(tanpa ayat), setelah diubah menjadi tiga pasal, yaitu Pasal 18, (tanpa ayat), setelah diubah menjadi tiga pasal, yaitu Pasal 18,
Pasal 18 A,dan Pasal 18 B. Perubahan dalam bab ini dan juga Pasal 18 A,dan Pasal 18 B. Perubahan dalam bab ini dan juga
pada bagian lainnya merupakan satu pendekatan baru dalam pada bagian lainnya merupakan satu pendekatan baru dalam
mengelola Negara. Di satu pihak ditegaskan tentang bentuk mengelola Negara. Di satu pihak ditegaskan tentang bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan di pihak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan di pihak
lain ditampung kemajemukan bangsa sesuai dengan sasanti lain ditampung kemajemukan bangsa sesuai dengan sasanti
Bhineka Tunggal Ika. Bhineka Tunggal Ika.
Pencantuman tentang Pemerintahan Daerah di dalam Pencantuman tentang Pemerintahan Daerah di dalam
Perubahan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Perubahan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dilatarbelakangi oleh kehendak untuk menampung Tahun 1945 dilatarbelakangi oleh kehendak untuk menampung
semangat otonomi daerah dalam memperjuangkan semangat otonomi daerah dalam memperjuangkan
kesejahteraan masyarakat daerah. Hal itu dilakukan setelah kesejahteraan masyarakat daerah. Hal itu dilakukan setelah
belajar dari praktek ketatanegaraan pada era sebelumnya belajar dari praktek ketatanegaraan pada era sebelumnya
yang cenderung sentralistik, adanya penyeragaman sistem yang cenderung sentralistik, adanya penyeragaman sistem
pemerintahan seperti dalam Undang Undang Nomor 5 Tahun pemerintahan seperti dalam Undang Undang Nomor 5 Tahun
1974 tentang Pokok Pokok Pemerintahan di Daerah dan 1974 tentang Pokok Pokok Pemerintahan di Daerah dan
Undang Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
Desa, serta mengabaikan kepentingan daerah. Akibat kebijakan Desa, serta mengabaikan kepentingan daerah. Akibat kebijakan
yang cenderung sentralistik itu maka Pemerintah pusat yang cenderung sentralistik itu maka Pemerintah pusat
menjadi sangat dominan dalam mengatur dan mengendalikan menjadi sangat dominan dalam mengatur dan mengendalikan
daerah sehingga, ada yang berpendapat, bahwa di masa itu daerah sehingga, ada yang berpendapat, bahwa di masa itu

21 21
daerah diperlakukan bukan sebagai subjek yang mengatur
dan mengurus daerahnya sendiri sesuai dengan potensi dan
daerah diperlakukan bukan sebagai subjek yang mengatur
kondisi objektif yang dimilikinya. Mengenai hal ini, akan
dan mengurus daerahnya sendiri sesuai dengan potensi dan
diuraikan pada bagian lain buku ini.
kondisi objektif yang dimilikinya. Mengenai hal ini, akan
Perubahan Pasal 18 Undang Undang Dasar Negara
diuraikan pada bagian lain buku ini.
Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi dasar hukum bagi
Perubahan Pasal 18 Undang Undang Dasar Negara
pelaksanaan otonomi daerah yang dalam era reformasi
Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi dasar hukum bagi
menjadi salah satu agenda atau tuntutan reformasi.
pelaksanaan otonomi daerah yang dalam era reformasi
Adapun tuntutan reformasi tersebut adalah :
menjadi salah satu agenda atau tuntutan reformasi.
Adapun tuntutan reformasi tersebut adalah : 1. Amandemen Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
1. Amandemen Undang Undang Dasar Negara
2. Penghapusan doktrin Dewifungsi Angkatan
Republik Indonesia Tahun 1945;
Bersenjatan Republik Indonsia (ABRI);
2. Penghapusan doktrin Dewifungsi Angkatan
3. Penegakan supremasi hukum, penghormatan
Bersenjatan Republik Indonsia (ABRI);
hak asasi manusia (HAM) serta pemberantasan
3. Penegakan supremasi hukum, penghormatan
korupsi,kolusi, dan nepotisme (KKN);
hak asasi manusia (HAM) serta pemberantasan
4. Desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat
korupsi,kolusi, dan nepotisme (KKN);
dan daerah (otonomi daerah);
4. Desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat
5. Mewujudkan kebebasan pers;
dan daerah (otonomi daerah);
6. Mewujudkan kehidupan demokratis.
5. Mewujudkan kebebasan pers;
6. Mewujudkan kehidupan demokratis. Amandemen atau perubahan Undang Undang Dasar
Tahun 1945 yang menjadi salah satu tuntutan reformasi dan
Amandemen atau perubahan Undang Undang Dasar
digulirkan oleh berbagai kalangan masyarakat dan kekuatan
Tahun 1945 yang menjadi salah satu tuntutan reformasi dan
sosial politik didasarkan pada pandangan bahwa Undang
digulirkan oleh berbagai kalangan masyarakat dan kekuatan
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 belum
sosial politik didasarkan pada pandangan bahwa Undang
cukup memuat landasan bagi kehidupan yang demokratis,
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 belum
pemberdayaan rakyat, dan penghormatan Hak Asasi Manusia
cukup memuat landasan bagi kehidupan yang demokratis,
(HAM).
pemberdayaan rakyat, dan penghormatan Hak Asasi Manusia
Selain itu, terdapat pasal pasal yang menimbulkan
(HAM).
multitafsir dan membuka peluang bagi penyelenggaraan
Selain itu, terdapat pasal pasal yang menimbulkan
negara yang otoriter, sentralistik, tertutup, dan KKN yang
multitafsir dan membuka peluang bagi penyelenggaraan
menyebabkan kemorosotan di berbagai bidang kehidupan.
negara yang otoriter, sentralistik, tertutup, dan KKN yang
Perubahan pasal 18, antara lain melalui penerapan Bab
menyebabkan kemorosotan di berbagai bidang kehidupan.
tentang Pemerintahan Daerah diharapkan lebih mempercepat
Perubahan pasal 18, antara lain melalui penerapan Bab
tentang Pemerintahan Daerah diharapkan lebih mempercepat

22 22
terwujudnya kemajuan daerah dan kesejahteraan rakyat di terwujudnya kemajuan daerah dan kesejahteraan rakyat di
daerah, serta meningkatkan kualitas demokrasidi daerah. daerah, serta meningkatkan kualitas demokrasidi daerah.
Semua ketentuan itu dirumuskan tetap, dalam kerangka Semua ketentuan itu dirumuskan tetap, dalam kerangka
menjamin dan memperkuat NKRI sehingga dirumuskan menjamin dan memperkuat NKRI sehingga dirumuskan
hubungan kewenangan antara pemerintah pusat dan hubungan kewenangan antara pemerintah pusat dan
Pemerintah Daerah dengan memperhatikan kekhususan dan Pemerintah Daerah dengan memperhatikan kekhususan dan
keragaman daerah. keragaman daerah.
Ketentuan Pasal 18, Pasal 18A, dan Pasal 18B ini Ketentuan Pasal 18, Pasal 18A, dan Pasal 18B ini
berkaitan dengan ketentuan Pasal 1 ayat (1) yang menyatakan berkaitan dengan ketentuan Pasal 1 ayat (1) yang menyatakan
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik, Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik,
Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan Presiden memegang Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan Presiden memegang
kekuasaan pemerintahan dan Pasal 25A mengenai wilayah kekuasaan pemerintahan dan Pasal 25A mengenai wilayah
negara, yang menjadi wadah dan batas bagi pelaksanaan Pasal negara, yang menjadi wadah dan batas bagi pelaksanaan Pasal
18, 18A,18B. Bab mengenai Pemerintahan Daerah dalam 18, 18A,18B. Bab mengenai Pemerintahan Daerah dalam
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, adalah terdiri atas 4 (empat) bagian, yakni : 1945, adalah terdiri atas 4 (empat) bagian, yakni :
a. Pembagian Daerah; a. Pembagian Daerah;
b. Pemerintahan Daerah; b. Pemerintahan Daerah;
c. Hubungan wewenang pemerintah pusat dan pemerin- c. Hubungan wewenang pemerintah pusat dan pemerin-
tahan daerah; tahan daerah;
d. Pengakuan dan penghormatan satuan pemerintahan d. Pengakuan dan penghormatan satuan pemerintahan
daerah bersifat khusus dan kesatuan masyarakat hukum daerah bersifat khusus dan kesatuan masyarakat hukum
adat. adat.
Penjelasan mengenai empat bagian tersebut adalah Penjelasan mengenai empat bagian tersebut adalah
sebagai berikut: sebagai berikut:
a. Pembagian daerah a. Pembagian daerah
Mengenai pembagian daerah Indonesia yang semula Mengenai pembagian daerah Indonesia yang semula
diatur dalam satu pasal tanpa ayat diubah menjadi satu pasal diatur dalam satu pasal tanpa ayat diubah menjadi satu pasal
dengan tujuh ayat.Subtansi pembagian daerah yang semula dengan tujuh ayat.Subtansi pembagian daerah yang semula
diatur dalam pasal 18, setelah diubah ketentuan tersebut diatur diatur dalam pasal 18, setelah diubah ketentuan tersebut diatur
menjadi pasal 18 ayat (1) dengan rumusan sebagai berikut. menjadi pasal 18 ayat (1) dengan rumusan sebagai berikut.
Pasal 18 Pasal 18
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas (1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas

23 23
daerah daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi
daerah daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap tiap provinsi,
atas kabupaten dan kota, yang tiap tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang undang.
daerah yang diatur dengan undang undang. Perubahan itu dimaksudkan untuk lebih memperjelas
Perubahan itu dimaksudkan untuk lebih memperjelas pembagian daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
pembagian daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang meliputi daerah provinsi dan dalam daerah
(NKRI) yang meliputi daerah provinsi dan dalam daerah provinsi terdapat daerah kabupaten dan kota. Ketentuan Pasal
provinsi terdapat daerah kabupaten dan kota. Ketentuan Pasal 18 ayat (1) mempunyai keterkaitan erat dengan ketentuan Pasal
18 ayat (1) mempunyai keterkaitan erat dengan ketentuan Pasal 25 A mengenai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
25 A mengenai wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. b. Pemerintahan Daerah
b. Pemerintahan Daerah Perubahan Undang Undang Dasar Negara Republik
Perubahan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tentang pemerintahan daerah diatur
Indonesia Tahun 1945 tentang pemerintahan daerah diatur dalam Pasal 18 ayat(2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), dan
dalam Pasal 18 ayat(2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), dan ayat (7), yang rumusannya sebagai berikut.
ayat (7), yang rumusannya sebagai berikut. Pasal 18
Pasal 18 (1) Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten,
(1) Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
pembantuan. (2) Pemerintahan daerah provinsi , daerah kabupaten, dan
(2) Pemerintahan daerah provinsi , daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.
anggota anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. (3) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing masing sebagai
(3) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan
kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.
kota dipilih secara demokratis. (4) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas
(4) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas luasnya,kecuali urusan pemerintahan yang oleh
luasnya,kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah
undang undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
Pusat. (5) Pemerintahan daerah berhak menetapkan pera-
(5) Pemerintahan daerah berhak menetapkan pera- turan daerah dan peraturan peraturan lain untuk
turan daerah dan peraturan peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

24 24
(6) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerin-tahan (6) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerin-tahan
daerah diatur dalam undang undang. daerah diatur dalam undang undang.
c. Hubungan wewenang pemerintah pusat dan pemerintahan c. Hubungan wewenang pemerintah pusat dan pemerintahan
daerah daerah
Perubahan Undang Undang Dasar Negara Republik Perubahan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 mengatur hubungan wewenang Indonesia Tahun 1945 mengatur hubungan wewenang
pemerintah pusat dan pemerintahan daerah dalam satu pemerintah pusat dan pemerintahan daerah dalam satu
pasal,yaitu pasal 18A ayat (1) dan ayat (2) dengan rumusan pasal,yaitu pasal 18A ayat (1) dan ayat (2) dengan rumusan
sebagai berikut. sebagai berikut.
Pasal 18A Pasal 18A
(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan (1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota,
atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur
dengan undang undang dengan memperhatikan dengan undang undang dengan memperhatikan
kekhususan dan keragaman daerah. kekhususan dan keragaman daerah.
Ketentuan Pasal 18 A ayat (1) ini terkait erat dengan Pasal Ketentuan Pasal 18 A ayat (1) ini terkait erat dengan Pasal
4 ayat (1) dengan ketentuan bahwa Daerah dalam mengatur 4 ayat (1) dengan ketentuan bahwa Daerah dalam mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya berlandaskan dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya berlandaskan
atau mengacu pada Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan bahwa atau mengacu pada Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan bahwa
Presiden memegangkekuasaan pemerintahan. Presiden memegangkekuasaan pemerintahan.
(1) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemamfaatan (1) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemamfaatan
sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara
pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur
dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan
undang undang. undang undang.
d. Pengakuan dan penghormatan satuan pemerintahan daerah d. Pengakuan dan penghormatan satuan pemerintahan daerah
bersifat khusus dan kesatuan masyarakat hukum adat. bersifat khusus dan kesatuan masyarakat hukum adat.
Perubahan Undang Undang Dasar Negara Republik Perubahan Undang Undang Dasar Negara Republik
Tahun 1945 mengatur pengakuan dan penghormatan satuan Tahun 1945 mengatur pengakuan dan penghormatan satuan
pemerintahan daerah yang bersifat khusus dan istimewa oleh pemerintahan daerah yang bersifat khusus dan istimewa oleh
Negara dalam satu pasal, yaitu Pasal 18B ayat (1) dan ayat (2) Negara dalam satu pasal, yaitu Pasal 18B ayat (1) dan ayat (2)
dengan rumusan sebagai berikut. dengan rumusan sebagai berikut.

25 25
Pasal 18B
(1) Negara mengakui dan menghormati satuan satuan
Pasal 18B
pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau
(1) Negara mengakui dan menghormati satuan satuan
bersifat istimewa yang diatur dengan undang undang.
pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau
(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan
bersifat istimewa yang diatur dengan undang undang.
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak hak
(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak hak
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
undang undang.
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam
undang undang. Demikian dinamisnya pemerintahan daerah sehingga
pasal 18, sebagai satu satunya pasal mengenai pemerintahan
Demikian dinamisnya pemerintahan daerah sehingga
daerah mengalami pula amandemen bersama pasal pasal
pasal 18, sebagai satu satunya pasal mengenai pemerintahan
lainnya. Amandemen melalui proses yang panjang, sejak
daerah mengalami pula amandemen bersama pasal pasal
pembahasan di tingkat Panitia Ad Hoc III (tahun 1999),
lainnya. Amandemen melalui proses yang panjang, sejak
kemudian Panitia Ad Hoc I (pada masa sidang tahun l999-
pembahasan di tingkat Panitia Ad Hoc III (tahun 1999),
2000, tahun 2000-2001, tahun 2001- 2002, dan tahun 2002-
kemudian Panitia Ad Hoc I (pada masa sidang tahun l999-
2003) sampai pembahasan pada sidang sidang MPR.
2000, tahun 2000-2001, tahun 2001- 2002, dan tahun 2002-
Dinamika penyelenggaraan Pemerintahan Daerahdapat
2003) sampai pembahasan pada sidang sidang MPR.
pula kita cermati pada kebijakan pemerintah sejak awal
Dinamika penyelenggaraan Pemerintahan Daerahdapat
kemerdekaan hingga sekarang, antara lain (M.Solly Lusis,
pula kita cermati pada kebijakan pemerintah sejak awal
SH,1983):
kemerdekaan hingga sekarang, antara lain (M.Solly Lusis,
SH,1983): 1. Program Kabinet Shjahrir I, II, dan III (14 Nop. 1945-
3 Juli 1947), berturut-turut disebut: Menyempurnakan
1. Program Kabinet Shjahrir I, II, dan III (14 Nop. 1945-
susunan Pemerintah Daerah (Pemda) berdasarkan
3 Juli 1947), berturut-turut disebut: Menyempurnakan
kedaulatan rakyat, Menyusun Pemerintah Pusat dan
susunan Pemerintah Daerah (Pemda) berdasarkan
Daerah yang demokratis.
kedaulatan rakyat, Menyusun Pemerintah Pusat dan
2. Program Kabinet Halim (21 Jan. 1950-6 Sept. 1950)
Daerah yang demokratis.
antara lain menyambut: “Melaksanakan Pemilu DPR
2. Program Kabinet Halim (21 Jan. 1950-6 Sept. 1950)
R.I dan DPR Daerah”,
antara lain menyambut: “Melaksanakan Pemilu DPR
3. Program Kabinet Natsir (6 September 1950- 27 April
R.I dan DPR Daerah”,
1951): “Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan
3. Program Kabinet Natsir (6 September 1950- 27 April
pemerintahan dan seterusnya” yang seharusnya
1951): “Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan
diterapkan: antara lain “mendemokratisir ini tentu
pemerintahan dan seterusnya” yang seharusnya
diterapkan: antara lain “mendemokratisir ini tentu

26 26
harus terlihat pula didalam susunan pemerintahan harus terlihat pula didalam susunan pemerintahan
daerah, dan seterusnya” dan pada masa kabinet ini yang daerah, dan seterusnya” dan pada masa kabinet ini yang
berlaku ialah UU No. 22 tahun 1948. berlaku ialah UU No. 22 tahun 1948.
4. Program Kabinet Sukiman-Suwirjo (27 April 1951-3 4. Program Kabinet Sukiman-Suwirjo (27 April 1951-3
April 1952), antara lain “Mempercepat terlaksananya April 1952), antara lain “Mempercepat terlaksananya
otonomi daerah”, otonomi daerah”,
5. Kabinet Wilopo (3 April 1952-1 Agustus 1953): 5. Kabinet Wilopo (3 April 1952-1 Agustus 1953):
“Menyelesaikan penyelenggaraan dan mengisi otonomi “Menyelesaikan penyelenggaraan dan mengisi otonomi
daerah, menyederhanakan organisasi pemerintahan daerah, menyederhanakan organisasi pemerintahan
pusat”, pusat”,
6. Kabinet Ali-Wongso-Arifin (1 Agustus 1953-12 Agustus 6. Kabinet Ali-Wongso-Arifin (1 Agustus 1953-12 Agustus
1955): antara lain “Memperbaharui politik desentralisasi 1955): antara lain “Memperbaharui politik desentralisasi
dengan jalan meyempurnakan perundang-undangan dengan jalan meyempurnakan perundang-undangan
dan mengusahakan pembentukan daerah otonom dan mengusahakan pembentukan daerah otonom
sampai ketingkat yang paling bawah”, sampai ketingkat yang paling bawah”,
7. Kabinet Burhanuddin (12 Agustus 1955-24 Maret 1956), 7. Kabinet Burhanuddin (12 Agustus 1955-24 Maret 1956),
antara lain “Menyelesaikan perundang-undangan antara lain “Menyelesaikan perundang-undangan
desentralisasi sedapat-dapatnya dalam tahun 1955 ini desentralisasi sedapat-dapatnya dalam tahun 1955 ini
juga”, juga”,
8. Kabinet Ali-Roem (24 Maret 1956-April 1957), antara 8. Kabinet Ali-Roem (24 Maret 1956-April 1957), antara
lain “Melaksanakan pembentukan daerah-daerah lain “Melaksanakan pembentukan daerah-daerah
otonom”, menetapkan dengan perundang-undangan otonom”, menetapkan dengan perundang-undangan
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah perimbangan keuangan antara pusat dan daerah
yang memenuhi kepentingan daerah otonom dengan yang memenuhi kepentingan daerah otonom dengan
mengingat perkembangannya, menyelenggarakan mengingat perkembangannya, menyelenggarakan
pemulihan DPRD”, pemulihan DPRD”,
9. Kabinet karya Juanda (9 April 1957-9 Juli 1959), antara 9. Kabinet karya Juanda (9 April 1957-9 Juli 1959), antara
lain: “pekerjaan penyempurnaan otonomi” dibawah lain: “pekerjaan penyempurnaan otonomi” dibawah
rangka UU No. 1 tahun 1957. Selanjutnya setelah Dekrit rangka UU No. 1 tahun 1957. Selanjutnya setelah Dekrit
5 Juli 1959, berlaku kembali UUD 1945, kemudian 5 Juli 1959, berlaku kembali UUD 1945, kemudian
khusus dibidang pemerintahan daerah, diundangkanlah khusus dibidang pemerintahan daerah, diundangkanlah
Penetapan Presiden (Pen.Pres.No 6 tahun 1959), dengan Penetapan Presiden (Pen.Pres.No 6 tahun 1959), dengan
suatu ide “dalam bidang desentralisasi maka demokrasi suatu ide “dalam bidang desentralisasi maka demokrasi
terpimpin akan mewujudkan pemerintahan daerah terpimpin akan mewujudkan pemerintahan daerah
yang stabil dan efisien sehingga dapat membantu yang stabil dan efisien sehingga dapat membantu

27 27
27
pemerintah pusat dan mencapai masyarakat adil dan
makmur”.
pemerintah pusat dan mencapai masyarakat adil dan
makmur”. Setelah Pen.Pres No. 6 tahun 1959 diundangkan
kemudian Undang-Undang No. 18 tahun 1965, yang hingga
Setelah Pen.Pres No. 6 tahun 1959 diundangkan
masa kabinet Suharto, masih berlaku sebagai undang-undang
kemudian Undang-Undang No. 18 tahun 1965, yang hingga
organik. Setelah itu ditetapkan UU No. 5 Tahun 1974 tentang
masa kabinet Suharto, masih berlaku sebagai undang-undang
Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah yang bertahan hingga
organik. Setelah itu ditetapkan UU No. 5 Tahun 1974 tentang
25 tahun, sampai berakhirnya Orde Baru.
Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah yang bertahan hingga
Setelah Reformasi-1998 dimana Presiden Soeharto
25 tahun, sampai berakhirnya Orde Baru.
menyatakan “berhenti” sebagai Presiden Republik Indonesia
Setelah Reformasi-1998 dimana Presiden Soeharto
lalu digantikan Wakil Presdien B.J.Habibie, maka pada tahun
menyatakan “berhenti” sebagai Presiden Republik Indonesia
itu juga keluar beberapa ketetapan Majelis Permusyawaratan
lalu digantikan Wakil Presdien B.J.Habibie, maka pada tahun
Rakyat Republik Indonesia, antara lain Ketetapan Majelis
itu juga keluar beberapa ketetapan Majelis Permusyawaratan
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XV/
Rakyat Republik Indonesia, antara lain Ketetapan Majelis
MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pe-
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XV/
ngaturan; Pembagian dan Pemamfaatan Sumberdaya Nasional
MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pe-
yang Berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan
ngaturan; Pembagian dan Pemamfaatan Sumberdaya Nasional
Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
yang Berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan
Berselang setelah itu, pada tanggal 19 Mei 1999,
Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
diundangkan 3 (tiga) undang undang, yakni : Undang Undang
Berselang setelah itu, pada tanggal 19 Mei 1999,
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
diundangkan 3 (tiga) undang undang, yakni : Undang Undang
Undang Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah ; dan Undang
Undang Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah ; dan Undang
yang Bersih dan Bebas dari KKN masing masing diundangkan
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
pada 19 Mei 1999.
yang Bersih dan Bebas dari KKN masing masing diundangkan
Lahirnya tiga Undang Undang tersebut sebagai produk
pada 19 Mei 1999.
legislasi pertama reformasi semakin menguatkan pemahaman
Lahirnya tiga Undang Undang tersebut sebagai produk
mengenai dinamika pemerintahan daerah, diundangkan
legislasi pertama reformasi semakin menguatkan pemahaman
bersama dengan issu sentral reformasi, pemberantasan korupsi.
mengenai dinamika pemerintahan daerah, diundangkan
Dinamika Pemerintahan Daerah seiring dengan
bersama dengan issu sentral reformasi, pemberantasan korupsi.
semangat reformasi pemerintahan Indonesia itu, sehingga
Dinamika Pemerintahan Daerah seiring dengan
Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang lahir sebagai
semangat reformasi pemerintahan Indonesia itu, sehingga
kebijakan reformasi diganti lagi melalui 2 (dua) Undang
Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang lahir sebagai
kebijakan reformasi diganti lagi melalui 2 (dua) Undang

28 28
Undang Pemerintahan Daerah berturut turut setelahnya, Undang Pemerintahan Daerah berturut turut setelahnya,
masing masing Undang Undang 32 Tahun 2004, diundangkan masing masing Undang Undang 32 Tahun 2004, diundangkan
tanggal 15 Oktober 2004; Undang Undang Nomor 23 2014, tanggal 15 Oktober 2004; Undang Undang Nomor 23 2014,
diundangkan tanggal 2 Oktober 2014. diundangkan tanggal 2 Oktober 2014.
Dari silih bergantinya undang undang mengenai Dari silih bergantinya undang undang mengenai
pemerintahan daerah, mengguratkan dinamika penyeleng- pemerintahan daerah, mengguratkan dinamika penyeleng-
garaan Pemerintahan Daerah seiring dengan dinamika sistem garaan Pemerintahan Daerah seiring dengan dinamika sistem
politik di Indonesia. politik di Indonesia.
Tiga undang undang di era reformasi, antara tahun Tiga undang undang di era reformasi, antara tahun
1998 – 2014: diundangkan pada era 3 (tiga) Presiden, yaitu : 1998 – 2014: diundangkan pada era 3 (tiga) Presiden, yaitu :
1. Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999, era Presiden 1. Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999, era Presiden
BJ Habibie; BJ Habibie;
2. Undang Undang 32 Tahun 2004, era Megawati 2. Undang Undang 32 Tahun 2004, era Megawati
Soekarnoputeri; dan Soekarnoputeri; dan
3. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014, era Susilo 3. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014, era Susilo
Bambang Yudhoyono. Bambang Yudhoyono.
Dinamika pemerintahan daerah di Indonesia itu, Dinamika pemerintahan daerah di Indonesia itu,
ditandai pula dengan kebijakan Presiden Soekarno setelah ditandai pula dengan kebijakan Presiden Soekarno setelah
Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 yang menjadi titik tolak Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 yang menjadi titik tolak
berlakunya kembali UUD 1945. Pada tanggal 17 Agustus 1959 berlakunya kembali UUD 1945. Pada tanggal 17 Agustus 1959
Presiden Sukarno menjelaskan bagaimana pemerintahan Presiden Sukarno menjelaskan bagaimana pemerintahan
akan dijalankan setelah berlakunya kembali UUD 1945. akan dijalankan setelah berlakunya kembali UUD 1945.
Pidato Presiden ini diberi nama Perincian Manifesto Politik Pidato Presiden ini diberi nama Perincian Manifesto Politik
(Manipol). Manipol ini kemudian ditetapkan oleh Presiden (Manipol). Manipol ini kemudian ditetapkan oleh Presiden
Sukarno, menjadi Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Sukarno, menjadi Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
melalui Penetapan Presiden No. 1 tahun 1960, dikuatkan lagi melalui Penetapan Presiden No. 1 tahun 1960, dikuatkan lagi
dengan Tap. MPRS No. 1 tahun 1960. dengan Tap. MPRS No. 1 tahun 1960.
Namun kemudian hal ini tidak langgeng seiring dengan Namun kemudian hal ini tidak langgeng seiring dengan
terjadinya peralihan kekuasaan pada tahun 1967. Sejarah terjadinya peralihan kekuasaan pada tahun 1967. Sejarah
mencatat, tindakan-tindakan kebijaksanaan yang dilakukan mencatat, tindakan-tindakan kebijaksanaan yang dilakukan
oleh MPRS dimasa Pra-G.30.S dibatalkan. oleh MPRS dimasa Pra-G.30.S dibatalkan.
Sejarah mencatat bahwa konsistensi terhadap Sejarah mencatat bahwa konsistensi terhadap
penyelenggaraan pemerintahan daerah sangat kuat sebagai penyelenggaraan pemerintahan daerah sangat kuat sebagai
bagian dari pelaksanaan konstitusi dan politik kedaulatan bagian dari pelaksanaan konstitusi dan politik kedaulatan

29 29
rakyat.Konstitusi Indonesia membagi Negara Kesatuan
Republik Indonesia atas daerah besar dan kecil yang sifat
rakyat.Konstitusi Indonesia membagi Negara Kesatuan
pengaturannya melalui undang undang. Wujud pengaturan
Republik Indonesia atas daerah besar dan kecil yang sifat
tersebut, dikenallah kemudin Daerah provinsi dan Daerah
pengaturannya melalui undang undang. Wujud pengaturan
provinsi itu dibagi atas Daerah kabupaten dan kota. Daerah
tersebut, dikenallah kemudin Daerah provinsi dan Daerah
kabupaten/kota dibagi atas Kecamatan dan Kecamatan dibagi
provinsi itu dibagi atas Daerah kabupaten dan kota. Daerah
atas kelurahan dan/atau Desa.Daerah provinsi dan kabupaten/
kabupaten/kota dibagi atas Kecamatan dan Kecamatan dibagi
kota merupakan Daerah dan masing-masing mempunyai
atas kelurahan dan/atau Desa.Daerah provinsi dan kabupaten/
Pemerintahan Daerah.Daerah provinsi dan kabupaten/kota
kota merupakan Daerah dan masing-masing mempunyai
dibentuk dengan undang-undang.
Pemerintahan Daerah.Daerah provinsi dan kabupaten/kota
Daerah provinsi selain berstatus sebagai Daerah juga
dibentuk dengan undang-undang.
merupakan Wilayah Administratif yang menjadi wilayah
Daerah provinsi selain berstatus sebagai Daerah juga
kerja bagi gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat dan
merupakan Wilayah Administratif yang menjadi wilayah
wilayah kerja bagi gubernur dalam menyelenggarakan
kerja bagi gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat dan
urusan pemerintahan umum di wilayah Daerah provinsi.
wilayah kerja bagi gubernur dalam menyelenggarakan
Daerah kabupaten/kota selain berstatus sebagai Daerah juga
urusan pemerintahan umum di wilayah Daerah provinsi.
merupakan Wilayah Administratif yang menjadi wilayah
Daerah kabupaten/kota selain berstatus sebagai Daerah juga
kerja bagi bupati/wali kota dalam menyelenggarakan urusan
merupakan Wilayah Administratif yang menjadi wilayah
pemerintahan umum di wilayah Daerah kabupaten/kota.
kerja bagi bupati/wali kota dalam menyelenggarakan urusan
Mengenai urusan pemerintahan ditegaskan bahwa
pemerintahan umum di wilayah Daerah kabupaten/kota.
Presiden Republik Indonesia memegang gaskankekuasaan
Mengenai urusan pemerintahan ditegaskan bahwa
pemerintahan sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara
Presiden Republik Indonesia memegang gaskankekuasaan
Republik Indonesia Tahun 1945.Kekuasaan Pemerintahan
pemerintahan sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara
diuraikan dalam berbagai Urusan Pemerintahan.Dalam
Republik Indonesia Tahun 1945.Kekuasaan Pemerintahan
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan, Presiden dibantu
diuraikan dalam berbagai Urusan Pemerintahan.Dalam
oleh menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan, Presiden dibantu
tertentu.Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah
oleh menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan
dilaksanakan berdasarkan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi,
tertentu.Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah
dan Tugas Pembantuan.
dilaksanakan berdasarkan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi,
Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan sebagai dasar
dan Tugas Pembantuan.
dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan.Pemerintah
Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan sebagai dasar
Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan.Pemerintah
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Daerah. Presiden
Pusat melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
memegang tanggung jawab akhir atas penyelenggaraan Urusan
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Daerah. Presiden
Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat
memegang tanggung jawab akhir atas penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat

30 30
dan Daerah.Pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah dan Daerah.Pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah
Pusat terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Pusat terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh
Daerah provinsi dilaksanakan oleh menteri/kepala lembaga Daerah provinsi dilaksanakan oleh menteri/kepala lembaga
pemerintah nonkementerian.Pembinaan dan pengawasan pemerintah nonkementerian.Pembinaan dan pengawasan
oleh Pemerintah Pusat terhadap penyelenggaraan Urusan oleh Pemerintah Pusat terhadap penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan oleh Daerah kabupaten/kota dilaksanakan Pemerintahan oleh Daerah kabupaten/kota dilaksanakan
oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.Pembinaan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.Pembinaan
dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada secara nasional dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada secara nasional
dikoordinasikan oleh Menteri. dikoordinasikan oleh Menteri.
Pemerintahan diklassifikan dalam pembagian urusan Pemerintahan diklassifikan dalam pembagian urusan
urusan, yakni: urusan, yakni:
1. Pemerintahan Absolut, 1. Pemerintahan Absolut,
Urusan pemerintahan absolut adalah Urusan Urusan pemerintahan absolut adalah Urusan
Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat.Urusan pemerintahan konkuren adalah Pemerintah Pusat.Urusan pemerintahan konkuren adalah
Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat
dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota.Urusan dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota.Urusan
pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi
dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.Urusan pemerintahan dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.Urusan pemerintahan
umum adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi umum adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan. kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.
Urusan pemerintahan absolut meliputi: Urusan pemerintahan absolut meliputi:
a. politik luar negeri; a. politik luar negeri;
b. pertahanan; b. pertahanan;
c. keamanan; c. keamanan;
d. yustisi; d. yustisi;
e. moneter dan fiskal nasional; dan e. moneter dan fiskal nasional; dan
f. agama. f. agama.
Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan
absolut, Pemerintah Pusat: absolut, Pemerintah Pusat:
a. melaksanakan sendiri; atau a. melaksanakan sendiri; atau
b. melimpahkan wewenang kepada Instansi Vertikal yang b. melimpahkan wewenang kepada Instansi Vertikal yang
ada di Daerah atau gubernur sebagai wakil Pemerintah ada di Daerah atau gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat berdasarkan asas Dekonsentrasi. Pusat berdasarkan asas Dekonsentrasi.

31 31
2. Urusan Pemerintahan Konkuren,
2. Urusan Pemerintahan Konkuren, Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi
kewenangan Daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib
Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi
dan Urusan Pemerintahan Pilihan.Urusan Pemerintahan
kewenangan Daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib
Wajib terdiri atas Urusan Pemerintahan yang berkaitan
dan Urusan Pemerintahan Pilihan.Urusan Pemerintahan
dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak
Wajib terdiri atas Urusan Pemerintahan yang berkaitan
berkaitan dengan Pelayanan Dasar.Urusan Pemerintahan
dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak
Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar adalah Urusan
berkaitan dengan Pelayanan Dasar.Urusan Pemerintahan
Pemerintahan Wajib yang sebagian substansinya merupakan
Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar adalah Urusan
Pelayanan Dasar.
Pemerintahan Wajib yang sebagian substansinya merupakan
Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan
Pelayanan Dasar.
Pelayanan Dasar meliputi:
Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan
Pelayanan Dasar meliputi: a. Pendidikan;
b. Kesehatan;
a. Pendidikan;
c. Pekerjaan umum dan penataan ruang;
b. Kesehatan;
d. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman;
c. Pekerjaan umum dan penataan ruang;
e. Ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan
d. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman;
masyarakat; dan
e. Ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan
f. Sosial.
masyarakat; dan
f. Sosial. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan
dengan Pelayanan Dasar meliputi:
Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan
dengan Pelayanan Dasar meliputi: a. Tenaga Kerja;
b. Pemberdayaan Perempuan Dan Pelindungan Anak;
a. Tenaga Kerja;
c. Pangan;
b. Pemberdayaan Perempuan Dan Pelindungan Anak;
d. Pertanahan;
c. Pangan;
e. Lingkungan Hidup;
d. Pertanahan;
f. Administrasi Kependudukan Dan Pencatatan Sipil;
e. Lingkungan Hidup;
g. Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa;
f. Administrasi Kependudukan Dan Pencatatan Sipil;
h. Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana;
g. Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa;
i. Perhubungan;
h. Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana;
j. Komunikasi Dan Informatika;
i. Perhubungan;
k. Koperasi, Usaha Kecil, Dan Menengah;
j. Komunikasi Dan Informatika;
l. Penanaman Modal;
k. Koperasi, Usaha Kecil, Dan Menengah;
l. Penanaman Modal;

32 32
m. Kepemudaan Dan Olah Raga; m. Kepemudaan Dan Olah Raga;
n. Statistik; n. Statistik;
o. Persandian; o. Persandian;
p. Kebudayaan; p. Kebudayaan;
q. Perpustakaan; Dan q. Perpustakaan; Dan
r. Kearsipan. r. Kearsipan.
Urusan Pemerintahan Pilihan meliputi: Urusan Pemerintahan Pilihan meliputi:
a. Kelautan Dan Perikanan; a. Kelautan Dan Perikanan;
b. Pariwisata; b. Pariwisata;
c. Pertanian; c. Pertanian;
d. Kehutanan; d. Kehutanan;
e. Energi Dan Sumber Daya Mineral; e. Energi Dan Sumber Daya Mineral;
f. Perdagangan; f. Perdagangan;
g. Perindustrian; Dan g. Perindustrian; Dan
h. Transmigrasi. h. Transmigrasi.
Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara
Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi serta Daerah kabupaten/ Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi serta Daerah kabupaten/
kota didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan kota didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan
eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional. eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional.
Berdasarkan prinsip dimaksud kriteria Urusan Berdasarkan prinsip dimaksud kriteria Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat
adalah: adalah:
a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah
provinsi atau lintas negara; provinsi atau lintas negara;
b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah
provinsi atau lintas negara; provinsi atau lintas negara;
c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak
negatifnya lintas Daerah provinsi atau lintas negara; negatifnya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;
d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber
dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Pemerintah dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Pemerintah
Pusat; dan/atau Pusat; dan/atau
e. Urusan Pemerintahan yang peranannya strategis bagi e. Urusan Pemerintahan yang peranannya strategis bagi
kepentingan nasional. kepentingan nasional.

33 33
Berdasarkan prinsip sebagaimana dimaksud kriteria
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
Berdasarkan prinsip sebagaimana dimaksud kriteria
provinsi adalah:
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
provinsi adalah: a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah
kabupaten/kota;
a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah
b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah
kabupaten/kota;
kabupaten/kota;
b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah
c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak
kabupaten/kota;
negatifnya lintas Daerah kabupaten/kota; dan/atau
c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak
d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber
negatifnya lintas Daerah kabupaten/kota; dan/atau
dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah
d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber
Provinsi.
dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah
Provinsi. Berdasarkan prinsip sebagaimana dimaksud kriteria
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
Berdasarkan prinsip sebagaimana dimaksud kriteria
kabupaten/kota adalah:
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
kabupaten/kota adalah: a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam Daerah
kabupaten/kota;
a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam Daerah
b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam Daerah
kabupaten/kota;
kabupaten/kota;
b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam Daerah
c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak nega-
kabupaten/kota;
tifnya hanya dalam Daerah kabupaten/kota; dan/atau
c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak nega-
d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya
tifnya hanya dalam Daerah kabupaten/kota; dan/atau
lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah kabupaten/
d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya
kota.
lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah kabupaten/
kota. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan bidang
kehutanan, kelautan, serta energi dan sumber daya mineral
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan bidang
dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi. Urusan
kehutanan, kelautan, serta energi dan sumber daya mineral
Pemerintahan bidang kehutanan yang berkaitan dengan
dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi. Urusan
pengelolaan taman hutan raya kabupaten/kota menjadi
Pemerintahan bidang kehutanan yang berkaitan dengan
kewenangan Daerah kabupaten/kota.
pengelolaan taman hutan raya kabupaten/kota menjadi
Urusan Pemerintahan bidang energi dan sumber daya
kewenangan Daerah kabupaten/kota.
mineral yang berkaitan dengan pengelolaan minyak dan
Urusan Pemerintahan bidang energi dan sumber daya
gas bumi menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.Urusan
mineral yang berkaitan dengan pengelolaan minyak dan
gas bumi menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.Urusan

34 34
Pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral Pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral
yang berkaitan dengan pemanfaatan langsung panas bumi yang berkaitan dengan pemanfaatan langsung panas bumi
dalam Daerah kabupaten/kota menjadi kewenangan Daerah dalam Daerah kabupaten/kota menjadi kewenangan Daerah
kabupaten/kota. kabupaten/kota.
Daerah kabupaten/kota penghasil dan bukan penghasil Daerah kabupaten/kota penghasil dan bukan penghasil
mendapatkan bagi hasil dari penyelenggaraan Urusan mendapatkan bagi hasil dari penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan.Penentuan Daerah kabupaten/kota penghasil Pemerintahan.Penentuan Daerah kabupaten/kota penghasil
untuk penghitungan bagi hasil kelautan adalah hasil kelautan untuk penghitungan bagi hasil kelautan adalah hasil kelautan
yang berada dalam batas wilayah 4 (empat) mil diukur dari garis yang berada dalam batas wilayah 4 (empat) mil diukur dari garis
pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan. pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan.
Dalam hal batas wilayah kabupaten/kota apabila kurang dari Dalam hal batas wilayah kabupaten/kota apabila kurang dari
4 (empat) mil, batas wilayahnya dibagi sama jarak atau diukur 4 (empat) mil, batas wilayahnya dibagi sama jarak atau diukur
sesuai dengan prinsip garis tengah dari Daerah yang berbatasan. sesuai dengan prinsip garis tengah dari Daerah yang berbatasan.
Urusan pemerintahan konkuren yang tidak tercantum Urusan pemerintahan konkuren yang tidak tercantum
dalam Lampiran Undang-Undang ini menjadi kewenangan dalam Lampiran Undang-Undang ini menjadi kewenangan
tiap tingkatan atau susunan pemerintahan yang penentuannya tiap tingkatan atau susunan pemerintahan yang penentuannya
menggunakan prinsip dan kriteria pembagian urusan menggunakan prinsip dan kriteria pembagian urusan
pemerintahan konkuren.Urusan pemerintahan konkuren pemerintahan konkuren.Urusan pemerintahan konkuren
ditetapkan dengan peraturan presiden. Perubahan terhadap ditetapkan dengan peraturan presiden. Perubahan terhadap
pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah
Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota yang Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota yang
tidak berakibat terhadap pengalihan urusan pemerintahan tidak berakibat terhadap pengalihan urusan pemerintahan
konkuren pada tingkatan atau susunan pemerintahan yang konkuren pada tingkatan atau susunan pemerintahan yang
lain ditetapkan dengan peraturan pemerintah. lain ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Perubahan sebagaimana dimaksud dapat dilakukan Perubahan sebagaimana dimaksud dapat dilakukan
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip dan kriteria sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip dan kriteria
pembagian urusan pemerintahan konkuren. pembagian urusan pemerintahan konkuren.
Pemerintah Pusat dalam menyelenggarakan urusan Pemerintah Pusat dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan konkuren berwenang untuk: pemerintahan konkuren berwenang untuk:
a. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam a. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam
rangka penyelenggaraan Urusan Pemerintahan; dan rangka penyelenggaraan Urusan Pemerintahan; dan
b. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap b. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah. kewenangan Daerah.

35 35
Norma, standar, prosedur, dan kriteria berupa ketentuan
peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Norma, standar, prosedur, dan kriteria berupa ketentuan
Pemerintah Pusat sebagai pedoman dalam penyelenggaraan
peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat sebagai pedoman dalam penyelenggaraan
Pemerintah Pusat dan yang menjadi kewenangan Daerah.
urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan
Kewenangan Pemerintah Pusat dilaksanakan oleh
Pemerintah Pusat dan yang menjadi kewenangan Daerah.
kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian.
Kewenangan Pemerintah Pusat dilaksanakan oleh
Pelaksanaan kewenangan yang dilakukan oleh lembaga
kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian.
pemerintah nonkementerian harus dikoordinasikan dengan
Pelaksanaan kewenangan yang dilakukan oleh lembaga
kementerian terkait.
pemerintah nonkementerian harus dikoordinasikan dengan
Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria
kementerian terkait.
dilakukan paling lama 2 tahun terhitung sejak peraturan
Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria
pemerintah mengenai pelaksanaan urusan pemerintahan
dilakukan paling lama 2 tahun terhitung sejak peraturan
konkuren diundangkan.
pemerintah mengenai pelaksanaan urusan pemerintahan
Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk
konkuren diundangkan.
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi
Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk
kewenangan Daerah. Daerah dalam menetapkan kebijakan
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi
Daerah wajib berpedoman pada norma, standar, prosedur, dan
kewenangan Daerah. Daerah dalam menetapkan kebijakan
kriteria yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Dalam hal
Daerah wajib berpedoman pada norma, standar, prosedur, dan
kebijakan Daerah yang dibuat dalam rangka penyelenggaraan
kriteria yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Dalam hal
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
kebijakan Daerah yang dibuat dalam rangka penyelenggaraan
tidak mempedomani norma, standar, prosedur, dan kriteria,
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
Pemerintah Pusat membatalkan kebijakan Daerah tersebut.
tidak mempedomani norma, standar, prosedur, dan kriteria,
Apabila dalam jangka waktu 2 tahun Pemerintah Pusat
Pemerintah Pusat membatalkan kebijakan Daerah tersebut.
belum menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
Apabila dalam jangka waktu 2 tahun Pemerintah Pusat
penyelenggara Pemerintahan Daerah melaksanakan Urusan
belum menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
penyelenggara Pemerintahan Daerah melaksanakan Urusan
Penyelenggara Pemerintahan Daerah memprioritaskan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan
Penyelenggara Pemerintahan Daerah memprioritaskan
dengan Pelayanan Dasar. Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada
pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan
Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan
dengan Pelayanan Dasar. Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada
Dasar berpedoman pada standar pelayanan minimal yang
Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat yang diatur dengan
Dasar berpedoman pada standar pelayanan minimal yang
peraturan pemerintah.
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat yang diatur dengan
peraturan pemerintah.

36 36
Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat diselenggarakan: kewenangan Pemerintah Pusat diselenggarakan:
a. Sendiri oleh Pemerintah Pusat; a. Sendiri oleh Pemerintah Pusat;
b. Dengan cara melimpahkan kepada gubernur sebagai b. Dengan cara melimpahkan kepada gubernur sebagai
wakil Pemerintah Pusat atau kepada Instansi Vertikal wakil Pemerintah Pusat atau kepada Instansi Vertikal
yang ada di daerah berdasarkan asas Dekonsentrasi; yang ada di daerah berdasarkan asas Dekonsentrasi;
atau atau
c. Dengan cara menugasi daerah berdasarkan asas Tugas c. Dengan cara menugasi daerah berdasarkan asas Tugas
Pembantuan. Pembantuan.
Instansi Vertikal dibentuk setelah mendapat persetujuan Instansi Vertikal dibentuk setelah mendapat persetujuan
dari gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat. Pembentukan dari gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat. Pembentukan
Instansi Vertikal untuk melaksanakan urusan pemerintahan Instansi Vertikal untuk melaksanakan urusan pemerintahan
absolut dan pembentukan Instansi Vertikal oleh kementerian absolut dan pembentukan Instansi Vertikal oleh kementerian
yang nomenklaturnya secara tegas disebutkan dalam Undang- yang nomenklaturnya secara tegas disebutkan dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
tidak memerlukan persetujuan dari gubernur sebagai wakil tidak memerlukan persetujuan dari gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat. Pemerintah Pusat.
Penugasan oleh Pemerintah Pusat kepada Penugasan oleh Pemerintah Pusat kepada
Daerah berdasarkan asas Tugas Pembantuan ditetapkan Daerah berdasarkan asas Tugas Pembantuan ditetapkan
dengan peraturan menteri/kepala lembaga pemerintah dengan peraturan menteri/kepala lembaga pemerintah
nonkementerian setelah berkoordinasi dengan Menteri. nonkementerian setelah berkoordinasi dengan Menteri.
Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi
kewenangan Daerah provinsi diselenggarakan: kewenangan Daerah provinsi diselenggarakan:
a. Sendiri oleh Daerah provinsi; a. Sendiri oleh Daerah provinsi;
b. Dengan cara menugasi daerah kabupaten/kota b. Dengan cara menugasi daerah kabupaten/kota
berdasarkan asas Tugas Pembantuan; atau berdasarkan asas Tugas Pembantuan; atau
c. Dengan cara menugasi desa. c. Dengan cara menugasi desa.
Penugasan oleh daerah provinsi kepada daerah Penugasan oleh daerah provinsi kepada daerah
kabupaten/kota berdasarkan asas Tugas Pembantuan kepada kabupaten/kota berdasarkan asas Tugas Pembantuan kepada
desa ditetapkan dengan peraturan gubernur sesuai dengan desa ditetapkan dengan peraturan gubernur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. ketentuan peraturan perundang-undangan.
Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi
kewenangan daerah kabupaten/kota diselenggarakan kewenangan daerah kabupaten/kota diselenggarakan

37 37
sendiri oleh D\daerah kabupaten/kota atau dapat ditugaskan
sebagian pelaksanaannya kepada desa. Penugasan oleh
sendiri oleh D\daerah kabupaten/kota atau dapat ditugaskan
daerah kabupaten/kota kepada desa ditetapkan dengan
sebagian pelaksanaannya kepada desa. Penugasan oleh
peraturan bupati/wali kota sesuai dengan ketentuan peraturan
daerah kabupaten/kota kepada desa ditetapkan dengan
perundang-undangan.
peraturan bupati/wali kota sesuai dengan ketentuan peraturan
Daerah berhak menetapkan kebijakan daerah dalam
perundang-undangan.
melaksanakan Tugas Pembantuan. Kebijakan Daerah hanya
Daerah berhak menetapkan kebijakan daerah dalam
terkait dengan pengaturan mengenai pelaksanaan Tugas
melaksanakan Tugas Pembantuan. Kebijakan Daerah hanya
Pembantuan di Daerahnya. Anggaran untuk melaksanakan
terkait dengan pengaturan mengenai pelaksanaan Tugas
Tugas Pembantuan disediakan oleh yang menugasi.
Pembantuan di Daerahnya. Anggaran untuk melaksanakan
Dokumen anggaran untuk melaksanakan Tugas Pembantuan
Tugas Pembantuan disediakan oleh yang menugasi.
disampaikan oleh kepala daerah penerima Tugas Pembantuan
Dokumen anggaran untuk melaksanakan Tugas Pembantuan
kepada DPRD bersamaan dengan penyampaian rancangan
disampaikan oleh kepala daerah penerima Tugas Pembantuan
APBD dalam dokumen yang terpisah. Laporan pelaksanaan
kepada DPRD bersamaan dengan penyampaian rancangan
anggaran Tugas Pembantuan disampaikan oleh kepala daerah
APBD dalam dokumen yang terpisah. Laporan pelaksanaan
penerima Tugas Pembantuan kepada DPRD bersamaan
anggaran Tugas Pembantuan disampaikan oleh kepala daerah
dengan penyampaian laporan keuangan Pemerintah Daerah
penerima Tugas Pembantuan kepada DPRD bersamaan
dalam dokumen yang terpisah.
dengan penyampaian laporan keuangan Pemerintah Daerah
Kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian
dalam dokumen yang terpisah.
bersama Pemerintah Daerah melakukan pemetaan Urusan
Kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian
Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan
bersama Pemerintah Daerah melakukan pemetaan Urusan
Dasar dan Urusan Pemerintahan Pilihan yang diprioritaskan
Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan
oleh setiap daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota. Hasil
Dasar dan Urusan Pemerintahan Pilihan yang diprioritaskan
pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan
oleh setiap daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota. Hasil
dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan Pilihan
pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan
ditetapkan dengan peraturan menteri setelah mendapatkan
dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan Pilihan
rekomendasi dari Menteri. Pemetaan Urusan Pemerintahan
ditetapkan dengan peraturan menteri setelah mendapatkan
Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar dilakukan
rekomendasi dari Menteri. Pemetaan Urusan Pemerintahan
untuk menentukan intensitas Urusan Pemerintahan Wajib
Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar dilakukan
yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar berdasarkan
untuk menentukan intensitas Urusan Pemerintahan Wajib
jumlah penduduk, besarnya APBD, dan luas wilayah.
yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar berdasarkan
Pemetaan Urusan Pemerintahan Pilihan dilakukan untuk
jumlah penduduk, besarnya APBD, dan luas wilayah.
menentukan Daerah yang mempunyai Urusan Pemerintahan
Pemetaan Urusan Pemerintahan Pilihan dilakukan untuk
Pilihan berdasarkan potensi, proyeksi penyerapan tenaga
menentukan Daerah yang mempunyai Urusan Pemerintahan
kerja, dan pemanfaatan lahan.
Pilihan berdasarkan potensi, proyeksi penyerapan tenaga
kerja, dan pemanfaatan lahan.

38 38
Pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak Pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak
berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan
Pilihan, digunakan oleh Daerah dalam penetapan kelembagaan, Pilihan, digunakan oleh Daerah dalam penetapan kelembagaan,
perencanaan, dan penganggaran dalam penyelenggaraan perencanaan, dan penganggaran dalam penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
Pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan Pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan
dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan Pilihan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan Pilihan
digunakan oleh kementerian atau lembaga pemerintah digunakan oleh kementerian atau lembaga pemerintah
nonkementerian sebagai dasar untuk pembinaan kepada nonkementerian sebagai dasar untuk pembinaan kepada
daerah dalam pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib daerah dalam pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib
yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan
Pemerintahan Pilihan secara nasional. Pemetaan Urusan Pemerintahan Pilihan secara nasional. Pemetaan Urusan
Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan
Dasar dan Urusan Pemerintahan Pilihan serta pembinaan Dasar dan Urusan Pemerintahan Pilihan serta pembinaan
kepada daerah dikoordinasikan oleh Menteri. kepada daerah dikoordinasikan oleh Menteri.

3. Urusan Pemerintahan Umum 3. Urusan Pemerintahan Umum


Urusan pemerintahan umum.meliputi: Urusan pemerintahan umum.meliputi:
a. Pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan a. Pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan
nasional dalam rangka memantapkan pengamalan nasional dalam rangka memantapkan pengamalan
Pancasila, pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Pancasila, pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, pelestarian Bhinneka Republik Indonesia Tahun 1945, pelestarian Bhinneka
Tunggal Ika serta pemertahanan dan pemeliharaan Tunggal Ika serta pemertahanan dan pemeliharaan
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa; b. Pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Pembinaan kerukunan antarsuku dan intrasuku, umat c. Pembinaan kerukunan antarsuku dan intrasuku, umat
beragama, ras, dan golongan lainnya guna mewujudkan beragama, ras, dan golongan lainnya guna mewujudkan
stabilitas kemanan lokal, regional, dan nasional; stabilitas kemanan lokal, regional, dan nasional;
d. Penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan d. Penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan; perundang-undangan;
e. Koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi e. Koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi
pemerintahan yang ada di wilayah derah provinsi pemerintahan yang ada di wilayah derah provinsi
dan daerah kabupaten/kota untuk menyelesaikan dan daerah kabupaten/kota untuk menyelesaikan
permasalahan yang timbul dengan memperhatikan permasalahan yang timbul dengan memperhatikan

39 39
prinsip demokrasi, hak asasi manusia, pemerataan,
keadilan, keistimewaan dan kekhususan, potensi serta
prinsip demokrasi, hak asasi manusia, pemerataan,
keanekaragaman Daerah sesuai dengan ketentuan
keadilan, keistimewaan dan kekhususan, potensi serta
peraturan perundang-undangan;
keanekaragaman Daerah sesuai dengan ketentuan
f. Pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan
peraturan perundang-undangan;
Pancasila; dan
f. Pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan
g. Pelaksanaan semua Urusan Pemerintahan yang bukan
Pancasila; dan
merupakan kewenangan daerah dan tidak dilaksanakan
g. Pelaksanaan semua Urusan Pemerintahan yang bukan
oleh Instansi Vertikal.
merupakan kewenangan daerah dan tidak dilaksanakan
oleh Instansi Vertikal. Urusan pemerintahan umum dilaksanakan oleh gubernur
dan bupati/wali kota di wilayah kerja masing-masing. Gubernur
Urusan pemerintahan umum dilaksanakan oleh gubernur
dan bupati/wali kota dibantu oleh Instansi Vertikal. Gubernur
dan bupati/wali kota di wilayah kerja masing-masing. Gubernur
bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri dan bupati/
dan bupati/wali kota dibantu oleh Instansi Vertikal. Gubernur
wali kota bertanggung jawab kepada Menteri melalui gubernur
bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri dan bupati/
sebagai wakil Pemerintah Pusat. Gubernur dan bupati/wali kota
wali kota bertanggung jawab kepada Menteri melalui gubernur
dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum dibiayai
sebagai wakil Pemerintah Pusat. Gubernur dan bupati/wali kota
dari APBN. Bupati/wali kota dalam melaksanakan urusan
dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum dibiayai
pemerintahan umum pada tingkat Kecamatan melimpahkan
dari APBN. Bupati/wali kota dalam melaksanakan urusan
pelaksanaannya kepada camat.
pemerintahan umum pada tingkat Kecamatan melimpahkan
Selanjutnya, perlu dipertegas kembali, dalam Undang-
pelaksanaannya kepada camat.
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Selanjutnya, perlu dipertegas kembali, dalam Undang-
Pemerintahan Daerah menegaskan bahwa yang dimaksud
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
dengan Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia
Pemerintahan Daerah menegaskan bahwa yang dimaksud
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik
dengan Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia
Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintahan Daerah adalah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah
Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintahan Daerah adalah
dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah Daerah adalah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah Daerah adalah
kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan

40 40
Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom. Dewan Perwakilan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.Urusan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.Urusan
Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan
oleh kementerian negara dan penyelenggara Pemerintahan oleh kementerian negara dan penyelenggara Pemerintahan
Daerah untuk melindungi, melayani, memberdayakan, dan Daerah untuk melindungi, melayani, memberdayakan, dan
menyejahterakan masyarakat.Penyelenggara adalah unit menyejahterakan masyarakat.Penyelenggara adalah unit
kerja di Daerah yang menyelenggarakan pelayanan publik. kerja di Daerah yang menyelenggarakan pelayanan publik.
Pelaksana adalah pejabat, pegawai negeri sipil atau petugas di Pelaksana adalah pejabat, pegawai negeri sipil atau petugas di
dalam organisasi penyelenggara yang bertugas melaksanakan dalam organisasi penyelenggara yang bertugas melaksanakan
tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik. tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik.

41 41
II. DESENTRALISASI PEMERINTAHAN
II. DESENTRALISASI PEMERINTAHAN
Pelaksanaan asas desentralisasi, selain sebagai
konsekuensi sistem penyelenggaraan pemerintahan negara
Pelaksanaan asas desentralisasi, selain sebagai
kesatuan agar epektif, juga bertujuan meningkatkan
konsekuensi sistem penyelenggaraan pemerintahan negara
pelayanan untuk kesejahteraan. Dengan demikian, tidak
kesatuan agar epektif, juga bertujuan meningkatkan
dapat dipungkiri adanya aspek politik desentrasasi selain
pelayanan untuk kesejahteraan. Dengan demikian, tidak
kesejahteraan yang tersimpul pada skenario keberagaman
dapat dipungkiri adanya aspek politik desentrasasi selain
untuk ketaatan pada asas kesatuan.
kesejahteraan yang tersimpul pada skenario keberagaman
Mengenai tujuan desentralisasi yang tetap dalam
untuk ketaatan pada asas kesatuan.
kerangka kesatuan negara dapat dikemukakan pendapat
Mengenai tujuan desentralisasi yang tetap dalam
Maryanov sebagaimana dimaksud Bintoro Tjokroamidjojo
kerangka kesatuan negara dapat dikemukakan pendapat
(1991) mengenai kasus Indonesia sebagai berikut:
Maryanov sebagaimana dimaksud Bintoro Tjokroamidjojo
(1991) mengenai kasus Indonesia sebagai berikut: “The decentralization program in Indonesia is an
approach to two significant problems: it is a method for
“The decentralization program in Indonesia is an
spreading government to all parts of the country; it is a method
approach to two significant problems: it is a method for
of accommodating region differences, regional aspirations, and
spreading government to all parts of the country; it is a method
regional demands within the confines of the unitary state.”
of accommodating region differences, regional aspirations, and
regional demands within the confines of the unitary state.” Program desentralisasi di Indonesia adalah suatu
pendekatan ke arah dua permasalah penting, yaitu metode
Program desentralisasi di Indonesia adalah suatu
untuk penyebaran pemerintah ke[ada semua daerah, metode
pendekatan ke arah dua permasalah penting, yaitu metode
untuk mengakomodasi perbedaan regional, cita-cita regional,
untuk penyebaran pemerintah ke[ada semua daerah, metode
aspirasi regional dan kebutuhan regional dengan batasan dari
untuk mengakomodasi perbedaan regional, cita-cita regional,
negara kesatuan.
aspirasi regional dan kebutuhan regional dengan batasan dari
Berbagai perangkat-perangkat hubungan yang dapat
negara kesatuan.
digunakan memantapkan pelaksanaan desentralisasi dalam
Berbagai perangkat-perangkat hubungan yang dapat
rangka otonomi daerah dalam tatanan Negara Kesatuan
digunakan memantapkan pelaksanaan desentralisasi dalam
Republik Indonesia, salah satunya adalah kesatuan orientasi
rangka otonomi daerah dalam tatanan Negara Kesatuan
pada paradigm pembangunan nasional. Dasadari bahwa
Republik Indonesia, salah satunya adalah kesatuan orientasi
desentralisasi lebih mengesankan pada aspek-aspek
pada paradigm pembangunan nasional. Dasadari bahwa
pelaksanaan pemerintah di daerah. Namun dalam hal ini,
desentralisasi lebih mengesankan pada aspek-aspek
inti dari pemerintahan aktivitas dan fungsi-fungsi yang harus
pelaksanaan pemerintah di daerah. Namun dalam hal ini,
dilakukan oleh suatu pemerintahan, mengingat tugas-tugas
inti dari pemerintahan aktivitas dan fungsi-fungsi yang harus
dilakukan oleh suatu pemerintahan, mengingat tugas-tugas

42 42
pokok pemerintahan menurut Riyas Rasyid (1997) meliputi, pokok pemerintahan menurut Riyas Rasyid (1997) meliputi,
menjaga keamanan negara, memelihara ketertiban, menjamin menjaga keamanan negara, memelihara ketertiban, menjamin
keadilan, melakukan pekerjaan umum, meningkatkan keadilan, melakukan pekerjaan umum, meningkatkan
kesejahteraan sosial, menerapkan kebijakan ekonomi, kesejahteraan sosial, menerapkan kebijakan ekonomi,
memelihara sumber daya alam dan lingkungan hidup. memelihara sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Selain tugas-tugas pemerintah sebagaimana disebutkan Selain tugas-tugas pemerintah sebagaimana disebutkan
di atas, Widjajono Partowidagdo (2004) membagi tugas di atas, Widjajono Partowidagdo (2004) membagi tugas
pemerintah dalam tiga kelompok besar, lalu setiap kelompok pemerintah dalam tiga kelompok besar, lalu setiap kelompok
terinci beberapa tugas yang harus dilakukan oleh pemerintah, terinci beberapa tugas yang harus dilakukan oleh pemerintah,
termasuk di dalamnya melaksanakan desentralisasi. Tugas- termasuk di dalamnya melaksanakan desentralisasi. Tugas-
tugas pokok tersebut dapat diamati sebagai berikut: tugas pokok tersebut dapat diamati sebagai berikut:
a. Melakukan proses politik yang baik, menerapkan ke- a. Melakukan proses politik yang baik, menerapkan ke-
adilan, menyelenggarakan demokrasi, menyelenggara- adilan, menyelenggarakan demokrasi, menyelenggara-
kan pemerintahan, melaksamakam desentralisasi, kan pemerintahan, melaksamakam desentralisasi,
menyelenggarakan hubungan luar negeri, menyelenggarakan hubungan luar negeri,
b. Mengatur perekonomian: meningkatkan pertumbuhan b. Mengatur perekonomian: meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan memenuhi kebutuhan barang public ekonomi dan memenuhi kebutuhan barang public
(alokasi), menangani inflasi dan penganggguran (alokasi), menangani inflasi dan penganggguran
(stabilisasi), melaksanakan keadilan sosial (distribusi), (stabilisasi), melaksanakan keadilan sosial (distribusi),
c. Meningkatkan kualitas kehidupan: kesejahteraan sosial, c. Meningkatkan kualitas kehidupan: kesejahteraan sosial,
kesehatan, keamanan, pengetahuan, lingkungan, HAM, kesehatan, keamanan, pengetahuan, lingkungan, HAM,
pemerintahan, teknologi, moral wanita dan pemuda pemerintahan, teknologi, moral wanita dan pemuda
serta olahraga. serta olahraga.
Bambang Yudoyono (2003), menilai bahwa sistem Bambang Yudoyono (2003), menilai bahwa sistem
pemerintahan daerah di Indonesia pasca Proklamasi pemerintahan daerah di Indonesia pasca Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus, telah mengalami proses perkem- Kemerdekaan 17 Agustus, telah mengalami proses perkem-
bangan yang cukup panjang. Ketika suatu masyarakat bangan yang cukup panjang. Ketika suatu masyarakat
bangsa memproklamasikan berdirinya suatu negara, langkah bangsa memproklamasikan berdirinya suatu negara, langkah
yang dilakukan kemudian adalah membentuk pemerintah yang dilakukan kemudian adalah membentuk pemerintah
untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sehari hari. untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sehari hari.
Pemerintah yang dibentuk ini merupakan personifikasi dari Pemerintah yang dibentuk ini merupakan personifikasi dari
negara, yang agar didalam melaksanakan tugas-tugasnya tidak negara, yang agar didalam melaksanakan tugas-tugasnya tidak
disalahgunakan maka disusunlah rambu-rambu dalam bentuk disalahgunakan maka disusunlah rambu-rambu dalam bentuk
Undang-Undang Dasar Negara. Undang-Undang ini mengatur Undang-Undang Dasar Negara. Undang-Undang ini mengatur

43 43
bentuk negara , sistem pemerintahan negara, kelembagaan
negara hubungan negara dan warganya/ penduduk/ warga
bentuk negara , sistem pemerintahan negara, kelembagaan
masyarakat, dan sebagainya.
negara hubungan negara dan warganya/ penduduk/ warga
Bagi Indonesia bentuk negara yang telah disepakati
masyarakat, dan sebagainya.
adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan didalam
Bagi Indonesia bentuk negara yang telah disepakati
rangka pembagian kekuasaan Negara (secara vertikal) dibentuk
adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan didalam
daerah-daerah yang bersifat otonom dengan bentuk dan
rangka pembagian kekuasaan Negara (secara vertikal) dibentuk
susunan pemerintahannya diatur kemudian dalam Undang
daerah-daerah yang bersifat otonom dengan bentuk dan
undang. Dengan demikian terdapat Pemerintahan Pusat
susunan pemerintahannya diatur kemudian dalam Undang
disatu sisi dan Pemerintahan Daerah disisi yang lainnya yang
undang. Dengan demikian terdapat Pemerintahan Pusat
hubungan diantara keduanya dibingkai dalam sistem negara
disatu sisi dan Pemerintahan Daerah disisi yang lainnya yang
kesatuan. Pemerintah Pusat menyelenggrakan pemerintahan
hubungan diantara keduanya dibingkai dalam sistem negara
nasional dan Pemerintah Daerah menyelenggarakan
kesatuan. Pemerintah Pusat menyelenggrakan pemerintahan
pemerintahan daerah. Dalam hubungan inilah pemerintah
nasional dan Pemerintah Daerah menyelenggarakan
perlu melaksanakan pembagia kekuasaan kepada Pemerintah
pemerintahan daerah. Dalam hubungan inilah pemerintah
Daerah yang dikenal dengan istilah Desentralisasi yang
perlu melaksanakan pembagia kekuasaan kepada Pemerintah
dibentuk dan kadarnya tampak dari ketentuan ketentuan di
Daerah yang dikenal dengan istilah Desentralisasi yang
dalam Undang-undang yang mengaturnya.
dibentuk dan kadarnya tampak dari ketentuan ketentuan di
Pipin Syarifin, Dedah Jubaedah, dalam bukunya
dalam Undang-undang yang mengaturnya.
Pemerintahan Daerah di Indonesia (2006), mengemukakan
Pipin Syarifin, Dedah Jubaedah, dalam bukunya
bahwa secara teoritik, kemampuan pemerintah antara
Pemerintahan Daerah di Indonesia (2006), mengemukakan
lain terbentuk melalui penerapan asas desentralisasi, yaitu
bahwa secara teoritik, kemampuan pemerintah antara
adanya pelimpahan wewenang dari tingkat atas organisasi
lain terbentuk melalui penerapan asas desentralisasi, yaitu
kepada tingkat bawahnya secra hirarkis (Ryass Rasyid, 1997).
adanya pelimpahan wewenang dari tingkat atas organisasi
Melalui pelimpahan wewenang itulah pemerintah pada
kepada tingkat bawahnya secra hirarkis (Ryass Rasyid, 1997).
tingkat bawah diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif
Melalui pelimpahan wewenang itulah pemerintah pada
dan mengembangkan kreatifitas, mencari solusi terbaik
tingkat bawah diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif
atas setiap masalah yang dhadapi dalam pelaksanaan tugas
dan mengembangkan kreatifitas, mencari solusi terbaik
sehari-hari. Selain itu, desentralisasi juga dapat dipahami
atas setiap masalah yang dhadapi dalam pelaksanaan tugas
sebagai penyerahan wewenang politik dan perundang-
sehari-hari. Selain itu, desentralisasi juga dapat dipahami
undangan untuk perencanaan, pengambilan keputusan
sebagai penyerahan wewenang politik dan perundang-
dan manajemen pemerintahan dari pemerintah (pusat)
undangan untuk perencanaan, pengambilan keputusan dan
kepada unit-unit sub nasional (daerah/wilayah) administrasi
manajemen pemerintahan dari pemerintah (pusat) kepada
Negara atau kepada kelompok- kelompok fungsional atau
unit-unit sub nasional (daerah/wilayah) administrasi Negara
organisasi non pemerintahan/ swasta (Rondinelli, 1998). Ada
atau kepada kelompok- kelompok fungsional atau organisasi
non pemerintahan/ swasta (Rondinelli, 1998). Ada beberapa

44 44
alasan mengapa pemrintah perlu melaksanakan desentralisasi beberapa alasan mengapa pemrintah perlu melaksanakan
kekuasaan kepada pemerintah daerah.Alasan-alasan ini desentralisasi kekuasaan kepada pemerintah daerah.Alasan-
didasarkan pada kondisi ideal yang diinginkan, sekaligus alasan ini didasarkan pada kondisi ideal yang diinginkan,
memberikan landasan filosofis bagi penyelenggaraan sekaligus memberikan landasan filosofis bagi penyelenggaraan
pemerintah daerah sesuai sistem pemerintahan yang dianut pemerintah daerah sesuai sistem pemerintahan yang dianut
oleh Negara. Mengenai alasan-alasan ini, Joseph Riwu Kaho oleh Negara. Mengenai alasan-alasan ini, Joseph Riwu Kaho
(1991) menyatakan sebagai berikut : (1991) menyatakan sebagai berikut :
Dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan Dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan
(game teory), desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah (game teory), desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah
penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang pada penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang pada
akhirnya dapat menimbulkan tirani. akhirnya dapat menimbulkan tirani.
a. Dalam bidang politik, penyelenggraan desentralisasi a. Dalam bidang politik, penyelenggraan desentralisasi
dianggap sebagi tindakan pendemokrasian,untuk dianggap sebagi tindakan pendemokrasian,untuk
menarik rakyta ikut serta dalam pemerintahan serta menarik rakyta ikut serta dalam pemerintahan serta
melatih diri dalam mempergunakan hak-hak demokrasi. melatih diri dalam mempergunakan hak-hak demokrasi.
b. Dari sudut teknis organisatoris pemerintahan, alasan b. Dari sudut teknis organisatoris pemerintahan, alasan
mengadakan pemerintahan daerah (desentralisasi) mengadakan pemerintahan daerah (desentralisasi)
adalah semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan adalah semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan
suatu pemerintahan yang efisien .apa yang dianggap suatu pemerintahan yang efisien .apa yang dianggap
lebih utama untuk diurusi oleh pemerintah setempat, lebih utama untuk diurusi oleh pemerintah setempat,
pengurusnya diserahkan kepada daerah. pengurusnya diserahkan kepada daerah.
c. Dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakan supaya c. Dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakan supaya
perhatian dapat sepenuhnya ditumpukkan kepada perhatian dapat sepenuhnya ditumpukkan kepada
kekhususan suatu daerah, seperti geografi, keadaan kekhususan suatu daerah, seperti geografi, keadaan
penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau
latar belakang sejarahnya. latar belakang sejarahnya.
d. Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi, d. Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi,
desentralisasi diperlukan karena pemerintahan daerah desentralisasi diperlukan karena pemerintahan daerah
dapat lebih banyak dan secara langsung membantu dapat lebih banyak dan secara langsung membantu
pembangunan tersebut. pembangunan tersebut.
Melalui desentralisasi tugas-tugas pemerintahan dan Melalui desentralisasi tugas-tugas pemerintahan dan
pembangunan akan dapat memperoleh manfaat sebagai pembangunan akan dapat memperoleh manfaat sebagai
berikut: berikut:

45 45
1) Efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tugas pemerintahan.
a. Efisiensi, melalui pendelegasian wewenang dan tugas-
1) Efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tugas pemerintahan.
tugas pemerintahan dan pembangunan, Pemerintah
a. Efisiensi, melalui pendelegasian wewenang dan tugas-
tidak mesti selalu terlibat langsung sebagaimana didalam
tugas pemerintahan dan pembangunan, Pemerintah
tugas-tugas yang terlalu sentralistik. Penghematan
tidak mesti selalu terlibat langsung sebagaimana didalam
pembiayaan akan dapat dilakukan bilamana Pemerintah
tugas-tugas yang terlalu sentralistik. Penghematan
Pusat tidak mesti selalu melaksanakan tugas didaerah.
pembiayaan akan dapat dilakukan bilamana Pemerintah
Akan tetapi, efisiensi pelaksanaan tugas pemerintahan
Pusat tidak mesti selalu melaksanakan tugas didaerah.
ini pun hanya dapat tercapai apabila telah diperoleh
Akan tetapi, efisiensi pelaksanaan tugas pemerintahan
konsep-konsep strategis, baik dipusat maupun di
ini pun hanya dapat tercapai apabila telah diperoleh
daerah terutama yang menyangkut hal-hal yang tdak
konsep-konsep strategis, baik dipusat maupun di
terlalu dominan urgensinya dalam pemerintahan dan
daerah terutama yang menyangkut hal-hal yang tdak
pembangunan.
terlalu dominan urgensinya dalam pemerintahan dan
b. Efektifitas, dengan desentralisasi ujung tombak
pembangunan.
pemerintahan yaitu aparat-aparat didaerah akan lebih
b. Efektifitas, dengan desentralisasi ujung tombak
cepat mengetahui situasi dan masalah serta mencarikan
pemerintahan yaitu aparat-aparat didaerah akan lebih
jawaban bagi pemecahannya. Hal ini tentu harus
cepat mengetahui situasi dan masalah serta mencarikan
dibarengi dengan penerapan manajemen parrtisipasi
jawaban bagi pemecahannya. Hal ini tentu harus
(participatory management), yaitu selalu melibatkan
dibarengi dengan penerapan manajemen parrtisipasi
aparta tersebut dalam pemecahan masalah.
(participatory management), yaitu selalu melibatkan
aparta tersebut dalam pemecahan masalah. 2) Memungkinkan melakukan inovasi
Dengan diberikannya kepercayaan kepada Pemerintah
2) Memungkinkan melakukan inovasi
Daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri , secara
Dengan diberikannya kepercayaan kepada Pemerintah
tidak langsung akan mendorong mereka untuk menggali
Daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri , secara
potensi-potensi baru yang dapat mendukung pelaksanaan
tidak langsung akan mendorong mereka untuk menggali
urusan pemerintahan dan pembangunan sehari-hari terutama
potensi-potensi baru yang dapat mendukung pelaksanaan
dari sisi ekonomis serta penciptaan metode pelayanan yang
urusan pemerintahan dan pembangunan sehari-hari terutama
dapat memuaskan masyarakat sebagai pembayar pajak atas
dari sisi ekonomis serta penciptaan metode pelayanan yang
jasa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah.
dapat memuaskan masyarakat sebagai pembayar pajak atas
jasa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah. 3) Meningkatkan motivasi moral, komitmen , dan
produktivitas
3) Meningkatkan motivasi moral, komitmen , dan
Melalui desentralisasi, aparat Pemerintah Daerah
produktivitas
diharapkan akan meningkatkan kesadaran moral untuk
Melalui desentralisasi, aparat Pemerintah Daerah
memelihara kepercayaan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat,
diharapkan akan meningkatkan kesadaran moral untuk
memelihara kepercayaan yang diberikan oleh Pemerintah

46 46
Pusat, kemudian akan timbul suatu komitmen dalam diri kemudian akan timbul suatu komitmen dalam diri mereka
mereka bagaimana melaksanakan urusan pemerintahan bagaimana melaksanakan urusan pemerintahan yang telah
yang telah dipercayakan kepada mereka, serta bagaimana dipercayakan kepada mereka, serta bagaimana menunjukkan
menunjukkan hasil- hasil pelaksanaan urusan melalui tingkat hasil- hasil pelaksanaan urusan melalui tingkat produktivitas
produktivitas yang mereka miliki. yang mereka miliki.
Seluruh sisi positif dari konsep desentralisasi di atas Seluruh sisi positif dari konsep desentralisasi di atas
tentu akan menjadi retopia belaka apabila tidak didukung tentu akan menjadi retopia belaka apabila tidak didukung
oleh perencanaan strategi yang matang, serius dan oleh perencanaan strategi yang matang, serius dan
berkesinambungan serat konsistensi dalam pelaksanaannya. berkesinambungan serat konsistensi dalam pelaksanaannya.
Maka karena itu, kajian dan evaluasi secara terus menerus Maka karena itu, kajian dan evaluasi secara terus menerus
harus dilakukan, agar esensi sisi positif tersebut dapat terjaga harus dilakukan, agar esensi sisi positif tersebut dapat terjaga
dalam pengaturan maupun praktiknya. Dari batasan teoritik dalam pengaturan maupun praktiknya. Dari batasan teoritik
itu, dalam pembagian kekuasaan negara itu pemerintah itu, dalam pembagian kekuasaan negara itu pemerintah
harus menetapkan pilihan kebijakan terhadap bentuk harus menetapkan pilihan kebijakan terhadap bentuk
desentralisasi yang akan digunakan dalam pelaksanaan desentralisasi yang akan digunakan dalam pelaksanaan
otonomi daerah untuk dituangkan kedalam Undang-undang. otonomi daerah untuk dituangkan kedalam Undang-undang.
Dengan demikian, pilihan kebijakan sangat tergantuk dari Dengan demikian, pilihan kebijakan sangat tergantuk dari
konfigurasi politik pada saat undang-undang itu disusun, dan konfigurasi politik pada saat undang-undang itu disusun, dan
kepentingan-kepentingan politik yang menyertainya. Hal ini kepentingan-kepentingan politik yang menyertainya. Hal ini
memungkinkan terjandinya perubahan terhadap substansi memungkinkan terjandinya perubahan terhadap substansi
undang-undang tentang pemerintah daerah. undang-undang tentang pemerintah daerah.
Jadi desentralisasi dan otonomi daerah dalam sistem Jadi desentralisasi dan otonomi daerah dalam sistem
pemerintahan daerah sebagai pilhan kebijakan dalam pemerintahan daerah sebagai pilhan kebijakan dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia selalu menarik bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia selalu menarik
untuk diamati. Sebab kehadirannya tidak pernah terlepas untuk diamati. Sebab kehadirannya tidak pernah terlepas
dari konfigurasi politik pada masanya, yang diwarnai oleh dari konfigurasi politik pada masanya, yang diwarnai oleh
berbagai kepentingan dari rezim yang berkuasa. Dulu ia berbagai kepentingan dari rezim yang berkuasa. Dulu ia
pernah bercorak dan berkadar sangat rendah kemudian pernah bercorak dan berkadar sangat rendah kemudian
melonjak menjadi sangat tinggi. Namun demikian, betapa melonjak menjadi sangat tinggi. Namun demikian, betapa
pun tingginya kadar desentralisasi yang diberikan, tidak dapat pun tingginya kadar desentralisasi yang diberikan, tidak dapat
diartikan adanya kebebasan penuh secara absolute dari suatu diartikan adanya kebebasan penuh secara absolute dari suatu
daerah untuk menjalankan hak dan fungsi otonomi menurut daerah untuk menjalankan hak dan fungsi otonomi menurut
sekehendaknya tanpa mempertimbangkan kepentingan sekehendaknya tanpa mempertimbangkan kepentingan
daerah lain dan kepentingan nasional secara keseluruhan. daerah lain dan kepentingan nasional secara keseluruhan.
Asas desentralisasi, istilah desentralisasi berasal dari Asas desentralisasi, istilah desentralisasi berasal dari

47 47
bahasa latin “de” berarti lepas dan “centrum” artinya pusat.
Desentralisasi merupakan lawan kata dari sentralisasi sebab
bahasa latin “de” berarti lepas dan “centrum” artinya pusat.
kata “de” maksudnya menolak kata sebelumnya. Berdasarkan
Desentralisasi merupakan lawan kata dari sentralisasi sebab
asal perkataannya, desentralisasi ialah melepaskan dari
kata “de” maksudnya menolak kata sebelumnya. Berdasarkan
pusat (Koesoemahatinadja, 1979). Menurut Joeniarto, asas
asal perkataannya, desentralisasi ialah melepaskan dari
desentralisasi adalah asas yang bermaksud memberikan
pusat (Koesoemahatinadja, 1979). Menurut Joeniarto, asas
wewenang dari pemerintah negara kepada pemerintah lokal
desentralisasi adalah asas yang bermaksud memberikan
untuk mengatur dan mengurus urusan tertentu sebagai
wewenang dari pemerintah negara kepada pemerintah lokal
urusan rumah tangga sendiri, yang biasanya disebut swatantra
untuk mengatur dan mengurus urusan tertentu sebagai
atau otonomi.
urusan rumah tangga sendiri, yang biasanya disebut swatantra
atau otonomi. Amrah Muslimin (1986), berpendapat bahwa desen-
Amrah Muslimin (1986), berpendapat bahwa desen- tralisasi berarti pelimpahan kewenangan-kewenangan oleh
tralisasi berarti pelimpahan kewenangan-kewenangan oleh pemerintah pusat pada badan-badan otonom (swatantra) yang
pemerintah pusat pada badan-badan otonom (swatantra) yang berada di daerah-daerah dalam suatu negara kesatuan dengan
berada di daerah-daerah dalam suatu negara kesatuan dengan asas desentralisasi, terdapat daerah yang pemerintah daerahnya
asas desentralisasi, terdapat daerah yang pemerintah daerahnya diberi wewenang mengatur rumah tangganya sendiri, itu bisa
diberi wewenang mengatur rumah tangganya sendiri, itu bisa disebut “swatantra” atau “otonomi” (Solly Lubis M, 1982”)
disebut “swatantra” atau “otonomi” (Solly Lubis M, 1982”) Inti desentralisasi pemerintahan daerah bahwa
Inti desentralisasi pemerintahan daerah bahwa Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah pemerintah
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah pemerintah daerah dan DPRD. Dengan demikian, pemerintah provinsi,
daerah dan DPRD. Dengan demikian, pemerintah provinsi, kabupaten dan kota dapat mengatur dan mengurus
kabupaten dan kota dapat mengatur dan mengurus sendiri pemerintahannya menurut asas otonomi dan tugas
sendiri pemerintahannya menurut asas otonomi dan tugas pembantuan . Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 18 ayat
pembantuan . Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 18 ayat (2) UUD 1945 dan pasal 19 ayat (2) UU No.32 Tahun 2004
(2) UUD 1945 dan pasal 19 ayat (2) UU No.32 Tahun 2004
Prototipe Desentralisasi Pemerintahan dalam Konsep
Prototipe Desentralisasi Pemerintahan dalam Konsep Politik.
Politik. Faktor faktor atau unsur unsur prototipe Desentralisasi
Faktor faktor atau unsur unsur prototipe Desentralisasi Pemerintahan Indonesia, perlu dicermati pada :
Pemerintahan Indonesia, perlu dicermati pada : a. Pasal 1 ayat (1) “Indonesia adalah negara kesatuan yang
a. Pasal 1 ayat (1) “Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik”
berbentuk Republik” b. Pasal 4 ayat (1) “Presiden memegang kekuasaan
b. Pasal 4 ayat (1) “Presiden memegang kekuasaan pemerintahan”
pemerintahan” c. Pasal 25A “ Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
c. Pasal 25A “ Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

48 48
sebuah Negara kepulauan berciri Nusantara dengan sebuah Negara kepulauan berciri Nusantara dengan
wilayah yang batas batas dan hak haknya ditetapkan wilayah yang batas batas dan hak haknya ditetapkan
dengan undang undang” dengan undang undang”
d. Sebagai Negara kesatuan, maka tidak ada Negara dalam d. Sebagai Negara kesatuan, maka tidak ada Negara dalam
wilayah Negara Indonesia. Bentuk negaranya adalah wilayah Negara Indonesia. Bentuk negaranya adalah
Republik dipimpin seorang Presiden yang memegang Republik dipimpin seorang Presiden yang memegang
kekuasaan pemerintahan. kekuasaan pemerintahan.
e. Indonesia adalah Negara Kepulauan, terdiri dari pulau e. Indonesia adalah Negara Kepulauan, terdiri dari pulau
pulau dimana perairan yang ada diantaranya adalah pulau dimana perairan yang ada diantaranya adalah
bagian dari wilayah Negara sehingga geografi Indonesia bagian dari wilayah Negara sehingga geografi Indonesia
adalah gugusan pulau pulau dengan penduduk yang adalah gugusan pulau pulau dengan penduduk yang
plural, majemuk sebagai bangsa Indonesia yang mendiami plural, majemuk sebagai bangsa Indonesia yang mendiami
seluruh wilayah Indonesia dengan semboyan Bhinekat seluruh wilayah Indonesia dengan semboyan Bhinekat
Tunggal Ika berdasarkan Dasar Negara Pancasila dan Tunggal Ika berdasarkan Dasar Negara Pancasila dan
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sebagai konstitusi atau hukum dasar. Tahun 1945 sebagai konstitusi atau hukum dasar.
f. Indonesia sebagai Negara Kepulauan (archipelagic state) f. Indonesia sebagai Negara Kepulauan (archipelagic state)
diakui secara International setelah ditetapkannya Konvensi diakui secara International setelah ditetapkannya Konvensi
PBB tentang hukum laut atau “United Nation’s Convention PBB tentang hukum laut atau “United Nation’s Convention
on the Law of The Sea (Unclos) dalam Konprensi Ketiga on the Law of The Sea (Unclos) dalam Konprensi Ketiga
PBB di Montegobay, Jamaica 10 desember 1982. PBB di Montegobay, Jamaica 10 desember 1982.
g. Pengalaman sejarah, gejolak politik dengan berbagai g. Pengalaman sejarah, gejolak politik dengan berbagai
dimensi yang meliputi penerapan desentralisasi dimensi yang meliputi penerapan desentralisasi
pemerintahan sejak merdeka hingga sekarang, dapat pemerintahan sejak merdeka hingga sekarang, dapat
menjadi faktor pembentukan karateristik desentralisasi menjadi faktor pembentukan karateristik desentralisasi
Indonesia. Indonesia.
h. Semangat dan tantangan penerapan pemerintahan h. Semangat dan tantangan penerapan pemerintahan
daerah sesuai konstitusi memberi pengaruh keserasian daerah sesuai konstitusi memberi pengaruh keserasian
dan kematangan yang membentuk fakta menjadi dan kematangan yang membentuk fakta menjadi
faktor mengenali prototipe desentralisasi pemerintahan faktor mengenali prototipe desentralisasi pemerintahan
Indonesia. Indonesia.
Seluruh kondisi objektif dan yang inheren dengan Seluruh kondisi objektif dan yang inheren dengan
desentralisasi pemerintahan Indonesia, itulah “prototipe desentralisasi pemerintahan Indonesia, itulah “prototipe
desentralisasi pemerintahan Indonesia”. desentralisasi pemerintahan Indonesia”.

49 49
III. OTONOMI DAERAH

III. OTONOMI DAERAH 1. Efektifitas Otonomi Daerah


Khairul Muluk (2007), mengingatkan mengenai
1. Efektifitas Otonomi Daerah kebijakan desentralisasi yang kemudian melahrkan
pemerintahan daerah yang memiliki political variety
Khairul Muluk (2007), mengingatkan mengenai untuk menyalurkan local voice dan local choice. Bahwa
kebijakan desentralisasi yang kemudian melahrkan desentralisasi dimaksudkan sebagai instrument yang mampu
pemerintahan daerah yang memiliki political variety mengakomodasi aspirasi masyarakat yang tergolong majemuk
untuk menyalurkan local voice dan local choice. Bahwa dengan kondisi dan potensi yang beragam pula, sehingga
desentralisasi dimaksudkan sebagai instrument yang mampu ,perlu diwaspadai bersama kemingkinan dampak negatif
mengakomodasi aspirasi masyarakat yang tergolong majemuk desentralisasi yang tak terkendali seperti munculnya republik
dengan kondisi dan potensi yang beragam pula, sehingga kecil, raja kecil, dan KKN sebagai akibat lemahnya kontrol
,perlu diwaspadai bersama kemingkinan dampak negatif pusat terhadap daerah. Jika dampak negatif terjadi, bukannya
desentralisasi yang tak terkendali seperti munculnya republik kemaslahatan yang diperoleh namun kemudharatan kolektif
kecil, raja kecil, dan KKN sebagai akibat lemahnya kontrol yang dinikmati.
pusat terhadap daerah. Jika dampak negatif terjadi, bukannya Selanjutnya penulis ini menandaskan bahwa desentra-
kemaslahatan yang diperoleh namun kemudharatan kolektif lisasi tidak berarti menanggalkan sentralisasi karena pada
yang dinikmati. dasarnya desentralisasi dan sentaralisasi berada dalam satu
Selanjutnya penulis ini menandaskan bahwa desentra- garis kontinum. Dentralisasi dan sentralisasi pada dasarnya
lisasi tidak berarti menanggalkan sentralisasi karena pada tidak saling meniadakan namun saling melengkapi sebagai
dasarnya desentralisasi dan sentaralisasi berada dalam satu suatu konfigurasi yang bermanfaat dalam pencapaian tujuan-
garis kontinum. Dentralisasi dan sentralisasi pada dasarnya tujuan pemerintahan. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa
tidak saling meniadakan namun saling melengkapi sebagai penerapan desentralisasi secara tepat dalam pengertiannya
suatu konfigurasi yang bermanfaat dalam pencapaian tujuan- yang luas mampu memenuhi prinsip pemerintahan yang
tujuan pemerintahan. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa efisien dan demokratis secara sekaligus. Desentralisasi dalam
penerapan desentralisasi secara tepat dalam pengertiannya pengartian luas tersebut meliputi devolusi dekonsentrasi
yang luas mampu memenuhi prinsip pemerintahan yang delegasi dan privatisasi sebagai mana yang di introdupsikan
efisien dan demokratis secara sekaligus. Desentralisasi dalam oleh World Bank.
pengartian luas tersebut meliputi devolusi dekonsentrasi Inu Kencana Syafiie, (2002) mengemukakan bahwa
delegasi dan privatisasi sebagai mana yang di introdupsikan bagaimanapun kecilnya suatu negara, negara tersebut tetap akan
oleh World Bank. membagi-bagikan pemerintahan menjadi sistem yang lebih
Inu Kencana Syafiie, (2002) mengemukakan bahwa kecil (Pemerintahan Daerah) untuk memudahkan pelimpahan
bagaimanapun kecilnya suatu negara, negara tersebut tetap akan
membagi-bagikan pemerintahan menjadi sistem yang lebih

50 50
kecil (Pemerintahan Daerah) untuk memudahkan pelimpahan tugas dan wewenang. Namun demikian, pemerintah pusat juga
tugas dan wewenang. Namun demikian, pemerintah pusat juga tidak urung merasa curiga terhadap timbulnya separatism dari
tidak urung merasa curiga terhadap timbulnya separatism dari hasil pemberian otonomi daerah ini.
hasil pemberian otonomi daerah ini. Inu kembali mengingat bahwa desentralisasi adalah
Inu kembali mengingat bahwa desentralisasi adalah lawan kata dari sentralisasi, karena pemakaian kata “
lawan kata dari sentralisasi, karena pemakaian kata “ de” dimaksudkan untuk menolak kata sebelumnya. Jadi
de” dimaksudkan untuk menolak kata sebelumnya. Jadi Desentralisasi adalah penyerahan segala urusan, baik urusan
Desentralisasi adalah penyerahan segala urusan, baik urusan pengaturan dalam arti pembuatan peraturan perundang
pengaturan dalam arti pembuatan peraturan perundang undangan, maupun penyelenggaraan pemerintah itu sendiri,
undangan, maupun penyelenggaraan pemerintah itu sendiri, dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, untuk
dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, untuk selanjutnya menjadi urusan rumah tangga pemerintah daerah
selanjutnya menjadi urusan rumah tangga pemerintah daerah tersebut.
tersebut. Selama Orde Baru menurutnya daerah provinsi
Selama Orde Baru menurutnya daerah provinsi dan daerah kabupaten gubernur dirangkap oleh pejabat
dan daerah kabupaten gubernur dirangkap oleh pejabat pemerintah pusat sehingga dikenal sebagai Gubernur
pemerintah pusat sehingga dikenal sebagai Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, sedangkan untuk bupati sesuai
Kepala Daerah Tingkat I, sedangkan untuk bupati sesuai dengan kebutuhan dapat berbentuk Bupati Kepala Daerah
dengan kebutuhan dapat berbentuk Bupati Kepala Daerah Tingkat II atau Walikota.Hal ini dilakukan untuk mencegah
Tingkat II atau Walikota.Hal ini dilakukan untuk mencegah pemberian otonomi yang seluas-luasnya sebagaimanan yang
pemberian otonomi yang seluas-luasnya sebagaimanan yang diberikan Negara Liberial. Padahal dilain sisi desentralisasi ini
diberikan Negara Liberial. Padahal dilain sisi desentralisasi ini dimaksudkan untuk adanya pendemokrasian di daerah. Oleh
dimaksudkan untuk adanya pendemokrasian di daerah. Oleh karena itu, di daerah-daerah diadakan pula yang namanya
karena itu, di daerah-daerah diadakan pula yang namanya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) baik di provinsi maupun di
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) baik di provinsi maupun di kabupaten. Perwujudan laporan pertanggungjawaban bupati
kabupaten. Perwujudan laporan pertanggungjawaban bupati atau gubernur kepada DPRD masing masing, sebenarnya
atau gubernur kepada DPRD masing masing, sebenarnya adalah pula perwujudan demokrasi di daerah.
adalah pula perwujudan demokrasi di daerah. Satu hal yang senantiasa tidak bisa dipisahkan dengan
Satu hal yang senantiasa tidak bisa dipisahkan dengan desentralisasi, sebagaimana telah disinggung pada bagian
desentralisasi, sebagaimana telah disinggung pada bagian lain buku ini, seperti pula yang diurai pada berbagai literatur,
lain buku ini, seperti pula yang diurai pada berbagai literatur, adalah hubungan desentralisasi dengan otonomi daerah.
adalah hubungan desentralisasi dengan otonomi daerah. Suara Pembaharuan (2002) menggaris bawahi bahwa
Suara Pembaharuan (2002) menggaris bawahi bahwa Otonomi Daerah merupakan fenomena politik yang sangat
Otonomi Daerah merupakan fenomena politik yang sangat dibutuhkan dalam era globalisasi, demokratisasi, terlebih-lebih
dibutuhkan dalam era globalisasi, demokratisasi, terlebih-lebih menjelang era perdagangan bebas. Menjelang perdagangan
menjelang era perdagangan bebas. Menjelang perdagangan bebas yang akan dimulai pada tahun 2020, bangsa dan

51 51
negara kita membutuhkan manusia manusia bermental
pembangunan yang kreatif.
bebas yang akan dimulai pada tahun 2020, bangsa dan
Otonomi Daerah merupakan bagian dari sistem politik
negara kita membutuhkan manusia manusia bermental
yang senantiasa diharapkan dapat memberikan peluang bagi
pembangunan yang kreatif.
warga negara untuk lebih mampu mengembangkan daya
Otonomi Daerah merupakan bagian dari sistem politik
kreativitas . Dengan demikian, otonomi daerah merupakan
yang senantiasa diharapkan dapat memberikan peluang bagi
kebutuhan dalam era globalisasi tanpa otonomi daerah
warga negara untuk lebih mampu mengembangkan daya
msyarakat akan mengalami kesulitan menempatkan diri
kreativitas . Dengan demikian, otonomi daerah merupakan
sejajar dengan manusia lainnya di berbagai negara pada saat
kebutuhan dalam era globalisasi tanpa otonomi daerah
perdagangan bebas itu berlaku.
msyarakat akan mengalami kesulitan menempatkan diri
Pengertian otonomi secara umum yakni ada
sejajar dengan manusia lainnya di berbagai negara pada saat
kewenangan yang melekat pada suatu orgaisasi atau unit
perdagangan bebas itu berlaku.
organisasi, untuk mengembangkan fungsi-fungsi tertentu.
Pengertian otonomi secara umum yakni ada
Dalam konteks pemerintahan, otonomi biasanya dilihat dari
kewenangan yang melekat pada suatu orgaisasi atau unit
tiga dimensi. Pertama, otonomi negara dalam berhubungan
organisasi, untuk mengembangkan fungsi-fungsi tertentu.
dengan kekuatan-kekuatan yang ada didalam masyarakat
Dalam konteks pemerintahan, otonomi biasanya dilihat dari
(terutama masyarakat ekonomi dan partai politik). Kedua,
tiga dimensi. Pertama, otonomi negara dalam berhubungan
otonomi pemerintahan daerah dalam hubungan dengan
dengan kekuatan-kekuatan yang ada didalam masyarakat
pemerintahan pusat. Ketiga, otonomi unit-unit bawahan
(terutama masyarakat ekonomi dan partai politik). Kedua,
dalam organisasi pemerintahan dalam hubungan dengan unit
otonomi pemerintahan daerah dalam hubungan dengan
yng lebih tinggi. Dalam ketiga dimensi tersebut terkandung
pemerintahan pusat. Ketiga, otonomi unit-unit bawahan
suatu muatan nlai pokok, yaitu adanya keleluasan untuk
dalam organisasi pemerintahan dalam hubungan dengan unit
berprakarsa dan berkreasi , implikasi dari adanya otonomi
yng lebih tinggi. Dalam ketiga dimensi tersebut terkandung
daerah adalah tumbuhnya suasana kompetisi yang sehat untuk
suatu muatan nlai pokok, yaitu adanya keleluasan untuk
mengejar keajuan bersama.
berprakarsa dan berkreasi , implikasi dari adanya otonomi
Berdasarkan dari pemahaman ini kiranya jelas bahwa
daerah adalah tumbuhnya suasana kompetisi yang sehat untuk
jika pemberian otonomi daerah yang lebih besar kepada
mengejar keajuan bersama.
daerah akan diwujudkan, perlu pada saat yang sama disiapkan
Berdasarkan dari pemahaman ini kiranya jelas bahwa
program pengembangan sumber daya aparatur. Agar mereka
jika pemberian otonomi daerah yang lebih besar kepada
yang akan menerima tambahan kewenangan dan urusan yang
daerah akan diwujudkan, perlu pada saat yang sama disiapkan
lebih banyak itu, memeliki kemampuan yang cukup. Tanpa
program pengembangan sumber daya aparatur. Agar mereka
itu, akan terjadi kesenjangan anatara kewenangan yang ada
yang akan menerima tambahan kewenangan dan urusan yang
dan kemampuan yang memgembangkannya dalam upaya
lebih banyak itu, memeliki kemampuan yang cukup. Tanpa
mencapai tujuan akhir otonomi, yaitu kesejahteraan dan
itu, akan terjadi kesenjangan anatara kewenangan yang ada
kemajuan bersama .
dan kemampuan yang memgembangkannya dalam upaya
mencapai tujuan akhir otonomi, yaitu kesejahteraan dan

52 52
kemajuan bersama . Secara prinsipil, kewenangan otonomi yang diberikan
Secara prinsipil, kewenangan otonomi yang diberikan kepada sesuatu pemerintahan daerah, dimaksudkan
kepada sesuatu pemerintahan daerah, dimaksudkan untuk memaksimalkan penyelenggaraan fungsi-fungsi
untuk memaksimalkan penyelenggaraan fungsi-fungsi pokok pemerintahan yang mancakup peayanan (sevice),
pokok pemerintahan yang mancakup peayanan (sevice), pemberdayaan (empowerment) dan pembangunan (develop-
pemberdayaan (empowerment) dan pembangunan (develop- ment). Dalam fungsi pelayanan terkandung tujuan untuk
ment). Dalam fungsi pelayanan terkandung tujuan untuk menciptakan keadilan dalam masyarakat. Artinya bahwa
menciptakan keadilan dalam masyarakat. Artinya bahwa siapapun dalam masyarakat itu harus mendapatkan perlakuan
siapapun dalam masyarakat itu harus mendapatkan perlakuan yang sama, tidak memandang apakah dia kaya atau rakyat
yang sama, tidak memandang apakah dia kaya atau rakyat biasa, harus mendapatkan perlakuan yang sama. Dalam fungsi
biasa, harus mendapatkan perlakuan yang sama. Dalam fungsi pemberdayaan terkandung untuk menciptakan masyarakat
pemberdayaan terkandung untuk menciptakan masyarakat mandiri, dan dalam fungsi pembangunan terkandung tujuan
mandiri, dan dalam fungsi pembangunan terkandung tujuan untuk menciptakan kesejahteraan rakyat.
untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Otonomi Daerah, sebagaimanna yang telah diuraikan
Otonomi Daerah, sebagaimanna yang telah diuraikan pada penjelasan sebelumnya, bahwa desentralisasi adalah
pada penjelasan sebelumnya, bahwa desentralisasi adalah penyerahan sebagian urusan pemerintahan dari pemerintah
penyerahan sebagian urusan pemerintahan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk seterusnya menjadi
pusat kepada pemerintah daerah untuk seterusnya menjadi urusan rumah tangga daerah. Sebagai implementasi lalu
urusan rumah tangga daerah. Sebagai implementasi lalu diadakan otonomi daerah baik pada provinsi maupun
diadakan otonomi daerah baik pada provinsi maupun kabupaten. Otonomi Daerah itu sendiri berarti hak,
kabupaten. Otonomi Daerah itu sendiri berarti hak, wewenang,dan kewajiban suatu perintahan daerah untuk
wewenang,dan kewajiban suatu perintahan daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri. Fungsi
mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri. Fungsi mengatur diberikan pada aparat legislatif yaitu DPRD. Itulah
mengatur diberikan pada aparat legislatif yaitu DPRD. Itulah sebabnya DPRD pada masing masing daerah dapat membuat
sebabnya DPRD pada masing masing daerah dapat membuat Peraturan Daerah (Perda) masing masing ketentuan yang
Peraturan Daerah (Perda) masing masing ketentuan yang berlaku. Sedangkan fungi mengurus diserahkan kepada
berlaku. Sedangkan fungi mengurus diserahkan kepada eksekutif daerah yaitu Kepala Daerah dan Dinas Otonomnya.
eksekutif daerah yaitu Kepala Daerah dan Dinas Otonomnya.
2. Sistem Otonomi Daerah
2. Sistem Otonomi Daerah Deddy Supriady Bratakusumah,Ph.D dan Dadang
Deddy Supriady Bratakusumah,Ph.D dan Dadang Solihin,MA. (Agustus 2004) menguraikan mengenai sistem
Solihin,MA. (Agustus 2004) menguraikan mengenai sistem otonomi daerah secara detail, baik bentuk maupun fungsi
otonomi daerah secara detail, baik bentuk maupun fungsi dan hal hal mengenai strategi atau tujuannya. Hal hal tersebut
dan hal hal mengenai strategi atau tujuannya. Hal hal tersebut antara lain sebagai berikut:

53 53
a. Otonomi Formil
Pembagian wewenang, tugas dan tanggung jawab
antara lain sebagai berikut:
antara pusat dan daerah untuk mengatur dan mengurus
a. Otonomi Formil urusan pemerintahan tertentu tidak ditetapkan secara
Pembagian wewenang, tugas dan tanggung jawab rinci.Sehingga urusan pemerintah pusat dan daerah
antara pusat dan daerah untuk mengatur dan mengurus tidak di bedakan.Secara teoritik sistem ini memberikan
urusan pemerintahan tertentu tidak ditetapkan secara keleluasaan kepada daerah untuk mengatur dan
rinci.Sehingga urusan pemerintah pusat dan daerah mengurus urusan rumah tangganya sendiri.
tidak di bedakan.Secara teoritik sistem ini memberikan b. Otonomi Materil
keleluasaan kepada daerah untuk mengatur dan Dalam sistem rumah tangga materil ini ada pembagian
mengurus urusan rumah tangganya sendiri. wewenang, tugas dan tanggung jawab yang rinci antara
b. Otonomi Materil pusat dan daerah.Urusan pemerintahan yang masuk
Dalam sistem rumah tangga materil ini ada pembagian dalam sistem rumah tangga daerah diatur secara rinci.
wewenang, tugas dan tanggung jawab yang rinci antara Sistem ini berpangkal pada pemikiran bahwa urusan-
pusat dan daerah.Urusan pemerintahan yang masuk urusan pemerintahan itu dapat dipilah-pilah dalam
dalam sistem rumah tangga daerah diatur secara rinci. satuan pemerintahan.
Sistem ini berpangkal pada pemikiran bahwa urusan- c. Otonomi Riil
urusan pemerintahan itu dapat dipilah-pilah dalam Dalam sistem ini penyerahan urusan atau tugas dan
satuan pemerintahan. kewenangan daerah didasarkan pada faktor yang nyata
c. Otonomi Riil atau riil , sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
Dalam sistem ini penyerahan urusan atau tugas dan yang nyata dari daerah maupun pemerintah pusat serta
kewenangan daerah didasarkan pada faktor yang nyata pertumbuhan kehidupan masyarakat yang terjadi.
atau riil , sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
Eksistensi Pemerintahan Daerah telah menjadi media
yang nyata dari daerah maupun pemerintah pusat serta
pendidikan politik bagi masyarakat di tingkat lokal dan
pertumbuhan kehidupan masyarakat yang terjadi.
keberhasilan tersebut secara agregat akan menyumbang
Eksistensi Pemerintahan Daerah telah menjadi media kepada pendidikan politik secara nasional sebagai landasan
pendidikan politik bagi masyarakat di tingkat lokal dan untuk mempercepat terbentuknya masyarakat madani (civil
keberhasilan tersebut secara agregat akan menyumbang society).
kepada pendidikan politik secara nasional sebagai landasan Dalam kurun waktu kurang lebih 8 tahun diberla-
untuk mempercepat terbentuknya masyarakat madani (civil kukannya konsep otonomi daerah dan kurang lebih 10 tahun
society). reformasi digulirkan, perkembangan demokrasi sebagai akibat
Dalam kurun waktu kurang lebih 8 tahun diberla- dari kedua “tonggak sejarah” tersebut belum diimbangi dengan
kukannya konsep otonomi daerah dan kurang lebih 10 tahun pertumbuhan kesejahteraan yang menggembirakan. Hal ini
reformasi digulirkan, perkembangan demokrasi sebagai akibat menunjukan bahwa ada elemen-elemen dalam manajemen
dari kedua “tonggak sejarah” tersebut belum diimbangi dengan
pertumbuhan kesejahteraan yang menggembirakan. Hal ini

54 54
menunjukan bahwa ada elemen-elemen dalam manajemen pemerintahan daerah yang perlu mendapat perhatian dan
pemerintahan daerah yang perlu mendapat perhatian dan menjadi concern bagi pemerintah sejalan dengan tugas dan
menjadi concern bagi pemerintah sejalan dengan tugas dan fungsi yakni melakukan pembinaan dan fasilitasi.
fungsi yakni melakukan pembinaan dan fasilitasi. Sedikitnya terdapat 7 elemen dasar yang membangun
Sedikitnya terdapat 7 elemen dasar yang membangun entitas pemerintahan daerah, yaitu:
entitas pemerintahan daerah, yaitu: a. Urusan pemerintahan;
a. Urusan pemerintahan; b. Kelembagaan;
b. Kelembagaan; c. Personil
c. Personil d. Keuangan daerah,;
d. Keuangan daerah,; e. Perwakilan daerah;
e. Perwakilan daerah; f. Pelayanan publik; dan
f. Pelayanan publik; dan g. Pengawasan.
g. Pengawasan.
3. Grand Design Otonomi Daerah
3. Grand Design Otonomi Daerah Irfansiyakusa,2012 mengurai mengenai Grand Design
Irfansiyakusa,2012 mengurai mengenai Grand Design Otonomi Daerah dan mengemukakan maksud dan tujuannya
Otonomi Daerah dan mengemukakan maksud dan tujuannya yaitu agar Pemerintah Daerah mampu melaksankan
yaitu agar Pemerintah Daerah mampu melaksankan otonominya secara optimal yaitu sebagai instrumen demokrasi
otonominya secara optimal yaitu sebagai instrumen demokrasi dan instrumen untuk menciptakan kesejahteraan ditingkat
dan instrumen untuk menciptakan kesejahteraan ditingkat lokal. Sengaja dikemukakan di sini untuk menjadi bahan atau
lokal. Sengaja dikemukakan di sini untuk menjadi bahan atau acuan bagi efektivitas pelaksanaan atau penerapan otonomi
acuan bagi efektivitas pelaksanaan atau penerapan otonomi daerah sesuai skala, waktu dan kondisi setempat.
daerah sesuai skala, waktu dan kondisi setempat. Adapun mengenai cakupan area program/kegiatan
Adapun mengenai cakupan area program/kegiatan menurut Irfansiyakusa adalah penataan terhadap elemen-
menurut Irfansiyakusa adalah penataan terhadap elemen- elemen dasar yang membentuk Pemerintahan daerah, yaitu:
elemen dasar yang membentuk Pemerintahan daerah, yaitu: a. Penataan Urusan Pemerintahan (function)
a. Penataan Urusan Pemerintahan (function) b. Penataan kelembagaan (institution)
b. Penataan kelembagaan (institution) c. Penataan Personil (personel)
c. Penataan Personil (personel) d. Penataan Keuangan daerah (local finance)
d. Penataan Keuangan daerah (local finance) e. Penataan Perwakilan ( representation)
e. Penataan Perwakilan ( representation) f. Penataan Pelayanan Publik (public services)
f. Penataan Pelayanan Publik (public services) g. Penataan Pengawasan (control/supervision) .
g. Penataan Pengawasan (control/supervision) . Grand Design Otonomi adalah serangkaian kegiatan/

55 55
langkah-langkah yang terkait dengan pelaksanaan ketujuh
elemen dasar yang membentuk pemerintahan daerah
Grand Design Otonomi adalah serangkaian kegiatan/
bertujuan untuk:
langkah-langkah yang terkait dengan pelaksanaan ketujuh
elemen dasar yang membentuk pemerintahan daerah a. Menyusun rencana penataan urusan pemerintahan
bertujuan untuk: yang akan dilakukan oleh Pemerintahan Daerah;
b. Menyusun rencana penataan kelembagaan untuk
a. Menyusun rencana penataan urusan pemerintahan
mewadahi urusan pemerintahan;
yang akan dilakukan oleh Pemerintahan Daerah;
c. Menyusun rencana penataan kepegawaian daerah yang
b. Menyusun rencana penataan kelembagaan untuk
melaksanakan urusan pemerintahan daerah;
mewadahi urusan pemerintahan;
d. Menyusun rencana penataan keuangan daerah untuk
c. Menyusun rencana penataan kepegawaian daerah yang
membiyai urusan pemerintahan yang akan dilaksanakan
melaksanakan urusan pemerintahan daerah;
oleh Pemerinathan daerah;
d. Menyusun rencana penataan keuangan daerah untuk
e. Menyusun penataan hubungan kemitraan antara
membiyai urusan pemerintahan yang akan dilaksanakan
eksekutif dan legislatif daerah yang bertanggung jawab
oleh Pemerinathan daerah;
atas penyelenggaraan Pemerinathan Daerah
e. Menyusun penataan hubungan kemitraan antara
f. Menyusun rencana penataan pelayanan publik sebagai
eksekutif dan legislatif daerah yang bertanggung jawab
output atau hasil akhir yang dihasilkan oleh Pemerintah
atas penyelenggaraan Pemerinathan Daerah
daerah;
f. Menyusun rencana penataan pelayanan publik sebagai
g. Menyusun rencana penataan pembianaan dan
output atau hasil akhir yang dihasilkan oleh Pemerintah
pengawasan yang dilaksankan oleh Pemerintah Daerah.
daerah;
g. Menyusun rencana penataan pembianaan dan Penataan dilakukan secara sistemik, dengan langkah-
pengawasan yang dilaksankan oleh Pemerintah Daerah. langkah sebagai berikut:
Penataan dilakukan secara sistemik, dengan langkah- 1. Menyusun target ideal yang hendak dicapai dalam
langkah sebagai berikut: penataan setiap elemen dasar tersebut dalam koridor
peraturan perundang-undangan;
1. Menyusun target ideal yang hendak dicapai dalam
2. Memotret kondisi senyatanya dari setiap elemen dasar
penataan setiap elemen dasar tersebut dalam koridor
tersebut. Dalam identifikasi kondisi exiting tersebut akan
peraturan perundang-undangan;
nampak masalah-masalah apa yang terjadi dari setiap
2. Memotret kondisi senyatanya dari setiap elemen dasar
elemen dasar tersebut yang menjadi hambatan untuk
tersebut. Dalam identifikasi kondisi exiting tersebut akan
mencapai target yang ingin dicapai dalam penataannya
nampak masalah-masalah apa yang terjadi dari setiap
3. Mengidentifikasi gap yang ada antara target yang
elemen dasar tersebut yang menjadi hambatan untuk
ingin dicapai dalam penataan elemen dasar tersebut
mencapai target yang ingin dicapai dalam penataannya
dibandingkan dengan kondisi riil yang ada saat ini.
3. Mengidentifikasi gap yang ada antara target yang
ingin dicapai dalam penataan elemen dasar tersebut

56 56
dibandingkan dengan kondisi riil yang ada saat ini. 1) Penataan Urusan Pemerintahan (function)
1) Penataan Urusan Pemerintahan (function) Dalam koridor otonomi luas terdapat 31 sektor
pemerintahan yang merupakan urusan pemerintahan yang di-
Dalam koridor otonomi luas terdapat 31 sektor desentralisasikan ke daerah baik yang terkait dengan urusan
pemerintahan yang merupakan urusan pemerintahan yang di- yang bersifat wajib untuk menyelenggarakan pelayanan dasar
desentralisasikan ke daerah baik yang terkait dengan urusan maupun urusan yang bersifat pilihan untuk menyelengagrakan
yang bersifat wajib untuk menyelenggarakan pelayanan dasar pengembangan sektor unggulan.
maupun urusan yang bersifat pilihan untuk menyelengagrakan
pengembangan sektor unggulan. Rencana Kegiatan
a) Analisis Kebutuhan (need assessment) atas pelayanan
Rencana Kegiatan dasar dan sektor unggulan yang dibutuhkan masyarakat
a) Analisis Kebutuhan (need assessment) atas pelayanan di daerah.
dasar dan sektor unggulan yang dibutuhkan masyarakat b) Workshop Nasional.
di daerah. c) Membuat contoh Perda Analisis Kebutuhan.
b) Workshop Nasional. d) Evaluasi terhadap tingkat kemajuan terhadap pelak-
c) Membuat contoh Perda Analisis Kebutuhan. sanaan Grand Design Otonomi Daerah.
d) Evaluasi terhadap tingkat kemajuan terhadap pelak-
sanaan Grand Design Otonomi Daerah. Keluaran :
a) Hasil analisis akan menentukan pelayanan-pelayanan
Keluaran : publik apa saja yang menjadi prioritas daerah yang
a) Hasil analisis akan menentukan pelayanan-pelayanan bersangkutan (penentuan pelayanan dasar dapat
publik apa saja yang menjadi prioritas daerah yang dilakukan melalui survey langsung ke masyarakat)
bersangkutan (penentuan pelayanan dasar dapat b) Teridentifikasi pelayanan-pelayanan dasar mana saja
dilakukan melalui survey langsung ke masyarakat) yang dibutuhkan masyarakat.
b) Teridentifikasi pelayanan-pelayanan dasar mana saja c) Teridentifikasi urusan wajib mana saja yang menjadi
yang dibutuhkan masyarakat. prioritas daerah.
c) Teridentifikasi urusan wajib mana saja yang menjadi d) Teridentifikasi sektor unggulan (pilihan)
prioritas daerah. e) Teridentifikasi pelayanan dasar dan sektor unggulan
d) Teridentifikasi sektor unggulan (pilihan) (yang prioritas) yang dituangkan dalam Perda tentang
e) Teridentifikasi pelayanan dasar dan sektor unggulan Urusan Pemerintahan Daerah.
(yang prioritas) yang dituangkan dalam Perda tentang
Urusan Pemerintahan Daerah. Target yang ingin dicapai
a) Adanya kejelasan urusan pemerintahan yang didentra-
Target yang ingin dicapai lisasikan ke daerah;
a) Adanya kejelasan urusan pemerintahan yang didentra- b) Adanya pembagian urusan pemerintahan yang jelas dan
lisasikan ke daerah; tegas dalam setiap strata Pemerintahan: Pusat, Provinsi,
b) Adanya pembagian urusan pemerintahan yang jelas dan

57 57
Kabupaten/Kota;
c) Adanya hubungan yang jelas antar tingkatan strata
tegas dalam setiap strata Pemerintahan: Pusat, Provinsi,
pemerintahan dalam penyelenggaraan urusan pemerin-
Kabupaten/Kota;
tahan yang di desentralisasikan.
c) Adanya hubungan yang jelas antar tingkatan strata
pemerintahan dalam penyelenggaraan urusan pemerin-
2) Penataan kelembagaan (institution)
tahan yang di desentralisasikan.
Elemen dasar yang kedua dari Pemerintahan daerah
2) Penataan kelembagaan (institution) adalah kelembagaan.Urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah memerlukan kelembagaan yang
Elemen dasar yang kedua dari Pemerintahan daerah
mewadahinya. Dua kelembagaan tersebut adalah kelembagaan
adalah kelembagaan.Urusan pemerintahan yang menjadi
untuk pejabat politik (kepala daerah) dan DPRD dan
kewenangan daerah memerlukan kelembagaan yang
kelembagaan untuk pejabat karir yang terdiri dari perangkat
mewadahinya. Dua kelembagaan tersebut adalah kelembagaan
daerah (dinas, badan, kantor dan sekretariat, kecamatan,
untuk pejabat politik (kepala daerah) dan DPRD dan
kelurahan dll).
kelembagaan untuk pejabat karir yang terdiri dari perangkat
daerah (dinas, badan, kantor dan sekretariat, kecamatan, Rencana Kegiatan
kelurahan dll). a. Menyusun kelembagaan daerah berbasis pada urusan
pemerintahan yang diprioritaskan pelaksanaannya
Rencana Kegiatan
(urusan wajib dan pilihan).
a. Menyusun kelembagaan daerah berbasis pada urusan
b. Workshop Nasional Penyusunan mekanisme supervisi
pemerintahan yang diprioritaskan pelaksanaannya
dan fasilitasi kelembagaan dari Gubernur kepada
(urusan wajib dan pilihan).
Kabupaten/Kota dan Pusat kepada Provinsi
b. Workshop Nasional Penyusunan mekanisme supervisi
c. Workshop Nasional
dan fasilitasi kelembagaan dari Gubernur kepada
d. Evaluasi
Kabupaten/Kota dan Pusat kepada Provinsi
c. Workshop Nasional Keluaran:
d. Evaluasi a. Lembaga daerah yang dibentuk benar-benar untuk
mengakomodasi pelayanan dasar dan potensi unggulan
Keluaran:
yang dilaksanakan di daerah;
a. Lembaga daerah yang dibentuk benar-benar untuk
b. Tersusunnya mekanisme supervisi dan fasilitasi
mengakomodasi pelayanan dasar dan potensi unggulan
kelembagaan dari gubernur kepada Bupati/Kota dan
yang dilaksanakan di daerah;
Pusat kepada Provinsi.
b. Tersusunnya mekanisme supervisi dan fasilitasi
c. Terselenggarakannya beberapa kegiatan workshop
kelembagaan dari gubernur kepada Bupati/Kota dan
nasional
Pusat kepada Provinsi.
c. Terselenggarakannya beberapa kegiatan workshop
nasional

58 58
Target yang ingin dicapai Target yang ingin dicapai
a. Tersusunnya kelembagaan daerah yang tepat sesuai a. Tersusunnya kelembagaan daerah yang tepat sesuai
dengan urusan pemerintahan yang dilaksanakan; dengan urusan pemerintahan yang dilaksanakan;
b. Kelembagaan yang mampu mengakomodasikan b. Kelembagaan yang mampu mengakomodasikan
perubahan strategis yang terjadi; perubahan strategis yang terjadi;
c. Kelembagaan yang lebih berpotensi pada pelayanan c. Kelembagaan yang lebih berpotensi pada pelayanan
publik; publik;
d. Adanya kejelasan posisi dan hubungan antara jabatan d. Adanya kejelasan posisi dan hubungan antara jabatan
politis (KDH/DPRD) dengan jabatan karir (PNS) politis (KDH/DPRD) dengan jabatan karir (PNS)
3) Penataan Personil (personel) 3) Penataan Personil (personel)
Elemen dasar yang ketiga yang membentuk Pemerin- Elemen dasar yang ketiga yang membentuk Pemerin-
tahan Daerah adalah adnya personil yang menggerakan tahan Daerah adalah adnya personil yang menggerakan
kelembagaan daerah untuk menjalankan urusan pemerintahan kelembagaan daerah untuk menjalankan urusan pemerintahan
yang merupakan kewenangan otonomi yang menjadi domain yang merupakan kewenangan otonomi yang menjadi domain
daerah. daerah.
Rencana Kegiatan Rencana Kegiatan
a. Penyusunan PP Kepegawaian. a. Penyusunan PP Kepegawaian.
b. Workshop Nasional. b. Workshop Nasional.
c. Fasilitasi daerah agar mampu menyusun perencanaan c. Fasilitasi daerah agar mampu menyusun perencanaan
induk (manpower planing), perencanaan karir (career induk (manpower planing), perencanaan karir (career
planing) dan pengembangan karir (career development). planing) dan pengembangan karir (career development).
d. Penyusunan kebijakan tentang Standar Kompetensi, d. Penyusunan kebijakan tentang Standar Kompetensi,
Career Planning, Career Development dan Trainning, Career Planning, Career Development dan Trainning,
Sistem Penilaian dan Sistem Mutasi PNS Daerah serta Sistem Penilaian dan Sistem Mutasi PNS Daerah serta
sistem imbalan yang kompetitif. sistem imbalan yang kompetitif.
e. Workshop Nasional. e. Workshop Nasional.
f. Penyusunan strategi rasionalisasi PNS dikaitkan dengan f. Penyusunan strategi rasionalisasi PNS dikaitkan dengan
ratio PNS terhadap jumlah penduduk yang dilayani, ratio PNS terhadap jumlah penduduk yang dilayani,
termasuk strategi minus growth bagi daerah yang termasuk strategi minus growth bagi daerah yang
kelebihan PNS. kelebihan PNS.
g. Penyusunan strategi penyaluran PNS ke jabatan-jabatan g. Penyusunan strategi penyaluran PNS ke jabatan-jabatan
fungsional untuk mengurangi tekanan pada jabatan fungsional untuk mengurangi tekanan pada jabatan
structural. structural.

59 59
h. Penyusunan strategi netralisasi PNS dari patronasi dan
kooptasi politis dan pro profesionalisme.
h. Penyusunan strategi netralisasi PNS dari patronasi dan
i. Penyusunan strategi meningkatkan peran Sekda sebagai
kooptasi politis dan pro profesionalisme.
Top Career Service.
i. Penyusunan strategi meningkatkan peran Sekda sebagai
j. Penyusunan strategi supervisi dan fasilitasi kepegawaian
Top Career Service.
dari Pusat ke Provinsi dan Gubernur ke Kab/Kota.
j. Penyusunan strategi supervisi dan fasilitasi kepegawaian
k. Evaluasi kegiatan.
dari Pusat ke Provinsi dan Gubernur ke Kab/Kota.
k. Evaluasi kegiatan. Keluaran:
a. Teridentifikasi jumlah dan kualifikasi personel riil
Keluaran:
yang dibutuhkan.
a. Teridentifikasi jumlah dan kualifikasi personel riil
b. Pemda menetapkan Perda tentang Persyaratan untuk
yang dibutuhkan.
menduduki jabatan dalam Struktur Organisasi
b. Pemda menetapkan Perda tentang Persyaratan untuk
Pemerintahan Daerah.
menduduki jabatan dalam Struktur Organisasi
c. Teridentifikasi kompetensi yang dibutuhkan untuk
Pemerintahan Daerah.
suatu jabatan
c. Teridentifikasi kompetensi yang dibutuhkan untuk
d. Tersusunnya panduan perencanaan induk yang akan
suatu jabatan
memotivasi serta meningkatkan kreativitas dan daya
d. Tersusunnya panduan perencanaan induk yang akan
inovasi PNS.
memotivasi serta meningkatkan kreativitas dan daya
e. Teridentifikasi kompetensi apa yang perlu ditingkatkan
inovasi PNS.
melalui pelatihan.
e. Teridentifikasi kompetensi apa yang perlu ditingkatkan
f. Terselenggarakannya beberapa Workshop Nasional
melalui pelatihan.
f. Terselenggarakannya beberapa Workshop Nasional Target yang ingin dicapai
a. Pemda mempunyai personil dalam jumlah dan
Target yang ingin dicapai
kualifikasi yang sesuai dengan urusan pemerintahan
a. Pemda mempunyai personil dalam jumlah dan
yang dilaksnaakan.
kualifikasi yang sesuai dengan urusan pemerintahan
b. Tersusunnya standar kompetensi yang jelas untuk
yang dilaksnaakan.
menduduki suatu jabatan disamping pemenuhan
b. Tersusunnya standar kompetensi yang jelas untuk
persyaratan administratif.
menduduki suatu jabatan disamping pemenuhan
c. Tersusunnya manpower planning, career planning dan
persyaratan administratif.
career development yang jelas dikaitkan dengan visi dan
c. Tersusunnya manpower planning, career planning dan
misi yang ingin dicapai Pemda.
career development yang jelas dikaitkan dengan visi dan
d. Adanya kejelasan posisi dan peran sekda sebagai Top
misi yang ingin dicapai Pemda.
Career Service.
d. Adanya kejelasan posisi dan peran sekda sebagai Top
Career Service.

60 60
e. Tersusunnya mekanisme mutasi PNS baik horizontal e. Tersusunnya mekanisme mutasi PNS baik horizontal
maupun vertikal untuk mendukung peran PNS sebagai maupun vertikal untuk mendukung peran PNS sebagai
perekat nasional. perekat nasional.

4) Penataan Keuangan daerah ( local finance ) 4) Penataan Keuangan daerah ( local finance )
Elemen dasar keempat yang membentuk Pemerintahan Elemen dasar keempat yang membentuk Pemerintahan
Daerah adalah keuangan daerah. Keuangan daerah adalah Daerah adalah keuangan daerah. Keuangan daerah adalah
sebagai konsekuensi dari adanya urusan pemerintahan yang sebagai konsekuensi dari adanya urusan pemerintahan yang
diserahkan kepada Daerah (money follow function ) diserahkan kepada Daerah (money follow function )
Rencana Kegiatan Rencana Kegiatan
a. Penyusunan menyusun RPJMD dengan skala prioritas a. Penyusunan menyusun RPJMD dengan skala prioritas
yang jelas untuk menciptakan pelayanan publik dan yang jelas untuk menciptakan pelayanan publik dan
proses demokrasi. proses demokrasi.
b. Penyusunan strategi penjabaran RPJMD kedalam APBD b. Penyusunan strategi penjabaran RPJMD kedalam APBD
yang memuat skala prioritas daerah setiap tahunnya. yang memuat skala prioritas daerah setiap tahunnya.
c. Penyusunan strategi penyesuaian dana dekonsentrasi c. Penyusunan strategi penyesuaian dana dekonsentrasi
untuk pembiayaan urusan dekonsentrasi khususnya untuk pembiayaan urusan dekonsentrasi khususnya
untuk mendukung peran fasilitasi dari Gubernur sebagai untuk mendukung peran fasilitasi dari Gubernur sebagai
wakil Pusat. wakil Pusat.
d. Training peningkatan kemampuan keterampilan PNS d. Training peningkatan kemampuan keterampilan PNS
daerah yang menangani keuangan daerah terutama daerah yang menangani keuangan daerah terutama
dalam penyusunan anggaran, penghitungan aset dan dalam penyusunan anggaran, penghitungan aset dan
pemahaman terhadap akuntansi berbasis Standard pemahaman terhadap akuntansi berbasis Standard
Akuntansi Pemerintahan (SAP). Akuntansi Pemerintahan (SAP).
e. Evaluasi kegiatan. e. Evaluasi kegiatan.
Keluaran: Keluaran:
PNS yang mempunyai kemampuan dalam hal PNS yang mempunyai kemampuan dalam hal
menangani keuangan daerah yang berbasis SAP baik dalam menangani keuangan daerah yang berbasis SAP baik dalam
melakukan penyusunan anggaran kinerja maupun dalam melakukan penyusunan anggaran kinerja maupun dalam
menyusun laporan keuangan daerah. menyusun laporan keuangan daerah.
Target yang ingin dicapai Target yang ingin dicapai
a. Pemda mempunyai sumber-sumber keuangan yang a. Pemda mempunyai sumber-sumber keuangan yang
memadai untuk membiayai urusan pemerintahan yang memadai untuk membiayai urusan pemerintahan yang
dilaksanakan. dilaksanakan.

61 61
b. Pemda mampu mengelola keuangan daerah;
penerimaan, pengeleuaran dan pembiayaan secara
b. Pemda mampu mengelola keuangan daerah;
fektif, efisien, dan akuntabel dengan berbasis kinerja.
penerimaan, pengeleuaran dan pembiayaan secara
c. Pemda dapat mengurangi overhead cost dan
fektif, efisien, dan akuntabel dengan berbasis kinerja.
mengalokasikan lebih banyak untuk pelayanan publik.
c. Pemda dapat mengurangi overhead cost dan
d. Sinerji dana dekonsentrasi dengan dana APBD.
mengalokasikan lebih banyak untuk pelayanan publik.
d. Sinerji dana dekonsentrasi dengan dana APBD.
5) Penataan Perwakilan Daerah ( representation)
Elemen dasar kelima yang membentuk Pemerintahan
5) Penataan Perwakilan Daerah ( representation)
Daerah adalah perwakilan daerah.Dalam elemen ini
Elemen dasar kelima yang membentuk Pemerintahan
mengandung berbagai dimensi yang bersinggungan dengan
Daerah adalah perwakilan daerah.Dalam elemen ini
hak-hak dan kewajiban masyarakat.Termasuk didalamnya
mengandung berbagai dimensi yang bersinggungan dengan
adalah bagaimana hubungan DPRD dengan Kepala Daerah;
hak-hak dan kewajiban masyarakat.Termasuk didalamnya
bagaimana hubungan keduanya dengan masyarakat yang
adalah bagaimana hubungan DPRD dengan Kepala Daerah;
memberikan mandat kepada mereka dalam upaya artikulasi
bagaimana hubungan keduanya dengan masyarakat yang
dan agregasi kepentingan, dll.
memberikan mandat kepada mereka dalam upaya artikulasi
dan agregasi kepentingan, dll. Rencana Kegiatan
a. Penyusunan strategi peningkatan kemampuan DPRD
Rencana Kegiatan
dan KDH dalam memahami peraturan perundang-
a. Penyusunan strategi peningkatan kemampuan DPRD
undnagan terkait OTDA.
dan KDH dalam memahami peraturan perundang-
b. Training/workshop peraturan perundang-undangan
undnagan terkait OTDA.
yang terkait dengan otonomi daerah atau sistem
b. Training/workshop peraturan perundang-undangan
pemerintahan bagi anggota DPRD.
yang terkait dengan otonomi daerah atau sistem
c. Penyusunan strategi peningkatan peran DPRD dalam
pemerintahan bagi anggota DPRD.
melaksanakan fungsi legislasi, kontrol dan anggaran.
c. Penyusunan strategi peningkatan peran DPRD dalam
d. Penyusunan panduan penerapan hak interpelasi dan
melaksanakan fungsi legislasi, kontrol dan anggaran.
hak angket bagi anggota DPRD.
d. Penyusunan panduan penerapan hak interpelasi dan
e. Penyusunan strategi peningkatan hubungan DPRD
hak angket bagi anggota DPRD.
dengan konstituen.
e. Penyusunan strategi peningkatan hubungan DPRD
f. Penyusunan strategi peningkatan hubungan DPRD
dengan konstituen.
dengan KDH untuk menciptakan checks and balances
f. Penyusunan strategi peningkatan hubungan DPRD
dan dalam membangun civil society.
dengan KDH untuk menciptakan checks and balances
g. Penyusunan strategi KDH dalam mengembangkan
dan dalam membangun civil society.
perekonomian daerah.
g. Penyusunan strategi KDH dalam mengembangkan
perekonomian daerah.

62 62
h. Penyusunan strategi peningkatan peran KDH dalam h. Penyusunan strategi peningkatan peran KDH dalam
menjalankan fungsi eksekutif. menjalankan fungsi eksekutif.
i. Penyusunan evaluasi Pilkada berdasarkan inventarisasi i. Penyusunan evaluasi Pilkada berdasarkan inventarisasi
permasalahan yang muncul selama Pilkada. permasalahan yang muncul selama Pilkada.
j. Workshop Hasil evaluasi Pilkada. j. Workshop Hasil evaluasi Pilkada.
k.Fasilitasi hubungan KDH dan DPRD (pejabat politik) k.Fasilitasi hubungan KDH dan DPRD (pejabat politik)
dengan PNS (pejabat karir). dengan PNS (pejabat karir).
l. Evaluasi kegiatan. l. Evaluasi kegiatan.
Keluaran: Keluaran:
a. Tersusunnya strategi peningkatan kemampuan DPRD a. Tersusunnya strategi peningkatan kemampuan DPRD
dan KDH dalam memahami peraturan perundangan dan KDH dalam memahami peraturan perundangan
terkait OTDA. terkait OTDA.
b. Terselenggaranya workshop terhadap peraturan b. Terselenggaranya workshop terhadap peraturan
perundangan terkait OTD. perundangan terkait OTD.
c. Tersusunnya strategi peningkatan peran DPRD dalam c. Tersusunnya strategi peningkatan peran DPRD dalam
melaksanakan fungsi legislasi, kontrol dan anggaran. melaksanakan fungsi legislasi, kontrol dan anggaran.
d. Tersusunnya buku panduan konsultasi publik. d. Tersusunnya buku panduan konsultasi publik.
e. Tersusunnya strategi peningkatan peran-peran KDH e. Tersusunnya strategi peningkatan peran-peran KDH
dalam menjalankan fungsi eksekutif. dalam menjalankan fungsi eksekutif.
f. Tersusunnya strategi peningkatan hubungan DPRD f. Tersusunnya strategi peningkatan hubungan DPRD
dengan KDH untuk menciptakan checks and balances. dengan KDH untuk menciptakan checks and balances.
g. Tersusunnya strategi KDH dalam mengembangkan g. Tersusunnya strategi KDH dalam mengembangkan
perekonomian daerah. perekonomian daerah.
h. Hasil evaluasi Pilkada. h. Hasil evaluasi Pilkada.
i. Terfasilitasinya hubungan KDH dan DPRD. i. Terfasilitasinya hubungan KDH dan DPRD.
j. Hasil evaluasi seluruh kegiatan. j. Hasil evaluasi seluruh kegiatan.
Target yang ingin dicapai Target yang ingin dicapai
a. Pemda mampu mempunyai DPRD dan Kepala a. Pemda mampu mempunyai DPRD dan Kepala
Daerah yang kompetitif dengan hubungan Daerah yang kompetitif dengan hubungan
checks and balances yang optimal. checks and balances yang optimal.
b. Pemda mampu menjadi instrumen pendidikan politik b. Pemda mampu menjadi instrumen pendidikan politik
untuk mendukung proses demokratisasi ditingkat lokal. untuk mendukung proses demokratisasi ditingkat lokal.
c. Terciptanya proses Pilkada yang luber dan jujur. c. Terciptanya proses Pilkada yang luber dan jujur.

63 63
d. Terciptanya civil society melalui penguatan asosiasi,
organisasi profesi, dan LSM.
d. Terciptanya civil society melalui penguatan asosiasi,
organisasi profesi, dan LSM.
6) Penataan Pelayanan Publik (public services)
Elemen dasar keenam yang membentuk Pemerintahan
6) Penataan Pelayanan Publik (public services)
daerah adalah pelayanan publik.Isu yang paling dominan
Elemen dasar keenam yang membentuk Pemerintahan
dalam konteks pelayanan publik tersebut adalah bagaimana
daerah adalah pelayanan publik.Isu yang paling dominan
kualitas dan kuantitas pelayanan publik yang dihasilkan Pemda
dalam konteks pelayanan publik tersebut adalah bagaimana
dalam rangka mensejahterakan masyarakat lokal. Prinsip-
kualitas dan kuantitas pelayanan publik yang dihasilkan Pemda
prinsip standard pelayanan minimal dan pengembangan
dalam rangka mensejahterakan masyarakat lokal. Prinsip-
pelayanan prima serta akuntabilitas akan menjadi isu utama
prinsip standard pelayanan minimal dan pengembangan
dalam peyanan publik tersebut.
pelayanan prima serta akuntabilitas akan menjadi isu utama
dalam peyanan publik tersebut. Rencana Kegiatan
a. Melakukan evaluasi terhadap pelayanan publik kepada
Rencana Kegiatan
masyarakat
a. Melakukan evaluasi terhadap pelayanan publik kepada
b. Workshop hasil evaluasi.
masyarakat
c. Identifikasi best practices dan desiminasi kepada daerah
b. Workshop hasil evaluasi.
lainnya.
c. Identifikasi best practices dan desiminasi kepada daerah
d. Menyusun strategi road shows untuk pemasran potensi
lainnya.
unggulan yang terintegrasi dengan pusat.
d. Menyusun strategi road shows untuk pemasran potensi
e. Menyusun sistem informasi potensi unggulan daerah.
unggulan yang terintegrasi dengan pusat.
f. Menyusun sistem informasi pelayanan publik yang
e. Menyusun sistem informasi potensi unggulan daerah.
terintegrasi dengan dengan Pusat.
f. Menyusun sistem informasi pelayanan publik yang
g. Menyusun kebijakan reward and punishment bagi
terintegrasi dengan dengan Pusat.
Pemda dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik.
g. Menyusun kebijakan reward and punishment bagi
h. Workshop Kabijakan reward and punishment.
Pemda dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik.
i. Menyusun strategi memberdayakan Pemda agar
h. Workshop Kabijakan reward and punishment.
mampu menghasilkan kebijakan daerah yang kondusif
i. Menyusun strategi memberdayakan Pemda agar
untuk investasi, seperti pelayanan satu atap, kemudahan
mampu menghasilkan kebijakan daerah yang kondusif
perijinan, insentif fiskal daerah atau non fiskal untuk
untuk investasi, seperti pelayanan satu atap, kemudahan
investasi.
perijinan, insentif fiskal daerah atau non fiskal untuk
j. Menyusun strategi agar daerah dapat mengembangkan
investasi.
pelayanan satu atap dan menyediakan pelayanan prima
j. Menyusun strategi agar daerah dapat mengembangkan
kepada masyarakat.
pelayanan satu atap dan menyediakan pelayanan prima
kepada masyarakat.

64 64
k. Pendampingan dalam hal penyusunan renstra atau k. Pendampingan dalam hal penyusunan renstra atau
RPJMD penyediaan pelayanan dasar. RPJMD penyediaan pelayanan dasar.
l. Workshop penyusunan renstra atau RPJMD (di daerah). l. Workshop penyusunan renstra atau RPJMD (di daerah).
m. Evaluasi kegiatan. m. Evaluasi kegiatan.
Keluaran: Keluaran:
a. Hasil evaluasi pelayanan publik kepada masyarakat. a. Hasil evaluasi pelayanan publik kepada masyarakat.
b. Hasil evaluasi dapat menjadi bahan masukan untuk b. Hasil evaluasi dapat menjadi bahan masukan untuk
pemberdayaan daerah (capacity building) dalam pemberdayaan daerah (capacity building) dalam
penyediaan pelayanan public. penyediaan pelayanan public.
c. Teridentifikasinya best practices dan desiminasi kepada c. Teridentifikasinya best practices dan desiminasi kepada
daerah lainnya. daerah lainnya.
d. tersusunnya road shows untuk pemasaran poteni d. tersusunnya road shows untuk pemasaran poteni
unggulan daerah. unggulan daerah.
e. Tersusunnya sistem informasi potensi unggulan daerah. e. Tersusunnya sistem informasi potensi unggulan daerah.
f. Tersusunnya sistem informasi pelayanan publik yang f. Tersusunnya sistem informasi pelayanan publik yang
terintegarasi dengan pusat. terintegarasi dengan pusat.
g. Tersusunnya kebijakan reward and punishment bagi g. Tersusunnya kebijakan reward and punishment bagi
Pemda dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik. Pemda dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik.
h. Terselenggaranya workshop kebijakan reward and h. Terselenggaranya workshop kebijakan reward and
punishment bagi Pemda dalam meningkatkan kualitas punishment bagi Pemda dalam meningkatkan kualitas
pelayanan publik. pelayanan publik.
i. Tersusunnya Renstra atau RPJMD penyediaan pela- i. Tersusunnya Renstra atau RPJMD penyediaan pela-
yanan dasar yang dituangkan dalam skala prioritas yanan dasar yang dituangkan dalam skala prioritas
dalam APBD. dalam APBD.
j. Tersusunnya strategi pelayanan satu atap. j. Tersusunnya strategi pelayanan satu atap.
k. Terlaksananya workshop hasil pendampingan penyusu- k. Terlaksananya workshop hasil pendampingan penyusu-
nan Renstra/RPJMD. nan Renstra/RPJMD.
l. Hasil evaluasi seluruh kegiatan. l. Hasil evaluasi seluruh kegiatan.
Target yang ingin dicapai Target yang ingin dicapai
a. Pemda mampu menyediakan pelayanan publik; a. Pemda mampu menyediakan pelayanan publik;
pelayanan dasar dan pengembangan sektor unggulan pelayanan dasar dan pengembangan sektor unggulan
secara efektif, efisien, ekonomis dan akuntabel. secara efektif, efisien, ekonomis dan akuntabel.
b. Pemda mampu merangsang masuknya investasi ke b. Pemda mampu merangsang masuknya investasi ke
daerah. daerah.

65 65
c. Pemda mampu menggalakan kemitraan antara Pemda
dan swasta dalam penyediaan pelayanan publik.
c. Pemda mampu menggalakan kemitraan antara Pemda
d. Pemda mampu mengukur dan meningkatkan kinerja
dan swasta dalam penyediaan pelayanan publik.
pelayanan publik.
d. Pemda mampu mengukur dan meningkatkan kinerja
e. Pemda mampu mengembangkan inovasi dan kreativitas
pelayanan publik.
penyediaan pelayanan publik secara lebih cepat, lebih
e. Pemda mampu mengembangkan inovasi dan kreativitas
murah, dan lebih berkualitas.
penyediaan pelayanan publik secara lebih cepat, lebih
murah, dan lebih berkualitas.
7) Penataan Pengawasan (control/supervision)
7) Penataan Pengawasan (control/supervision) Elemen dasar ketujuh yang membentuk Pemerintahan
Daerah adalah pengawasan. Elemen pengawasan mempunyai
Elemen dasar ketujuh yang membentuk Pemerintahan
posisi strategis untuk menghasilkan pemerintahan yang
Daerah adalah pengawasan. Elemen pengawasan mempunyai
bersih.
posisi strategis untuk menghasilkan pemerintahan yang
bersih. Rencana Kegiatan
a. Menyusun strategi integrasi pengawan internal; Itjen,
Rencana Kegiatan
Bawasda dan BPKP;
a. Menyusun strategi integrasi pengawan internal; Itjen,
b. Menyusun penerapan sanksi yang tegas terhadap
Bawasda dan BPKP;
pelanggaran peraturan perundangan yang dilakukan di
b. Menyusun penerapan sanksi yang tegas terhadap
daerah;
pelanggaran peraturan perundangan yang dilakukan di
c. Menyusun mekanisme binwas umum yang dilakukan
daerah;
Depdagri dengan tehnis;
c. Menyusun mekanisme binwas umum yang dilakukan
d. Menyusun strategi meningkatkan supervisi Gubernur
Depdagri dengan tehnis;
terhadap Kabupaten/Kota;
d. Menyusun strategi meningkatkan supervisi Gubernur
e. Menyusun strategi meningkatkan supervisi dari Camat
terhadap Kabupaten/Kota;
kepada desa dan Kelurahan;
e. Menyusun strategi meningkatkan supervisi dari Camat
f. Menyusun strategi peningkatan social control;
kepada desa dan Kelurahan;
g. Menyusun strategi meningkatkan peran kontrol dari
f. Menyusun strategi peningkatan social control;
DPR
g. Menyusun strategi meningkatkan peran kontrol dari
h. Pelatihan bagi pejabat-pejabat pengawas di Bawasda
DPR
i. Penyusunan Modul/panduan bagi pengawas di Bawasda
h. Pelatihan bagi pejabat-pejabat pengawas di Bawasda
j. Training kebijakan-kebijakan terkait dengan pengawasan
i. Penyusunan Modul/panduan bagi pengawas di Bawasda
k. Evaluasi kegiatan
j. Training kebijakan-kebijakan terkait dengan pengawasan
k. Evaluasi kegiatan

66 66
Keluaran Keluaran
a. Tersusunnya strategi integrasi pengawasan internal; a. Tersusunnya strategi integrasi pengawasan internal;
Itjen, Bawasda dan BPKP. Itjen, Bawasda dan BPKP.
b. Tersusunnya penerapan sanksi terhadap pelanggaran b. Tersusunnya penerapan sanksi terhadap pelanggaran
peraturan perundangan yang dilakukan di daerah. peraturan perundangan yang dilakukan di daerah.
c. Tersusunnya mekanisme Binwas umum yang dilakukan c. Tersusunnya mekanisme Binwas umum yang dilakukan
Depdagri dengan Binwas teknis. Depdagri dengan Binwas teknis.
d. Tersusunnya strategi meningkatkan supervisi Gubernur d. Tersusunnya strategi meningkatkan supervisi Gubernur
terhadap Kab/Kota. terhadap Kab/Kota.
e. Tersusunnya strategi meningkatkan supervisi dari e. Tersusunnya strategi meningkatkan supervisi dari
camat kepada Desa dan Kelurahan. camat kepada Desa dan Kelurahan.
f. Tersusunnya strategi peningaktan social control. f. Tersusunnya strategi peningaktan social control.
g. Tersusunnya strategi meningkatkan peran kontrol dari g. Tersusunnya strategi meningkatkan peran kontrol dari
DPRD. DPRD.
Target yang ingin dicapai Target yang ingin dicapai
a. Terciptanya pengawasan terhadap Pemda yang efektif, a. Terciptanya pengawasan terhadap Pemda yang efektif,
efisien dan akuntabel. efisien dan akuntabel.
b. Adanya sinerji antara penagwasan eksternal (BPK) b. Adanya sinerji antara penagwasan eksternal (BPK)
dengan pengawasan internal (BPKP, Itjen, Bawasda). dengan pengawasan internal (BPKP, Itjen, Bawasda).
c. Terciptanya pengawasan sosial yang efektif dan efisien c. Terciptanya pengawasan sosial yang efektif dan efisien
dari masyarakat. dari masyarakat.
d. Peningkatan peran suvervisi dari Gubernur kepada d. Peningkatan peran suvervisi dari Gubernur kepada
Kabupaten/kota dan dari Pemerintah Pusat terhadap Kabupaten/kota dan dari Pemerintah Pusat terhadap
Provinsi. Provinsi.
e. Peningkatan Peran Camat dalam pembinaan dan e. Peningkatan Peran Camat dalam pembinaan dan
pengawasan terhadap desa dan kelurahan. pengawasan terhadap desa dan kelurahan.

67 67
IV. DEKONSENTRASI DAN
IV. DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN
TUGAS PEMBANTUAN

S ebagaimana telah dibahas pada bagian terdahulu, Negara

S
Kesatuan Republik Indonesia dalam penyelenggaraan
ebagaimana telah dibahas pada bagian terdahulu, Negara
pemerintahannya menganut asas desentralisasi, dekonsentrasi,
Kesatuan Republik Indonesia dalam penyelenggaraan
dan tugas pembantuan. Dekonsentrasi dan tugas pembantuan
pemerintahannya menganut asas desentralisasi, dekonsentrasi,
diselenggarakan karena tidak semua wewenang dan tugas
dan tugas pembantuan. Dekonsentrasi dan tugas pembantuan
pemerintahan dapat dilakukan dengan rnenggunakan
diselenggarakan karena tidak semua wewenang dan tugas
asas desentralisasi. Disamping itu, para ahli menilai, tidak
pemerintahan dapat dilakukan dengan rnenggunakan
semua wewenang pemerintah dapat didesentralisasikan
asas desentralisasi. Disamping itu, para ahli menilai, tidak
dan diotonomkan sekalipun kepada daerah. Ini merupakan
semua wewenang pemerintah dapat didesentralisasikan
konsekwensi bagi negara kesatuan. Desentralisasi juga
dan diotonomkan sekalipun kepada daerah. Ini merupakan
mengalami kendala dalam pelaksanaan bila dimaknai secara
konsekwensi bagi negara kesatuan. Desentralisasi juga
rigit. Itulah sebabnya sehingga pelaksanaan desentralisasi,
mengalami kendala dalam pelaksanaan bila dimaknai secara
khususnya di Indonesia tidak dapat dimaknai secara
rigit. Itulah sebabnya sehingga pelaksanaan desentralisasi,
kaku. Menyadari hal tersebut dan untuk menghindari
khususnya di Indonesia tidak dapat dimaknai secara
multi intrepretasi, maka penyelenggaraan desentralisasi
kaku. Menyadari hal tersebut dan untuk menghindari
pemerintahan dilakukan secara simultan dengan asas lainnya,
multi intrepretasi, maka penyelenggaraan desentralisasi
dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
pemerintahan dilakukan secara simultan dengan asas lainnya,
Sarundajang dalam Marbun (2005) mengklassifikasi
dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
urusan urusan pelayanan yang bersentuhan antara pemerintah
Sarundajang dalam Marbun (2005) mengklassifikasi
pusat dan daerah dalam empat bentuk operasional, yaitu:
urusan urusan pelayanan yang bersentuhan antara pemerintah
pusat dan daerah dalam empat bentuk operasional, yaitu: 1. Comprehensive Local Government Sistem, dalam hal ini
aparat daerah melakukan fungsi-fungsi yang diserahkan
1. Comprehensive Local Government Sistem, dalam hal ini
oleh pemerintah pusat. Kesempatan berprakarsa atau
aparat daerah melakukan fungsi-fungsi yang diserahkan
berinisiatif untuk melakukan pengawasan atas semua
oleh pemerintah pusat. Kesempatan berprakarsa atau
bagian terbuka bagi aparat daerah maupun bagi aparat
berinisiatif untuk melakukan pengawasan atas semua
pusat;
bagian terbuka bagi aparat daerah maupun bagi aparat
2. Partnersip Sistem, beberapa jenis pelayanan dilaksanakan
pusat;
langsung oleh aparat pusat dan beberapa jenis yang
2. Partnersip Sistem, beberapa jenis pelayanan dilaksanakan
lain pula dilakukan oleh aparat daerah. Aparat daerah
langsung oleh aparat pusat dan beberapa jenis yang
melakukan beberapa fungsi dengan beberapa kebebasan
lain pula dilakukan oleh aparat daerah. Aparat daerah
melakukan beberapa fungsi dengan beberapa kebebasan

68 68
tertentu pula. Beberapa kegiatan lain dilakukan juga oleh tertentu pula. Beberapa kegiatan lain dilakukan juga oleh
aparat daerah tetapi atas nama aparat pusat atau dibawah aparat daerah tetapi atas nama aparat pusat atau dibawah
bimbinganteknik aparat pusat; bimbinganteknik aparat pusat;
3. Dual Sistem, aparat pusat melaksanakan pelayanan 3. Dual Sistem, aparat pusat melaksanakan pelayanan
teknis secara langsung demikian juga aparat daerah. teknis secara langsung demikian juga aparat daerah.
Apa yang dilakukan aparat daerah tidak boleh keluar Apa yang dilakukan aparat daerah tidak boleh keluar
dari apa yang telah digariskan menjadi urusannya; dan dari apa yang telah digariskan menjadi urusannya; dan
4. Integrated Administrative Sistem,aparat pusat melakukan 4. Integrated Administrative Sistem,aparat pusat melakukan
pelayanan teknis secara langsung di bawah pengawasan pelayanan teknis secara langsung di bawah pengawasan
seorang pejabat coordinator. Aparat daerah hanya seorang pejabat coordinator. Aparat daerah hanya
punya kewenangan kecil dalam malakukan kegiatan punya kewenangan kecil dalam malakukan kegiatan
pemerintahan. pemerintahan.
Cheema dan Rondinelli bahkan menempatkan Cheema dan Rondinelli bahkan menempatkan
dekonsentrasi sebagai bagian dari desentralisasi ketika dekonsentrasi sebagai bagian dari desentralisasi ketika
mengklassifikasi desentralisasi tersebut atas empat (Lihat mengklassifikasi desentralisasi tersebut atas empat (Lihat
Syamsuddin Haris, 2005), yaitu: Syamsuddin Haris, 2005), yaitu:
1. Deconcentration, merupakan pembagian kewenangan 1. Deconcentration, merupakan pembagian kewenangan
dan tanggung jawab administrative antara departemen dan tanggung jawab administrative antara departemen
pusat dengan pejabat pusat di lapangan. pusat dengan pejabat pusat di lapangan.
2. Delegation to semi – autonomous, merupakan suatu 2. Delegation to semi – autonomous, merupakan suatu
pelimpahan pengambilan suatu keputusan dan pelimpahan pengambilan suatu keputusan dan
kewenangan manajerial untuk melakukan tugas-tugas kewenangan manajerial untuk melakukan tugas-tugas
khusus kepada suatu organisasi yang tidak secara khusus kepada suatu organisasi yang tidak secara
langsung berada di bawah pengawasan pemerintah langsung berada di bawah pengawasan pemerintah
pusat. Organisasi diberikan kewenangan semi pusat. Organisasi diberikan kewenangan semi
independen untuk melaksanakan fungsi dan tanggung independen untuk melaksanakan fungsi dan tanggung
jawabnya, yang kadang di luar ketentuan yang diatur jawabnya, yang kadang di luar ketentuan yang diatur
pemerintah, karena bersifat lebih komersial dan pemerintah, karena bersifat lebih komersial dan
mengutamakan efisiensi daripada prosedur birokratis mengutamakan efisiensi daripada prosedur birokratis
dan politis, seperti yang dilakukan oleh badan usaha dan politis, seperti yang dilakukan oleh badan usaha
publik yang melaksanakan proyek tertentu. publik yang melaksanakan proyek tertentu.
3. Devolution, yaitu pemerintah pusat membentuk unit- 3. Devolution, yaitu pemerintah pusat membentuk unit-
unit pemerintahan di luar pemerintah pusat dengan unit pemerintahan di luar pemerintah pusat dengan
menyerahkan sebagian fungsi-fungsi tertentu untuk menyerahkan sebagian fungsi-fungsi tertentu untuk

69 69
melaksanakan secara mandiri dalam bentuk:
melaksanakan secara mandiri dalam bentuk: Pertama, Unit pemerintahan setempat bersifat otonom,
Pertama, Unit pemerintahan setempat bersifat otonom, mandiri, dan secara tegas terpisah dari tingkat-tingkat
mandiri, dan secara tegas terpisah dari tingkat-tingkat pemerintahan. Pemerintah pusat tidak melakukan
pemerintahan. Pemerintah pusat tidak melakukan pengawasan langsung terhadapnya.
pengawasan langsung terhadapnya. Kedua, unit pemerintahna tersebut diakui mempunyai
Kedua, unit pemerintahna tersebut diakui mempunyai batas-batas wilayah yang jelas dan legal, yang
batas-batas wilayah yang jelas dan legal, yang mempunyai wewenang untuk melakukan tugas-tugas
mempunyai wewenang untuk melakukan tugas-tugas umum- pemerintahan.
umum- pemerintahan. Ketiga, unit pemerintahan daerah berstatus sebagai
Ketiga, unit pemerintahan daerah berstatus sebagai badan hukum dan berwenang untuk mengelola dan
badan hukum dan berwenang untuk mengelola dan memanfaatkan sumber-sumber daya untuk mendukung
memanfaatkan sumber-sumber daya untuk mendukung pelaksanaan tugasnya.
pelaksanaan tugasnya. Keempat, unit pemerintah daerah diakui oleh warganya
Keempat, unit pemerintah daerah diakui oleh warganya sebagai suatu lembaga yang akan memberikan pelayanan
sebagai suatu lembaga yang akan memberikan pelayanan kepada masyarakat, memenuhi kebutuhan mereka.
kepada masyarakat, memenuhi kebutuhan mereka. Oleh karena itu, pemerintah daerah ini mempunyai
Oleh karena itu, pemerintah daerah ini mempunyai pengaruh dan kewibawaan terhadap warganya. Kelima,
pengaruh dan kewibawaan terhadap warganya. Kelima, terdapat hubunganyang saling menguntungkan melalui
terdapat hubunganyang saling menguntungkan melalui koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah
koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta unit-unit organisasi lainnya dalam suatu
daerah serta unit-unit organisasi lainnya dalam suatu sistem pemerintahan.
sistem pemerintahan. 4. Transfer of function from government to nongovernmental
4. Transfer of function from government to nongovernmental organizations atau privatisasi, suatu tindakan pemberian
organizations atau privatisasi, suatu tindakan pemberian kewenangan dari pemerintah kepada badan-badan
kewenangan dari pemerintah kepada badan-badan sukarela, swasta dan swadaya masyarakat, atau dapat
sukarela, swasta dan swadaya masyarakat, atau dapat pula merupakan peleburan badan pemerintah menjadi
pula merupakan peleburan badan pemerintah menjadi badan swasta.
badan swasta. Tresna (dalam Manan,1994) bahkan secara tegas
Tresna (dalam Manan,1994) bahkan secara tegas menggolongkan desentralisasi menjadi dua yaitu:
menggolongkan desentralisasi menjadi dua yaitu: 1. Ambtelijke decentralisatie atau deconsentratie; dan
1. Ambtelijke decentralisatie atau deconsentratie; dan 2. Staatskundige decentralisatie.
2. Staatskundige decentralisatie.

70 70
Staatskundige decentralisatie tidak lain adalah desentra- Staatskundige decentralisatie tidak lain adalah desentra-
lisasi ketatanegaraan yang dibedakan menjadi territorial lisasi ketatanegaraan yang dibedakan menjadi territorial
decentralisatie dan functionale decentralisatie (Desentralisasi decentralisatie dan functionale decentralisatie (Desentralisasi
territorial dan Desentralisasi fungsional).Dalam hal ini territorial dan Desentralisasi fungsional).Dalam hal ini
desentralisasi fungsional dimaksudkan oleh Tresna sebagai desentralisasi fungsional dimaksudkan oleh Tresna sebagai
“dekonsentrasi”, yaitu pemberian kekuasaan dari atas ke bawah “dekonsentrasi”, yaitu pemberian kekuasaan dari atas ke bawah
dalam rangka kepegawaian, guna kelancaran pekerjaan semat- dalam rangka kepegawaian, guna kelancaran pekerjaan semat-
mata. mata.
Desentralisasi ketatanegaraan merupakan pemberian Desentralisasi ketatanegaraan merupakan pemberian
kekuasaan untuk mengatur bagi daerah di dalam lingkungannya kekuasaan untuk mengatur bagi daerah di dalam lingkungannya
guna mewujudkan asas demokrasi pemerintahan negara. guna mewujudkan asas demokrasi pemerintahan negara.
Desentralisasi ini mempunyai dua wajah yaitu: Desentralisasi ini mempunyai dua wajah yaitu:
1. Autonomie; dan 1. Autonomie; dan
2. Medebewind atau zelfbestuur. 2. Medebewind atau zelfbestuur.
Pandangan Tresna tersebut hampir sama dengan Pandangan Tresna tersebut hampir sama dengan
pendapat Koesoemahatmadja (dalam Marbun, 2005) bahwa pendapat Koesoemahatmadja (dalam Marbun, 2005) bahwa
desentralisasi lazim dibagi dua macam: desentralisasi lazim dibagi dua macam:
Pertama, dekonsentrasi (deconsentratie) atau ambtelijke Pertama, dekonsentrasi (deconsentratie) atau ambtelijke
decentralisatie adalah pelimpahan kekuasaan dari alat decentralisatie adalah pelimpahan kekuasaan dari alat
perlengkapan negara tingkat lebih atas kepada bawahannya perlengkapan negara tingkat lebih atas kepada bawahannya
guna melancarkan pelaksanaan tugas pemerintahan. Di dalam guna melancarkan pelaksanaan tugas pemerintahan. Di dalam
desentralisasi semacam ini rakyat tidak diikutsertakan. desentralisasi semacam ini rakyat tidak diikutsertakan.
Kedua,desentralisasi ketatanegaraan (staaskundige Kedua,desentralisasi ketatanegaraan (staaskundige
decentralisatie) atau desentralisasi politik adalah pelimpahan decentralisatie) atau desentralisasi politik adalah pelimpahan
kekuasaan perundangan dan pemerintahan (regelende en kekuasaan perundangan dan pemerintahan (regelende en
bestuurende bevoegheid) kepada daerah-daerah otonom di bestuurende bevoegheid) kepada daerah-daerah otonom di
dalam lingkungannya.Di dalam desentralisasi politik ini, dalam lingkungannya.Di dalam desentralisasi politik ini,
rakyat dengam mempergunakan saluran-saluran tertentu rakyat dengam mempergunakan saluran-saluran tertentu
(perwakilan) ikut serta di dalam pemerintahan. (perwakilan) ikut serta di dalam pemerintahan.

71 71
BAGAIMANA MENCIPTAKAN
KESEJAHTERAAN OLEH PEMERINTAH
BAGAIMANA MENCIPTAKAN
KESEJAHTERAAN OLEH PEMERINTAH DEKONSENTRASI
(PEMERINTAH WILAYAH/FIELD ADMINISTRATION)
DEKONSENTRASI FUNCTIONAL FIELD
(PEMERINTAH WILAYAH/FIELD ADMINISTRATION) ADMINISTRATION;
KANDEP/KANWIL
FUNCTIONAL FIELD
ADMINISTRATION;
KANDEP/KANWIL INTEGRATED FIELD
ADMINISTRATION;
KEPALA WILAYAH
INTEGRATED FIELD
ADMINISTRATION;
PEMERINTAH PUSAT
KEPALA WILAYAH
PEMERINTAH PUSAT POWER SHARING

1. OTONOMI TERBATAS
POWER SHARING (ULTRA VIRES)
2. OTONOMI LUAS (GENERAL
1. OTONOMI TERBATAS COMPETENCE)
(ULTRA VIRES)
2. OTONOMI LUAS (GENERAL
COMPETENCE) DESENTRALISASI
(PEMERINTAH DAERAH)
DESENTRALISASI
(PEMERINTAH DAERAH)
(DR.MADE SUWANDI Msoc.sc, KOMISIONER ASN)
(DR.MADE SUWANDI Msoc.sc, KOMISIONER ASN) Sebagai telah disinggung lebihawal, bahwa desentralisasi
Sebagai telah disinggung lebihawal, bahwa desentralisasi ketatanegaraan dibagi menjadi dua macam, yakni :
ketatanegaraan dibagi menjadi dua macam, yakni : 1. desentralisasi territorial (territorial decentralisastie),
1. desentralisasi territorial (territorial decentralisastie), yaitu pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan
yaitu pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah masing-masing
mengurus rumah tangga daerah masing-masing (otonom);
(otonom); 2. desentralisasi fungsional (functionale decentralisatie),
2. desentralisasi fungsional (functionale decentralisatie), yaitu pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan
yaitu pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus sesuatu atau beberapa kepentingan tertentu.
mengurus sesuatu atau beberapa kepentingan tertentu. Desentralisasi territorial dibagi dalam dua bentuk, yaitu
Desentralisasi territorial dibagi dalam dua bentuk, yaitu otonomi (autonomie) dan medebewind atauzelfbestuur.
otonomi (autonomie) dan medebewind atauzelfbestuur. Berkaitan dengan model desentralisasi, Smith (1985)
Berkaitan dengan model desentralisasi, Smith (1985) mengemukakan tiga model desentralisasi, yaitu:
mengemukakan tiga model desentralisasi, yaitu: 1. Model Liberal, pemerintah daerah yang berorientasi
1. Model Liberal, pemerintah daerah yang berorientasi pada dua fungsi utama yaitu pelayanan dan partisipasi;
pada dua fungsi utama yaitu pelayanan dan partisipasi;

72 72
2. Model pembangunan, model desentralisasi yang 2. Model pembangunan, model desentralisasi yang
melahirkan otonomi daerah pada negara-negara dunia melahirkan otonomi daerah pada negara-negara dunia
ketiga dimana pengaruh colonial mewarnai sistem ketiga dimana pengaruh colonial mewarnai sistem
penyelenggaraan pemerintahan daerah seperti institusi penyelenggaraan pemerintahan daerah seperti institusi
lokal yang diberi nama pemerintahan kotapraja; dan lokal yang diberi nama pemerintahan kotapraja; dan
3. Model Komunis, menempatkan daerah-daerah dalam 3. Model Komunis, menempatkan daerah-daerah dalam
ketergantungan pada pemerintah pusat. Catatan, model ketergantungan pada pemerintah pusat. Catatan, model
ini sejalan dengan teori teori pembangunan Karl Marks, ini sejalan dengan teori teori pembangunan Karl Marks,
teori ketergantungan. teori ketergantungan.
Dari berbagai bentuk dan tipe desentralisasi tersebut Dari berbagai bentuk dan tipe desentralisasi tersebut
menunjukkan bahwa pada dasarnya secara teoritik terdapat menunjukkan bahwa pada dasarnya secara teoritik terdapat
tiga bentuk desentralisasi yang mencakup bentuk dan tipe tiga bentuk desentralisasi yang mencakup bentuk dan tipe
desentralisasi: dekonsentrasi, devolusi dan desentralisasi desentralisasi: dekonsentrasi, devolusi dan desentralisasi
fungsional. Dekonsentrasi menyangkut pelimpahan atau fungsional. Dekonsentrasi menyangkut pelimpahan atau
pemberian wewenang atau penugasan kepada aparat atau pemberian wewenang atau penugasan kepada aparat atau
pejabat pusat di tingkat local, atau kepada suatu pemerintahan pejabat pusat di tingkat local, atau kepada suatu pemerintahan
lokal, organisasi non pemerintah (swasta dan voluntir), badan lokal, organisasi non pemerintah (swasta dan voluntir), badan
usaha milik negara/daerah atau gabungan organisasi swasta usaha milik negara/daerah atau gabungan organisasi swasta
untuk melaksakan suatu kegiatan, proyek atau kepentigan untuk melaksakan suatu kegiatan, proyek atau kepentigan
pemerintahan dengan kewajiban untuk mempertanggung pemerintahan dengan kewajiban untuk mempertanggung
jawabkannya kembali pelaksanaan tugas tersebut kepada jawabkannya kembali pelaksanaan tugas tersebut kepada
pemerintah pusat, baik wewenang itu dalam pengawasan pemerintah pusat, baik wewenang itu dalam pengawasan
pusat atau tidak. Devolusi berkaitan dengan penyerahan pusat atau tidak. Devolusi berkaitan dengan penyerahan
urusan dan wewenang untuk dilaksanakan secara mandiri dan urusan dan wewenang untuk dilaksanakan secara mandiri dan
bebas kepada pemerintah lokal atau daerah secara teritorial bebas kepada pemerintah lokal atau daerah secara teritorial
dan fungsional pemerintahan, dengan pengawasan tidak dan fungsional pemerintahan, dengan pengawasan tidak
langsung dari pemerintah pusat. Bahagian lain dari hal ini langsung dari pemerintah pusat. Bahagian lain dari hal ini
yang mencerminkan keterlibatan langsung dari pusat adalah yang mencerminkan keterlibatan langsung dari pusat adalah
medebewind atau zelfbestuur yang masuk dalam kerangka medebewind atau zelfbestuur yang masuk dalam kerangka
desentralisasi territorial fersi Tresna. desentralisasi territorial fersi Tresna.
Di Indonesia pasca reformasi pelaksanaan asas Di Indonesia pasca reformasi pelaksanaan asas
dekonsentrasi diletakkan pada wilayah provinsi dalam dekonsentrasi diletakkan pada wilayah provinsi dalam
kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksa- kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksa-
nakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada nakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada

73 73
gubenur sebagai wakil pemerintah di wilayah provinsi.
Gubernur sebagai kepala daerah provinsi berfungsi pula
gubenur sebagai wakil pemerintah di wilayah provinsi.
selaku wakil Pemerintah di daerah, dalam pengertian
Gubernur sebagai kepala daerah provinsi berfungsi pula
untuk menjembatani dan memperpendek rentang kendali
selaku wakil Pemerintah di daerah, dalam pengertian
pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah termasuk dalam
untuk menjembatani dan memperpendek rentang kendali
pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah termasuk dalam
urusan pemerintahan di daerah kabupaten dan kota.
pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
urusan pemerintahan di daerah kabupaten dan kota.
PEMENCARAN URUSAN
PEMERINTAHAN
PEMENCARAN URUSAN DEKONSENTRASI
PEMERINTAH
ADMINISTRATIF
PEMERINTAHAN
PEMERINTAH • KANWIL/KANDEP
DEKONSENTRASI ADMINISTRATIF • KEPALA WILAYAH
• DLL

• KANWIL/KANDEP
• KEPALA WILAYAH DELEGASI
• DLL PRIVATISASI PEMERINTAH DESENTRALISASI
FUNGSIONAL
PUSAT
DELEGASI
• SWASTA MURNI • OTORITA
PRIVATISASI PEMERINTAH DESENTRALISASI
• BOT • BUMN
FUNGSIONAL
PUSAT • BOO • NUSAKAMBANGAN
• BOL • DLL
• SWASTA MURNI • OTORITA • DLL
• BOT • BUMN PEMERINTAH DAERAH
• BOO • NUSAKAMBANGAN DESENTRALISASI OTONOM
• BOL • DLL
• DLL
PEMERINTAH DAERAH
DESENTRALISASI OTONOM
PROPINSI
KABUPATEN
KOTA

PROPINSI
KABUPATEN
KOTA
Mengenai penyelenggaraan asas tugas pembantuan
(medebewind) adalah cerminan dari sistem dan prosedur
Mengenai penyelenggaraan asas tugas pembantuan
pemerintahan.Dimulai dari pemerintah provinsi kepada
(medebewind) adalah cerminan dari sistem dan prosedur
kabupaten/kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten/
pemerintahan.Dimulai dari pemerintah provinsi kepada
kota kepada desa untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan
kabupaten/kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten/
dan pembangunan yang disertai dengan kewajiban melaporkan
kota kepada desa untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan
pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada
dan pembangunan yang disertai dengan kewajiban melaporkan
yang memberi penugasan.
pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada
yang memberi penugasan.

74 74
Peran Gubernur Peran Gubernur
dlm Pengendalian & Evaluasi Pembangunan dlm Pengendalian & Evaluasi Pembangunan

GUBERNUR GUBERNUR

SEBAGAI KEPALA DAERAH SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH SEBAGAI KEPALA DAERAH SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH

LINGKUP PROVINSI SKPD PROVINSI KAB/KOTA LINGKUP PROVINSI SKPD PROVINSI KAB/KOTA
RPJPD Renstra RPJPD RPJPD Renstra RPJPD
PROV SKPDProv K/K PROV SKPDProv K/K
RPJMD Renja RPJMD RPJMD Renja RPJMD
PROV SKPDProv K/K PROV SKPDProv K/K
RKPD RKPD RKPD RKPD
PROV K/K PROV K/K

24 24

(dikutip dari sumber DR. ROYADI, SH.MM, Kasubdit Perencanaan (dikutip dari sumber DR. ROYADI, SH.MM, Kasubdit Perencanaan
Pemb. Wilayah IV Direktorat Perencanaan Pembangunan Daerah, Ke- Pemb. Wilayah IV Direktorat Perencanaan Pembangunan Daerah, Ke-
menterian Dalam Negeri, 2011) menterian Dalam Negeri, 2011)
Pada berbagai pendekatan, telah dijelaskan pada bagian Pada berbagai pendekatan, telah dijelaskan pada bagian
lain sebelumnya, menjelaskan bahwa tidak semua tugas lain sebelumnya, menjelaskan bahwa tidak semua tugas
pemerintahan dapat diselenggarakan melalui desentralisasi pemerintahan dapat diselenggarakan melalui desentralisasi
ataupun dekonsentrasi, karena tidak semua wewenang dan ataupun dekonsentrasi, karena tidak semua wewenang dan
tugas pemerintahan dapat dilakukan dengan menggunakan tugas pemerintahan dapat dilakukan dengan menggunakan
asas desentralisasi dan asas dekonsentrasi. Pemberian asas desentralisasi dan asas dekonsentrasi. Pemberian
tugas pembantuan dimaksudkan untuk meningkatkan tugas pembantuan dimaksudkan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan,
pengelolaan pembangunan, dan pelayanan umum. Tujuan pengelolaan pembangunan, dan pelayanan umum. Tujuan
pemberian tugas pembantuan, sesuai nomenklatur undang pemberian tugas pembantuan, sesuai nomenklatur undang
undang, adalah untuk memperlancar pelaksanaan tugas dan undang, adalah untuk memperlancar pelaksanaan tugas dan
penyelesaian permasalahan, serta membantu penyelenggaraan penyelesaian permasalahan, serta membantu penyelenggaraan
pemerintahan, dan pengembangan pembangunan bagi daerah pemerintahan, dan pengembangan pembangunan bagi daerah
dan desa. dan desa.
Terdapat pula pendapat yang menerangkan bahwa Terdapat pula pendapat yang menerangkan bahwa
sesungguhnya dekonsentrasi adalah bagian dari sentralisasi, sesungguhnya dekonsentrasi adalah bagian dari sentralisasi,
dan dekonsentrasi merupakan pembagian kewenangan dan dekonsentrasi merupakan pembagian kewenangan
dan tanggung jawab administratif antara departemen pusat dan tanggung jawab administratif antara departemen pusat
dengan pejabat pusat di daerah. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pejabat pusat di daerah. Hal ini menunjukkan bahwa
pemerintah pusatlah yang menugaskan aparatnya untuk pemerintah pusatlah yang menugaskan aparatnya untuk

75 75
menjalankan kewenangan pusat di daerah. Implementasi
dekonsentrasi di era Orde Baru yang sangat sentralistik itu
menjalankan kewenangan pusat di daerah. Implementasi
dapat kita cermati pada dekonsentrasi menurut Undang
dekonsentrasi di era Orde Baru yang sangat sentralistik itu
Undang Nomor 5 Tahun 1974, yakni “Pelimpahan wewenang
dapat kita cermati pada dekonsentrasi menurut Undang
dari Pemerintah atau Kepala Wilayah atau Kepala Instansi
Undang Nomor 5 Tahun 1974, yakni “Pelimpahan wewenang
Vertikal tingkat atasnya kepada Pejabat-Pejabatnya di
dari Pemerintah atau Kepala Wilayah atau Kepala Instansi
daerah. Instansi Vertikal adalah perangkat dari Depertemen-
Vertikal tingkat atasnya kepada Pejabat-Pejabatnya di
Departemen atau Lembaga-Lembaga Pemerintah bukan
daerah. Instansi Vertikal adalah perangkat dari Depertemen-
Departemen, yang mempunyai lingkungan kerja di Wilayah
Departemen atau Lembaga-Lembaga Pemerintah bukan
yang bersangkutan.” Wilayah yang dimaksud dalam konteks
Departemen, yang mempunyai lingkungan kerja di Wilayah
ini adalah wilayah administratif, yakni lingkungan kerja
yang bersangkutan.” Wilayah yang dimaksud dalam konteks
perangkat pemerintah yang menyelenggarakan pelaksanaan
ini adalah wilayah administratif, yakni lingkungan kerja
tugas pemerintahan umum di daerah.
perangkat pemerintah yang menyelenggarakan pelaksanaan
Urusan pemerintahan umum adalah urusan pemerin-
tugas pemerintahan umum di daerah.
tahan yang meliputi bidang-bidang :
Urusan pemerintahan umum adalah urusan pemerin-
tahan yang meliputi bidang-bidang : 1. Ketentraman dan ketertiban politik;
2. Koordinasi pengawasan;
1. Ketentraman dan ketertiban politik;
3. Urusan pemerintahan lainnya yang tidak termasuk
2. Koordinasi pengawasan;
dalam tugas suatu instansi dan tidak termasuk urusan
3. Urusan pemerintahan lainnya yang tidak termasuk
rumah tangga daerah.
dalam tugas suatu instansi dan tidak termasuk urusan
rumah tangga daerah. Dalam rangka pelaksanaan asas dekonsentrasi,
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi dalam
Dalam rangka pelaksanaan asas dekonsentrasi,
wilayah-wilayah provinsi dan ibukota negara. Wilayah
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi dalam
provinsi dibagi dalam wilayah-wilayah kabupaten dan
wilayah-wilayah provinsi dan ibukota negara. Wilayah
kotamadya. Wilayah kabupaten dan kotamadya dibagi
provinsi dibagi dalam wilayah-wilayah kabupaten dan
dalam wilayah-wilayah kecamatan. Apabila dipandang perlu
kotamadya. Wilayah kabupaten dan kotamadya dibagi
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya, dalam
dalam wilayah-wilayah kecamatan. Apabila dipandang perlu
wilayah kabupaten dapat dibentuk kota administratif yang
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya, dalam
pengaturannya ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
wilayah kabupaten dapat dibentuk kota administratif yang
Setiap wilayah dipimpin oleh seorang kepala wilayah.
pengaturannya ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Kepala wilayah meliputi :
Setiap wilayah dipimpin oleh seorang kepala wilayah.
Kepala wilayah meliputi : a. Provinsi dan ibukota negara disebut gubernur
b. Kabupaten disebut bupati
a. Provinsi dan ibukota negara disebut gubernur
c. Kotamadya disebut walikotamadya
b. Kabupaten disebut bupati
c. Kotamadya disebut walikotamadya

76 76
d. Kota Administratif disebut Walikota d. Kota Administratif disebut Walikota
e. Kecamatan disebut camat. e. Kecamatan disebut camat.
Kepala wilayah sebagai wakil pemerintah adalah penguasa Kepala wilayah sebagai wakil pemerintah adalah penguasa
tunggal di bidang pemerintahan di wilayahnya dalam arti tunggal di bidang pemerintahan di wilayahnya dalam arti
memimpin pemerintahan, mengkoordinasikan pembangunan memimpin pemerintahan, mengkoordinasikan pembangunan
dan membina kehidupan masyarakat di segala bidang. dan membina kehidupan masyarakat di segala bidang.
Sebagai perbandingan, kita perhatikan terminologi Sebagai perbandingan, kita perhatikan terminologi
Kepala Wilayah menurut Undang Undang Nomor 5 Tahun Kepala Wilayah menurut Undang Undang Nomor 5 Tahun
1974, bahwa wewenang, tugas dan kewajiban Kepala Wilayah 1974, bahwa wewenang, tugas dan kewajiban Kepala Wilayah
adalah: adalah:
a. Membina ketenteraman dan ketertiban di wilayahnya a. Membina ketenteraman dan ketertiban di wilayahnya
sesuai dengan kebijaksanaan ketenteraman dan sesuai dengan kebijaksanaan ketenteraman dan
ketertiban yang ditetapkan oleh pemerintah; ketertiban yang ditetapkan oleh pemerintah;
b. Melaksanakan segala usaha dan kegiatan di bidang b. Melaksanakan segala usaha dan kegiatan di bidang
pembinaan ideologi negara dan politik dalam negeri pembinaan ideologi negara dan politik dalam negeri
serta pembinaan kesatuan bangsa sesuai dengan serta pembinaan kesatuan bangsa sesuai dengan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah; kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah;
c. Menyelenggarakan koordinasi atas kegiatan-kegiatan c. Menyelenggarakan koordinasi atas kegiatan-kegiatan
instansi-instansi vertikal dan antara instansi-Instansi instansi-instansi vertikal dan antara instansi-Instansi
vertikal dengan dinas-dinas daerah, baik dalam vertikal dengan dinas-dinas daerah, baik dalam
perencanaan maupun pelaksanaan untuk mencapai perencanaan maupun pelaksanaan untuk mencapai
daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.
d. Membimbing dan mengawasi penyelenggaraan peme- d. Membimbing dan mengawasi penyelenggaraan peme-
rintah daerah; rintah daerah;
e. Mengusahakan secara terus-menerus agar segala e. Mengusahakan secara terus-menerus agar segala
peraturan perundang-undangan dan peraturan peraturan perundang-undangan dan peraturan
daerah dijalankan oleh instansi- instansi pemerintah, daerah dijalankan oleh instansi- instansi pemerintah,
pemerintah daerah, serta pejabat-pejabat yang pemerintah daerah, serta pejabat-pejabat yang
ditugaskan untuk itu serta mengambil segala tindakan ditugaskan untuk itu serta mengambil segala tindakan
yang dianggap perlu untuk menjamin kelancaran yang dianggap perlu untuk menjamin kelancaran
penyelenggaraan pemerintahan; penyelenggaraan pemerintahan;
f. Melaksanakan segala tugas pemerintahan yang dengan f. Melaksanakan segala tugas pemerintahan yang dengan
atau berdasarkan peraturan perundang-undangan atau berdasarkan peraturan perundang-undangan
diberikan kepadanya; diberikan kepadanya;

77 77
g. Melaksanakan segala tugas pemerintahan yang tidak
termasuk dalam tugas sesuatu instansi lainnya.
g. Melaksanakan segala tugas pemerintahan yang tidak
termasuk dalam tugas sesuatu instansi lainnya. Selanjutnya apabila dipandang perlu, Menteri Dalam
Negeri dapat menunjuk Pembantu Gubernur, Pembantu
Selanjutnya apabila dipandang perlu, Menteri Dalam
Bupati atau Pembantu Walikotamadya yang mempunyai
Negeri dapat menunjuk Pembantu Gubernur, Pembantu
wilayah kerja tertentu dalam rangka dekonsentrasi.
Bupati atau Pembantu Walikotamadya yang mempunyai
Seiring dengan perkembangan dan dinamika dalam
wilayah kerja tertentu dalam rangka dekonsentrasi.
pemerintahan di Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun
Seiring dengan perkembangan dan dinamika dalam
1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah telah
pemerintahan di Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun
diganti dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan diganti kembali
1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah telah
dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
diganti dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan diganti kembali
Daerah, dan kemudian Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014.
dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Dekonsentrasi menurut Undang Undang Nomor 32
Daerah, dan kemudian Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014.
Tahun 2004 yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah
Dekonsentrasi menurut Undang Undang Nomor 32
Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Tahun 2004 yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah
Pembantuan adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/
Pembantuan adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. Pelimpahan
Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/
sebagian urusan pemerintahan dapat dilakukan kepada
atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. Pelimpahan
gubernur. Selain dilimpahkan kepada gubernur, sebagian
sebagian urusan pemerintahan dapat dilakukan kepada
urusan pemerintahan dapat pula dilimpahkan kepada :
gubernur. Selain dilimpahkan kepada gubernur, sebagian
urusan pemerintahan dapat pula dilimpahkan kepada : a. Instansi vertikal; dan
b. Pejabat pemerintah di daerah.
a. Instansi vertikal; dan
b. Pejabat pemerintah di daerah. Urusan pemerintahan yang menjadi wewenang
pemerintah yang dapat didekonsentrasikan, diselenggarakan
Urusan pemerintahan yang menjadi wewenang
oleh instansi vertikal di daerah, meliputi bidang:
pemerintah yang dapat didekonsentrasikan, diselenggarakan
oleh instansi vertikal di daerah, meliputi bidang: 1. Politik luar negeri;
2. Pertahanan; Keamanan;
1. Politik luar negeri;
3. Yustisi;
2. Pertahanan; Keamanan;
4. Moneter dan fiskal nasional; serta
3. Yustisi;
5. Agama.
4. Moneter dan fiskal nasional; serta
5. Agama. Urusan pemerintahan yang menjadi wewenang
pemerintah dimaksud didekonsentrasikan kepada perangkat
Urusan pemerintahan yang menjadi wewenang
pemerintah dimaksud didekonsentrasikan kepada perangkat

78 78
pusat di daerah, diselenggarakan sendiri melalui instansi pusat di daerah, diselenggarakan sendiri melalui instansi
vertikal tertentu di daerah. Urusan pemerintahan yang vertikal tertentu di daerah. Urusan pemerintahan yang
didekonsentrasikan kepada instansi vertikal adalah urusan didekonsentrasikan kepada instansi vertikal adalah urusan
pemerintahan yang ditetapkan menjadi tugas dan fungsi pemerintahan yang ditetapkan menjadi tugas dan fungsi
instansi vertikal pada saat pembentukan organisasinya. instansi vertikal pada saat pembentukan organisasinya.
Apabila di daerah belum terbentuk instansi vertikal yang Apabila di daerah belum terbentuk instansi vertikal yang
membidangi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, membidangi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,
moneter dan fiskal nasional, serta agama, maka sebagian moneter dan fiskal nasional, serta agama, maka sebagian
urusan dimaksud dilimpahkan kepada gubernur selaku wakil urusan dimaksud dilimpahkan kepada gubernur selaku wakil
pemerintah. Yang dimaksud dengan instansi vertikal tertentu pemerintah. Yang dimaksud dengan instansi vertikal tertentu
adalah instansi pusat yang berada di daerah dan merupakan adalah instansi pusat yang berada di daerah dan merupakan
bagian dari kementerian/lembaga selain kementerian/lembaga bagian dari kementerian/lembaga selain kementerian/lembaga
yang membidangi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yang membidangi politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama. Undang yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama. Undang
Undang Nomor 23 Tahun 2014, merumuskan dekonsentrasi Undang Nomor 23 Tahun 2014, merumuskan dekonsentrasi
sebagai pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang sebagai pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada gubernur menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada gubernur
sebagai wakil pemerintah pusat, kepada instansi vertikal di sebagai wakil pemerintah pusat, kepada instansi vertikal di
waliyah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/ waliyah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/
walikota sebagai penanggungjawab urusan pemerintahan walikota sebagai penanggungjawab urusan pemerintahan
umum. umum.
Selanjutnya menurut undang undang ini, tugas Selanjutnya menurut undang undang ini, tugas
pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat
kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian urusan kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat. pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat.
Tugas pembantun itu juga berarti penugasan dari pemerintah Tugas pembantun itu juga berarti penugasan dari pemerintah
daerah provinsi kepada daerah kabupaten/kota untuk daerah provinsi kepada daerah kabupaten/kota untuk
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah provinsi. kewenangan daerah provinsi.
Adapun menurut pakar, medebewind atau zelfbestuur Adapun menurut pakar, medebewind atau zelfbestuur
diartikan sebagai pemberian kemungkinan kepada pemerintah diartikan sebagai pemberian kemungkinan kepada pemerintah
atau pemerintah daerah yang tingkatannya lebih atas untuk atau pemerintah daerah yang tingkatannya lebih atas untuk
meminta bantuan kepada pemerintah daerah atau pemerintah meminta bantuan kepada pemerintah daerah atau pemerintah
daerah yang tingkatannya lebih rendah. Permintaan bantuan daerah yang tingkatannya lebih rendah. Permintaan bantuan
tersebut dimaksudkan agar menyelenggarakan tugas atau tersebut dimaksudkan agar menyelenggarakan tugas atau

79 79
urusan rumah tangga dari daerah yang tingkatannya lebih atas
tersebut.
urusan rumah tangga dari daerah yang tingkatannya lebih atas
Istilah zelfbestuur merupakan terjemahan dari self
tersebut.
government yang dalam bahasa Inggris diartikan sebagai
Istilah zelfbestuur merupakan terjemahan dari self
segala kegiatan pemerintahan di setiap bagian di Inggris yang
government yang dalam bahasa Inggris diartikan sebagai
dilakukan oleh wakil-wakil dari yang diperintah. Di Belanda
segala kegiatan pemerintahan di setiap bagian di Inggris yang
zelfbestuur diartikan sebagai pembantuan penyelenggaraan
dilakukan oleh wakil-wakil dari yang diperintah. Di Belanda
kepentingan-kepentingan dari pusat atau daerah-daerah
zelfbestuur diartikan sebagai pembantuan penyelenggaraan
yang tingkatannya lebih atas oleh alat-alat perlengkapan dari
kepentingan-kepentingan dari pusat atau daerah-daerah
daerah-daerah yang tingkatannya lebih bawah.
yang tingkatannya lebih atas oleh alat-alat perlengkapan dari
Dalam menjalankan medebewind itu, urusan-urusan
daerah-daerah yang tingkatannya lebih bawah.
yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah masih tetap
Dalam menjalankan medebewind itu, urusan-urusan
merupakan urusan pusat. Daerah yang lebih atas, tidak beralih
yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah masih tetap
menjadi urusan rumah tangga daerah yang berminta bantuan.
merupakan urusan pusat. Daerah yang lebih atas, tidak beralih
Akan tetapi, cara daerah otonom yang berminta bantuan itu
menjadi urusan rumah tangga daerah yang berminta bantuan.
melakukan pembantuannya diserahkan sepenuhnya kepada
Akan tetapi, cara daerah otonom yang berminta bantuan itu
daerah itu sendiri.
melakukan pembantuannya diserahkan sepenuhnya kepada
Dalam menjalankan medebewind, urusan yang
daerah itu sendiri.
dilaksanakan oleh pemerintah daerah masih tetap merupakan
Dalam menjalankan medebewind, urusan yang
urusan pusat atau daerah yang lebih tinggi tingkatannya, dan
dilaksanakan oleh pemerintah daerah masih tetap merupakan
tidak beralih menjadi urusan rumah tangga daerah, sepanjang
urusan pusat atau daerah yang lebih tinggi tingkatannya, dan
masih berstatus sebagai medebewind. Oleh karenanya,
tidak beralih menjadi urusan rumah tangga daerah, sepanjang
kebijaksanaan dan pembiayaan tetap ada pada pemerintah
masih berstatus sebagai medebewind. Oleh karenanya,
pusat atau daerah tingkat atasnya.
kebijaksanaan dan pembiayaan tetap ada pada pemerintah
pusat atau daerah tingkat atasnya.

80 80
Perbandingan Tiga Asas Penyelenggaraan Perbandingan Tiga Asas Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Pemerintahan Daerah
NO ASAS PEMERINTAHAN CIRI-CIRI PELAKSANAAN NO ASAS PEMERINTAHAN CIRI-CIRI PELAKSANAAN
1. DESENTRALISASI • Transfer kewenangan. 1. DESENTRALISASI • Transfer kewenangan.
(Desentralisasi Politik/ • Kewenangan sepenuhnya (Desentralisasi Politik/ • Kewenangan sepenuhnya
Ketatanegaraan) menjadi hak dan tanggungja- Ketatanegaraan) menjadi hak dan tanggungja-
wab institusi penerima kewe- wab institusi penerima kewe-
nangan. nangan.
• Diberikan dana yang • Diberikan dana yang
dialokasikan secara terpisah dialokasikan secara terpisah
maupun sumber-sumber dana. maupun sumber-sumber dana.
• Personil pelaksana adalah dari • Personil pelaksana adalah dari
institusi penerima transfer institusi penerima transfer
kewenangan. kewenangan.

2. DEKONSENTRASI • Delegasi kewenangan. 2. DEKONSENTRASI • Delegasi kewenangan.


(Desentralisasi • Kewenangan tetap melekat (Desentralisasi • Kewenangan tetap melekat
Administratif) pada institusi/pejabat peberi Administratif) pada institusi/pejabat peberi
delegasi kewenangan. delegasi kewenangan.
• Disediakan dana dari institusi • Disediakan dana dari institusi
pemberi tugas. pemberi tugas.
• Personil pelaksana adalah dari • Personil pelaksana adalah dari
institusi pemberi tugas tetapi institusi pemberi tugas tetapi
ditugaskan di luar pusat. ditugaskan di luar pusat.
3 TUGAS PEMBANTUAN • Bukan transfer kewenangan 3 TUGAS PEMBANTUAN • Bukan transfer kewenangan
maupun delegasi kewenangan, maupun delegasi kewenangan,
melainkan pemberian bantuan melainkan pemberian bantuan
pelaksanaan tugas yang bersifat pelaksanaan tugas yang bersifat
operasional. operasional.
• Kewenangan tetap melekat • Kewenangan tetap melekat
pada institusi pemberi tugas. pada institusi pemberi tugas.
• Disediakan dana, saran dan • Disediakan dana, saran dan
prasarana, serta personil yang prasarana, serta personil yang
diperlukan. diperlukan.
• Personil pelaksanan sebagian • Personil pelaksanan sebagian
besar adalah dari institusi besar adalah dari institusi
pemberi tugas. pemberi tugas.

Sumber: Sadu Wasistiono (2006) Sumber: Sadu Wasistiono (2006)

81 81
Akhirnya menyimak beberapa pendapat dan uraian
yang telah dikemukakan, maka dapat pula dikemukan bahwa
Akhirnya menyimak beberapa pendapat dan uraian
dekonsentrasi tidak lebih dari perpanjangan tangan pusat
yang telah dikemukakan, maka dapat pula dikemukan bahwa
yang dilaksanakan di daerah melalui pejabat-pejabat pusat
dekonsentrasi tidak lebih dari perpanjangan tangan pusat
yang dilaksanakan di daerah yang bersangkutan. Pejabat
yang dilaksanakan di daerah melalui pejabat-pejabat pusat
yang ditugaskan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya
yang dilaksanakan di daerah yang bersangkutan. Pejabat
ke pusat dan bukan kepada rakyat di daerah tersebut. Mana
yang ditugaskan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya
kala kebijakan pusat tidak cocok untuk daerah, pejabat
ke pusat dan bukan kepada rakyat di daerah tersebut. Mana
dekonsentrasi tersebut tidak tidak mempunyai diskresi untuk
kala kebijakan pusat tidak cocok untuk daerah, pejabat
merubah kebijakan tersebut. Namun, hanya mengusulkan
dekonsentrasi tersebut tidak tidak mempunyai diskresi untuk
perubahannya ke pusat. Rakyat tidak dapat meminta
merubah kebijakan tersebut. Namun, hanya mengusulkan
pertanggung jawaban perihal kebijakan yang telah digariskan
perubahannya ke pusat. Rakyat tidak dapat meminta
pusat. Pejabat dekonsentrasi hanya bertanggung jawab dari
pertanggung jawaban perihal kebijakan yang telah digariskan
aspek pelaksanaan dari kebijakan tersebut.
pusat. Pejabat dekonsentrasi hanya bertanggung jawab dari
Tugas pembantuan ialah tugas ikut melaksanakan
aspek pelaksanaan dari kebijakan tersebut.
urusan-urusan pemerintah pusat atau pemerintah lokal
Tugas pembantuan ialah tugas ikut melaksanakan
yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangga tingkat
urusan-urusan pemerintah pusat atau pemerintah lokal
atasnnya. Tugas pembantuan tidak beralih menjadi urusan
yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangga tingkat
yang diberi tugas, tetapi tetap merupakan urusan pusat atau
atasnnya. Tugas pembantuan tidak beralih menjadi urusan
pemerintah tingkat atasnya yang memberi tugas. Pemerintah
yang diberi tugas, tetapi tetap merupakan urusan pusat atau
dibawahnya sebagai penerima tugas bertanggung jawab kepada
pemerintah tingkat atasnya yang memberi tugas. Pemerintah
yang memberi tugas dan turut serta dalam melaksanakan
dibawahnya sebagai penerima tugas bertanggung jawab kepada
urusan pemerintahan yang bersangkutan. Tugas pembantuan
yang memberi tugas dan turut serta dalam melaksanakan
tidak diberikan kepada pejabat pemerintah yang ada di daerah
urusan pemerintahan yang bersangkutan. Tugas pembantuan
melalinkan kepada pemerintah daerah, karena itu bukanlah
tidak diberikan kepada pejabat pemerintah yang ada di daerah
suatu dekonsentrasi, tetapi bukan pula suatu desentralisasi
melalinkan kepada pemerintah daerah, karena itu bukanlah
karena urusan pemerintahan yang diserahkan tidak menjadi
suatu dekonsentrasi, tetapi bukan pula suatu desentralisasi
urusan rumah tangga daerah. Urusan rumah tangga dalam
karena urusan pemerintahan yang diserahkan tidak menjadi
tugas pembantuan hanya mengenai tata cara penyelenggaraan
urusan rumah tangga daerah. Urusan rumah tangga dalam
urusan pemerintahan yang dibantu, sedangkan substansi tetap
tugas pembantuan hanya mengenai tata cara penyelenggaraan
ada pada satuan pemerintahan yang dibantu.
urusan pemerintahan yang dibantu, sedangkan substansi tetap
ada pada satuan pemerintahan yang dibantu.

82 82
V. TANTANGAN PEMBANGUNAN DAERAH V. TANTANGAN PEMBANGUNAN DAERAH

Proses desentralisasi saat ini telah memasuki iplementasi Proses desentralisasi saat ini telah memasuki iplementasi
setelah melampaui tahapan instalasi yang berlangsung dari setelah melampaui tahapan instalasi yang berlangsung dari
tahun 2002 sampai 2003. Tahapan konsolidasi tahun 2004 tahun 2002 sampai 2003. Tahapan konsolidasi tahun 2004
yang direncanakan berlangsung sampai 2007. Kemudian yang direncanakan berlangsung sampai 2007. Kemudian
2008 hingga saat ini dapat dikatakan telah memasuki tahapan 2008 hingga saat ini dapat dikatakan telah memasuki tahapan
implementasi dengan tantangan-tantangan bersifat komulatif . implementasi dengan tantangan-tantangan bersifat komulatif .
Tantangan implementasi itu dapat dilihat pada gambar Tantangan implementasi itu dapat dilihat pada gambar
beirikut ini yang dikutif dari bahan ceramah Dadang Solichin. beirikut ini yang dikutif dari bahan ceramah Dadang Solichin.

Muhammad Idris Patarai-Stia Lan Makassar Muhammad Idris Patarai-Stia Lan Makassar
2 2

Adapun Tantangan lainnya, diungkapkan beberapa Adapun Tantangan lainnya, diungkapkan beberapa
sumber berupa: sumber berupa:
l. Konsolidasi otonomi daerah adalah : l. Konsolidasi otonomi daerah adalah :
a. Masih rendahnya profesionalisme aparatur pemerinta- a. Masih rendahnya profesionalisme aparatur pemerinta-
han daerah (eksekutif, legislatif dan yudikatif) baik han daerah (eksekutif, legislatif dan yudikatif) baik
dalam hal manajerial dan teknis pemerintahan dalam hal manajerial dan teknis pemerintahan
maupun dalam hal pelayanan kepada masyarakat dan maupun dalam hal pelayanan kepada masyarakat dan

83 83
pihak terkait lainnya. Selain itu juga meningkatkan
kerjasama antar daerah maupun antar sektor yang
pihak terkait lainnya. Selain itu juga meningkatkan
dapat memperbaiki dan mengefisienkan kegiatan
kerjasama antar daerah maupun antar sektor yang
pembangunan daerah.
dapat memperbaiki dan mengefisienkan kegiatan
b. Masih rendahnya efiesiensi dan efektivitas kinerja
pembangunan daerah.
kelembagaan.
b. Masih rendahnya efiesiensi dan efektivitas kinerja
c. Masih rendahnya kualitas proses perencanaan dan
kelembagaan.
pengendalian pembangunan antar daerah dan antara
c. Masih rendahnya kualitas proses perencanaan dan
daerah dengan pusat.
pengendalian pembangunan antar daerah dan antara
d. Belum sempurnanya syarat pembukaan daerah otonom
daerah dengan pusat.
baru.
d. Belum sempurnanya syarat pembukaan daerah otonom
e. Masih rendahnya pengelolaan keuangan daerah berbasis
baru.
kinerja dan kemampuan keuangan daerah.
e. Masih rendahnya pengelolaan keuangan daerah berbasis
f. Masih rendahnya kemampuan daerah menarik
kinerja dan kemampuan keuangan daerah.
investasi.
f. Masih rendahnya kemampuan daerah menarik
g. Masih rendahnya kemampuan teknis anggota DPRD.
investasi.
h. Masih rendahya pelayanan publik.
g. Masih rendahnya kemampuan teknis anggota DPRD.
h. Masih rendahya pelayanan publik. Kendala yang dihadapi adalah :
a. Belum lengkapnya perangkat pelaksanaan, terutama
Kendala yang dihadapi adalah :
peraturan perundang-undangan penjelasan UU No.
a. Belum lengkapnya perangkat pelaksanaan, terutama
20 tahun 1999 dan belum sejalanannya pengaturan
peraturan perundang-undangan penjelasan UU No.
kegiatan ektoral dengan semangat otonomi daerah.
20 tahun 1999 dan belum sejalanannya pengaturan
b. Rendahnya kualitas dan kapasitas teknis aparatur
kegiatan ektoral dengan semangat otonomi daerah.
daerah.
b. Rendahnya kualitas dan kapasitas teknis aparatur
c. Belum lengkap dan memadainya sarana dan prasarana.
daerah.
d. Belum optimalnya partisipasi organisasi non pemerintah
c. Belum lengkap dan memadainya sarana dan prasarana.
dan masyarakrat.
d. Belum optimalnya partisipasi organisasi non pemerintah
e. Masih rendahya kemampuan pengelolaan dan kapasitas
dan masyarakrat.
keuangan daerah dibandingkan dengan tanggung
e. Masih rendahya kemampuan pengelolaan dan kapasitas
jawabnya yang semakin besar terutama untuk daerah-
keuangan daerah dibandingkan dengan tanggung
daerah pemekaraan baru, daerah perbatasan, dan
jawabnya yang semakin besar terutama untuk daerah-
daerah yang sumber daya alamnya terbatas.
daerah pemekaraan baru, daerah perbatasan, dan
daerah yang sumber daya alamnya terbatas. 2. Tantangan pengembangan wilayah :
a. Masih besarnya kesenjangan pembangunan antar
2. Tantangan pengembangan wilayah :
a. Masih besarnya kesenjangan pembangunan antar

84 84
daerah dan perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat daerah dan perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat
antar daerah serta antar desa dan kota yang diperkiraan antar daerah serta antar desa dan kota yang diperkiraan
akan semakin mengikat di era desentralisasi dan akan semakin mengikat di era desentralisasi dan
otonomi daerah apabila faktor-faktor penyebabnya otonomi daerah apabila faktor-faktor penyebabnya
tidak ditangani secara mendasar. tidak ditangani secara mendasar.
b. Meningkatkan kemiskinan. b. Meningkatkan kemiskinan.
c. Masih banyaknya daerah-daerah terisolasi. c. Masih banyaknya daerah-daerah terisolasi.
d. Menurunkan kesempatan kerja dalam berbagai sektor d. Menurunkan kesempatan kerja dalam berbagai sektor
wilayah-wilayah konflik di beberapa daerah. wilayah-wilayah konflik di beberapa daerah.
Kendala utama yang dihadapi adalah: Kendala utama yang dihadapi adalah:
a. Rendahnya kualitas SDM. a. Rendahnya kualitas SDM.
b. Lemahnya struktur kelembagaan. b. Lemahnya struktur kelembagaan.
c. Kurangnya konsistensi dan keterpaduan program- c. Kurangnya konsistensi dan keterpaduan program-
program pembangunan maupun berbagai peraturan program pembangunan maupun berbagai peraturan
dan perundangan. dan perundangan.
d. Kurangnya keterlibatan masyarakat luas, terutma pihak d. Kurangnya keterlibatan masyarakat luas, terutma pihak
swasta dan dunia usaha dalam keputusan publik dan swasta dan dunia usaha dalam keputusan publik dan
pembangunan ekonomi wilayah. pembangunan ekonomi wilayah.
e. Kurang menariknya iklim investasi, khususnya yang e. Kurang menariknya iklim investasi, khususnya yang
menyangkut (a) keterbatasan jaringan prasarana dan menyangkut (a) keterbatasan jaringan prasarana dan
prasarana wilayah, (b) keterbatasan akses kepada prasarana wilayah, (b) keterbatasan akses kepada
modal/kapital dan (c) masih kurangnya insentif fiskal, modal/kapital dan (c) masih kurangnya insentif fiskal,
khususnya kawasan timur Indonesia. khususnya kawasan timur Indonesia.
3. Tantangan pembangunan wilayah stategis dan cepat sembuh 3. Tantangan pembangunan wilayah stategis dan cepat sembuh
adalah masih rendahya laju pertumbuhan kawasan-kawasan adalah masih rendahya laju pertumbuhan kawasan-kawasan
tersebut karena rendahnya investasi dalam maupun luar tersebut karena rendahnya investasi dalam maupun luar
negeri akibat munculya wilayah-wilayah lain di luar negeri negeri akibat munculya wilayah-wilayah lain di luar negeri
yang menjadi pesaing wilayah strategi dan cepat tumbuh yang menjadi pesaing wilayah strategi dan cepat tumbuh
di dalam negeri sejalan dengan penerapan perjanjian di dalam negeri sejalan dengan penerapan perjanjian
perdagangan bebas seperti AFTA dan APEC. perdagangan bebas seperti AFTA dan APEC.
Kendala yang dihadapi : Kendala yang dihadapi :
a. Keterbatasan jaringan jalan dan sarana perhubugan a. Keterbatasan jaringan jalan dan sarana perhubugan
lainnya serta jaringan telekominikasi yang menghu- lainnya serta jaringan telekominikasi yang menghu-
bungkan wilayah-wilayah strategi dan cepat tumbuh di bungkan wilayah-wilayah strategi dan cepat tumbuh di

85 85
dalam negeri dengan pusat-pusat perekonomian dunia.
b. Belum optimalnya keterlibatan swasta, lembaga non
dalam negeri dengan pusat-pusat perekonomian dunia.
pemerintah, dan masyarakat lokal dalam pembangunan
b. Belum optimalnya keterlibatan swasta, lembaga non
kawasan.
pemerintah, dan masyarakat lokal dalam pembangunan
c. Minimalnya informasi dan akses masyarakat di daerah
kawasan.
terhadap modal, input produksi, teknologi pasar, serta
c. Minimalnya informasi dan akses masyarakat di daerah
peluang usaha dan kerjasama investasi.
terhadap modal, input produksi, teknologi pasar, serta
d. Belum sinkronnya persepsi dalam pengelolaan
peluang usaha dan kerjasama investasi.
kawasan-kawasan khusus, seperti kawasan perdagangan
d. Belum sinkronnya persepsi dalam pengelolaan
bebas dan pelabuhan bebas yang pada akhirnya akan
kawasan-kawasan khusus, seperti kawasan perdagangan
menimbulkan rendahnya efisiensi dan efektivitas
bebas dan pelabuhan bebas yang pada akhirnya akan
pengembangan kawasan tersebut.
menimbulkan rendahnya efisiensi dan efektivitas
pengembangan kawasan tersebut. 4. Tantangan percepatan pengemangan KTI dan wilayah
tertinggal adalah:
4. Tantangan percepatan pengemangan KTI dan wilayah
a. Masih besarnya jumlah dan sebaran lokasi wilayah
tertinggal adalah:
tertinggal yang sebagian besar berada di KTI.
a. Masih besarnya jumlah dan sebaran lokasi wilayah
b. Beragamnya tingkat ketertinggalan serta karakteristik
tertinggal yang sebagian besar berada di KTI.
masing-masing wilayah yang menuntut perhatian
b. Beragamnya tingkat ketertinggalan serta karakteristik
seksama dalam jangka panjang.
masing-masing wilayah yang menuntut perhatian
seksama dalam jangka panjang. Kendala yang dihadapi dalam upaya pengembangan
wilayah tertinggal lainnya adalah :
Kendala yang dihadapi dalam upaya pengembangan
a. Upaya-upaya percepatan pengembangan wilayah
wilayah tertinggal lainnya adalah :
tertinggal, belum optimal, dan bersinergi.
a. Upaya-upaya percepatan pengembangan wilayah
b. Tidak ada kebijakan yang memprioriaskan
tertinggal, belum optimal, dan bersinergi.
penanganan wilayah tertinggal, baik di tingkat
b. Tidak ada kebijakan yang memprioriaskan
nasional maupun di tingkat daerah.
penanganan wilayah tertinggal, baik di tingkat
nasional maupun di tingkat daerah. 5. Tantangan pengembangan wilayah perbatasan adalah:
a. Panjangnya garis perbatasan darat dan laut yang harus
5. Tantangan pengembangan wilayah perbatasan adalah:
diawasi.
a. Panjangnya garis perbatasan darat dan laut yang harus
b. Belum adanya perjanjian kesepakatan batas negara pada
diawasi.
beberapa bagian wilayah perbatasan.
b. Belum adanya perjanjian kesepakatan batas negara pada
c. Perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah
beberapa bagian wilayah perbatasan.
perbatasan dengan masyarakat di negara tetangga,
c. Perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah
khususnya di perbatasan RI dan Malaysia .
perbatasan dengan masyarakat di negara tetangga,
khususnya di perbatasan RI dan Malaysia .

86 86
Kendala yang dihadapi antara lain adalah: Kendala yang dihadapi antara lain adalah:
a. Terbatasnya sarana dan prasarana keamanan, cukai, a. Terbatasnya sarana dan prasarana keamanan, cukai,
imigrasi, dan karantina di pos-pos pelintas batas. imigrasi, dan karantina di pos-pos pelintas batas.
b. Terbatasnya prasarana wilayah yang menghubungkan b. Terbatasnya prasarana wilayah yang menghubungkan
pusat-pusat perkotaan dengan pintu-pintu perbatasan. pusat-pusat perkotaan dengan pintu-pintu perbatasan.
6. Belum memadainya pelayanan pendidikan, kesehatan, dan 6. Belum memadainya pelayanan pendidikan, kesehatan, dan
fasilitas peningkatan keterampilan peduduk untuk dapat fasilitas peningkatan keterampilan peduduk untuk dapat
memanfaatkan peluang yang ada di negara tetangga. memanfaatkan peluang yang ada di negara tetangga.
7. Tantangan yang dihadapi untuk mewujudkan suasana 7. Tantangan yang dihadapi untuk mewujudkan suasana
damai yang sudah lama tidak dirasakan masyarakat adalah damai yang sudah lama tidak dirasakan masyarakat adalah
masih adanya gangguan keamanan yang dilakukan oleh masih adanya gangguan keamanan yang dilakukan oleh
gerakan separatis bersenjata di berbagai pelosok wilayah. gerakan separatis bersenjata di berbagai pelosok wilayah.
Kendala yang dihadapi adalah tidak efektifnya Kendala yang dihadapi adalah tidak efektifnya
pelaksanaan perjanjian dan kesepakatan penghentian pelaksanaan perjanjian dan kesepakatan penghentian
permusuhan antara pihak pemerintah dengan gerakan permusuhan antara pihak pemerintah dengan gerakan
separatis bersenjata, serta belum efektifnya penerapan undang- separatis bersenjata, serta belum efektifnya penerapan undang-
undang otonomi khusus. undang otonomi khusus.
8. Di Provinsi Papua tantangan yang dihadapi dalam 8. Di Provinsi Papua tantangan yang dihadapi dalam
mempercepat peningkatan kesejahteraan sebagian besar mempercepat peningkatan kesejahteraan sebagian besar
masyarakat papua adalah tersebarnya kelompok-kelompok masyarakat papua adalah tersebarnya kelompok-kelompok
masyarakat asli yang belum mendapat kesempatan untuk masyarakat asli yang belum mendapat kesempatan untuk
memberdayakan diri secara maksimal sehingga dapat memberdayakan diri secara maksimal sehingga dapat
memanfaatkan berbagai peluang yang ada. memanfaatkan berbagai peluang yang ada.
Kendala yang dihadapi adalah : Kendala yang dihadapi adalah :
a. Belum terbentuk dan tertatanya kelembagaan, kewena- a. Belum terbentuk dan tertatanya kelembagaan, kewena-
ngan, dan hubungan kerja antara Majelis Rakyat Papua ngan, dan hubungan kerja antara Majelis Rakyat Papua
(MRP) dan Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRD) (MRP) dan Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRD)
yang mewadahi aspirasi seluruh masyarakat Papua. yang mewadahi aspirasi seluruh masyarakat Papua.
b. Belum lengkapnya peraturan perundangan yang terkait b. Belum lengkapnya peraturan perundangan yang terkait
dengan pelaksanaan otonomi khusus Papua (UU No. dengan pelaksanaan otonomi khusus Papua (UU No.
21 Tahun 2001) dan pemekaran wilayah Provinsi Papua 21 Tahun 2001) dan pemekaran wilayah Provinsi Papua
(UU No. 45 Tahun 1999 dan inpres No. 1 tahun 2003 ) (UU No. 45 Tahun 1999 dan inpres No. 1 tahun 2003 )

87 87
9. Tantangan yang dihadapi dalam memulihkan kehidupan
sosial dan ekonomi di Maluku dan di daerah-daerah
9. Tantangan yang dihadapi dalam memulihkan kehidupan
lainnya yang mengalami konflik horizontal adalah :
sosial dan ekonomi di Maluku dan di daerah-daerah
a. Masih belum tumbuhnya kohesi sosial dan semangat
lainnya yang mengalami konflik horizontal adalah :
persaudaraan dalam menghadapi masalah bersama.
a. Masih belum tumbuhnya kohesi sosial dan semangat
b. Masih banyak pengungsi yang belum kembali atau
persaudaraan dalam menghadapi masalah bersama.
menempati permukiman yang permanen.
b. Masih banyak pengungsi yang belum kembali atau
c. Masih terdapat upaya-upaya untuk memicu kembali
menempati permukiman yang permanen.
kerusuhan sosial.
c. Masih terdapat upaya-upaya untuk memicu kembali
kerusuhan sosial. Kendala yang dihadapi ialah masih belum pulihnya
infrakstruktur dan suprastruktur pemerintahan dan politik
Kendala yang dihadapi ialah masih belum pulihnya
di Provinsi Maluku serta Maluku Utara yang mneyebabkan
infrakstruktur dan suprastruktur pemerintahan dan politik
belum optimlnya penyelenggaraaan pemerintahan daerah
di Provinsi Maluku serta Maluku Utara yang mneyebabkan
dalam percepatan pemulihan pembangunan.
belum optimlnya penyelenggaraaan pemerintahan daerah
dalam percepatan pemulihan pembangunan. 10. Tantangan pembangunan pedesaan adalah :
a. Masih rendahnya kemandirian masyarakat termasuk
10. Tantangan pembangunan pedesaan adalah :
peran perempuan dalam mengelola potensi lokal/desa
a. Masih rendahnya kemandirian masyarakat termasuk
sesuai dengan karakteristik lokal.
peran perempuan dalam mengelola potensi lokal/desa
b. Masih rendahnya produktivitas kawasan pedesaan
sesuai dengan karakteristik lokal.
dalam menjaga kelestarian SDA dan lingkungan hidup.
b. Masih rendahnya produktivitas kawasan pedesaan
c. Lemahnya keterkaitan antara kawasan pedesaan dengan
dalam menjaga kelestarian SDA dan lingkungan hidup.
kawasan perkotan.
c. Lemahnya keterkaitan antara kawasan pedesaan dengan
d. Belum terwujudnya pengelolaan pemerintahan yang
kawasan perkotan.
baik di tingkat desa.
d. Belum terwujudnya pengelolaan pemerintahan yang
baik di tingkat desa. Kendala yang dihadapi terutama adalah:
a. Terbatasnya akses dan ketersediaan prasarana dan
Kendala yang dihadapi terutama adalah:
sarana.
a. Terbatasnya akses dan ketersediaan prasarana dan
b. Kurangnya pemanfaatan teknologi akibat rendahnya
sarana.
tingkat pengetahuan dan keterampilan.
b. Kurangnya pemanfaatan teknologi akibat rendahnya
c. Semakin terbatasnya sumber daya lahan terutama akibat
tingkat pengetahuan dan keterampilan.
meningkatnya alih fungsi lahan pertanian produktivitas,
c. Semakin terbatasnya sumber daya lahan terutama akibat
khususnya di Pulau Jawa.
meningkatnya alih fungsi lahan pertanian produktivitas,
d. Menurunkan ketersediaan SDA dan kualitas lingkungan
khususnya di Pulau Jawa.
d. Menurunkan ketersediaan SDA dan kualitas lingkungan

88 88
hidup akibat pemanfaatan yang berlebihan dan tidak hidup akibat pemanfaatan yang berlebihan dan tidak
terkendali. terkendali.
e. Keterbatasan lapangan kerja alternatif salah satu sektor e. Keterbatasan lapangan kerja alternatif salah satu sektor
pertanian pertanian
f. Lemahnya keterkaitan kawasan pedesaan dengan f. Lemahnya keterkaitan kawasan pedesaan dengan
kawasan perkotaan untuk menunjang sistem jaringan kawasan perkotaan untuk menunjang sistem jaringan
agribisnis. agribisnis.
g. Belum efektifnya penyelenggaraan pemerintahan desa g. Belum efektifnya penyelenggaraan pemerintahan desa
baik dalam menyalurkan aspirasi masyarakat maupun baik dalam menyalurkan aspirasi masyarakat maupun
dalam menfasilitasi partisispasi masyarakat. dalam menfasilitasi partisispasi masyarakat.
11. Tantangan utama dalam pembangunan perkotaan adalah: 11. Tantangan utama dalam pembangunan perkotaan adalah:
a. Belum terwujudnya kualitas kota yang layak huni dan a. Belum terwujudnya kualitas kota yang layak huni dan
belum sinerginya perkotaan pedesaan dalam dinamika belum sinerginya perkotaan pedesaan dalam dinamika
otonomi daerah dan globalisasi. otonomi daerah dan globalisasi.
b. Sulitnya mengendalikan laju pertumbuhan urbanisasi b. Sulitnya mengendalikan laju pertumbuhan urbanisasi
dan perkembangan kota yang meluas di kota-kota besar dan perkembangan kota yang meluas di kota-kota besar
dan metropolitan. Kondisi ini secara spasial menyebabkan dan metropolitan. Kondisi ini secara spasial menyebabkan
terjadinya dominasi kota-kota besar dan metropolitan terjadinya dominasi kota-kota besar dan metropolitan
terhadap kota-kota terutama di Pulau Jawa terhadap kota-kota terutama di Pulau Jawa
c. Belum optimalnya fungsi kota-kota kecil dan menengah c. Belum optimalnya fungsi kota-kota kecil dan menengah
dalam menahan laju migrasi penduduk desa ke kota- dalam menahan laju migrasi penduduk desa ke kota-
kota besar dan metropolitan sehingga mengganggu kota besar dan metropolitan sehingga mengganggu
sistem hirarki kota. sistem hirarki kota.
d. Belum terbangunnya sinergi perkotaan dan pedesaan. d. Belum terbangunnya sinergi perkotaan dan pedesaan.
e. Pesatnya peningatan kebutuhan prasarana dan sarana e. Pesatnya peningatan kebutuhan prasarana dan sarana
kota terutama jaringan pengendalian banjir dan darinase. kota terutama jaringan pengendalian banjir dan darinase.
f. Masih tingginya tuntutan peningkatan kualitas f. Masih tingginya tuntutan peningkatan kualitas
pelayanan publik di kota. pelayanan publik di kota.
g. Belum efisiennya pemanfaatan lahan kota serta tidak g. Belum efisiennya pemanfaatan lahan kota serta tidak
diperhatikannya daya dukung lingkungan. diperhatikannya daya dukung lingkungan.
h. Meningkatnya masalah kemiskinan dan kerawanan h. Meningkatnya masalah kemiskinan dan kerawanan
sosial di pedesaan. sosial di pedesaan.
i. Menurunnya kualitas lingkungan hidup di perkotaan. i. Menurunnya kualitas lingkungan hidup di perkotaan.
j. Pesatnya perkembangan sektor ekonomi (informal) j. Pesatnya perkembangan sektor ekonomi (informal)

89 89
seiring dengan peningkatan jumlah angkatan kerja di
pendidikan.
seiring dengan peningkatan jumlah angkatan kerja di
pendidikan. Kendala yang dihadapi adalah :
a. Belum memadainya kapasitas pengelolaan kota.
Kendala yang dihadapi adalah :
b. Masih adanya peraturan yang tumpang tindih.
a. Belum memadainya kapasitas pengelolaan kota.
c. Belum meluasnya pendekatan dan agropolitan untuk
b. Masih adanya peraturan yang tumpang tindih.
membangun sinergi kota dan desa.
c. Belum meluasnya pendekatan dan agropolitan untuk
d. Belum terintegrasi pembangunan sektor ekonomi
membangun sinergi kota dan desa.
informal serta dalam struktur ruang kota.`
d. Belum terintegrasi pembangunan sektor ekonomi
e. Keterbatasan kerjasama pembangunan antar kota dan
informal serta dalam struktur ruang kota.`
antar daerah dalam pengembangan wilayahnya.
e. Keterbatasan kerjasama pembangunan antar kota dan
antar daerah dalam pengembangan wilayahnya. 12. Tantangan pembangunan perumahan adalah:
a. Masih tingginya kebutuhan masyarakat akan rumah
12. Tantangan pembangunan perumahan adalah:
yang belum dapat terpenuhi yang diperkirakan mencapai
a. Masih tingginya kebutuhan masyarakat akan rumah
sekitar 5 unit dengan kebutuhan baru sebanyak 800 ribu
yang belum dapat terpenuhi yang diperkirakan mencapai
unit per tahun.
sekitar 5 unit dengan kebutuhan baru sebanyak 800 ribu
b. Masih banyak jumlah rumah tangga yang bertempat
unit per tahun.
tinggal di rumah dan kawasan yang tidak layak huni.
b. Masih banyak jumlah rumah tangga yang bertempat
c. Tidak tersedianya dana jangka panjang untuk
tinggal di rumah dan kawasan yang tidak layak huni.
pembiayaan perumahan.
c. Tidak tersedianya dana jangka panjang untuk
pembiayaan perumahan. Kendala pembangunan perumahan :
a. Belum terbangunnya sistem penyelenggaraan peruma-
Kendala pembangunan perumahan :
han dan pemukiman.
a. Belum terbangunnya sistem penyelenggaraan peruma-
b. Belum sistematisnya pembiayaan perumahan dan pasar
han dan pemukiman.
perumahan.
b. Belum sistematisnya pembiayaan perumahan dan pasar
c. Menurunnya kualitas lingkungan permukiman.
perumahan.
d. Belum seimbangnya kebutuhan dengan kemampuan
c. Menurunnya kualitas lingkungan permukiman.
pemenuhannya.
d. Belum seimbangnya kebutuhan dengan kemampuan
e. Belum tersedianya informasi dan wadah komunikasi
pemenuhannya.
dalam penyelenggaraan dan pasar perumahan
e. Belum tersedianya informasi dan wadah komunikasi
pemukiman bagi seluruh lapisan masyarakat.
dalam penyelenggaraan dan pasar perumahan
pemukiman bagi seluruh lapisan masyarakat. 13. Tantangan pembangunan pemukiman ialah:
a. Masih rendahnya cakupan pelayanan air minum.
13. Tantangan pembangunan pemukiman ialah:
a. Masih rendahnya cakupan pelayanan air minum.

90 90
b. Masih tingginya tingkat kebocoran penyediaan air b. Masih tingginya tingkat kebocoran penyediaan air
minum. minum.
c. Masih rendahnya proporsi penduduk kota yang c. Masih rendahnya proporsi penduduk kota yang
mendapatkan pelayanan pengelolaan air limbah. mendapatkan pelayanan pengelolaan air limbah.
d. Belum terpadunya penanganan drainase kota dengan d. Belum terpadunya penanganan drainase kota dengan
pengendalian banjir dan masih luasnya wilayah pengendalian banjir dan masih luasnya wilayah
tergenang di perkotaan. tergenang di perkotaan.
e. Masih lemahnya manajemen penanganan sampah di e. Masih lemahnya manajemen penanganan sampah di
perkotaan. perkotaan.
Kendala yang dihadapi adalah : Kendala yang dihadapi adalah :
a. Masih lemahnya pengaturan dan regulasi air minum, a. Masih lemahnya pengaturan dan regulasi air minum,
serta sanitasi. serta sanitasi.
b. Rendahnya kesadaran masyarakat pemerintah dan b. Rendahnya kesadaran masyarakat pemerintah dan
pihak terkait lainnya akan pentingnya penanganan pihak terkait lainnya akan pentingnya penanganan
penyehatan lingkungan. penyehatan lingkungan.
c. Masih lemahnya manajemen PDAM. c. Masih lemahnya manajemen PDAM.
d. Masih kurangnya keterlibatan swasta dalam penyediaan d. Masih kurangnya keterlibatan swasta dalam penyediaan
prasarana, sarana dan pengelolaan air minum serta prasarana, sarana dan pengelolaan air minum serta
penyehatan lingkungan. penyehatan lingkungan.
14. Tantangan penataan ruang adalah : 14. Tantangan penataan ruang adalah :
a. Belum terwujudnya rencana tata ruang sebagai acuan a. Belum terwujudnya rencana tata ruang sebagai acuan
bagi pembangunan nasional dan pengembangan bagi pembangunan nasional dan pengembangan
daerah. daerah.
b. Belum dijadikannya penataan ruang sebagai usaha b. Belum dijadikannya penataan ruang sebagai usaha
preventif yang penting dalam proses pelestarian SDA preventif yang penting dalam proses pelestarian SDA
dan lingkungan hidup. dan lingkungan hidup.
Kendala untuk bidang penataan tata ruang adalah: Kendala untuk bidang penataan tata ruang adalah:
a. Kurang berjalannya mekanisme pengendalian a. Kurang berjalannya mekanisme pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah mempertimbangkan pelaksanaan rencana yang telah mempertimbangkan
seluruh aspek penting yang perlu dicapai dan ditargetkan seluruh aspek penting yang perlu dicapai dan ditargetkan
dapat dicapai apabila rencana tersebut dilaksanakan dapat dicapai apabila rencana tersebut dilaksanakan
dengan baik. dengan baik.
b. Belum adanya mekanisme penegakan hukum bagi b. Belum adanya mekanisme penegakan hukum bagi
penyimpanan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai penyimpanan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai

91 91
dengan rencana baik yang dilakukan oleh masyarakat
ataupun oleh pemerintah itu sendiri.
dengan rencana baik yang dilakukan oleh masyarakat
c. Rendahnya pemahaman, disiplin, konsistensi, dan du-
ataupun oleh pemerintah itu sendiri.
kungan para pihak terhadap kegiatan penataan ruang.
c. Rendahnya pemahaman, disiplin, konsistensi, dan du-
kungan para pihak terhadap kegiatan penataan ruang. 15. Tantangan bidang pengelolaan pertahanan adalah:
a. Masih lemahnya jaminan kepastian hukum hak atas
15. Tantangan bidang pengelolaan pertahanan adalah:
tanah.
a. Masih lemahnya jaminan kepastian hukum hak atas
b. Belum tuntasnya pelaksanaan desentralisasi pertanahan
tanah.
karena belum sinkronnya peraturan yang ada.
b. Belum tuntasnya pelaksanaan desentralisasi pertanahan
c. Belum teratasinya ketimpangan dan ketidakadilan
karena belum sinkronnya peraturan yang ada.
dalam penguasaan dan pemilik tanah.
c. Belum teratasinya ketimpangan dan ketidakadilan
d. Belum teratasinya penggunaan tanah yang tidak
dalam penguasaan dan pemilik tanah.
sesuai dengan fungsinya dan pengalihan fungsi tanah
d. Belum teratasinya penggunaan tanah yang tidak
berintegrasi teknis menjadi tanah non-pertaniaan.
sesuai dengan fungsinya dan pengalihan fungsi tanah
e. Belum optimalnya pelayanan bidang pertanahan.
berintegrasi teknis menjadi tanah non-pertaniaan.
e. Belum optimalnya pelayanan bidang pertanahan. Kendala yang dihadapi adalah:
a. Belum lengkap dan harmonisasinya peraturan
Kendala yang dihadapi adalah:
perundang-undangan pertanahan yang ada dengan
a. Belum lengkap dan harmonisasinya peraturan
peraturan bidang lainnya.
perundang-undangan pertanahan yang ada dengan
b. Masih terbatasnya kapasitas daerah, baik pada
peraturan bidang lainnya.
aspek peraturan daerah, kelembagaan, sumber daya
b. Masih terbatasnya kapasitas daerah, baik pada
manusia, sistem informasi, maupun pembiayaan dalam
aspek peraturan daerah, kelembagaan, sumber daya
pemberikan pelayanan pertanahan bagi peyelenggaraan
manusia, sistem informasi, maupun pembiayaan dalam
otonomi daerah.
pemberikan pelayanan pertanahan bagi peyelenggaraan
c. Masih adanya konsentrasi penguasaan dan pemilikan
otonomi daerah.
tanah oleh pihak-pihak tertentu.
c. Masih adanya konsentrasi penguasaan dan pemilikan
d. Belum memadainya kapasitas aparat pemerintah dan
tanah oleh pihak-pihak tertentu.
kurangnya parsitipasi masyarakat dalam pengendaliaan
d. Belum memadainya kapasitas aparat pemerintah dan
pemanfaatan tanah.
kurangnya parsitipasi masyarakat dalam pengendaliaan
e. Masih rendahnya kinerja pelayanan pertanahan
pemanfaatan tanah.
termasuk belum tertibnya administrasi pertanahan,
e. Masih rendahnya kinerja pelayanan pertanahan
lambatnya proses sertifikasi, serta besarnya proporsi
termasuk belum tertibnya administrasi pertanahan,
bidang tanah yang belum disertifikasi.
lambatnya proses sertifikasi, serta besarnya proporsi
bidang tanah yang belum disertifikasi.

92 92
16. Tantangan bidang pengelolaan pertanahan adalah: 16. Tantangan bidang pengelolaan pertanahan adalah:
a. Masih lemahnya jaminan kepastiaan hukum hal atas a. Masih lemahnya jaminan kepastiaan hukum hal atas
tanah. tanah.
b. Belum tuntasnya pelaksanaan desentralisasi pertanahan b. Belum tuntasnya pelaksanaan desentralisasi pertanahan
karena belum sinkronnya peraturan yang ada. karena belum sinkronnya peraturan yang ada.
c. Belum teratasinya ketimpangan dan ketidakadilan c. Belum teratasinya ketimpangan dan ketidakadilan
dalam penguasaan dan pemilik tanah. dalam penguasaan dan pemilik tanah.
d. Belum tertasinya penggunaan tanah yang tidak d. Belum tertasinya penggunaan tanah yang tidak
sesuai dengan fungsinya dan pengalihan fungsi tanah sesuai dengan fungsinya dan pengalihan fungsi tanah
berintegrasi teknis menjadi tanah non-pertaniaan berintegrasi teknis menjadi tanah non-pertaniaan
e. Belum optimalnya pelayanan dan pemilikan tanah. e. Belum optimalnya pelayanan dan pemilikan tanah.
Kendala yang dihadapi adalah: Kendala yang dihadapi adalah:
a. Belum lengkap dan harmonisasinya peraturan a. Belum lengkap dan harmonisasinya peraturan
perundang-undangan pertanahan yang ada dengan perundang-undangan pertanahan yang ada dengan
peraturan bidang lainnya. peraturan bidang lainnya.
b. Masih terbatasnya kapasitas`daerah baik dalam b. Masih terbatasnya kapasitas`daerah baik dalam
aspek peraturan daerah, kelembagaan, sumber daya aspek peraturan daerah, kelembagaan, sumber daya
manusia, sistem informasi, maupun pembiayaan dalam manusia, sistem informasi, maupun pembiayaan dalam
memberikan pelayanan pertanahan pada masyarakat memberikan pelayanan pertanahan pada masyarakat
dalam rangka peyelenggaraan otonomi daerah. dalam rangka peyelenggaraan otonomi daerah.
c. Masih adanya konsentrasi penguasaan dan pemilikan c. Masih adanya konsentrasi penguasaan dan pemilikan
tanah oleh pihak-pihak tertentu. tanah oleh pihak-pihak tertentu.
d. Belum memadainya kapasitas aparat pemerintah dan d. Belum memadainya kapasitas aparat pemerintah dan
kurangnya partisispasi masyarakat dalam pengendalian kurangnya partisispasi masyarakat dalam pengendalian
pemanfaatan tanah. pemanfaatan tanah.
e. Masih rendahya kinerja pelayanan pertanahan termasuk e. Masih rendahya kinerja pelayanan pertanahan termasuk
belum tertibnya administrasi pertanahan, lambatnya belum tertibnya administrasi pertanahan, lambatnya
proses sertifikasi tanah serta besarnya proporsi bidang proses sertifikasi tanah serta besarnya proporsi bidang
tanah yang belum disertifikasi. tanah yang belum disertifikasi.
17. Tantangan peningkatan penanggulangan kemiskinan ialah 17. Tantangan peningkatan penanggulangan kemiskinan ialah
belum samanya persepsi dan defenisi mengenai sumber- belum samanya persepsi dan defenisi mengenai sumber-
sumber permasalahan kemiskinan yang lebih spesifik. sumber permasalahan kemiskinan yang lebih spesifik.
Kendala yng dihadapi adalah : Kendala yng dihadapi adalah :
a. Masih dilaksanakannya strategi yang lebih banyak a. Masih dilaksanakannya strategi yang lebih banyak

93 93
bersifat subsidi, pemberian bantuan (dana,
pendampingan, sarana, prasarana)
bersifat subsidi, pemberian bantuan (dana,
b. Belum diadopsi strategi perluasan kesempatan kerja,
pendampingan, sarana, prasarana)
strategi pemberdayaan masyarakat, strategi peningkatan
b. Belum diadopsi strategi perluasan kesempatan kerja,
kapasitas, dan strategi perlingdungan sosial untuk
strategi pemberdayaan masyarakat, strategi peningkatan
mewujudkan penanggulangan kemiskinan yang
kapasitas, dan strategi perlingdungan sosial untuk
sistematik
mewujudkan penanggulangan kemiskinan yang
c. Belum responsifnya kebijakan dan program yang
sistematik
ditempuh masing-masing departemen/LPND dalam
c. Belum responsifnya kebijakan dan program yang
mengatasi masalah kemiskinan secara langsung.
ditempuh masing-masing departemen/LPND dalam
d. Sangat bervariasinya targeting dan belum adanya suatu
mengatasi masalah kemiskinan secara langsung.
mekanisme yang jelas tentang desain monitoring
d. Sangat bervariasinya targeting dan belum adanya suatu
maupun evaluasi, sehingga sulit mengetahui kapabilitas
mekanisme yang jelas tentang desain monitoring
program yang dijalankan.
maupun evaluasi, sehingga sulit mengetahui kapabilitas
program yang dijalankan. 18. Tantangan pemberdayaan masyarakat adalah kurangnya
minat masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan
18. Tantangan pemberdayaan masyarakat adalah kurangnya
rendah memanfaatkan potensi SDA dan sosial serta
minat masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan
peluang yang muncul dengan semakin membaiknya
rendah memanfaatkan potensi SDA dan sosial serta
keadaan ekonomi.
peluang yang muncul dengan semakin membaiknya
keadaan ekonomi. Kendala yang dihadapi adalah :
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat
Kendala yang dihadapi adalah :
berpenghasilan rendah.
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat
b. Adanya kondisi kemiskinan struktural yang dialami
berpenghasilan rendah.
sebagaian masyarakat.
b. Adanya kondisi kemiskinan struktural yang dialami
c. Adanya keengganan untuk membagi wewenang
sebagaian masyarakat.
dan sumber daya yang ada pada pemerintah kepada
c. Adanya keengganan untuk membagi wewenang
msyarakat atau dari kelompok ekonomi kuat kepada
dan sumber daya yang ada pada pemerintah kepada
kelompok lemah.
msyarakat atau dari kelompok ekonomi kuat kepada
d. Rendahnya tingkat pelayanan dasar dan sosial.
kelompok lemah.
e. Terbatasnya lapangan kerja bagi penduduk pedesaan.
d. Rendahnya tingkat pelayanan dasar dan sosial.
f. Belum terbangunnya sistem agribisnis, industri
e. Terbatasnya lapangan kerja bagi penduduk pedesaan.
kecil,dan kerajinan rakyat.
f. Belum terbangunnya sistem agribisnis, industri
g. Rendahnya penguasaan teknologi bagi masyarakat
kecil,dan kerajinan rakyat.
g. Rendahnya penguasaan teknologi bagi masyarakat

94 94
pedesaan serta rendahnya akses terhadap jaringan pedesaan serta rendahnya akses terhadap jaringan
pemasaran. pemasaran.
h. Tantangan pembangunan pedesaan. h. Tantangan pembangunan pedesaan.
i. Tantangan pembangunan perumahan. i. Tantangan pembangunan perumahan.
Selain tantangan pembangunan daerah yang bersifat Selain tantangan pembangunan daerah yang bersifat
umum tersebut, terdapat tantangan spesifik : umum tersebut, terdapat tantangan spesifik :
1. Perbedaan SDA antar Provinsi, pemikiran tentang 1. Perbedaan SDA antar Provinsi, pemikiran tentang
hal ini didasarkan pemikiran klasik yang mengatakan hal ini didasarkan pemikiran klasik yang mengatakan
bahwa pembanguan ekonomi di daerah yang kaya SDA bahwa pembanguan ekonomi di daerah yang kaya SDA
akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur
dibandingkan dengan daerah yang miskin SDA. dibandingkan dengan daerah yang miskin SDA.
Sebenarnya sampai dengan tingkat tertentu pendapat Sebenarnya sampai dengan tingkat tertentu pendapat
ini masih dapat dikatakan benar, dengan catatan ini masih dapat dikatakan benar, dengan catatan
SDA dianggap sebagai modal awal pembangunan. SDA dianggap sebagai modal awal pembangunan.
Namun, belum tentu juga daerah yang kaya akan SDA Namun, belum tentu juga daerah yang kaya akan SDA
mempunyai tingkat pembangunan ekonomi yang mempunyai tingkat pembangunan ekonomi yang
lebih tinggi jika tidak didukung oleh teknologi yang lebih tinggi jika tidak didukung oleh teknologi yang
ada.(https://candygloria.wordpress.com/2011/04/06/ ada.(https://candygloria.wordpress.com/2011/04/06/
pembangunan-ekonomi-daerah/. pembangunan-ekonomi-daerah/.
2. Teknologi, dasar pemikiran mengenai hal ini ialah 2. Teknologi, dasar pemikiran mengenai hal ini ialah
bahwa penguasaan teknologi dan peningkatan taraf bahwa penguasaan teknologi dan peningkatan taraf
SDM semakin penting, maka sebenarnya faktor ini lebih SDM semakin penting, maka sebenarnya faktor ini lebih
penting daripada SDA. Memang SDA akan mendukung penting daripada SDA. Memang SDA akan mendukung
pembangunan dan perkembangan, tetapi akan percuma pembangunan dan perkembangan, tetapi akan percuma
jika memiliki SDA, tapi minim dengan Teknologi dan jika memiliki SDA, tapi minim dengan Teknologi dan
SDM. SDM.
Program desentralisasi dan otonomi daerah merupakan Program desentralisasi dan otonomi daerah merupakan
pekerjaan besar dan harus berhasil dengan baik. Keragaman pekerjaan besar dan harus berhasil dengan baik. Keragaman
kemampuan dalam pelaksanaannya harus didasarkan pada kemampuan dalam pelaksanaannya harus didasarkan pada
sequencing yang jelas dan penerapan bertahap menurut sequencing yang jelas dan penerapan bertahap menurut
kemampuan daerah. (https://candygloria.wordpress.com/ kemampuan daerah. (https://candygloria.wordpress.com/
2011/04/06/pembangunan-ekonomi-daerah/). 2011/04/06/pembangunan-ekonomi-daerah/).
Tantangan yang harus diatasi melalui penyelenggaraan Tantangan yang harus diatasi melalui penyelenggaraan
desentralisasi dan otonomi daerah, antara lain: desentralisasi dan otonomi daerah, antara lain:

95 95
a. Pengangguran: Secara umum pengangguran diarti-
kan sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja.
a. Pengangguran: Secara umum pengangguran diarti-
Pengangguran disebabkan oleh jumlah angkatan kerja
kan sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja.
yang tidak seimbang dengan jumlah lapangan kerja/
Pengangguran disebabkan oleh jumlah angkatan kerja
kesempatan kerja. Akibatnya, banyak angkatan kerja
yang tidak seimbang dengan jumlah lapangan kerja/
yang tidak dapat terserap dalam lapangan pekerjaan
kesempatan kerja. Akibatnya, banyak angkatan kerja
sehingga menimbulkan pengangguran. Angkatan kerja
yang tidak dapat terserap dalam lapangan pekerjaan
Indonesia pada Februari 2015 sebanyak 128,3 juta
sehingga menimbulkan pengangguran. Angkatan kerja
orang, bertambah sebanyak 6,4 juta orang dibanding
Indonesia pada Februari 2015 sebanyak 128,3 juta
Agustus 2014 atau bertambah sebanyak 3,0 juta orang
orang, bertambah sebanyak 6,4 juta orang dibanding
dibanding Februari 2014. Tingkat Pengangguran
Agustus 2014 atau bertambah sebanyak 3,0 juta orang
Terbuka (TPT) Februari 2015 sebesar 5,81 persen
dibanding Februari 2014. Tingkat Pengangguran
menurun dibanding TPT Agustus 2014 (5,94 persen),
Terbuka (TPT) Februari 2015 sebesar 5,81 persen
dan meningkat dibandingkan TPT Februari 2014 (5,70
menurun dibanding TPT Agustus 2014 (5,94 persen),
persen). Selama setahun terakhir (Februari 2014–
dan meningkat dibandingkan TPT Februari 2014 (5,70
Februari 2015) kenaikan penyerapan tenaga kerja terjadi
persen). Selama setahun terakhir (Februari 2014–
terutama di Sektor Industri sebanyak 1,0 juta orang
Februari 2015) kenaikan penyerapan tenaga kerja terjadi
(6,43 persen), Sektor Jasa Kemasyarakatan sebanyak
terutama di Sektor Industri sebanyak 1,0 juta orang
930 ribu orang (5,03 persen), dan Sektor Perdagangan
(6,43 persen), Sektor Jasa Kemasyarakatan sebanyak
sebanyak 840 ribu orang(3,25persen).
930 ribu orang (5,03 persen), dan Sektor Perdagangan
Penduduk bekerja di atas 35 jam perminggu
sebanyak 840 ribu orang(3,25persen).
(pekerja penuh) pada Pebruari 2015 sebanyak 85,2
Penduduk bekerja di atas 35 jam perminggu
juta orang (70,48 persen), sedangkan penduduk
(pekerja penuh) pada Pebruari 2015 sebanyak 85,2
yang bekerja kurang dari 15 jam perminggu
juta orang (70,48 persen), sedangkan penduduk
sebanyak 7,5 juta orang (6,24 persen).
yang bekerja kurang dari 15 jam perminggu
Pada Februari 2015, penduduk bekerja masih didominasi
sebanyak 7,5 juta orang (6,24 persen).
oleh mereka yang berpendidikan SD ke bawah sebesar
Pada Februari 2015, penduduk bekerja masih didominasi
45,19 persen, sementara penduduk bekerja dengan
oleh mereka yang berpendidikan SD ke bawah sebesar
pendidikan Sarjana ke atas hanya sebesar 8,29 persen.
45,19 persen, sementara penduduk bekerja dengan
(https://www.bps.go.id/Brs/view/id/1139).
pendidikan Sarjana ke atas hanya sebesar 8,29 persen.
b. Ekonomi Daerah: Konsentrasi kegiatan ekonomi
(https://www.bps.go.id/Brs/view/id/1139).
yang tinggi di daerah tertentu merupakan salah satu
b. Ekonomi Daerah: Konsentrasi kegiatan ekonomi
faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan
yang tinggi di daerah tertentu merupakan salah satu
pembangunan antar daerah. Ekonomi daerah dengan
faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan
konsentrasi kegiatan ekonomi tinggi cenderung tumbuh
pembangunan antar daerah. Ekonomi daerah dengan
konsentrasi kegiatan ekonomi tinggi cenderung tumbuh

96 96
pesat. Sedangkan daerah dengan tingkat ekonomi yang pesat. Sedangkan daerah dengan tingkat ekonomi yang
rendah cenderung mempunyai tingkat pembanguan rendah cenderung mempunyai tingkat pembanguan
dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah. dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat
pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber
daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor
swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru
dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi
(pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.
(Lincolin Arsyad, 1999). (Lincolin Arsyad, 1999).
Masalah pokok dalam pembangunan daerah berada Masalah pokok dalam pembangunan daerah berada
pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan
pembangunan yang berdasar pada kekhasan daerah pembangunan yang berdasar pada kekhasan daerah
yang bersangkutan (endogenous development) yang bersangkutan (endogenous development)
dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia,
kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal atau kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal atau
daerah. Kondisi ini menantang perlunya dilakukan daerah. Kondisi ini menantang perlunya dilakukan
pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah
dalam proses pembangunan. dalam proses pembangunan.
Hal ini penting untuk menciptakan kesempatan Hal ini penting untuk menciptakan kesempatan
kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi
(https://candygloria.wordpress.com/2011/04/06/ (https://candygloria.wordpress.com/2011/04/06/
pembangunan-ekonomi-daerah/). pembangunan-ekonomi-daerah/).
c. Tingkat Kemiskinan: Kemiskinan merupakan c. Tingkat Kemiskinan: Kemiskinan merupakan
keadaan masyarakat yang tidak mampu memenuhi keadaan masyarakat yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup tersebut kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup tersebut
meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan,
dan kesehatan. Kemiskinan terjadi sebagai akibat dan kesehatan. Kemiskinan terjadi sebagai akibat
berkurangnya pendapatan masyarakat secara riil. berkurangnya pendapatan masyarakat secara riil.
Masyarakat mengalami penurunan daya beli barang- Masyarakat mengalami penurunan daya beli barang-
barang kebutuhan pokok secara umum. Akibatnya, barang kebutuhan pokok secara umum. Akibatnya,
masyarakat tidak dapat hidup secara layak sehingga masyarakat tidak dapat hidup secara layak sehingga
taraf hidupnya menurun. “Untuk mengukur kemiskinan taraf hidupnya menurun. “Untuk mengukur kemiskinan
BPS menggunakan konsep pendekatan kebutuhan BPS menggunakan konsep pendekatan kebutuhan

97 97
dasar.Kita buat garis kemiskinan yang terdiri dari garis
kemiskinan makanan, kebutuhan minimum makanan
dasar.Kita buat garis kemiskinan yang terdiri dari garis
setara 2.100 kilo kalori per kapita per hari dan garis
kemiskinan makanan, kebutuhan minimum makanan
kemiskinan non makanan.Nilai mininum pengeluaran
setara 2.100 kilo kalori per kapita per hari dan garis
untuk perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan,
kemiskinan non makanan.Nilai mininum pengeluaran
digabungkan menjadi garis kemiskinan. Kita pakai
untuk perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan,
sejak tahun 1998 dan 2.100 kilo kalori itu memang
digabungkan menjadi garis kemiskinan. Kita pakai
secara internasional banyak yang hampir sama, bahkan
sejak tahun 1998 dan 2.100 kilo kalori itu memang
ada yang dibawah kita,” kata Suryamin.
secara internasional banyak yang hampir sama, bahkan
“Pada bulan Maret 2014 jumlah penduduk miskin
ada yang dibawah kita,” kata Suryamin.
sebesar 28,28 juta orang, bila dibandingkan dengan
“Pada bulan Maret 2014 jumlah penduduk miskin
September 2013 terjadi penurunan dari 28,60 juta orang,
sebesar 28,28 juta orang, bila dibandingkan dengan
dan persentasenya juga menurun dari 11,46 menjadi
September 2013 terjadi penurunan dari 28,60 juta orang,
11,25 persen,” kata Suryamin. Dalam jumpa pers di
dan persentasenya juga menurun dari 11,46 menjadi
Jakarta, Selasa (1/7), Kepala BPS Suryamin menjelaskan
11,25 persen,” kata Suryamin. Dalam jumpa pers di
metoda yang digunakan BPS untuk mengukur
Jakarta, Selasa (1/7), Kepala BPS Suryamin menjelaskan
kemiskinan di Indonesia, juga digunakan oleh banyak
metoda yang digunakan BPS untuk mengukur
negara : (http://www.voaindonesia.com/content/bps-
kemiskinan di Indonesia, juga digunakan oleh banyak
tingkat-keliskinan-indonesia-menurun/1948483.html).
negara : (http://www.voaindonesia.com/content/bps-
d. Perbedaan Kondisi Demografis antar Provinsi:
tingkat-keliskinan-indonesia-menurun/1948483.html).
Kondisi demografis antar provinsi berbeda satu dengan
d. Perbedaan Kondisi Demografis antar Provinsi:
lainnya, ada yang disominasi oleh sektor pertanian,
Kondisi demografis antar provinsi berbeda satu dengan
ada yang didominiasi oleh sektor pariwisata, dan lain
lainnya, ada yang disominasi oleh sektor pertanian,
sebagainya. Perbedaan kondisi demografis ini biasanya
ada yang didominiasi oleh sektor pariwisata, dan lain
menyebabkan pembangunan tiap-tiap daerah berbeda
sebagainya. Perbedaan kondisi demografis ini biasanya
antara satu denganlainnya.
menyebabkan pembangunan tiap-tiap daerah berbeda
(http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/02/
antara satu denganlainnya.
permasalahan-ekonomi-di indonesia.html
(http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2013/02/
permasalahan-ekonomi-di indonesia.html Selain tantangan dan kendala yang telah dikemukakan,
Dadang Solichin, mengemukakan beberapa permasalahan
Selain tantangan dan kendala yang telah dikemukakan,
pembangunan dalam RPJP 2009-2014, yang oleh penulis,
Dadang Solichin, mengemukakan beberapa permasalahan
menilai hal tersebut masih relevan untuk dijadikn sebagai
pembangunan dalam RPJP 2009-2014, yang oleh penulis,
bahan kajian, yakni :
menilai hal tersebut masih relevan untuk dijadikn sebagai
bahan kajian, yakni :

98 98
1 1

1 1

99 99
11

11

11

11

100 100
VI. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN VI. PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN
EKOLOGI PEMERINATAHAN EKOLOGI PEMERINATAHAN

K onsep pembangunan berkelanjutan adalah pemba-


ngunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi
saat ini tanpa mengorbankan kepentingan generasi yang
K onsep pembangunan berkelanjutan adalah pemba-
ngunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi
saat ini tanpa mengorbankan kepentingan generasi yang
akan datang. Pembangunan dalam hal ini mencakup upaya akan datang. Pembangunan dalam hal ini mencakup upaya
memaksimumkan net benefit dari pembangunan ekonomi memaksimumkan net benefit dari pembangunan ekonomi
yang berhubungan dengan pemeliharaan jasa dan kualitas yang berhubungan dengan pemeliharaan jasa dan kualitas
sumber daya alam setiap waktu. Oleh sebab itu, pembangunan sumber daya alam setiap waktu. Oleh sebab itu, pembangunan
ekonomi tidak hanya mencakup peningkatan pendapatan ekonomi tidak hanya mencakup peningkatan pendapatan
perkapita riil, tetapi juga mencakup elemen-elemen lain dalam perkapita riil, tetapi juga mencakup elemen-elemen lain dalam
kesejahteraan sosial (Pearce dan Turner, 1990). kesejahteraan sosial (Pearce dan Turner, 1990).
Hal tersebut sejalan dengan konsep pembangunan yang Hal tersebut sejalan dengan konsep pembangunan yang
dikemukakan oleh Serageldin (1994) yakni pembangunan dikemukakan oleh Serageldin (1994) yakni pembangunan
yang memungkinkan generasi sekarang dapat meningkatkan yang memungkinkan generasi sekarang dapat meningkatkan
kesejahteraannya tanpa mengurangi kesempatan generasi kesejahteraannya tanpa mengurangi kesempatan generasi
yang akan datang untuk meningkatkan kesejahteraannya. yang akan datang untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Oleh karena itu, konsep pembangunan berkelanjutan adalah Oleh karena itu, konsep pembangunan berkelanjutan adalah
mengintegrasikan tiga aspek kehidupan (ekonomi, sosial dan mengintegrasikan tiga aspek kehidupan (ekonomi, sosial dan
ekologi) dalam satu hubungan yang sinergis, sehingga makna ekologi) dalam satu hubungan yang sinergis, sehingga makna
keberlanjutan dalam konsep tersebut juga didefinisikan keberlanjutan dalam konsep tersebut juga didefinisikan
sebagai keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan. sebagai keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Pada beberapa dekade terakhir, konsep pembangunan Pada beberapa dekade terakhir, konsep pembangunan
keberlanjutan (sustainable development) semakin sering keberlanjutan (sustainable development) semakin sering
digunakan oleh banyak negara di dunia untuk mengimplemen- digunakan oleh banyak negara di dunia untuk mengimplemen-
tasikan kebijakan pembangunan baik pada level nasional tasikan kebijakan pembangunan baik pada level nasional
maupun internasional. Keberlanjutan (sustainability) saat ini maupun internasional. Keberlanjutan (sustainability) saat ini
telah menjadi elemen inti (core element) bagi banyak kebijakan telah menjadi elemen inti (core element) bagi banyak kebijakan
pemerintah negara-negara di dunia dan lembaga lembaga pemerintah negara-negara di dunia dan lembaga lembaga
strategis lainnya. Menurut Khanna (1999), pembangunan strategis lainnya. Menurut Khanna (1999), pembangunan
keberlanjutan berimplikasi pada keseimbangan dinamik keberlanjutan berimplikasi pada keseimbangan dinamik
antara fungsi maintenance (sustainability) dan transformasi antara fungsi maintenance (sustainability) dan transformasi
(development) dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. (development) dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup.

101 101
Sementara itu, Cornelissen (2001), menilai sustainability
memiliki implikasi pada dinamika pembangunan yang
Sementara itu, Cornelissen (2001), menilai sustainability
sedang berlangsung dan dikendalikan oleh ekspektasi tentang
memiliki implikasi pada dinamika pembangunan yang
berbagai kemungkinan di masa yang akan datang. Dalam hal
sedang berlangsung dan dikendalikan oleh ekspektasi tentang
ini, untuk memulai dan memantau pelaksanaan pembangunan
berbagai kemungkinan di masa yang akan datang. Dalam hal
diperlukan kerangka kerja terstandardisasi (standardized
ini, untuk memulai dan memantau pelaksanaan pembangunan
framework) yang terbagi dalam empat tahap, yaitu:
diperlukan kerangka kerja terstandardisasi (standardized
framework) yang terbagi dalam empat tahap, yaitu: 1. Mendeskripsikan permasalahan sesuai dengan
konteksnya;
1. Mendeskripsikan permasalahan sesuai dengan
2. Mendeterminasi permasalahan dengan context-
konteksnya;
dependent pada dimensi ekonomi, ekologi, dan sosial;
2. Mendeterminasi permasalahan dengan context-
3. Menterjemahkan permasalahan ke dalam indikator
dependent pada dimensi ekonomi, ekologi, dan sosial;
keberlanjutan yang terukur;
3. Menterjemahkan permasalahan ke dalam indikator
4. Menilai kontribusi indikator-indikator tersebut pada
keberlanjutan yang terukur;
Pembangunan secara menyeluruh.
4. Menilai kontribusi indikator-indikator tersebut pada
Pembangunan secara menyeluruh. Menurut Khanna (1999) perencanaan pembangunan
perlu mempertimbangkan secara mendalam adanya trade-
Menurut Khanna (1999) perencanaan pembangunan
off antara level produksi-konsumsi dengan kapasitas
perlu mempertimbangkan secara mendalam adanya trade-
asimilasi ekosistem. Sesuai dengan konsep daya dukung
off antara level produksi-konsumsi dengan kapasitas
(carrying capacity) peningkatan kualitas hidup hanya bisa
asimilasi ekosistem. Sesuai dengan konsep daya dukung
dilakukan apabila pola dan level produksi-konsumsi memiliki
(carrying capacity) peningkatan kualitas hidup hanya bisa
kompatibilitas dengan kapasitas lingkungan biofisik dan sosial.
dilakukan apabila pola dan level produksi-konsumsi memiliki
Melalui proses perencanaan berbasis daya-dukung (carrying
kompatibilitas dengan kapasitas lingkungan biofisik dan sosial.
capacity-based planning process) kondisi ini bisa dicapai
Melalui proses perencanaan berbasis daya-dukung (carrying
dengan mengintegrasikan ekspektasi sosial dan kapabilitas
capacity-based planning process) kondisi ini bisa dicapai
ekologi ke dalam proses pembangunan. Dalam perencanaan
dengan mengintegrasikan ekspektasi sosial dan kapabilitas
pembangunan, Khanna menambahkan bahwa ekonomi
ekologi ke dalam proses pembangunan. Dalam perencanaan
dipandang sebagai sebuah sub-sistem dari sebuah ekosistem
pembangunan, Khanna menambahkan bahwa ekonomi
regional. Tidak mungkin terjadi pertumbuhan ekonomi
dipandang sebagai sebuah sub-sistem dari sebuah ekosistem
yang tidak terbatas. Dalam perspektif makro ekonomi, hal
regional. Tidak mungkin terjadi pertumbuhan ekonomi
ini berarti bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi harus selalu
yang tidak terbatas. Dalam perspektif makro ekonomi, hal
berada di dalam batas daya dukung wilayah dan berada pada
ini berarti bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi harus selalu
trade-off antara jumlah penduduk dan penggunaan sumber
berada di dalam batas daya dukung wilayah dan berada pada
daya per kapita di dalam wilayah yang bersangkutan.
trade-off antara jumlah penduduk dan penggunaan sumber
daya per kapita di dalam wilayah yang bersangkutan.

102 102
Pembangunan adalah suatu kegiatan yang berguna Pembangunan adalah suatu kegiatan yang berguna
untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa
perlu merusak atau menurunkan kemampuan generasi yang perlu merusak atau menurunkan kemampuan generasi yang
akan datang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada akan datang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada
dasarnya konsep ini merupakan strategi pembangunan dasarnya konsep ini merupakan strategi pembangunan
yang memberikan batasan pada laju pemanfaatan ekosistem yang memberikan batasan pada laju pemanfaatan ekosistem
alamiah dan sumber daya yang ada didalamnya. Ambang alamiah dan sumber daya yang ada didalamnya. Ambang
batas ini tidak mutlak (absolute) tetapi merupakan batas batas ini tidak mutlak (absolute) tetapi merupakan batas
yang luwes (flexible) yang bergantung pada teknologi dan yang luwes (flexible) yang bergantung pada teknologi dan
sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumber daya alam, serta sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumber daya alam, serta
kemampuan biosfer dalam menerima akibat yang ditimbulkan kemampuan biosfer dalam menerima akibat yang ditimbulkan
dari kegiatan manusia. Dengan kata lain, adalah suatu hal yang dari kegiatan manusia. Dengan kata lain, adalah suatu hal yang
tidak bisa dipungkiri, jika kiranya para pakar “pembangunan tidak bisa dipungkiri, jika kiranya para pakar “pembangunan
berkelanjutan” membatasi pembangunan sebagai semacam berkelanjutan” membatasi pembangunan sebagai semacam
strategi dalam pemanfaatan ekosistem alamiah dengan strategi dalam pemanfaatan ekosistem alamiah dengan
cara tertentu, sehingga kapasitas fungsionalnya tidak rusak cara tertentu, sehingga kapasitas fungsionalnya tidak rusak
untuk memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia untuk memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia
selanjutnya. Sehingga tindakan atau hal semacam strategi ini selanjutnya. Sehingga tindakan atau hal semacam strategi ini
bukan saja untuk kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan bukan saja untuk kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan
dalam konteks distribusi, tetapi juga untuk kesejahteraan dalam konteks distribusi, tetapi juga untuk kesejahteraan
masyarakat dalam konteks keadilan bagi generasi mendatang. masyarakat dalam konteks keadilan bagi generasi mendatang.
Atas dasar itu, maka patut dimaklumi, seandainya para Atas dasar itu, maka patut dimaklumi, seandainya para
pakar pembangunan itu menggarisbawahi bahwa kita tidak pakar pembangunan itu menggarisbawahi bahwa kita tidak
saja harus mampu melaksanakan pengelolaan pembangunan saja harus mampu melaksanakan pengelolaan pembangunan
yang ditugaskan (to do the thing right), tetapi juga dituntut yang ditugaskan (to do the thing right), tetapi juga dituntut
untuk mampu mengelolanya dengan suatu lingkup yang lebih untuk mampu mengelolanya dengan suatu lingkup yang lebih
menyeluruh (to do the right thing). Maka upaya meningkatkan menyeluruh (to do the right thing). Maka upaya meningkatkan
kesejahteraan hidup perlu memanfaatkan sumber daya alam, kesejahteraan hidup perlu memanfaatkan sumber daya alam,
meliputi sumber daya alam yang mencakup air, tanah, udara, meliputi sumber daya alam yang mencakup air, tanah, udara,
hutang, kandungan mineral, dan keanekaragaman hayati; hutang, kandungan mineral, dan keanekaragaman hayati;
sumber daya manusia yang mencakup jumlah penduduk, sumber daya manusia yang mencakup jumlah penduduk,
pendidikan, kesehatan, keterampilan, dan kebudayaan; Ilmu pendidikan, kesehatan, keterampilan, dan kebudayaan; Ilmu
pengetahuan dan teknologi yang mencakup transportasi, pengetahuan dan teknologi yang mencakup transportasi,
informasi, komunikasi, dan hasil-hasil Ilmu Pengetahuan dan informasi, komunikasi, dan hasil-hasil Ilmu Pengetahuan dan

103 103
Teknologi (Iptek) lainnya yang dimiliki secara cermat dan
Teknologi (Iptek) lainnya yang dimiliki secara cermat dan bijaksana, dengan cara cara cerdas.
bijaksana, dengan cara cara cerdas. Kajian terbaru mengenai sumber daya tersebut sifatnya
Kajian terbaru mengenai sumber daya tersebut sifatnya terbatas, sehingga dalam penggunaannya ditekankan harus
terbatas, sehingga dalam penggunaannya ditekankan harus cermat dan bijaksana. Dalam logika dan nalar yang normal
cermat dan bijaksana. Dalam logika dan nalar yang normal “ketidakcermatan dan ketidakbijaksanaan dalam penggunaan
“ketidakcermatan dan ketidakbijaksanaan dalam penggunaan sumber daya dapat menimbulkan beragam masalah yang
sumber daya dapat menimbulkan beragam masalah yang setiap hari dialami, seperti polusi lingkungan, kerusakan
setiap hari dialami, seperti polusi lingkungan, kerusakan sumber daya alam, dan timbulnya masalah sosial pemukiman,
sumber daya alam, dan timbulnya masalah sosial pemukiman, tempat tinggal”. Demikian berbagai rekomendasi mengenai
tempat tinggal”. Demikian berbagai rekomendasi mengenai pembangunan berkelanjutan.
pembangunan berkelanjutan. Sesungguhnya pembangunan berkelanjutan atau
Sesungguhnya pembangunan berkelanjutan atau pembangunan berwawasan lingkungan itu, tidak lain adalah
pembangunan berwawasan lingkungan itu, tidak lain adalah pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan manusia melalui pemanfaatan sumber daya alam secara
manusia melalui pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana, efisien, dan memerhatikan pemanfaatannya secara
bijaksana, efisien, dan memerhatikan pemanfaatannya secara berkelanjutan untuk masa kini maupun yang akan datang,
berkelanjutan untuk masa kini maupun yang akan datang, dengan ciri-ciri:
dengan ciri-ciri: 1. Menjamin pemerataan dan keadilan, yaitu
1. Menjamin pemerataan dan keadilan, yaitu pembangunan yang berwawasan lingkungan dilandasi
pembangunan yang berwawasan lingkungan dilandasi oleh pemerataan distribusi lahan dan faktor produksi,
oleh pemerataan distribusi lahan dan faktor produksi, pemerataan kesempatan bagi perempuan, dan
pemerataan kesempatan bagi perempuan, dan pemerataan ekonomi untuk peningkatan kesejahteraan.
pemerataan ekonomi untuk peningkatan kesejahteraan. 2. Menghargai keanekaragaman hayati, yakni
2. Menghargai keanekaragaman hayati, yakni keanekaragaman hayati merupakan dasar bagi tatanan
keanekaragaman hayati merupakan dasar bagi tatanan lingkungan. Pemeliharaan keanekaragaman hayati
lingkungan. Pemeliharaan keanekaragaman hayati memiliki kepastian bahwa sumber daya alam selalu
memiliki kepastian bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berlanjut untuk masa kini dan masa
tersedia secara berlanjut untuk masa kini dan masa yang akan datang.
yang akan datang. 3. Menggunakan pendekatan integratif, yaitu pendekatan
3. Menggunakan pendekatan integratif, yaitu pendekatan integratif, keterkaitan yang kompleks antara manusia
integratif, keterkaitan yang kompleks antara manusia dengan lingkungan dapat dimungkinkan untuk masa
dengan lingkungan dapat dimungkinkan untuk masa kini dan masa yang akan datang.
kini dan masa yang akan datang. 4. Menggunakan pandangan jangka panjang, dilakukan
4. Menggunakan pandangan jangka panjang, dilakukan

104 104
untuk merencanakan pengelolaan pemanfaatan sumber untuk merencanakan pengelolaan pemanfaatan sumber
daya yang mendukung pembangunan agar secara daya yang mendukung pembangunan agar secara
berlanjut dapat digunakan dan dimanfaatkan. berlanjut dapat digunakan dan dimanfaatkan.
Upaya yang demikian di era reformasi tentu semakin Upaya yang demikian di era reformasi tentu semakin
digalakan seiring dengan perubahan dan perbaikan digalakan seiring dengan perubahan dan perbaikan
ketimpangan pembangunan dan pemerintahan. ketimpangan pembangunan dan pemerintahan.
Program-program baru yang mulai dicanangkan yang Program-program baru yang mulai dicanangkan yang
memberikan pengaruh yang cukup luas bagi penyelenggaraan memberikan pengaruh yang cukup luas bagi penyelenggaraan
pemerintahan yang berbeda, lebih demokratis, semakin pemerintahan yang berbeda, lebih demokratis, semakin
memungkiankan atau merupakan spektrum bagi upaya yang memungkiankan atau merupakan spektrum bagi upaya yang
lain secara komperhensif, universal dan fundamental. lain secara komperhensif, universal dan fundamental.
Sebagaimana dipahami permasalahan pembangunan Sebagaimana dipahami permasalahan pembangunan
sekarang ini merupakan permasalahan setiap orang, sadar atau sekarang ini merupakan permasalahan setiap orang, sadar atau
tidak sadar, yang bergelut di bidang pembangunan tidak dapat tidak sadar, yang bergelut di bidang pembangunan tidak dapat
mengabaikan perkembangan berbagai ilmu pengetahuan mengabaikan perkembangan berbagai ilmu pengetahuan
dan tekonologi, termasuk permasalahan dan ancaman bagi dan tekonologi, termasuk permasalahan dan ancaman bagi
pembangunan berkelanjutan. pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan juga dipahami sebagian orang sebagai Pembangunan juga dipahami sebagian orang sebagai
kondisi kritis dan traumatis, antara pengrusakan atau kondisi kritis dan traumatis, antara pengrusakan atau
pembangunan dalam pandangan skeptis. Jika dijalankan pembangunan dalam pandangan skeptis. Jika dijalankan
secara keliru, egois dan tanpa memperhitungkan sustainability secara keliru, egois dan tanpa memperhitungkan sustainability
factor. Seperti diketahui bahwa konsep pembangunan factor. Seperti diketahui bahwa konsep pembangunan
diperkenalkan sebagai hasil debat antara pendukung diperkenalkan sebagai hasil debat antara pendukung
pembangunan dan pendukung lingkungan. Soslusinya adalah pembangunan dan pendukung lingkungan. Soslusinya adalah
konsep pembangunan yang berkelanjutan ini, yang kemudian konsep pembangunan yang berkelanjutan ini, yang kemudian
terus dikembangkan. terus dikembangkan.
Pada tahun 1987, Edward B. Barbier mengusulkan Pada tahun 1987, Edward B. Barbier mengusulkan
bahwa Pembangunan harus dilihat sebagai interaksi antara bahwa Pembangunan harus dilihat sebagai interaksi antara
tiga sistem, yaitu: sistem biologis dan sumber daya, serta sistem tiga sistem, yaitu: sistem biologis dan sumber daya, serta sistem
ekonomi dan sistem sosial. Selain itu, dalam menjelaskan ekonomi dan sistem sosial. Selain itu, dalam menjelaskan
konsep Pembangunan ini, Budimanta membandingkan konsep Pembangunan ini, Budimanta membandingkan
perkembangan kota Jakarta dengan kota-kota lain di Asia, perkembangan kota Jakarta dengan kota-kota lain di Asia,
yaitu Bangkok, Singapura dan Tokyo yang memiliki kualitas yaitu Bangkok, Singapura dan Tokyo yang memiliki kualitas
pembangunan yang berkelanjutan yaitu cara berpikir yang pembangunan yang berkelanjutan yaitu cara berpikir yang

105 105
integratif, perspektif jangka panjang yang mempertimbangkan
keanekaragaman dan distribusi keadilan social ekonomi. (Arif
integratif, perspektif jangka panjang yang mempertimbangkan
Budimanta Dalam Bunga Rampai, 2005).
keanekaragaman dan distribusi keadilan social ekonomi. (Arif
Kemiskinan serta kerusakan lingkungan hidup
Budimanta Dalam Bunga Rampai, 2005).
merupakan ancaman utama bagi proses pembangunan
Kemiskinan serta kerusakan lingkungan hidup
kaitannya dengan tujuan pembangunan mencapai masyarakat
merupakan ancaman utama bagi proses pembangunan
sejahtera. Masyarakat sejahtera dalam konteks ini, adalah
kaitannya dengan tujuan pembangunan mencapai masyarakat
kesejahteraan yang berkelanjutan, masif dan inklusif dalam
sejahtera. Masyarakat sejahtera dalam konteks ini, adalah
tatanan berkeadilan yang oleh Madrim Djody Gondokusumo
kesejahteraan yang berkelanjutan, masif dan inklusif dalam
(2005) menamakannya dengan pembangunan yang didukung
tatanan berkeadilan yang oleh Madrim Djody Gondokusumo
oleh lingkungan hidup yang berkelanjutan. Tiga masalah yang
(2005) menamakannya dengan pembangunan yang didukung
merupakan hambatan dalam mewujudkan pembangunan
oleh lingkungan hidup yang berkelanjutan. Tiga masalah yang
yang berkelanjutan yaitu masalah kemiskinan, masalah
merupakan hambatan dalam mewujudkan pembangunan
kualitas lingkungan hidup dan masalah keamanan dan
yang berkelanjutan yaitu masalah kemiskinan, masalah
ketertiban, dikemukakannya sebagai berikut:
kualitas lingkungan hidup dan masalah keamanan dan
ketertiban, dikemukakannya sebagai berikut: 1. Masalah Kemiskinan: Kemiskinan merupakan salah
satu contoh ketidakadilan yang dialami suatu kelompok
1. Masalah Kemiskinan: Kemiskinan merupakan salah
(masyarakat pra sejahtera), dan terdapat di mana-mana,
satu contoh ketidakadilan yang dialami suatu kelompok
baik di negara maju maupun di negara-negara yang
(masyarakat pra sejahtera), dan terdapat di mana-mana,
sedang berkembang.
baik di negara maju maupun di negara-negara yang
Dalam hal ini terdapat pengingkaran dari konsep
sedang berkembang.
pembangunan berkeadilan ketidakadilan itu terlihat dari
Dalam hal ini terdapat pengingkaran dari konsep
tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka untuk
pembangunan berkeadilan ketidakadilan itu terlihat dari
bertahan hidup, dalam kesehatan yang baik, sulitnya
tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka untuk
mendapat akses ke pelayanan publik (sanitasi sehat,
bertahan hidup, dalam kesehatan yang baik, sulitnya
air bersih, pengelolaan sampah) rumah sehat, RTH,
mendapat akses ke pelayanan publik (sanitasi sehat,
pelayanan pendidikan dan sebagainya.
air bersih, pengelolaan sampah) rumah sehat, RTH,
Ketidakadilan itu terlihat dari tidak adanya akses
pelayanan pendidikan dan sebagainya.
kepemilikan hak atas tanah yang mereka huni. Sebagai
Ketidakadilan itu terlihat dari tidak adanya akses
akibat itu semua, sulit bagi mereka untuk mendapat
kepemilikan hak atas tanah yang mereka huni. Sebagai
akses ke pekerjaan yang baik dan stabil. Ketidakadilan
akibat itu semua, sulit bagi mereka untuk mendapat
itu menyebabkan masyarakat miskin tetap miskin dan
akses ke pekerjaan yang baik dan stabil. Ketidakadilan
mengancam proses pembangunan yang berkelanjutan.
itu menyebabkan masyarakat miskin tetap miskin dan
Kerusakan lingkungan, kondisi permukiman buruk
mengancam proses pembangunan yang berkelanjutan.
Kerusakan lingkungan, kondisi permukiman buruk

106 106
atau kumuh dalam suatu kawasan memperlihatkan atau kumuh dalam suatu kawasan memperlihatkan
bahwa kawasan tersebut sedang dalam proses tidak bahwa kawasan tersebut sedang dalam proses tidak
berkelanjutan. (Madrim Djody Gondokusumo dalam berkelanjutan. (Madrim Djody Gondokusumo dalam
Bunga Rampai, 2005). Bunga Rampai, 2005).
Krisis ekonomi selanjutnya menurut Madrim, yang Krisis ekonomi selanjutnya menurut Madrim, yang
menyebabkan naiknya harga kebutuhan bahan pokok menyebabkan naiknya harga kebutuhan bahan pokok
telah menimbulkan berbagai kerusuhan. Kerusuhan telah menimbulkan berbagai kerusuhan. Kerusuhan
ini bahkan telah menembus sampai kawasan pedesaan ini bahkan telah menembus sampai kawasan pedesaan
atau kawasan pinggiran kota. Hal ini disebabkan desa atau kawasan pinggiran kota. Hal ini disebabkan desa
telah kehilangan daya tahan menghadapi krisis. Kultur telah kehilangan daya tahan menghadapi krisis. Kultur
agraris yang menjadi basis pertahanan ekonomi desa agraris yang menjadi basis pertahanan ekonomi desa
telah hilang maupun ditinggalkan, diganti dengan pola telah hilang maupun ditinggalkan, diganti dengan pola
modern yang tergantung pada industri. Sementara modern yang tergantung pada industri. Sementara
industri yang diharapkan mampu menopang sektor industri yang diharapkan mampu menopang sektor
pertanian, kondisinya sangat rentang dan keropos pertanian, kondisinya sangat rentang dan keropos
karena ketergantungannya pada bahan baku impor. karena ketergantungannya pada bahan baku impor.
Kebijakan tegas untuk meninggalkan kultur agraris Kebijakan tegas untuk meninggalkan kultur agraris
karena ada pandangan bahwa pola pertanian yang ada karena ada pandangan bahwa pola pertanian yang ada
selama ini tidak memberikan nilai tambah sangatlah naif. selama ini tidak memberikan nilai tambah sangatlah naif.
Nilai tambah yang dimaksud dalam konteks tersebut Nilai tambah yang dimaksud dalam konteks tersebut
adalah yang bisa memberikan konstribusi devisa, bukan adalah yang bisa memberikan konstribusi devisa, bukan
dalam pengertian mampu memberikan daya hidup dalam pengertian mampu memberikan daya hidup
pada komunitas desa. Bahkan kecenderungannya pada komunitas desa. Bahkan kecenderungannya
adalah mengubah kawasan pedesaan yang mampu adalah mengubah kawasan pedesaan yang mampu
mandiri berbasis pertanian keanekaragaman hayati, mandiri berbasis pertanian keanekaragaman hayati,
sebagai ajang konversi, menjadi kawasan industri dan sebagai ajang konversi, menjadi kawasan industri dan
kawasan permukiman perkotaan. kawasan permukiman perkotaan.
Ketahanan kita akan kebutuhan bahan pokok sangatlah Ketahanan kita akan kebutuhan bahan pokok sangatlah
kurang, karena investasi yang ada selama ini bukan kurang, karena investasi yang ada selama ini bukan
untuk pembangunan industri yang berbasis sumber untuk pembangunan industri yang berbasis sumber
daya alam hayati (agroindustri). daya alam hayati (agroindustri).
Tempe, menurut Madrim mengutip pendapat Sugandi Tempe, menurut Madrim mengutip pendapat Sugandi
(2007), merupakan makanan Indonesia sejak dahulu (2007), merupakan makanan Indonesia sejak dahulu
kala, ternyata kita belum mampu menjadi produsen kala, ternyata kita belum mampu menjadi produsen
bahan baku kedelainya hingga kini. Kedelai hingga kini bahan baku kedelainya hingga kini. Kedelai hingga kini

107 107
masih harus diimpor. Semuanya itu disebabkan kita
belum pernah mengadakan penelitian bioteknologi
masih harus diimpor. Semuanya itu disebabkan kita
yang dapat mendukung pola agraris yang kita miliki
belum pernah mengadakan penelitian bioteknologi
agar efisien. Penelitian yang ada selama ini bukan
yang dapat mendukung pola agraris yang kita miliki
membumi, tetapi menuju ke langit. Untuk itu, dalam
agar efisien. Penelitian yang ada selama ini bukan
rangka peningkatan ketahanan akan kebutuhan bahan
membumi, tetapi menuju ke langit. Untuk itu, dalam
pokok diperlukan upaya pembangunan daerah yang
rangka peningkatan ketahanan akan kebutuhan bahan
berbasis keanekaragaman hayati setempat (Sugandi,
pokok diperlukan upaya pembangunan daerah yang
2007).
berbasis keanekaragaman hayati setempat (Sugandi,
Penelitian-penelitian terbaru menunjukkan bahwa
2007).
kemiskinan tidaklah statis. Orang miskin bukanlah
Penelitian-penelitian terbaru menunjukkan bahwa
orang yang pasif. Ia adalah manajer seperangkat aset
kemiskinan tidaklah statis. Orang miskin bukanlah
yang ada di seputar diri dan lingkungannya. Keadaan
orang yang pasif. Ia adalah manajer seperangkat aset
ini terjadi pada orang yang miskin yang hidup di negara
yang ada di seputar diri dan lingkungannya. Keadaan
yang tidak menerapkan sistem negara kesejahteraan
ini terjadi pada orang yang miskin yang hidup di negara
(welfare state). Sistem yang dapat melindungi warganya
yang tidak menerapkan sistem negara kesejahteraan
menghadapi kondisi-kondisi yang memburuk yang
(welfare state). Sistem yang dapat melindungi warganya
mampu ditangani oleh dirinya sendiri. Kelangsungan
menghadapi kondisi-kondisi yang memburuk yang
hidup individu dalam situasi seringkali tergantung pada
mampu ditangani oleh dirinya sendiri. Kelangsungan
keluarga yang secara bersama-sama dengan jaringan
hidup individu dalam situasi seringkali tergantung pada
sosial membantu para anggotanya dengan pemberian
keluarga yang secara bersama-sama dengan jaringan
bantuan keuangan, tempat tinggal dan bantuan-bantuan
sosial membantu para anggotanya dengan pemberian
mendesak lainnya. Pendekatan kemiskinan yang
bantuan keuangan, tempat tinggal dan bantuan-bantuan
berkembang selama ini perlu dilengkapi dengan konsep
mendesak lainnya. Pendekatan kemiskinan yang
keberfungsian sosial yang lebih bermatra demokrasi-
berkembang selama ini perlu dilengkapi dengan konsep
sosial ketimbang neo-liberalisme. Rebounding atau
keberfungsian sosial yang lebih bermatra demokrasi-
pelurusan kembali makna keberfungsian sosial ini akan
sosial ketimbang neo-liberalisme. Rebounding atau
lebih memperjelas analisis mengenai bagaimana orang
pelurusan kembali makna keberfungsian sosial ini akan
miskin mengatasi kemiskinannya, serta bagaimana
lebih memperjelas analisis mengenai bagaimana orang
struktur rumah tangga, keluarga kekerabatan, dan
miskin mengatasi kemiskinannya, serta bagaimana
jaringan sosial mempengaruhi kehidupan orang miskin.
struktur rumah tangga, keluarga kekerabatan, dan
Paradigma baru lebih menekankan pada “apa yang
jaringan sosial mempengaruhi kehidupan orang miskin.
dimiliki si miskin” ketimbang “apa yang tidak dimiliki
Paradigma baru lebih menekankan pada “apa yang
si miskin” (Suharto, 2005).
dimiliki si miskin” ketimbang “apa yang tidak dimiliki
si miskin” (Suharto, 2005).

108 108
Pada akhirnya kebijakan pengurangan kemiskinan Pada akhirnya kebijakan pengurangan kemiskinan
yang selama ini yaitu pendekatan top-down dalam yang selama ini yaitu pendekatan top-down dalam
perencanaan kebijakan yang sekarang dilakukan, perencanaan kebijakan yang sekarang dilakukan,
yaitu pemerintah dan para pakar menganggap dirinya yaitu pemerintah dan para pakar menganggap dirinya
yang paling mengetehaui tentang proses-proses yang yang paling mengetehaui tentang proses-proses yang
terjadi dimasyarakat, perlu diganti dengan pendeketan terjadi dimasyarakat, perlu diganti dengan pendeketan
bottom-up, yaitu melibatkan partisipasi masyarakat bottom-up, yaitu melibatkan partisipasi masyarakat
melalui dialog-dialog yang demokratis, menghargai melalui dialog-dialog yang demokratis, menghargai
perbedaan-perbedaan, keadilan dan kesetaraan perbedaan-perbedaan, keadilan dan kesetaraan
jender. Ilmu pengetahuan modern antroposentris jender. Ilmu pengetahuan modern antroposentris
sebagai dasar perencanaan kebijakan publik untuk sebagai dasar perencanaan kebijakan publik untuk
mengelola kehidupan masyarakat dan lingkungan perlu mengelola kehidupan masyarakat dan lingkungan perlu
diganti dengan ilmu pengetahuan yang bersifat non- diganti dengan ilmu pengetahuan yang bersifat non-
antroposentris, menghargai etika dan nilai-nilai yang antroposentris, menghargai etika dan nilai-nilai yang
ada di masyarakat dan di lingkungan alam. (Madrim ada di masyarakat dan di lingkungan alam. (Madrim
Djody Gondokusumo Dalam Bunga Rampai, 2005) Djody Gondokusumo Dalam Bunga Rampai, 2005)
2. Masalah Kualitas Lingkungan Hidup: Pembangunan 2. Masalah Kualitas Lingkungan Hidup: Pembangunan
pada hakikatnya adalah perubahan lingkungan, yaitu pada hakikatnya adalah perubahan lingkungan, yaitu
mengurangi resiko lingkungan atau dan memperbesar mengurangi resiko lingkungan atau dan memperbesar
manfaat lingkungan. Sejak berabad tahun yang lalu manfaat lingkungan. Sejak berabad tahun yang lalu
nenek moyang kita telah merubah hutan menjadi nenek moyang kita telah merubah hutan menjadi
daerah pemukiman dan pertanian. Perubahan hutan daerah pemukiman dan pertanian. Perubahan hutan
menjadi sawah merupakan usaha untuk memanfaatkan menjadi sawah merupakan usaha untuk memanfaatkan
lahan untuk produksi bahan makanan dibawah kondisi lahan untuk produksi bahan makanan dibawah kondisi
curah hujan yang tinggi dan juga untuk mengurangi curah hujan yang tinggi dan juga untuk mengurangi
resiko erosi di daerah pegunungan. Hingga sekarang resiko erosi di daerah pegunungan. Hingga sekarang
pencetakan sawah masih berjalan terus. Dengan pencetakan sawah masih berjalan terus. Dengan
perubahan hutan atau tata guna lahan lain menjadi perubahan hutan atau tata guna lahan lain menjadi
sawah berubahlah pula keseimbangan lingkungan. sawah berubahlah pula keseimbangan lingkungan.
Jadi jelaslah keserasian bukanlah suatu hal yang kekal, Jadi jelaslah keserasian bukanlah suatu hal yang kekal,
melainkan berubah-ubah menurut umur orang atau melainkan berubah-ubah menurut umur orang atau
golongan, tempat, dan waktu. Karena itu melestarikan golongan, tempat, dan waktu. Karena itu melestarikan
keserasian bertentangan dengan hakekat hidup yang keserasian bertentangan dengan hakekat hidup yang
menginginkan perubahan. Melestarikan keserasian menginginkan perubahan. Melestarikan keserasian
akan berarti meniadakan kebutuhan dasar untuk dapat akan berarti meniadakan kebutuhan dasar untuk dapat

109 109
memilih. Karena itu akan berarti menurunkan mutu
lingkungan dan dengan itu mutu hidup.
memilih. Karena itu akan berarti menurunkan mutu
Pembangunan yang berwawasan lingkungan pada
lingkungan dan dengan itu mutu hidup.
hakekatnya tidak bisa dilepaskan dari pembangunan
Pembangunan yang berwawasan lingkungan pada
manusia itu sendiri. Manusia merupakan subjek
hakekatnya tidak bisa dilepaskan dari pembangunan
sekaligus objek pembangunan. Manusia berada pada
manusia itu sendiri. Manusia merupakan subjek
posisi sentral sahingga pelaksanaan pembangunan
sekaligus objek pembangunan. Manusia berada pada
dan hasil-hasilya tidak boleh mengabaikan dimensi
posisi sentral sahingga pelaksanaan pembangunan
manusianya. Untuk dapat melakukan hal tersebut,
dan hasil-hasilya tidak boleh mengabaikan dimensi
diperlukan pendekatan pembangunan yang menitik
manusianya. Untuk dapat melakukan hal tersebut,
beratkan pada segi manusia. Pembangunan dilakukan
diperlukan pendekatan pembangunan yang menitik
untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup
beratkan pada segi manusia. Pembangunan dilakukan
manusia. Di lain pihak, pembangunan yang makin
untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup
meningkat akan memberikan dampak negatif, berupa
manusia. Di lain pihak, pembangunan yang makin
resiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup,
meningkat akan memberikan dampak negatif, berupa
yang mengakibatkan rusaknya struktur dan fungsi
resiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup,
dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan.
yang mengakibatkan rusaknya struktur dan fungsi
Kerusakan ini pada akhirnya akan menjadi beban yang
dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan.
malah menurunkan mutu hidup manusia, sehingga apa
Kerusakan ini pada akhirnya akan menjadi beban yang
yang menjadi tujuan pembangunan akan sia-sia.
malah menurunkan mutu hidup manusia, sehingga apa
Terpeliharanya keberlanjutan fungsi lingkungan hidup
yang menjadi tujuan pembangunan akan sia-sia.
merupakan kepentingan manusia, sehingga menuntut
Terpeliharanya keberlanjutan fungsi lingkungan hidup
tanggung jawab dan perannya untuk memelihara
merupakan kepentingan manusia, sehingga menuntut
dan meningkatkan daya dukung dan daya tampung
tanggung jawab dan perannya untuk memelihara
lingkungan hidup.Keberlanjutan pembangunan harus
dan meningkatkan daya dukung dan daya tampung
memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber
lingkungan hidup.Keberlanjutan pembangunan harus
daya alam, sumber daya manusia, serta pengembangan
memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber
sumber daya buatan, dan menjadi sarana untuk
daya alam, sumber daya manusia, serta pengembangan
mencapai keberlanjutan pembangunan, serta menjadi
sumber daya buatan, dan menjadi sarana untuk
jaminan bagi kesejahteraan serta mutu hidup generasi
mencapai keberlanjutan pembangunan, serta menjadi
masa kini dan generasi mendatang.
jaminan bagi kesejahteraan serta mutu hidup generasi
3. Masalah Keamanan dan Ketertiban: Banyak
masa kini dan generasi mendatang.
permasalahan yang bisa dikaitkan dengan masalah
3. Masalah Keamanan dan Ketertiban: Banyak
keamanan, dan ketertiban menurut Madrim, antara
permasalahan yang bisa dikaitkan dengan masalah
lain tidak disiplinnya masyarakat, dicontohkan dengan
keamanan, dan ketertiban menurut Madrim, antara
lain tidak disiplinnya masyarakat, dicontohkan dengan

110 110
disiplin berlalu lintas, maraknya terjadi demonstrasi disiplin berlalu lintas, maraknya terjadi demonstrasi
yang dilakukan oleh masyarakat terhadap kebijakan- yang dilakukan oleh masyarakat terhadap kebijakan-
kebijakan pembangunan yang dijalankan oleh kebijakan pembangunan yang dijalankan oleh
pemerintah. pemerintah.
Mengenai pembangunan berkelanjutan, bidang ilmu Mengenai pembangunan berkelanjutan, bidang ilmu
yang mendalami hal ini adalah ekologi pemerintahan. yang mendalami hal ini adalah ekologi pemerintahan.
Satu cabang ilmu pemerintahan yang mempelajari Satu cabang ilmu pemerintahan yang mempelajari
pengaruh lingkungan ruang waktu terhadap pengaruh lingkungan ruang waktu terhadap
pemerintahan, baik das sein maupun das sollen. Siklus pemerintahan, baik das sein maupun das sollen. Siklus
ini menggambarkan hubungan manusia dengan ini menggambarkan hubungan manusia dengan
alam dimana nilai-nilai lingkungan ruang-waktu alam dimana nilai-nilai lingkungan ruang-waktu
ditransfer (transfering), dipertukarkan (exchanging) ditransfer (transfering), dipertukarkan (exchanging)
atau ditransformasikan (transforming) dari lingkungan atau ditransformasikan (transforming) dari lingkungan
ke bidang pemerintahan secara timbal balik (T. ke bidang pemerintahan secara timbal balik (T.
Ndraha,Kybernology, 2003). Ndraha,Kybernology, 2003).
Siklus pendukung kehidupan (life support cycles), Siklus pendukung kehidupan (life support cycles),
kesenjangan antara “permintaan” dan “penawaran” terhadap kesenjangan antara “permintaan” dan “penawaran” terhadap
sarana kebutuhan, pemenuhan kebutuhan semakin sulit dan sarana kebutuhan, pemenuhan kebutuhan semakin sulit dan
bersaing, akibatnya kebutuhan berubah menjadi tuntutan. bersaing, akibatnya kebutuhan berubah menjadi tuntutan.
Halini menuntut fungsi pemerintahan yang harus menyiapkan Halini menuntut fungsi pemerintahan yang harus menyiapkan
jasa publik dan dan layanan civil yang terdistribusi dengan jasa publik dan dan layanan civil yang terdistribusi dengan
baik. (T. Ndraha,Kybernology, 2003) baik. (T. Ndraha,Kybernology, 2003)
Implikasi dari semua itu membuat pemerintahan Implikasi dari semua itu membuat pemerintahan
memerlukan sumber-sumber pendukung kehidupan yang memerlukan sumber-sumber pendukung kehidupan yang
semakin memadai dari lingkungannya untuk dtransformasikan semakin memadai dari lingkungannya untuk dtransformasikan
dalam kehidupan masyarakat. Kondisi ini menjadikan dalam kehidupan masyarakat. Kondisi ini menjadikan
perubahan lingkungan yang berdimensi horisontal menjadi perubahan lingkungan yang berdimensi horisontal menjadi
lingkungan yang berdimensi “ruang” dan “waktu”, yakni ruang lingkungan yang berdimensi “ruang” dan “waktu”, yakni ruang
hidup dan kesempatan hidup. hidup dan kesempatan hidup.
Dampak kegiatan manusia terhadap lingkungan Dampak kegiatan manusia terhadap lingkungan
(man’s impact on environment) adalah manusia pada satu sisi (man’s impact on environment) adalah manusia pada satu sisi
berfungsi sebagai subjek di dalam lingkungan pemerintahan, berfungsi sebagai subjek di dalam lingkungan pemerintahan,
dan terposisi sebagai objek di luar lingkungan pemerintahan. dan terposisi sebagai objek di luar lingkungan pemerintahan.
Lingkungan adalah milik bersama umat manusia. Sekalian Lingkungan adalah milik bersama umat manusia. Sekalian

111 111
umat manusia dilahirkan merdeka dan sama dalam martabat
(dignity) dan hak-hak (rights). Setiap orang berhak hidup,
umat manusia dilahirkan merdeka dan sama dalam martabat
bebas menentukan pilihan, dan berhak mendapat pekerjaan.
(dignity) dan hak-hak (rights). Setiap orang berhak hidup,
(Declaration of Human Rights ,PBB tanggal 10 April 1948)
bebas menentukan pilihan, dan berhak mendapat pekerjaan.
T. Ndraha, Kybernology (2003), dalam hal ini
(Declaration of Human Rights ,PBB tanggal 10 April 1948)
menyarankan perlunya dikembangkan dua pendekatan,
T. Ndraha, Kybernology (2003), dalam hal ini
pertama apa yang dikenal dengan pemerintahan ekologik,
menyarankan perlunya dikembangkan dua pendekatan,
yaitu mempelajari upaya pemerintah dalam mengontrol dan
pertama apa yang dikenal dengan pemerintahan ekologik,
membimbing guna meningkatkan dukungan lingkungan
yaitu mempelajari upaya pemerintah dalam mengontrol dan
terhadap kehidupan dan memelihara harmoni antara manusia
membimbing guna meningkatkan dukungan lingkungan
dan lingkungannya. Kedua, yakni ekologi pemerintahan yang
terhadap kehidupan dan memelihara harmoni antara manusia
mempelajari pengaruh ekologikal lingkungan berdimensi
dan lingkungannya. Kedua, yakni ekologi pemerintahan yang
ruang dan waktu terhadap pemerintahan.
mempelajari pengaruh ekologikal lingkungan berdimensi
Hal mengenai lingkungan bagi pemerintahan
ruang dan waktu terhadap pemerintahan.
mempunyai dimensi strategis akibat terjadinya pergeseran
Hal mengenai lingkungan bagi pemerintahan
kompetisi dari kebutuhan sarana kehidupan menjadi
mempunyai dimensi strategis akibat terjadinya pergeseran
kebutuhan ruang hidup. Hal ini bisa berakibat pada terjadinya
kompetisi dari kebutuhan sarana kehidupan menjadi
konflik sosial di dalam masyarakat diiringi perubahan prilaku
kebutuhan ruang hidup. Hal ini bisa berakibat pada terjadinya
(pengrusakan) terhadap lingkungan. Dinamika tersebut
konflik sosial di dalam masyarakat diiringi perubahan prilaku
mendorong diperlukannya ilmu pemerintahan baru, yakni
(pengrusakan) terhadap lingkungan. Dinamika tersebut
pemerintahan yang peduli lingkungan, maka dikenallah
mendorong diperlukannya ilmu pemerintahan baru, yakni
Ekologik Pemerintahan (Kybernology of Environment atau
pemerintahan yang peduli lingkungan, maka dikenallah
Ecological Kybernology).
Ekologik Pemerintahan (Kybernology of Environment atau
Salah satu poin penting yang dibahas pada pertemuan
Ecological Kybernology).
Yokohama-Japan adalah prasyarat kota semisal sanitasi,
Salah satu poin penting yang dibahas pada pertemuan
air bersih, infrastruktur, interaksi perdagangan, distribusi,
Yokohama-Japan adalah prasyarat kota semisal sanitasi,
dan industri atau secara umum meliputi aspek ekologi
air bersih, infrastruktur, interaksi perdagangan, distribusi,
dan ekonomi, kini dikenal dengan Eco2Cities. Pertemuan
dan industri atau secara umum meliputi aspek ekologi
Yokohama mendeklarasikan, kota di satu sisi diklaim sebagai
dan ekonomi, kini dikenal dengan Eco2Cities. Pertemuan
mesin pertumbuhan ekonomi sekaligus berkontribusi dalam
Yokohama mendeklarasikan, kota di satu sisi diklaim sebagai
pengrusakan lingkungan dan penciptaan perubahan iklim.
mesin pertumbuhan ekonomi sekaligus berkontribusi dalam
Faktor ini berimplikasi pada urbanisasi yang dinilai atau dapat
pengrusakan lingkungan dan penciptaan perubahan iklim.
dikatakan sebagai kekuatan mendasar yang dapat mengurangi
Faktor ini berimplikasi pada urbanisasi yang dinilai atau dapat
pertumbuhan kemiskinan, sekalipun tentu urbanisasi
dikatakan sebagai kekuatan mendasar yang dapat mengurangi
menimbulkan masalah tersendiri. Urbanisasi menciptakan
pertumbuhan kemiskinan, sekalipun tentu urbanisasi
menimbulkan masalah tersendiri. Urbanisasi menciptakan

112 112
tantangan lingkungan dan sosial ekonomi kota. Kota sangat tantangan lingkungan dan sosial ekonomi kota. Kota sangat
bergantung pada keanekaragaman lingkungan (biodiversity). bergantung pada keanekaragaman lingkungan (biodiversity).
Pertemuan Yokohama, atau Konferensi Internasional Pertemuan Yokohama, atau Konferensi Internasional
Eco Cities menilai hal ini sebagai tantangan sekaligus
2
Eco Cities menilai hal ini sebagai tantangan sekaligus
2

menjadi peluang untuk merencanakan, mengembangkan, menjadi peluang untuk merencanakan, mengembangkan,
membangun, dan mengatur kota agar lebih teratur dalam membangun, dan mengatur kota agar lebih teratur dalam
hal penciptaan ekologi dan ekonomi, setara secara sosial dan hal penciptaan ekologi dan ekonomi, setara secara sosial dan
terhindar dari berbagai risiko. terhindar dari berbagai risiko.
Maksud baik rekomendasi Yokohama, yaitu agar Maksud baik rekomendasi Yokohama, yaitu agar
kita dapat mencapai keseimbangan lingkungan sambil kita dapat mencapai keseimbangan lingkungan sambil
mempromosikan pembangunan dan mengurangi mempromosikan pembangunan dan mengurangi
kemiskinan. Langkah mengadopsi strategi yang membangun kemiskinan. Langkah mengadopsi strategi yang membangun
sinergi dan keterkaitan ekologi, sosial, dan ekonomi yang sinergi dan keterkaitan ekologi, sosial, dan ekonomi yang
berkesinambungan, maka kota dapat menciptakan nilai-nilai berkesinambungan, maka kota dapat menciptakan nilai-nilai
ekonomi dan peluang-peluang untuk memperkuat aset-aset ekonomi dan peluang-peluang untuk memperkuat aset-aset
sosial yang mengendalikan manfaat sistem ekologi serta sosial yang mengendalikan manfaat sistem ekologi serta
menjaganya untuk generasi mendatang. menjaganya untuk generasi mendatang.
Disarankan pula agar kita melakukan Intervensi dan Disarankan pula agar kita melakukan Intervensi dan
rekayasa Kota, agar kota dapat tumbuh tidak sekedar alami rekayasa Kota, agar kota dapat tumbuh tidak sekedar alami
tanpa konsep. Disarankan agar bersedia membangun sistem tanpa konsep. Disarankan agar bersedia membangun sistem
kolaborasi stakeholder; Integrasi fungsi dan sistm kota serta kolaborasi stakeholder; Integrasi fungsi dan sistm kota serta
memaksimalkan sub sistemnya; juga mengadopsi suatu memaksimalkan sub sistemnya; juga mengadopsi suatu
kerangka investasi yang berkesinambungan. kerangka investasi yang berkesinambungan.
Strategi Yokohama ini mempromosikan perencanaan Strategi Yokohama ini mempromosikan perencanaan
kota secara inovatif. Kota didesain dengan teknologi-teknologi kota secara inovatif. Kota didesain dengan teknologi-teknologi
yang baru; pembangunan kota yang solid, sistem transportasi yang baru; pembangunan kota yang solid, sistem transportasi
publik yang terintegrasi, perencanaan pemanfaatan lahan kota, publik yang terintegrasi, perencanaan pemanfaatan lahan kota,
efesiensi energi bangunan dan infrastruktur, sistem jaringan yang efesiensi energi bangunan dan infrastruktur, sistem jaringan yang
canggih yang dapat menyatukan sentralisasi dan desentralisasi canggih yang dapat menyatukan sentralisasi dan desentralisasi
sumber energi, air serta sistem pembuangan limbah cair yang sumber energi, air serta sistem pembuangan limbah cair yang
dikonversi dengan sistem daur ulang. Untuk mengadopsi dikonversi dengan sistem daur ulang. Untuk mengadopsi
pendekatan strategi ini pemerintah kota dianjurkan: pendekatan strategi ini pemerintah kota dianjurkan:
a. Mengarahkan proses pembangunan yang didalamnya a. Mengarahkan proses pembangunan yang didalamnya
terdapat beberapa hal-hal penting, seperti perekonomian terdapat beberapa hal-hal penting, seperti perekonomian

113 113
lokal, masyarakat dan ekologi yang mampu bersinergi
satu sama lain;
lokal, masyarakat dan ekologi yang mampu bersinergi
b. Menyelesaikan sinergi secara berkesinambungan
satu sama lain;
dalam perencanaan dan manajemen kota dengan
b. Menyelesaikan sinergi secara berkesinambungan
mengkoordinasikan suatu kebijakan secara menyeluruh
dalam perencanaan dan manajemen kota dengan
dari para stakeholder melalui kolaborasi yang diperluas;
mengkoordinasikan suatu kebijakan secara menyeluruh
c. Merencanakan, mendesain dan mengurus seluruh
dari para stakeholder melalui kolaborasi yang diperluas;
sistem kota secara terintegrasi dan memaksimalkan
c. Merencanakan, mendesain dan mengurus seluruh
subsistem yang ada termasuk sistem ekologi;
sistem kota secara terintegrasi dan memaksimalkan
d. Mengadopsi suatu kerangka investasi yang
subsistem yang ada termasuk sistem ekologi;
berkesinambungan;
d. Mengadopsi suatu kerangka investasi yang
e. Berkolaborasi untuk mempromosikan pembangunan
berkesinambungan;
kota madani/berkesinambungan. Sentuhan kebijakan
e. Berkolaborasi untuk mempromosikan pembangunan
terhadap sebuah kota yang meliputi berbagai intervensi
kota madani/berkesinambungan. Sentuhan kebijakan
kelak akan menjadi pembeda antara kota yang
terhadap sebuah kota yang meliputi berbagai intervensi
tumbuh tak terarah dengan kota yang didesain secara
kelak akan menjadi pembeda antara kota yang
konperhensif. Tidak mengherankan jika perkembangan
tumbuh tak terarah dengan kota yang didesain secara
sebuah kota terkadang tidak fokus karena tersangkut
konperhensif. Tidak mengherankan jika perkembangan
pada area area kebijakan yang tidak konsisten. Tantangan
sebuah kota terkadang tidak fokus karena tersangkut
pembangunan kota dalam konteks pembangunan
pada area area kebijakan yang tidak konsisten. Tantangan
daerah adalah pada perbaikan teknostruktur dan fungsi
pembangunan kota dalam konteks pembangunan
kelembagaan, khususnya menyangkut perencanaan
daerah adalah pada perbaikan teknostruktur dan fungsi
dan pengendalian ruang. Hal ini menjadi kendala
kelembagaan, khususnya menyangkut perencanaan
tersendiri bagi penataan ruang yang berjangka panjang
dan pengendalian ruang. Hal ini menjadi kendala
yang dapat menjadi rujukan pembangunan ke depan.
tersendiri bagi penataan ruang yang berjangka panjang
Demikian halnya dengan sistem perizinan harus
yang dapat menjadi rujukan pembangunan ke depan.
menjadi bagian dari pengendalian yang berkonsekwensi
Demikian halnya dengan sistem perizinan harus
pada peningkatan kapasitas kelembagaan sekaligus
menjadi bagian dari pengendalian yang berkonsekwensi
menunjukkan urgensi institusi strategis ini.Kota-kota
pada peningkatan kapasitas kelembagaan sekaligus
di negara yang sedang berkembang dapat mencapai
menunjukkan urgensi institusi strategis ini.Kota-kota
keseimbangan lingkungan sambil mempromosikan
di negara yang sedang berkembang dapat mencapai
pembangunan dan mengurangi kemiskinan dengan
keseimbangan lingkungan sambil mempromosikan
cara membangun konsep Eco2Cities. Semua itu
pembangunan dan mengurangi kemiskinan dengan
membutuhkan komitmen yang tegas dari para pembuat
cara membangun konsep Eco2Cities. Semua itu
kebijakan, dikembangkan berdasarkan analisis terkini,
membutuhkan komitmen yang tegas dari para pembuat
kebijakan, dikembangkan berdasarkan analisis terkini,

114 114
memperhatikan kondisi lokal dan keinginan yang kuat memperhatikan kondisi lokal dan keinginan yang kuat
dari pemerintah. dari pemerintah.
Untuk menyimpulkan deklarasi Yokohama, para Untuk menyimpulkan deklarasi Yokohama, para
peserta mendesak bahwa kita harus “Bertindak Sekarang, peserta mendesak bahwa kita harus “Bertindak Sekarang,
Bertindak Bersama, Bertindak Secara Berbeda” demi penca- Bertindak Bersama, Bertindak Secara Berbeda” demi penca-
paian pembangunan kota secara berkelanjutan termasuk paian pembangunan kota secara berkelanjutan termasuk
pembangunan iklim kota yang kondusif. Tulisan ini dibuat pembangunan iklim kota yang kondusif. Tulisan ini dibuat
sebagai laporan keikutsertaan penulis pada konfrensi sebagai laporan keikutsertaan penulis pada konfrensi
tersebut lalu kemudian dirujuk pada buku ini agar pesan tersebut lalu kemudian dirujuk pada buku ini agar pesan
Yokohama itu meluas ke segenap penjuru yang terjangkau. Yokohama itu meluas ke segenap penjuru yang terjangkau.
Konferensi Internasional Eco2Cities berlangsung tanggal 22 Konferensi Internasional Eco2Cities berlangsung tanggal 22
Oktober 2010, di Yokohama, Jepang. Untuk sekarang dan Oktober 2010, di Yokohama, Jepang. Untuk sekarang dan
yang akan datang! Eco2Cities, kebijakan ekonomi dan ekologi yang akan datang! Eco2Cities, kebijakan ekonomi dan ekologi
dalam pembangunan kota jelas sekali dalam programnya dalam pembangunan kota jelas sekali dalam programnya
menyarankan pemerintah daerah menyelamatkan lingkungan menyarankan pemerintah daerah menyelamatkan lingkungan
dengan menyelenggarakan pembangunan daerah berorientasi dengan menyelenggarakan pembangunan daerah berorientasi
lingkungan dan melirik lingkungan sebagai satu faktor yang lingkungan dan melirik lingkungan sebagai satu faktor yang
dapat disinergikan dengan konsep pembangunan ekonomi dapat disinergikan dengan konsep pembangunan ekonomi
atau peranan ekonomi satu daerah. atau peranan ekonomi satu daerah.
Melalui pembangunan kota yang mewujudkan Melalui pembangunan kota yang mewujudkan
pembangunan ekonomi yang terdesentralisir akan memberi pembangunan ekonomi yang terdesentralisir akan memberi
efek ganda terhadap pelaksanaan otonomi daerah, yakni efek ganda terhadap pelaksanaan otonomi daerah, yakni
akselerasi pembangunan politik melalui desentralisasi akselerasi pembangunan politik melalui desentralisasi
pemerintahan atau otonomi daerah. pemerintahan atau otonomi daerah.

115 115
VII. INDIKATOR PEMBANGUNAN
VII. INDIKATOR PEMBANGUNAN

1. Pembangunan Menurut Para Ahli


1. Pembangunan Menurut Para Ahli Siagian (1983), dalam bukunya Administrasi Pemba-
Siagian (1983), dalam bukunya Administrasi Pemba- ngunan mengemukakan, “Pembangunan sebagai suatu
ngunan mengemukakan, “Pembangunan sebagai suatu perubahan, mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara
perubahan, mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang,
dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang, sedangkan pembangunan sebagai suatu pertumbuhan menun-
sedangkan pembangunan sebagai suatu pertumbuhan menun- jukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang,
jukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan
baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan.”
sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan.” Portes (1976) mendefinisikan pembangunan (develop-
Portes (1976) mendefinisikan pembangunan (develop- ment) sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya.
ment) sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan nasional adalah proses perubahan yang
Pembangunan nasional adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan
direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat ke arah yang diinginkan, melalui kebijakan, strategi
masyarakat ke arah yang diinginkan, melalui kebijakan, strategi dan rencana. Perubahan atau transformasi dalam struktur
dan rencana. Perubahan atau transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat dari adanya peningkatan
ekonomi, misalnya, dapat dilihat dari adanya peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan
atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa, sehingga kotribusinya terhadap pendapatan nasional
jasa, sehingga kotribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan
semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan
menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Ciri
pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Ciri stuktur ekonomi negara industri yang sudah berada pada level
stuktur ekonomi negara industri yang sudah berada pada level “high mass consumption” adalah tingginya kontribusi sektor
“high mass consumption” adalah tingginya kontribusi sektor jasa terhadap pendapatan nasional (GNP/PDB).
jasa terhadap pendapatan nasional (GNP/PDB). Todaro (dalam “Pembangunan Ekonomi di Dunia
Todaro (dalam “Pembangunan Ekonomi di Dunia ketiga”) mengemukakan “pembangunan” berarti, kapasitas
ketiga”) mengemukakan “pembangunan” berarti, kapasitas ekonomi nasional yang kondisi ekonominya yang terdahulu
ekonomi nasional yang kondisi ekonominya yang terdahulu lebih banyak statis dalam beberapa waktu lamanya, kemudian
lebih banyak statis dalam beberapa waktu lamanya, kemudian mengangkat/menghasilkan dan menunjang peningkatan tiap
mengangkat/menghasilkan dan menunjang peningkatan tiap tahun produk nasional kotornya(PNK-nya).
tahun produk nasional kotornya(PNK-nya).

116 116
Pemahaman pembangunan Todaro ini selama beberapa Pemahaman pembangunan Todaro ini selama beberapa
dekade sebelum ini menjadi acuan banyak kalangan untuk dekade sebelum ini menjadi acuan banyak kalangan untuk
kemudian menyusun indikator yang akan digunakan bagi kemudian menyusun indikator yang akan digunakan bagi
kemajuan pembangunan. kemajuan pembangunan.
Pembangunan menurut Siagian adalah suatu rangkaian Pembangunan menurut Siagian adalah suatu rangkaian
usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan
dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan
pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa. bangsa.
Menurut Rostow pembangunan adalah transformasi Menurut Rostow pembangunan adalah transformasi
dari negara terbelakang menjadi negara maju dan dapat dari negara terbelakang menjadi negara maju dan dapat
dijelaskan melalui urutan tingkatan atau tahap. dijelaskan melalui urutan tingkatan atau tahap.
Menurut La Peire pembangunan adalah usaha yang Menurut La Peire pembangunan adalah usaha yang
secara sistematis direncanakan dan dilakukan untuk mengu- secara sistematis direncanakan dan dilakukan untuk mengu-
bah situasi dan kondisi masyrakat ke taraf yang lebih sempurna. bah situasi dan kondisi masyrakat ke taraf yang lebih sempurna.
Sedangkan menurut Gouled salah satu bentuk Sedangkan menurut Gouled salah satu bentuk
perubahan sosial dan modernisasi adalah bentuk khusus dari perubahan sosial dan modernisasi adalah bentuk khusus dari
pembangunan sedangkan industrialisasi adalah salah satu segi pembangunan sedangkan industrialisasi adalah salah satu segi
dari pembangunan. dari pembangunan.
Pembangunan adalah perubahan kearah kondisi Pembangunan adalah perubahan kearah kondisi
yang lebih melalui upaya yang dilakukan secara terencana. yang lebih melalui upaya yang dilakukan secara terencana.
Pembangunan adalah pembaharuan yang juga merupakan Pembangunan adalah pembaharuan yang juga merupakan
suatu bentuk perubahan ke arah yang dikehendaki tetapi lebih suatu bentuk perubahan ke arah yang dikehendaki tetapi lebih
terkait dengan nilai-nilai atau sistem nilai. Dengan melihat terkait dengan nilai-nilai atau sistem nilai. Dengan melihat
kedua pengertian di atas maka dapat kita simpulkan bahwa kedua pengertian di atas maka dapat kita simpulkan bahwa
Perencanaan Pembangunan adalah suatu proses penyusunan Perencanaan Pembangunan adalah suatu proses penyusunan
tahapan-tahapan yang melibatkan berbagai unsur didalamnya tahapan-tahapan yang melibatkan berbagai unsur didalamnya
guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber-sumber daya guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber-sumber daya
yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial
dalam suatu lingkungan, wilayah atau daerah dalam jangka dalam suatu lingkungan, wilayah atau daerah dalam jangka
waktu tertentu. waktu tertentu.
Pembanguanan nasional di negara-negara dunia ketiga Pembanguanan nasional di negara-negara dunia ketiga
telah dimulai sejak pasca Perang Dunia Kedua.Negara- telah dimulai sejak pasca Perang Dunia Kedua.Negara-
negara bekas jajahan di Asia dan Afrika, juga Amerika Latin negara bekas jajahan di Asia dan Afrika, juga Amerika Latin
telah menjadi arena pengujian teori-teori pembangunan, telah menjadi arena pengujian teori-teori pembangunan,

117 117
melalui praktek formulasi kebijakan pembangunan beserta
implementasinya .Hasil dari berbagai pengujian teori di
melalui praktek formulasi kebijakan pembangunan beserta
berbagai belahan dunia tersebut telah memberikan hasil yang
implementasinya .Hasil dari berbagai pengujian teori di
beragam dan sumbangan terhadap beberapa cabang ilmu
berbagai belahan dunia tersebut telah memberikan hasil yang
sosial, terutama ekonomi, sosiologi (Portes 1976; Delacroix
beragam dan sumbangan terhadap beberapa cabang ilmu
1977) dan ilmu politik (termasuk Adminisrasi Negara).
sosial, terutama ekonomi, sosiologi (Portes 1976; Delacroix
Pembangunan (development) adalah proses
1977) dan ilmu politik (termasuk Adminisrasi Negara).
perubahan yang mencakup seluruh sistem sosial, seperti
Pembangunan (development) adalah proses
politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan
perubahan yang mencakup seluruh sistem sosial, seperti
teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes
politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan
(1976) mendefiniksikan pembangunan sebagai transformasi
teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes
eknonimi, sosial, dan budaya pembangunan adalah
(1976) mendefiniksikan pembangunan sebagai transformasi
proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki
eknonimi, sosial, dan budaya pembangunan adalah
berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sedangkan Ginanjar
proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki
Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih
berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sedangkan Ginanjar
sederhana, yaitu “sebagai suatu proses perubahan kea rah yang
Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih
lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.”
sederhana, yaitu “sebagai suatu proses perubahan kea rah yang
Pada awal pemikiran tentang pemangunan sering
lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.”
ditemukan adanya pemikiran yang mengidentikan
Pada awal pemikiran tentang pemangunan sering
pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan
ditemukan adanya pemikiran yang mengidentikan
modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan
pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan
westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada
modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan
apsek perubahan, di mana pembangunan, perkembangan,
westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada
dan modernisasi, serta industrialisasi, secara keseluruhan
apsek perubahan, di mana pembangunan, perkembangan,
mengandung unsure perubahan. Namun begitu, keempat hal
dan modernisasi, serta industrialisasi, secara keseluruhan
tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena
mengandung unsure perubahan. Namun begitu, keempat hal
masing-masing mempunyai latar belakang azas dan hakikat
tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena
yang berbeda serta prinsip komunitas yang berbeda pula,
masing-masing mempunyai latar belakang azas dan hakikat
meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan
yang berbeda serta prinsip komunitas yang berbeda pula,
perubahan (Riyadi dan Bratakusumah, 2005).
meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan
Menurut Tikson (2005) pembangunan nasional dapat
perubahan (Riyadi dan Bratakusumah, 2005).
pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya
Menurut Tikson (2005) pembangunan nasional dapat
secara sengaja ,e;a;ui kebijakan dan strategi menuju arah
pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya
yang diinginkam. Demgan demikian, proses pembangunan
secara sengaja ,e;a;ui kebijakan dan strategi menuju arah
terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi,
yang diinginkam. Demgan demikian, proses pembangunan
terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi,

118 118
sosial, budaya, politik, yang berlangusung pada level makro sosial, budaya, politik, yang berlangusung pada level makro
(nasional) dan mikro (community/group). Makna penting (nasional) dan mikro (community/group). Makna penting
dari pembangunan adalah adanya kemajuan/ perbaikan dari pembangunan adalah adanya kemajuan/ perbaikan
(prpgress), pertumbuhan dan diverifikasi. (prpgress), pertumbuhan dan diverifikasi.

2. Indikator Keberhasilan Pembangunan di Bidang 2. Indikator Keberhasilan Pembangunan di Bidang


Ekonomi Ekonomi
Penggunaan indikator dan variable pembangunan bisa Penggunaan indikator dan variable pembangunan bisa
berbeda untuk setiap negara. Di negara-negara yang masih berbeda untuk setiap negara. Di negara-negara yang masih
miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan mungkin masih miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan mungkin masih
sekitar kebutuhan-kebbutuhan dasar seperti listrik masuk sekitar kebutuhan-kebbutuhan dasar seperti listrik masuk
desa, layanan kesehatan pedesaan, dan harga makanan pokok desa, layanan kesehatan pedesaan, dan harga makanan pokok
yang rendah. Sebaliknya di negara-negara yang telah dapat yang rendah. Sebaliknya di negara-negara yang telah dapat
memenuhi kebutuhan tersebut, indikator pembangunan akan memenuhi kebutuhan tersebut, indikator pembangunan akan
bergeser lepada faktor-faktor sekunder dan tersier (Tikson, bergeser lepada faktor-faktor sekunder dan tersier (Tikson,
2005). 2005).
Sejumlah indikator ekonomi dapat digunakan oleh Sejumlah indikator ekonomi dapat digunakan oleh
lembaga-lembaga internasional antara lain pendapatan per lembaga-lembaga internasional antara lain pendapatan per
kapota (GNP atau PDB), strukutr perekonomian, urbanisasi, kapota (GNP atau PDB), strukutr perekonomian, urbanisasi,
dan jumlah tabungan. Di samping itu terdapat pula dua dan jumlah tabungan. Di samping itu terdapat pula dua
indikator lainnya yang menunjukkan kemajuan pembanhunan indikator lainnya yang menunjukkan kemajuan pembanhunan
sosial ekonomi suatu bangsa atau daerah, yaitu Indeks Kualitas sosial ekonomi suatu bangsa atau daerah, yaitu Indeks Kualitas
Hidup (IKH atau PQLI) dan Indek Pembangunan Manusia Hidup (IKH atau PQLI) dan Indek Pembangunan Manusia
(HDI). Berikut ini, akan disajikan ringkasan Deddy T. Tikson (HDI). Berikut ini, akan disajikan ringkasan Deddy T. Tikson
(2005) terhadap kelima faktor indikator tersebut: (2005) terhadap kelima faktor indikator tersebut:
1. Pendapatan Per Kapita 1. Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP
maupun PDB merupakan salah satu indikator makro- maupun PDB merupakan salah satu indikator makro-
ekonomi yang telah lama digunakan untuk mengukut ekonomi yang telah lama digunakan untuk mengukut
pertumbuhan ekonomi. Dalam prespektif makro ekonomi, pertumbuhan ekonomi. Dalam prespektif makro ekonomi,
indikator ini merupakan bagian kesejahteran manusia yang indikator ini merupakan bagian kesejahteran manusia yang
dapat diukur, sehingga dapat menggambarkan kesejahteraan dapat diukur, sehingga dapat menggambarkan kesejahteraan
dan kemakmuran masyarakat. Tampaknya pendapatan per dan kemakmuran masyarakat. Tampaknya pendapatan per
kapita telah menjadi indikator makro ekonomi yang tidak kapita telah menjadi indikator makro ekonomi yang tidak

119 119
bisa diabaikan, walaupun memilimi beberapa kelemahan.
Sehingga pertumbuhan pendapatan nasional, selama ini,
bisa diabaikan, walaupun memilimi beberapa kelemahan.
telah dijadikan tujuan pembangunan di negara-negara dunia
Sehingga pertumbuhan pendapatan nasional, selama ini,
ketiga. walaupun demikian, beberapa ahli menganggap
telah dijadikan tujuan pembangunan di negara-negara dunia
penggunaan indikator ini tidak mengukur distribusi pendapat
ketiga. walaupun demikian, beberapa ahli menganggap
dan pemerataan kesejahteraan, termasuk pemerataan akses
penggunaan indikator ini tidak mengukur distribusi pendapat
terhadap sumber daya ekonomi.
dan pemerataan kesejahteraan, termasuk pemerataan akses
terhadap sumber daya ekonomi. 2. Struktur Ekonomi
Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan
2. Struktur Ekonomi
perndapatan per kapiya akan menerminkan transformasi
Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan
sturktural dalam bidang ekonimi dan kelas-kelas sosial.
perndapatan per kapiya akan menerminkan transformasi
Dengan adanya perkembangan ekonomu dan peningkatan
sturktural dalam bidang ekonimi dan kelas-kelas sosial.
per kapita, kontribusi sector manufaktur/industry dan jasa
Dengan adanya perkembangan ekonomu dan peningkatan
terhadap pendapatan nasional akan meningkat terus.
per kapita, kontribusi sector manufaktur/industry dan jasa
Perkembangan sektor industri dan perbaikan tingkat upah
terhadap pendapatan nasional akan meningkat terus.
akan meningkatkan permintaan atas barang-barang industri,
Perkembangan sektor industri dan perbaikan tingkat upah
yang akan diikuti oleh perkembangan investasi dan perluasan
akan meningkatkan permintaan atas barang-barang industri,
tenaga kerja. Di lain pihak, kontribusi sektor pertanian terhadap
yang akan diikuti oleh perkembangan investasi dan perluasan
pendapatan nasional akan semakin menurun.
tenaga kerja. Di lain pihak, kontribusi sektor pertanian terhadap
pendapatan nasional akan semakin menurun. 3. Urbanisasi
Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya
3. Urbanisasi
proporsi penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan
Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya
dibandingkan dengan di pedesaan, urbanisasi dikatakan tidak
proporsi penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan
terjadi apabila pertumbuhan penduduk di wilayah urban
dibandingkan dengan di pedesaan, urbanisasi dikatakan tidak
berbanding lurus dengan proporsi industrialisasi. Ini berarti
terjadi apabila pertumbuhan penduduk di wilayah urban
bahwa kecepatan urbanisasi akan semakin tinggi sesuai
berbanding lurus dengan proporsi industrialisasi. Ini berarti
dengan cepatnya industrilisasi.
bahwa kecepatan urbanisasi akan semakin tinggi sesuai
dengan cepatnya industrilisasi. 4. Angka Tabungan
Perkembangan sektor manufaktur/industri selama tahap
4. Angka Tabungan
industrialisasi memerlukan investasi dan modal. Financial
Perkembangan sektor manufaktur/industri selama tahap
capital merupakan faktor utama dalam proses industrialisasi
industrialisasi memerlukan investasi dan modal. Financial
dalam sebuah masyarakat, sebagaimana terjadi di Inggris,
capital merupakan faktor utama dalam proses industrialisasi
umunya Eropa pada awal pertumbuhan kapitalisme yang
dalam sebuah masyarakat, sebagaimana terjadi di Inggris,
umunya Eropa pada awal pertumbuhan kapitalisme yang

120 120
disusul oleh revlusi industry. Dalam masyarakat yang memiliki disusul oleh revlusi industry. Dalam masyarakat yang memiliki
produktivitas tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun melalui produktivitas tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun melalui
tabungan, baik swasta maupun pemerintah. tabungan, baik swasta maupun pemerintah.
5. Indeks Kualitas Hidup 5. Indeks Kualitas Hidup
IKH atau Physical Quality of Life (PQLI) digunakan IKH atau Physical Quality of Life (PQLI) digunakan
untuk mengukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. untuk mengukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
Indeks ini dibuat indikator makro ekonomi tidak dapat Indeks ini dibuat indikator makro ekonomi tidak dapat
memberikan gambaran tentang kesejahteraan masyarakat memberikan gambaran tentang kesejahteraan masyarakat
dalam mengukur keberhasilan ekonomi. Misalnya, pendapatan dalam mengukur keberhasilan ekonomi. Misalnya, pendapatan
naisonal sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetapi tanpa naisonal sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetapi tanpa
diikuti oleh pemerintah. diikuti oleh pemerintah.
Beberapa indikator pembangunan secara sektoral dapat Beberapa indikator pembangunan secara sektoral dapat
kita cermati sebagai berikut: kita cermati sebagai berikut:
1) Indikator Keberhasilan Pembangunan di Bidang Kesehatan 1) Indikator Keberhasilan Pembangunan di Bidang Kesehatan
Peranan keberhasilan kesehatan sangat menentukan Peranan keberhasilan kesehatan sangat menentukan
tercapainya tujuan pembangunan nasional, karena dalam tercapainya tujuan pembangunan nasional, karena dalam
rangka menghadapi makin ketatnya persaingan oada era rangka menghadapi makin ketatnya persaingan oada era
globalisasi, pendidik yang sehat akan menunjang keberhasilan globalisasi, pendidik yang sehat akan menunjang keberhasilan
program pen didikan dan juga mendorong peningkatan program pen didikan dan juga mendorong peningkatan
prodduktivitas dan pendapatan penduduk. Pada dasarnya prodduktivitas dan pendapatan penduduk. Pada dasarnya
pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan secara mudah, merata, memberikan pelayanan kesehatan secara mudah, merata,
dan murah. Upaya untuk meningktakan derajat kesehatan dan murah. Upaya untuk meningktakan derajat kesehatan
masyarakat yang baik selain dengan penyediaan berbagai masyarakat yang baik selain dengan penyediaan berbagai
fasilitas kesehatab, juga melalui penyuluhan kesehatan agar fasilitas kesehatab, juga melalui penyuluhan kesehatan agar
masyarakat berperilaku hidup sehat. Adapun upaya untuk masyarakat berperilaku hidup sehat. Adapun upaya untuk
menilai ke berhasilan pembangunan di bidang kesehatan menilai ke berhasilan pembangunan di bidang kesehatan
salah satunya adalah dengan keharusan guna menilai hasil salah satunya adalah dengan keharusan guna menilai hasil
pelaksanaan program kesehatan yang dijalankan. Guna pelaksanaan program kesehatan yang dijalankan. Guna
menilai keberhasilan pembangunan kesehatan maupun menilai keberhasilan pembangunan kesehatan maupun
sebagai dasar dalam menyusun rencana untuk masa yang akan sebagai dasar dalam menyusun rencana untuk masa yang akan
datang mutlak diperlukan analisa situasi derajat kesehatan datang mutlak diperlukan analisa situasi derajat kesehatan
tersebut. tersebut.

121 121
2) Indikator Keberhasilan Pembangunan di Bidang
Pendidikan
2) Indikator Keberhasilan Pembangunan di Bidang
Pembangunan bidang pendidikan meniliki dua indikator
Pendidikan
utama, yakni indikator perkembangan pembangunan dan
Pembangunan bidang pendidikan meniliki dua indikator
indikator keberhasilan pembangunan pendidikan. Indikator
utama, yakni indikator perkembangan pembangunan dan
perkembangan pembangunan pendidikan dapat ditunjukkan
indikator keberhasilan pembangunan pendidikan. Indikator
melalui: a) akses penduduk usia sekolh terhadap lembaga
perkembangan pembangunan pendidikan dapat ditunjukkan
pendidikan, b) kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan
melalui: a) akses penduduk usia sekolh terhadap lembaga
anak, c) tingkat pengeluaran pemerintah untuk anggaran
pendidikan, b) kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan
pendidikan, serta d) rasio sarana belajar pendidikan (Rasio
anak, c) tingkat pengeluaran pemerintah untuk anggaran
siswa-kelas, rasio siswa-guru, dan rasio guru-kelas).
pendidikan, serta d) rasio sarana belajar pendidikan (Rasio
siswa-kelas, rasio siswa-guru, dan rasio guru-kelas). 3) Indikator Keberhasilan di Bidang Sosial dan Budaya
Pembangunan sosial dapat didefenisikan sebagai strategi
3) Indikator Keberhasilan di Bidang Sosial dan Budaya
kolektif dan terencana guna meningkatkan kualitas hidup
Pembangunan sosial dapat didefenisikan sebagai strategi
manuisa melalui seperangkat kebijakan sosial yang mencakpu
kolektif dan terencana guna meningkatkan kualitas hidup
sector pendidikan, kesehatan, perumahan, ketenagakerjaan,
manuisa melalui seperangkat kebijakan sosial yang mencakpu
jaminan sosial, dan penanggulangan kemiskinan. Pembangunan
sector pendidikan, kesehatan, perumahan, ketenagakerjaan,
kesejahteraan sosial lebih berorientasi pada peningkatan
jaminan sosial, dan penanggulangan kemiskinan. Pembangunan
modal sosial (social capital) yang dpaat dilihat dari indikator
kesejahteraan sosial lebih berorientasi pada peningkatan
keberfungsian sosial (social functioning) yang mencakup
modal sosial (social capital) yang dpaat dilihat dari indikator
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar, melaksanakan
keberfungsian sosial (social functioning) yang mencakup
peran sosial, serta menghadapi guncangan dan tekanan hidup.
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar, melaksanakan
Meskipun sasaran pelayanan pembangunan kesejahteraan sosial
peran sosial, serta menghadapi guncangan dan tekanan hidup.
mencakup individu dan masyarakat dari berbagai kelas ekonomi.
Meskipun sasaran pelayanan pembangunan kesejahteraan sosial
Namun sasaran utama pelayanan pembangunan sosial pada
mencakup individu dan masyarakat dari berbagai kelas ekonomi.
umumnya adalah mereka yang tergolong kelompok-kelompok
Namun sasaran utama pelayanan pembangunan sosial pada
kurang beruntung (disadvantaged groups) yang di Indonesia
umumnya adalah mereka yang tergolong kelompok-kelompok
dikenal dengan nama Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial
kurang beruntung (disadvantaged groups) yang di Indonesia
(PPKS).
dikenal dengan nama Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial
(PPKS). 4) Indikator Keberhasilan Pembangunan di Bidang Hukum
Untuk mendukung terwujudnya Indonesia yang
4) Indikator Keberhasilan Pembangunan di Bidang Hukum
sejahteram demokratis, dan berkeadilan, maka perlu
Untuk mendukung terwujudnya Indonesia yang
menetapkan kebijakan pembangunan di bidang hukum dan
sejahteram demokratis, dan berkeadilan, maka perlu
aparatur di Indonesia. Hal ini dilakukan dengan menetapkan
menetapkan kebijakan pembangunan di bidang hukum dan
aparatur di Indonesia. Hal ini dilakukan dengan menetapkan

122 122
kebijakan pembangunan di bidang hukum dan aparatur yang kebijakan pembangunan di bidang hukum dan aparatur yang
diarahlan pada perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik. diarahlan pada perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik.
Kebijakan ini sudah tertuang dalam Rencana Pembangunan Kebijakan ini sudah tertuang dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2011-2014, dalam Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2011-2014, dalam
bidang hukum dan aparatur. bidang hukum dan aparatur.

3. Sumber Data bagi Pembangunan 3. Sumber Data bagi Pembangunan


Setelah definisi definisi tersebut digunakan, menurut Setelah definisi definisi tersebut digunakan, menurut
Todaro, disadari kerap terjadi kesalahan dalam definisi Todaro, disadari kerap terjadi kesalahan dalam definisi
“pembangunan” yang digunakan selama ini. Kesalahan “pembangunan” yang digunakan selama ini. Kesalahan
yang kemudian disadari adalah meluasnya kemiskinan, yang kemudian disadari adalah meluasnya kemiskinan,
meningkatnya ketimpangan-ketimpangan dalam pemerataan meningkatnya ketimpangan-ketimpangan dalam pemerataan
penghasilan dan meningkatnya pengangguran. Pembangunan penghasilan dan meningkatnya pengangguran. Pembangunan
ekonomi kemudian digaris kembali dengan dasar mengurangi ekonomi kemudian digaris kembali dengan dasar mengurangi
kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran dalam konteks kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran dalam konteks
pertumbuhan ekonomi atau ekonomi yang sedang berkembang. pertumbuhan ekonomi atau ekonomi yang sedang berkembang.
(Todaro dalam “Pembangunan Ekonomi di Dunia ketiga”) (Todaro dalam “Pembangunan Ekonomi di Dunia ketiga”)
Sejalan dengan amanat yang tertuang dalam Pembukaan Sejalan dengan amanat yang tertuang dalam Pembukaan
Undang-undang Dasar 1945 alinea 4, Pembangunan yang Undang-undang Dasar 1945 alinea 4, Pembangunan yang
dilaksanakan pemerintah pada dasarnya adalah bertujuan dilaksanakan pemerintah pada dasarnya adalah bertujuan
untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Pembangunan yang dilaksanakan memerlukan berbagai faktor Pembangunan yang dilaksanakan memerlukan berbagai faktor
pendukung, baik itu berupa sumber daya alam dan sumber pendukung, baik itu berupa sumber daya alam dan sumber
daya manusia. Pelaksanaannya akan berjalan sesuai dengan daya manusia. Pelaksanaannya akan berjalan sesuai dengan
target apabila kebijakan yang diterapkan didukung oleh target apabila kebijakan yang diterapkan didukung oleh
data-data yang tepat dan rasional, agar hasil yang diperoleh data-data yang tepat dan rasional, agar hasil yang diperoleh
dapat memenuhi target sasaran. Oleh karena itu, masalah dapat memenuhi target sasaran. Oleh karena itu, masalah
pengumpulan dan penyajian informasi sebagai masukan pengumpulan dan penyajian informasi sebagai masukan
dalam perumusan kebijaksanaan perencanaan pembangunan dalam perumusan kebijaksanaan perencanaan pembangunan
sangat penting untuk mendapatkan perhatian. Bagi perencana sangat penting untuk mendapatkan perhatian. Bagi perencana
dan pembuat kebijakan perlu menyadari bahwa perencanaan dan pembuat kebijakan perlu menyadari bahwa perencanaan
akan berhasil guna bila data atau informasi yang digunakan akan berhasil guna bila data atau informasi yang digunakan
memberikan gambaran yang sebenarnya (represent reality). memberikan gambaran yang sebenarnya (represent reality).
Untuk lebih memantapkan visi, misi, dan strategi Untuk lebih memantapkan visi, misi, dan strategi

123 123
pembangunan manusia misalnya, di perlukan suatu data yang
digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan Laporan
pembangunan manusia misalnya, di perlukan suatu data yang
Pembangunan Manusia yang akurat dan representatif
digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan Laporan
dalam mencerminkan kondisi yang terjadi di tengah-tengah
Pembangunan Manusia yang akurat dan representatif
masyarakat di suatu wilayah. Data dasar (data basis) ini
dalam mencerminkan kondisi yang terjadi di tengah-tengah
mencakup tidak hanya mengenai sektor-sektor sosial seperti
masyarakat di suatu wilayah. Data dasar (data basis) ini
pendidikan dan kesehatan, tetapi juga mengenai sektor-sektor
mencakup tidak hanya mengenai sektor-sektor sosial seperti
ekonomi seperti PDRB per kapita.
pendidikan dan kesehatan, tetapi juga mengenai sektor-sektor
Perencanaan sebagi program-program pelaksanaan
ekonomi seperti PDRB per kapita.
pembangunan memerlukan informasi yang dapat menyajikan
Perencanaan sebagi program-program pelaksanaan
gambaran sebenarnya di lapangan (represent reality). Semua
pembangunan memerlukan informasi yang dapat menyajikan
informasi yang ada tersebut berguna sebagai penunjang
gambaran sebenarnya di lapangan (represent reality). Semua
bagi analisis, monitoring, dan evaluasi suatu kebijakan. Dari
informasi yang ada tersebut berguna sebagai penunjang
sini dapat dilihat pentingnya pemanfaatan data yang relevan
bagi analisis, monitoring, dan evaluasi suatu kebijakan. Dari
dengan kualitas yang baik dan dari sumber yang terpercaya
sini dapat dilihat pentingnya pemanfaatan data yang relevan
dikarenakan kecermatan dan konsistensi data sangat
dengan kualitas yang baik dan dari sumber yang terpercaya
diperlukan untuk mencegah kekeliruan kesimpulan yang
dikarenakan kecermatan dan konsistensi data sangat
dapat terjadi di kemudian hari secara dini.
diperlukan untuk mencegah kekeliruan kesimpulan yang
Sumber data yang digunakan dalam penyusunan data
dapat terjadi di kemudian hari secara dini.
basis berasal dari sensus ataupun survei. Pengumpulan data
Sumber data yang digunakan dalam penyusunan data
sensus yang dilakukan setiap 10 tahun ini didasari pada
basis berasal dari sensus ataupun survei. Pengumpulan data
karakteristik pokok suatu populasi. Ini memungkinkan
sensus yang dilakukan setiap 10 tahun ini didasari pada
untuk memberikan gambaran kondisi data hingga level
karakteristik pokok suatu populasi. Ini memungkinkan
wilayah terkecil (desa). Sensus Penduduk, Sensus Pertanian,
untuk memberikan gambaran kondisi data hingga level
Sensus Ekonomi adalah beberapa sensus yang dilaksanakan
wilayah terkecil (desa). Sensus Penduduk, Sensus Pertanian,
Badan Pusat Statistik (BPS). Sedangkan data yang lebih rinci
Sensus Ekonomi adalah beberapa sensus yang dilaksanakan
biasanya dihasilkan dari survei. Umumnya survei memiliki
Badan Pusat Statistik (BPS). Sedangkan data yang lebih rinci
karakteristik data yang lebih spesifik dan rinci dibandingkan
biasanya dihasilkan dari survei. Umumnya survei memiliki
sensus. Contoh survei yang dilaksanakan BPS adalah Survei
karakteristik data yang lebih spesifik dan rinci dibandingkan
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Survei Penduduk
sensus. Contoh survei yang dilaksanakan BPS adalah Survei
Antar Sensus (Supas), dan Survei Angkatan Kerja Nasional
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Survei Penduduk
(Sakernas). Survei pada umumnya bersifat “flow information”,
Antar Sensus (Supas), dan Survei Angkatan Kerja Nasional
yaitu informasi yang menggambarkan hasil suatu kegiatan
(Sakernas). Survei pada umumnya bersifat “flow information”,
pada suatu periode tertentu, misalnya, jumlah penduduk usia
yaitu informasi yang menggambarkan hasil suatu kegiatan
10 tahun keatas yang bekerja. Karena survei ini diwakili oleh
pada suatu periode tertentu, misalnya, jumlah penduduk usia
10 tahun keatas yang bekerja. Karena survei ini diwakili oleh

124 124
sampel yang terbatas besarnya, maka data yang dihasilkan sampel yang terbatas besarnya, maka data yang dihasilkan
biasanya hanya dapat menggambarkan keadaan suatu wilayah biasanya hanya dapat menggambarkan keadaan suatu wilayah
yang lebih besar, yaitu kabupaten atau provinsi. yang lebih besar, yaitu kabupaten atau provinsi.
Sumber data lain yang biasa digunakan adalah dengan Sumber data lain yang biasa digunakan adalah dengan
memanfaatkan sistem pelaporan yang dilakukan oleh Dinas/ memanfaatkan sistem pelaporan yang dilakukan oleh Dinas/
Instansi teknis sebagai hasil catatan administrasi pelayanan Instansi teknis sebagai hasil catatan administrasi pelayanan
yang bersangkutan. Data yang dihasilkan mencerminkan yang bersangkutan. Data yang dihasilkan mencerminkan
informasi tentang suatu kegiatan yang telah dilakukan selama informasi tentang suatu kegiatan yang telah dilakukan selama
periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan.
Data Basis Indikator-indikator Pembangunan Manusia Data Basis Indikator-indikator Pembangunan Manusia
disusun sebagai sarana penunjang kegiatan analisis situasi dan disusun sebagai sarana penunjang kegiatan analisis situasi dan
penyusunan rencana pembangunan. File data basis terbagi penyusunan rencana pembangunan. File data basis terbagi
atas file inti (Core) yaitu file yang berisi informasi pokok, dan atas file inti (Core) yaitu file yang berisi informasi pokok, dan
file modul (Module) yaitu file yang berisi informasi rinci atau file modul (Module) yaitu file yang berisi informasi rinci atau
penunjang. penunjang.
Salah satu strategi dalam pembangunan nasional Salah satu strategi dalam pembangunan nasional
adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Pentingnya dimensi pembangunan manusia menuntut adanya Pentingnya dimensi pembangunan manusia menuntut adanya
suatu ukuran yang dapat menggambarkan pencapaian hasil suatu ukuran yang dapat menggambarkan pencapaian hasil
dari pembangunan manusia. Cakupan pembangunan manusia dari pembangunan manusia. Cakupan pembangunan manusia
itu sendiri pada hakikatnya meliputi penilaian kualitas fisik itu sendiri pada hakikatnya meliputi penilaian kualitas fisik
dan non-fisik. Namun, karena indikator yang menggambarkan dan non-fisik. Namun, karena indikator yang menggambarkan
kualitas manusia cukup banyak, maka dipilih tiga indikator kualitas manusia cukup banyak, maka dipilih tiga indikator
utama, yaitu indikator kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. utama, yaitu indikator kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
Ketiga parameter ini akan digunakan untuk menyusun Ketiga parameter ini akan digunakan untuk menyusun
suatu indeks komposit yang dinamakan dengan Indeks suatu indeks komposit yang dinamakan dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan pendekatan Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan pendekatan
terbaru bagi pengukuran keberhasilan pembangunan yang terbaru bagi pengukuran keberhasilan pembangunan yang
bertitik sentral kepada pembangunan manusia seutuhnya. bertitik sentral kepada pembangunan manusia seutuhnya.
Parameter pertama yang digunakan untuk menganalisa Parameter pertama yang digunakan untuk menganalisa
pembangunan manusia adalah kesehatan yang diukur dengan pembangunan manusia adalah kesehatan yang diukur dengan
Angka Harapan Hidup, parameter kedua, yaitu pendidikan, Angka Harapan Hidup, parameter kedua, yaitu pendidikan,
diukur dengan Angka Melek Hidup dan Rata-rata Lamanya diukur dengan Angka Melek Hidup dan Rata-rata Lamanya
Sekolah, dan terakhir parameter ekonomi diukur dengan Sekolah, dan terakhir parameter ekonomi diukur dengan
Daya Beli (Purchasing Power Parity). Daya Beli (Purchasing Power Parity).

125 125
File Inti selain untuk menghitung IPM, digunakan
pula untuk menghitung indeks komposit lainnya yang
File Inti selain untuk menghitung IPM, digunakan
dikembangkan UNDP, yaitu Indeks Pembangunan Jender (IPJ),
pula untuk menghitung indeks komposit lainnya yang
Indeks Pemberdayaan Jender (IDJ) dan Indeks Kemiskinan
dikembangkan UNDP, yaitu Indeks Pembangunan Jender (IPJ),
Manusia (IKM).
Indeks Pemberdayaan Jender (IDJ) dan Indeks Kemiskinan
File Modul terdiri dari data penunjang terhadap data
Manusia (IKM).
atau indikator yang termasuk dalam File Inti. File Modul
File Modul terdiri dari data penunjang terhadap data
berpengaruh baik langsung maupun tak langsung terhadap
atau indikator yang termasuk dalam File Inti. File Modul
berbagai indikator yang bisa dihasilkan di dalam data pokok.
berpengaruh baik langsung maupun tak langsung terhadap
Sebagai contoh, indikator kesehatan, angka kematian bayi, dan
berbagai indikator yang bisa dihasilkan di dalam data pokok.
penolong persalinan oleh tenaga medis. Secara langsung atau
Sebagai contoh, indikator kesehatan, angka kematian bayi, dan
tak langsung kedua indikator tersebut dapat mempengaruhi
penolong persalinan oleh tenaga medis. Secara langsung atau
Angka Harapan Hidup.
tak langsung kedua indikator tersebut dapat mempengaruhi
Daftar indikator File Inti dan File Modul pada Data
Angka Harapan Hidup.
Basis ini, oleh sumber atau penulisnya disajikan sampai
Daftar indikator File Inti dan File Modul pada Data
daerah tingkat Kabupaten/Kota. Hal ini untuk merancang
Basis ini, oleh sumber atau penulisnya disajikan sampai
intervensi yang berkaitan dengan sistem pelayanan untuk
daerah tingkat Kabupaten/Kota. Hal ini untuk merancang
individu, komunitas dan merancang suatu program dan
intervensi yang berkaitan dengan sistem pelayanan untuk
proyek. Intervensi ini pada akhirnya dapat digunakan untuk
individu, komunitas dan merancang suatu program dan
penyusunan strategi, monitoring sasaran program yang
proyek. Intervensi ini pada akhirnya dapat digunakan untuk
diimplementasikan sampai pemerintah daerah.
penyusunan strategi, monitoring sasaran program yang
diimplementasikan sampai pemerintah daerah. INDIKATOR SUMBER DATA
Angka Harapan Hidup menurut Jenis Kelamin Supas, Susenas
INDIKATOR SUMBER DATA
Angka Melek Huruf menurut Jenis Kelamin Supas, Susenas
Angka Harapan Hidup menurut Jenis Kelamin Supas, Susenas
Rata-rata Lama Sekolah menurut Jenis Kelamin Supas, Susenas
Angka Melek Huruf menurut Jenis Kelamin Supas, Susenas
Standar hidup layak/kemampuan daya beli Supas, Susenas
Rata-rata Lama Sekolah menurut Jenis Kelamin Supas, Susenas
Proporsi penduduk menurut Jenis kelamin Supas, Susenas
Standar hidup layak/kemampuan daya beli Supas, Susenas
Proporsi penduduk yang bekerja menurut Jenis Kelamin Supas, Susenas, Sakernas
Proporsi penduduk menurut Jenis kelamin Supas, Susenas
Proporsi penduduk yang bekerja menurut Jenis Kelamin Supas, Susenas, Sakernas
Daftar Indikator Untuk File Kor Data Basis
Daftar Indikator Untuk File Kor Data Basis Catatan :
Supas : Survei Penduduk Antar Sensus
Catatan : Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional
Supas : Survei Penduduk Antar Sensus Sakernas : Survei Angkatan Kerja Nasional
Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional
Sakernas : Survei Angkatan Kerja Nasional

126 126
Daftar Indikator Untuk File Modul Data Basis Daftar Indikator Untuk File Modul Data Basis

No Indikator Sumber Data No Indikator Sumber Data


Kependudukan Kependudukan
1. Jumlah Penduduk SP, Susenas 1. Jumlah Penduduk SP, Susenas
2. Tingkat pertumbuhan penduduk setahun SP, Susenas 2. Tingkat pertumbuhan penduduk setahun SP, Susenas
3. Rasio jenis kelamin SP, Susenas 3. Rasio jenis kelamin SP, Susenas
4. Angka ketergantungan SP, Susenas 4. Angka ketergantungan SP, Susenas
Ekonomi Ekonomi
5. % PDRB sektor pertanian PDRB menurut Kabupaten/Kota 5. % PDRB sektor pertanian PDRB menurut Kabupaten/Kota

6. % PDRB sektor industry PDRB menurut Kabupaten/Kota 6. % PDRB sektor industry PDRB menurut Kabupaten/Kota

7. % PDRB sektor jasa PDRB menurut Kabupaten/Kota 7. % PDRB sektor jasa PDRB menurut Kabupaten/Kota

8. PDRB per kapita atas harga berlaku/ konstan PDRB menurut Kabupaten/Kota 8. PDRB per kapita atas harga berlaku/ konstan PDRB menurut Kabupaten/Kota

9. Pertumbuhan PDRB/ kapita PDRB menurut Kabupaten/Kota 9. Pertumbuhan PDRB/ kapita PDRB menurut Kabupaten/Kota

Pendidikan Pendidikan
10. Rata-rata lama sekolah Susenas 10. Rata-rata lama sekolah Susenas
11. Angka melek huruf Susenas 11. Angka melek huruf Susenas

12. Angka partisipasi murni SD (7-12 tahun) Susenas 12. Angka partisipasi murni SD (7-12 tahun) Susenas
13. Angka partisipasi murni SLTP (13-15 tahun) Susenas 13. Angka partisipasi murni SLTP (13-15 tahun) Susenas
14. Angka partisipasi murni SLTA (16-18 tahun) Susenas 14. Angka partisipasi murni SLTA (16-18 tahun) Susenas
15. Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas ta- Susenas 15. Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas ta- Susenas
mat SLTP ke atas mat SLTP ke atas

Kesehatan Kesehatan
16. Angka Kematian Bayi Susenas, Supas 16. Angka Kematian Bayi Susenas, Supas
17. Persentase penolong persalinan Susenas 17. Persentase penolong persalinan Susenas
18. Jumlah Rumah sakit, Puskesmas, dan Balai kes- DDA 18. Jumlah Rumah sakit, Puskesmas, dan Balai kes- DDA
ehatan ehatan

Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan Ru- Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan Ru-
19. mah sakit Pemerintah DDA 19. mah sakit Pemerintah DDA

Ketenaga kerjaan Ketenaga kerjaan


21. Partisipasi angkatan kerja Susenas 21. Partisipasi angkatan kerja Susenas
22. Angka pengangguran terbuka Susenas 22. Angka pengangguran terbuka Susenas
23. Persentase pekerja bekerja < 35 jam seminggu Susenas 23. Persentase pekerja bekerja < 35 jam seminggu Susenas
24. Persentase berusaha sendiri Susenas 24. Persentase berusaha sendiri Susenas
25. Persentase berusaha dibantu pekerja tidak tetap Susenas 25. Persentase berusaha dibantu pekerja tidak tetap Susenas

127 127
No INDIKATOR SUMBER DATA
26. Persentase berusaha dengan buruh tetap Susenas
No INDIKATOR SUMBER DATA
27. Persentase buruh/ karyawan Susenas
26. Persentase berusaha dengan buruh tetap Susenas
27. Persentase buruh/ karyawan Susenas Perumahan

Perumahan 28. Persentase rumah tangga dengan lantai tanah Susenas

28. Persentase rumah tangga dengan lantai tanah Susenas 29. Persentase rumah tangga beratap layak (bukan Susenas
dedaunan)
29. Persentase rumah tangga beratap layak (bukan Susenas 30. Persentase rumah tangga dengan dinding tem- Susenas
dedaunan) bok
30. Persentase rumah tangga dengan dinding tem- Susenas 31. Persentase rumah tangga dengan penerangan Susenas
bok listrik
31. Persentase rumah tangga dengan penerangan Susenas 32. Persentase rumah tangga dengan air minum Susenas
listrik leding
32. Persentase rumah tangga dengan air minum Susenas 33. Persentase rumah tangga dengan air minum Susenas
leding bersih (bersumber sumur/ mata air/ perigi den-
33. Persentase rumah tangga dengan air minum Susenas gan jarak > 10 meter dari pembuangan limbah)
bersih (bersumber sumur/ mata air/ perigi den-
gan jarak > 10 meter dari pembuangan limbah)
4. Definisi Operasional Indikator Terpilih

4. Definisi Operasional Indikator Terpilih Indikator Definisi

Indikator Definisi Rasio jenis kelamin Perbandingan antara penduduk laki-


laki terhadap penduduk perempuan,
Rasio jenis kelamin Perbandingan antara penduduk laki- dikalikan 100.
laki terhadap penduduk perempuan,
dikalikan 100. Angka ketergantungan Perbandingan antara jumlah penduduk
usia < 15 tahun ditambah usia > 65 tahun
Angka ketergantungan Perbandingan antara jumlah penduduk terhadap penduduk usia 15 - 64 tahun,
usia < 15 tahun ditambah usia > 65 tahun dikalikan 100.
terhadap penduduk usia 15 - 64 tahun,
Rata-rata Lama Sekolah Lama sekolah (tahun) penduduk usia 15
dikalikan 100.
tahun ke atas.
Rata-rata Lama Sekolah Lama sekolah (tahun) penduduk usia 15
Angka Melek Huruf Proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas
tahun ke atas.
yang bisa membaca dan menulis (baik
Angka Melek Huruf Proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas huruf latin maupun huruf lainnya)
yang bisa membaca dan menulis (baik
AngkaPartisipasi Murni SD Proporsi penduduk usia 7-12 tahun yang
huruf latin maupun huruf lainnya)
sedang bersekolah di SD
AngkaPartisipasi Murni SD Proporsi penduduk usia 7-12 tahun yang
Angka Partisipasi Murni SLTP Proporsi penduduk usia 13 - 15 tahun
sedang bersekolah di SD
yang sedang bersekolah di SLTP
Angka Partisipasi Murni SLTP Proporsi penduduk usia 13 - 15 tahun
Angka partisipasi Murni SLTA Proporsi pendudk usia 16 - 18 tahun yang
yang sedang bersekolah di SLTP
sedang bersekolah di SLTA
Angka partisipasi Murni SLTA Proporsi pendudk usia 16 - 18 tahun yang
sedang bersekolah di SLTA

128 128
Persentase penduduk dengan Proporsi penduduk yang menamatkan Persentase penduduk dengan Proporsi penduduk yang menamatkan
pendidikan SLTP ke atas pendidikan SLTP atau jenjang pendidikan pendidikan SLTP ke atas pendidikan SLTP atau jenjang pendidikan
yang lebih tinggi yang lebih tinggi
Jumlah penduduk usia sekolah Banyaknya penduduk yang berusia Jumlah penduduk usia sekolah Banyaknya penduduk yang berusia
antara 7 sampai 24 tahun antara 7 sampai 24 tahun
Bekerja Melakukan kegiatan/pekerjaan paling Bekerja Melakukan kegiatan/pekerjaan paling
sedikit 1 (satu) jam berturut-turut sela- sedikit 1 (satu) jam berturut-turut sela-
ma seminggu dengan maksud untuk ma seminggu dengan maksud untuk
memperoleh pendapatan atau keuntu- memperoleh pendapatan atau keuntu-
ngan. Pekerja keluarga yang tidak diba- ngan. Pekerja keluarga yang tidak diba-
yar termasuk kelompok penduduk yang yar termasuk kelompok penduduk yang
bekerja. bekerja.
Angkatan Kerja Penduduk usia 10 tahun ke atas yang Angkatan Kerja Penduduk usia 10 tahun ke atas yang
bekerja atau mencari pekerjaan. bekerja atau mencari pekerjaan.
Tingkat Partisipasi Angkatan Perbandingan angkatan kerja terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Perbandingan angkatan kerja terhadap
Kerja penduduk usia 10 tahun Kerja penduduk usia 10 tahun

Indikator Definisi Indikator Definisi

Angka Pengangguran Terbuka Perbandingan penduduk yang mencari Angka Pengangguran Terbuka Perbandingan penduduk yang mencari
kerja terhadap angkatan kerja kerja terhadap angkatan kerja

Persentase pekerja yang Proporsi penduduk usia 10 tahun ke atas Persentase pekerja yang Proporsi penduduk usia 10 tahun ke atas
setengah menganggur yang bekerja kurang dari 35 jam dalam setengah menganggur yang bekerja kurang dari 35 jam dalam
seminggu seminggu
Persentase pekerja dengan Proporsi penduduk usia 10 tahun keatas Persentase pekerja dengan Proporsi penduduk usia 10 tahun keatas
status berusaha sendiri dengan status berusaha sendiri status berusaha sendiri dengan status berusaha sendiri
Persentase pekerja dengan sta- Proporsi penduduk usia 10 tahun keatas Persentase pekerja dengan sta- Proporsi penduduk usia 10 tahun keatas
tus berusaha dengan buruh yang berusaha dengan buruh tetap tus berusaha dengan buruh yang berusaha dengan buruh tetap
tetap tetap
Persentase pekerja dengan Proporsi penduduk usia 10 tahun ke atas Persentase pekerja dengan Proporsi penduduk usia 10 tahun ke atas
status berusaha pekerja tak dengan status pekerja keluarga status berusaha pekerja tak dengan status pekerja keluarga
dibayar dibayar
Persentase persalinan yang Proporsi balita yang kelahirannya Persentase persalinan yang Proporsi balita yang kelahirannya
ditolong oleh tenaga medis ditolong oleh tenaga medis ( dokter, ditolong oleh tenaga medis ditolong oleh tenaga medis ( dokter,
bidan, dan tenaga medis lainnya ) bidan, dan tenaga medis lainnya )
Angka Harapan Hidup waktu Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak Angka Harapan Hidup waktu Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak
lahir lahir yang akan dicapai oleh sekelompok lahir lahir yang akan dicapai oleh sekelompok
penduduk penduduk

129 129
Angka Kematian Bayi Besarnya kemungkinan bayi meninggal
sebelum mencapai usia satu tahun, dinya-
Angka Kematian Bayi Besarnya kemungkinan bayi meninggal takan dengan per seribu kelahiran hidup.
sebelum mencapai usia satu tahun, dinya-
Persentase rumah tangga Proporsi rumah tangga yang tinggal
takan dengan per seribu kelahiran hidup.
berlantai tanah dalam rumah dengan lantai tanah
Persentase rumah tangga Proporsi rumah tangga yang tinggal
Persentase rumah tangga Proporsi rumah tangga yang menempati
berlantai tanah dalam rumah dengan lantai tanah
beratap layak rumah dengan atap layak (atap selain dari
Persentase rumah tangga Proporsi rumah tangga yang menempati dedaunan ).
beratap layak rumah dengan atap layak (atap selain dari
dedaunan ). Indikator Definisi

Indikator Definisi Persentase rumah tangga Proporsi rumah tangga yang


berpenerangan Listrik menggunakan sumber penerangan listrik
Persentase rumah tangga Proporsi rumah tangga yang
Persentase rumah tangga Proporsi rumah tangga dengan sumber
berpenerangan Listrik menggunakan sumber penerangan listrik
bersumber air minum leding air minum leding
Persentase rumah tangga Proporsi rumah tangga dengan sumber
Persentase rumah tangga Proporsi rumah tangga dengan sumber
bersumber air minum leding air minum leding
bersumber air minum bersih air minum pompa / sumur / mata air
Persentase rumah tangga Proporsi rumah tangga dengan sumber yang jaraknya lebih besar dari 10 meter
bersumber air minum bersih air minum pompa / sumur / mata air dengan tempat penampungan limbah /
yang jaraknya lebih besar dari 10 meter kotoran terdekat
dengan tempat penampungan limbah /
Persentase rumah tangga ber- Proporsi rumah tangga yang mempunyai
kotoran terdekat
jamban dengan tangki septic jamban dengan tangki septic
Persentase rumah tangga ber- Proporsi rumah tangga yang mempunyai
PDRB atas dasar harga berlaku Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
jamban dengan tangki septic jamban dengan tangki septic
yang dinilai sesuai dengan harga yang
PDRB atas dasar harga berlaku Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berlaku pada tahun yang bersangkutan
yang dinilai sesuai dengan harga yang
PDRB atas dasar harga Produk Domestik Regional Bruto
berlaku pada tahun yang bersangkutan
konstan (PDRB) yang dinilai atas dasar harga
PDRB atas dasar harga Produk Domestik Regional Bruto tetap suatu tahun tertentu
konstan (PDRB) yang dinilai atas dasar harga
PDRB per kapita Produk Domestik Regional Bruto
tetap suatu tahun tertentu
(PDRB) dibagi dengan jumlah penduduk
PDRB per kapita Produk Domestik Regional Bruto
Angka Laju Pertambahan Besarnya persentase kenaikan PDRB
(PDRB) dibagi dengan jumlah penduduk
PDRB pada tahun berjalan terhadap PDRB pada
Angka Laju Pertambahan Besarnya persentase kenaikan PDRB tahun sebelumnya
PDRB pada tahun berjalan terhadap PDRB pada
Pengeluaran Pengeluaran per kapita untuk makanan
tahun sebelumnya
dan bukan makanan. Makanan
Pengeluaran Pengeluaran per kapita untuk makanan mencakup seluruh jenis makanan
dan bukan makanan. Makanan termasuk makanan jadi, minuman,
mencakup seluruh jenis makanan tembakau, dan sirih. Bukan makanan
termasuk makanan jadi, minuman, mencakup perumahan, sandang, biaya
tembakau, dan sirih. Bukan makanan kesehatan, pendidikan dan sebagainya.
mencakup perumahan, sandang, biaya
kesehatan, pendidikan dan sebagainya.

130 130
Gini Rasio Ukuran kemerataan pendapatan yang Gini Rasio Ukuran kemerataan pendapatan yang
dihitung berdasarkan kelas pendapatan. dihitung berdasarkan kelas pendapatan.
Nilai Gini Rasio terletak antara 0 yang Nilai Gini Rasio terletak antara 0 yang
mencerminkan kemerataan sempurna mencerminkan kemerataan sempurna
dan 1 yang menggambarkan ketidak dan 1 yang menggambarkan ketidak
merataan sempurna. merataan sempurna.

Indikator Definisi Indikator Definisi

Penduduk Miskin Penduduk yang secara ekonomi tidak Penduduk Miskin Penduduk yang secara ekonomi tidak
mampu memenuhi kebutuhan makanan mampu memenuhi kebutuhan makanan
setara 2100 kalori dan kebutuhan non setara 2100 kalori dan kebutuhan non
makanan yang mendasar. makanan yang mendasar.
Garis Kemiskinan Suatu batas dimana penduduk dengan Garis Kemiskinan Suatu batas dimana penduduk dengan
pengeluaran kurang dari batas tersebut pengeluaran kurang dari batas tersebut
dikategorikan sebagai miskin. Garis dikategorikan sebagai miskin. Garis
kemiskinan terdiri dari dua komponen kemiskinan terdiri dari dua komponen
yaitu komponen batas kecukupan pangan yaitu komponen batas kecukupan pangan
(GKM), dan komponen batas kecukupan (GKM), dan komponen batas kecukupan
non makanan (GKNM) non makanan (GKNM)

Fakir Miskin Orang yang sama sekali tidak


Fakir Miskin Orang yang sama sekali tidak
mempunyai kemampuan untuk
mempunyai kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan pokok yang layak
memenuhi kebutuhan pokok yang layak
bagi kemanusiaan atau orang yang
bagi kemanusiaan atau orang yang
mempunyai sumber mata pencaharian
mempunyai sumber mata pencaharian
tetapi tidak memenuhi kebutuhan pokok
tetapi tidak memenuhi kebutuhan pokok
yang layak bagi kemanusiaan. Secara
yang layak bagi kemanusiaan. Secara
umum, kebutuhan pokok manusia untuk
umum, kebutuhan pokok manusia untuk
hidup secara layak minimal mencakup
hidup secara layak minimal mencakup
kebutuhan makanan (pangan), pakaian
kebutuhan makanan (pangan), pakaian
(sandang) dan tempat tinggal (papan).
(sandang) dan tempat tinggal (papan).
Sejalan dengan itu, konsep fakir miskin
Sejalan dengan itu, konsep fakir miskin
dapat dinyatakan sebagai orang yang
dapat dinyatakan sebagai orang yang
tidak memiliki kemampuan untuk
tidak memiliki kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan pokok minimum
memenuhi kebutuhan pokok minimum
untuk makanan, pakaian dan tempat
untuk makanan, pakaian dan tempat
tinggal
tinggal

131 131
Penggunaan indikator dan variabel pembangunan bisa
berbeda untuk setiap negara. Di negara-negara yang masih
Penggunaan indikator dan variabel pembangunan bisa
miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan mungkin masih
berbeda untuk setiap negara. Di negara-negara yang masih
sekitar kebutuhan-kebutuhan dasar, seperti listrik masuk
miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan mungkin masih
desa, layanan kesehatan pedesaan, dan harga makanan pokok
sekitar kebutuhan-kebutuhan dasar, seperti listrik masuk
yang rendah. Sebaliknya, di negara-negara yang telah dapat
desa, layanan kesehatan pedesaan, dan harga makanan pokok
memenuhi kebutuhan tersebut, indikator pembangunan akan
yang rendah. Sebaliknya, di negara-negara yang telah dapat
bergeser kepada faktor-faktor sekunder dan tersier (Tikson,
memenuhi kebutuhan tersebut, indikator pembangunan akan
2005).
bergeser kepada faktor-faktor sekunder dan tersier (Tikson,
2005).

132 132
VIII. PERENCANAAN DAN VIII. PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN DAERAH PENGANGGARAN DAERAH

1. Perencanaan 1. Perencanaan

D efinisi perencanaan menurut Sirojuzilam dan


Mahalli (2010) adalah intervensi pada rangkaian
kejadian-kejadian sosial kemasyarakatan dengan maksud
D efinisi perencanaan menurut Sirojuzilam dan
Mahalli (2010) adalah intervensi pada rangkaian
kejadian-kejadian sosial kemasyarakatan dengan maksud
untuk memperbaiki rangkaian kejadian dan aktivitas yang ada untuk memperbaiki rangkaian kejadian dan aktivitas yang ada
dengan maksud: dengan maksud:
1. Meningkatkan efesiensi dan rasionalitas; 1. Meningkatkan efesiensi dan rasionalitas;
2. Meningkatkan peran kelembagaan dan profesionalitas; 2. Meningkatkan peran kelembagaan dan profesionalitas;
dan dan
3. Merubah atau memperluas pilihan-pilihan untuk me- 3. Merubah atau memperluas pilihan-pilihan untuk me-
nuju tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi bagi seluruh nuju tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi bagi seluruh
warga masyarakat. warga masyarakat.
Perencanaan pembangunan merupakan suatu fungsi Perencanaan pembangunan merupakan suatu fungsi
utama manajemen pembangunan yang selalu diperlukan utama manajemen pembangunan yang selalu diperlukan
karena kebutuhan akan pembangunan lebih besar dari sumber karena kebutuhan akan pembangunan lebih besar dari sumber
daya (resources) yang tersedia. Melalui perencanaan yang daya (resources) yang tersedia. Melalui perencanaan yang
baik dapat dirumuskan kegiatan pembangunan yang secara baik dapat dirumuskan kegiatan pembangunan yang secara
efisien dan efektif dapat memperoleh hasil yang optimal dalam efisien dan efektif dapat memperoleh hasil yang optimal dalam
pemanfaatansumber daya yang tersedia dan potensi yang ada. pemanfaatansumber daya yang tersedia dan potensi yang ada.
Terkait dengan perencanaan pembangunan, menurut Terkait dengan perencanaan pembangunan, menurut
Bintoro (1980), unsur-unsur pokok yang harus tercakup Bintoro (1980), unsur-unsur pokok yang harus tercakup
dalam perencanaan adalah: dalam perencanaan adalah:
1. Adanya kebijaksanaan atau strategi dasar rencana 1. Adanya kebijaksanaan atau strategi dasar rencana
pembangunan atau sering disebut dengan tujuan, arah, pembangunan atau sering disebut dengan tujuan, arah,
prioritas dan sasaran pembangunan; prioritas dan sasaran pembangunan;
2. Adanya kerangka rencana atau kerangka makro rencana; 2. Adanya kerangka rencana atau kerangka makro rencana;
3. Perkiraan sumber-sumber pembangunan, khususnya 3. Perkiraan sumber-sumber pembangunan, khususnya
yang digunakan untuk pembiayaan pembangunan; dan yang digunakan untuk pembiayaan pembangunan; dan

133 133
4. Kerangka kebijakan yang konsisten. Berbagai kebijakan
4. Kerangka kebijakan yang konsisten. Berbagai kebijakan perlu dirumuskan dan kemudian dilaksanakan.
perlu dirumuskan dan kemudian dilaksanakan. Dalam konteks Indonesia, perencanaan pembangunan
Dalam konteks Indonesia, perencanaan pembangunan menjadi penting mengingat sumber-sumber ekonomi yang
menjadi penting mengingat sumber-sumber ekonomi yang semakin terbatas dam akan menjadi habis, jumlah penduduk
semakin terbatas dam akan menjadi habis, jumlah penduduk yang sangat besar dan beragam, tingkat pendidikan dan
yang sangat besar dan beragam, tingkat pendidikan dan kemampuan manajerial yang masih rendah.
kemampuan manajerial yang masih rendah. Prinsip perencanaan pembangunan daerah (PP Nomor
Prinsip perencanaan pembangunan daerah (PP Nomor 8 Tahun 2008):
8 Tahun 2008): 1. Merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan
1. Merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional.
pembangunan nasional. 2. Dilakukan pemerintah daerah bersama para pemanhku
2. Dilakukan pemerintah daerah bersama para pemanhku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan
kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing.
masing-masing. 3. Mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana
3. Mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah.
pembangunan daerah. 4. Dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang
4. Dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika
dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah, nasional, dan global.
perkembangan daerah, nasional, dan global. Proses Perencanaan dan Penganggaran
Proses Perencanaan dan Penganggaran Perencanaan danpenganggaran merupakan suatu
Perencanaan danpenganggaran merupakan suatu kesatuan konsep dan proses yang tidak terpisahkan. Rencana
kesatuan konsep dan proses yang tidak terpisahkan. Rencana pembangunan ridak dapa dijalankan tanpa anggaran atau
pembangunan ridak dapa dijalankan tanpa anggaran atau sumber pembiayaannya. Perencanaan dan Penganggaran
sumber pembiayaannya. Perencanaan dan Penganggaran Daerah selain merujuk pada UU 23/2004, juga diatur oleh
Daerah selain merujuk pada UU 23/2004, juga diatur oleh UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SSPN) dan UU No.17/2003 tentang Keuangan
Nasional (SSPN) dan UU No.17/2003 tentang Keuangan Negara.
Negara. Merujuk pada ketiga UU di atas maka perencanaan
Merujuk pada ketiga UU di atas maka perencanaan dan penganggran daerah terutama dari segi prosesnya
dan penganggran daerah terutama dari segi prosesnya menjadi kewenangan daerah yang dituangkan dalam bentuk
menjadi kewenangan daerah yang dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah
Peraturan Daerah dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP). mekanisme perencanaan pembangunan dimulai dari
(PP). mekanisme perencanaan pembangunan dimulai dari penjaringan aspirasi masyarakat dan pengkajian kebutuhan
penjaringan aspirasi masyarakat dan pengkajian kebutuhan

134 134
masyarakat melalui musyawarah di tingkat desa/kelurahan yang masyarakat melalui musyawarah di tingkat desa/kelurahan yang
dilanjutkan dengan musyawarah di tingkat kecamatan, dst. dilanjutkan dengan musyawarah di tingkat kecamatan, dst.
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Thaun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Nomor 8 Thaun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
daerah, Peraturan Kementrian Dalam Negeri Nomor 54 tahun daerah, Peraturan Kementrian Dalam Negeri Nomor 54 tahun
2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2008 mengamanatkan bahawa dalam proses penyusunan Tahun 2008 mengamanatkan bahawa dalam proses penyusunan
dokumen perencanaan pembangunan perlu mengikutsertakan dokumen perencanaan pembangunan perlu mengikutsertakan
seluruh komponen masyarakat dalam bentuk forum antar seluruh komponen masyarakat dalam bentuk forum antar
pemangku kepentingan atau forum Musyawarah Perencanaan pemangku kepentingan atau forum Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang). Pembangunan (Musrenbang).
Musrenbang daerah merupakan salah satu bagian yang Musrenbang daerah merupakan salah satu bagian yang
sangat penting dalam proses penyusunan Rencana Kerja sangat penting dalam proses penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD)penyelenggaran masrenbang Pemerintah Daerah (RKPD)penyelenggaran masrenbang
dalam rangka penyusunan RKPD (Kabupaten-Kota) dalam rangka penyusunan RKPD (Kabupaten-Kota)
dilakukan secara berjenjang, mulai dari Musrenbang desa/ dilakukan secara berjenjang, mulai dari Musrenbang desa/
kelurahan, Musrenbang kecamatan, forum Satuan Kerja kelurahan, Musrenbang kecamatan, forum Satuan Kerja
Perangat Daerah (SKPD) atau forum gabungan SKPD dan Perangat Daerah (SKPD) atau forum gabungan SKPD dan
Musrenbang Kabupaten/Kota. Peran Musrenbang menjadil Musrenbang Kabupaten/Kota. Peran Musrenbang menjadil
lebih bermakna karena menjadi media utama konsultasi lebih bermakna karena menjadi media utama konsultasi
public bagi segenap pelaku kepentingan untuk menyelaraskan public bagi segenap pelaku kepentingan untuk menyelaraskan
prioritas pembangunan dari tingkat bawah dengan prioritas prioritas pembangunan dari tingkat bawah dengan prioritas
pembangunan dari tingkat bawah dengan prioritas dan sasaran pembangunan dari tingkat bawah dengan prioritas dan sasaran
pemangunan tinhkat atas, mengklarifikasi usulan program pemangunan tinhkat atas, mengklarifikasi usulan program
dan kegiatan yang telah disampaikam masyarakat pada setiap dan kegiatan yang telah disampaikam masyarakat pada setiap
tahapan Musrenbang, mulai dari Musrenbang Kelurahan, tahapan Musrenbang, mulai dari Musrenbang Kelurahan,
Musrenbang Kecamatan, Forum SKPD, dan Musrenbang Musrenbang Kecamatan, Forum SKPD, dan Musrenbang
Kabupaten/Kota, serta menyepakati prioritas pembangunan Kabupaten/Kota, serta menyepakati prioritas pembangunan
dan program/kegiatan pada setiap tahapan Musrenbang. dan program/kegiatan pada setiap tahapan Musrenbang.
Prinsip yang digunakan untuk menyepakati program dan Prinsip yang digunakan untuk menyepakati program dan
kegiatan prioritas tersebut adalah musyawarah untuk mencapai kegiatan prioritas tersebut adalah musyawarah untuk mencapai

135
135 135
135
mufakat. Konsep “musyawarah” menunjukkan bahwa
forum Musrenbang bersifat parsitipatif dan dialogis. Proses
mufakat. Konsep “musyawarah” menunjukkan bahwa
perencanaan partisipatif merupakan proses perencanaan
forum Musrenbang bersifat parsitipatif dan dialogis. Proses
pembangunan, sehingga secara teknis berbagai keputusan
perencanaan partisipatif merupakan proses perencanaan
dalam pelaksanaan pembangunan dirumuskan secara bersama
pembangunan, sehingga secara teknis berbagai keputusan
dan dilaksanakan sesuai dengan jenjang pemerintahan.
dalam pelaksanaan pembangunan dirumuskan secara bersama
dan dilaksanakan sesuai dengan jenjang pemerintahan. Aspek Koordinasi Perencanaan Pembangunan:
1. Aspek Fungsional
Aspek Koordinasi Perencanaan Pembangunan:
Adanya kegiatan dan keterpaduan fungsional antara
1. Aspek Fungsional
berbagai kegiatan, antara satu instansi dengan instansi
Adanya kegiatan dan keterpaduan fungsional antara
lain, antara setiap tahapan perencanaan, dan antara
berbagai kegiatan, antara satu instansi dengan instansi
program/kegiatan pada suatu wilayah dengan wilayah
lain, antara setiap tahapan perencanaan, dan antara
lain.
program/kegiatan pada suatu wilayah dengan wilayah
2. Aspek Formal
lain.
Adanya kaitan antara program/kabupaten yang diren-
2. Aspek Formal
canakan dengan peraturan, instruksi, edaran, dan
Adanya kaitan antara program/kabupaten yang diren-
petunjuk dari tingkat nasional.
canakan dengan peraturan, instruksi, edaran, dan
3. Aspek Struktural
petunjuk dari tingkat nasional.
Adanya kaitan dan koordinasi dalam bentuk penugasan
3. Aspek Struktural
pada setiap instansi yang bersangkutan.
Adanya kaitan dan koordinasi dalam bentuk penugasan
4. Aspek Material
pada setiap instansi yang bersangkutan.
Adanya kaitan dan koordinasi antara program/kegiatan
4. Aspek Material
intra dan antar instansi.
Adanya kaitan dan koordinasi antara program/kegiatan
5. Aspek Operasional
intra dan antar instansi.
Adanya kaitan dan keterpaduan dalam penentuan
5. Aspek Operasional
langkah-langkah pelaksanaan, baik menyangkut waktu,
Adanya kaitan dan keterpaduan dalam penentuan
lokasi, maupun kebutuhan material.
langkah-langkah pelaksanaan, baik menyangkut waktu,
lokasi, maupun kebutuhan material. Tahapan Perencanaan Pembangunan
Dakam sistem SPPM, terdapat 4 tahapan perendanaan
Tahapan Perencanaan Pembangunan
pembangunan: a) penyusunan rencana, b) penetapan rencana,
Dakam sistem SPPM, terdapat 4 tahapan perendanaan
c) pengendalian pelaksanaan rencana, dan d) evaluasi
pembangunan: a) penyusunan rencana, b) penetapan rencana,
pelaksanaan rencana. Kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
c) pengendalian pelaksanaan rencana, dan d) evaluasi
pengendalian, dan evalusi pelaksanaan rencana merupakan
pelaksanaan rencana. Kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
fungsi manajemen, yang saling terkait dan tidak dapat
pengendalian, dan evalusi pelaksanaan rencana merupakan
fungsi manajemen, yang saling terkait dan tidak dapat

136 136
dipisahkan satu sama lain. Keempatnya saling melengkapi dan dipisahkan satu sama lain. Keempatnya saling melengkapi dan
masing-masing member umpan balik serta masukan kepada masing-masing member umpan balik serta masukan kepada
yang lainnya. yang lainnya.
Perancanaan yang telah disusun dengan baik, tidak Perancanaan yang telah disusun dengan baik, tidak
ada artinya jika tidak dapat dilaksanakan. Setiap pelaksanaan ada artinya jika tidak dapat dilaksanakan. Setiap pelaksanaan
rencana tidak akan berjalan lancer jik tidak didasarkan kepada rencana tidak akan berjalan lancer jik tidak didasarkan kepada
perencanaan yang baik. Sejalan dengan itu, dalam rangka perencanaan yang baik. Sejalan dengan itu, dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektivitas alokasi sumber daya, meningkatkan efisiensi dan efektivitas alokasi sumber daya,
serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaam serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaam
program pembangunan, perlu dilakukan upaya pengendalian program pembangunan, perlu dilakukan upaya pengendalian
dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana pembangunan. dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana pembangunan.
Pengendalian dilakukan dengan maksud untuk dapat Pengendalian dilakukan dengan maksud untuk dapat
menjamin bahwa pelaksanaan rencana pembangunan sesuai menjamin bahwa pelaksanaan rencana pembangunan sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan
pemantauan dimaksudkan untuk mengamati perkembangan pemantauan dimaksudkan untuk mengamati perkembangan
pelaksanaan rencana pembangunan, mengudentifikasi, serta pelaksanaan rencana pembangunan, mengudentifikasi, serta
mengantisipasi pernasalahan yang timbul untuk dapat diambil mengantisipasi pernasalahan yang timbul untuk dapat diambil
tindakan sedini mungkin. tindakan sedini mungkin.
Di dalam pelaksanaannya, kegiatan evaluasi dapat Di dalam pelaksanaannya, kegiatan evaluasi dapat
dilakukan pada berbagai tahapan yang berbeda, yaitu evaluasi dilakukan pada berbagai tahapan yang berbeda, yaitu evaluasi
pada tahap perencanaan (ex-ante), evaluasi pada tahap pada tahap perencanaan (ex-ante), evaluasi pada tahap
pelaksanaan (on-going), evalusi pada tahap pasca pelaksanaan pelaksanaan (on-going), evalusi pada tahap pasca pelaksanaan
(ex-post). (ex-post).
Tolak ukur keberhasilan penyusunan rencana pemba- Tolak ukur keberhasilan penyusunan rencana pemba-
ngunan daerah ngunan daerah
1. Sinergi perencanaan pembangunan (pusat dan daerah) 1. Sinergi perencanaan pembangunan (pusat dan daerah)
2. Sinergi pencapaian pembangunan (pusat dan daerah) 2. Sinergi pencapaian pembangunan (pusat dan daerah)
3. Sinergi pendanaan (desentralisasi, dekosentrasi, dan 3. Sinergi pendanaan (desentralisasi, dekosentrasi, dan
tugas pembantuan) tugas pembantuan)
4. IPM Meningkat. 4. IPM Meningkat.
Menurut Miraza (2005), perencanaan wilayah mencakup Menurut Miraza (2005), perencanaan wilayah mencakup
berbagai segi kehidupan yang komprehensif dan satu sama berbagai segi kehidupan yang komprehensif dan satu sama
lain saling bersentuhan, yang semuanya bermuara pada lain saling bersentuhan, yang semuanya bermuara pada
upaya meningkatkan kehidupan masyarakat. Perencanaan upaya meningkatkan kehidupan masyarakat. Perencanaan

137 137
wilayah diharapkan dapat menciptakan sinergi dalam rangka
memperkuat posisi pengembangan dan pembangunan
wilayah diharapkan dapat menciptakan sinergi dalam rangka
wilayah.
memperkuat posisi pengembangan dan pembangunan
Conyers & Hills (1994) mendefinisikan perencanaan
wilayah.
sebagai suatu proses yang bersinambungan yang mencakup
Conyers & Hills (1994) mendefinisikan perencanaan
keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif
sebagai suatu proses yang bersinambungan yang mencakup
penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan
keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif
tertentu pada masa yang akan datang. Sedangkan menurut
penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan
Yulius Nyerere perencanaan merupakan proses memilih
tertentu pada masa yang akan datang. Sedangkan menurut
diantara berbagai kegiatan yang diinginkan karena tidak
Yulius Nyerere perencanaan merupakan proses memilih
semua yang diinginkan itu dapat dilakukan dan dicapai dalam
diantara berbagai kegiatan yang diinginkan karena tidak
waktu yang bersamaan.
semua yang diinginkan itu dapat dilakukan dan dicapai dalam
Dengan demikian, dari pendapat yang ada, perencanaan
waktu yang bersamaan.
adalah sebuah konsep yang terencana dan disusun secara
Dengan demikian, dari pendapat yang ada, perencanaan
sistematis oleh suatu badan tertentu demi tercapainya suatu
adalah sebuah konsep yang terencana dan disusun secara
tujuan; adalah pemilihan dan penetapan kegiatan, apa yang
sistematis oleh suatu badan tertentu demi tercapainya suatu
harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa; adalah
tujuan; adalah pemilihan dan penetapan kegiatan, apa yang
suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah
harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa; adalah
ditetapkan dan haruslah diimplementasikan.
suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah
Istilah perencanaan dalam hal ini perencanaan
ditetapkan dan haruslah diimplementasikan.
pembangunan, pembangunan ekonomi, sudah biasa terdengar
Istilah perencanaan dalam hal ini perencanaan
dalam pembicaraan sehari-hari dan diartikan berbeda-beda
pembangunan, pembangunan ekonomi, sudah biasa terdengar
dalam berbagai literatur yang berbeda pula. Conyers & Hills
dalam pembicaraan sehari-hari dan diartikan berbeda-beda
(1994) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses yang
dalam berbagai literatur yang berbeda pula. Conyers & Hills
berkesinambungan, yang mencakup keputusan-keputusan atau
(1994) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses yang
pilihan-pilihan atas berbagai alternatif penggunaan sumber
berkesinambungan, yang mencakup keputusan-keputusan atau
daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang
pilihan-pilihan atas berbagai alternatif penggunaan sumber
akan datang. Definisi tersebut mengedepankan 4 unsur dasar
daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang
perencanaan, yaitu:
akan datang. Definisi tersebut mengedepankan 4 unsur dasar
perencanaan, yaitu: a. Pemilihan, “merencanakan berarti memilih”, perenca-
naan merupakan proses memilih di antara berbagai
a. Pemilihan, “merencanakan berarti memilih”, perenca-
kegiatan yang diinginkan, karena tidak semua yang
naan merupakan proses memilih di antara berbagai
diinginkan itu dapat dilakukan dan dicapai dalam waktu
kegiatan yang diinginkan, karena tidak semua yang
yang bersamaan.
diinginkan itu dapat dilakukan dan dicapai dalam waktu
yang bersamaan.

138 138
b. Sumber daya, perencanaan merupakan alat b. Sumber daya, perencanaan merupakan alat
pengalokasian sumber daya. Penggunaan istilah sumber pengalokasian sumber daya. Penggunaan istilah sumber
daya, menunjukkan segala sesuatu yang dianggap daya, menunjukkan segala sesuatu yang dianggap
berguna dalam pencapaian suatu tujuan tertentu. berguna dalam pencapaian suatu tujuan tertentu.
Sumber daya mencakup sumber daya manusia; sumber Sumber daya mencakup sumber daya manusia; sumber
daya alam (tanah, air, hasil tambang, dan sebagainya); daya alam (tanah, air, hasil tambang, dan sebagainya);
sumber daya modal dan keuangan. Perencanaan sumber daya modal dan keuangan. Perencanaan
mencakup proses pengambilan keputusan tentang mencakup proses pengambilan keputusan tentang
bagaimana sumber daya yang tersedia itu digunakan bagaimana sumber daya yang tersedia itu digunakan
sebaik-baiknya. sebaik-baiknya.
c. Tujuan, perencanaan merupakan alat untuk mencapai c. Tujuan, perencanaan merupakan alat untuk mencapai
tujuan. Konsep perencanaan sebagai alat pencapaian tujuan. Konsep perencanaan sebagai alat pencapaian
tujuan muncul berkenaan dengan sifat dan proses tujuan muncul berkenaan dengan sifat dan proses
penetapan tujuan. Salah satu masalah yang sering penetapan tujuan. Salah satu masalah yang sering
dihadapi oleh seorang perencana adalah bahwa tujuan- dihadapi oleh seorang perencana adalah bahwa tujuan-
tujuan mereka kurang dapat dirumuskan secara tepat. tujuan mereka kurang dapat dirumuskan secara tepat.
Sering kali tujuan-tujuan tersebut didefinisikan secara Sering kali tujuan-tujuan tersebut didefinisikan secara
kurang tegas, karena kadang kala tujuan-tujuan tersebut kurang tegas, karena kadang kala tujuan-tujuan tersebut
ditetapkan oleh pihak lain. ditetapkan oleh pihak lain.
d. Waktu, perencanaan mengacu ke masa depan. Salah d. Waktu, perencanaan mengacu ke masa depan. Salah
satu unsur penting dalam perencanaan adalah unsur satu unsur penting dalam perencanaan adalah unsur
waktu. Tujuan-tujuan perencanaan dirancang untuk waktu. Tujuan-tujuan perencanaan dirancang untuk
dicapai pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, dicapai pada masa yang akan datang. Oleh karena itu,
perencanaan berkaitan dengan masa depan. perencanaan berkaitan dengan masa depan.
Sejak tahun 1990-an terdapat suatu kecenderungan baru Sejak tahun 1990-an terdapat suatu kecenderungan baru
dalam perencanaan pembangunan yang lebih berorientasi dalam perencanaan pembangunan yang lebih berorientasi
kepada pelaksanaannya. Apabila sebelumnya perencanaan kepada pelaksanaannya. Apabila sebelumnya perencanaan
terlalu menekankan kepada berbagai prinsip dan teknik terlalu menekankan kepada berbagai prinsip dan teknik
perumusan dalam proses pembangunan, maka hal yang perumusan dalam proses pembangunan, maka hal yang
harus diperhatikan juga adalah aspek-aspek pelaksanaan harus diperhatikan juga adalah aspek-aspek pelaksanaan
pembangunan. Misalnya apakah pembangunan ini telah pembangunan. Misalnya apakah pembangunan ini telah
sesuai dengan aspek proses perencanaan pelaksanaannya. sesuai dengan aspek proses perencanaan pelaksanaannya.
Dalam literatur pembangunan, para praktisi pemerin- Dalam literatur pembangunan, para praktisi pemerin-
tahan meletakkan perencanaan atas pendekatan: tahan meletakkan perencanaan atas pendekatan:

139 139
a. Perspektif, bertujuan untuk memberikan latar belakang
pada rencana-rencana jangka pendek dan panjang,
a. Perspektif, bertujuan untuk memberikan latar belakang
sehingga masalah-masalah yang harus dipecahkan
pada rencana-rencana jangka pendek dan panjang,
dalam jangka waktu yang lama dapat diperhitungkan
sehingga masalah-masalah yang harus dipecahkan
dalam perencanaan jangka pendek.
dalam jangka waktu yang lama dapat diperhitungkan
b. Jangka Menengah, yaitu dalam jangka mana sebahagian
dalam perencanaan jangka pendek.
besar daripada investasi-investasi dilakukan selama
b. Jangka Menengah, yaitu dalam jangka mana sebahagian
tahun-tahun pertama dari rencana pembangunan itu
besar daripada investasi-investasi dilakukan selama
sendiri.
tahun-tahun pertama dari rencana pembangunan itu
c. Tahunan, ini bertujuan untuk menetapkan cara pelaksa-
sendiri.
naan kebijaksanaan pemerintah. Keinginan-keinginan
c. Tahunan, ini bertujuan untuk menetapkan cara pelaksa-
dari pemerintah dituangkan dalam bentuk pembangunan
naan kebijaksanaan pemerintah. Keinginan-keinginan
proyek-proyek nasional.
dari pemerintah dituangkan dalam bentuk pembangunan
proyek-proyek nasional. Dikemukakan bahwa negara-negara bukan sosialis,
dilihat dari kebijaksanaan industrialisasi yang mereka anut
Dikemukakan bahwa negara-negara bukan sosialis,
pada saat permulaan program pembangunan, umumnya
dilihat dari kebijaksanaan industrialisasi yang mereka anut
dapat digolongkan dalam dua kelompok. Kelompok yang
pada saat permulaan program pembangunan, umumnya
pertama ialah kelompok negara-negara yang melaksanakan
dapat digolongkan dalam dua kelompok. Kelompok yang
strategi industrialisasi subtitusi impor yang berorientasi
pertama ialah kelompok negara-negara yang melaksanakan
pada pemenuhan pasar dalam negeri; dan kelompok yang
strategi industrialisasi subtitusi impor yang berorientasi
kedua adalah kelompok negara-negara yang melaksanakan
pada pemenuhan pasar dalam negeri; dan kelompok yang
strategi industrialisasi yang berorientasi ekspor. Dari kedua
kedua adalah kelompok negara-negara yang melaksanakan
model tersebut, sistem atau model pembangunan nasional di
strategi industrialisasi yang berorientasi ekspor. Dari kedua
Indonesia lebih berorientasi kepada kelompok yang pertama.
model tersebut, sistem atau model pembangunan nasional di
Hal ini didasari oleh besarnya pasaran dalam negeri, jika
Indonesia lebih berorientasi kepada kelompok yang pertama.
dibandingkan dengan negara-negara yang menganut model
Hal ini didasari oleh besarnya pasaran dalam negeri, jika
industrialisasi yang berorientasi ekspor, seperti Singapura,
dibandingkan dengan negara-negara yang menganut model
Korea Selatan, dll.
industrialisasi yang berorientasi ekspor, seperti Singapura,
Korea Selatan, dll. 2. Perencanaan dan Penggaran
2. Perencanaan dan Penggaran Perencanaan dan penganggaran merupakan proses yang
paling krusial dalam penyelenggaraan pemerintahan, karena
Perencanaan dan penganggaran merupakan proses yang
berkaitan dengan tujuan dari pemerintahan itu sendiri, untuk
paling krusial dalam penyelenggaraan pemerintahan, karena
menyejahterakan rakyatnya. Perencanaan dan penganggaran
berkaitan dengan tujuan dari pemerintahan itu sendiri, untuk
menyejahterakan rakyatnya. Perencanaan dan penganggaran

140 140
merupakan proses yang terintegrasi, oleh karena itu, output merupakan proses yang terintegrasi, oleh karena itu, output
dari perencanaan adalah penganggaran. dari perencanaan adalah penganggaran.
Selama ini, sebagaimana diamati para ahli, perencanaan Selama ini, sebagaimana diamati para ahli, perencanaan
dan penganggaran belum memiliki landasan aturan yang dan penganggaran belum memiliki landasan aturan yang
memadai. Sistem perencanaan nasional yang terintegrasi dari memadai. Sistem perencanaan nasional yang terintegrasi dari
daerah sampai pusat selama ini juga belum memiliki landasan daerah sampai pusat selama ini juga belum memiliki landasan
aturan yang bersifat mengikat. Digulirkannya kebijakan aturan yang bersifat mengikat. Digulirkannya kebijakan
otonomi daerah dan dihapuskannya GBHN (Garis Besar otonomi daerah dan dihapuskannya GBHN (Garis Besar
Haluan Negara) yang selama ini dijadikan landasan dalam Haluan Negara) yang selama ini dijadikan landasan dalam
perencanaan, membawa implikasi akan perlunya kerangka perencanaan, membawa implikasi akan perlunya kerangka
kebijakan yang mengatur sistem perencanaan pembangunan kebijakan yang mengatur sistem perencanaan pembangunan
nasional yang bersifat sistematis dan harmonis. Pandangan ini nasional yang bersifat sistematis dan harmonis. Pandangan ini
menjadi landasan dikeluarkannya UU Nomor 25 Tahun 2004 menjadi landasan dikeluarkannya UU Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SP2N). tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SP2N).
Reformasi pengelolaan keuangan negara dengan Reformasi pengelolaan keuangan negara dengan
terbitnya 3 (tiga) paket undang-undang yaitu Undang- terbitnya 3 (tiga) paket undang-undang yaitu Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
disertai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun tentang disertai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun tentang
Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pertanggungjawaban Keuangan Negara, Tahun 2004 tentang Pertanggungjawaban Keuangan Negara,
mengisyaratkan terjadinya perubahan yang mendasar terhadap mengisyaratkan terjadinya perubahan yang mendasar terhadap
perencanaan dan penganggaran di daerah. Perubahan yang perencanaan dan penganggaran di daerah. Perubahan yang
terkandung dalam undang-undang tersebut, antara lain: terkandung dalam undang-undang tersebut, antara lain:
a. Bahwa perencanaan program kerja dan kegiatan menjadi a. Bahwa perencanaan program kerja dan kegiatan menjadi
satu kesatuan dengan perencanaan anggaran, sehingga satu kesatuan dengan perencanaan anggaran, sehingga
program kerja dan kegiatan yang direncanakan akan sesuai program kerja dan kegiatan yang direncanakan akan sesuai
dengan kemampuan pembiayaan yang tersedia. Oleh dengan kemampuan pembiayaan yang tersedia. Oleh
karena jangka menengah daerah harus dilengkapi dengan karena jangka menengah daerah harus dilengkapi dengan
dokumen perencanaan pembiayaan jangka menengah dokumen perencanaan pembiayaan jangka menengah
atau medium term expenditure framework (MTEF). atau medium term expenditure framework (MTEF).
b. Mengisyaratkan kepada seluruh dinas, badan, lembaga, b. Mengisyaratkan kepada seluruh dinas, badan, lembaga,
dan kantor melaksanakan program kerja dan kegiatan dan kantor melaksanakan program kerja dan kegiatan
berdasarkan tugas dan fungsi masing-masing instansi/ berdasarkan tugas dan fungsi masing-masing instansi/
lembaga di setiap tingkat pemerintahan. lembaga di setiap tingkat pemerintahan.

141 141
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
dikelola berdasarkan prestasi kerja/anggaran kinerja, yang
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
berarti program kerja dan kegiatan yang dilaksanakan
dikelola berdasarkan prestasi kerja/anggaran kinerja, yang
dengan menggunakan APBD harus dirumuskan secara
berarti program kerja dan kegiatan yang dilaksanakan
jelas dan terukur, apa output dan outcome-nya.
dengan menggunakan APBD harus dirumuskan secara
jelas dan terukur, apa output dan outcome-nya.
3. Jenis-Jenis Perencanaan Daerah
3. Jenis-Jenis Perencanaan Daerah Mencermati UU 25/2004 serta memperhatikan UU
17/2003, perencanaan daerah ditinjau dari dimensi waktunya
Mencermati UU 25/2004 serta memperhatikan UU
terdiri atas 5 jenis, yaitu:
17/2003, perencanaan daerah ditinjau dari dimensi waktunya
terdiri atas 5 jenis, yaitu: a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD)
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJPD)
(RPJMD)
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
c. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
(RPJMD)
(Renstra-SKPD)Rencana Kerja Pemerintah Daerah
c. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
(RKPD)
(Renstra-SKPD)Rencana Kerja Pemerintah Daerah
d. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-
(RKPD)
SKPD).
d. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-
SKPD). Pada bagian berikut ini akan diuraikan secara rinci
masing-masing jenis perencanaan daerah sesuai dengan
Pada bagian berikut ini akan diuraikan secara rinci
peraturan perundang-undangan.
masing-masing jenis perencanaan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. a. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renstra-Skpd)
a. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
Rencana strategis satuan kerja perangkat daerah
(Renstra-Skpd)
(Renstra-SKPD) adalah dokumen perencanaan SKPD
Rencana strategis satuan kerja perangkat daerah
yang berjangka waktu 5 tahun, disusun dalam rangka
(Renstra-SKPD) adalah dokumen perencanaan SKPD
mengoperasionalkan RPJMD sesuai tugas dan fungsi
yang berjangka waktu 5 tahun, disusun dalam rangka
masing-masing SKPD sesuai bidang urusan yang
mengoperasionalkan RPJMD sesuai tugas dan fungsi
menjadi kewenangan daerah. Renstra-SKPD disusun
masing-masing SKPD sesuai bidang urusan yang
dengan berpedoman pada RPJMD dan Standar
menjadi kewenangan daerah. Renstra-SKPD disusun
Pelayanan Minimal, dengan materi dan substansi utama
dengan berpedoman pada RPJMD dan Standar
memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program,
Pelayanan Minimal, dengan materi dan substansi utama
memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program,

142 142
dan kegiatan pembangunan pada tingkat SKPD. Setiap dan kegiatan pembangunan pada tingkat SKPD. Setiap
SKPD berkewajiban melaksanakan program dan SKPD berkewajiban melaksanakan program dan
kegiatan untuk mencapai sasaran pembangunan jangka kegiatan untuk mencapai sasaran pembangunan jangka
menengah daerah, dengan tidak mengabaikan tingkat menengah daerah, dengan tidak mengabaikan tingkat
kinerja pelayanan/pembangunan yang sudah dicapai kinerja pelayanan/pembangunan yang sudah dicapai
pada periode sebelumnya. KDH Dilantik 3 bulan 2 bulan pada periode sebelumnya. KDH Dilantik 3 bulan 2 bulan
b. Perencanaan Pembangunan Daerah b. Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan dan Penganggaran Daerah SKPD melalui Perencanaan dan Penganggaran Daerah SKPD melalui
Renstra-SKPD perlu memastikan bahwa kegiatan yang Renstra-SKPD perlu memastikan bahwa kegiatan yang
disusun sudah memadai untuk mencapai sasaran hasil disusun sudah memadai untuk mencapai sasaran hasil
pembangunan yang ditetapkan dalam RPJMD, serta pembangunan yang ditetapkan dalam RPJMD, serta
estimasi biaya yang dibutuhkan setelah mencermati estimasi biaya yang dibutuhkan setelah mencermati
kapasitas fiskal daerah serta pagu indikatif jangka kapasitas fiskal daerah serta pagu indikatif jangka
menengah. Renstra-SKPD akan memudahkan untuk menengah. Renstra-SKPD akan memudahkan untuk
menyusun anggaran yang diklasifikasikan menurut menyusun anggaran yang diklasifikasikan menurut
organisasi, fungsi, program, dan kegiatan. Renstra- organisasi, fungsi, program, dan kegiatan. Renstra-
SKPD ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD. SKPD ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD.
c. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (Rkpd) c. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (Rkpd)
Rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) merupakan Rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) merupakan
rencana pembangunan tahunan pemerintah daerah. rencana pembangunan tahunan pemerintah daerah.
RKPD wajib disusun oleh daerah sebagai landasan dalam RKPD wajib disusun oleh daerah sebagai landasan dalam
penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD). Dokumen RKPD disusun untuk menjamin (APBD). Dokumen RKPD disusun untuk menjamin
keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. Disamping penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. Disamping
itu, RKPD berfungsi sebagai pedoman penyusunan itu, RKPD berfungsi sebagai pedoman penyusunan
rencana kerja satuan kerja perangkat daerah (Renja- rencana kerja satuan kerja perangkat daerah (Renja-
SKPD). RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi SKPD). RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi
daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah,
rencana kerja dan pendanaannya yang dilaksanakan rencana kerja dan pendanaannya yang dilaksanakan
langsung oleh pemerintah, pemerintah daerah, langsung oleh pemerintah, pemerintah daerah,
maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat, serta deskripsi kinerja pembangunan pada masyarakat, serta deskripsi kinerja pembangunan pada
tahun sebelumnya. Rancangan kerangka ekonomi daerah tahun sebelumnya. Rancangan kerangka ekonomi daerah
mendeskripsikan proyeksi pendapatan daerah, alokasi mendeskripsikan proyeksi pendapatan daerah, alokasi

143 143
belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan
disertai dengan asumsi yang mendasarinya sebagai
belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan
dasar dalam pengalokasian dana pada setiap rencana
disertai dengan asumsi yang mendasarinya sebagai
kerja. Prioritas pembangunan daerah merupakan
dasar dalam pengalokasian dana pada setiap rencana
kebijakan yang dipilih sebagai strategi untuk mencapai
kerja. Prioritas pembangunan daerah merupakan
sasaran hasil yang ingin dicapai pada akhir periode
kebijakan yang dipilih sebagai strategi untuk mencapai
pembangunan jangka menengah. Sedangkan kewajiban
sasaran hasil yang ingin dicapai pada akhir periode
daerah merupakan strategi untuk mencapai sasaran
pembangunan jangka menengah. Sedangkan kewajiban
sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang
daerah merupakan strategi untuk mencapai sasaran
ditetapkan. Rencana kerja menterjemahkan prioritas
sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang
pembangunan, berisi program dan kegiatan yang
ditetapkan. Rencana kerja menterjemahkan prioritas
dilaksanakan oleh SKPD, beserta sasaran (indikator)
pembangunan, berisi program dan kegiatan yang
hasil dan keluaran yang akan dicapai pada akhir tahun
dilaksanakan oleh SKPD, beserta sasaran (indikator)
rencana berdasarkan SPM, maupun sebagai upaya
hasil dan keluaran yang akan dicapai pada akhir tahun
mencapai sasaran akhir pada periode pembangunan
rencana berdasarkan SPM, maupun sebagai upaya
jangka menengah.
mencapai sasaran akhir pada periode pembangunan
Terdapat pendapat yang mensinyalir Undang Undang
jangka menengah.
25/2004, lahir lebih siap untuk mempertahankan
Terdapat pendapat yang mensinyalir Undang Undang
eksistensi Bappenas. Kekhawatiran yang muncul adalah
25/2004, lahir lebih siap untuk mempertahankan
Bappenas dilikuidasi oleh lahirnya UU 17/2003 yang salah
eksistensi Bappenas. Kekhawatiran yang muncul adalah
satunya memperkuat peran Depkeu. Jika ini yang terjadi,
Bappenas dilikuidasi oleh lahirnya UU 17/2003 yang salah
maka kebijakan yang dilahirkan tidaklah berdasarkan
satunya memperkuat peran Depkeu. Jika ini yang terjadi,
kebutuhan yang ada, melainkan sekedar pertarungan
maka kebijakan yang dilahirkan tidaklah berdasarkan
kepentingan antara departemen “Suropati (Bappenas) VS
kebutuhan yang ada, melainkan sekedar pertarungan
Lapangan Banteng (Depkeu)”. Terlepas dari hal ini, perlu
kepentingan antara departemen “Suropati (Bappenas) VS
melihat bagaimana sistem perencanaan menurut UU
Lapangan Banteng (Depkeu)”. Terlepas dari hal ini, perlu
25/2004 dan melihat permasalahan-permasalahan yang
melihat bagaimana sistem perencanaan menurut UU
mungkin muncul dalam implementasinya.
25/2004 dan melihat permasalahan-permasalahan yang
mungkin muncul dalam implementasinya. Dalam Undang-undang nomor 25 tahun 2004, yang
dimaksud dengan:
Dalam Undang-undang nomor 25 tahun 2004, yang
dimaksud dengan: a. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan
tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
a. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

144 144
b. Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan b. Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan
oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai
tujuan bernegara. tujuan bernegara.
c. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah c. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah
satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan
untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan
dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan
yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara
dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.
d. Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya d. Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya
disingkat RPJP, adalah dokumen perencanaan untuk disingkat RPJP, adalah dokumen perencanaan untuk
periode 20 tahun. periode 20 tahun.
e. Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang e. Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang
selanjutnya disingkat RPJM, adalah dokumen selanjutnya disingkat RPJM, adalah dokumen
perencanaan untuk periode 5 tahun. perencanaan untuk periode 5 tahun.
f. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/ f. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/
Lembaga, yang selanjutnya disebut Rencana Strategis Lembaga, yang selanjutnya disebut Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga (Renstra-KL), adalah dokumen Kementerian/Lembaga (Renstra-KL), adalah dokumen
perencanaan Kementerian/ Lembaga untuk periode 5 perencanaan Kementerian/ Lembaga untuk periode 5
tahun. tahun.
g. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja g. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja
Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Renstra- Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Renstra-
SKPD, adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja SKPD, adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja
Perangkat Daerah untuk periode 5 tahun. Perangkat Daerah untuk periode 5 tahun.
h. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang h. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang
selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP), selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP),
adalah dokumen perencanaan Nasional untuk periode adalah dokumen perencanaan Nasional untuk periode
1 tahun. 1 tahun.
i. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, yang i. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, yang
selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD), adalah dokumen perencanaan Daerah untuk (RKPD), adalah dokumen perencanaan Daerah untuk
periode 1 tahun. periode 1 tahun.
j. Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/ j. Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/
Lembaga, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Lembaga, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga Kementerian/Lembaga

145 145
k. (Renja-KL), adalah dokumen perencanaan Kementrian/
Lembaga untuk periode 1 tahun.
k. (Renja-KL), adalah dokumen perencanaan Kementrian/
l. Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja
Lembaga untuk periode 1 tahun.
Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana
l. Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja
Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD),
Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana
adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat
Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD),
Daerah untuk periode 1 tahun.
adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat
Daerah untuk periode 1 tahun. Dari aspek substansi, perencanaan adalah penetapan
tujuan dan penetapan alternatif tindakan, seperti yang
Dari aspek substansi, perencanaan adalah penetapan
dinyatakan oleh Tjokroamidojo (2003), yang selengkapnya
tujuan dan penetapan alternatif tindakan, seperti yang
sebagai berikut: Perencanaan pada asasnya berkisar kepada
dinyatakan oleh Tjokroamidojo (2003), yang selengkapnya
dua hal, yang pertama, ialah penentuan pilihan secara sadar
sebagai berikut: Perencanaan pada asasnya berkisar kepada
mengenai tujuan konkrit yang hendak dicapai dalam jangka
dua hal, yang pertama, ialah penentuan pilihan secara sadar
waktu tertentu atas dasar nilai-nilai yang dimiliki oleh
mengenai tujuan konkrit yang hendak dicapai dalam jangka
masyarakat yang bersangkutan dan yang kedua ialah pilihan
waktu tertentu atas dasar nilai-nilai yang dimiliki oleh
diantara cara-cara alternatif serta rasional guna mencapai
masyarakat yang bersangkutan dan yang kedua ialah pilihan
tujuan-tujuan yang telah disepakati.
diantara cara-cara alternatif serta rasional guna mencapai
Menurut Miraza (2005), perencanaan wilayah mencakup
tujuan-tujuan yang telah disepakati.
berbagai segi kehidupan yang komprehensif dan satu sama
Menurut Miraza (2005), perencanaan wilayah mencakup
lain saling bersentuhan, yang semuanya bermuara pada upaya
berbagai segi kehidupan yang komprehensif dan satu sama
meningkatkan kehidupan masyarakat. Perencanaan wilayah
lain saling bersentuhan, yang semuanya bermuara pada upaya
diharapkan akan dapat menciptakan sinergi bagi memperkuat
meningkatkan kehidupan masyarakat. Perencanaan wilayah
posisi pengembangan dan pembangunan wilayah.
diharapkan akan dapat menciptakan sinergi bagi memperkuat
Menurut Munir (2002) berdasarkan jangka waktunya,
posisi pengembangan dan pembangunan wilayah.
perencanaan dapat dibagi menjadi:
Menurut Munir (2002) berdasarkan jangka waktunya,
perencanaan dapat dibagi menjadi: a. Perencanaan jangka panjang, biasanya mempunyai
rentang waktu antara 10 sampai 25 tahun. Perencanaan
a. Perencanaan jangka panjang, biasanya mempunyai
jangka panjang adalah cetak biru pembangunan yang
rentang waktu antara 10 sampai 25 tahun. Perencanaan
harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang panjang.
jangka panjang adalah cetak biru pembangunan yang
b. Perencanaan jangka menengah, biasanya mempunyai
harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang panjang.
rentang waktu antara 4 sampai 6 tahun. Dalam
b. Perencanaan jangka menengah, biasanya mempunyai
perencanaan jangka menengah walaupun masih umum,
rentang waktu antara 4 sampai 6 tahun. Dalam
tetapi sasaran-sasaran dalam kelompok besar (sasaran
perencanaan jangka menengah walaupun masih umum,
sektoral) sudah dapat diproyeksikan dengan jelas.
tetapi sasaran-sasaran dalam kelompok besar (sasaran
sektoral) sudah dapat diproyeksikan dengan jelas.

146 146
c. Perencanaan jangka pendek, mempunyai rentang waktu c. Perencanaan jangka pendek, mempunyai rentang waktu
1 tahun, biasanya disebut juga rencana operasional 1 tahun, biasanya disebut juga rencana operasional
tahunan. Jika dibandingkan dengan rencana jangka tahunan. Jika dibandingkan dengan rencana jangka
panjang dan jangka menengah, rencana jangka pendek panjang dan jangka menengah, rencana jangka pendek
biasanya lebih akurat. biasanya lebih akurat.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat ditarik Dari beberapa definisi di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan tentang Perencanaan Pembangunan Daerah kesimpulan tentang Perencanaan Pembangunan Daerah
Tahunan. Hal tersebut dapat diartikan sebagai proses Tahunan. Hal tersebut dapat diartikan sebagai proses
penyusunan rencana yang mempunyai rentang waktu satu penyusunan rencana yang mempunyai rentang waktu satu
tahun yang merupakan rencana operasional dari rencana tahun yang merupakan rencana operasional dari rencana
jangka panjang dan menengah yang berisi langkah- jangka panjang dan menengah yang berisi langkah-
langkah penetapan tujuan serta pemilihan kebijakan/ langkah penetapan tujuan serta pemilihan kebijakan/
program/kegiatan untuk menjawab kebutuhan masyarakat program/kegiatan untuk menjawab kebutuhan masyarakat
setempat. Pembangunan daerah merupakan kegiatan utama setempat. Pembangunan daerah merupakan kegiatan utama
pemerintahan daerah, karena itu perencanaan pembangunan pemerintahan daerah, karena itu perencanaan pembangunan
daerah membutuhkan partisipasi seluruh unsur pemerintahan daerah membutuhkan partisipasi seluruh unsur pemerintahan
daerah (stake holders) yang ada di daerah tersebut. Dalam daerah (stake holders) yang ada di daerah tersebut. Dalam
kaitannya dengan pembangunan daerah, GTZ (2000) kaitannya dengan pembangunan daerah, GTZ (2000)
mendefinisikan perencanaan pembangunan daerah sebagai: mendefinisikan perencanaan pembangunan daerah sebagai:
“Local development planning is a systematic endeavor “Local development planning is a systematic endeavor
of multiple actors (stakeholders) from the public, private of multiple actors (stakeholders) from the public, private
and civic domain at the different levels to deal with and civic domain at the different levels to deal with
interdependent physical and socio-economic aspects by interdependent physical and socio-economic aspects by
means of: continously analyzing regional development means of: continously analyzing regional development
conditions, formulating local development goals and conditions, formulating local development goals and
policies, conceptualizing strategies for solutions, and policies, conceptualizing strategies for solutions, and
implementing them with the available resources so that implementing them with the available resources so that
new oppurtunities which enhance the local communities’ new oppurtunities which enhance the local communities’
wellbeing can be seized upon in a sustainable manner.” wellbeing can be seized upon in a sustainable manner.”
Di dalam PP No. 8 Tahun 2008 menyatakan bahwa Di dalam PP No. 8 Tahun 2008 menyatakan bahwa
perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan
masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Pembangunan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Pembangunan

147 147
daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata,
untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan
baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya
berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks pembangunan manusia.
saing, maupun peningkatan indeks pembangunan manusia. Dan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses
Dan Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan
penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna
berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.
lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu. Pada hakikatnya perencanaan merupakan suatu
Pada hakikatnya perencanaan merupakan suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai
rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi, seperti peristiwa, keadaan,
apa yang diharapkan terjadi, seperti peristiwa, keadaan, suasana, dan sebagainya. Perencanaan bukanlah masalah kira-
suasana, dan sebagainya. Perencanaan bukanlah masalah kira- kira, manipulasi atau teoritis tanpa fakta, atau data yang kongkrit
kira, manipulasi atau teoritis tanpa fakta, atau data yang kongkrit melainkan persiapan perencanaan harus dinilai. Negara
melainkan persiapan perencanaan harus dinilai. Negara lain yang terkenal perencanaannya adalah bangsa Amerika
lain yang terkenal perencanaannya adalah bangsa Amerika Serikat. Perencanaan sangat menentukan keberhasilan dari
Serikat. Perencanaan sangat menentukan keberhasilan dari suatu program sehingga Amerika dan Jepang akan berlama-
suatu program sehingga Amerika dan Jepang akan berlama- lama dalam membahas perencanaan daripada aplikasinya.
lama dalam membahas perencanaan daripada aplikasinya. Pembangunan jangka panjang boleh dikatakan telah berhasil
Pembangunan jangka panjang boleh dikatakan telah berhasil meletakkan landasan yang kuat bagi pembangunan jangka
meletakkan landasan yang kuat bagi pembangunan jangka panjang berikutnya. Adapun tujuan pembangunan jangka
panjang berikutnya. Adapun tujuan pembangunan jangka panjang adalah mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri,
panjang adalah mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri, sejahtera lahir batin dalam rangka mewujudkan masyarakat
sejahtera lahir batin dalam rangka mewujudkan masyarakat adil makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
adil makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945. Rumusan yang
berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945. Rumusan yang luas tersebut dapat kita sebut tujuan normatif atau visi normatif
luas tersebut dapat kita sebut tujuan normatif atau visi normatif dari pembangunan nasional. Dalam rangka pencapaian tujuan
dari pembangunan nasional. Dalam rangka pencapaian tujuan normatif pembangunan jangka panjang tersebut di rumuskan
normatif pembangunan jangka panjang tersebut di rumuskan pula sebagai sasaran umum, ialah terciptanya kualitas manusia
pula sebagai sasaran umum, ialah terciptanya kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri.
dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri. Masyarakat semakin berkembang, semakin cerdas dan
Masyarakat semakin berkembang, semakin cerdas dan

148 148
semakin luas pula horison pilihannya sebagai hasil sumber semakin luas pula horison pilihannya sebagai hasil sumber
daya manusia Indonesia. daya manusia Indonesia.
Menghadapi pembangunan jangka panjang banyak Menghadapi pembangunan jangka panjang banyak
hal yang perlu di perhitungkan untuk lebih mengarahkan hal yang perlu di perhitungkan untuk lebih mengarahkan
tujuan atau sasaran umum yang akan dicapai yang harus tujuan atau sasaran umum yang akan dicapai yang harus
lebih rinci agar perkembangannya tidak melebar atau lebih rinci agar perkembangannya tidak melebar atau
melenceng tanpa arah yang jelas. Dalam kerangka ini perlu melenceng tanpa arah yang jelas. Dalam kerangka ini perlu
dirumuskan suatu tujuan dan sasaran yang strategis. Sebagai dirumuskan suatu tujuan dan sasaran yang strategis. Sebagai
unsur pertama pada program pengembangan umum unsur pertama pada program pengembangan umum
Indonesia guna mencapai tujuan pembangunan jangka Indonesia guna mencapai tujuan pembangunan jangka
panjang terutama di bidang kesehatan, haruslah berpijak panjang terutama di bidang kesehatan, haruslah berpijak
pada dua prinsip pokok, yaitu sifatnya yang komprehensif dan pada dua prinsip pokok, yaitu sifatnya yang komprehensif dan
dinamis. Sifat yang komprehensif disebabkan karena seluruh dinamis. Sifat yang komprehensif disebabkan karena seluruh
program pembangunan nasional yang pada hakekatnya program pembangunan nasional yang pada hakekatnya
dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia yang mampu untuk dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia yang mampu untuk
melaksanakannya. Masyarakat Indonesia tersebut adalah melaksanakannya. Masyarakat Indonesia tersebut adalah
manusia hasil binaan pendidikan dan pelatihan yang relevan manusia hasil binaan pendidikan dan pelatihan yang relevan
dengan tuntutan pasar atau tuntutan pembangunan nasional. dengan tuntutan pasar atau tuntutan pembangunan nasional.
Untuk menjadi bangsa yang mandiri, sebagaimana Untuk menjadi bangsa yang mandiri, sebagaimana
harapan semua pihak, pada dasarnya tidak ada satu pun sektor harapan semua pihak, pada dasarnya tidak ada satu pun sektor
kehidupan bangsa atau sektor pembangunan nasional yang kehidupan bangsa atau sektor pembangunan nasional yang
tidak dijamah oleh Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. tidak dijamah oleh Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.
Apabila SDM Indonesia yang tidak dipersiapkan maka sektor- Apabila SDM Indonesia yang tidak dipersiapkan maka sektor-
sektor tersebut akan diisi oleh tenaga-tenaga asing sesuai sektor tersebut akan diisi oleh tenaga-tenaga asing sesuai
dengan dinamisme kehidupan dunia dewasa ini, yaitu dunia dengan dinamisme kehidupan dunia dewasa ini, yaitu dunia
terbuka. Dunia yang terbuka memungkinkan persaingan terbuka. Dunia yang terbuka memungkinkan persaingan
antar manusia dan antar bangsa. Hanya bangsa dan manusia antar manusia dan antar bangsa. Hanya bangsa dan manusia
yang terampil dan bermutu yang mampu berkompetisi dengan yang terampil dan bermutu yang mampu berkompetisi dengan
bangsa-bangsa yang lain dalam era globalisasi ini. bangsa-bangsa yang lain dalam era globalisasi ini.
Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang
komprehensif berarti bahwa perencanaan tersebut komprehensif berarti bahwa perencanaan tersebut
haruslah sejalan dan seiring dengan strategi pembangunan haruslah sejalan dan seiring dengan strategi pembangunan
serta prioritas nasional. Sesuai dengan arah dan sasaran serta prioritas nasional. Sesuai dengan arah dan sasaran
pembangunan jangka panjang maka perencanaan umum pembangunan jangka panjang maka perencanaan umum
nasional haruslah dinamis sesuai dengan dinamika yang hidup nasional haruslah dinamis sesuai dengan dinamika yang hidup

149 149
di dalam masyarakat Indonesia yang sedemakin tinggi mutu
kehidupannya dan tingkat pemikiran rakyatnya. Dinamika
di dalam masyarakat Indonesia yang sedemakin tinggi mutu
masyarakat yang semakin meningkat menuntut partisipasi
kehidupannya dan tingkat pemikiran rakyatnya. Dinamika
masyarakat luas untuk memberdayakan masyarakat dan
masyarakat yang semakin meningkat menuntut partisipasi
mengikutsertakan dinamika masyarakat. Hal ini berarti pula
masyarakat luas untuk memberdayakan masyarakat dan
bahwa proses perencanaan harus rentan pada perubahan yang
mengikutsertakan dinamika masyarakat. Hal ini berarti pula
hidup di dalam kehidupan yang nyata dan bukan merupakan
bahwa proses perencanaan harus rentan pada perubahan yang
rekayasa dari atas atau pemerintah pusat. Meskipun tidak
hidup di dalam kehidupan yang nyata dan bukan merupakan
seluruhnya rekayasa pemerintah bersifat negatif tetapi
rekayasa dari atas atau pemerintah pusat. Meskipun tidak
dinamika menuntut suatu adonan yang serasi antara tuntutan
seluruhnya rekayasa pemerintah bersifat negatif tetapi
pemerintah pusat dengan keikutsertaan masyarakat banyak.
dinamika menuntut suatu adonan yang serasi antara tuntutan
Analisis pakar pembangunan menilai, kebutuhan pasar
pemerintah pusat dengan keikutsertaan masyarakat banyak.
dan kebutuhan rakyat banyak mencerminkan meningkatkan
Analisis pakar pembangunan menilai, kebutuhan pasar
kehidupan demokrasi dan juga merupakan hasil suatu
dan kebutuhan rakyat banyak mencerminkan meningkatkan
proses perencanaan umum yang semakin dekat dengan
kehidupan demokrasi dan juga merupakan hasil suatu
kebutuhan masyarakat. Perencanaan umum yang dibutuhkan
proses perencanaan umum yang semakin dekat dengan
masyarakat masa depan adalah perencanaan yang didorong
kebutuhan masyarakat. Perencanaan umum yang dibutuhkan
oleh mekanisme pasar dan kebutuhan. Yang berarti tujuan
masyarakat masa depan adalah perencanaan yang didorong
pembangunan nasional akan lebih dekat dan mendapat
oleh mekanisme pasar dan kebutuhan. Yang berarti tujuan
support dari masyarakat secara utuh. Dan selanjutnya dunia
pembangunan nasional akan lebih dekat dan mendapat
masa depan, dunia abad 21 sebagai abad informasi dan
support dari masyarakat secara utuh. Dan selanjutnya dunia
kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi telah mengubah
masa depan, dunia abad 21 sebagai abad informasi dan
gaya hidup masyarakat Indonesia yang sedang menapak
kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi telah mengubah
kearah masyarakat industri.
gaya hidup masyarakat Indonesia yang sedang menapak
Transformasi masyarakat masa depan menuntut suatu
kearah masyarakat industri.
visi perencanaan umum yang jelas, serta mengakomodasikan
Transformasi masyarakat masa depan menuntut suatu
dinamika transformasi sosial ekonomi masyarakat. Era
visi perencanaan umum yang jelas, serta mengakomodasikan
teknologi komunikasi akan lebih mendekatkan manusia
dinamika transformasi sosial ekonomi masyarakat. Era
satu dengan yang lain sehingga dinamika tersebut harus
teknologi komunikasi akan lebih mendekatkan manusia
ditampung untuk lebih menyukseskan tercapainya tujuan
satu dengan yang lain sehingga dinamika tersebut harus
pembangunan nasional. Visi strategis tersebut harus dapat
ditampung untuk lebih menyukseskan tercapainya tujuan
mengarahkan proses perencanaan umum nasional sehingga
pembangunan nasional. Visi strategis tersebut harus dapat
dengan demikian program-program pembangunan nasional
mengarahkan proses perencanaan umum nasional sehingga
yang diprioritaskan pada segala bidang akan didukung oleh
dengan demikian program-program pembangunan nasional
yang diprioritaskan pada segala bidang akan didukung oleh

150 150
adanya SDM Indonesia yang cerdas dan terampil sesuai adanya SDM Indonesia yang cerdas dan terampil sesuai
dengan kebutuhan masyarakat global. dengan kebutuhan masyarakat global.
Perencanaan pembangunan daerah merupa- Perencanaan pembangunan daerah merupa-
kan pekerjaan yang sangat penting, karena dengan perenca- kan pekerjaan yang sangat penting, karena dengan perenca-
naan kita bisa membaca dan merencana mau dibawa ke mana naan kita bisa membaca dan merencana mau dibawa ke mana
daerah kedepannya, dengan tetap memperhatikan potensi daerah kedepannya, dengan tetap memperhatikan potensi
dan sumber daya yang dimiliki. (http://massweeto.blogspot. dan sumber daya yang dimiliki. (http://massweeto.blogspot.
co.id/2012/05/pentingnya-sebuah perencanaan.html) co.id/2012/05/pentingnya-sebuah perencanaan.html)
Selanjutnya dijelaskan bahwa Undang Undang Nomor Selanjutnya dijelaskan bahwa Undang Undang Nomor
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses Nasional mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses
untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui
urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya
yang tersedia. Sedangkan PP 8 Tahun 2008 mendefinisikan yang tersedia. Sedangkan PP 8 Tahun 2008 mendefinisikan
pembangunan daerah adalah pemanfaatan sumber daya pembangunan daerah adalah pemanfaatan sumber daya
yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat
yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan
kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan
kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks
pembangunan manusia. Jadi Perencanaan Pembangunan pembangunan manusia. Jadi Perencanaan Pembangunan
Daerah menurut PP 8 Tahun 2008 adalah suatu proses Daerah menurut PP 8 Tahun 2008 adalah suatu proses
penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan
berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya,
guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu
lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu. lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.
Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang
dilakukan dengan tetap mendasarkan pada data dan dilakukan dengan tetap mendasarkan pada data dan
informasi yang akurat, valid dan akuntabel dengan tetap informasi yang akurat, valid dan akuntabel dengan tetap
mempertimbangkan sumber daya dan potensi yang dimiliki. mempertimbangkan sumber daya dan potensi yang dimiliki.
Dalam proses menyusun perencanaan tentunya dilakukan Dalam proses menyusun perencanaan tentunya dilakukan
dengan terlebih dahulu mengkaji indikator-indikator dengan terlebih dahulu mengkaji indikator-indikator
perkembangan di daerah diantaranya Indeks Pembangunan perkembangan di daerah diantaranya Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, tingkat Manusia (IPM), tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, tingkat

151 151
pengangguran, tingkat kemiskinan dan beberapa indikator
lainnya terutama kondisi keuangan daerah.
pengangguran, tingkat kemiskinan dan beberapa indikator
Perencanaan pembangunan di daerah harus
lainnya terutama kondisi keuangan daerah.
memperhatikan adanya sinkronisasi, koordinasi, dan integrasi
Perencanaan pembangunan di daerah harus
dengan perencanaan pembangunan nasional, karena capaian
memperhatikan adanya sinkronisasi, koordinasi, dan integrasi
tujuan pembangunan daerah harus bersifat mendukung
dengan perencanaan pembangunan nasional, karena capaian
pencapaian tujuan pembangunan secara nasional. Dengan
tujuan pembangunan daerah harus bersifat mendukung
demikian perencanaan pembangunan harus berpedoman
pencapaian tujuan pembangunan secara nasional. Dengan
pada Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. UU Nomor
demikian perencanaan pembangunan harus berpedoman
25 Tahun 2004 mengatakan bahwa Sistem Perencanaan
pada Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. UU Nomor
Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara
25 Tahun 2004 mengatakan bahwa Sistem Perencanaan
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-
Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara
rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah,
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-
dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara
rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah,
negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.
dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara
Pengertian lain mengenai perencanaan dapat diakses
negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.
pada Peraturan Pemerintah RI nomor 39 tahun 2006 :
Pengertian lain mengenai perencanaan dapat diakses
pada Peraturan Pemerintah RI nomor 39 tahun 2006 : a. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan
tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
a. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
b. Rencana pembangunan jangka menengah, yang
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
selanjutnya disingkat RPJM, adalah dokumen
b. Rencana pembangunan jangka menengah, yang
perencanaan untuk periode 5 tahun.
selanjutnya disingkat RPJM, adalah dokumen peren-
c. Rencana pembangunan jangka menengah kementerian/
canaan untuk periode 5 tahun.
lembaga, yang selanjutnya disebut Rencana Strategis
c. Rencana pembangunan jangka menengah kementerian/
Kementerian/Lembaga (Renstra-KL), adalah dokumen
lembaga, yang selanjutnya disebut Rencana Strategis
perencanaan kementerian/lembaga untuk periode 5
Kementerian/Lembaga (Renstra-KL), adalah dokumen
tahun.
perencanaan kementerian/lembaga untuk periode 5
d. Selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP),
tahun.
adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode 1
d. Selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP),
tahun.
adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode 1
e. Rencana pembangunan tahunan kementerian/lembaga,
tahun.
yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Kementerian/
e. Rencana pembangunan tahunan kementerian/lembaga,
yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Kementerian/

152 152
Lembaga (Renja-KL), adalah dokumen perencanaan Lembaga (Renja-KL), adalah dokumen perencanaan
kementerian/lembaga untuk periode 1 tahun. kementerian/lembaga untuk periode 1 tahun.
Dijelaskan bahwa pembangunan nasional diselenggara- Dijelaskan bahwa pembangunan nasional diselenggara-
kan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip keber- kan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip
samaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
serta kemandirian dengan menjaga keseimba-ngan kemajuan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimba-
dan kesatuan Nasional. Perencanaan Pembangunan Nasional ngan kemajuan dan kesatuan Nasional. Perencanaan
disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, Pembangunan Nasional disusun secara sistematis, terarah,
dan tanggap terhadap perubahan. Sistem Perencanaan Pem- terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan.
bangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan Asas Umum Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diselenggarakan
Penyelenggaraan Negara. Sistem Perencanaan Pembangunan berdasarkan Asas Umum Penyelenggaraan Negara. Sistem
Nasional bertujuan untuk: Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk:
a. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan; a. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan;
b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan
sinergi, baik antar daerah, ruang, waktu, fungsi sinergi, baik antar daerah, ruang, waktu, fungsi
pemerintah, maupun antara pusat dan daerah; pemerintah, maupun antara pusat dan daerah;
c. Menjaminketerkaitandankonsistensiantaraperencanaan, c. Menjaminketerkaitandankonsistensiantaraperencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan;
d. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat; d. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat;
e. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara e. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara
efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Dijelaskan pula, bahwa perencanaan pembangunan Dijelaskan pula, bahwa perencanaan pembangunan
daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah
dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku
kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing- kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-
masing. Perencanaan pembangunan daerah mengintegrasikan masing. Perencanaan pembangunan daerah mengintegrasikan
rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah. rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah.
Perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan berdasarkan Perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan berdasarkan
kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah,
sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional. sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional.
Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan secara Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan secara
transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif,
terukur, berkeadilan dan berkelanjutan. terukur, berkeadilan dan berkelanjutan.

153 153
Ruang lingkup perencanaan pembangunan daerah
meliputi tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan
Ruang lingkup perencanaan pembangunan daerah
evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah terdiri atas:
meliputi tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan
RPJPD; RPJMD; Renstra SKPD; RKPD; dan Renja SKPD.
evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah terdiri atas:
RPJPD; RPJMD; Renstra SKPD; RKPD; dan Renja SKPD. Prinsip-prinsip perencanaan pembangunan daerah
meliputi:
Prinsip-prinsip perencanaan pembangunan daerah
a. Merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan
meliputi:
pembangunan nasional;
a. Merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan
b. Dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku
pembangunan nasional;
kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan
b. Dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku
masing-masing;
kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan
c. Mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana
masing-masing;
pembangunan daerah; dan dilaksanakan berdasarkan
c. Mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana
kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing
pembangunan daerah; dan dilaksanakan berdasarkan
daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah dan
kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing
Nasional.
daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah dan
Nasional. Berikut digambarkan alur, proses, serta siklus
Perencanaan dan Penganggaran Tahunan (dikutip dari Dr.
Berikut digambarkan alur, proses, serta siklus
Royadi, SH.MM, Kasubdit Perencanaan Pemb. Wilayah IV
Perencanaan dan Penganggaran Tahunan (dikutip dari Dr.
Direktorat Perencanaan Pembangunan Daerah, Kementerian
Royadi, SH.MM, Kasubdit Perencanaan Pemb. Wilayah IV
Dalam Negeri, 2011)
Direktorat Perencanaan Pembangunan Daerah, Kementerian
Dalam Negeri, 2011)

Pedoman Pedoman
RENSTRA RENJA RKA - KL RINCIAN
KL KL APBN

Pemerintah
Pusat
Pedoman diacu
Pedoman Pedoman dijabarkan
RENSTRA RENJA RKA - KL RINCIAN Pedoman
RPJP RPJM Pedoman
KL KL APBN RKP RAPBN APBN
NASIONAL NASIONAL
Pemerintah
Pusat

Pedoman diacu
dijabarkan diacu diperhatikan Diserasikan melalui MUSRENBANGDA
Pedoman Pedoman
RPJP RPJM RAPBN APBN Pedoman dijabarkan
RKP Pedoman Pedoman
NASIONAL NASIONAL
RPJP RPJM
DAERAH DAERAH
RKPD KUA
RAPBD APBD

diacu diperhatikan Diserasikan melalui MUSRENBANGDA

Pemerintah
Daerah
Pedoman dijabarkan Pedoman
Pedoman Pedoman
Pedoman
RPJP RPJM
DAERAH DAERAH
RKPD KUA
RAPBD APBD
RENSTRA RENJA
Pedoman
RKA – PENJABARAN
SKPD SKPD
Pemerintah

SKPD APBD
Daerah

Pedoman
Pedoman
Pedoman
RENSTRA RENJA RKA – PENJABARAN
SKPD SKPD PERENCANAAN PROGRAM PENGANGGARAN
SKPD APBD

6
PERENCANAAN PROGRAM PENGANGGARAN

154 154
Proses Penyusunan Perencanaan dan Penganggaran Tahunan Proses Penyusunan Perencanaan dan Penganggaran Tahunan
Rancangan Rancangan
K/L MUSRENBANGNAS Akhir RKP Mei K/L MUSRENBANGNAS Akhir RKP
RPJMD Mei
Apr RPJMD Apr
Usulan DAK, TP, APBN Usulan DAK, TP, APBN
MUSRENBANG Ranc.Akhir MUSRENBANG Ranc.Akhir
Rancangan SKPD Prov RKPD Prov Mei Rancangan SKPD Prov
PROV PROV RKPD Prov Mei
Awal RKPD Awal RKPD
Apr Apr
•Prioritas pemb, Usul dekon, APBD Prov. •Prioritas pemb, Usul dekon, APBD Prov.
•Pagu indiakatif •Pagu indiakatif
berdasar fungsi Rancangan Musrenbang RKPD/ Rancangan Penetapan berdasar fungsi Rancangan Musrenbang RKPD/ Rancangan Penetapan
MUSRENBANGDA RAPBD RAPBD
SKPD, sumber RKPD Ahir RKPD RKPD SKPD, sumber RKPD MUSRENBANGDA Ahir RKPD RKPD
dana & Wilayah dana & Wilayah
Mar Mei Mar Mei
kerja kerja
KUA/ KUA/
PPAS PPAS
Rancangan Forum Rancangan Forum
Renstra Forum Forum
Renja SKPD SKPDForum Renja RKA- Renstra SKPDForum Renja
SKPD SKPD Renja SKPD SKPD RKA-
SKPD SKPD SKPD SKPD SKPD SKPD SKPD
Feb. Mei Agt Feb. Mei Agt
Feb/Mar Feb/Mar

MUSRENBANG Feb. MUSRENBANG Feb.


Kecamatan Kecamatan

MUSRENBANG Jan MUSRENBANG Jan


Desa/Kel. Desa/Kel.

10 10

SIKLUS PERENCANAAN & PENGANGGARAN TAHUNAN SIKLUS PERENCANAAN & PENGANGGARAN TAHUNAN
Pembahasan & Kesepakaan Pembahasan & Kesepakaan
KUA antara KDH dgn DPRD (Juni) KUA antara KDH dgn DPRD (Juni)

6 Pembahasan dan Kesepakatan PPAS Pembahasan dan Kesepakatan PPAS


Penetapan RKPD antara KDH dgn DPRD (Juni) Penetapan RKPD 6
antara KDH dgn DPRD (Juni)
(Mei) 5 7 (Mei) 5 7
Penyusunan RKA-SKPD & RAPBD Penyusunan RKA-SKPD & RAPBD
Musrenbang Kab/Kota (Juli-September) Musrenbang Kab/Kota
4 8 4 8 (Juli-September)
(Maret) (Maret)

Forum SKPD Pembahasan dan persetujuan Forum SKPD Pembahasan dan persetujuan
Penyusunan Renja 3 9 Rancangan APBD dgn DPRD Penyusunan Renja 3 9 Rancangan APBD dgn DPRD
SKPD Kab/Kota (Maret) (Oktober-November) SKPD Kab/Kota (Maret) (Oktober-November)

Musrenbang Kecamatan 2 10 Evaluasi Rancangan Musrenbang Kecamatan 2 10 Evaluasi Rancangan


(Februari) Perda APBD (Desember) (Februari) Perda APBD (Desember)

Musrenbang Desa Penetapan Perda APBD Musrenbang Desa


1 11 1 11 Penetapan Perda APBD
(Januari) (Desember) (Januari) (Desember)

Pelaksanaan APBD 13 12 Penyusunan DPA SKPD 13 12 Penyusunan DPA SKPD


Pelaksanaan APBD
(Desember) (Desember)
Januari thn berikutnya Januari thn berikutnya
21 21

155 155
Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan secara:
transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif,
Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan secara:
terukur, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan.
transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif,
Conyers & Hills (1994) mendefinisikan perencanaan
terukur, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan.
sebagai “suatu proses yang berkesinambungan”, yang
Conyers & Hills (1994) mendefinisikan perencanaan
mencakup “keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan atas
sebagai “suatu proses yang berkesinambungan”, yang
berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai
mencakup “keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan atas
tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang“. Definisi
berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai
tersebut mengedepankan 4 unsur dasar perencanaan, yaitu:
tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang“. Definisi
tersebut mengedepankan 4 unsur dasar perencanaan, yaitu: a. Pemilihan, “merencanakan berarti memilih”, perenca-
naan merupakan proses memilih di antara berbagai
a. Pemilihan, “merencanakan berarti memilih”, perenca-
kegiatan yang diinginkan, karena tidak semua yang
naan merupakan proses memilih di antara berbagai
diinginkan itu dapat dilakukan dan dicapai dalam waktu
kegiatan yang diinginkan, karena tidak semua yang
yang bersamaan.
diinginkan itu dapat dilakukan dan dicapai dalam waktu
b. Sumber daya, perencanaan merupakan alat
yang bersamaan.
pengalokasian sumber daya. Penggunaan istilah sumber
b. Sumber daya, perencanaan merupakan alat
daya, menunjukkan segala sesuatu yang dianggap
pengalokasian sumber daya. Penggunaan istilah sumber
berguna dalam pencapaian suatu tujuan tertentu.
daya, menunjukkan segala sesuatu yang dianggap
Sumber daya mencakup sumber daya manusia, sumber
berguna dalam pencapaian suatu tujuan tertentu.
daya alam (tanah, air, hasil tambang, dan sebagainya),
Sumber daya mencakup sumber daya manusia, sumber
sumber daya modal dan keuangan. Perencanaan
daya alam (tanah, air, hasil tambang, dan sebagainya),
mencakup proses pengambilan keputusan tentang
sumber daya modal dan keuangan. Perencanaan
bagaimana sumber daya yang tersedia itu digunakan
mencakup proses pengambilan keputusan tentang
sebaik-baiknya.
bagaimana sumber daya yang tersedia itu digunakan
c. Tujuan, perencanaan merupakan alat untuk mencapai
sebaik-baiknya.
tujuan. Konsep perencanaan sebagai alat pencapaian
c. Tujuan, perencanaan merupakan alat untuk mencapai
tujuan muncul berkenaan dengan sifat dan proses
tujuan. Konsep perencanaan sebagai alat pencapaian
penetapan tujuan. Salah satu masalah yang sering
tujuan muncul berkenaan dengan sifat dan proses
dihadapi oleh seorang perencana adalah bahwa tujuan-
penetapan tujuan. Salah satu masalah yang sering
tujuan mereka kurang dapat dirumuskan secara tepat.
dihadapi oleh seorang perencana adalah bahwa tujuan-
Sering kali tujuan-tujuan tersebut didefinisikan secara
tujuan mereka kurang dapat dirumuskan secara tepat.
kurang tegas, karena kadang kala tujuan-tujuan tersebut
Sering kali tujuan-tujuan tersebut didefinisikan secara
ditetapkan oleh pihak lain.
kurang tegas, karena kadang kala tujuan-tujuan tersebut
d. Waktu, perencanaan mengacu ke masa depan. Salah
ditetapkan oleh pihak lain.
satu unsur penting dalam perencanaan adalah unsur
d. Waktu, perencanaan mengacu ke masa depan. Salah
satu unsur penting dalam perencanaan adalah unsur
156 156
waktu. Tujuan-tujuan perencanaan dirancang untuk waktu. Tujuan-tujuan perencanaan dirancang untuk
dicapai pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, dicapai pada masa yang akan datang. Oleh karena itu,
perencanaan berkaitan dengan masa depan. perencanaan berkaitan dengan masa depan.
Pengalaman empirik kaum praktisi dan telaah ahli Pengalaman empirik kaum praktisi dan telaah ahli
menyimpulkan bahwa perencanaan dan penganggaran menyimpulkan bahwa perencanaan dan penganggaran
merupakan proses yang paling krusial dalam penyelenggaraan merupakan proses yang paling krusial dalam penyelenggaraan
pemerintahan, karena berkaitan dengan tujuan dari pemerintahan, karena berkaitan dengan tujuan dari
pemerintahan itu sendiri untuk menyejahterakan rakyatnya. pemerintahan itu sendiri untuk menyejahterakan rakyatnya.
Perencanaan dan penganggaran merupakan proses yang Perencanaan dan penganggaran merupakan proses yang
terintegrasi, oleh karenanya output dari perencanaan adalah terintegrasi, oleh karenanya output dari perencanaan adalah
penganggaran. Selama ini perencanaan dan penganggaran penganggaran. Selama ini perencanaan dan penganggaran
belum memiliki landasan aturan yang memadai. Sistem belum memiliki landasan aturan yang memadai. Sistem
perencanaan nasional yang terintegrasi dari daerah sampai perencanaan nasional yang terintegrasi dari daerah sampai
pusat selama ini juga belum memiliki landasan aturan yang pusat selama ini juga belum memiliki landasan aturan yang
bersifat mengikat. Digulirkannya kebijakan otonomi daerah bersifat mengikat. Digulirkannya kebijakan otonomi daerah
dan dihapuskannya GBHN (Garis Besar Haluan Negara) dan dihapuskannya GBHN (Garis Besar Haluan Negara)
yang selama ini dijadikan landasan dalam perencanaan, yang selama ini dijadikan landasan dalam perencanaan,
membawa implikasi akan perlunya kerangka kebijakan yang membawa implikasi akan perlunya kerangka kebijakan yang
mengatur sistem perencanaan pembangunan nasional yang mengatur sistem perencanaan pembangunan nasional yang
bersifat sistematis dan harmonis. Hal ini kemudian yang bersifat sistematis dan harmonis. Hal ini kemudian yang
mendorong dan menjadi landasan dikeluarkannya Undang mendorong dan menjadi landasan dikeluarkannya Undang
Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SP2N). Reformasi pengelolaan Pembangunan Nasional (SP2N). Reformasi pengelolaan
keuangan negara dengan terbitnya 3 paket undang-undang, keuangan negara dengan terbitnya 3 paket undang-undang,
yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, disertai dengan Undang-Undang Nomor Keuangan Negara, disertai dengan Undang-Undang Nomor
1 Tahun tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang- 1 Tahun tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pertanggungjawaban Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pertanggungjawaban
Keuangan Negara, mengisyaratkan terjadinya perubahan yang Keuangan Negara, mengisyaratkan terjadinya perubahan yang
mendasar terhadap perencanaan dan penganggaran di daerah. mendasar terhadap perencanaan dan penganggaran di daerah.
Perubahan yang terkandung dalam undang-undang Perubahan yang terkandung dalam undang-undang
tersebut, antara lain: tersebut, antara lain:
a. Bahwa perencanaan program kerja dan kegiatan menjadi a. Bahwa perencanaan program kerja dan kegiatan menjadi
satu kesatuan dengan perencanaan anggaran, sehingga satu kesatuan dengan perencanaan anggaran, sehingga

157 157
program kerja dan kegiatan yang direncanakan akan
sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang tersedia.
program kerja dan kegiatan yang direncanakan akan
Oleh karena jangka menengah daerah harus dilengkapi
sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang tersedia.
dengan dokumen perencanaan pembiayaan jangka
Oleh karena jangka menengah daerah harus dilengkapi
menengah atau Medium Term Expenditure Framework
dengan dokumen perencanaan pembiayaan jangka
(MTEF).
menengah atau Medium Term Expenditure Framework
b. Mengisyaratkan kepada seluruh dinas, badan, lembaga,
(MTEF).
dan kantor melaksanakan program kerja dan kegiatan
b. Mengisyaratkan kepada seluruh dinas, badan, lembaga,
berdasarkan tugas dan fungsi masing-masing instansi/
dan kantor melaksanakan program kerja dan kegiatan
lembaga ditiap tingkat pemerintahan.
berdasarkan tugas dan fungsi masing-masing instansi/
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
lembaga ditiap tingkat pemerintahan.
dikelola berdasarkan prestasi kerja/anggaran kinerja,
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
yang berarti program kerja dan kegiatan yang
dikelola berdasarkan prestasi kerja/anggaran kinerja,
dilaksanakan dengan menggunakan APBD harus
yang berarti program kerja dan kegiatan yang
dirumuskan secara jelas dan terukur, apa output dan
dilaksanakan dengan menggunakan APBD harus
outcome-nya.
dirumuskan secara jelas dan terukur, apa output dan
outcome-nya. Mengacu pada substansi amanat yang terkandung dalam
Undang Undang Nomor 25/ Tahun 2004 serta memperhatikan
Mengacu pada substansi amanat yang terkandung dalam
Undang Undang Nomor 17/2003, perencanaan daerah
Undang Undang Nomor 25/ Tahun 2004 serta memperhatikan
ditinjau dari dimensi waktunya terdiri atas 5 (lima) jenis, yaitu:
Undang Undang Nomor 17/2003, perencanaan daerah
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD);
ditinjau dari dimensi waktunya terdiri atas 5 (lima) jenis, yaitu:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD);
Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);
SKPD); Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD); Rencana
Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-
Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD).
SKPD); Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD); Rencana
Pada bagian berikut ini akan diuraikan secara rinci
Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD).
masing-masing jenis perencanaan daerah sesuai dengan
Pada bagian berikut ini akan diuraikan secara rinci
peraturan perundang-undangan tersebut, diatas. Rencana
masing-masing jenis perencanaan daerah sesuai dengan
strategis satuan kerja perangkat daerah (Renstra-SKPD)
peraturan perundang-undangan tersebut, diatas. Rencana
adalah dokumen perencanaan SKPD yang berjangka waktu
strategis satuan kerja perangkat daerah (Renstra-SKPD)
5 tahun, disusun dalam rangka mengoperasionalkan RPJMD
adalah dokumen perencanaan SKPD yang berjangka waktu
sesuai tugas dan fungsi masing-masing SKPD, dan sesuai
5 tahun, disusun dalam rangka mengoperasionalkan RPJMD
bidang urusan yang menjadi kewenangan daerah. Renstra-
sesuai tugas dan fungsi masing-masing SKPD, dan sesuai
SKPD disusun dengan berpedoman pada RPJMD dan Standar
bidang urusan yang menjadi kewenangan daerah. Renstra-
SKPD disusun dengan berpedoman pada RPJMD dan Standar

158 158
Pelayanan Minimal, dengan materi dan substansi utama Pelayanan Minimal, dengan materi dan substansi utama
memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan
kegiatan pembangunan pada tingkat SKPD. Setiap SKPD kegiatan pembangunan pada tingkat SKPD. Setiap SKPD
berkewajiban melaksanakan program dan kegiatan untuk berkewajiban melaksanakan program dan kegiatan untuk
mencapai sasaran pembangunan jangka menengah daerah, mencapai sasaran pembangunan jangka menengah daerah,
dengan tidak mengabaikan tingkat kinerja pelayanan/ dengan tidak mengabaikan tingkat kinerja pelayanan/
pembangunan yang sudah dicapai pada periode sebelumnya. pembangunan yang sudah dicapai pada periode sebelumnya.
KDH Dilantik 3 bulan 2 bulan. KDH Dilantik 3 bulan 2 bulan.
Perencanaan dan Penganggaran Daerah SKPD mela-lui Perencanaan dan Penganggaran Daerah SKPD mela-lui
Renstra-SKPD perlu memastikan bahwa kegiatan yang disusun Renstra-SKPD perlu memastikan bahwa kegiatan yang disusun
sudah memadai untuk mencapai sasaran hasil pembangunan sudah memadai untuk mencapai sasaran hasil pembangunan
yang ditetapkan dalam RPJMD, serta estimasi biaya yang yang ditetapkan dalam RPJMD, serta estimasi biaya yang
dibutuhkan setelah mencermati kapasitas fiskal daerah dibutuhkan setelah mencermati kapasitas fiskal daerah
serta pagu indikatif jangka menengah. Renstra-SKPD akan serta pagu indikatif jangka menengah. Renstra-SKPD akan
memudahkan untuk menyusun anggaran yang diklasifikasikan memudahkan untuk menyusun anggaran yang diklasifikasikan
menurut organisasi, fungsi, program dan kegiatan. Renstra- menurut organisasi, fungsi, program dan kegiatan. Renstra-
SKPD ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD. SKPD ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD.
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan
rencana pembangunan tahunan pemerintah daerah. RKPD rencana pembangunan tahunan pemerintah daerah. RKPD
wajib disusun oleh daerah sebagai landasan dalam penyusunan wajib disusun oleh daerah sebagai landasan dalam penyusunan
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Dokumen anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Dokumen
RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi
antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan. Disamping itu, RKPD berfungsi sebagai pedoman pengawasan. Disamping itu, RKPD berfungsi sebagai pedoman
penyusunan rencana kerja satuan kerja perangkat daerah (Renja- penyusunan rencana kerja satuan kerja perangkat daerah (Renja-
SKPD). RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, SKPD). RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,
prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja, dan prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja, dan
pendanaannya yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah, pendanaannya yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah,
pemerintah daerah, maupun yang ditempuh dengan mendorong pemerintah daerah, maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat, serta deskripsi kinerja pembangunan partisipasi masyarakat, serta deskripsi kinerja pembangunan
pada tahun sebelumnya. Rancangan kerangka ekonomi daerah pada tahun sebelumnya. Rancangan kerangka ekonomi daerah
mendeskripsikan proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja mendeskripsikan proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja
daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan disertai dengan daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan disertai dengan
asumsi yang mendasarinya sebagai dasar dalam pengalokasian asumsi yang mendasarinya sebagai dasar dalam pengalokasian

159 159
dana pada setiap rencana kerja. Prioritas pembangunan daerah
merupakan kebijakan yang dipilih sebagai strategi untuk
dana pada setiap rencana kerja. Prioritas pembangunan daerah
mencapai sasaran hasil yang ingin dicapai pada akhir periode
merupakan kebijakan yang dipilih sebagai strategi untuk
pembangunan jangka menengah. Sedangkan kewajiban daerah
mencapai sasaran hasil yang ingin dicapai pada akhir periode
merupakan strategi untuk mencapai sasaran sesuai dengan
pembangunan jangka menengah. Sedangkan kewajiban daerah
Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan. Rencana
merupakan strategi untuk mencapai sasaran sesuai dengan
kerja menerjemahkan prioritas pembangunan, berisi program
Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan. Rencana
dan kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD, beserta sasaran
kerja menerjemahkan prioritas pembangunan, berisi program
(indikator) hasil dan keluaran yang akan dicapai pada akhir
dan kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD, beserta sasaran
tahun rencana berdasarkan SPM, maupun sebagai upaya
(indikator) hasil dan keluaran yang akan dicapai pada akhir
mencapai sasaran akhir pada periode pembangunan jangka
tahun rencana berdasarkan SPM, maupun sebagai upaya
menengah.
mencapai sasaran akhir pada periode pembangunan jangka
Banyak pihak yang mensinyalir UU 25/2004, lahir lebih
menengah.
untuk mempertahankan eksistensi Bappenas. Kekhawatiran
Banyak pihak yang mensinyalir UU 25/2004, lahir lebih
yang muncul adalah Bappenas dilikuidasi oleh lahirnya UU
untuk mempertahankan eksistensi Bappenas. Kekhawatiran
17/2003 yang salah satunya memperkuat peran Depkeu. Jika
yang muncul adalah Bappenas dilikuidasi oleh lahirnya UU
ini yang terjadi, maka kebijakan yang dilahirkan tidaklah
17/2003 yang salah satunya memperkuat peran Depkeu. Jika
berdasarkan kebutuhan yang ada, melainkan sekedar
ini yang terjadi, maka kebijakan yang dilahirkan tidaklah
pertarungan kepentingan antara departemen “Suropati
berdasarkan kebutuhan yang ada, melainkan sekedar
(Bappenas) Vs Lapangan Banteng (Depkeu)”. Terlepas dari
pertarungan kepentingan antara departemen “Suropati
hal ini, perlu melihat bagaimana sistem perencanaan menurut
(Bappenas) Vs Lapangan Banteng (Depkeu)”. Terlepas dari
UU 25/2004 dan melihat permasalahan-permasalahan yang
hal ini, perlu melihat bagaimana sistem perencanaan menurut
mungkin muncul dalam implementasinya. (Haryanto, SE.
UU 25/2004 dan melihat permasalahan-permasalahan yang
M.Si. Akt. 2008)
mungkin muncul dalam implementasinya. (Haryanto, SE.
M.Si. Akt. 2008)
4. Anggaran Dan Penganggaran
Anggaran berasal dari kata budget (Inggris), sebelumnya
4. Anggaran Dan Penganggaran
dari kata bougette (Perancis) yang berarti “sebuah tas kecil”.
Anggaran berasal dari kata budget (Inggris), sebelumnya
Anggaran dalam arti luas meliputi jangka waktu anggaran
dari kata bougette (Perancis) yang berarti “sebuah tas kecil”.
direncanakan, dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan.
Anggaran dalam arti luas meliputi jangka waktu anggaran
Anggaran dalam arti sempit meliputi rencana penerimaan dan
direncanakan, dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan.
pengeluaran dalam satu tahun saja. Penganggaran (budgeting)
Anggaran dalam arti sempit meliputi rencana penerimaan dan
merupakan aktivitas mengalokasikan sumber daya keuangan
pengeluaran dalam satu tahun saja. Penganggaran (budgeting)
yang terbatas untuk pembiayaan belanja organisasi yang
merupakan aktivitas mengalokasikan sumber daya keuangan
yang terbatas untuk pembiayaan belanja organisasi yang

160 160
cenderung tidak terbatas. Anggaran sektor publik adalah cenderung tidak terbatas. Anggaran sektor publik adalah
rencana kegiatan dan keuangan periodik (biasanya dalam rencana kegiatan dan keuangan periodik (biasanya dalam
periode tahunan) yang berisi program dan kegiatan dan periode tahunan) yang berisi program dan kegiatan dan
jumlah dana yang diperoleh (penerimaan/pendapatan) dan jumlah dana yang diperoleh (penerimaan/pendapatan) dan
dibutuhkan (pengeluaran/ belanja) dalam rangka mencapai dibutuhkan (pengeluaran/ belanja) dalam rangka mencapai
tujuan organisasi. tujuan organisasi.
a. Karakteristik Anggaran a. Karakteristik Anggaran
Anggaran mempunyai beberapa karakteristik yaitu: Anggaran mempunyai beberapa karakteristik yaitu:
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan 1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan
satuan selain keuangan; satuan selain keuangan;
2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, 2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu,
satu atau beberapa tahun; satu atau beberapa tahun;
3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan 3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan
manajemen untuk mencapai sasaran yang ditetapkan; manajemen untuk mencapai sasaran yang ditetapkan;
4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang 4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang
berwenang lebih tinggi dari penyusunan anggaran; berwenang lebih tinggi dari penyusunan anggaran;
5. Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam 5. Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam
kondisi tertentu. kondisi tertentu.
a. Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik a. Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik
Ada beberapa prinsip dasar anggaran sektor publik, Ada beberapa prinsip dasar anggaran sektor publik,
yaitu: yaitu:
1. Otorisasi oleh legislatif, yakni anggaran publik harus 1. Otorisasi oleh legislatif, yakni anggaran publik harus
mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu
sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran
tersebut. tersebut.
2. Komprehensif, yakni anggaran harus menunjukkan 2. Komprehensif, yakni anggaran harus menunjukkan
semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh
karena itu, adanya dana non-budgetair pada dasarnya karena itu, adanya dana non-budgetair pada dasarnya
menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif
3. Keutuhan anggaran, yakni semua penerimaan dan 3. Keutuhan anggaran, yakni semua penerimaan dan
belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana
umum (general fund) umum (general fund)
4. Nondiscretionary Appropriation, yakni Jumlah yang 4. Nondiscretionary Appropriation, yakni Jumlah yang
disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan

161 161
secara ekonomis, efisien, dan efektif.
5. Periodik, yakni anggaran merupakan suatu proses yang
secara ekonomis, efisien, dan efektif.
periodik, dapat bersifat tahunan maupun multitahunan.
5. Periodik, yakni anggaran merupakan suatu proses yang
6. Akurat , yakni estimasi anggaran hendaknya tidak
periodik, dapat bersifat tahunan maupun multitahunan.
memasukkan cadangan yang tersembunyi (hidden
6. Akurat , yakni estimasi anggaran hendaknya tidak
reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong
memasukkan cadangan yang tersembunyi (hidden
pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat
reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong
mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan
pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat
dan overestimate pengeluaran.
mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan
7. Jelas, yakni anggaran hendaknya sederhana, dapat
dan overestimate pengeluaran.
dipahami masyarakat, dan tidak membingungkan
7. Jelas, yakni anggaran hendaknya sederhana, dapat
8. Diketahui Publik, yakni anggaran harus diinformasikan
dipahami masyarakat, dan tidak membingungkan
kepada masyarakat luas.
8. Diketahui Publik, yakni anggaran harus diinformasikan
kepada masyarakat luas. b. Fungsi Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi
b. Fungsi Anggaran Sektor Publik
utama, yaitu:
Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi
utama, yaitu: 1. Sebagai alat perencanaan,
5. Alat pengendalian,
1. Sebagai alat perencanaan,
6. Alat kebijakan fiskal,
5. Alat pengendalian,
7. Alat politik; Alat koordinasi dan komunikasi;
6. Alat kebijakan fiskal,
8. Alat penilaian kinerja;
7. Alat politik; Alat koordinasi dan komunikasi;
9. Alat motivasi;
8. Alat penilaian kinerja;
10. Alat menciptakan ruang publik
9. Alat motivasi;
10. Alat menciptakan ruang publik 1. Anggaran Sebagai Alat Perencanaan: Anggaran
merupakan alat perencanaan manajemen untuk
1. Anggaran Sebagai Alat Perencanaan: Anggaran
mencapai tujuan organisasi. Anggaran sektor publik
merupakan alat perencanaan manajemen untuk
dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang
mencapai tujuan organisasi. Anggaran sektor publik
akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang
dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang
dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dan
akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang
belanja pemerintah tersebut. Anggaran sebagai alat
dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dan
perencanaan digunakan untuk:
belanja pemerintah tersebut. Anggaran sebagai alat
perencanaan digunakan untuk: a. Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan
agar sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan
a. Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan
agar sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan

162 162
Perencanaan dan Penganggaran Daerah Perencanaan dan Penganggaran Daerah
b. Merencanakan berbagai program dan kegiatan b. Merencanakan berbagai program dan kegiatan
untuk mencapai tujuan organisasi serta untuk mencapai tujuan organisasi serta
merencanakan alternatif sumber pembiayaannya; merencanakan alternatif sumber pembiayaannya;
c. Mengalokasikan dana pada berbagai program c. Mengalokasikan dana pada berbagai program
dan kegiatan yang telah disusun; dan kegiatan yang telah disusun;
d. Menentukan indikator kinerja dan tingkat d. Menentukan indikator kinerja dan tingkat
pencapaian strategi. pencapaian strategi.
2. Anggaran Sebagai Alat Pengendalian: Anggaran 2. Anggaran Sebagai Alat Pengendalian: Anggaran
merupakan suatu alat yang esensial untuk merupakan suatu alat yang esensial untuk
menghubungkan antara proses perencanaan dan menghubungkan antara proses perencanaan dan
proses pengendalian. Sebagai alat pengendalian, proses pengendalian. Sebagai alat pengendalian,
anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan
dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan
yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan
kepada publik. Tanpa anggaran, pemerintah tidak kepada publik. Tanpa anggaran, pemerintah tidak
dapat mengendalikan pemborosan-pemborosan dapat mengendalikan pemborosan-pemborosan
pengeluaran. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan pengeluaran. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan
bahwa presiden, menteri, gubernur, bupati, bahwa presiden, menteri, gubernur, bupati,
dan manajer publik lainnya dapat dikendalikan dan manajer publik lainnya dapat dikendalikan
melalui anggaran. Anggaran sektor publik dapat melalui anggaran. Anggaran sektor publik dapat
digunakan untuk mengendalikan (membatasi digunakan untuk mengendalikan (membatasi
kekuasaan) eksekutif. Anggaran sebagai instrumen kekuasaan) eksekutif. Anggaran sebagai instrumen
pengendalian digunakan untuk menghindari adanya pengendalian digunakan untuk menghindari adanya
overspending, underspending, dan salah sasaran overspending, underspending, dan salah sasaran
(misappropriation) dalam pengalokasian anggaran (misappropriation) dalam pengalokasian anggaran
pada bidang lain yang bukan merupakan prioritas. pada bidang lain yang bukan merupakan prioritas.
Anggaran merupakan alat untuk memonitor kondisi Anggaran merupakan alat untuk memonitor kondisi
keuangan dan pelaksanaan operasional program keuangan dan pelaksanaan operasional program
atau kegiatan pemerintah. Sebagai alat pengendalian atau kegiatan pemerintah. Sebagai alat pengendalian
manajerial, anggaran sektor publik digunakan untuk manajerial, anggaran sektor publik digunakan untuk
meyakinkan bahwa pemerintah mempunyai uang meyakinkan bahwa pemerintah mempunyai uang
yang cukup untuk memenuhi kewajibannya. Selain yang cukup untuk memenuhi kewajibannya. Selain
itu, anggaran digunakan untuk memberi informasi itu, anggaran digunakan untuk memberi informasi
dan meyakinkan legislatif bahwa pernerintah bekerja dan meyakinkan legislatif bahwa pernerintah bekerja

163 163
secara efesien. tanpa ada korupsi dan pemborosan.
secara efesien. tanpa ada korupsi dan pemborosan. 3. Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal: Anggaran
3. Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal: Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan
sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong
untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran publik
pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran publik tersebut dapat diketahui arah kebijakan fiskal
tersebut dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi-
pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksi- prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat
prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan untuk mendorong, memfasilitasi, dan
digunakan untuk mendorong, memfasilitasi, dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat
mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.
sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi. 4. Anggaran Sebagai Alat politik: Anggaran
4. Anggaran Sebagai Alat politik: Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas
digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan keuangan terhadap prioritas
dan kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik, anggaran merupakan
tersebut. Pada sektor publik, anggaran merupakan political tool sebagai bentuk komitmen eksekutif
political tool sebagai bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana
dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu. Oleh karena itu,
publik untuk kepentingan tertentu. Oleh karena itu, pembuatan anggaran publik membutuhkan political
pembuatan anggaran publik membutuhkan political will, coalition building, keahlian bernegosiasi, dan
will, coalition building, keahlian bernegosiasi, dan pemahaman tentang prinsip manajemen keuangan
pemahaman tentang prinsip manajemen keuangan publik oleh para manajer publik. Manajer publik
publik oleh para manajer publik. Manajer publik harus sadar sepenuhnya bahwa kegagalan dalam
harus sadar sepenuhnya bahwa kegagalan dalam melaksanakan anggaran yang telah disetujui dapat
melaksanakan anggaran yang telah disetujui dapat menjatuhkan kepemimpinannya, atau paling tidak
menjatuhkan kepemimpinannya, atau paling tidak menurunkan kredibilitas pemerintah.
menurunkan kredibilitas pemerintah. 5. Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan
5. Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi: Setiap unit kerja pemerintahan terlibat
Komunikasi: Setiap unit kerja pemerintahan terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran
dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian
publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran publik yang disusun
dalam pemerintahan. Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya
dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian
inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan organisasi. Di samping itu, anggaran publik
tujuan organisasi. Di samping itu, anggaran publik juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit
juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit

164 164
kerja dalam lingkungan eksekutif. Anggaran harus kerja dalam lingkungan eksekutif. Anggaran harus
dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk
dilaksanakan. dilaksanakan.
6. Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja: 6. Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja:
Anggaran merupakan wujud komitmen dan Anggaran merupakan wujud komitmen dan
budget holder (eksekutif) kepada pemberi budget holder (eksekutif) kepada pemberi
wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai
berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi
pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer publik dinilai pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer publik dinilai
berdasarkan berapa yang berhasil ia capai dikaitkan berdasarkan berapa yang berhasil ia capai dikaitkan
dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran
merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan
penilaian kinerja. penilaian kinerja.
7. Anggaran Sebagai Alat Motivasi: Anggaran 7. Anggaran Sebagai Alat Motivasi: Anggaran
sebagai instrumen untuk memotivasi manajemen sebagai instrumen untuk memotivasi manajemen
agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien
dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang
telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi, anggaran telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi, anggaran
hendaknya bersifat challenging but attainable atau hendaknya bersifat challenging but attainable atau
demanding but achieveable. Maksudnya adalah target demanding but achieveable. Maksudnya adalah target
anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga
tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu
rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai. rendah sehingga terlalu mudah untuk dicapai.
8. Anggaran Sebagai Alat Untuk Menciptakan Ruang 8. Anggaran Sebagai Alat Untuk Menciptakan Ruang
Publik: Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh Publik: Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh
kabinet, birokrat, dan DPR/DPRD. Masyarakat, kabinet, birokrat, dan DPR/DPRD. Masyarakat,
LSM, Perguruan Tinggi, dan berbagai organisasi LSM, Perguruan Tinggi, dan berbagai organisasi
kemasyarakatan harus terlibat dalam proses kemasyarakatan harus terlibat dalam proses
penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang
terorganisir akan mencoba mempengaruhi anggaran terorganisir akan mencoba mempengaruhi anggaran
pemerintah untuk kepentingan mereka. Kelompok pemerintah untuk kepentingan mereka. Kelompok
lain dari masyarakat yang kurang terorganisasi akan lain dari masyarakat yang kurang terorganisasi akan
mempercayakan aspirasinya melalui proses politik mempercayakan aspirasinya melalui proses politik
yang ada. Pengangguran, tuna wisma dan kelompok yang ada. Pengangguran, tuna wisma dan kelompok
lain yang tak terorganisasi akan dengan mudah dan lain yang tak terorganisasi akan dengan mudah dan

165 165
tidak berdaya mengikuti tindakan pemerintah. Jika
tidak berdaya mengikuti tindakan pemerintah. Jika tidak ada alat untuk menyampaikan suara mereka,
tidak ada alat untuk menyampaikan suara mereka, maka mereka akan mengambil tindakan dengan
maka mereka akan mengambil tindakan dengan jalan lain seperti dengan tindakan massa, melakukan
jalan lain seperti dengan tindakan massa, melakukan boikot, vandalisme, dan sebagainya.
boikot, vandalisme, dan sebagainya.

166 166
IX. DESENTRALISASI FISKAL IX. DESENTRALISASI FISKAL

1. Desentralisasi Fiskal sebagai Satu Konsep 1. Desentralisasi Fiskal sebagai Satu Konsep
Pembahasan mengenai desentralisasi fiskal di Indonesia Pembahasan mengenai desentralisasi fiskal di Indonesia
pada bagian ini diisi dengan dua pendapat. Satu tulisan yang pada bagian ini diisi dengan dua pendapat. Satu tulisan yang
disunting Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan dari disunting Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan dari
makalah yang di sajikan dalam Konferensi International makalah yang di sajikan dalam Konferensi International
tentang Desentralisasi Fiskal di Jakarta September 2011, tentang Desentralisasi Fiskal di Jakarta September 2011,
diselenggarakan oleh Kemetrian Keuangan sponsor Bank diselenggarakan oleh Kemetrian Keuangan sponsor Bank
Pembagunan Asia (ADB) dengan tema “Desetralisasi Fiskal di Pembagunan Asia (ADB) dengan tema “Desetralisasi Fiskal di
Indonesia Satu Dekade Setelah Ledakan Besar.” Tulisan Kedua Indonesia Satu Dekade Setelah Ledakan Besar.” Tulisan Kedua
dari Wahyudi Kumroto (2008) ”Desentralisasi fiskal, Politik dari Wahyudi Kumroto (2008) ”Desentralisasi fiskal, Politik
dan Perubahan Kebijakan 1974-2004”. dan Perubahan Kebijakan 1974-2004”.
Sengaja dikemukakan dua tulisan penting ini karena Sengaja dikemukakan dua tulisan penting ini karena
menyangkut filosofi dan sekaligus histori desentralisasi menyangkut filosofi dan sekaligus histori desentralisasi
fiskal. Untuk membagi pemahaman bahwa desentralisasi fiskal. Untuk membagi pemahaman bahwa desentralisasi
fiskal bukan hanya sebuah keharusan bagi kebijakan fiskal bukan hanya sebuah keharusan bagi kebijakan
desentralisasi, melainkan juga bahwa desentralisasi itu desentralisasi, melainkan juga bahwa desentralisasi itu
menyangkut berbagai aspek, sehingga desentralisasi tidaklah menyangkut berbagai aspek, sehingga desentralisasi tidaklah
bersifat parsial melainkan simultan dan masif. Desentraisasi bersifat parsial melainkan simultan dan masif. Desentraisasi
fiskal merupakan komplemen bagi desentralisasi lainnya, fiskal merupakan komplemen bagi desentralisasi lainnya,
bahkan tanpa desentralisasi fiskal, maka desentralisasi yang bahkan tanpa desentralisasi fiskal, maka desentralisasi yang
lain itu tidaklah cukup disebut desentralisasi. Desentralisasi lain itu tidaklah cukup disebut desentralisasi. Desentralisasi
fiskal adalah devolusi yang selama regim yang lalu tidak fiskal adalah devolusi yang selama regim yang lalu tidak
diterapkan. Itulah kemudian sebabnya, mungkin, lahir istilah diterapkan. Itulah kemudian sebabnya, mungkin, lahir istilah
“desentralisasi setengah hati” yang juga melahirkan istilah “desentralisasi setengah hati” yang juga melahirkan istilah
lain bahwa pemerintah pusat senantiasa “canggung” dalam lain bahwa pemerintah pusat senantiasa “canggung” dalam
kebijakan desentralisasi dan penyelenggaraan pemerintahan kebijakan desentralisasi dan penyelenggaraan pemerintahan
daerah. Istilah istilah ini lebih baik dari istilah “ada yang daerah. Istilah istilah ini lebih baik dari istilah “ada yang
tersembunyi di balik itikad desentralisasi selama ini. tersembunyi di balik itikad desentralisasi selama ini.
Kita mulai dari Konferensi Internasional tentang Kita mulai dari Konferensi Internasional tentang
Desentralisasi Fiskal di Jakarta September 2011, menunjukkan, Desentralisasi Fiskal di Jakarta September 2011, menunjukkan,
dilaksanakan setelah sepuluh tahun reformasi dan merupakan dilaksanakan setelah sepuluh tahun reformasi dan merupakan

167 167
awal milenium baru.pemerintah saat itu. Kementerian
keuangan berpendapat bahwa satu dekade merupakan saat
awal milenium baru.pemerintah saat itu. Kementerian
yang tepat untuk mencatat perjalanan hingga kini, dan bahkan
keuangan berpendapat bahwa satu dekade merupakan saat
penting untuk mengkaji kecukupan tatanan kebijakan untuk
yang tepat untuk mencatat perjalanan hingga kini, dan bahkan
periode yang menantang.
penting untuk mengkaji kecukupan tatanan kebijakan untuk
Kementerian keuangan menilai saat itu, banyak isu
periode yang menantang.
kebijakan besar dalam desentralisasi, tepat mempertahankan
Kementerian keuangan menilai saat itu, banyak isu
dimensi politik, termasuk pengungkapan aspirasi daerah dan
kebijakan besar dalam desentralisasi, tepat mempertahankan
lain lain yang berkembang saat itu. Kementrian keuangan ingin
dimensi politik, termasuk pengungkapan aspirasi daerah dan
mengkaji kinerja selama satu dekade, dalam hubungannya
lain lain yang berkembang saat itu. Kementrian keuangan ingin
dengan pembangunan dalam negeri dan pengalaman praktek
mengkaji kinerja selama satu dekade, dalam hubungannya
akademis dan international yang lebih luas. Konferensi ini
dengan pembangunan dalam negeri dan pengalaman praktek
melibatkan gabungan pengalaman dari akademis dan praktisi
akademis dan international yang lebih luas. Konferensi ini
dari Indonesia dan seluruh dunia.
melibatkan gabungan pengalaman dari akademis dan praktisi
Diakui, konfererensi itu sendiri mendapatkan banyak
dari Indonesia dan seluruh dunia.
keuntungan dari kehadiran dan kontribusi banyak peserta
Diakui, konfererensi itu sendiri mendapatkan banyak
dari daerah terjauh dari indonesia dan empat belas negara
keuntungan dari kehadiran dan kontribusi banyak peserta
lain (China, Chile, Kamboja, Mongolia, Bangladesh, Papua
dari daerah terjauh dari indonesia dan empat belas negara
Nugini, Australia, Amerika Serikat, Jerman, Afrika Selatan,
lain (China, Chile, Kamboja, Mongolia, Bangladesh, Papua
Benim, Singapore, dan Thailand). Sekitar 300 orang ikut serta
Nugini, Australia, Amerika Serikat, Jerman, Afrika Selatan,
dalam konferensi yang berjalan selama dua hari itu.
Benim, Singapore, dan Thailand). Sekitar 300 orang ikut serta
Pembicara dari Indonesia memberikan harapan:
dalam konferensi yang berjalan selama dua hari itu.
Pembicara dari Indonesia memberikan harapan: 1. Desentralisasi tetap menjadi inti model reformasi
Indonesia dan kebijakan penting bagi ekonomi dan
1. Desentralisasi tetap menjadi inti model reformasi
pembangunan sosial;
Indonesia dan kebijakan penting bagi ekonomi dan
2. Kemajuan telah dicapai selama dekade terakhir dengan
pembangunan sosial;
mempertimbangkan penurunan kontribusi sektor
2. Kemajuan telah dicapai selama dekade terakhir dengan
minyak dan gas, pertumbuhan ekonomi yang cepat
mempertimbangkan penurunan kontribusi sektor
yang dialami selama satu dekade sekarang dengan basis
minyak dan gas, pertumbuhan ekonomi yang cepat
yang luas secara sektoral dan spasial, dan memberikan
yang dialami selama satu dekade sekarang dengan basis
kontribusi pada peningkatan standar kehidupan;
yang luas secara sektoral dan spasial, dan memberikan
3. Kendala dan tantangan utama masih ada dengan
kontribusi pada peningkatan standar kehidupan;
lingkungan peningkatan lebih lanjut untuk dekade
3. Kendala dan tantangan utama masih ada dengan
berikutnya;
lingkungan peningkatan lebih lanjut untuk dekade
berikutnya;

168 168
4. Tidak adanya rasa puas dalam diri para pejabat senior 4. Tidak adanya rasa puas dalam diri para pejabat senior
di Indonesia, dengan kesediaan untuk melakukan di Indonesia, dengan kesediaan untuk melakukan
reformasi desentralisasi lebih lanjut di periode ke depan reformasi desentralisasi lebih lanjut di periode ke depan
disertai dengan perubahan penting yang sekarang disertai dengan perubahan penting yang sekarang
sedang berjalan adalah cara terbaik untuk melaksanakan sedang berjalan adalah cara terbaik untuk melaksanakan
desentralisasi fiskal di Indonesia agar bisa memberikan desentralisasi fiskal di Indonesia agar bisa memberikan
kontribusi pada pertumbuhan dan standar kehidupan kontribusi pada pertumbuhan dan standar kehidupan
daerah. daerah.
Pencapaian paling penting adalah meningkatnya Pencapaian paling penting adalah meningkatnya
keterlibatan masyarakat lokal dalam pembuatan keputusan keterlibatan masyarakat lokal dalam pembuatan keputusan
politik dan ekonomi dalam masyarakat mereka,dengan politik dan ekonomi dalam masyarakat mereka,dengan
peluang kerja semakain banyak dan tingkat kemiskinan peluang kerja semakain banyak dan tingkat kemiskinan
yang menurun. Masyarakat lebih mengetahui kebutuhan yang menurun. Masyarakat lebih mengetahui kebutuhan
lokal dengan menyediakan infrastruktur dan pelayanan lokal lokal dengan menyediakan infrastruktur dan pelayanan lokal
secara lebih baik (pelayanan kesehatan dan pendidikan telah secara lebih baik (pelayanan kesehatan dan pendidikan telah
meningkat.) meningkat.)
Pencapaian penting lainya meliputi penyelesaian Pencapaian penting lainya meliputi penyelesaian
rezim peraturan yang lebih jelas dan rinci, penyediaan yang rezim peraturan yang lebih jelas dan rinci, penyediaan yang
memadai untuk pemerintah daerah dengan deskresi belanja memadai untuk pemerintah daerah dengan deskresi belanja
yang di berikan kepada mereka (dengan memakai pendekatan yang di berikan kepada mereka (dengan memakai pendekatan
“uang mengikuti fungsi” ), refieu UU perpajakan dan BEA sub “uang mengikuti fungsi” ), refieu UU perpajakan dan BEA sub
nasional (termasuk defolusi bertahap pajak properti dan pajak nasional (termasuk defolusi bertahap pajak properti dan pajak
transfer properti) dan kebijakan desentralisasi fiskal yang transfer properti) dan kebijakan desentralisasi fiskal yang
mendukung kebijakan makro ekonomi. mendukung kebijakan makro ekonomi.
Masalah dan tantangan yang sedang ditangani melalui Masalah dan tantangan yang sedang ditangani melalui
reformasi kebijakan pemerintah dalam dekade refisi UU 33 reformasi kebijakan pemerintah dalam dekade refisi UU 33
tahun 2004 dan desain besar desentralisasi fiskal meliputi: tahun 2004 dan desain besar desentralisasi fiskal meliputi:
1. Peningkatan kejelasan penugasan fungsi antara daerah, 1. Peningkatan kejelasan penugasan fungsi antara daerah,
penguatan penganggaran dan pengelolaan keuangan penguatan penganggaran dan pengelolaan keuangan
publik, termasuk peningkatan trasnparansi dan standar publik, termasuk peningkatan trasnparansi dan standar
audit, peningkatan lokasi dan sumber daya oleh audit, peningkatan lokasi dan sumber daya oleh
pemerintah sub nasional, terutama untuk mengurangi pemerintah sub nasional, terutama untuk mengurangi
belanja administratif dan meningkatkan belanja modal belanja administratif dan meningkatkan belanja modal
dan pembangunan, pelepasan hubungan belanja gaji dan pembangunan, pelepasan hubungan belanja gaji

169 169
dari perhitungan dana alokasi umum (DAU) yang
dari perhitungan dana alokasi umum (DAU) yang membuat menjadi pendekatan kesenjangan fiskal
membuat menjadi pendekatan kesenjangan fiskal lengkap, penyempurnaan variabel dan bobot dalam
lengkap, penyempurnaan variabel dan bobot dalam rumus DAU agar mencerminkan kebutuhan dan
rumus DAU agar mencerminkan kebutuhan dan kapsitas viskal secara baik2;
kapsitas viskal secara baik2; 2. Penguatan kriteria pembentukan daerah baru dan
2. Penguatan kriteria pembentukan daerah baru dan penghapusan insentif DAU untuk pemekaran,
penghapusan insentif DAU untuk pemekaran, pemakaian sanksi dan insentif pusat untuk
pemakaian sanksi dan insentif pusat untuk meningkatkan alokasi sumber daya oleh pemerintah,
meningkatkan alokasi sumber daya oleh pemerintah, dan reformasi dana alokasi khusus (DAK) dengan
dan reformasi dana alokasi khusus (DAK) dengan fokus pada daerah miskin untuk sektor prioritas seperti
fokus pada daerah miskin untuk sektor prioritas seperti kesehatan dan pendidikan.
kesehatan dan pendidikan. Disamping reformasi penting ini, pemerintah dan
Disamping reformasi penting ini, pemerintah dan kementrian keuangan masih terbuka untuk reformasi lebih
kementrian keuangan masih terbuka untuk reformasi lebih lanjut untuk meningkatkan hasil akhir desentralisasi fiskal.
lanjut untuk meningkatkan hasil akhir desentralisasi fiskal. Namun, kecenderungan tampaknya masih belum jelas antara
Namun, kecenderungan tampaknya masih belum jelas antara kabupaten dan kota, dimana ketidaksetaraan semakin melebar
kabupaten dan kota, dimana ketidaksetaraan semakin melebar dalam beberapa hal.
dalam beberapa hal. Tantangan dan isu penting ke depan meliputi:
Tantangan dan isu penting ke depan meliputi: a. Peningkatan kapasitas staf dan sistem pemerintah
a. Peningkatan kapasitas staf dan sistem pemerintah daerah untuk perencanaan dan penganggaran,
daerah untuk perencanaan dan penganggaran, b. Menyeimbangkan otonomi daerah dan keinginan untuk
b. Menyeimbangkan otonomi daerah dan keinginan untuk mencapai standar pelayanan minimum nasional dalam
mencapai standar pelayanan minimum nasional dalam pelayana utama,
pelayana utama, c. Menentukan seberapa besar atau kecil ukuran
c. Menentukan seberapa besar atau kecil ukuran pemerintah pusat, menyelaraskan alokasi dalam sistem
pemerintah pusat, menyelaraskan alokasi dalam sistem pembiayaan antar pemerintah,
pembiayaan antar pemerintah, d. Secara bijak memindahkan kekuasaan untuk memperoleh
d. Secara bijak memindahkan kekuasaan untuk memperoleh pendapatan kedaerah guna mendorong pemabangunan
pendapatan kedaerah guna mendorong pemabangunan lokal, dan e) Mewujudkan hubungan antara daerah utama,
lokal, dan e) Mewujudkan hubungan antara daerah utama, sambil mengakui otonomi pemerintah daerah dengan
sambil mengakui otonomi pemerintah daerah dengan menunjukkan pentingnya desentralisasi bagi reformasi
menunjukkan pentingnya desentralisasi bagi reformasi politik yang dimulai satu dekade lalu dan terfokus pada
politik yang dimulai satu dekade lalu dan terfokus pada desentralisasi kekuasaan politik dan sumber daya.
desentralisasi kekuasaan politik dan sumber daya.

170 170
Anggaran pemerintah daerah yang sekarang Anggaran pemerintah daerah yang sekarang
menyeratakan banyak deskresi, telah tumbuh dari tingkat menyeratakan banyak deskresi, telah tumbuh dari tingkat
minimum sebesar Rp. 38 triliun di tahun 2000 menja Rp 477 minimum sebesar Rp. 38 triliun di tahun 2000 menja Rp 477
triliun di tahun 2011. Dalam proses memicu pertumbuhan triliun di tahun 2011. Dalam proses memicu pertumbuhan
ekonomi fiskal sebagian besar pendanaan pemerintah berasal ekonomi fiskal sebagian besar pendanaan pemerintah berasal
dari transfer pusat, jadi perlu meningkatkan lebih lanjut dari transfer pusat, jadi perlu meningkatkan lebih lanjut
kapsitas perolehan pendapatan lokal. Tantangan desentralisasi kapsitas perolehan pendapatan lokal. Tantangan desentralisasi
fiskal yang penting dan bidang kebijakan yang perlu ditangani fiskal yang penting dan bidang kebijakan yang perlu ditangani
di masa depan meliputi :meningkatkan kualitas belanja di masa depan meliputi :meningkatkan kualitas belanja
pemerintah daerah, terutama melalui pengurangan belanja pemerintah daerah, terutama melalui pengurangan belanja
administratif dan belanja kepegawaian, sebagaian direkayasa administratif dan belanja kepegawaian, sebagaian direkayasa
melalui kualitas belanja pemerintahan daerah, terutama melalui melalui kualitas belanja pemerintahan daerah, terutama melalui
pengurangan belanja administrasi pemberlakuan insentif dan pengurangan belanja administrasi pemberlakuan insentif dan
sanksi untuk perilaku pengelolaan keuangan yang baik dan sanksi untuk perilaku pengelolaan keuangan yang baik dan
buruk. Peningkatan sistem pengelolaan keuangan publik (PFM) buruk. Peningkatan sistem pengelolaan keuangan publik (PFM)
agar lebih berorientasi kepengelolaan berbasis kinerja dan juga agar lebih berorientasi kepengelolaan berbasis kinerja dan juga
untuk memungkinkan akuntansi penumpukan agar penentuan untuk memungkinkan akuntansi penumpukan agar penentuan
biaya dan pemantauan pelayanan menjadi lebih baik. biaya dan pemantauan pelayanan menjadi lebih baik.
Menentukan penugasan fungsional secara lebih Menentukan penugasan fungsional secara lebih
jelas dengan sinkronisasi alokasi belanja pusat dan lokal, jelas dengan sinkronisasi alokasi belanja pusat dan lokal,
kebijakan jangka pendek saat ini di fokuskan pada pembekuan kebijakan jangka pendek saat ini di fokuskan pada pembekuan
pengangkatan pegawai negeri pemerintah daerah tapi dalam pengangkatan pegawai negeri pemerintah daerah tapi dalam
jangka panjang. Beberapa komentator mungkin terlihat jangka panjang. Beberapa komentator mungkin terlihat
terlalu negatif terhadap pemekaran, menganggap semua terlalu negatif terhadap pemekaran, menganggap semua
pemekaran buruk. Meski begitu, pendekatan pemrosesan lewat pemekaran buruk. Meski begitu, pendekatan pemrosesan lewat
jalan belakang melalui DPR perlu dihentikan. DPR sendiri jalan belakang melalui DPR perlu dihentikan. DPR sendiri
perlu merumuskan undang undang mengenai persyaratan perlu merumuskan undang undang mengenai persyaratan
pemrosesan yang sebagian besar menghilangkan proses pemrosesan yang sebagian besar menghilangkan proses
persetujuan. persetujuan.
Mencoba untuk menetapkan jumlah Pemda yang Mencoba untuk menetapkan jumlah Pemda yang
optimal agak sulit untuk dilakukan dan mungkin tidak optimal agak sulit untuk dilakukan dan mungkin tidak
perlu dilakukan. Peraturan yang tepat mungkin diperlukan perlu dilakukan. Peraturan yang tepat mungkin diperlukan
untuk pemrosesan permohonan baru, dan ini harus dipatuhi untuk pemrosesan permohonan baru, dan ini harus dipatuhi
sepenuhnya. Insentif negatif dalam mekanisme transfer dan sepenuhnya. Insentif negatif dalam mekanisme transfer dan
bagi-hasil pendapatan perlu dihapus. Walau beberapa Pemda bagi-hasil pendapatan perlu dihapus. Walau beberapa Pemda

171 171
terlalu besar untuk menjadi efisien, tapi sejumlah kecil Pemda
terlalu kecil dan ini perlu diawasi dengan ketat.
terlalu besar untuk menjadi efisien, tapi sejumlah kecil Pemda
Pengaturan pemrosesan perlu dipersingkat dan
terlalu kecil dan ini perlu diawasi dengan ketat.
disederhanakan menjadi empat kriteria dasar:
Pengaturan pemrosesan perlu dipersingkat dan
disederhanakan menjadi empat kriteria dasar: 1. Jumlah penduduk minimum;
2. Perwakilan dan akuntabilitas;
1. Jumlah penduduk minimum;
3. Kapasitas fiskal dan keuangan serta keberlanjutan;
2. Perwakilan dan akuntabilitas;
4. Kapasitas administratif. Kriteria sekunder lain bisa
3. Kapasitas fiskal dan keuangan serta keberlanjutan;
dipertimbangkan seperti isu kontinuitas teritorial,
4. Kapasitas administratif. Kriteria sekunder lain bisa
keamanan dan perbatasan.
dipertimbangkan seperti isu kontinuitas teritorial,
keamanan dan perbatasan. Selain itu, mungkin diperlukan penerapan berikut:
Selain itu, mungkin diperlukan penerapan berikut: 1. Insentif untuk penggabungan;
2. Penugasan tanggung jawab lintas kabupaten/kota ke
1. Insentif untuk penggabungan;
provinsi;
2. Penugasan tanggung jawab lintas kabupaten/kota ke
3. Peningkatan kerja sama antar pemda;
provinsi;
4. Pemakaian kabupaten pelayanan khusus (misalnya,
3. Peningkatan kerja sama antar pemda;
untuk air bersih dan angkutan), dan
4. Pemakaian kabupaten pelayanan khusus (misalnya,
5. Pelaksanaan privatisasi beberapa pelayanan.
untuk air bersih dan angkutan), dan
5. Pelaksanaan privatisasi beberapa pelayanan. Diskusi dalam makalah ini menyiratkan bahwa
pandangan berimbang yang disajikan telah menjadi arus
Diskusi dalam makalah ini menyiratkan bahwa
utama jika dibandingkan dua tahun yang lalu, ketika persepsi
pandangan berimbang yang disajikan telah menjadi arus
umum melihat bahwa hampir semua bentuk pemekaran
utama jika dibandingkan dua tahun yang lalu, ketika persepsi
didorong oleh faktor politik dan sudah jelek. Demokrasi
umum melihat bahwa hampir semua bentuk pemekaran
memang memakan biaya, tapi manfaat pemerintah lokal jauh
didorong oleh faktor politik dan sudah jelek. Demokrasi
lebih besar daripada biaya ini. Indonesia di bawah Soeharto
memang memakan biaya, tapi manfaat pemerintah lokal jauh
bukan tempat yang lebih baik hanya karena biaya demokrasi
lebih besar daripada biaya ini. Indonesia di bawah Soeharto
dan administrasi lokal kecil. Memberdayakan masyarakat di
bukan tempat yang lebih baik hanya karena biaya demokrasi
bidang-bidang yang penting bagi kehidupan mereka sehari-hari
dan administrasi lokal kecil. Memberdayakan masyarakat di
(misalnya, pengumpulan sampah, pelayanan perawatan balita
bidang-bidang yang penting bagi kehidupan mereka sehari-hari
dll.), bisa menimbulkan perubahan penting. Makalah oleh
(misalnya, pengumpulan sampah, pelayanan perawatan balita
pejabat Pemerintah (termasuk Menteri Keuangan) di bagian
dll.), bisa menimbulkan perubahan penting. Makalah oleh
lain dalam publikasi ini mengakui perlunya menjalankan
pejabat Pemerintah (termasuk Menteri Keuangan) di bagian
serangkaian peraturan untuk memproses permohonan
lain dalam publikasi ini mengakui perlunya menjalankan
serangkaian peraturan untuk memproses permohonan

172 172
pembentukan daerah baru yang kecil menganggap bahwa pembentukan daerah baru yang kecil menganggap bahwa
pemerintah pusat mengendalikan kebijakan dan administrasi. pemerintah pusat mengendalikan kebijakan dan administrasi.
Otonomi yang terbatas mungkin menyertakan Otonomi yang terbatas mungkin menyertakan
pembagian kebijakan dan administrasi. Otonomi daerah pembagian kebijakan dan administrasi. Otonomi daerah
lengkap umumnya berlaku bagi kebijakan dan administrasi. lengkap umumnya berlaku bagi kebijakan dan administrasi.
Pendapatan diskresi harus mencukupi agar Pemda bisa Pendapatan diskresi harus mencukupi agar Pemda bisa
memengaruhi efisiensi dan akuntabilitas pilihan pengeluaran. memengaruhi efisiensi dan akuntabilitas pilihan pengeluaran.
Tujuan desentralisasi menyiratkan manfaat untuk Tujuan desentralisasi menyiratkan manfaat untuk
memajukan bentuk perolehan pendapatan yang lebih memajukan bentuk perolehan pendapatan yang lebih
berotonomi. Gerakan maju ini bisa terjadi melalui reformasi berotonomi. Gerakan maju ini bisa terjadi melalui reformasi
yang dramatis, menggeser kebijakan dan administrasi sekaligus, yang dramatis, menggeser kebijakan dan administrasi sekaligus,
atau melalui campuran berurutan secara asimetris antar Pemda atau melalui campuran berurutan secara asimetris antar Pemda
atau bertahap seiring waktu untuk semua. Banyak negara atau bertahap seiring waktu untuk semua. Banyak negara
(termasuk Indonesia) bergerak dari sistem terbuka ke sistem (termasuk Indonesia) bergerak dari sistem terbuka ke sistem
pajak daftar tertutup. Ini bisa meningkatkan akuntabilitas dan pajak daftar tertutup. Ini bisa meningkatkan akuntabilitas dan
mengurangi pajak lokal yang mengganggu. Menetapkan daftar mengurangi pajak lokal yang mengganggu. Menetapkan daftar
ini sangat penting, jika kapasitas pendapatan yang memadai ini sangat penting, jika kapasitas pendapatan yang memadai
akan diberikan. Di Indonesia, UU 28/2009 menetapkan akan diberikan. Di Indonesia, UU 28/2009 menetapkan
pergantian ke sistem daftar tertutup. Pajak provinsi sekarang pergantian ke sistem daftar tertutup. Pajak provinsi sekarang
berhubungan dengan pendaftaran kendaraan bermotor, berhubungan dengan pendaftaran kendaraan bermotor,
transfer kepemilikan kendaraan bermotor, bahan bakar transfer kepemilikan kendaraan bermotor, bahan bakar
kendaraan bermotor, pajak air permukaan, dan pajak rokok. kendaraan bermotor, pajak air permukaan, dan pajak rokok.
Pajak lokal berkaitan dengan hotel, restoran, hiburan, iklan, Pajak lokal berkaitan dengan hotel, restoran, hiburan, iklan,
penerangan jalan, parkir, pertambangan kategori C, sarang penerangan jalan, parkir, pertambangan kategori C, sarang
burung, tanah dan bangunan kota dan desa, dan transfer burung, tanah dan bangunan kota dan desa, dan transfer
kepemilikan tanah dan bangunan. Pajak yang diserahkan kepemilikan tanah dan bangunan. Pajak yang diserahkan
tersebut memang memiliki bias perkotaan, tapi sulit tersebut memang memiliki bias perkotaan, tapi sulit
untuk menghindari ini di Indonesia. Secara umum daftar untuk menghindari ini di Indonesia. Secara umum daftar
tertutup dirumuskan dengan baik. UU 28/2009 melakukan tertutup dirumuskan dengan baik. UU 28/2009 melakukan
langkah berani karena menetapkan devolusi pajak properti langkah berani karena menetapkan devolusi pajak properti
(pengembangan sistem administrasi dan pengumpulan (pengembangan sistem administrasi dan pengumpulan
dilakukan di pusat sejak 1985). Kabupaten dan kota sekarang dilakukan di pusat sejak 1985). Kabupaten dan kota sekarang
bisa menentukan (dalam batasan) tingkat pajak properti, bisa menentukan (dalam batasan) tingkat pajak properti,
pembebasan penilaian dan langkah pengurangan pajak, dan pembebasan penilaian dan langkah pengurangan pajak, dan
keduanya bertanggung jawab atas administrasi. Pajak transfer keduanya bertanggung jawab atas administrasi. Pajak transfer

173 173
properti akan dipindahkan di tahun 2011, dan pajak properti
properti akan dipindahkan di tahun 2011, dan pajak properti dialihkan secara bertahap hingga 2014.
dialihkan secara bertahap hingga 2014. Walau sebagian besar isu reformasi tampaknya sudah
Walau sebagian besar isu reformasi tampaknya sudah terselesaikan, tapi isu masih ada terkait cara meningkatkan
terselesaikan, tapi isu masih ada terkait cara meningkatkan kapasitas Pemda untuk mendukung reformasi. Karena sistem
kapasitas Pemda untuk mendukung reformasi. Karena sistem pengumpulan pajak properti sudah terbentuk di Ditjen Pajak,
pengumpulan pajak properti sudah terbentuk di Ditjen Pajak, Kementerian Keuangan, tapi bagian tantangan pengembangan
Kementerian Keuangan, tapi bagian tantangan pengembangan kapasitas berkaitan dengan cara membuat sistem yang ada dan
kapasitas berkaitan dengan cara membuat sistem yang ada dan bisa beroperasi dan efektif dalam pengaturan devolusi baru
bisa beroperasi dan efektif dalam pengaturan devolusi baru ini. Indikasi awalnya adalah bahwa devolusi pajak transfer
ini. Indikasi awalnya adalah bahwa devolusi pajak transfer properti mulai 2011 dilaksanakan dengan sukses. Ini adalah
properti mulai 2011 dilaksanakan dengan sukses. Ini adalah rencana sederhana jika dibandingkan dengan devolusi pajak
rencana sederhana jika dibandingkan dengan devolusi pajak properti perkotaan dan perdesaan, yang jelas lebih rumit.
properti perkotaan dan perdesaan, yang jelas lebih rumit. Potensi pendapatan dan kapasitas administratif berbeda-
Potensi pendapatan dan kapasitas administratif berbeda- beda di antara 490 Pemda di Indonesia. Tiga kelompok Pemda
beda di antara 490 Pemda di Indonesia. Tiga kelompok Pemda telah diidentifikasi:
telah diidentifikasi: 1. sangat terurbanisasi (30 Pemda);
1. sangat terurbanisasi (30 Pemda); 2. terurbanisasi menengah (100 Pemda); dan
2. terurbanisasi menengah (100 Pemda); dan 3. kurang terurbanisasi (360 Pemda). Pemda kelompok
3. kurang terurbanisasi (360 Pemda). Pemda kelompok tiga akan menghadapi tantangan paling berat.
tiga akan menghadapi tantangan paling berat. Pendekatan asimetris diusulkan untuk ketiga kelompok
Pendekatan asimetris diusulkan untuk ketiga kelompok Pemda ini. Pemda kelompok satu dan dua kemungkinan
Pemda ini. Pemda kelompok satu dan dua kemungkinan besar bisa melaksanakan model administrasi lokal secara
besar bisa melaksanakan model administrasi lokal secara penuh, sementara kelompok tiga kemungkinan besar bisa
penuh, sementara kelompok tiga kemungkinan besar bisa melaksanakan model administrasi bersama (pusat dan
melaksanakan model administrasi bersama (pusat dan daerah).
daerah). Sistem pemeliharaan dan peningkatan catatan properti
Sistem pemeliharaan dan peningkatan catatan properti merupakan pertimbangan tidak langsung yang sangat penting
merupakan pertimbangan tidak langsung yang sangat penting untuk dokumentasi hak atas tanah (hak girik). Pemindahan
untuk dokumentasi hak atas tanah (hak girik). Pemindahan fungsi administratif lain, komputerisasi sistem pengumpulan
fungsi administratif lain, komputerisasi sistem pengumpulan dan lainlain akan menjadi tantangan utama untuk beberapa
dan lainlain akan menjadi tantangan utama untuk beberapa Pemda kelompok dua dan sebagian besar Pemda kelompok
Pemda kelompok dua dan sebagian besar Pemda kelompok tiga, jadi diperlukan program peningkatan kapasitas
tiga, jadi diperlukan program peningkatan kapasitas komprehensif dalam model administrasi bersama.
komprehensif dalam model administrasi bersama.

174 174
Pendekatan tertutup yang baru, terutama devolusi Pendekatan tertutup yang baru, terutama devolusi
pajak properti dan transfer properti, akan memungkinkan pajak properti dan transfer properti, akan memungkinkan
pertumbuhan cepat dalam penerimaan asli daerah seiring pertumbuhan cepat dalam penerimaan asli daerah seiring
waktu. Menguasai tantangan administratif dan pengumpulan waktu. Menguasai tantangan administratif dan pengumpulan
akan penting artinya, jadi memerlukan pendekatan asimetris akan penting artinya, jadi memerlukan pendekatan asimetris
yang dirancang dengan baik. Dukungan penuh politik, yang dirancang dengan baik. Dukungan penuh politik,
administratif dan teknis perlu diberikan ke Pemda, terutama administratif dan teknis perlu diberikan ke Pemda, terutama
Pemda yang sangat membutuhkan. Pemda yang sangat membutuhkan.
Secara umum, diskusi mendukung reformasi terkini Secara umum, diskusi mendukung reformasi terkini
menuju pendekatan daftar tertutup, termasuk devolusi pajak menuju pendekatan daftar tertutup, termasuk devolusi pajak
properti dan transfer properti. Beberapa orang merasa kerangka properti dan transfer properti. Beberapa orang merasa kerangka
insentif yang lebih baik perlu dibuat untuk mendorong insentif yang lebih baik perlu dibuat untuk mendorong
daerah agar meningkatkan pendapatan asli mereka, termasuk daerah agar meningkatkan pendapatan asli mereka, termasuk
perhatian pada kemungkinan insentif buruk dalam DAU yang perhatian pada kemungkinan insentif buruk dalam DAU yang
menyurutkan usaha pengumpulan pendapatan, dengan saran menyurutkan usaha pengumpulan pendapatan, dengan saran
bahwa ini bisa ditangani dengan jalan kembali ke pendekatan bahwa ini bisa ditangani dengan jalan kembali ke pendekatan
penghitungan potensi pendapatan, bukan pendapatan aktual penghitungan potensi pendapatan, bukan pendapatan aktual
dalam rumus DAU. Ada kesepakatan umum bahwa devolusi dalam rumus DAU. Ada kesepakatan umum bahwa devolusi
akan menjadi tantangan bagi kapasitas banyak Pemda dan akan menjadi tantangan bagi kapasitas banyak Pemda dan
bahwa bantuan jangka panjang akan diperlukan. bahwa bantuan jangka panjang akan diperlukan.
Kebijakan Transfer Fiskal Antar Pemerintah Indonesia Kebijakan Transfer Fiskal Antar Pemerintah Indonesia
mengalami apa yang disebut sebagai desentralisasi ‘ledakan mengalami apa yang disebut sebagai desentralisasi ‘ledakan
besar’ di awal tahun 2000, setelah pemberlakuan UU No. 22 besar’ di awal tahun 2000, setelah pemberlakuan UU No. 22
dan 25 yang selanjutnya direvisi dengan UU No. 32 dan 33 dan 25 yang selanjutnya direvisi dengan UU No. 32 dan 33
tahun 2004. Semua UU ini secara jelas menetapkan pembagian tahun 2004. Semua UU ini secara jelas menetapkan pembagian
tanggung jawab antara pemerintah pusat dan daerah, dan tanggung jawab antara pemerintah pusat dan daerah, dan
memberikan garis besar kebijakan terkait cara pemerintah memberikan garis besar kebijakan terkait cara pemerintah
pusat membiayai tanggung jawab yang dipindahkan ke pusat membiayai tanggung jawab yang dipindahkan ke
pemerintah daerah ini. pemerintah daerah ini.
Semua UU baru tersebut menyatakan bahwa Semua UU baru tersebut menyatakan bahwa
desentralisasi fiskal meliputi tiga prinsip: “devolusi desentralisasi fiskal meliputi tiga prinsip: “devolusi
(pemindahan), dekonsentrasi, dan administrasi pendamping”. (pemindahan), dekonsentrasi, dan administrasi pendamping”.
Konsep yang diperkenalkan oleh UU baru tersebut adalah Konsep yang diperkenalkan oleh UU baru tersebut adalah
devolusi, yang membuat pemerintah daerah bisa menjalankan devolusi, yang membuat pemerintah daerah bisa menjalankan
otonomi fiskal untuk satu set fungsi yang dilimpahkan ke otonomi fiskal untuk satu set fungsi yang dilimpahkan ke

175 175
mereka. Sebaliknya, pemerintah pusat menciptakan transfer
mereka. Sebaliknya, pemerintah pusat menciptakan transfer fiskal sebagai biaya pendamping untuk fungsi-fungsi yang
fiskal sebagai biaya pendamping untuk fungsi-fungsi yang dilimpahkan tersebut—ini dikenal sebagai ‘keuangan
dilimpahkan tersebut—ini dikenal sebagai ‘keuangan mengikuti fungsi’ (Bahl, 1999). Kebijakan devolusi peran dan
mengikuti fungsi’ (Bahl, 1999). Kebijakan devolusi peran dan tanggung jawab ke Pemda (Pemerintah Daerah) menjadi dasar
tanggung jawab ke Pemda (Pemerintah Daerah) menjadi dasar dari apa yang disebut sebagai desentralisasI.
dari apa yang disebut sebagai desentralisasI.
1. Aktualita Desentralisasi Fiskal
1. Aktualita Desentralisasi Fiskal Wahyudi Kumroto (2008), mendefinisikan Desentralisasi
Wahyudi Kumroto (2008), mendefinisikan Desentralisasi Fiskal sebagai penyerahan sebagian atau tanggungjawab fiskal
Fiskal sebagai penyerahan sebagian atau tanggungjawab fiskal atau keuangan negara dari pemerintah pusat kepada jenjang
atau keuangan negara dari pemerintah pusat kepada jenjang pemerintahan di bawahnya (provinsi, kabupaten, atau kota).
pemerintahan di bawahnya (provinsi, kabupaten, atau kota). Gagasan dasar desentralisasi fiskal adalah penyerahan beban
Gagasan dasar desentralisasi fiskal adalah penyerahan beban tugas pembangunan, penyediaan layanan publik, dan sumber
tugas pembangunan, penyediaan layanan publik, dan sumber daya keuangan dari pemerintah pusat ke pemerintahan daerah
daya keuangan dari pemerintah pusat ke pemerintahan daerah sehingga tugas-tugas itu akan lebih dekat ke masyarakat.
sehingga tugas-tugas itu akan lebih dekat ke masyarakat. Dari definisi Kumtoro itu, timbul pertanyaan bagaimana
Dari definisi Kumtoro itu, timbul pertanyaan bagaimana menyerahkan tanggung jawab fiskal tertentu kepada jenjang
menyerahkan tanggung jawab fiskal tertentu kepada jenjang pemerintahan yang lebih tepat. Federalisasi fiskal menunjukkan
pemerintahan yang lebih tepat. Federalisasi fiskal menunjukkan sebuah model normative yang berpandangan bahwa
sebuah model normative yang berpandangan bahwa pemerintah pusat adalah yang paling bisa manafsirkan aspirasi
pemerintah pusat adalah yang paling bisa manafsirkan aspirasi rakyat dan oleh sebab itu hendaknya diberi kewenangan untuk
rakyat dan oleh sebab itu hendaknya diberi kewenangan untuk menyusun aturan-aturan kelembagaan dalam hubungan antar
menyusun aturan-aturan kelembagaan dalam hubungan antar jenjang pemerintah, sehingga instansi-instansi pemerintah
jenjang pemerintah, sehingga instansi-instansi pemerintah daerah bertindak menurut apa yang dikehendaki pemerintah
daerah bertindak menurut apa yang dikehendaki pemerintah pusat (dengan asumsi bahwa itu juga sesuai dengan kehendak
pusat (dengan asumsi bahwa itu juga sesuai dengan kehendak rakyat).
rakyat). Desentralisasi fiskal merupakan satu kebijakan lahir
Desentralisasi fiskal merupakan satu kebijakan lahir dalam iklim di mana masyarakat merindukan suatu sistem
dalam iklim di mana masyarakat merindukan suatu sistem pemerintahan yang memberi diskresi kepada daerah. Itulah
pemerintahan yang memberi diskresi kepada daerah. Itulah sebabnya disinyalir bahwa tidak banyak terjadi pertentangan
sebabnya disinyalir bahwa tidak banyak terjadi pertentangan mengenai RUU pemerintah daerah di awal awal reformasi
mengenai RUU pemerintah daerah di awal awal reformasi karena sebagian besar pendapat mengerucut pada kebutuhan
karena sebagian besar pendapat mengerucut pada kebutuhan untuk melakukan desentralisasi. Dalam tempo dua bulan, UU
untuk melakukan desentralisasi. Dalam tempo dua bulan, UU No. 22 Tahun 1999 disahkan dengan perubahan yang sangat
No. 22 Tahun 1999 disahkan dengan perubahan yang sangat

176 176
sedikit dibanding rancangan asli dari Depdagri (Wahyudi sedikit dibanding rancangan asli dari Depdagri (Wahyudi
Kumroto,2008). Kumroto,2008).
Selanjutnya, menurut Wahyudi, kurangnya ketetapan Selanjutnya, menurut Wahyudi, kurangnya ketetapan
tentang hal-hal keuangan di zaman Orde Baru, memperlihatkan tentang hal-hal keuangan di zaman Orde Baru, memperlihatkan
bahwa pemerintah lebih memilih melanjutkan sistem bahwa pemerintah lebih memilih melanjutkan sistem
sentralistis dan tidak berniat menyelesaikan masalah-masalah sentralistis dan tidak berniat menyelesaikan masalah-masalah
dalam hubungan fiskal antar jenjang pemerintahan. Dalam dalam hubungan fiskal antar jenjang pemerintahan. Dalam
hal ini hanya ditetapkan bahwa sumber-sumber lainnya hal ini hanya ditetapkan bahwa sumber-sumber lainnya
penerimaan pemerintah daerah adalah Pendapatan Asli penerimaan pemerintah daerah adalah Pendapatan Asli
Daerah (PAD), subsidi, dan sumber-sumber lainnya yang Daerah (PAD), subsidi, dan sumber-sumber lainnya yang
sah, bahkan pelaksanaannya akan diatur dalam peraturan sah, bahkan pelaksanaannya akan diatur dalam peraturan
pemerintah dan peraturan-peraturan lain yang lebih rendah. pemerintah dan peraturan-peraturan lain yang lebih rendah.
Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan
pemenrintah daerah bersifat tidak tegas, hanya dngan pemenrintah daerah bersifat tidak tegas, hanya dngan
ungkapan dalam undang undang “akan diatur” dalam ungkapan dalam undang undang “akan diatur” dalam
undang-undang yang terpisah. Tidak ada rincian lebih lanjut undang-undang yang terpisah. Tidak ada rincian lebih lanjut
tentang hubungan-hubungan fiskal horizontal maupun tentang hubungan-hubungan fiskal horizontal maupun
vertikal di antara jenjang pemerintahan yang berbeda. Satu- vertikal di antara jenjang pemerintahan yang berbeda. Satu-
satunya landasan legal bagi hubungan fiskal antar jenjang satunya landasan legal bagi hubungan fiskal antar jenjang
pemerintahan yang diratifikasi pada masa Orde Lama di pemerintahan yang diratifikasi pada masa Orde Lama di
bawah Soekarno, maka dapat dipahami bahwa kebijakan Orde bawah Soekarno, maka dapat dipahami bahwa kebijakan Orde
Baru dalam persoalan ini didasarkan pada kekuasaan diskresi Baru dalam persoalan ini didasarkan pada kekuasaan diskresi
pemerintah pusat (Wahyudi Kumroto,2008) pemerintah pusat (Wahyudi Kumroto,2008)
Menurutnya, ambisi pemerintah pusat untuk mendikte Menurutnya, ambisi pemerintah pusat untuk mendikte
daerah terkadang menempatkannya ke dalam situasi yang daerah terkadang menempatkannya ke dalam situasi yang
canggung. Di tengah berlangsungnya dominasi pemerintah canggung. Di tengah berlangsungnya dominasi pemerintah
pusat, periode tahun 1980-an dan pada awal 1990-an pusat, periode tahun 1980-an dan pada awal 1990-an
ditandai dengan perselisihan di antara para elit politik. ditandai dengan perselisihan di antara para elit politik.
Praktek pelaksanaan dari konsep subsidiaritas di Indonesia Praktek pelaksanaan dari konsep subsidiaritas di Indonesia
tidak sesuai dengan makna sebenarnya. Sepanjang masa tidak sesuai dengan makna sebenarnya. Sepanjang masa
pemerintahan Orde Baru, desentralisasi dipahami sebagai pemerintahan Orde Baru, desentralisasi dipahami sebagai
pendelegasian tanggung jawab administratif kepada para pendelegasian tanggung jawab administratif kepada para
pejabat daerah (decentralised management) dan bukannya pejabat daerah (decentralised management) dan bukannya
penyerahan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada penyerahan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada
para wakil rakyat yang sudah dipilih rakyat. Dengan kata lain, para wakil rakyat yang sudah dipilih rakyat. Dengan kata lain,

177 177
sebagian besar pejabat daerah dan juga rakyat biasa, melihat
bahwa desentralisasi adalah soal pelaksanaan kegiatan dan
sebagian besar pejabat daerah dan juga rakyat biasa, melihat
pemberian pelayanan publik di tingkat daerah, tetapi bukan
bahwa desentralisasi adalah soal pelaksanaan kegiatan dan
soal pengalihan kekuasaan politik kepada para pejabat daerah.
pemberian pelayanan publik di tingkat daerah, tetapi bukan
Namun demikian, banyaknya proyek pemerintah
soal pengalihan kekuasaan politik kepada para pejabat daerah.
pusat yang dilaksanakan di daerah, tidak banyak keluhan
Namun demikian, banyaknya proyek pemerintah
yang dungkapkan oleh para pejabat daerah berkenaan dengan
pusat yang dilaksanakan di daerah, tidak banyak keluhan
peran mereka yang terbatas dalam pengganggran. Kasus-
yang dungkapkan oleh para pejabat daerah berkenaan dengan
kasus perlawanan yang kuat hanya sebatas pada pemilihan
peran mereka yang terbatas dalam pengganggran. Kasus-
kepala daerah. Hingga awal tahun 1990-an, pemerintah
kasus perlawanan yang kuat hanya sebatas pada pemilihan
provinsi dan pemerintah lokal tidak banyak menyampaikan
kepala daerah. Hingga awal tahun 1990-an, pemerintah
keluhan mengenai aspek-aspek finansial seperti pajak daerah,
provinsi dan pemerintah lokal tidak banyak menyampaikan
perimbangan keuangan, atau sempitnya kekuasaan diskresi
keluhan mengenai aspek-aspek finansial seperti pajak daerah,
bagi pembangunan yang partisipatif. Pemerintah Pusat
perimbangan keuangan, atau sempitnya kekuasaan diskresi
agaknya juga cukup percaya diri dalam mengatasi perlawanan
bagi pembangunan yang partisipatif. Pemerintah Pusat
di tingkat provinsi.
agaknya juga cukup percaya diri dalam mengatasi perlawanan
Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1992 menetapkan
di tingkat provinsi.
agar pejabat pemerintah pusat menyerahkan sejumlah
Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1992 menetapkan
tanggung jawab untuk melaksanakan urusan pelayanan publik
agar pejabat pemerintah pusat menyerahkan sejumlah
kepada daerah Tingkat II. Gagasan yang hendak diwujudkan
tanggung jawab untuk melaksanakan urusan pelayanan publik
adalah “asas desentralisasi” di Tingkat II dan menerapkan ”asas
kepada daerah Tingkat II. Gagasan yang hendak diwujudkan
Dekonsentrasi” di tingkat I. Namun, peraturan pemerintah
adalah “asas desentralisasi” di Tingkat II dan menerapkan ”asas
ini tidak bisa mencapai tujuannya. Sebagian besar pemerintah
Dekonsentrasi” di tingkat I. Namun, peraturan pemerintah
provinsi tidak bersedia menyerahkan kekuasaan finansial
ini tidak bisa mencapai tujuannya. Sebagian besar pemerintah
kepada pemerintah lokal sedangkan pejabat-pejabat pemerintah
provinsi tidak bersedia menyerahkan kekuasaan finansial
pusat hanya mendorong desentralisasi dengan setengah hati.
kepada pemerintah lokal sedangkan pejabat-pejabat pemerintah
Krisis moneter dan ambruknya ekonomi memicu
pusat hanya mendorong desentralisasi dengan setengah hati.
perlawanan terhadap pemerintahan Orde Baru di bawah
Krisis moneter dan ambruknya ekonomi memicu
Soeharto pada awa tahun 1998. Seruan akan reformasi,
perlawanan terhadap pemerintahan Orde Baru di bawah
kerusuhan, unjuk rasa di banyak kota, serta mundurnya
Soeharto pada awa tahun 1998. Seruan akan reformasi,
14 orang menteri di dalam kabinet akhirnya memaksa
kerusuhan, unjuk rasa di banyak kota, serta mundurnya
Soeharto mundur dan menyerahkan kekuasaan kepada B.J.
14 orang menteri di dalam kabinet akhirnya memaksa
Habibie. UU No. 25 Tahun 1999 mengenai hubungan fiskal
Soeharto mundur dan menyerahkan kekuasaan kepada B.J.
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah di
Habibie. UU No. 25 Tahun 1999 mengenai hubungan fiskal
bahas di tengah desakan bertubi-tubi dari daerah yang kaya
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah di
bahas di tengah desakan bertubi-tubi dari daerah yang kaya

178 178
sumber daya alam. Mungkin karena itulah rumus-rumus sumber daya alam. Mungkin karena itulah rumus-rumus
yang akhirnya dituangkan dalam undang-undang ini tidak yang akhirnya dituangkan dalam undang-undang ini tidak
menunjukkan keterkaitan yang erat dengan kebutuhan fiskal menunjukkan keterkaitan yang erat dengan kebutuhan fiskal
yang sesungguhnya di banyak provinsi dan kabupaten/kota. yang sesungguhnya di banyak provinsi dan kabupaten/kota.
Ketentuan paling penting dalam UU No. 25 Tahun 1999 Ketentuan paling penting dalam UU No. 25 Tahun 1999
adalah : (1) bahwa sekurang-kurangnya 25% dari pendapatan adalah : (1) bahwa sekurang-kurangnya 25% dari pendapatan
dalam negeri harus dialokasikan ke daerah, di mana dari dalam negeri harus dialokasikan ke daerah, di mana dari
seluruh totalnya 10% harus dialokasikan ke provinsi dan 90% seluruh totalnya 10% harus dialokasikan ke provinsi dan 90%
ke kabupaten kota, (2) dihapusnya SDO dan bantuan Inpres ke kabupaten kota, (2) dihapusnya SDO dan bantuan Inpres
yang selanjutnya keduanya digabung menjadi Dana Alokasi yang selanjutnya keduanya digabung menjadi Dana Alokasi
Umum (DAU) yang didasarkan pada rumus transfer tertentu, Umum (DAU) yang didasarkan pada rumus transfer tertentu,
(3) Dana Alokasi Khusus (DAK) diberikan kepada daerah (3) Dana Alokasi Khusus (DAK) diberikan kepada daerah
berdasarkan kebutuhan pembangunan mereka, dan (4) berdasarkan kebutuhan pembangunan mereka, dan (4)
peningkatan cukup besar dari bagian daerah atas pendapatan peningkatan cukup besar dari bagian daerah atas pendapatan
dari minyak bumi (15%) dan gas alam (30%). Semua ketentuan dari minyak bumi (15%) dan gas alam (30%). Semua ketentuan
dalam perundangan tahun 1999 ini akan berlaku efektif dalam dalam perundangan tahun 1999 ini akan berlaku efektif dalam
waktu dua tahun setelah disahkan. waktu dua tahun setelah disahkan.
Undang-undang baru tahun 1999 itu menciptakan sosok Undang-undang baru tahun 1999 itu menciptakan sosok
baru mengenai hubungan fiskal antar jenjang pemerintah. baru mengenai hubungan fiskal antar jenjang pemerintah.
Di dalamnya terkandung banyak terobosan, tetapi ternyata Di dalamnya terkandung banyak terobosan, tetapi ternyata
terdapat ketentuan-ketentuan yang tidak jelas dan berbagai terdapat ketentuan-ketentuan yang tidak jelas dan berbagai
kelemahan. Tidak adanya ketentuan mengenai mekanisme kelemahan. Tidak adanya ketentuan mengenai mekanisme
akuntabilitas dan pengembangan kapasitas administratif di akuntabilitas dan pengembangan kapasitas administratif di
tingkat daerah juga merupakan kendala serius yang akhirnya tingkat daerah juga merupakan kendala serius yang akhirnya
tetap menghambat pelaksanaan kebijakan desentralisasi fiskal tetap menghambat pelaksanaan kebijakan desentralisasi fiskal
di tanah air (Wahyudi Kumroto,2008) di tanah air (Wahyudi Kumroto,2008)
Terpisahnya Timor Timur dan gelombang demokratisasi Terpisahnya Timor Timur dan gelombang demokratisasi
menciptakan sebuah tatanan publik baru bagi hubungan antara menciptakan sebuah tatanan publik baru bagi hubungan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dengan kondisi pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dengan kondisi
ekonomi nasional yang masih terpuruk dan keterbatasan dana ekonomi nasional yang masih terpuruk dan keterbatasan dana
bagi pembangunan di daerah, banyak elit politik daerah yang bagi pembangunan di daerah, banyak elit politik daerah yang
mencoba merumuskan kembali hubungan mereka dengan mencoba merumuskan kembali hubungan mereka dengan
pemerintah pusat. Sentimen semacam itu terutama sangat pemerintah pusat. Sentimen semacam itu terutama sangat
kuat di daerah-daerah yang selama ini sering bergolak seperti kuat di daerah-daerah yang selama ini sering bergolak seperti

179 179
Aceh dan Papua, yang kebetulan memiliki sumber daya alam
Aceh dan Papua, yang kebetulan memiliki sumber daya alam yang melimpah.
yang melimpah. Menyangkut hubungan antar jenjang pemerintah
Menyangkut hubungan antar jenjang pemerintah tampaknya banyak aspek hubungan fiskal pada masa-masa
tampaknya banyak aspek hubungan fiskal pada masa-masa awal pelaksanaan perundangan tahun 1999 yang terpengaruh
awal pelaksanaan perundangan tahun 1999 yang terpengaruh oleh sistem lama. Jika DAU dapat diasosialisasikan dengan
oleh sistem lama. Jika DAU dapat diasosialisasikan dengan alokasi SDO dalam sistem sebelumnya, DAK dapat dipandang
alokasi SDO dalam sistem sebelumnya, DAK dapat dipandang sebagai metamorfosis dari bantuan-bantuan Inpres masa
sebagai metamorfosis dari bantuan-bantuan Inpres masa Pemerintahan Orde Baru. Karena pemerintah daerah tidak
Pemerintahan Orde Baru. Karena pemerintah daerah tidak diberi kewenangan untuk merencanakan sumber daya
diberi kewenangan untuk merencanakan sumber daya manusianya sendiri, termasuk kemungkinan merampingkan
manusianya sendiri, termasuk kemungkinan merampingkan staf agar lebih efisien, maka porsi yang sangat besar dari DAU
staf agar lebih efisien, maka porsi yang sangat besar dari DAU terserap untuk membayar gaji pegawai. Pada saat yang sama,
terserap untuk membayar gaji pegawai. Pada saat yang sama, karena pemerintah pusat masih menghadapi kendala anggaran
karena pemerintah pusat masih menghadapi kendala anggaran karena krisis ekonomi dan karena pendapatan minyak dan
karena krisis ekonomi dan karena pendapatan minyak dan gas bumi yang telah “didaerahkan”, maka besarnya DAK bagi
gas bumi yang telah “didaerahkan”, maka besarnya DAK bagi kebanyakan kabupaten/kota di seluruh Indonesia juga terbatas.
kebanyakan kabupaten/kota di seluruh Indonesia juga terbatas. Di tingkat daerah, terdapat kecenderungan bahwa
Di tingkat daerah, terdapat kecenderungan bahwa kebijakan desentralisasi fiskal disandera oleh para elit politik
kebijakan desentralisasi fiskal disandera oleh para elit politik sehingga tujua utama dari kebijakan tersebut tidak bisa
sehingga tujua utama dari kebijakan tersebut tidak bisa dicapai. Politik uang, birokrasi yang membelanjakan dana
dicapai. Politik uang, birokrasi yang membelanjakan dana publik untuk dirinya sendiri, serta penyalahgunaan kekuasaan
publik untuk dirinya sendiri, serta penyalahgunaan kekuasaan politik dan finansial justru semakin merebak karena kurangnya
politik dan finansial justru semakin merebak karena kurangnya sistem akuntabilitas yang terlembaga. Namun, desentralisasi
sistem akuntabilitas yang terlembaga. Namun, desentralisasi fiskal dilaksanakan di tengah kemelut politik dan ekonomi
fiskal dilaksanakan di tengah kemelut politik dan ekonomi dan menghadap berbagai persoalan serius, tidak mungkin lagi
dan menghadap berbagai persoalan serius, tidak mungkin lagi untuk berbalik arah (Wahyudi Kumroto,2008)
untuk berbalik arah (Wahyudi Kumroto,2008) Ketika merancang UU No. 22/1999 dan UU. No. 25/1999
Ketika merancang UU No. 22/1999 dan UU. No. 25/1999 banyak masalah yang muncul karena para pejabat di Depdagri
banyak masalah yang muncul karena para pejabat di Depdagri ditugasi untuk merancang UU No. 22/1999 dan para pejabat
ditugasi untuk merancang UU No. 22/1999 dan para pejabat di Depkeu ditugasi merancang UU. No. 25/1999 sedangkan
di Depkeu ditugasi merancang UU. No. 25/1999 sedangkan mereka memiliki kewenangan yang berbada menyangkut
mereka memiliki kewenangan yang berbada menyangkut kewenangan desentralisasi. Masalah muncul karena kurang
kewenangan desentralisasi. Masalah muncul karena kurang padu dan kurang jelasnya keterkaitan di antara kedua undang-
padu dan kurang jelasnya keterkaitan di antara kedua undang- undang desentralisasi tersebut. Itulah sebabnya, banyak
undang desentralisasi tersebut. Itulah sebabnya, banyak

180 180
pelaku kebijakan pemerintah pusat yang bahkan sudah pelaku kebijakan pemerintah pusat yang bahkan sudah
mempertimbangkan untuk melakukan revisi ketika undang- mempertimbangkan untuk melakukan revisi ketika undang-
undang ini akan mulai dilaksanakan. Akan tetapi, para pakar undang ini akan mulai dilaksanakan. Akan tetapi, para pakar
dan pejabat pemerintah kabupaten kota sangat menentang dan pejabat pemerintah kabupaten kota sangat menentang
gagasan tersebut. Mereka berpendapat bahwa revisi itu hanya gagasan tersebut. Mereka berpendapat bahwa revisi itu hanya
akan mengarah pada resentralisasi. akan mengarah pada resentralisasi.
Sebuah kompromi pada akhirnya tercapai setelah Sebuah kompromi pada akhirnya tercapai setelah
adanya amandemen yang sangat penting terhadap UUD 1945 adanya amandemen yang sangat penting terhadap UUD 1945
yang mengatur tentang pemilihan presiden secara langsung. yang mengatur tentang pemilihan presiden secara langsung.
Beberapa langkah penyesuaian terhadap perundang-undangan Beberapa langkah penyesuaian terhadap perundang-undangan
tahun 1999 tidak dapat dihindari lagi. Para pejabat pemerintah tahun 1999 tidak dapat dihindari lagi. Para pejabat pemerintah
pusat lalu menggunakan wacana pemilihan kepala daerah secara pusat lalu menggunakan wacana pemilihan kepala daerah secara
langsung untuk meyakinkan para elit politik lokal mengenai langsung untuk meyakinkan para elit politik lokal mengenai
perlunya merevisi undang-undang tahun 1999 tersebut. perlunya merevisi undang-undang tahun 1999 tersebut.
Undang-undang tahun 2004 mengenai pemerintah Undang-undang tahun 2004 mengenai pemerintah
daerah mengembalikan hubungan hirearki antara pemerintah daerah mengembalikan hubungan hirearki antara pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota serta memuat provinsi dan pemerintah kabupaten/kota serta memuat
ketentuan rinci mengenai pemilihan kepala daerah. Akan tetapi, ketentuan rinci mengenai pemilihan kepala daerah. Akan tetapi,
menyangkut hubungan fiskal antar jenjang pemerintahan, menyangkut hubungan fiskal antar jenjang pemerintahan,
hanya terdapat perubahan-perubahan kecil. UU No. 33/2004 hanya terdapat perubahan-perubahan kecil. UU No. 33/2004
sedikit menaikkan presentase pendapatan negara yang sedikit menaikkan presentase pendapatan negara yang
akan dialokasikan kepada pemerintah daerah melalui DAU akan dialokasikan kepada pemerintah daerah melalui DAU
serta presentase pembagian pendapatan dari minyak, serta serta presentase pembagian pendapatan dari minyak, serta
menetapkan pembagian pendapatan dari gas bumi yang lebih menetapkan pembagian pendapatan dari gas bumi yang lebih
jelas. Sebuah sistem bantuan kerja sama (matching grants) jelas. Sebuah sistem bantuan kerja sama (matching grants)
ditetapkan dengan ketentuan mengenai dana penyertaan ditetapkan dengan ketentuan mengenai dana penyertaan
untuk alokasi DAK. Namun secara keseluruhan ketentuan untuk alokasi DAK. Namun secara keseluruhan ketentuan
mengenai pembagian pajak antar jenjang pemerintahan masih mengenai pembagian pajak antar jenjang pemerintahan masih
tetap sama dengan undang-undang sebelumnya. Kebijakan tetap sama dengan undang-undang sebelumnya. Kebijakan
desentralisasi fiskal akan tetap dipengaruhi oleh negoisasi- desentralisasi fiskal akan tetap dipengaruhi oleh negoisasi-
negoisasi politik di antara jenjang pemerintahan yan berbada. negoisasi politik di antara jenjang pemerintahan yan berbada.
Tugas-tugas untuk mengenai tantangan-tantangan yang Tugas-tugas untuk mengenai tantangan-tantangan yang
telah di jelaskan di atas baru dimulai, dan bagaimana hasil telah di jelaskan di atas baru dimulai, dan bagaimana hasil
dari pelaksanaan tugas itu sangat ditentukan oleh keberhasilan dari pelaksanaan tugas itu sangat ditentukan oleh keberhasilan
kerangka kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia. Salah satu kerangka kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia. Salah satu

181 181
kesimpulan akhir yang dapat direnungkan bahwa kesulitan-
kesimpulan akhir yang dapat direnungkan bahwa kesulitan- kesulitan untuk menghadapi tantangan tersebut tampaknya
kesulitan untuk menghadapi tantangan tersebut tampaknya disebabkan oleh lemahnya negara (weak state, soft state)
disebabkan oleh lemahnya negara (weak state, soft state) Indonesia secara keseluruhan. Sebuah negara disebut lemah
Indonesia secara keseluruhan. Sebuah negara disebut lemah apabila tidak berkembang dan tidak mengontrol instrumen-
apabila tidak berkembang dan tidak mengontrol instrumen- instrumen yang diperlukan untuk mewujudkan kehendaknya.
instrumen yang diperlukan untuk mewujudkan kehendaknya. Instrumen yang dimaksud adalah oraganisasi-organisasi
Instrumen yang dimaksud adalah oraganisasi-organisasi publik atau birokrasi dalam berbagai bentuknya, bukan hanya
publik atau birokrasi dalam berbagai bentuknya, bukan hanya birokrasi sipil tetapi juga militer dan bahkan sekedar melayani
birokrasi sipil tetapi juga militer dan bahkan sekedar melayani diri sendiri (self-serving) seperti yang terjadi di Indonesia,
diri sendiri (self-serving) seperti yang terjadi di Indonesia, maka berarti negara belum mampu menjalankan fungsinya
maka berarti negara belum mampu menjalankan fungsinya secara efektif. Upaya untuk membangun instrumen yang
secara efektif. Upaya untuk membangun instrumen yang efektif sehingga negara mampu bertindak dan punya sarana
efektif sehingga negara mampu bertindak dan punya sarana untuk mengendalikannya di semua jenjang pemerintahan,
untuk mengendalikannya di semua jenjang pemerintahan, sebelum pilihan sentralisasi atau desentralisasi ditetapkan
sebelum pilihan sentralisasi atau desentralisasi ditetapkan atau sebelum tata pemerintahan di negara ini dapat diperbaiki
atau sebelum tata pemerintahan di negara ini dapat diperbaiki secara signifikan, demikian Wahyudi Kumroto.
secara signifikan, demikian Wahyudi Kumroto. Dewasa ini banyak negara berkembang berputar
Dewasa ini banyak negara berkembang berputar haluan ke desentralisasi fiskal sebagai salah satu cara
haluan ke desentralisasi fiskal sebagai salah satu cara meloloskan diri dari berbagai jebakan ketidakefektifan dan
meloloskan diri dari berbagai jebakan ketidakefektifan dan ketidakefesienan pemerintahan, ketidakstabilan makro
ketidakefesienan pemerintahan, ketidakstabilan makro ekonomi , dan ketidakcukupan pertumbuhan ekonomi yang
ekonomi , dan ketidakcukupan pertumbuhan ekonomi yang telah menyebabkan mereka jatuh terperosok akhir akhir
telah menyebabkan mereka jatuh terperosok akhir akhir ini. Hal ini menunjukkan desentralisasi fiskal di negara-
ini. Hal ini menunjukkan desentralisasi fiskal di negara- negara berkembang dianggap sebagai obat mujarab atau
negara berkembang dianggap sebagai obat mujarab atau malah sebagai wabah penyakit menular. Beberapa pakar
malah sebagai wabah penyakit menular. Beberapa pakar menekankan perlunya desentralisasi fiskal untuk perbaikan
menekankan perlunya desentralisasi fiskal untuk perbaikan efesiensi ekonomi, efesiensi biaya, perbaikan akuntabilitas,
efesiensi ekonomi, efesiensi biaya, perbaikan akuntabilitas, dan peningkatan mobilisasi dana. (Richard M. Bird dan F.
dan peningkatan mobilisasi dana. (Richard M. Bird dan F. Vailancourt, 2000)
Vailancourt, 2000) Sebaliknya, pakar yang lain mengatakan bahwa tak satu
Sebaliknya, pakar yang lain mengatakan bahwa tak satu pun dari manfaat-amanfaat tersebut akan berhasil oleh negara-
pun dari manfaat-amanfaat tersebut akan berhasil oleh negara- negara yang preferensi penduduknya hampir tidak mungkin
negara yang preferensi penduduknya hampir tidak mungkin diakomodasi dalam anggaran pemerintah dan kapasitas
diakomodasi dalam anggaran pemerintah dan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah mendekati nihil. Situasi
kelembagaan pemerintah daerah mendekati nihil. Situasi

182 182
Negara berkembang yang dapat memfasilitasi tercapainya Negara berkembang yang dapat memfasilitasi tercapainya
manfaat maksimum dari struktur pemerintahan daerah yang manfaat maksimum dari struktur pemerintahan daerah yang
lebih terdesentralisir mencakup (Bhal dan Linn dalam Richard lebih terdesentralisir mencakup (Bhal dan Linn dalam Richard
M. Bird,2000): M. Bird,2000):
1. Kecukupan SDM yang berkualitas, memiliki akses ke 1. Kecukupan SDM yang berkualitas, memiliki akses ke
bahan bahan dan pabrik pabrik barang modal untuk bahan bahan dan pabrik pabrik barang modal untuk
memperluas jangkauan pelayanan masyarakat bila memperluas jangkauan pelayanan masyarakat bila
diperlukan; diperlukan;
2. Administrasi perpajakan yang efesien; 2. Administrasi perpajakan yang efesien;
3. Kewenangan perpajakan yang mampu menjaring dina- 3. Kewenangan perpajakan yang mampu menjaring dina-
mika perkembangan pendapatan penduduk dalam mika perkembangan pendapatan penduduk dalam
porsi besar; porsi besar;
4. Permintaan pelayanan masyarakat yang elastik terhadap 4. Permintaan pelayanan masyarakat yang elastik terhadap
perubahan pendapatan Aparat lokal yang terpilih telah perubahan pendapatan Aparat lokal yang terpilih telah
dikenaloleh masyarakat; dikenaloleh masyarakat;
5. Daerah memiliki sebagian kewenangan untuk mene- 5. Daerah memiliki sebagian kewenangan untuk mene-
tapkan APBD dan tarif pajak. tapkan APBD dan tarif pajak.
Terdapat dua cara pandang terhadap desentralisasi Terdapat dua cara pandang terhadap desentralisasi
fiskal, cara pandang pertama, top down dan bottom up. Cara fiskal, cara pandang pertama, top down dan bottom up. Cara
pandang yang melihat dari bawah ke atas (bottom up), pada pandang yang melihat dari bawah ke atas (bottom up), pada
umumnya bernilai poltis yang penekanannya pada partisipasi umumnya bernilai poltis yang penekanannya pada partisipasi
politik lokal dan efesiensi allokasi. Adapun yang melihat dari politik lokal dan efesiensi allokasi. Adapun yang melihat dari
atas ke bawah (top down), menilainya dapat meringankan atas ke bawah (top down), menilainya dapat meringankan
beban pusat dengan mengalihkan defisit. beban pusat dengan mengalihkan defisit.
Dari dua perspektif itu, penerapannya sangat bervariasi Dari dua perspektif itu, penerapannya sangat bervariasi
di berbagai negara. Bottom up lebih tepat untuk negara di berbagai negara. Bottom up lebih tepat untuk negara
seperti India, Afrika Selatan atau Bosnia Herzegovina. Hal seperti India, Afrika Selatan atau Bosnia Herzegovina. Hal
ini disebabkan karena heterogenitas daerah tergolong tinggi ini disebabkan karena heterogenitas daerah tergolong tinggi
dan dalam banyak hal keputusan keputusan politiknya dan dalam banyak hal keputusan keputusan politiknya
dimksudkan untuk membuat daerah berpotensi untuk dimksudkan untuk membuat daerah berpotensi untuk
mandiri. Sebaliknya sebagaimana terjadi pada negara-negara mandiri. Sebaliknya sebagaimana terjadi pada negara-negara
berkembang secara umum perspektif top down justru tampak berkembang secara umum perspektif top down justru tampak
lebih tepat, dicontohkan dalam hal ini adalah RRC (Richard lebih tepat, dicontohkan dalam hal ini adalah RRC (Richard
M. Bird dan Francois Vaillancourt, 2005). M. Bird dan Francois Vaillancourt, 2005).

183 183
Di Indonesia, desentralisasi fiskal merupakan salah satu
Di Indonesia, desentralisasi fiskal merupakan salah satu aspek yang dikembangkan di antara beberapa desentralisasi
aspek yang dikembangkan di antara beberapa desentralisasi yang mulai dikenalkan, yaitu Desentralisasi Ekonomi,
yang mulai dikenalkan, yaitu Desentralisasi Ekonomi, Desentralisasi Administrasi; Desentralisasi politik dan
Desentralisasi Administrasi; Desentralisasi politik dan Desentralisasi Fiskal itu sendiri dikembangkan dalam “Alokasi
Desentralisasi Fiskal itu sendiri dikembangkan dalam “Alokasi Sumber Daya Nasional yang Efesien melalui hubungan
Sumber Daya Nasional yang Efesien melalui hubungan keuangan pusat dan daerah yang transparan dan akuntabel.”
keuangan pusat dan daerah yang transparan dan akuntabel.” Untuk mewujudkan visi tersebut melalui kebijakan
Untuk mewujudkan visi tersebut melalui kebijakan desentralisasi fiskal, meliputi:
desentralisasi fiskal, meliputi: a) Hubungan keuangan pusat dan daerah yang menimum-
a) Hubungan keuangan pusat dan daerah yang menimum- kan ketimpangan;
kan ketimpangan; b) Sistem penerimaan dan pembiayaan daerah untuk
b) Sistem penerimaan dan pembiayaan daerah untuk efesiensi alokasi;
efesiensi alokasi; c) Keleluasaan belanja daerah untuk mencapai SPM; dan
c) Keleluasaan belanja daerah untuk mencapai SPM; dan d) Harmonisasi belanja pusat dan daerah untuk pelayanan
d) Harmonisasi belanja pusat dan daerah untuk pelayanan publik.
publik. Penjabaran kebijakan tersebut sebagai satu misi
Penjabaran kebijakan tersebut sebagai satu misi dioperasionalisasikan pada empat sistem:
dioperasionalisasikan pada empat sistem: a) Sistem dana perimbangan;
a) Sistem dana perimbangan; b) Sistem pajak retribusi dan pembiayaan daerah;
b) Sistem pajak retribusi dan pembiayaan daerah; c) Sistem administrasi dan penganggaran pemerintahan;
c) Sistem administrasi dan penganggaran pemerintahan; serta
serta d) Sistem penyediaan pelayanan publik den gan penerapan
d) Sistem penyediaan pelayanan publik den gan penerapan SPM.
SPM. Melalui sisitem yang ada diterapkan secara simultan
Melalui sisitem yang ada diterapkan secara simultan dengan desentralisasi pemerintahan, antara lain melalui sistem
dengan desentralisasi pemerintahan, antara lain melalui sistem dana perimbangan yang dikenal pula sebagai dana transfer.
dana perimbangan yang dikenal pula sebagai dana transfer. Sistem ini dimaksudkan untuk mengatasi ketimpangan vertikal
Sistem ini dimaksudkan untuk mengatasi ketimpangan vertikal dan horisontal, dan untuk pecepatan pembangunan daerah.
dan horisontal, dan untuk pecepatan pembangunan daerah. Dana Transfer terdiri dari 2 bagian besar, yaitu dari
Dana Transfer terdiri dari 2 bagian besar, yaitu dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, dan dana
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, dan dana Antar pemerintah daerah. Namun berbagai pendekatan
Antar pemerintah daerah. Namun berbagai pendekatan dilakukan untuk mengingatkan agar dana transfer seyogyanya
dilakukan untuk mengingatkan agar dana transfer seyogyanya

184 184
tidak memberikan insentif untuk pemekaran dan inefisiensi tidak memberikan insentif untuk pemekaran dan inefisiensi
anggaran, melainkan dana transfer harus disalurkan sesuai anggaran, melainkan dana transfer harus disalurkan sesuai
dengan anggaran dan jangka waktu penyaluran yang sudah dengan anggaran dan jangka waktu penyaluran yang sudah
ditetapkan sebelumnya. ditetapkan sebelumnya.
Hendaknya senantiasa diingat bahwa dana transfer Hendaknya senantiasa diingat bahwa dana transfer
dimaksudkan untuk mengatasi ketimpangan vertikal dan dimaksudkan untuk mengatasi ketimpangan vertikal dan
horisontal, dan untuk percepatan pembangunan daerah. horisontal, dan untuk percepatan pembangunan daerah.
Ketimpangan vertikal dalam bentuk harmonisasi hubungan Ketimpangan vertikal dalam bentuk harmonisasi hubungan
pusat dan daerah, ketimpangan horizontal adalah dalam pusat dan daerah, ketimpangan horizontal adalah dalam
rangka keseimbangan antar daerah. (DR.Hamid Paddu, 2011). rangka keseimbangan antar daerah. (DR.Hamid Paddu, 2011).
Hal tersebut dimaksudkan untuk mewaspadai bahwa Hal tersebut dimaksudkan untuk mewaspadai bahwa
desentralisasi tidak hanya bisa gagal memperbaiki pelayanan desentralisasi tidak hanya bisa gagal memperbaiki pelayanan
daerah, tetapi juga dapat mengganggu kestabilan nasional. daerah, tetapi juga dapat mengganggu kestabilan nasional.
Dingatkan bahwa resiko terbesar dapat terjadi ketika Dingatkan bahwa resiko terbesar dapat terjadi ketika
penerimaan didesentralisir tanpa disertai langkah langkah penerimaan didesentralisir tanpa disertai langkah langkah
yang memadai dalam menjamin stabilitas mobilisasi dana yang memadai dalam menjamin stabilitas mobilisasi dana
yang mencukupi dan berlanjut, dan memastikan kemampuan yang mencukupi dan berlanjut, dan memastikan kemampuan
serta tanggungjawab daerah dalam mengelola pengeluaran. serta tanggungjawab daerah dalam mengelola pengeluaran.
(Richard M. Bird dan Francois Vaillancourt, 2005). (Richard M. Bird dan Francois Vaillancourt, 2005).
Kasus-kasus sebagaimana dikemukakan R.M. Bird, dkk Kasus-kasus sebagaimana dikemukakan R.M. Bird, dkk
tersebut banyak terjadi dan tidak sulit dijumpai di Argentina, tersebut banyak terjadi dan tidak sulit dijumpai di Argentina,
negara-negara di Eropa Timur, Tengah, dan RRC. Di negara-negara di Eropa Timur, Tengah, dan RRC. Di
Indonesia dana transfer dapat dijumpai dalam bentuk Dana Indonesia dana transfer dapat dijumpai dalam bentuk Dana
Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU); Dana Alokasi Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU); Dana Alokasi
Khusus (DAK); dan dana transfer lainnya. Tiga bentuk dana Khusus (DAK); dan dana transfer lainnya. Tiga bentuk dana
tersebut, yang pertama adalah instrumen untuk mengatasi tersebut, yang pertama adalah instrumen untuk mengatasi
ketimpangan vertikal dan horisontal. Dana yang keempat ketimpangan vertikal dan horisontal. Dana yang keempat
merupakan diskresi Pemerintah Pusat. merupakan diskresi Pemerintah Pusat.
Adapun langkah langkah yang harus ditempuh dalam Adapun langkah langkah yang harus ditempuh dalam
rangka perbaikan formula DAU: DAU ditentukan oleh rangka perbaikan formula DAU: DAU ditentukan oleh
kebutuhan fiskal dan potensi fiskal; Variabel-variabel fiscal kebutuhan fiskal dan potensi fiskal; Variabel-variabel fiscal
needs adalah jumlah penduduk, luas wilayah, keadaan geografis, needs adalah jumlah penduduk, luas wilayah, keadaan geografis,
tingkat pendapatan masyarakat yang memperhatikan kelompok tingkat pendapatan masyarakat yang memperhatikan kelompok
masyarakat miskin; Fiscal capacity dilihat berdasarkan variabel masyarakat miskin; Fiscal capacity dilihat berdasarkan variabel
potensi industri, potensi Sumber Daya Alam (SDA), potensi potensi industri, potensi Sumber Daya Alam (SDA), potensi

185 185
Sumber Daya Manusia (SDM), dan PDRB; Kapasitas fiskal
Sumber Daya Manusia (SDM), dan PDRB; Kapasitas fiskal relatif telah dapat diestimasi dengan baik; Kebutuhan fiskal
relatif telah dapat diestimasi dengan baik; Kebutuhan fiskal seharusnya didasarkan atas Standar Pelayanan Minimum
seharusnya didasarkan atas Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan Analisa Standar Belanja (ASB).
(SPM) dan Analisa Standar Belanja (ASB). Uji statistik menunjukkan bahwa variabel Penduduk (VP)
Uji statistik menunjukkan bahwa variabel Penduduk (VP) dan indeks kemahalan konstruksi (IKK) merupakan variabel
dan indeks kemahalan konstruksi (IKK) merupakan variabel yang sangat dominan mempengaruhi pola belanja daerah:
yang sangat dominan mempengaruhi pola belanja daerah: a) Variabel penduduk proxy kebutuhan daerah terhadap
a) Variabel penduduk proxy kebutuhan daerah terhadap pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan;
pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan; b) Indeks Kemahalan Konstruksi proxy kebutuhan
b) Indeks Kemahalan Konstruksi proxy kebutuhan pembiayaan infrastruktur. Akhirnya diperlukan
pembiayaan infrastruktur. Akhirnya diperlukan justifikasi akademis dalam penentuan pembobotan,
justifikasi akademis dalam penentuan pembobotan, dan bukannya menjadi exercise yang bersifat coba-
dan bukannya menjadi exercise yang bersifat coba- coba ataupun politis – alokasi DAU menurunkan
coba ataupun politis – alokasi DAU menurunkan ketimpangan horizontal (DR. H. Hamid Paddu, 2011).
ketimpangan horizontal (DR. H. Hamid Paddu, 2011). Ancaman bagi negara-negara yang preferensi
Ancaman bagi negara-negara yang preferensi penduduknya hampir tidak mungkin diakomodasi dalam
penduduknya hampir tidak mungkin diakomodasi dalam anggaran pemerintah adalah sejauh manakah masalah
anggaran pemerintah adalah sejauh manakah masalah kependudukan dibanyak Negara Dunia Ketiga dapat
kependudukan dibanyak Negara Dunia Ketiga dapat menunjang atau sebaliknya dapat menghambat peluang
menunjang atau sebaliknya dapat menghambat peluang mereka meraih tujuan-tujuan pembangunan untuk dapat
mereka meraih tujuan-tujuan pembangunan untuk dapat mempengaruhi pertumbuhan penduduk.
mempengaruhi pertumbuhan penduduk. James Grant (dalam Michael P. Todaro ddk, 2004),
James Grant (dalam Michael P. Todaro ddk, 2004), mengemukakan antara lain :
mengemukakan antara lain : 1. Mampukah Negara Negara Dunia Ketiga meningkatkan
1. Mampukah Negara Negara Dunia Ketiga meningkatkan taraf hidup penduduknya ditengah laju pertumbuhan
taraf hidup penduduknya ditengah laju pertumbuhan penduduk dan mengatasitingkat kesulitan yang
penduduk dan mengatasitingkat kesulitan yang dihadapi dalam hal pelayanan dan berbagai macam
dihadapi dalam hal pelayanan dan berbagai macam fasilitas sosial seperti perumahan , tarnsportasi, sanitasi
fasilitas sosial seperti perumahan , tarnsportasi, sanitasi dan keamanan?
dan keamanan? 2. Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi ledakan
2. Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi ledakan angkatan kerja, apakah hanya akan berusaha menjaga
angkatan kerja, apakah hanya akan berusaha menjaga agar tingkat pengangguran tidak meningkat ?
agar tingkat pengangguran tidak meningkat ?

186 186
3. Apa saja implikasi dari tingginya laju pertumbuhan 3. Apa saja implikasi dari tingginya laju pertumbuhan
penduduk dan peluang untuk meringankan penderitaan penduduk dan peluang untuk meringankan penderitaan
penduduknya? penduduknya?
4. Apakah mampu memperluas dan meningkatkan kualitas 4. Apakah mampu memperluas dan meningkatkan kualitas
kesehatan dan sistem pendidikan, sehingga setiap orang kesehatan dan sistem pendidikan, sehingga setiap orang
paling tidak mempunyai kesempatan mendapatkannya? paling tidak mempunyai kesempatan mendapatkannya?
5. Sampai sejauh manakah rendahnya taraf kehidupan 5. Sampai sejauh manakah rendahnya taraf kehidupan
terhadap jumlah anggota keluarga. Apakah memang terhadap jumlah anggota keluarga. Apakah memang
ada hubungan signifikan antara keduanya? ada hubungan signifikan antara keduanya?
6. Sejauh mana peningkatan kemakmuran negara maju 6. Sejauh mana peningkatan kemakmuran negara maju
menjadi faktor penghambat negara miskin mengatasi menjadi faktor penghambat negara miskin mengatasi
lonjakan jumlah penduduk. lonjakan jumlah penduduk.
7. Apakah usaha usaha yang dilakukan negara kaya 7. Apakah usaha usaha yang dilakukan negara kaya
akan membawa akibat buruk bagi lingkungan hidup akan membawa akibat buruk bagi lingkungan hidup
global dan peningkatan taraf hidup negara miskin global dan peningkatan taraf hidup negara miskin
mengimbangi ledakan penduduknya daripada pening- mengimbangi ledakan penduduknya daripada pening-
katan absolut jumlah penduduk itu sendiri ? katan absolut jumlah penduduk itu sendiri ?
Ledakan jumlah penduduk, pengangguran dan Ledakan jumlah penduduk, pengangguran dan
peningkatan angkatan kerja serta kemiskinan merupakan peningkatan angkatan kerja serta kemiskinan merupakan
satu lingkaran yang mata rantainya harus diputus melalui satu lingkaran yang mata rantainya harus diputus melalui
kebijakan kebijakan desentralisasi terintegrasi secara nasional, kebijakan kebijakan desentralisasi terintegrasi secara nasional,
baik secara konsepsi, program, maupun pelaksanaannya. baik secara konsepsi, program, maupun pelaksanaannya.
Disinilah letaknya bahwa desentralisasi itu dilaksanakan Disinilah letaknya bahwa desentralisasi itu dilaksanakan
secara terstruktur, terintegrasi dan adaptif, mengingat masalah secara terstruktur, terintegrasi dan adaptif, mengingat masalah
kependudukan, kemiskinan dan pengangguran bukan hanya kependudukan, kemiskinan dan pengangguran bukan hanya
masalah lokal, akan tetapi satu masalah global. masalah lokal, akan tetapi satu masalah global.
Untuk itulah sehingga desentralisasi selayaknya dikelola Untuk itulah sehingga desentralisasi selayaknya dikelola
secara transparan, terbuka dan teringrasi melalui kordinasi secara transparan, terbuka dan teringrasi melalui kordinasi
dan kerjasama antar sektor dan actor (pelaku) pembangunan. dan kerjasama antar sektor dan actor (pelaku) pembangunan.
Di sinilah subtansi, atau makna yang dikandung otonomi Di sinilah subtansi, atau makna yang dikandung otonomi
seluas luasnya, tidak ada masalah yang tidak bisadi atasi. seluas luasnya, tidak ada masalah yang tidak bisadi atasi.
Masalah adalah sumber inspirasi, Daerah dapat mengatasinya Masalah adalah sumber inspirasi, Daerah dapat mengatasinya
sesuai skala kemampuan ditunjang kerjasama lintas sektor dan sesuai skala kemampuan ditunjang kerjasama lintas sektor dan
aktor, atas dukungan pemerintah pusat atau tingkat atasnya. aktor, atas dukungan pemerintah pusat atau tingkat atasnya.

187 187
X. DANA PERIMBANGAN ATAU
X. DANA PERIMBANGAN ATAU DANA TRANSFER
DANA TRANSFER
1. Dana Perimbangan
1. Dana Perimbangan Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber
dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber
(APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai
dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
kebutuhan daerah. Dana Perimbangan disebut juga transfer
(APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai
atau grants. Transfer merupakan konsekuensi dari tidak
kebutuhan daerah. Dana Perimbangan disebut juga transfer
meratanya keuangan dan ekonomi daerah. Selain itu tujuan
atau grants. Transfer merupakan konsekuensi dari tidak
transfer adalah mengurangi keuangan horizontal antar daerah,
meratanya keuangan dan ekonomi daerah. Selain itu tujuan
mengurangi kesenjangan vertical Pusat-Daerah, mengatasi
transfer adalah mengurangi keuangan horizontal antar daerah,
persoalan efek pelayanan public antar daerah, dan untuk
mengurangi kesenjangan vertical Pusat-Daerah, mengatasi
menciptakan stabilitas aktivitas perekonomian di daerah
persoalan efek pelayanan public antar daerah, dan untuk
(Abdullah dan Halim 2003).
menciptakan stabilitas aktivitas perekonomian di daerah
Dana Perimbangan dipisahkan menjadi empat jenis yaitu:
(Abdullah dan Halim 2003).
Dana Perimbangan dipisahkan menjadi empat jenis yaitu: 1. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Bagi Hasil
sebagaimana pasal Pasal 11Undang Undang No. 33/
1. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Bagi Hasil
2004:
sebagaimana pasal Pasal 11Undang Undang No. 33/
2004: a. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber
daya alam.
a. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber
b. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak
daya alam.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
b. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB); Bea Perolehan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB); dan Pajak
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB); Bea Perolehan
Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB); dan Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.
Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak
c. Dana Bagi Hasil (DBH) yang bersumber dari sumber
Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.
daya alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal
c. Dana Bagi Hasil (DBH) yang bersumber dari sumber
dari : Kehutanan; Pertambangan umum; Perikanan;
daya alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal
Pertambangan minyak bumi; Pertambangan gas
dari : Kehutanan; Pertambangan umum; Perikanan;
bumi; dan Pertambangan panas bumi.
Pertambangan minyak bumi; Pertambangan gas
bumi; dan Pertambangan panas bumi.

188 188
2. Dana Alokasi Umum (DAU) 2. Dana Alokasi Umum (DAU)
a. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang a. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang
bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada
daerah dalam bentuk block grant yang pemanfaatannya daerah dalam bentuk block grant yang pemanfaatannya
diserahkan sepenuhnya kepada daerah. diserahkan sepenuhnya kepada daerah.
b. Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan salah b. Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan salah
satu transfer dana Pemerintah kepada pemerintah satu transfer dana Pemerintah kepada pemerintah
daerah yang bersumber dari pendapatan APBN, yang daerah yang bersumber dari pendapatan APBN, yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
c. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah sejumlah dana yang c. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah sejumlah dana yang
dialokasikan kepada setiap Daerah Otonom (provinsi/ dialokasikan kepada setiap Daerah Otonom (provinsi/
kabupaten/kota) di Indonesia setiap tahunnya sebagai kabupaten/kota) di Indonesia setiap tahunnya sebagai
dana pembangunan yang bertujuan sebagai pemerataan dana pembangunan yang bertujuan sebagai pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai
kebutuhan Daerah Otonom dalam rangka pelaksanaan kebutuhan Daerah Otonom dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. desentralisasi.
d. Dana Alokasi Umum (DAU) bersifat “Block Grant” d. Dana Alokasi Umum (DAU) bersifat “Block Grant”
yang berarti penggunaannya diserahkan kepada daerah yang berarti penggunaannya diserahkan kepada daerah
sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk
peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka pelaksanaan otonomi daerah. rangka pelaksanaan otonomi daerah.
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal
dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai
kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Berdasarkan UU NO.33 tahun 2004 pasal desentralisasi. Berdasarkan UU NO.33 tahun 2004 pasal
29 Proporsi DAU antar Daerah Provinsi dan Kabupaten/ 29 Proporsi DAU antar Daerah Provinsi dan Kabupaten/
Kota ditetapkan berdasarkan imbangan kewenangan antara Kota ditetapkan berdasarkan imbangan kewenangan antara
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Dana Alokasi Umum (DAU) atau disebut transfer atau Dana Alokasi Umum (DAU) atau disebut transfer atau
block grant dari Pempus penting untuk Pemda dalam menjaga/ block grant dari Pempus penting untuk Pemda dalam menjaga/

189 189
menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum
menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum diseluruh negeri (Simanjuntak dalam Sidik et al, 2002)
diseluruh negeri (Simanjuntak dalam Sidik et al, 2002) Transfer merupakan konsekuensi dari tidak meratanya
Transfer merupakan konsekuensi dari tidak meratanya keuangan dan ekonomi daerah. Selain itu tujuan transfer
keuangan dan ekonomi daerah. Selain itu tujuan transfer adalah mengurangi kesenjangan keuangan horizontal antar-
adalah mengurangi kesenjangan keuangan horizontal antar- daerah, dan mengurangi kesenjangan vertikal Pusat-Daerah.
daerah, dan mengurangi kesenjangan vertikal Pusat-Daerah. Mengatasi persoalan efek pelayanan publik antar daerah,
Mengatasi persoalan efek pelayanan publik antar daerah, dan untuk menciptakan stabilitas aktivitas perekonomian di
dan untuk menciptakan stabilitas aktivitas perekonomian di daerah (Abdullah dan Halim 2003).
daerah (Abdullah dan Halim 2003).
3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
3. Dana Alokasi Khusus (DAK) Berdasarkan UU NO. 33 tahun 2004 tentang
Berdasarkan UU NO. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah Pasal 39 menyebutkan bahwa Dana
Pemerintah Daerah Pasal 39 menyebutkan bahwa Dana Alokasi Khusus dialokasikan kepada Daerah tertentu untuk
Alokasi Khusus dialokasikan kepada Daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan Urusan Daerah
mendanai kegiatan khusus yang merupakan Urusan Daerah sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam APBN.
sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam APBN.
4. Dana Perimbangan dari Provinsi
4. Dana Perimbangan dari Provinsi Dalam UU no 32/2004 maupun UU No 33/2004
Dalam UU no 32/2004 maupun UU No 33/2004 tidak ada pasal yang secara tegas menetapkan aturan Dana
tidak ada pasal yang secara tegas menetapkan aturan Dana Perimbangan dari Pemerintah Provinsi untuk Pemerintah
Perimbangan dari Pemerintah Provinsi untuk Pemerintah Kabupaten/Kota. Hal yang mendasari adalah Peraturan
Kabupaten/Kota. Hal yang mendasari adalah Peraturan Daerah yang dibenarkan dalam ke Undang-undang tersebut
Daerah yang dibenarkan dalam ke Undang-undang tersebut untuk mengatur adanya Dana Perimbangan, Hibah, Dana
untuk mengatur adanya Dana Perimbangan, Hibah, Dana Darurat, Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah
Darurat, Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus serta lain-
lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus serta lain- lain Pendapatan Daerah yang sah.(Abdulah dan Halim 2003)
lain Pendapatan Daerah yang sah.(Abdulah dan Halim 2003) Untuk memberi dukungan terhadap pelaksanaan
Untuk memberi dukungan terhadap pelaksanaan otonomi daerah telah diterbitkan UU no 33/2004 tentang
otonomi daerah telah diterbitkan UU no 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Sumber pembiayaan pemerintah daerah di dalam
Daerah. Sumber pembiayaan pemerintah daerah di dalam rangka perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah
rangka perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah dilaksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi, dan
dilaksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi, dan

190 190
pembantuan. Berkaitan dengan perimbangan keuangan pembantuan. Berkaitan dengan perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut merupakan antara pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut merupakan
konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah. Dengan demikian, terjadi pusat kepada pemerintah daerah. Dengan demikian, terjadi
transfer yang cukup signifikan di dalam APBN dari pemerintah transfer yang cukup signifikan di dalam APBN dari pemerintah
pusat ke pemerintah daerah, dan pemerintah daerah secara pusat ke pemerintah daerah, dan pemerintah daerah secara
leluasa dapat menggunakan dana ini apakah untuk memberi leluasa dapat menggunakan dana ini apakah untuk memberi
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk
keperluan lain yang tidak penting (Abdulah & Halim 2003). keperluan lain yang tidak penting (Abdulah & Halim 2003).

Penerapan Pengalokasian Penerapan Pengalokasian


Besarnya Dana Alokasi Umum diterapkan sekurang- Besarnya Dana Alokasi Umum diterapkan sekurang-
kurangnya 25% dari penerimaan dalam negeri yang dterapkan kurangnya 25% dari penerimaan dalam negeri yang dterapkan
dalam APBN. DAU ini merupakan seluruh alokasi umum dalam APBN. DAU ini merupakan seluruh alokasi umum
Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. Kenaikan Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota. Kenaikan
Dana Alokasi Umum akan sejalan dengan penyerahan dan Dana Alokasi Umum akan sejalan dengan penyerahan dan
pengalihan kewenangan Pemerintah Pusat kepada Daerah pengalihan kewenangan Pemerintah Pusat kepada Daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Tentang Dana Alokasi Umum: Tentang Dana Alokasi Umum:
a. Dana Alokasi Umum untuk Daerah Kabupaten/Kota. a. Dana Alokasi Umum untuk Daerah Kabupaten/Kota.
Jumlah Dana Alokasi Umum bagi semua Daerah Jumlah Dana Alokasi Umum bagi semua Daerah
Provinsi dan Jumlah dana Alokasi Umum bagi semua Provinsi dan Jumlah dana Alokasi Umum bagi semua
Daerah Kabupaten/Kota masing-masing ditetapkan Daerah Kabupaten/Kota masing-masing ditetapkan
setiap tahun dalam APBN. Dana Alokasi Umum untuk setiap tahun dalam APBN. Dana Alokasi Umum untuk
suatu Daerah Provinsi tertentu ditetapkan berdasarkan suatu Daerah Provinsi tertentu ditetapkan berdasarkan
jumlah Dana Alokasi Umum untuk suatu daerah jumlah Dana Alokasi Umum untuk suatu daerah
provinsi yang ditetapkan dalam APBN dikalikan provinsi yang ditetapkan dalam APBN dikalikan
dengan rasio bobot daerah provinsi yang bersangkutan, dengan rasio bobot daerah provinsi yang bersangkutan,
terhadap jumlah bobot seluruh provinsi. Porsi Daerah terhadap jumlah bobot seluruh provinsi. Porsi Daerah
Provinsi ini merupakan persentase bobot daerah Provinsi ini merupakan persentase bobot daerah
provinsi yang bersangkutan terhadap jumlah bobot provinsi yang bersangkutan terhadap jumlah bobot
semua daerah provinsi di seluruh Indonesia. semua daerah provinsi di seluruh Indonesia.

191 191
Jumlah DAU suatu Daerah Provinsi
Jumlah DAU suatu Daerah Provinsi Rumus Dana Alokasi Umum untuk suatu Provinsi
tertentu:
Rumus Dana Alokasi Umum untuk suatu Provinsi
X (Bobot Daerah Provinsi ybs)
tertentu:
(Jumlah bobot dari seluruh Provinsi)
X (Bobot Daerah Provinsi ybs)
(Jumlah bobot dari seluruh Provinsi) Dana Alokasi Umum untuk suatu daerah Kabupaten/
Kota tertentu ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah
Dana Alokasi Umum untuk suatu daerah Kabupaten/
Dana Alokasi Umum untuk seluruh daerah Kabupaten/
Kota tertentu ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah
kota yang ditetapkan dalam APBN dengan porsi daerah
Dana Alokasi Umum untuk seluruh daerah Kabupaten/
Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
kota yang ditetapkan dalam APBN dengan porsi daerah
Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Jumlah DAU suatu Daerah Kabupaten/Kota
Jumlah DAU suatu Daerah Kabupaten/Kota
Rumus Dana Alokasi Umum untuk suatu Kabupaten/
Kota tertentu:
Rumus Dana Alokasi Umum untuk suatu Kabupaten/
X (bobot daerah kabupaten ybs)
Kota tertentu:
(Jumlah bobot dari seluruh kab/kota)
X (bobot daerah kabupaten ybs)
(Jumlah bobot dari seluruh kab/kota) Berdasarkan tentang dana perimbangan, maka
kebutuhan wilayah otonomi daerah merupakan
Berdasarkan tentang dana perimbangan, maka
perkalian dari total pengeluaran daerah rata-rata
kebutuhan wilayah otonomi daerah merupakan
dengan penjumlahan dari indeks: penduduk, luas
perkalian dari total pengeluaran daerah rata-rata
daerah, kemiskinan relatif dan kenaikan harga setelah
dengan penjumlahan dari indeks: penduduk, luas
dikalikan dengan bobot masing-masing indeks.
daerah, kemiskinan relatif dan kenaikan harga setelah
dikalikan dengan bobot masing-masing indeks. 1.  Indeks Penduduk +
1.  Indeks Penduduk + 2. Indeks Luas Wilayah +
2. Indeks Luas Wilayah + 3.  Indeks Kemiskinan Relatif +
3.  Indeks Kemiskinan Relatif + 4.  Indeks Harga.
4.  Indeks Harga. Rumus:
Pengeluaran Daerah Rata-Rata X
Rumus:
Pengeluaran Daerah Rata-Rata X Sedangkan potensi ekonomi daerah dihitung berdasarkan
perkiraan penjumlahan penerimaan daerah yang berasal
Sedangkan potensi ekonomi daerah dihitung berdasarkan
perkiraan penjumlahan penerimaan daerah yang berasal
192 192
dari PAD, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan dari PAD, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangunan, Pajak Penghasilan dan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Pajak Penghasilan dan
Bagi Hasil Sumber Daya Alam, yang dituliskan sebagai Bagi Hasil Sumber Daya Alam, yang dituliskan sebagai
berikut: berikut:
PAD + PBB + BPHTB + BHSDA + PPH PAD + PBB + BPHTB + BHSDA + PPH
Bobot daerah adalah proporsi kebutuhan dana alokasi Bobot daerah adalah proporsi kebutuhan dana alokasi
umum suatu daerah dengan total kebutuhan dana umum suatu daerah dengan total kebutuhan dana
alokasi umum suatu daerah. alokasi umum suatu daerah.

Bobot Dana Alokasi Umum suatu Daerah Bobot Dana Alokasi Umum suatu Daerah
Rumusnya sebagai berikut: Rumusnya sebagai berikut:
= Kebutuhan dana alokasi umum suatu daerah = Kebutuhan dana alokasi umum suatu daerah
Kebutuhan dana alokasi umum seluruh daerah Kebutuhan dana alokasi umum seluruh daerah
Hasil Perhitungan Dana Alokasi Umum untuk masing- Hasil Perhitungan Dana Alokasi Umum untuk masing-
masing Daerah ditetapkan dengan Keputusan Presiden masing Daerah ditetapkan dengan Keputusan Presiden
berdasarkan usulan Dewan Pertimbangan Otonomi berdasarkan usulan Dewan Pertimbangan Otonomi
Daerah. Daerah.

Tata Cara Penyaluran DAU Tata Cara Penyaluran DAU


Hasil perhitungan Dana Alokasi Umum untuk masing- Hasil perhitungan Dana Alokasi Umum untuk masing-
masing daerah ditetapkan dengan keputusan Presiden masing daerah ditetapkan dengan keputusan Presiden
berdasarkan usulan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah. berdasarkan usulan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah.
Usulan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah setelah Usulan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah setelah
mempertimbangkan faktor penyeimbang. Faktor Penyeimbang mempertimbangkan faktor penyeimbang. Faktor Penyeimbang
adalah suatu mekanisme untuk memperhitungkan dari adalah suatu mekanisme untuk memperhitungkan dari
kemungkinan penurunan kemampuan daerah dalam pembia- kemungkinan penurunan kemampuan daerah dalam pembia-
yaan beban pengeluaran yang akan menjadi tanggung jawab yaan beban pengeluaran yang akan menjadi tanggung jawab
daerah. daerah.
Usulan Dewan Alokasi Umum untuk masing-masing Usulan Dewan Alokasi Umum untuk masing-masing
daerah disampaikan oleh Dewan Pertimbangan Otonomi Da- daerah disampaikan oleh Dewan Pertimbangan Otonomi Da-
erah. Penyaluran Dana Alokasi Umum kepada masing-masing erah. Penyaluran Dana Alokasi Umum kepada masing-masing
kas daerah dilaksanakan oleh Menteri Keuangan secara berkala. kas daerah dilaksanakan oleh Menteri Keuangan secara berkala.

193 193
Pelaporan Pengggunaan DAU
Gubernur melaporkan penggunaan DAU untuk Provinsi
Pelaporan Pengggunaan DAU
setiap triwulan kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam
Gubernur melaporkan penggunaan DAU untuk Provinsi
Negeri, paling lambat satu bulan setelah berakhirnya triwulan
setiap triwulan kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam
yang bersangkutan. Ketentuan ini juga berlaku kepada Bupati/
Negeri, paling lambat satu bulan setelah berakhirnya triwulan
Walikota dengan tambahan berupa tembusan pada Gubernur
yang bersangkutan. Ketentuan ini juga berlaku kepada Bupati/
selaku Wakil Pemerintah Pusat di daerah
Walikota dengan tambahan berupa tembusan pada Gubernur
selaku Wakil Pemerintah Pusat di daerah
DAU Dalam Masa Peralihan
Dalam masa peralihan dengan berlakunya PP No.
DAU Dalam Masa Peralihan
104 tahun 2000, pelaksanaan alokasi Dana Alokasi Umum
Dalam masa peralihan dengan berlakunya PP No.
disesuaikan dengan proses penataan organisasi pemerintahan
104 tahun 2000, pelaksanaan alokasi Dana Alokasi Umum
daerah dan proses pengalihan pegawai ke daerah. Dana
disesuaikan dengan proses penataan organisasi pemerintahan
Alokasi Umum ini dialokasikan kepada daerah dengan
daerah dan proses pengalihan pegawai ke daerah. Dana
memperhatikan jumlah pegawai yang telah sepenuhnya
Alokasi Umum ini dialokasikan kepada daerah dengan
menjadi beban daerah, baik pegawai yang telah berstatus
memperhatikan jumlah pegawai yang telah sepenuhnya
sebagai pegawai pemerintah pusat yang dialihkan menjadi
menjadi beban daerah, baik pegawai yang telah berstatus
pegawai daerah. Dalam hal pegawai pemerintah pusat yang
sebagai pegawai pemerintah pusat yang dialihkan menjadi
telah ditetapkan untuk dialihkan kepada daerah belum
pegawai daerah. Dalam hal pegawai pemerintah pusat yang
sepenuhnya menjadi beban daerah, pembayaran gaji pegawai
telah ditetapkan untuk dialihkan kepada daerah belum
tersebut diperhitungkan dengan Dana Alokasi Umum bagi
sepenuhnya menjadi beban daerah, pembayaran gaji pegawai
daerah yang bersangkutan. Jangka waktu masa peralihan
tersebut diperhitungkan dengan Dana Alokasi Umum bagi
adalah sampai dengan semua pegawai pemerintah pusat
daerah yang bersangkutan. Jangka waktu masa peralihan
yang telah ditetapkan untuk dialihkan kepada daerah telah
adalah sampai dengan semua pegawai pemerintah pusat
sepenuhnya menjadi beban daerah yang bersangkutan.
yang telah ditetapkan untuk dialihkan kepada daerah telah
sepenuhnya menjadi beban daerah yang bersangkutan.
Tentang Dana Alokasi Khusus (Dak):
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang berasal
Tentang Dana Alokasi Khusus (Dak):
dari APBN, yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang berasal
membiayai kebutuhan tertentu. Dana Alokasi Khusus dapat
dari APBN, yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu
dialokasikan dari APBN kepada Daerah tertentu untuk
membiayai kebutuhan tertentu. Dana Alokasi Khusus dapat
membiayai dana dalam APBN, yang dimaksud sebagai daerah
dialokasikan dari APBN kepada Daerah tertentu untuk
tertentu adalah daerah-daerah yang mempunyai kebutuhan
membiayai dana dalam APBN, yang dimaksud sebagai daerah
yang bersifat khusus.
tertentu adalah daerah-daerah yang mempunyai kebutuhan
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah alokasi dari
yang bersifat khusus.
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah alokasi dari

194 194
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada provinsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada provinsi
atau kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai atau kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan Pemerintah Daerah kegiatan khusus yang merupakan urusan Pemerintah Daerah
dan sesuai dengan prioritas nasional. dan sesuai dengan prioritas nasional.
Dana Alokasi Khusus (DAK) digunakan untuk Dana Alokasi Khusus (DAK) digunakan untuk
membiayai investasi pengadaan dan atau peningkatan membiayai investasi pengadaan dan atau peningkatan
prasarana dan sarana fisik secara ekonomis untuk jangka prasarana dan sarana fisik secara ekonomis untuk jangka
panjang. Dalam keadaan tertentu, Dana Alokasi Khusus dapat panjang. Dalam keadaan tertentu, Dana Alokasi Khusus dapat
membantu biaya pengoperasian dan pemeliharaan prasarana membantu biaya pengoperasian dan pemeliharaan prasarana
dan sarana tertentu untuk periode terbatas, tidak melebihi 3 dan sarana tertentu untuk periode terbatas, tidak melebihi 3
(tiga) tahun. (tiga) tahun.

Bentuk Dana Alokasi Khusus Bentuk Dana Alokasi Khusus


Dana Alokasi Khusus dialokasikan kepada daerah Dana Alokasi Khusus dialokasikan kepada daerah
tertentu berdasarkan usulan daerah yang berisi usulan-usulan tertentu berdasarkan usulan daerah yang berisi usulan-usulan
kegiatan dan sumber-sumber pembiayaannya yang diajukan kegiatan dan sumber-sumber pembiayaannya yang diajukan
kepada Menteri Teknis oleh daerah tersebut. Bentuknya dapat kepada Menteri Teknis oleh daerah tersebut. Bentuknya dapat
berupa rencana suatu proyek atau kegiatan tertentu atau dapat berupa rencana suatu proyek atau kegiatan tertentu atau dapat
berbentuk dokumen program rencana pengeluaran tahunan berbentuk dokumen program rencana pengeluaran tahunan
dan multi tahunan untuk sektor-sektor serta sumber-sumber dan multi tahunan untuk sektor-sektor serta sumber-sumber
pembiayaannya. pembiayaannya.
Bentuk usulan daerah tersebut berpedoman pada Bentuk usulan daerah tersebut berpedoman pada
kebijakan instansi teknik terkait. Kecuali usulan tentang proyek/ kebijakan instansi teknik terkait. Kecuali usulan tentang proyek/
kegiatan reboisasi yang dibiayai dari bagian dana reboisasi. kegiatan reboisasi yang dibiayai dari bagian dana reboisasi.
Dalam sektor/kegiatan yang disusulkan oleh daerah Dalam sektor/kegiatan yang disusulkan oleh daerah
termasuk dalam kebutuhan yang tidak dapat diperhitungkan termasuk dalam kebutuhan yang tidak dapat diperhitungkan
(tidak dapat diperkirakan secara umum dengan menggunakan (tidak dapat diperkirakan secara umum dengan menggunakan
rumus alokasi umum) maka daerah perlu membuktikan rumus alokasi umum) maka daerah perlu membuktikan
bahwa daerah kurang mampu membiayai seluruh pengeluaran bahwa daerah kurang mampu membiayai seluruh pengeluaran
usulan kegiatan tersebut dari Pendapatan Asli Daerah, Bagian usulan kegiatan tersebut dari Pendapatan Asli Daerah, Bagian
Daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bagian Daerah dari Daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bagian Daerah dari
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Bagian Daerah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Bagian Daerah
dari Penerimaan Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum, dari Penerimaan Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum,
Pinzaman Daerah, dan lain-lain penerimaan yang sah, yang Pinzaman Daerah, dan lain-lain penerimaan yang sah, yang
penggunaannya dapat ditentukan sepenuhnya oleh Daerah. penggunaannya dapat ditentukan sepenuhnya oleh Daerah.

195 195
Pengalokasian Dana Alokasi Khusus kepada Daerah
Pengalokasian Dana Alokasi Khusus kepada Daerah ditetapkan oleh Menteri Keuangan Setelah memperhatikan
ditetapkan oleh Menteri Keuangan Setelah memperhatikan pertimbangan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah,
pertimbangan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Menteri Teknis terkait dan Instansi yang membidangi
Menteri Teknis terkait dan Instansi yang membidangi perencanaan pembangunan nasional.
perencanaan pembangunan nasional.
Penggunaan Dana Alokasi Khusus
Penggunaan Dana Alokasi Khusus Pengalaman praktis penggunaan DAK sebagai
Pengalaman praktis penggunaan DAK sebagai instrumen kebijakan misalnya:
instrumen kebijakan misalnya: 1) Dipakai dalam kebijakan trasfer fiskal untuk mendorong
1) Dipakai dalam kebijakan trasfer fiskal untuk mendorong suatu kegiatan agar sungguh-sungguh dilaksanakan
suatu kegiatan agar sungguh-sungguh dilaksanakan oleh daerah;
oleh daerah; 2) Penyediaan biaya pelayanan dasar (basic services) oleh
2) Penyediaan biaya pelayanan dasar (basic services) oleh daerah cenderung minimal atau dibawah standar.
daerah cenderung minimal atau dibawah standar. Dalam alokasi DAK tersebut Pusat menghendaki
Dalam alokasi DAK tersebut Pusat menghendaki adanya benefit spillover effect sehingga meningkatkan
adanya benefit spillover effect sehingga meningkatkan standar umum;
standar umum; 3) Alokasi dana melalui DAK biasanya memerlukan
3) Alokasi dana melalui DAK biasanya memerlukan kontribusi dana dari daerah yang bersangkutan,
kontribusi dana dari daerah yang bersangkutan, semacam matching grant.
semacam matching grant.
Penyaluran Dana Alokasi Khusus
Penyaluran Dana Alokasi Khusus Ketentuan tentang penyaluran Dana Alokasi Khusus
Ketentuan tentang penyaluran Dana Alokasi Khusus kepada Daerah ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Ketentuan
kepada Daerah ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Ketentuan pelaksanaan penyaluran Dana Alokasi Khusus ini diatur lebih
pelaksanaan penyaluran Dana Alokasi Khusus ini diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan, yaitu Keputusan
lanjut dengan Keputusan Menteri Keuangan, yaitu Keputusan Menteri Keuangan Nomor 553/KMK.03/2000 tentang Tata
Menteri Keuangan Nomor 553/KMK.03/2000 tentang Tata Cara Penyaluran Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi
Cara Penyaluran Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus sebagaimana telah diubah dengan keputusan Menteri
Khusus sebagaimana telah diubah dengan keputusan Menteri Keuangan Nomor 655/KMK.02/2000 tanggal 27 Desember
Keuangan Nomor 655/KMK.02/2000 tanggal 27 Desember 2001 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan
2001 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 553/KMK.03/2000 tentang Tata Cara Penyaluran
Nomor 553/KMK.03/2000 tentang Tata Cara Penyaluran Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.

196 196
XI. ANGGARAN PENDAPATAN DAN XI. ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DAERAH (APBD) BELANJA DAERAH (APBD)

1. Prinsip- Prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah 1. Prinsip- Prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah
Sistem Pemerintahan yang baik sangat diperlukan oleh Sistem Pemerintahan yang baik sangat diperlukan oleh
suatu negara dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana suatu negara dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana
pelayanan publik baik ditingkat pusat maupun ditingkat pelayanan publik baik ditingkat pusat maupun ditingkat
daerah.Salah satu aspek penting pelaksanaan otonomi daerah.Salah satu aspek penting pelaksanaan otonomi
daerah dan desentralisasi yang harus diatur secara hati-hati daerah dan desentralisasi yang harus diatur secara hati-hati
adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan Anggaran adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).Dimana APBD Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).Dimana APBD
merupakan kebijaksanaan keuangan tahunan pemerintah merupakan kebijaksanaan keuangan tahunan pemerintah
daerah yang disusun berdasarkan ketentuan perundang- daerah yang disusun berdasarkan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku. undangan yang berlaku.
Pengukuran kinerja berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 Pengukuran kinerja berdasarkan UU No.32 Tahun 2004
tentang pemerintahdaerah dan UU No.33 Tahun 2004 tentang tentang pemerintahdaerah dan UU No.33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah,
dalam menentukan ukuran kinerja keuangan daerah dengan dalam menentukan ukuran kinerja keuangan daerah dengan
menggunakan rasio keuangan yang dapat dikembangkan menggunakan rasio keuangan yang dapat dikembangkan
berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBD. berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBD.
Pengukuran kinerja keuangan pada pemerintah Pengukuran kinerja keuangan pada pemerintah
daerah juga digunakan untuk menilai kemandirian keuangan daerah juga digunakan untuk menilai kemandirian keuangan
daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah, daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah,
mengukur efektifitas dan efisiensi dalam merealisasikan mengukur efektifitas dan efisiensi dalam merealisasikan
pendapatan daerah, mengukur sejauhmana aktifitas pendapatan daerah, mengukur sejauhmana aktifitas
pemerintah daerah dalam membelanjakan pendapaatn daerah, pemerintah daerah dalam membelanjakan pendapaatn daerah,
melihat kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam melihat kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam
pembentukan pendapatan daerah, melihat pertumbuhan dan pembentukan pendapatan daerah, melihat pertumbuhan dan
perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang
dilakukan selama periode tertentu. Oleh karena itu, kreatifitas dilakukan selama periode tertentu. Oleh karena itu, kreatifitas
dan inisiatif suatu daerah dalam menggali sumber -sumber dan inisiatif suatu daerah dalam menggali sumber -sumber
keuangan akan sangat bergantung pada kebijakan yang keuangan akan sangat bergantung pada kebijakan yang
diambil oleh pemerintah daerah itu sendiri diambil oleh pemerintah daerah itu sendiri

197 197
a. Transparansi, adalah keterbukaan dalam proses peren-
canaan, penyusunan dan pelaksanaan anggaran daerah.
a. Transparansi, adalah keterbukaan dalam proses peren-
b. Akuntabilitas, adalah pertanggungjawaban publik
canaan, penyusunan dan pelaksanaan anggaran daerah.
yang berarti bahwa proses penganggaran mulai dari
b. Akuntabilitas, adalah pertanggungjawaban publik
perencanaan atau penyusunan dan pelaksana-an harus
yang berarti bahwa proses penganggaran mulai dari
benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungj-
perencanaan atau penyusunan dan pelaksana-an harus
awabkan kepada DPRD.
benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungj-
c. Value for money, berarti diterapkan tiga prinsip dalam
awabkan kepada DPRD.
proses penganggaran yaitu ekonomi, efisiensi, dan
c. Value for money, berarti diterapkan tiga prinsip dalam
efektifitas.
proses penganggaran yaitu ekonomi, efisiensi, dan
efektifitas.
2. Laporan Pertanggungjawaban APBD
Menurut Government Accounting Standard Board
2. Laporan Pertanggungjawaban APBD
(GASB, 1998) pelaporan keuangan bukan merupakan tujuan
Menurut Government Accounting Standard Board
akhir, tetapi dimaksudkan untuk memberikan informasi
(GASB, 1998) pelaporan keuangan bukan merupakan tujuan
yang berguna untuk:1) Membantu memenuhi kewajiban
akhir, tetapi dimaksudkan untuk memberikan informasi
pemerintah untuk menjadi akuntabel terhadap publik.2)
yang berguna untuk:1) Membantu memenuhi kewajiban
Membantu memenuhi kebutuhan para pengguna laporan
pemerintah untuk menjadi akuntabel terhadap publik.2)
yang mempunyai keterbatasan kewenangan, keterbatasan
Membantu memenuhi kebutuhan para pengguna laporan
kemampuan atau sumber daya untuk memperoleh informasi
yang mempunyai keterbatasan kewenangan, keterbatasan
dan oleh sebab itu mereka menyandarkan pada laporan sebagai
kemampuan atau sumber daya untuk memperoleh informasi
sumber informasi penting.
dan oleh sebab itu mereka menyandarkan pada laporan sebagai
Untuk tujuan tersebut, pelaporan keuangan harus
sumber informasi penting.
mempertimbangkan kebutuhan para pengguna dan keputusan
Untuk tujuan tersebut, pelaporan keuangan harus
yang mereka buat. Laporan keuangan yang disampaikan
mempertimbangkan kebutuhan para pengguna dan keputusan
setidaknya meliputi :
yang mereka buat. Laporan keuangan yang disampaikan
setidaknya meliputi :
a) Laporan Realisasi APBD
Laporan ini menyajikan informasi perbandingan
a) Laporan Realisasi APBD
antara realisasi dengan anggaran pendapatan, belanja, dan
Laporan ini menyajikan informasi perbandingan
pembiayaan setiap fungsi, organisasi dan jenis selama satu
antara realisasi dengan anggaran pendapatan, belanja, dan
tahun anggaran.
pembiayaan setiap fungsi, organisasi dan jenis selama satu
tahun anggaran. b) Neraca
Neraca menyajikan informasi posisi keuangan Pemda
b) Neraca
Neraca menyajikan informasi posisi keuangan Pemda

198 198
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal akhir mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal akhir
tahun anggaran. tahun anggaran.

c) Laporan Arus Kas c) Laporan Arus Kas


Laporan ini menyajikan informasi kas sehubungan Laporan ini menyajikan informasi kas sehubungan
dengan aktivitas operasional, investasi, dan pembiayaan yang dengan aktivitas operasional, investasi, dan pembiayaan yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan
saldo akhir kas Pemda selama satu tahun anggaran. saldo akhir kas Pemda selama satu tahun anggaran.

d) Catatan Atas Laporan Keuangan d) Catatan Atas Laporan Keuangan


Catatan atas laporan keuangan menyajikan informasi Catatan atas laporan keuangan menyajikan informasi
yang meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang yang meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang
tertera dalam laporan realisasi APBD, neraca, dan laporan tertera dalam laporan realisasi APBD, neraca, dan laporan
arus kas. arus kas.

3. Mengapa Perlu Anggaran 3. Mengapa Perlu Anggaran


Anggaran diperlukan sama dengan pentingnya sebuah Anggaran diperlukan sama dengan pentingnya sebuah
negara, ada beberapa sebab anggaran diperlukan untuk negara, ada beberapa sebab anggaran diperlukan untuk
menciptakan keteraturan sosial, menjamain hak-hak menciptakan keteraturan sosial, menjamain hak-hak
masyarakat dan menyelenggarakana atau membiayai masyarakat dan menyelenggarakana atau membiayai
pelayanan kepada masyarakat. pelayanan kepada masyarakat.

Sumber Anggaran Sumber Anggaran


a. Pajak; yaitu dana dipungut dari masyarakat a. Pajak; yaitu dana dipungut dari masyarakat
b. Retribusi, yaitu dana dipungut dari masyarakat b. Retribusi, yaitu dana dipungut dari masyarakat
c. Laba BUMN/BUMD yaitu dana pengelolan BUMD c. Laba BUMN/BUMD yaitu dana pengelolan BUMD
dibiayai oleh uang masyarakat dibiayai oleh uang masyarakat
d. Hutang, yaitu dana yang dipinjam oleh negara pada d. Hutang, yaitu dana yang dipinjam oleh negara pada
negara lain atau pihak lain negara lain atau pihak lain
e. Hibah, diberikan secara cuma-cuma karena ada e. Hibah, diberikan secara cuma-cuma karena ada
kepentingan rakyat kepentingan rakyat
Jadi karena uang negara bersumber dari uang rakyat Jadi karena uang negara bersumber dari uang rakyat
maka pemerintah hanya berperan sebagai pengelola uang maka pemerintah hanya berperan sebagai pengelola uang
rakyat tersebut melalui APBN/APBD rakyat tersebut melalui APBN/APBD

199 199
4. Fungsi-Fungsi Anggaran Daerah
Ketentuan dalam Pasal 3 ayat (4) UU No. 17 Tahun
4. Fungsi-Fungsi Anggaran Daerah
2003 tentang Keuangan Negara, Fungsi APBD adalah sebagai
Ketentuan dalam Pasal 3 ayat (4) UU No. 17 Tahun
berikut :
2003 tentang Keuangan Negara, Fungsi APBD adalah sebagai
berikut : a. Fungsi Otorisasi : Anggaran daerah merupakan dasar
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada
a. Fungsi Otorisasi : Anggaran daerah merupakan dasar
tahun yang bersangkutan.
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada
b. Fungsi Perencanaan : Anggaran daerah merupakan
tahun yang bersangkutan.
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan
b. Fungsi Perencanaan : Anggaran daerah merupakan
kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan
c. Fungsi Pengawasan : Anggaran daerah menjadi
kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
pedoman untuk menilai apakah kegiatan
c. Fungsi Pengawasan : Anggaran daerah menjadi
d. penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan
pedoman untuk menilai apakah kegiatan
ketentuan yang telah ditetapkan.
d. penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan
e. Fungsi Alokasi : Anggaran daerah diarahkan untuk
ketentuan yang telah ditetapkan.
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber
e. Fungsi Alokasi : Anggaran daerah diarahkan untuk
daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber
perekonomian.
daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
f. Fungsi Distribusi : Anggaran daerah harus mengandung
perekonomian.
arti/ memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
f. Fungsi Distribusi : Anggaran daerah harus mengandung
g. Fungsi Stabilisasi : Anggaran daerah harus mengandung
arti/ memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
arti/ harus menjadi alat untuk memelihara dan mengu-
g. Fungsi Stabilisasi : Anggaran daerah harus mengandung
payakan keseimbangan fundamental perekonomian.
arti/ harus menjadi alat untuk memelihara dan mengu-
payakan keseimbangan fundamental perekonomian.
5. Analisis Rasio Keuangan pada APBD
Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang
5. Analisis Rasio Keuangan pada APBD
transparan, jujur,demokratis, efektif, efisien, dan akuntabel,
Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang
analisis rasio terhadap APBD, perlu dilaksanakan (Halim,
transparan, jujur,demokratis, efektif, efisien, dan akuntabel,
2008). Hasil analisis rasio tersebut dapat digunakan untuk
analisis rasio terhadap APBD, perlu dilaksanakan (Halim,
(Halim, 2008):
2008). Hasil analisis rasio tersebut dapat digunakan untuk
(Halim, 2008): a. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam
membiayai penyelenggaraan otonomi daerah;
a. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam
b. Mengukur efisiensi dan efektifitas dalam merealisasikan
membiayai penyelenggaraan otonomi daerah;
pendapatan daerah;
b. Mengukur efisiensi dan efektifitas dalam merealisasikan
pendapatan daerah;

200 200
c. Mengukur sejauh mana aktivitas Pemerintah Daerah c. Mengukur sejauh mana aktivitas Pemerintah Daerah
dalam membelanjakan pendapatan daerahnya; dalam membelanjakan pendapatan daerahnya;
d. Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapa- d. Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapa-
tan dalampembentukan pendapatan daerah; tan dalampembentukan pendapatan daerah;
e. Melihat pertumbuhan/perkembangan perolehan pen- e. Melihat pertumbuhan/perkembangan perolehan pen-
dapatan danpengeluaran yang dilakukan selama periode dapatan danpengeluaran yang dilakukan selama periode
waktu tertentu. waktu tertentu.

6. Macam-macam Rasio Keuangan 6. Macam-macam Rasio Keuangan


a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio ini menggambarkan tingkat ketergantungan Rasio ini menggambarkan tingkat ketergantungan
daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin
tinggi rasio kemandirian berarti tingkat ketergantungan tinggi rasio kemandirian berarti tingkat ketergantungan
daerah terhadap bantuan pihak eksternal (terutama daerah terhadap bantuan pihak eksternal (terutama
pemerintah pusat dan provinsi) semakin rendah. pemerintah pusat dan provinsi) semakin rendah.
Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi
partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan
retribusi daerah yang merupakan komponen utama retribusi daerah yang merupakan komponen utama
PAD Rasio Kemandirian PAD Rasio Kemandirian
Pendapatan Asli Daerah (PAD ) Pendapatan Asli Daerah (PAD )
× 100% × 100%
sumber pendapatan dari pihak ekstern sumber pendapatan dari pihak ekstern
Paul Harsey dan Kennerth Blancard memperkenalkan Paul Harsey dan Kennerth Blancard memperkenalkan
“hubungan situasional” dalam pelaksanaan otonomi daerah “hubungan situasional” dalam pelaksanaan otonomi daerah
(Halim, 2002) : (Halim, 2002) :
1) Pola Hubungan Instruktif 1) Pola Hubungan Instruktif
Apabila tingkat kemandirian 0% - 25% berarti Apabila tingkat kemandirian 0% - 25% berarti
kemampuan keuangan daerah tersebut rendah kemampuan keuangan daerah tersebut rendah
sekali, maka daerah tersebut sangat bergantung pada sekali, maka daerah tersebut sangat bergantung pada
pemerintah pusat yang berarti daerah tersebut tidak pemerintah pusat yang berarti daerah tersebut tidak
mampumelaksanakan otonomi daerah. mampumelaksanakan otonomi daerah.
2) Pola Hubungan Konsultif 2) Pola Hubungan Konsultif
Apabila tingkat kemandirian 25% - 50% berarti Apabila tingkat kemandirian 25% - 50% berarti
kemampuan keuangandaerah tersebut rendah, namun kemampuan keuangandaerah tersebut rendah, namun

201 201
campur tangan pemerintah pusat berkurang yang berarti
campur tangan pemerintah pusat berkurang yang berarti daerah tersebut dianggap sedikit mampumelaksanakan
daerah tersebut dianggap sedikit mampumelaksanakan otonomi daerah.
otonomi daerah. 3) Pola Hubungan Partisipatif
3) Pola Hubungan Partisipatif Apabila tingkat kemandirian 50% - 75% berarti
Apabila tingkat kemandirian 50% - 75% berarti kemampuan keuangan daerah tersebut sedang, dengan
kemampuan keuangan daerah tersebut sedang, dengan demikian daerah yang bersangkutan mendekati mampu
demikian daerah yang bersangkutan mendekati mampu melaksanakan otonomi daerah.
melaksanakan otonomi daerah. 4) Pola Hubungan Delegatif
4) Pola Hubungan Delegatif Apabila tingkat kemandirian 75% - 100% berarti
Apabila tingkat kemandirian 75% - 100% berarti kemampuan keuangan daerah tersebut tinggi, maka
kemampuan keuangan daerah tersebut tinggi, maka campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada
campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada karena daerah tersebut telah benar-benar mampu
karena daerah tersebut telah benar-benar mampu mandiri dalam melaksanakan otonomi daerah.
mandiri dalam melaksanakan otonomi daerah. b. Rasio Efektivitas dan Efisiensi
b. Rasio Efektivitas dan Efisiensi Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan Peme-
Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan Peme- rintah Daerah dalam merealisasikan Pendapatan As-
rintah Daerah dalam merealisasikan Pendapatan As- li Daerah (PAD) yang direncanakan dibandingkan
li Daerah (PAD) yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil
dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.
daerah. Rasio Efektifitas = Realisasi Penerimaan PAD
Rasio Efektifitas = Realisasi Penerimaan PAD × 100%
× 100% Target PAD
Target PAD Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan
Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandinagn antara besarnya biaya yang dikeluarkan
perbandinagn antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi
untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima.Semakin kecil rasio efisiensi,
pendapatan yang diterima.Semakin kecil rasio efisiensi, maka semakin baik kinerja pemerintah daerah.
maka semakin baik kinerja pemerintah daerah. Rasio Efisiensi = Biaya yang dikeluarkan untuk
Rasio Efisiensi = Biaya yang dikeluarkan untuk memungut PAD
memungut PAD × 100%
× 100% Realisasi Penerimaan PAD
Realisasi Penerimaan PAD

202 202
c. Rasio Aktivitas c. Rasio Aktivitas
Rasio ini menggambarkan bagaimana Pemda/pemkot Rasio ini menggambarkan bagaimana Pemda/pemkot
memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin
adn belanja pembangunan secara optimal. Semakin adn belanja pembangunan secara optimal. Semakin
tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja
rutin berarti persentase belanja investasi/pembangunan rutin berarti persentase belanja investasi/pembangunan
yang digunakan menyediakan sarana dan prasarana yang digunakan menyediakan sarana dan prasarana
ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil. ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil.
Rasio Aktivitas = Total Belanja Rutin Rasio Aktivitas = Total Belanja Rutin
× 100% × 100%
Total APBD Total APBD
d. Rasio Pertumbuhan d. Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan mengukur seberapa besar Rasio pertumbuhan mengukur seberapa besar
kemampuanpemerintahdaerah/peme-rintahkotadalam kemampuanpemerintahdaerah/peme-rintahkotadalam
mempertahankan dan meningkatkankeberhasilannya mempertahankan dan meningkatkankeberhasilannya
yang telah dicapai dari satu periode ke periode yang telah dicapai dari satu periode ke periode
berikutnya dengan diketahuinya pertumbuhan untuk berikutnya dengan diketahuinya pertumbuhan untuk
masing-masing komponen penerimaan (PAD dan total masing-masing komponen penerimaan (PAD dan total
pendapatan) dan pengeluaran (belanja pembangunan). pendapatan) dan pengeluaran (belanja pembangunan).
Rasio pertumbuhan : Rasio pertumbuhan :
- Rasio Pertumbuhan PAD = Realisasi Penerimaan PAD - Rasio Pertumbuhan PAD = Realisasi Penerimaan PAD
Xn−Xn−1 Xn−Xn−1
× 100% × 100%
Realisasi Penerimaan PAD Xn−1 Realisasi Penerimaan PAD Xn−1
- Rasio Pertumbuhan Pendapatan = Realiasasi - Rasio Pertumbuhan Pendapatan = Realiasasi
Penerimaan Pendapatan Xn −Xn−1 Penerimaan Pendapatan Xn −Xn−1
× 100% × 100%
Realisasi Penerimaan Pendapatan Xn−1 Realisasi Penerimaan Pendapatan Xn−1
- Rasio Pertumbuhan Belanja Oprasional = Realisasi - Rasio Pertumbuhan Belanja Oprasional = Realisasi
Belanja Operasional Xn −Xn−1 Belanja Operasional Xn −Xn−1
× 100% × 100%
Realisasi Belanja Operasional Xn−1 Realisasi Belanja Operasional Xn−1

203 203
- Rasio Pertumbuhan Belanja Modal = Realisasi Belanja
- Rasio Pertumbuhan Belanja Modal = Realisasi Belanja Modal Xn−Xn−1
Modal Xn−Xn−1 × 100%
× 100% Realisasi Belanja Modal Xn −1
Realisasi Belanja Modal Xn −1 Keterangan:
Keterangan: Xn = tahun yang dihitung
Xn = tahun yang dihitung Xn-1 = tahun sebelumnya
Xn-1 = tahun sebelumnya

204 204
XII. ANALISIS ANGGARAN PENDAPATAN XII. ANALISIS ANGGARAN PENDAPATAN
BELANJA DAERAH BELANJA DAERAH

1. Pengelolaan Keuangan Daerah 1. Pengelolaan Keuangan Daerah


Sistem pengelolaan keuangan dalam penyelenggaraan Sistem pengelolaan keuangan dalam penyelenggaraan
pemerintahan yang baik sangat diperlukan dalam rangka pemerintahan yang baik sangat diperlukan dalam rangka
mewujudkan pemerintahan yang akuntabel di dalam mewujudkan pemerintahan yang akuntabel di dalam
melaksanakan tugasnya sebagai penyelenggara layanan publik, melaksanakan tugasnya sebagai penyelenggara layanan publik,
baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Salah satu aspek baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Salah satu aspek
penting pelaksanaan pemerintahan di era otonomi daerah penting pelaksanaan pemerintahan di era otonomi daerah
atau penyelenggaraan asas desentralisasi pemerintahan. atau penyelenggaraan asas desentralisasi pemerintahan.
Pengelolaan keuangan mestilah dilakukan secara sangat Pengelolaan keuangan mestilah dilakukan secara sangat
hati-hati karena masalah dana publik atau keuangan negara hati-hati karena masalah dana publik atau keuangan negara
harus dikelola secara baik, dan dibelanja sesuai peruntukkannya harus dikelola secara baik, dan dibelanja sesuai peruntukkannya
dalam skala prioritas. Itulah sebabnya mungkin, sehingga dalam skala prioritas. Itulah sebabnya mungkin, sehingga
masalah pengelolaan keuangan daerah dan Anggaran masalah pengelolaan keuangan daerah dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan harus Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan harus
krusial dalam penyelenggaraan pemerintahan. krusial dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
sebagaimana diketahui, merupakan kebijakan kekuangan sebagaimana diketahui, merupakan kebijakan kekuangan
tahunan pemerintah daerah yang disusun berdasarkan tahunan pemerintah daerah yang disusun berdasarkan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pengukuran kinerja berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 Pengukuran kinerja berdasarkan UU No.32 Tahun 2004
tentang pemerintah daerah dan UU No.33 Tahun 2004 tentang tentang pemerintah daerah dan UU No.33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah,
dalam menentukan ukuran kinerja keuangan daerah dengan dalam menentukan ukuran kinerja keuangan daerah dengan
menggunakan rasio keuangan yang dapat dikembangkan menggunakan rasio keuangan yang dapat dikembangkan
berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBD. berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBD.
Pengukuran kinerja keuangan pada pemerintah daerah Pengukuran kinerja keuangan pada pemerintah daerah
juga digunakan untuk: juga digunakan untuk:
a. menilai kemandirian keuangan daerah dalam a. menilai kemandirian keuangan daerah dalam
membiayai penyelenggaraan otonomi daerah, membiayai penyelenggaraan otonomi daerah,
b. mengukur efektifitas dan efisiensi dalam merealisasikan b. mengukur efektifitas dan efisiensi dalam merealisasikan

205 205
pendapatan daerah,
pendapatan daerah, c. mengukur sejauhmana aktifitas pemerintah daerah
c. mengukur sejauhmana aktifitas pemerintah daerah dalam membelanjakan pendapaatn daerah,
dalam membelanjakan pendapaatn daerah, d. melihat kontribusi masing-masing sumber pendapatan
d. melihat kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah,
dalam pembentukan pendapatan daerah, e. melihat pertumbuhan, dan
e. melihat pertumbuhan, dan f. perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran
f. perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode tertentu. Oleh karena
yang dilakukan selama periode tertentu. Oleh karena itu, kreatifitas dan inisiatif suatu daerah dalam menggali
itu, kreatifitas dan inisiatif suatu daerah dalam menggali sumber-sumber keuangan akan sangat bergantung pada
sumber-sumber keuangan akan sangat bergantung pada kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah itu
kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah itu sendiri
sendiri Prinsip- Prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah:
Prinsip- Prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah: a. Transparansi, adalah keterbukaan dalam proses
a. Transparansi, adalah keterbukaan dalam proses perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan anggaran
perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan anggaran daerah.
daerah. b. Akuntabilitas, adalah pertanggungjawaban publik
b. Akuntabilitas, adalah pertanggungjawaban publik yang berarti bahwa proses penganggaran mulai dari
yang berarti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan atau penyusunan dan pelaksanaan harus
perencanaan atau penyusunan dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggung-
benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggung- jawabkan kepada DPRD.
jawabkan kepada DPRD. c. Value for money, berarti diterapkan tiga prinsip dalam
c. Value for money, berarti diterapkan tiga prinsip dalam proses penganggaran yaitu ekonomi, efisiensi, dan
proses penganggaran yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektifitas.
efektifitas.
2. Laporan Pertanggungjawaban APBD
2. Laporan Pertanggungjawaban APBD Menurut Government Accounting Standard Board
Menurut Government Accounting Standard Board (GASB, 1998) pelaporan keuangan bukan merupakan tujuan
(GASB, 1998) pelaporan keuangan bukan merupakan tujuan akhir, tetapi dimaksudkan untuk memberikan informasi yang
akhir, tetapi dimaksudkan untuk memberikan informasi yang berguna untuk:
berguna untuk: a. Membantu memenuhi kewajiban pemerintah untuk
a. Membantu memenuhi kewajiban pemerintah untuk menjadi akuntabel terhadap publik;
menjadi akuntabel terhadap publik; b. Membantu memenuhi kebutuhan para pengguna
b. Membantu memenuhi kebutuhan para pengguna laporan yang mempunyai keterbatasan kewenangan,
laporan yang mempunyai keterbatasan kewenangan,

206 206
keterbatasan kemampuan atau sumber daya untuk keterbatasan kemampuan atau sumber daya untuk
memperoleh informasi. Oleh sebab itu, mereka memperoleh informasi. Oleh sebab itu, mereka
menyandarkan pada laporan sebagai sumber informasi menyandarkan pada laporan sebagai sumber informasi
penting. penting.
Untuk tujuan tersebut, pelaporan keuangan harus Untuk tujuan tersebut, pelaporan keuangan harus
mempertimbangkan kebutuhan para pengguna dan keputusan mempertimbangkan kebutuhan para pengguna dan keputusan
yang mereka buat. Laporan keuangan yang disampaikan yang mereka buat. Laporan keuangan yang disampaikan
setidaknya meliputi: setidaknya meliputi:
a. Laporan Realisasi APBD a. Laporan Realisasi APBD
Laporan ini menyajikan informasi perbandingan antara Laporan ini menyajikan informasi perbandingan antara
realisasi dengan anggaran pendapatan, belanja, dan realisasi dengan anggaran pendapatan, belanja, dan
pembiayaan setiap fungsi, organisasi dan jenis selama pembiayaan setiap fungsi, organisasi dan jenis selama
satu tahun anggaran. satu tahun anggaran.
a. Neraca a. Neraca
Neraca menyajikan informasi posisi keuangan pemda Neraca menyajikan informasi posisi keuangan pemda
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada
tanggal akhir tahun anggaran. tanggal akhir tahun anggaran.
b. Laporan Arus Kas b. Laporan Arus Kas
Laporan ini menyajikan informasi kas sehubungan Laporan ini menyajikan informasi kas sehubungan
dengan aktivitas operasional, investasi, dan pembiayaan dengan aktivitas operasional, investasi, dan pembiayaan
yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengelu- yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengelu-
aran, dan saldo akhir kas Pemda selama satu tahun aran, dan saldo akhir kas Pemda selama satu tahun
anggaran. anggaran.
c. Catatan Atas Laporan Keuangan c. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan menyajikan informasi Catatan atas laporan keuangan menyajikan informasi
yang meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka
yang tertera dalam laporan realisasi APBD, neraca, dan yang tertera dalam laporan realisasi APBD, neraca, dan
laporan arus kas. laporan arus kas.

3. Anggaran dan Sumber Anggaran 3. Anggaran dan Sumber Anggaran


Anggaran diperlukan sama dengan pentingnya sebuah Anggaran diperlukan sama dengan pentingnya sebuah
negara, ada beberapa sebab anggaran diperlukan untuk negara, ada beberapa sebab anggaran diperlukan untuk
menciptakan keteraturan sosial, menjamain hak-hak menciptakan keteraturan sosial, menjamain hak-hak
masyarakat, dan menyelenggarakana atau membiayai masyarakat, dan menyelenggarakana atau membiayai

207 207
pelayanan kepada masyarakat.
pelayanan kepada masyarakat. Sumber Anggaran:
Sumber Anggaran: a. Pajak, yaitu dana dipungut dari masyarakat.
a. Pajak, yaitu dana dipungut dari masyarakat. b. Retribusi, yaitu dana dipungut dari masyarakat.
b. Retribusi, yaitu dana dipungut dari masyarakat. c. Laba BUMN/BUMD, yaitu dana pengelolan BUMD
c. Laba BUMN/BUMD, yaitu dana pengelolan BUMD dibiayai oleh uang masyarakat.
dibiayai oleh uang masyarakat. d. Hutang, yaitu dana yang dipinjam oleh negara pada
d. Hutang, yaitu dana yang dipinjam oleh negara pada negara lain atau pihak lain.
negara lain atau pihak lain. e. Hibah, diberikan secara cuma-cuma karena ada
e. Hibah, diberikan secara cuma-cuma karena ada kepentingan rakyat
kepentingan rakyat Jadi karena uang negara bersumber dari uang rakyat
Jadi karena uang negara bersumber dari uang rakyat maka pemerintah hanya berperan sebagai pengelola uang
maka pemerintah hanya berperan sebagai pengelola uang rakyat tersebut melalui APBN/APBD.
rakyat tersebut melalui APBN/APBD.
4. Fungsi-Fungsi Anggaran Daerah
4. Fungsi-Fungsi Anggaran Daerah Ketentuan dalam Pasal 3 ayat (4) UU No. 17 Tahun
Ketentuan dalam Pasal 3 ayat (4) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Fungsi APBD adalah sebagai
2003 tentang Keuangan Negara. Fungsi APBD adalah sebagai berikut :
berikut : a. Fungsi Otorisasi: Anggaran daerah merupakan dasar
a. Fungsi Otorisasi: Anggaran daerah merupakan dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
tahun yang bersangkutan. b. Fungsi Perencanaan: Anggaran daerah merupakan
b. Fungsi Perencanaan: Anggaran daerah merupakan pedoman bagi manajemen dalam merencanakan
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
kegiatan pada tahun yang bersangkutan. c. Fungsi Pengawasan: Anggaran daerah menjadi
c. Fungsi Pengawasan: Anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
pedoman untuk menilai apakah kegiatan d. Penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan
d. Penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
ketentuan yang telah ditetapkan. e. Fungsi Alokasi: Anggaran daerah diarahkan untuk
e. Fungsi Alokasi: Anggaran daerah diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
perekonomian. f. Fungsi Distribusi: Anggaran daerah harus mengandung
f. Fungsi Distribusi: Anggaran daerah harus mengandung arti/ memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
arti/ memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

208 208
g. Fungsi Stabilisasi : Anggaran daerah harus mengandung g. Fungsi Stabilisasi : Anggaran daerah harus mengandung
arti/ harus menjadi alat untuk memelihara dan arti/ harus menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekono- mengupayakan keseimbangan fundamental perekono-
mian. mian.

5. Analisis Rasio Keuangan pada APBD 5. Analisis Rasio Keuangan pada APBD
Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang
transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien, dan akuntabel, transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien, dan akuntabel,
analisis rasio terhadap APBD, perlu dilaksanakan (Halim, analisis rasio terhadap APBD, perlu dilaksanakan (Halim,
2008). 2008).
Hasil analisis rasio tersebut dapat digunakan untuk Hasil analisis rasio tersebut dapat digunakan untuk
(Halim, 2008): (Halim, 2008):
a. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam a. Menilai kemandirian keuangan daerah dalam
membiayai penyelenggaraan otonomi daerah; membiayai penyelenggaraan otonomi daerah;
b. Mengukur efisiensi dan efektifitas dalam merealisasikan b. Mengukur efisiensi dan efektifitas dalam merealisasikan
pendapatan daerah; pendapatan daerah;
c. Mengukur sejauh mana aktivitas Pemerintah Daerah c. Mengukur sejauh mana aktivitas Pemerintah Daerah
dalam membelanjakan pendapatan daerahnya; dalam membelanjakan pendapatan daerahnya;
d. Mengukur kontribusi masing-masing sumber penda- d. Mengukur kontribusi masing-masing sumber penda-
patan dalam pembentukan pendapatan daerah; patan dalam pembentukan pendapatan daerah;
e. Melihat pertumbuhan/perkembangan perolehan e. Melihat pertumbuhan/perkembangan perolehan
pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama
periode waktu tertentu. periode waktu tertentu.
Macam-macam Rasio Keuangan Daerah,antara lain: Macam-macam Rasio Keuangan Daerah,antara lain:
a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah. a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah.
Rasio ini menggambarkan tingkat ketergantungan Rasio ini menggambarkan tingkat ketergantungan
daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin
tinggi rasio kemandirian berarti tingkat ketergantungan tinggi rasio kemandirian berarti tingkat ketergantungan
daerah terhadap bantuan pihak eksternal (terutama daerah terhadap bantuan pihak eksternal (terutama
pemerintah pusat dan propinsi) semakin rendah. pemerintah pusat dan propinsi) semakin rendah.
Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi
partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan
retribusi daerah yang merupakan komponen utama retribusi daerah yang merupakan komponen utama
PAD Rasio Kemandirian PAD Rasio Kemandirian

209 209
Pendapatan Asli Daerah (PAD )
× 100%
Pendapatan Asli Daerah (PAD )
sumber pendapatan dari pihak ekstern
× 100%
sumber pendapatan dari pihak ekstern Paul Harsey dan Kennerth Blancard memperkenalkan
“hubungan situasional” dalam pelaksanaan otonomi daerah
Paul Harsey dan Kennerth Blancard memperkenalkan
(Halim, 2002) :
“hubungan situasional” dalam pelaksanaan otonomi daerah
(Halim, 2002) : 1. Pola Hubungan Instruktif
Apabila tingkat kemandirian 0% - 25% berarti
1. Pola Hubungan Instruktif
kemampuan keuangan daerah tersebut rendah
Apabila tingkat kemandirian 0% - 25% berarti
sekali, maka daerah tersebut sangat bergantung pada
kemampuan keuangan daerah tersebut rendah
pemerintah pusat yang berarti daerah tersebut tidak
sekali, maka daerah tersebut sangat bergantung pada
mampumelaksanakan otonomi daerah.
pemerintah pusat yang berarti daerah tersebut tidak
2. Pola Hubungan Konsultif
mampumelaksanakan otonomi daerah.
Apabila tingkat kemandirian 25% - 50% berarti
2. Pola Hubungan Konsultif
kemampuan keuangandaerah tersebut rendah, namun
Apabila tingkat kemandirian 25% - 50% berarti
campur tangan pemerintah pusat berkurang yang berarti
kemampuan keuangandaerah tersebut rendah, namun
daerah tersebut dianggap sedikit mampumelaksanakan
campur tangan pemerintah pusat berkurang yang berarti
otonomi daerah.
daerah tersebut dianggap sedikit mampumelaksanakan
3. Pola Hubungan Partisipatif
otonomi daerah.
Apabila tingkat kemandirian 50% - 75% berarti
3. Pola Hubungan Partisipatif
kemampuan keuangan daerah tersebut sedang, dengan
Apabila tingkat kemandirian 50% - 75% berarti
demikian daerah yang bersangkutan mendekati mampu
kemampuan keuangan daerah tersebut sedang, dengan
melaksanakan otonomi daerah.
demikian daerah yang bersangkutan mendekati mampu
4. Pola Hubungan Delegatif
melaksanakan otonomi daerah.
Apabila tingkat kemandirian 75% - 100% berarti
4. Pola Hubungan Delegatif
kemampuankeuangan daerah tersebut tinggi, maka
Apabila tingkat kemandirian 75% - 100% berarti
campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada
kemampuankeuangan daerah tersebut tinggi, maka
karena daerah tersebut telah benar-benar mampu
campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada
mandiri dalam melaksanakan otonomi daerah.
karena daerah tersebut telah benar-benar mampu
mandiri dalam melaksanakan otonomi daerah. a. Rasio Efektivitas dan Efisiensi
Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan
a. Rasio Efektivitas dan Efisiensi
Pemerintah Daerah dalam merealisasikan Pendapatan
Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan
Asli Daerah (PAD) yang direncanakan dibandingkan
Pemerintah Daerah dalam merealisasikan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) yang direncanakan dibandingkan

210 210
dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil
daerah. daerah.
Rasio Efektifitas = Realisasi Penerimaan PAD Rasio Efektifitas = Realisasi Penerimaan PAD
× 100% × 100%
Target PAD Target PAD
Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan
perbandinagn antara besarnya biaya yang dikeluarkan perbandinagn antara besarnya biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi
pendapatan yang diterima.Semakin kecil rasio efisiensi, pendapatan yang diterima.Semakin kecil rasio efisiensi,
maka semakin baik kinerja pemerintah daerah. maka semakin baik kinerja pemerintah daerah.
Rasio Efisiensi = iaya yang dikeluarkan untuk Rasio Efisiensi = iaya yang dikeluarkan untuk
memungut PAD memungut PAD
× 100% × 100%
Realisasi Penerimaan PAD Realisasi Penerimaan PAD

b. Rasio Aktivitas b. Rasio Aktivitas


Rasio ini menggambarkan bagaimana Pemda/Pemkot Rasio ini menggambarkan bagaimana Pemda/Pemkot
memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin
dan belanja pembangunan secara optimal. Semakin dan belanja pembangunan secara optimal. Semakin
tinggi persentasi dana yang dialokasikan untuk belanja tinggi persentasi dana yang dialokasikan untuk belanja
rutin berarti persentasi belanja investasi/pembangunan rutin berarti persentasi belanja investasi/pembangunan
yang digunakan menyediakan sarana dan prasarana yang digunakan menyediakan sarana dan prasarana
ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil. ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil.
Rasio Aktivitas = Total Belanja Rutin Rasio Aktivitas = Total Belanja Rutin
× 100% × 100%
Total APBD Total APBD
5. Rasio Pertumbuhan 5. Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan mengukur seberapa besar Rasio pertumbuhan mengukur seberapa besar
kemampuan pemerintah daerah/pemerintah kota dalam kemampuan pemerintah daerah/pemerintah kota dalam
mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya mempertahankan dan meningkatkan keberhasilannya
yang telah dicapai dari satu periode ke periode yang telah dicapai dari satu periode ke periode
berikutnya dengan diketahuinya pertumbuhan untuk berikutnya dengan diketahuinya pertumbuhan untuk

211 211
masing-masing komponen penerimaan (PAD dan total
masing-masing komponen penerimaan (PAD dan total pendapatan) dan pengeluaran (belanja pembangunan).
pendapatan) dan pengeluaran (belanja pembangunan). Rasio pertumbuhan :
Rasio pertumbuhan : Rasio Pertumbuhan PAD = Realisasi Penerimaan
Rasio Pertumbuhan PAD = Realisasi Penerimaan PAD Xn−Xn−1
PAD Xn−Xn−1 × 100%
× 100% Realisasi Penerimaan PAD Xn−1
Realisasi Penerimaan PAD Xn−1 Rasio Pertumbuhan Pendapatan = Realiasasi
Rasio Pertumbuhan Pendapatan = Realiasasi Penerimaan Pendapatan Xn −Xn−1
Penerimaan Pendapatan Xn −Xn−1 × 100 %
× 100 % Realisasi Penerimaan Pendapatan Xn−1
Realisasi Penerimaan Pendapatan Xn−1 Rasio Pertumbuhan Belanja Oprasional = Realisasi
Rasio Pertumbuhan Belanja Oprasional = Realisasi Belanja Operasional Xn −Xn−1
Belanja Operasional Xn −Xn−1 × 100%
× 100% Realisasi Belanja Operasional Xn−1
Realisasi Belanja Operasional Xn−1 Rasio Pertumbuhan Belanja Modal = Realisasi
Rasio Pertumbuhan Belanja Modal = Realisasi Belanja Modal Xn−Xn−1
Belanja Modal Xn−Xn−1 × 100%
× 100% Realisasi Belanja Modal Xn −1
Realisasi Belanja Modal Xn −1 Keterangan:
Keterangan: Xn = tahun yang dihitungXn-1 = tahun sebelumnya
Xn = tahun yang dihitungXn-1 = tahun sebelumnya
6. Deskripsi dan Analisis APBD
6. Deskripsi dan Analisis APBD Belanja dalam APBD dialokasikan untuk melaksanakan
Belanja dalam APBD dialokasikan untuk melaksanakan program/kegiatan sesuai dengan kemampuan pendapatannya,
program/kegiatan sesuai dengan kemampuan pendapatannya, serta didukung oleh pembiayaan yang sehat sehingga
serta didukung oleh pembiayaan yang sehat sehingga diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, pemerataan pendapatan, serta pembangunan di
daerah, pemerataan pendapatan, serta pembangunan di berbagai sektor. Pencapaian tujuan tersebut diharapkan
berbagai sektor. Pencapaian tujuan tersebut diharapkan dapat dilakukan melalui peningkatan potensi penerimaan
dapat dilakukan melalui peningkatan potensi penerimaan pajak dan retribusi daerah ditambah dengan dana transfer
pajak dan retribusi daerah ditambah dengan dana transfer dari pemerintah pusat yang digunakan untuk mendanai
dari pemerintah pusat yang digunakan untuk mendanai

212 212
penyelenggaraan layanan publik dalam jumlah yang penyelenggaraan layanan publik dalam jumlah yang
mencukupi dan juga berkualitas. Dengan belanja yang mencukupi dan juga berkualitas. Dengan belanja yang
berkualitas diharapkan APBD dapat menjadi injeksi bagi berkualitas diharapkan APBD dapat menjadi injeksi bagi
peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Namun demikian, sebagaimana selalu terjadi dalam Namun demikian, sebagaimana selalu terjadi dalam
pengelolaan keuangan publik, selalu terjadi kendala pengelolaan keuangan publik, selalu terjadi kendala
penganggaran (budget constraint), yang tercermin dari penganggaran (budget constraint), yang tercermin dari
banyaknya kebutuhan yang dihadapkan pada keterbatasan banyaknya kebutuhan yang dihadapkan pada keterbatasan
sumber-sumber pendapatan daerah. Oleh karena itu, prioritas sumber-sumber pendapatan daerah. Oleh karena itu, prioritas
belanja dan perencanaan yang baik dapat menjadi kunci belanja dan perencanaan yang baik dapat menjadi kunci
untuk menyiasati kendala penganggaran. Terkait dengan hal untuk menyiasati kendala penganggaran. Terkait dengan hal
tersebut, secara nasional kiranya perlu dilakukan analisis tersebut, secara nasional kiranya perlu dilakukan analisis
tentang kesehatan keuangan APBD yang mampu memberikan tentang kesehatan keuangan APBD yang mampu memberikan
informasi yang berguna dalam memotret kondisi keuangan informasi yang berguna dalam memotret kondisi keuangan
APBD baik dari sisi pendapatan, belanja, maupun pembiayaan. APBD baik dari sisi pendapatan, belanja, maupun pembiayaan.
Di sisi pendapatan, analisis kesehatan keuangan APBD Di sisi pendapatan, analisis kesehatan keuangan APBD
dilakukan dengan melihat beberapa hal, yaitu: rasio pajak dilakukan dengan melihat beberapa hal, yaitu: rasio pajak
(tax ratio), ruang fiskal (fiscal space), serta rasio kemandirian (tax ratio), ruang fiskal (fiscal space), serta rasio kemandirian
daerah. Rasio pajak mencerminkan hubungan pajak daerah daerah. Rasio pajak mencerminkan hubungan pajak daerah
dengan pendapatan domestik regional bruto (PDRB) daerah. dengan pendapatan domestik regional bruto (PDRB) daerah.
Secara kewilayahan, daerah-daerah di wilayah Jawa-Bali Secara kewilayahan, daerah-daerah di wilayah Jawa-Bali
menunjukkan rasio pajak yang tertinggi. Namun, untuk menunjukkan rasio pajak yang tertinggi. Namun, untuk
perbandingan antar pemerintah provinsi, Provinsi Maluku perbandingan antar pemerintah provinsi, Provinsi Maluku
menduduki posisi tertinggi. Ada tiga kemungkinan penyebab menduduki posisi tertinggi. Ada tiga kemungkinan penyebab
tingginya rasio tersebut, yaitu tingginya penerimaan pajak tingginya rasio tersebut, yaitu tingginya penerimaan pajak
daerah, rendahnya PDRB, atau gabungan keduanya. Tingginya daerah, rendahnya PDRB, atau gabungan keduanya. Tingginya
rasio pajak di Jawa-Bali disebabkan oleh faktor pertama yang rasio pajak di Jawa-Bali disebabkan oleh faktor pertama yang
mana potensi pajak daerah (yang memang bias kekotaan) di mana potensi pajak daerah (yang memang bias kekotaan) di
Jawa-Bali memang lebih besar, sedangkan untuk Pemerintah Jawa-Bali memang lebih besar, sedangkan untuk Pemerintah
Maluku, faktor kedua membuat nilai rasio pajaknya tinggi. Maluku, faktor kedua membuat nilai rasio pajaknya tinggi.
Ruang fiskal merupakan rasio yang menggambarkan Ruang fiskal merupakan rasio yang menggambarkan
besarnya pendapatan yang masih bebas digunakan besarnya pendapatan yang masih bebas digunakan
oleh daerah untuk mendanai program/kegiatan sesuai oleh daerah untuk mendanai program/kegiatan sesuai
kebutuhannya. Penghitungan Ruang Fiskal diperoleh dengan kebutuhannya. Penghitungan Ruang Fiskal diperoleh dengan
mengurangkan seluruh pendapatan dengan pendapatan mengurangkan seluruh pendapatan dengan pendapatan

213 213
yang sudah ditentukan penggunaannya (earmarked) dan
yang sudah ditentukan penggunaannya (earmarked) dan belanja wajib seperti belanja pegawai dan bunga. Hasil analisis
belanja wajib seperti belanja pegawai dan bunga. Hasil analisis menunjukkan bahwa ruang fiskal tertinggi baik untuk total
menunjukkan bahwa ruang fiskal tertinggi baik untuk total Pemda per provinsi, kabupaten/kota per provinsi, Pemerintah
Pemda per provinsi, kabupaten/kota per provinsi, Pemerintah Provinsi (Pemprov), maupun per wilayah adalah di wilayah
Provinsi (Pemprov), maupun per wilayah adalah di wilayah Kalimantan, utamanya di Kalimantan Timur. Posisi terendah
Kalimantan, utamanya di Kalimantan Timur. Posisi terendah untuk kabupaten/kota adalah daerah-daerah di provinsi Jawa
untuk kabupaten/kota adalah daerah-daerah di provinsi Jawa Tengah, sementara untuk pemerintah provinsi yang terendah
Tengah, sementara untuk pemerintah provinsi yang terendah adalah Aceh, serta untuk per wilayah adalah Sulawesi. Tinggi
adalah Aceh, serta untuk per wilayah adalah Sulawesi. Tinggi rendah angka tersebut dapat disebabkan oleh 4 faktor, yaitu
rendah angka tersebut dapat disebabkan oleh 4 faktor, yaitu tinggi rendahnya pendapatan umum, tinggi rendahnya
tinggi rendahnya pendapatan umum, tinggi rendahnya pendapatan yang bersifat terikat, tinggi rendahnya belanja
pendapatan yang bersifat terikat, tinggi rendahnya belanja wajib, serta gabungan beberapa faktor di atas.
wajib, serta gabungan beberapa faktor di atas. Rasio kemandirian daerah dicerminkan oleh rasio
Rasio kemandirian daerah dicerminkan oleh rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total pendapatan,
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total pendapatan, serta rasio transfer terhadap total pendapatan. Dua rasio
serta rasio transfer terhadap total pendapatan. Dua rasio tersebut memiliki sifat berlawanan, yaitu semakin tinggi rasio
tersebut memiliki sifat berlawanan, yaitu semakin tinggi rasio PAD semakin tinggi kemandirian daerah dan sebaliknya untuk
PAD semakin tinggi kemandirian daerah dan sebaliknya untuk rasio transfer. Untuk rasio PAD, Provinsi DKI Jakarta memiliki
rasio transfer. Untuk rasio PAD, Provinsi DKI Jakarta memiliki rasio tertinggi secara nasional, Provinsi Bali untuk kabupaten/
rasio tertinggi secara nasional, Provinsi Bali untuk kabupaten/ kota per provinsi, Jawa Timur untuk per pemerintah provinsi
kota per provinsi, Jawa Timur untuk per pemerintah provinsi dan Jawa-Bali untuk ke wilayahan. Sementara itu, yang
dan Jawa-Bali untuk ke wilayahan. Sementara itu, yang terendah secara nasional, kabupaten/kota per provinsi, serta
terendah secara nasional, kabupaten/kota per provinsi, serta per pemerintah provinsi adalah adalah Provinsi Papua Barat,
per pemerintah provinsi adalah adalah Provinsi Papua Barat, sedangkan untuk per wilayah adalah Nusa Tenggara-Maluku-
sedangkan untuk per wilayah adalah Nusa Tenggara-Maluku- Papua. Posisi tertinggi dan terendah rasio transfer umumnya
Papua. Posisi tertinggi dan terendah rasio transfer umumnya berkebalikan dengan posisi provinsi yang bersangkutan pada
berkebalikan dengan posisi provinsi yang bersangkutan pada rasio PAD. Artinya, provinsi yang tertinggi untuk rasio PAD
rasio PAD. Artinya, provinsi yang tertinggi untuk rasio PAD merupakan rasio terendah untuk rasio transfer dan demikian
merupakan rasio terendah untuk rasio transfer dan demikian pula sebaliknya.
pula sebaliknya. Di sisi belanja daerah, analisis meliputi rasio belanja
Di sisi belanja daerah, analisis meliputi rasio belanja pegawai terhadap total belanja, rasio belanja pegawai tidak
pegawai terhadap total belanja, rasio belanja pegawai tidak langsung terhadap total belanja, rasio belanja modal per
langsung terhadap total belanja, rasio belanja modal per total belanja, rasio belanja per jumlah penduduk, serta rasio
total belanja, rasio belanja per jumlah penduduk, serta rasio belanja modal per jumlah penduduk. Semua rasio tersebut
belanja modal per jumlah penduduk. Semua rasio tersebut

214 214
menunjukkan kecenderungan pola belanja daerah, apakah menunjukkan kecenderungan pola belanja daerah, apakah
suatu daerah cenderung mengalokasikan dananya untuk suatu daerah cenderung mengalokasikan dananya untuk
belanja yang terkait erat dengan upaya peningkatan ekonomi, belanja yang terkait erat dengan upaya peningkatan ekonomi,
seperti belanja modal, atau untuk belanja yang sifatnya untuk seperti belanja modal, atau untuk belanja yang sifatnya untuk
pendanaan aparatur, misalnya belanja pegawai tidak langsung. pendanaan aparatur, misalnya belanja pegawai tidak langsung.
Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk belanja Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk belanja
pegawai, Provinsi DIY memiliki rasio tertinggi untuk total pegawai, Provinsi DIY memiliki rasio tertinggi untuk total
pemda per provinsi dan kabupaten/kota per provinsi. pemda per provinsi dan kabupaten/kota per provinsi.
Sementara itu, rasio belanja pegawai terendah untuk seluruh Sementara itu, rasio belanja pegawai terendah untuk seluruh
pemda per provinsi dan pemerintah provinsi adalah Provinsi pemda per provinsi dan pemerintah provinsi adalah Provinsi
Papua Barat, sedangkan untuk daerah kabupaten/kota per Papua Barat, sedangkan untuk daerah kabupaten/kota per
provinsi yang terendah adalah Kalimantan Timur. Hal yang provinsi yang terendah adalah Kalimantan Timur. Hal yang
hampir serupa terjadi untuk rasio belanja pegawai tidak hampir serupa terjadi untuk rasio belanja pegawai tidak
langsung. Hal ini wajar, karena secara rata-rata porsi belanja langsung. Hal ini wajar, karena secara rata-rata porsi belanja
pegawai tidak langsung terhadap total belanja pegawai total pegawai tidak langsung terhadap total belanja pegawai total
relatif hampir seragam di seluruh daerah. Sebagaimana patut relatif hampir seragam di seluruh daerah. Sebagaimana patut
diduga, kondisi berkebalikan terjadi untuk rasio belanja modal. diduga, kondisi berkebalikan terjadi untuk rasio belanja modal.
DIY memiliki rasio terendah untuk rasio belanja modal, DIY memiliki rasio terendah untuk rasio belanja modal,
sedangkan Kalimantan Timur merupakan yang tertinggi. sedangkan Kalimantan Timur merupakan yang tertinggi.
Untuk rasio belanja per kapita, Papua Barat dan Jawa Barat Untuk rasio belanja per kapita, Papua Barat dan Jawa Barat
merupakan yang memiliki rasio tertinggi dan terendah dalam merupakan yang memiliki rasio tertinggi dan terendah dalam
agregat per provinsi. Sementara berdasarkan pembagian agregat per provinsi. Sementara berdasarkan pembagian
wilayah, rasio di Kalimantan merupakan yang tertinggi, dan wilayah, rasio di Kalimantan merupakan yang tertinggi, dan
Jawa-Bali (tidak termasuk DKI) adalah yang terendah. Jawa-Bali (tidak termasuk DKI) adalah yang terendah.
Analisis APBD juga meliputi analisis atas defisit/surplus Analisis APBD juga meliputi analisis atas defisit/surplus
dan pembiayaan yang meliputi analisis defisit/surplus, Selisih dan pembiayaan yang meliputi analisis defisit/surplus, Selisih
Lebih atas Perhitungan Anggaran (SiLPA), penerimaan Lebih atas Perhitungan Anggaran (SiLPA), penerimaan
pembiayaan melalui pinzaman, serta rasio keseimbangan pembiayaan melalui pinzaman, serta rasio keseimbangan
primer. Dari analisis di sisi bellow the line ini ternyata terdapat primer. Dari analisis di sisi bellow the line ini ternyata terdapat
beberapa hal yang perlu dicermati. Salah satunya adalah beberapa hal yang perlu dicermati. Salah satunya adalah
adanya beberapa daerah yang menganggarkan defisit, namun adanya beberapa daerah yang menganggarkan defisit, namun
anggaran pembiayaannya tidak mencukupi untuk menutup anggaran pembiayaannya tidak mencukupi untuk menutup
defisit tersebut. Paling tidak terdapat 20 kabupaten/kota yang defisit tersebut. Paling tidak terdapat 20 kabupaten/kota yang
mengalami kejadian ini. Hal ini menunjukkan tidak sehatnya mengalami kejadian ini. Hal ini menunjukkan tidak sehatnya
APBD mereka, karena dengan demikian belanja menjadi APBD mereka, karena dengan demikian belanja menjadi

215 215
tidak jelas sumber pendanaannya. Sebaliknya, kondisi yang
tidak jelas sumber pendanaannya. Sebaliknya, kondisi yang berlawanan juga terjadi dimana terdapat beberapa daerah
berlawanan juga terjadi dimana terdapat beberapa daerah yang menganggarkan surplus penerimaan (yang berarti terjadi
yang menganggarkan surplus penerimaan (yang berarti terjadi selisih positif antara defisit/surplus dengan netto pembiayaan).
selisih positif antara defisit/surplus dengan netto pembiayaan). Hal ini menunjukkan bahwa daerah-daerah tersebut memang
Hal ini menunjukkan bahwa daerah-daerah tersebut memang mentargetkan SiLPA mereka. Terlepas dari apapun tujuan target
mentargetkan SiLPA mereka. Terlepas dari apapun tujuan target SiLPA, hal ini tidak layak dilakukan dalam pola pengelolaan
SiLPA, hal ini tidak layak dilakukan dalam pola pengelolaan keuangan yang sehat, karena akan menimbulkan tidak
keuangan yang sehat, karena akan menimbulkan tidak efisiennya penggunaan budget untuk membiayai peningkatan
efisiennya penggunaan budget untuk membiayai peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta mendorong munculnya dana
kesejahteraan masyarakat, serta mendorong munculnya dana yang off budget. Di samping itu, hal ini kemungkinan dapat
yang off budget. Di samping itu, hal ini kemungkinan dapat juga disebabkan oleh ketidakmampuan SDM pengelola
juga disebabkan oleh ketidakmampuan SDM pengelola keuangan daerah dalam melakukan perencanaan anggaran.
keuangan daerah dalam melakukan perencanaan anggaran.

216 216
XIII. MOBILISASI POTENSI XIII. MOBILISASI POTENSI
PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN

1. Mobilisasi 1. Mobilisasi
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi
kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian
(Barbara Kozier, 1995). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah (Barbara Kozier, 1995). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah
suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota
badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan
berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada
posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk
atau berbaring. atau berbaring.
Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2,
yaitu mobilisasi secara pasif dan mobilisasi secara aktif. yaitu mobilisasi secara pasif dan mobilisasi secara aktif.
Mobilisasi secara pasif, yaitu mobilisasi di mana pasien dalam Mobilisasi secara pasif, yaitu mobilisasi di mana pasien dalam
menggerakkan tubuhnya dibantu dengan orang lain secara menggerakkan tubuhnya dibantu dengan orang lain secara
total atau keseluruhan. Mobilisasi aktif, yaitu di mana pasien total atau keseluruhan. Mobilisasi aktif, yaitu di mana pasien
dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa
bantuan dari orang lain. bantuan dari orang lain.
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna
untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara
psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada
pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan
dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau keluarga dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau keluarga
yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui
manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam
pelaksanaan mobilisasi. pelaksanaan mobilisasi.

2. Potensi 2. Potensi
Potensi berarti kemampuan yang mempunyai Potensi berarti kemampuan yang mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan
dan daya. Berpotensi artinya memiliki potensi. Menurut dan daya. Berpotensi artinya memiliki potensi. Menurut

217 217
kamus bahasa Indonesia, potensi adalah kesanggupan, daya,
kemampuan untuk lebih berkembang. Setiap orang memiliki
kamus bahasa Indonesia, potensi adalah kesanggupan, daya,
potensi, dan tentu berbeda setiap apa yang dimiliki antara satu
kemampuan untuk lebih berkembang. Setiap orang memiliki
orang dengan orang lain.
potensi, dan tentu berbeda setiap apa yang dimiliki antara satu
Ada dua bentuk potensi, yaitu potensi fisik dan potensi
orang dengan orang lain.
mental (psikis):
Ada dua bentuk potensi, yaitu potensi fisik dan potensi
mental (psikis): 1. Potensi fisik: Adalah kemampuan yang dimiliki
seseorang yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan
1. Potensi fisik: Adalah kemampuan yang dimiliki
apabila dilatih dengan baik. Kemampuan yang terlatih
seseorang yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan
ini akan menjadi suatu kecakapan, keahlian, dan
apabila dilatih dengan baik. Kemampuan yang terlatih
ketrampilan dalam bidang tertentu. Potensi fisik akan
ini akan menjadi suatu kecakapan, keahlian, dan
semakin berkembang bila secara intens dilatih dan
ketrampilan dalam bidang tertentu. Potensi fisik akan
dipelihara. Potensi fisik ini seperti, tubuh, otot, wajah,
semakin berkembang bila secara intens dilatih dan
ketahanan ataupun kesehatan.
dipelihara. Potensi fisik ini seperti, tubuh, otot, wajah,
2. Potensi psikis: Adalah bentuk kekuatan diri secara
ketahanan ataupun kesehatan.
kejiwaan yang dimiliki seseorang dan memungkinkan
2. Potensi psikis: Adalah bentuk kekuatan diri secara
untuk ditingkatkan dan dikembangkan apabila dipelajari
kejiwaan yang dimiliki seseorang dan memungkinkan
dan dilatih dengan baik. Potensi psikis ini meliputi IQ
untuk ditingkatkan dan dikembangkan apabila dipelajari
(Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient), AQ
dan dilatih dengan baik. Potensi psikis ini meliputi IQ
(Addversity Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient).
(Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient), AQ
(Addversity Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient). Jadi potensi adalah kadar kemampuan yang dimiliki
seseorang yang dapat dikembangkan untuk mencapai hasil
Jadi potensi adalah kadar kemampuan yang dimiliki
yang maksimal.
seseorang yang dapat dikembangkan untuk mencapai hasil
yang maksimal.
3. Pembangunan
Kata pembangunan sering dikaitkan dalam
3. Pembangunan
perkembangan ekonomi dalam suatu negara. Pembangunan
Kata pembangunan sering dikaitkan dalam
yang pesat dapat menjadi tolak ukur maju atau tidaknya
perkembangan ekonomi dalam suatu negara. Pembangunan
sebuah negara. Negara yang maju dipercaya memiliki
yang pesat dapat menjadi tolak ukur maju atau tidaknya
masyarakat yang sejahtera pula. Hal ini yang mengakibatkan
sebuah negara. Negara yang maju dipercaya memiliki
pembangunan selalu menjadi topik pembahasan yang hangat
masyarakat yang sejahtera pula. Hal ini yang mengakibatkan
dalam kepentingan ekonomi, politik dan masyarakat.
pembangunan selalu menjadi topik pembahasan yang hangat
Pembangunan adalah jenis perubahan sosial dengan
dalam kepentingan ekonomi, politik dan masyarakat.
ide-ide baru untuk kehidupan sosial dengan tujuan untuk
Pembangunan adalah jenis perubahan sosial dengan
ide-ide baru untuk kehidupan sosial dengan tujuan untuk

218 218
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan memberikan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan memberikan
tingkat kehidupan yang lebih tinggi pula melalui organisasi tingkat kehidupan yang lebih tinggi pula melalui organisasi
sosial yang baik dan produksi modern (Rogers dan Shoemaker sosial yang baik dan produksi modern (Rogers dan Shoemaker
- 1971). - 1971).

4. Mobilisasi Potensi Pembangunan 4. Mobilisasi Potensi Pembangunan


Investasi adalah motor penggerak bagi pertumbuhan Investasi adalah motor penggerak bagi pertumbuhan
ekonomi, sementara itu pembangunan di dalam era ekonomi, sementara itu pembangunan di dalam era
otonomi daerah sekarang ini, pada intinya adalah berupa otonomi daerah sekarang ini, pada intinya adalah berupa
pemberdayaan daerah. Di mana dalam hal ini daerah harus pemberdayaan daerah. Di mana dalam hal ini daerah harus
mampu mengatur, mengurus, dan mengelola kepentingan mampu mengatur, mengurus, dan mengelola kepentingan
serta aspirasi masyarakat di wilayahnya. Selama ini seringkali serta aspirasi masyarakat di wilayahnya. Selama ini seringkali
terlihat, bahwa posisi tawar yang dimiliki daerah terasa kurang, terlihat, bahwa posisi tawar yang dimiliki daerah terasa kurang,
baik itu terhadap pusat maupun terhadap pihak ketiga (dunia baik itu terhadap pusat maupun terhadap pihak ketiga (dunia
usaha). Karena itulah pemberdayaan daerah perlu dilakukan usaha). Karena itulah pemberdayaan daerah perlu dilakukan
terhadap semua komponen, yaitu pemerintah, masyarakat, terhadap semua komponen, yaitu pemerintah, masyarakat,
dan swasta. dan swasta.
Melalui penerapan otonomi daerah diharapkan muncul Melalui penerapan otonomi daerah diharapkan muncul
pusat-pusat kekuatan baru di daerah dalam bidang ekonomi, pusat-pusat kekuatan baru di daerah dalam bidang ekonomi,
sosial, dan politik. Namun, mengingat keterbatasan dari sosial, dan politik. Namun, mengingat keterbatasan dari
pihak pemerintah, maka dalam hal ini diperlukan peran serta pihak pemerintah, maka dalam hal ini diperlukan peran serta
swasta, dimana salah satu aspeknya adalah di bidang investasi. swasta, dimana salah satu aspeknya adalah di bidang investasi.
Diperlukan suatu iklim invetasi yang ramah bagi investor Diperlukan suatu iklim invetasi yang ramah bagi investor
(business friendly), karena akan mampu menarik investor- (business friendly), karena akan mampu menarik investor-
investor dalam dan luar negeri untuk masuk ke suatu daerah investor dalam dan luar negeri untuk masuk ke suatu daerah
yang secara tidak langsung akan mampu meningkatkan yang secara tidak langsung akan mampu meningkatkan
daya beli masyarakat dan aktivitas perekonomian, yang pada daya beli masyarakat dan aktivitas perekonomian, yang pada
akhirnya juga akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah akhirnya juga akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD). (PAD).
Komponen utama yang membentuk iklim investasi Komponen utama yang membentuk iklim investasi
di daerah terdiri dari; Kelembagaan pelayanan penanaman di daerah terdiri dari; Kelembagaan pelayanan penanaman
modal (16,9%), Promosi investasi daerah (15,6%), Komitmen modal (16,9%), Promosi investasi daerah (15,6%), Komitmen
Pemerintah Daerah (20%), Infrastruktur (9,8%), Akses lahan Pemerintah Daerah (20%), Infrastruktur (9,8%), Akses lahan
usaha (2,4%), Tenaga kerja (6%), Keamanan usaha (10,7%), usaha (2,4%), Tenaga kerja (6%), Keamanan usaha (10,7%),
Kinerja ekonomi daerah (3,1%), dan Peranan dunia usaha Kinerja ekonomi daerah (3,1%), dan Peranan dunia usaha

219 219
dalam perekonomian daerah (3,6%). Sedangkan komponen-
komponen yang menjadi hambatan bagi para pelaku usaha di
dalam perekonomian daerah (3,6%). Sedangkan komponen-
dalam menjalankan usahanya adalah; infrastruktur, perijinan
komponen yang menjadi hambatan bagi para pelaku usaha di
oleh pemerintah pusat, peraturan daerah, kenaikan tariff BBM/
dalam menjalankan usahanya adalah; infrastruktur, perijinan
listrik dan lain-lain, pajak/retribusi, kelangkaan bahan baku,
oleh pemerintah pusat, peraturan daerah, kenaikan tariff BBM/
invisible cost, kelangkaan modal, stabilitas dan hankam, upah
listrik dan lain-lain, pajak/retribusi, kelangkaan bahan baku,
minimum regional, pemasaran, kapasitas bisnis, memproses
invisible cost, kelangkaan modal, stabilitas dan hankam, upah
perijinan, bom/ terorisme, biaya pengapalan, dan ketepatan
minimum regional, pemasaran, kapasitas bisnis, memproses
waktu.
perijinan, bom/ terorisme, biaya pengapalan, dan ketepatan
Faktor-faktor yang menjadi daya tarik bagi dunia usaha
waktu.
dalam melakukan investasi, diantaranya adalah ketersediaan
Faktor-faktor yang menjadi daya tarik bagi dunia usaha
infrastruktur, kepastian hukum, potensi yang dimiliki oleh
dalam melakukan investasi, diantaranya adalah ketersediaan
suatu daerah/wilayah, kebijakan investasi, SDM, serta jaminan
infrastruktur, kepastian hukum, potensi yang dimiliki oleh
kepastian keamanan.
suatu daerah/wilayah, kebijakan investasi, SDM, serta jaminan
Informasi yang dibutuhkan oleh investor, pada
kepastian keamanan.
umumnya berupa kebutuhan investasi di suatu daerah,
Informasi yang dibutuhkan oleh investor, pada
kebijakan investasi, potensi yang dimiliki, peluang usaha,
umumnya berupa kebutuhan investasi di suatu daerah,
sumber dan proyek investasi, serta contoh proyek investasi
kebijakan investasi, potensi yang dimiliki, peluang usaha,
yang ada di suatu daerah.
sumber dan proyek investasi, serta contoh proyek investasi
Untuk mendorong dan menarik investasi ke daerah,
yang ada di suatu daerah.
diperlukan Profil Potensi Daerah yang berisi tentang informasi
Untuk mendorong dan menarik investasi ke daerah,
peluang usaha yang layak bagi investor. Profil Potensi Daerah
diperlukan Profil Potensi Daerah yang berisi tentang informasi
ini dimaksudkan agar investor dapat lebih cepat menangkap
peluang usaha yang layak bagi investor. Profil Potensi Daerah
peluang investasi dan mengambil keputusan untuk
ini dimaksudkan agar investor dapat lebih cepat menangkap
berinvestasi. Dengan adanya Profil Potensi Daerah, UKM juga
peluang investasi dan mengambil keputusan untuk
dapat mengidentifikasi peluang usaha yang ada.
berinvestasi. Dengan adanya Profil Potensi Daerah, UKM juga
Dengan Profil Potensi Daerah yang telah memenuhi
dapat mengidentifikasi peluang usaha yang ada.
kriteria, maka diharapkan daerah dapat mempunyai prospek
Dengan Profil Potensi Daerah yang telah memenuhi
usaha dengan pasar yang jelas serta sesuai dengan prioritas
kriteria, maka diharapkan daerah dapat mempunyai prospek
Pembangunan Daerah (Renstrada). Di samping itu profil
usaha dengan pasar yang jelas serta sesuai dengan prioritas
proyek investasi di daerah juga dapat digunakan sebagai
Pembangunan Daerah (Renstrada). Di samping itu profil
materi utama dalam berbagai kegiatan untuk mempromosikan
proyek investasi di daerah juga dapat digunakan sebagai
potensi daerah.
materi utama dalam berbagai kegiatan untuk mempromosikan
Pemilihan potensi daerah ini dibagi dalam tiga sektor,
potensi daerah.
yaitu sektor primer (perkebunan, pertanian, dan perikanan),
Pemilihan potensi daerah ini dibagi dalam tiga sektor,
yaitu sektor primer (perkebunan, pertanian, dan perikanan),

220 220
sektor sekunder (pengolahan dan industri), serta sektor tersier sektor sekunder (pengolahan dan industri), serta sektor tersier
(perdagangan, jasa, hotel dan sebagainya). (perdagangan, jasa, hotel dan sebagainya).
Penyusunan Profil Potensi Daerah dilakukan dengan Penyusunan Profil Potensi Daerah dilakukan dengan
menggunakan metode 3W1H (What, Why, Where dan How). menggunakan metode 3W1H (What, Why, Where dan How).
Profil Potensi Daerah adalah bagian dari upaya pengembangan Profil Potensi Daerah adalah bagian dari upaya pengembangan
potensi investasi daerah yang meliputi; identifikasi seluruh potensi investasi daerah yang meliputi; identifikasi seluruh
potensi yang ada (what), alasan-alasan yang menjadikan potensi yang ada (what), alasan-alasan yang menjadikan
potensi-potensi dimaksud dijadikan sebagai unggulan (why), potensi-potensi dimaksud dijadikan sebagai unggulan (why),
lokasi investasi yang ditetapkan (where), dan bagaimana lokasi investasi yang ditetapkan (where), dan bagaimana
kebijakan-kebijakan pusat dan daerah (who). kebijakan-kebijakan pusat dan daerah (who).
Rencana Pembangunan Jangka Pendek, Menengah, dan Rencana Pembangunan Jangka Pendek, Menengah, dan
Panjang; Kebijakan Provinsi/Kabupaten/Kota; Visi dan Misi Panjang; Kebijakan Provinsi/Kabupaten/Kota; Visi dan Misi
Propinsi/Kabupaten/Kota; Daftar Panjang/Pendek potensi Propinsi/Kabupaten/Kota; Daftar Panjang/Pendek potensi
daerah, seluruhnya merupakan bagian dari potensi unggulan daerah, seluruhnya merupakan bagian dari potensi unggulan
daerah. daerah.
Perencanaan potensi daerah dan hasil riset pengumpulan Perencanaan potensi daerah dan hasil riset pengumpulan
data existing kemudian di analisa untuk mengetahui bagaimana data existing kemudian di analisa untuk mengetahui bagaimana
analisis pasarnya, potensi bahan baku, keuntungan komparatif analisis pasarnya, potensi bahan baku, keuntungan komparatif
dan kompetitif, serta kebutuhan calon industrinya. dan kompetitif, serta kebutuhan calon industrinya.
Hasil analisa terhadap lokasi, luas lahan dan harga, Hasil analisa terhadap lokasi, luas lahan dan harga,
infrastruktur dan kelengkapannya, jenis industri dan asal infrastruktur dan kelengkapannya, jenis industri dan asal
investor, daya dukung industri, serta ketersediaan tenaga kerja investor, daya dukung industri, serta ketersediaan tenaga kerja
digunakan untuk menetapkan lokasi. digunakan untuk menetapkan lokasi.
Untuk pengembangannya, hasil analisis kebijakan Untuk pengembangannya, hasil analisis kebijakan
existing dan kebijakan yang masih diperlukan baik di pusat existing dan kebijakan yang masih diperlukan baik di pusat
maupun daerah, dapat diajukan sebagai usulan kebijakan maupun daerah, dapat diajukan sebagai usulan kebijakan
untuk pengembangan investasi, baik itu berupa insentif, untuk pengembangan investasi, baik itu berupa insentif,
maupun berbagai fasilitas serta kemudahan yang ditawarkan. maupun berbagai fasilitas serta kemudahan yang ditawarkan.
Melalui strategi pengembangan potensi ekonomi Melalui strategi pengembangan potensi ekonomi
daerah kemudian dapat ditetapkan pasar bagi produk-produk daerah kemudian dapat ditetapkan pasar bagi produk-produk
yang dihasilkan dan juga masuknya investasi ke daerah.Dari yang dihasilkan dan juga masuknya investasi ke daerah.Dari
analisis pasar kemudian dapat ditetapkan strategi apakah analisis pasar kemudian dapat ditetapkan strategi apakah
untuk pasa lokal atau pasar ekspor.Dari analisis pasar ekspor, untuk pasa lokal atau pasar ekspor.Dari analisis pasar ekspor,
kemudian ditetapkan strategi untuk pasar tradisional, pasar kemudian ditetapkan strategi untuk pasar tradisional, pasar
non tradisional atau pasar alternatif. non tradisional atau pasar alternatif.

221 221
Untuk pasar tradisional, sasarannya adalah negara
tujuan/ mitra dagang utama, dan pada umumnya adalah
Untuk pasar tradisional, sasarannya adalah negara
negara-negara yang sudah maju dan memiliki ekonomi serta
tujuan/ mitra dagang utama, dan pada umumnya adalah
teknologi yang kuat.Selain itu biasanya juga merupakan
negara-negara yang sudah maju dan memiliki ekonomi serta
anggota dari WTO.
teknologi yang kuat.Selain itu biasanya juga merupakan
Untuk pasar non tradisional dan pasar alternatif,
anggota dari WTO.
sasarannya adalah negara-negara yang ekonominya kuat atau
Untuk pasar non tradisional dan pasar alternatif,
menengah dan berpotensi menjadi mitra dagang.
sasarannya adalah negara-negara yang ekonominya kuat atau
Srategi pengembangan potensi ekonomi daerah ini
menengah dan berpotensi menjadi mitra dagang.
harus dibuat berdasarkan peluang serta potensi yang dimiliki
Srategi pengembangan potensi ekonomi daerah ini
oleh suatu daerah dengan menonjolkan kelebihan-kelebihan
harus dibuat berdasarkan peluang serta potensi yang dimiliki
yang dimiliki oleh suatu daerah dan kebijakan-kebijakan
oleh suatu daerah dengan menonjolkan kelebihan-kelebihan
pemerintah setempat yang ramah terhadap dunia usaha.
yang dimiliki oleh suatu daerah dan kebijakan-kebijakan
Dengan pengelolaan yang baik dan profesional, tentunya
pemerintah setempat yang ramah terhadap dunia usaha.
akan berdampak positif bagi perekonomian di daerah, yaitu
Dengan pengelolaan yang baik dan profesional, tentunya
dengan semakin banyaknya usaha-usaha baru yang berdiri,
akan berdampak positif bagi perekonomian di daerah, yaitu
tenaga kerja yang semakin mudah terserap, pendapatan
dengan semakin banyaknya usaha-usaha baru yang berdiri,
asli daerah semakin bertambah, dan meningkatnya indeks
tenaga kerja yang semakin mudah terserap, pendapatan
perekonomian daerah.
asli daerah semakin bertambah, dan meningkatnya indeks
Mobilisasi potensi pembangunan dapat didekati dari
perekonomian daerah.
berbagai segi, antara lain:
Mobilisasi potensi pembangunan dapat didekati dari
berbagai segi, antara lain: 1. Mobilisasi Dana Pembangunan
Dana pembangunan dapat bersumber dari
1. Mobilisasi Dana Pembangunan
pemerintah dan masyarakat. Bagaimana memobilisasi
Dana pembangunan dapat bersumber dari
dana pembangunan, upaya tersebut masuk dalam ranah
pemerintah dan masyarakat. Bagaimana memobilisasi
Manajemen Pembangunan. Sebagaimana diketahui,
dana pembangunan, upaya tersebut masuk dalam ranah
dana pembangunan bersumber dari atau dapat
Manajemen Pembangunan. Sebagaimana diketahui,
dihasilkan dari kegiatan pemerintah seperti pajak dan
dana pembangunan bersumber dari atau dapat
penerimaan lain di luar pajak dan tabungan masyarakat.
dihasilkan dari kegiatan pemerintah seperti pajak dan
Jika tabungan pemerintah dan tabungan masyarakat
penerimaan lain di luar pajak dan tabungan masyarakat.
tidak memadai untuk mencapai sasaran pembangunan
Jika tabungan pemerintah dan tabungan masyarakat
yang diinginkan, maka diupayakan sumber dana
tidak memadai untuk mencapai sasaran pembangunan
pembangunan dari luar negeri, tentunya, dengan syarat
yang diinginkan, maka diupayakan sumber dana
yang paling menguntungkan.
pembangunan dari luar negeri, tentunya, dengan syarat
yang paling menguntungkan.

222 222
Peran Manajemen Pembangunan berkait dengan hal Peran Manajemen Pembangunan berkait dengan hal
ini, adalah: ini, adalah:
a. Memobilisasi dana pembangunan; a. Memobilisasi dana pembangunan;
b. Merangsang berkembangnya investasi masyarakat, b. Merangsang berkembangnya investasi masyarakat,
yang bersumber dari dalam dan luar negeri yang bersumber dari dalam dan luar negeri
melalui berbagai kebijaksanaan ekonomi, seperti melalui berbagai kebijaksanaan ekonomi, seperti
kebijaksanaan fiskal dan moneter, perizinan kebijaksanaan fiskal dan moneter, perizinan
dan kebijaksanaan-kebijaksanaan lain di bidang dan kebijaksanaan-kebijaksanaan lain di bidang
perdagangan, industri, dan investasi pada umumnya; perdagangan, industri, dan investasi pada umumnya;
c. Memelihara stabilitas pembangunan dalam c. Memelihara stabilitas pembangunan dalam
masyarakat agar pembangunan dapat menghasilkan masyarakat agar pembangunan dapat menghasilkan
peningkatan kesejahteraan yang nyata, peningkatan kesejahteraan yang nyata,
dan agar masyarakat memiliki kepercayaan dan agar masyarakat memiliki kepercayaan
pada perekonomian nasional, sehingga dapat pada perekonomian nasional, sehingga dapat
menciptakan iklim investasi yang baik. menciptakan iklim investasi yang baik.
(Sumber: Administrasi bagi pembangunan oleh (Sumber: Administrasi bagi pembangunan oleh
Drs.Salvador Pinto, pembmabar2012.blogspot. Drs.Salvador Pinto, pembmabar2012.blogspot.
co.id/2012/10/administrasi-bagi-pembangunan. co.id/2012/10/administrasi-bagi-pembangunan.
html) html)
d. Menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang d. Menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
dapat memenuhi kebutuhan pembangunan berupa dapat memenuhi kebutuhan pembangunan berupa
tenaga kerja yang berkualitas, yakni tenaga kerja tenaga kerja yang berkualitas, yakni tenaga kerja
yang kreatif, produktif, memiliki disiplin dan etos yang kreatif, produktif, memiliki disiplin dan etos
kerja, serta mampu mengembangkan potensi dan kerja, serta mampu mengembangkan potensi dan
memanfaatkan peluang (enterprising). memanfaatkan peluang (enterprising).
Upaya ke arah itu meliputi kegiatan di hampir semua Upaya ke arah itu meliputi kegiatan di hampir semua
bidang pembangunan, terutama: bidang pembangunan, terutama:
a. Pendidikan dan pelatihan; a. Pendidikan dan pelatihan;
b. Ilmu pengetahuan dan teknologi; b. Ilmu pengetahuan dan teknologi;
c. Kesehatan; c. Kesehatan;
d. Kependudukan,agama dan budaya. d. Kependudukan,agama dan budaya.
(Sumber:http://admpembmabar2012.blogspot. (Sumber:http://admpembmabar2012.blogspot.
co.id/2012/10/administrasi-bagi-pembangunan.html) co.id/2012/10/administrasi-bagi-pembangunan.html)

223 223
Mempersiapkan lembaga yang dibutuhkan agar upaya
pembangunan dapat berhasil mencapai sasarannya.
Mempersiapkan lembaga yang dibutuhkan agar upaya
Lembaga dimaksud dapat berupa lembaga sosial
pembangunan dapat berhasil mencapai sasarannya.
ekonomi, lembaga sosial masyarakat, sosial politik
Lembaga dimaksud dapat berupa lembaga sosial
masyarakat. Peran lembaga diperlukan agar pemba-
ekonomi, lembaga sosial masyarakat, sosial politik
ngunan dapat berlangsung partisipatif, efisien dengan
masyarakat. Peran lembaga diperlukan agar pemba-
derajat rasionalitas yang tinggi.
ngunan dapat berlangsung partisipatif, efisien dengan
e. Menjamin bahwa pembangunan menggunakan
derajat rasionalitas yang tinggi.
rakyat, pembangunan dipahami maksudnya oleh
e. Menjamin bahwa pembangunan menggunakan
rakyat, pembangunan mengikutsertakan rakyat
rakyat, pembangunan dipahami maksudnya oleh
dalam pelaksanaannya, dan dilaksanakan sesuai
rakyat, pembangunan mengikutsertakan rakyat
dengan maksudnya, secara jujur, terbuka, dan
dalam pelaksanaannya, dan dilaksanakan sesuai
dapat dipertanggungjawabkan.
dengan maksudnya, secara jujur, terbuka, dan
f. Membimbing, menggerakkan, dan menciptakan
dapat dipertanggungjawabkan.
iklim yang mendukung kegiatan pembangunan yang
f. Membimbing, menggerakkan, dan menciptakan
dilakukan oleh masyarakat. Upaya tersebut dilakukan
iklim yang mendukung kegiatan pembangunan yang
melalui kebijaksanaan, peraturan, serta kegiatan
dilakukan oleh masyarakat. Upaya tersebut dilakukan
pembangunan pemerintah yang diarahkan untuk
melalui kebijaksanaan, peraturan, serta kegiatan
menunjang, merangsang, dan membuka jalan
pembangunan pemerintah yang diarahkan untuk
bagi kegiatan pembangunan masyarakat.
menunjang, merangsang, dan membuka jalan
g. Menjamin bahwa proyek proyek pembangunan yang
bagi kegiatan pembangunan masyarakat.
secara fisik dilaksanakan atau dibiayai oleh anggaran
g. Menjamin bahwa proyek proyek pembangunan yang
pemerintah, berjalan seperti yang dikehendaki dan
secara fisik dilaksanakan atau dibiayai oleh anggaran
mencapai sasarum seperti yang direncanakan, dengan
pemerintah, berjalan seperti yang dikehendaki dan
cara yang seefisien mungkin.
mencapai sasarum seperti yang direncanakan, dengan
h. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
cara yang seefisien mungkin.
pembangunan,sertamengambillangkah-langkahapabila
h. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
dari hasil pemantauan diperlukan pemecahan masalah
pembangunan,sertamengambillangkah-langkahapabila
atau perubahan (revisi) pada upaya pembangunan yang
dari hasil pemantauan diperlukan pemecahan masalah
direncanakan.
atau perubahan (revisi) pada upaya pembangunan yang
direncanakan.
2. Penguatan Kelembagaan
Salah satu kelemahan dalam administrasi di
2. Penguatan Kelembagaan
negara berkembang adalah unsur kelembagaan,
Salah satu kelemahan dalam administrasi di
padahal pembangunan memerlukan dukungan
negara berkembang adalah unsur kelembagaan,
padahal pembangunan memerlukan dukungan

224 224
kelembagaan. Kelembagaan yang tercipta di negara kelembagaan. Kelembagaan yang tercipta di negara
berkembang pada umumnya adalah kelembagaan berkembang pada umumnya adalah kelembagaan
tradisional atau warisan penjajahan. tradisional atau warisan penjajahan.
Pembangunan sebagai kegiatan yang kompleks, yang Pembangunan sebagai kegiatan yang kompleks, yang
meliputi berbagai disiplin, sektor, kepentingan, meliputi berbagai disiplin, sektor, kepentingan,
dan kegiatan, memerlukan lembaga-lembaga yang dan kegiatan, memerlukan lembaga-lembaga yang
mampu menampung, menyalurkan, dan mengatasi, mampu menampung, menyalurkan, dan mengatasi,
sertamensinergikan berbagai aspek pembangunan. sertamensinergikan berbagai aspek pembangunan.
Kelembagaan dalam hal ini mengandung arti luas, yaitu Kelembagaan dalam hal ini mengandung arti luas, yaitu
dapat berupa organisasi-organisasi formal antara lain dapat berupa organisasi-organisasi formal antara lain
birokrasi, dunia usaha, partai-partai politik, tetapi juga birokrasi, dunia usaha, partai-partai politik, tetapi juga
dapat berupalembaga ekonomi seperti pasar, lembaga- dapat berupalembaga ekonomi seperti pasar, lembaga-
lembaga hukum, dan sebagainya (Esman, 1971). lembaga hukum, dan sebagainya (Esman, 1971).

3. Menggerakkan Partisipasi Masyarakat 3. Menggerakkan Partisipasi Masyarakat


Pada tahap awal pembangunan, peranan pemerintah, Pada tahap awal pembangunan, peranan pemerintah,
tidak bisa dinapikan relatif besar. Dalam hal ini, dapat tidak bisa dinapikan relatif besar. Dalam hal ini, dapat
diartikan, bahwa kegiatan pembangunan sebagian besar diartikan, bahwa kegiatan pembangunan sebagian besar
adalah usaha pemerintah. Bahkan di negara yang faham adalah usaha pemerintah. Bahkan di negara yang faham
sosialisme yang murni, seluruh kegiatan pembangunan sosialisme yang murni, seluruh kegiatan pembangunan
adalah tanggung jawab pemerintah. Namun, dalam adalah tanggung jawab pemerintah. Namun, dalam
keadaan negara berperan besar sekali pun, partisipasi keadaan negara berperan besar sekali pun, partisipasi
masyarakat diperlukan untuk menjamin berhasilnya masyarakat diperlukan untuk menjamin berhasilnya
pembangunan. pembangunan.
Studi empiris banyak menunjukkan banyak menunjukkan Studi empiris banyak menunjukkan banyak menunjukkan
kegagalan pembangunan, atau pembangunan tidak kegagalan pembangunan, atau pembangunan tidak
mencapai sasaran, karena kurangnya partisipasi rakyat. mencapai sasaran, karena kurangnya partisipasi rakyat.
Bahkan banyak kasus menunjukkan rakyatmenentang Bahkan banyak kasus menunjukkan rakyatmenentang
upaya pembangunan. Keadaan itu dapat terjadi karena upaya pembangunan. Keadaan itu dapat terjadi karena
beberapa sebab, antara lain: beberapa sebab, antara lain:
a. Pembangunan hanya menguntungkan segolongan a. Pembangunan hanya menguntungkan segolongan
kecil dan tidak menguntungkan rakyat banyak, kecil dan tidak menguntungkan rakyat banyak,
bahkan pada sisi ekstrim dirasa merugikan, bahkan pada sisi ekstrim dirasa merugikan,
b. Pembangunan meskipun dimaksudkan un- b. Pembangunan meskipun dimaksudkan un-

225 225
tuk menguntungkan rakyat banyak, tetapi rakyat
kurang memahami maksud itu,
tuk menguntungkan rakyat banyak, tetapi rakyat
c. Pembangunan dimaksudkan untuk menguntungkan
kurang memahami maksud itu,
rakyat, dan rakyat memahaminya, tapi ca-
c. Pembangunan dimaksudkan untuk menguntungkan
ra pelaksanaannya tidak sesuai dengan pemahaman
rakyat, dan rakyat memahaminya, tapi ca-
itu,
ra pelaksanaannya tidak sesuai dengan pemahaman
d. Pembangunan dipahami akan menguntungkan
itu,
rakyat, tetapi sejak semula rakyat tidak diikutsertakan.
d. Pembangunan dipahami akan menguntungkan
rakyat, tetapi sejak semula rakyat tidak diikutsertakan. Menggerakkan partisipasi masyarakat bukan hanya
esensial untuk mendukung kegiatan pembangunan yang
Menggerakkan partisipasi masyarakat bukan hanya
digerakkan oleh pemerintah, tetapi juga agar masyarakat
esensial untuk mendukung kegiatan pembangunan yang
berperan lebih besar dalam kegiatan yang dilakukannya
digerakkan oleh pemerintah, tetapi juga agar masyarakat
sendiri.Dalam rangka ini, berkembang konsep “pemberdayaan
berperan lebih besar dalam kegiatan yang dilakukannya
masyarakat” yang pada hakikatnya memampukan dan
sendiri.Dalam rangka ini, berkembang konsep “pemberdayaan
memandirikan masyarakat.
masyarakat” yang pada hakikatnya memampukan dan
Terdapat empat aspek penting dalam partisipasi, yaitu:
memandirikan masyarakat.
Terdapat empat aspek penting dalam partisipasi, yaitu: a. Melibatkan rakyat dalam proses politik untuk
arah,strategi, dan kebijaksanaan pembangunan;
a. Melibatkan rakyat dalam proses politik untuk
b. Meningkatkan artikulasi (kemampuan) masyarakat
arah,strategi, dan kebijaksanaan pembangunan;
dalam pembangunan;
b. Meningkatkan artikulasi (kemampuan) masyarakat
c. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan nyata yang
dalam pembangunan;
konsisten dengan arah, strategi dan kebijaksanaan
c. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan nyata yang
pembangunan;
konsisten dengan arah, strategi dan kebijaksanaan
d. Adanya perumusan dan pelaksanaan program program
pembangunan;
partisipatif dalam pembangunan.
d. Adanya perumusan dan pelaksanaan program program
(Sumber:http://www.slideshare.net/piousslanky/
partisipatif dalam pembangunan.
administrasi-bagi-pembangunan-1-7
(Sumber:http://www.slideshare.net/piousslanky/
administrasi-bagi-pembangunan-1-7 Terdapat tiga hal penting dalampartisipasi setidaknya
ada tiga syarat penting yang tdk oleh di lupakan dalam
Terdapat tiga hal penting dalampartisipasi setidaknya
membangun partisipasi masyarakat:
ada tiga syarat penting yang tdk oleh di lupakan dalam
membangun partisipasi masyarakat: a. Kepemimpinan, bagaimana pemimpin menciptakan
partisipasi dalam pembangunan.
a. Kepemimpinan, bagaimana pemimpin menciptakan
partisipasi dalam pembangunan.

226 226
b. Komunikasi, bagaimana pemerintah mengkomuni- b. Komunikasi, bagaimana pemerintah mengkomuni-
kasikan pembangunan kasikan pembangunan
c. Pendidikan, pendidikan tinggi akan mempermudah c. Pendidikan, pendidikan tinggi akan mempermudah
partisipasi. partisipasi.
(Sumber:http://www.slideshare.net/piousslanky/ (Sumber:http://www.slideshare.net/piousslanky/
administrasi-bagi-pembangunan-1-7) administrasi-bagi-pembangunan-1-7)

4. Pelaksanaan Pembangunan 4. Pelaksanaan Pembangunan


Banyak kegiatan pembangunan yang harus dilakukan Banyak kegiatan pembangunan yang harus dilakukan
oleh pemerintah, setidak-tidaknya pada tahap oleh pemerintah, setidak-tidaknya pada tahap
awal pembangunan dan yang paling utama adalah awal pembangunan dan yang paling utama adalah
pembangunan prasarana dasar, baik pemasarana pembangunan prasarana dasar, baik pemasarana
ekonomi maupun sosial. Prasarana ekonomi meliputi ekonomi maupun sosial. Prasarana ekonomi meliputi
perhubungan dan transportasi, energi, irigasi, dan perhubungan dan transportasi, energi, irigasi, dan
sebagainya. Prasarana sosial mencakup prasarana sebagainya. Prasarana sosial mencakup prasarana
pendidikan seperti sekolah-sekolah dan prasarana pendidikan seperti sekolah-sekolah dan prasarana
kesehatan seperti rumah sakit. kesehatan seperti rumah sakit.
Proyek-proyek pembangunan harus memuat dengan Proyek-proyek pembangunan harus memuat dengan
jelas tujuannya (objective), sasaran yang akan dicapai jelas tujuannya (objective), sasaran yang akan dicapai
(target), cara mengukur keberhasilannya (pedormance (target), cara mengukur keberhasilannya (pedormance
evaluation), jangka waktu pelaksanaannya, tempat evaluation), jangka waktu pelaksanaannya, tempat
pelaksanaannya cara melaksanakan, kebijaksanaan pelaksanaannya cara melaksanakan, kebijaksanaan
untuk menjamin proyek itu dapat dilaksanakan, biaya untuk menjamin proyek itu dapat dilaksanakan, biaya
serta tenaga yang diperlukan, dan badan yang akan serta tenaga yang diperlukan, dan badan yang akan
melaksanakannya. melaksanakannya.
Apabila proyek itu merupakan bagian dari kegiatan Apabila proyek itu merupakan bagian dari kegiatan
yang lebih besar, biasanya disebut program, harus jelas yang lebih besar, biasanya disebut program, harus jelas
keterkaitan proyek dengan tujuan dan sasaran program, keterkaitan proyek dengan tujuan dan sasaran program,
serta dengan proyek-proyek lain yang berada dalam serta dengan proyek-proyek lain yang berada dalam
program yang sama. Proyek dapat pula dilaksanakan program yang sama. Proyek dapat pula dilaksanakan
oleh badan lain di luar pemerintah biasanya perusahaan oleh badan lain di luar pemerintah biasanya perusahaan
swasta baik asing maupun dalam negeri atau campuran. swasta baik asing maupun dalam negeri atau campuran.
Badan tersebut dapat ditunjuk langsung atau dapat Badan tersebut dapat ditunjuk langsung atau dapat
dipilih melalui pelelangan. Pelelangan biasanya cara dipilih melalui pelelangan. Pelelangan biasanya cara
terbaik, karena dalam pelelangan ada persaingan yang terbaik, karena dalam pelelangan ada persaingan yang

227 227
sehat yang menguntungkan baik secara teknis maupun
sehat yang menguntungkan baik secara teknis maupun dari segi biaya.
dari segi biaya.
5. Kordinasi
5. Kordinasi Koordinasi merupakan salah satu fungsi pokok dari
Koordinasi merupakan salah satu fungsi pokok dari manajemen. Koordinasi adalah pekerja1an sehari-
manajemen. Koordinasi adalah pekerja1an sehari- hari dan setiap hari dari manajemen. Koordinasi
hari dan setiap hari dari manajemen. Koordinasi selalu diperlukan dalam organisasi yang besar dan
selalu diperlukan dalam organisasi yang besar dan kompleks, serta dalam kehidupan modern, karena
kompleks, serta dalam kehidupan modern, karena dalam berbagai kegiatan untuk suatu tujuan, atau yang
dalam berbagai kegiatan untuk suatu tujuan, atau yang berlainan tujuan, selalu ada hal-hal yang saling berkaitan.
berlainan tujuan, selalu ada hal-hal yang saling berkaitan. Dengan koordinasi diupayakan agar pembangunan
Dengan koordinasi diupayakan agar pembangunan yang dilaksanakan dalam berbagai sektor dan oleh
yang dilaksanakan dalam berbagai sektor dan oleh berbagai badan serta di berbagai daerah berjalan serasi
berbagai badan serta di berbagai daerah berjalan serasi dan menghasilkan sinergi.
dan menghasilkan sinergi. Koordinasi merupakan jawaban terhadap kebutuhan
Koordinasi merupakan jawaban terhadap kebutuhan desentralisasi. Dalam perkembangan masyarakat
desentralisasi. Dalam perkembangan masyarakat dan upaya pembangunan yang makin kompleks,
dan upaya pembangunan yang makin kompleks, pengendalian yang serba terpusat sudah tidak
pengendalian yang serba terpusat sudah tidak dimungkinkan lagi untuk menjamin efisiensi dan
dimungkinkan lagi untuk menjamin efisiensi dan efektivitas pelayanan masyarakat dan pemba-
efektivitas pelayanan masyarakat dan pemba- ngunan. Namun, karena pada dasarnya ada kecende-
ngunan. Namun, karena pada dasarnya ada kecende- rungan divergensi dalam organisasi yang terpisah,
rungan divergensi dalam organisasi yang terpisah, maka diperlukan koordinasi sebagai alternatif
maka diperlukan koordinasi sebagai alternatif terhadap sentralisasi. Koordinasi merupakan pekerjaan
terhadap sentralisasi. Koordinasi merupakan pekerjaan yang tidak mudah, dan merupakan tugas manajemen
yang tidak mudah, dan merupakan tugas manajemen pembangunan untuk menjamin bahwa segala usaha
pembangunan untuk menjamin bahwa segala usaha pembangunanberjalan dalam arah yang sesuai dan
pembangunanberjalan dalam arah yang sesuai dan menuju pada pencapaian sasaran.
menuju pada pencapaian sasaran. Koordinasi dengan demikian merupakan upaya untuk
Koordinasi dengan demikian merupakan upaya untuk menghasilkan pembangunan yang efisien da-
menghasilkan pembangunan yang efisien da- lam pemanfaatan sumber daya untuk menjamin
lam pemanfaatan sumber daya untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran secara optimal.
tercapainya tujuan dan sasaran secara optimal.

228 228
6. Pemantauan dan Evaluasi 6. Pemantauan dan Evaluasi
Pelaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah Pelaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah
dan masyarakat harus dipantau terus-menerus dan dan masyarakat harus dipantau terus-menerus dan
dievaluasi perkembangannya. Tujuannya adalah dievaluasi perkembangannya. Tujuannya adalah
untuk mengetahui seberapa jauh pembangunan untuk mengetahui seberapa jauh pembangunan
telah dilaksanakan dan bagaimana hasilnya diukur telah dilaksanakan dan bagaimana hasilnya diukur
dengan sasaran yang ingin dicapai. dengan sasaran yang ingin dicapai.
Atas dasar hasil evaluasi dapat diambil langkah-langkah Atas dasar hasil evaluasi dapat diambil langkah-langkah
agar pelaksanaan pembangunan selanjutnya menunjang agar pelaksanaan pembangunan selanjutnya menunjang
dan tidak merugikan upaya pembangunan secara dan tidak merugikan upaya pembangunan secara
keseluruhan. Dengan demikian, tujuan dan sasaran keseluruhan. Dengan demikian, tujuan dan sasaran
pembangunan secara maksimal dapat tetap tercapai. pembangunan secara maksimal dapat tetap tercapai.
Pemantauan diperlukan pula agar pelaksana- Pemantauan diperlukan pula agar pelaksana-
an pembangunan yang bergeser dari rencana dapat an pembangunan yang bergeser dari rencana dapat
diketahui secara dini dan diambil langkah-langkah yang diketahui secara dini dan diambil langkah-langkah yang
sesuai. sesuai.
Pergeseran itu dapat berupa Pergeseran itu dapat berupa
a. Sasaran yang tidak tercapai; a. Sasaran yang tidak tercapai;
b. Sasaran terlampaui; b. Sasaran terlampaui;
c. Ada peralihan dari sasaran satu ke sasaran lain. c. Ada peralihan dari sasaran satu ke sasaran lain.

Pelaksanaan pembangunan yang tidak sesuai dengan Pelaksanaan pembangunan yang tidak sesuai dengan
rencana dapat disebabkan antara lain oleh: rencana dapat disebabkan antara lain oleh:
a. Ada hambatan yang tidak diketahui a. Ada hambatan yang tidak diketahui
atau diperhitungkan pada waktu atau diperhitungkan pada waktu
b. Perencanaan; b. Perencanaan;
c. Ada perkembangan keadaan yang tidak dapat c. Ada perkembangan keadaan yang tidak dapat
diantisipasi pada tahap perencanaan; diantisipasi pada tahap perencanaan;
d. Realisasi dari perkiraan yang berbeda d. Realisasi dari perkiraan yang berbeda
dari perencanaan, atau karena; dari perencanaan, atau karena;
e. Perencanaannya yang keliru. e. Perencanaannya yang keliru.
Dalam rangka evaluasi, dikenal adanya Dalam rangka evaluasi, dikenal adanya
evaluasi kinerja (performance evaluation) yang dapat evaluasi kinerja (performance evaluation) yang dapat

229 229
memberikan informasi tidak hanya menyangkut input
dan output tetapi lebih jauh lagi menyangkut
memberikan informasi tidak hanya menyangkut input
hasil (result) dan manfaat (benefit), termasuk pula
dan output tetapi lebih jauh lagi menyangkut
dampaknya.
hasil (result) dan manfaat (benefit), termasuk pula
Pelaksanaan evaluasi tersebut perlu dilakukan
dampaknya.
secara sistematis dan melembaga. Dengan demikian
Pelaksanaan evaluasi tersebut perlu dilakukan
diharapkan pelaksanaan rencana dan program-
secara sistematis dan melembaga. Dengan demikian
program pembangunan mengarah pada terwujudnya
diharapkan pelaksanaan rencana dan program-
sasaran yang telah ditetapkan, yaitu dicapainya hasil
program pembangunan mengarah pada terwujudnya
yang optimal dari setiap investasi yang dilakukan,
sasaran yang telah ditetapkan, yaitu dicapainya hasil
tercapainya efisiensi, dan peningkatan produktivitas
yang optimal dari setiap investasi yang dilakukan,
dalam pengelolaan sumber daya, serta peningkatan
tercapainya efisiensi, dan peningkatan produktivitas
kualitas produk dan jasa yang ingin dihasilkan.
dalam pengelolaan sumber daya, serta peningkatan
Evaluasi kinerja pembangunan dapat dilaksanakan pada
kualitas produk dan jasa yang ingin dihasilkan.
setiap tahap, yakni pada tahap proyek sedang
Evaluasi kinerja pembangunan dapat dilaksanakan pada
berjalan (on going evaluation), tahap proyek selesai
setiap tahap, yakni pada tahap proyek sedang
dibangun (terminal evaluation), dan pada tahap
berjalan (on going evaluation), tahap proyek selesai
proyek yang sudah berfungsi (expost evaluation) untuk
dibangun (terminal evaluation), dan pada tahap
dijadikan bahan masukan ke dalam siklus manajemen
proyek yang sudah berfungsi (expost evaluation) untuk
proyek. Input terkait dengan sumber daya yang tersedia,
dijadikan bahan masukan ke dalam siklus manajemen
misalnya jumlah dana yang dialokasikan, sumber
proyek. Input terkait dengan sumber daya yang tersedia,
daya manusia yang tersedia, teknologi, sumber daya
misalnya jumlah dana yang dialokasikan, sumber
alam, dan lain-lainnya, yang merupakan masukan
daya manusia yang tersedia, teknologi, sumber daya
untuk terselenggaranya proyek pembangunan.
alam, dan lain-lainnya, yang merupakan masukan
Output merupakan hasil keluaran dari proses input yang
untuk terselenggaranya proyek pembangunan.
tersedia. Effect (outcome/result)merupakan hasil/fungsi,
Output merupakan hasil keluaran dari proses input yang
dari output sedangkan impact/benefit merupakan
tersedia. Effect (outcome/result)merupakan hasil/fungsi,
kontribusi hasil effect(outcome/result) terhadap kondisi
dari output sedangkan impact/benefit merupakan
yang lebih makro, seperti kesejahteraan masyarakat,
kontribusi hasil effect(outcome/result) terhadap kondisi
perkembangan ekonomi sektoral, daerah, dan nasional.
yang lebih makro, seperti kesejahteraan masyarakat,
Dalam pelaksanaannya, evaluasi kinerja menempuh
perkembangan ekonomi sektoral, daerah, dan nasional.
dua cara, yaitu menetapkan indikator-indikator kinerja,
Dalam pelaksanaannya, evaluasi kinerja menempuh
dan melaksanakan studi evaluasi kinerja. Kedua
dua cara, yaitu menetapkan indikator-indikator kinerja,
cara tersebut dalam pelaksanaan evaluasi kinerja
dan melaksanakan studi evaluasi kinerja. Kedua
saling terkait. Evaluasi kinerja bukanlah audit, riset
cara tersebut dalam pelaksanaan evaluasi kinerja
saling terkait. Evaluasi kinerja bukanlah audit, riset

230 230
atau inspeksi, karena evaluasi kinerja sangat berorientasi atau inspeksi, karena evaluasi kinerja sangat berorientasi
pada hasil akhir termasuk dampaknya.Evaluasi kinerja pada hasil akhir termasuk dampaknya.Evaluasi kinerja
tidak begitu menekankan pada proses seperti audit, tidak begitu menekankan pada proses seperti audit,
yangmenekankan pada compliance terhadap rulles yangmenekankan pada compliance terhadap rulles
and regulations. Dalam melaksanakan studi evaluasi and regulations. Dalam melaksanakan studi evaluasi
kinerja informasi indikator kinerja yang sudah ada kinerja informasi indikator kinerja yang sudah ada
akan menjadi bahan dasar dalam melakukan evaluasi akan menjadi bahan dasar dalam melakukan evaluasi
maupunpengembangan indikator kinerja selanjutnya. maupunpengembangan indikator kinerja selanjutnya.

7. Srategi Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah 7. Srategi Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah
Tahapan Dalam Penyusunan Strategi Pengembangan Tahapan Dalam Penyusunan Strategi Pengembangan
Potensi Ekonomi Daerah. Tidak mudah untuk Potensi Ekonomi Daerah. Tidak mudah untuk
mengetahui potensi ekonomi suatu daerah. Potensi mengetahui potensi ekonomi suatu daerah. Potensi
ekonomi daerah kemampuan ekonomi yang ada di ekonomi daerah kemampuan ekonomi yang ada di
daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga
terus berkembang menjadi sumber penghidupan terus berkembang menjadi sumber penghidupan
rakyat bahkan menjadi perekonomian daerah secara rakyat bahkan menjadi perekonomian daerah secara
keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan
berkesinambungan. Tujuan pembangunan ekonomi berkesinambungan. Tujuan pembangunan ekonomi
pada umumnya adalah peningkatan pendapatan riel pada umumnya adalah peningkatan pendapatan riel
perkapita serta adanya unsur keadilan dan pemerataan perkapita serta adanya unsur keadilan dan pemerataan
dalam penghasilan dan kesempatan berusaha. Sehingga dalam penghasilan dan kesempatan berusaha. Sehingga
setelah mengetahui tujuan dan sasaran pembangunan setelah mengetahui tujuan dan sasaran pembangunan
serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki suatu serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki suatu
daerah, maka melalui strategi pengembangan potensi daerah, maka melalui strategi pengembangan potensi
yang ada akan lebih terarah agar dapat dijadikan yang ada akan lebih terarah agar dapat dijadikan
pedoman bagi pemerintah daerah dan siapa saja yang pedoman bagi pemerintah daerah dan siapa saja yang
akan melaksanakan kegiatan usaha didaerah yang akan melaksanakan kegiatan usaha didaerah yang
bersangkutan. bersangkutan.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam mempersiapkan Langkah-langkah yang ditempuh dalam mempersiapkan
strategi potensi daerah: strategi potensi daerah:
a. Mengidentifikasi sektor-sektor kegiatan yang a. Mengidentifikasi sektor-sektor kegiatan yang
mempunyai potensi untuk dikembangkan dengan mempunyai potensi untuk dikembangkan dengan
memperhatikan kekuatan dan kelemahan; memperhatikan kekuatan dan kelemahan;

231 231
b. Mengidentifikasi sektor-sektor yang potensinya
rendah untuk dikembangkan dan mencari faktor-
b. Mengidentifikasi sektor-sektor yang potensinya
faktor penyebab rendahnya potensi sektor tersebut;
rendah untuk dikembangkan dan mencari faktor-
c. Mengidentifikasi sumber daya (faktor-faktor
faktor penyebab rendahnya potensi sektor tersebut;
produksi) yang ada termasuk SDM dan yang
c. Mengidentifikasi sumber daya (faktor-faktor
digunakan untuk mendukung sektor tersebut;
produksi) yang ada termasuk SDM dan yang
d. Menggunakan model pembobotan terhadap variabel-
digunakan untuk mendukung sektor tersebut;
variabel kekuatan dan kelemahan untuk setiap sektor
d. Menggunakan model pembobotan terhadap variabel-
dan sub-sektor, sehingga dapat ditemukan sektor
variabel kekuatan dan kelemahan untuk setiap sektor
andalan yang selanjutnya dijadikan potensi ekonomi
dan sub-sektor, sehingga dapat ditemukan sektor
yang patut dikembangkan;
andalan yang selanjutnya dijadikan potensi ekonomi
e. Menentukan strategi yang akan ditempuh untuk
yang patut dikembangkan;
pengembangan sektor-sektor andalan agar dapat
e. Menentukan strategi yang akan ditempuh untuk
membantu menarik sektor lain untuk tumbuh dan
pengembangan sektor-sektor andalan agar dapat
berkembang.
membantu menarik sektor lain untuk tumbuh dan
berkembang. Berbagai strategi pembangunan ekonomi:
a. Pembangunan pertanian versus industri
Berbagai strategi pembangunan ekonomi:
b. Inward Looking Versus Outward Looking
a. Pembangunan pertanian versus industri
c. Titik pertumbuhan (Growing Point)
b. Inward Looking Versus Outward Looking
d. Kaitan ke belakang (Backward Linkages) dan kaitan
c. Titik pertumbuhan (Growing Point)
ke depan (Forward linkages)
d. Kaitan ke belakang (Backward Linkages) dan kaitan
e. Sektor pemimpin (Leading Sector)
ke depan (Forward linkages)
e. Sektor pemimpin (Leading Sector) Strategi pembangunan yang efisien:
a. Tingkatkan produktivitas
Strategi pembangunan yang efisien:
b. Hapuskan sebab-sebab biaya ekonomi tinggi
a. Tingkatkan produktivitas
c. Peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)
b. Hapuskan sebab-sebab biaya ekonomi tinggi
d. Tentukan batas-batas konsumsi maksimal yang layak
c. Peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)
e. Perbaiki kualitas sdm (produktif, efisien dan
d. Tentukan batas-batas konsumsi maksimal yang layak
bermoral)
e. Perbaiki kualitas sdm (produktif, efisien dan
f. Pertahankan fungsi lingkungan
bermoral)
g. Kerja sama antar daerah
f. Pertahankan fungsi lingkungan
g. Kerja sama antar daerah Sebagai hasil dari strategi yang telah ditetapkan bahwa
harga produk akan berani bersaing (kompetitif), dimikian juga
Sebagai hasil dari strategi yang telah ditetapkan bahwa
dalam hal kualitas pelayanan. Persaingan tidak berarti saling
harga produk akan berani bersaing (kompetitif), dimikian juga
dalam hal kualitas pelayanan. Persaingan tidak berarti saling

232 232
bersaing untuk mematikan, tetapi bersaing untuk sama-sama bersaing untuk mematikan, tetapi bersaing untuk sama-sama
saling meningkatkan mutu atau kualitas. Dengan persaingan saling meningkatkan mutu atau kualitas. Dengan persaingan
memang kelompok yang tidak berkualitas dan tidak mampu memang kelompok yang tidak berkualitas dan tidak mampu
menekan biaya produksi akan tidak mampu untuk hidup dan menekan biaya produksi akan tidak mampu untuk hidup dan
beroperasi. Demikian hal ini berlaku bagi pemerintah daerah beroperasi. Demikian hal ini berlaku bagi pemerintah daerah
dan seluruh warga masyarakat daerah yang bersangkutan. dan seluruh warga masyarakat daerah yang bersangkutan.
Apabila mereka tidak mampu bekerja efisien maka mereka Apabila mereka tidak mampu bekerja efisien maka mereka
akan tergeser dan digantikan oleh orang lain. Persaingan tidak akan tergeser dan digantikan oleh orang lain. Persaingan tidak
berarti menghilangkan kerja sama. Kerja sama antar pengusaha berarti menghilangkan kerja sama. Kerja sama antar pengusaha
dapat membentuk koperasi yang manfaatnya dapat dirasakan dapat membentuk koperasi yang manfaatnya dapat dirasakan
bersama. Kerja sama antar daerah harus tetap dijalin, sehingga bersama. Kerja sama antar daerah harus tetap dijalin, sehingga
perekonomian regional dan tidak menjadi kedaerahan. perekonomian regional dan tidak menjadi kedaerahan.

233 233
XIV. PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
XIV. PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
1. Pembangunan Berkarakter
1. Pembangunan Berkarakter Pembangunan, hakikatnya perubahan, dari yang tidak
ada menjadi ada; dari yang buruk menjadi baik; dan yang
Pembangunan, hakikatnya perubahan, dari yang tidak
salah menjadi benar; bahkan dari yang mustahil menjadi
ada menjadi ada; dari yang buruk menjadi baik; dan yang
mungkin. Terkahir, bagaimana mengubah yang samar, semu,
salah menjadi benar; bahkan dari yang mustahil menjadi
yang potensial menjadi nyata, dan bagaimana yang nyata itu
mungkin. Terkahir, bagaimana mengubah yang samar, semu,
menjadi bermanfaat. Pembangunan suatu proses perubahan
yang potensial menjadi nyata, dan bagaimana yang nyata itu
berbagai dimensi, ruang dan waktu, manusia dan alam secara
menjadi bermanfaat. Pembangunan suatu proses perubahan
simultan dan sinkron hingga semua hal menyentuh esensi
berbagai dimensi, ruang dan waktu, manusia dan alam secara
dan substansinya masing-masing secara terukur melalui
simultan dan sinkron hingga semua hal menyentuh esensi
pendekatan kemanfaatan. Pembangunan merefleksi segala
dan substansinya masing-masing secara terukur melalui
sesuatu melalui suatu mekanisme atau proses yang menjadikan
pendekatan kemanfaatan. Pembangunan merefleksi segala
sesuatu memenuhi esensinya bersama-sama faktor atau unsure
sesuatu melalui suatu mekanisme atau proses yang menjadikan
lain yang bersinergi, sehingga dapat member kemanfaatan
sesuatu memenuhi esensinya bersama-sama faktor atau unsure
sesuai kebutuhan manusia dan masyarakat. Cara berpikir saya
lain yang bersinergi, sehingga dapat member kemanfaatan
yang demikian adalah bagaimana pembangunan itu member
sesuai kebutuhan manusia dan masyarakat. Cara berpikir saya
kemanfaatan.
yang demikian adalah bagaimana pembangunan itu member
Selanjutnya, pembangunan, sejalan dengan pendekatan
kemanfaatan.
yang telah diuraikan di atas. Selain bersifat holistic, menyeluruh,
Selanjutnya, pembangunan, sejalan dengan pendekatan
harus pula menyentuh dan dapat disentuh. Pembangunan,
yang telah diuraikan di atas. Selain bersifat holistic, menyeluruh,
mesti bisa dipahami, punya bahas apublik, daoat dibaca, dapat
harus pula menyentuh dan dapat disentuh. Pembangunan,
dilakukan dan adalah sesuatu yang berbeda antara satu dengan
mesti bisa dipahami, punya bahas apublik, daoat dibaca, dapat
yang pada umumnya. Pembangunan mesti berkarakter!
dilakukan dan adalah sesuatu yang berbeda antara satu dengan
Multi interpretasi konsep pembangunan seperti ini sah-
yang pada umumnya. Pembangunan mesti berkarakter!
sah saja mengingat pembangunan itu sendiri memiliki nilai
Multi interpretasi konsep pembangunan seperti ini sah-
(development value).
sah saja mengingat pembangunan itu sendiri memiliki nilai
Jika kita mencoba untuk larut dalam pemahaman
(development value).
pembangunan berkarakter, maka ada beberapa kriteria
Jika kita mencoba untuk larut dalam pemahaman
bagi pembangunan yang demikian. Pertama, perlakuan
pembangunan berkarakter, maka ada beberapa kriteria
pembangunan sesuai kebutuhan. Kedua, menggunakan
bagi pembangunan yang demikian. Pertama, perlakuan
potensi lokal. Ketiga, fokus dan menyelesaikan masalah.
pembangunan sesuai kebutuhan. Kedua, menggunakan
potensi lokal. Ketiga, fokus dan menyelesaikan masalah.

234 234
Keempat, terintegrasi, dan kelima, memliki nilai pragmatis Keempat, terintegrasi, dan kelima, memliki nilai pragmatis
dan filosofis. dan filosofis.
Tjokrowinoto (2004:7) secara jeli menangkap konstatasi Tjokrowinoto (2004:7) secara jeli menangkap konstatasi
penganut aliran fenomenologi yang menegaskan bahwa penganut aliran fenomenologi yang menegaskan bahwa
proses mental seseorang atau masyarakat mewarnai presepsi proses mental seseorang atau masyarakat mewarnai presepsi
mereka terhadap realita dan ini berlaku bagi explanatory mereka terhadap realita dan ini berlaku bagi explanatory
variable mengenai pembaruan. Presepsi itu sendiri tidak variable mengenai pembaruan. Presepsi itu sendiri tidak
lain dari suatu proses pemberian anrti atau makna terhadap lain dari suatu proses pemberian anrti atau makna terhadap
suatu objek. Menurut Riggio (dalam Jufri, 2006) presepsi pada suatu objek. Menurut Riggio (dalam Jufri, 2006) presepsi pada
hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap
orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya,
baik lewat pengelihatan, pendengaran, penciuman, dan baik lewat pengelihatan, pendengaran, penciuman, dan
perasaan. Sementara itu, Woodworth dan Marquis (dalam perasaan. Sementara itu, Woodworth dan Marquis (dalam
Jufri, 2006) menyatakan bahwa presepsi merupakan proses Jufri, 2006) menyatakan bahwa presepsi merupakan proses
yang didahului oleh penginderaan, yaitu proses yang berwujud yang didahului oleh penginderaan, yaitu proses yang berwujud
diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya.
Penerimaan stimulus oleh individu dalam proses presepsi Penerimaan stimulus oleh individu dalam proses presepsi
merupakan suatu tinjauan yang banyak digunakan member merupakan suatu tinjauan yang banyak digunakan member
pengertian prespsi sebagai suatu proses menyeleksi stimulus pengertian prespsi sebagai suatu proses menyeleksi stimulus
dan diartikan. Dengan demikian, presepsi sebagaimana dan diartikan. Dengan demikian, presepsi sebagaimana
ditekankan para ahli tidak lain adalah penafsiran objek, ditekankan para ahli tidak lain adalah penafsiran objek,
penerimaan dan pengorganisasian dan penafsiran stimulus penerimaan dan pengorganisasian dan penafsiran stimulus
yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi
pembentukan sikap dan perilaku. Prespsi dipandang sebagai pembentukan sikap dan perilaku. Prespsi dipandang sebagai
suatu aktivitas indera dan berfungsi menginterpretasikan dan suatu aktivitas indera dan berfungsi menginterpretasikan dan
memberikan penilaian terhadap objek-objek fisik mauoun memberikan penilaian terhadap objek-objek fisik mauoun
sosial. Jika demikian, halnya, maka pembangunan itu sendiri sosial. Jika demikian, halnya, maka pembangunan itu sendiri
adalah sesuatu yang seperti dipahami masyarakat secara adalah sesuatu yang seperti dipahami masyarakat secara
apresiatif. Pembangunan dapat seperti yang dikatakan para apresiatif. Pembangunan dapat seperti yang dikatakan para
ahli , yang diharapkan dapat menjadi model atau pradigma ahli , yang diharapkan dapat menjadi model atau pradigma
bahkan menjadi ideology of developmentalism. Namun, dapat bahkan menjadi ideology of developmentalism. Namun, dapat
pula seperti yang dipahami para pelaku pembangunan yang pula seperti yang dipahami para pelaku pembangunan yang
bergelut fi masyarakat atau seperti yang ditafsirkan masyarakat bergelut fi masyarakat atau seperti yang ditafsirkan masyarakat
berdasarkan reakita dan yang mempengaruhi pembentukan berdasarkan reakita dan yang mempengaruhi pembentukan
sikapnya. Pembangunan itu berkarakter. sikapnya. Pembangunan itu berkarakter.

235 235
Karakter (character, yang berasal dari bahasa Yunani
charassein) yang beraarti membuat tajam, menbuat
Karakter (character, yang berasal dari bahasa Yunani
dalam (Lorens Bagus, 2005, 392) jika kita pakai dalam
charassein) yang beraarti membuat tajam, menbuat
membicarakan pembangunan, maka berkarakter, secara
dalam (Lorens Bagus, 2005, 392) jika kita pakai dalam
antusias menghendaki agar kita memahami hal tersebut setara
membicarakan pembangunan, maka berkarakter, secara
dengan pembangunan sebagai sesuatu yang tajam, yang pas,
antusias menghendaki agar kita memahami hal tersebut setara
yang dengan upaya yang ditempuh menyelesaikan maslah
dengan pembangunan sebagai sesuatu yang tajam, yang pas,
secara tuntas. Hal ini relevan dengan pemahaman tentang
yang dengan upaya yang ditempuh menyelesaikan maslah
karakter yang terungkap sangat jelas melalui kegiatan sosial
secara tuntas. Hal ini relevan dengan pemahaman tentang
dan kegiatan kerja, melalui suatu pola tindakan-tindakan
karakter yang terungkap sangat jelas melalui kegiatan sosial
manusia (Lorens Bagus, 2005, 392). Akhirnya, pembangunan
dan kegiatan kerja, melalui suatu pola tindakan-tindakan
berkarakter tidak hanya sebatas pada sentuhan program
manusia (Lorens Bagus, 2005, 392). Akhirnya, pembangunan
yang diwawancarakan atau pola-pola yang mesti dianut atau
berkarakter tidak hanya sebatas pada sentuhan program
diterapkan. Akan tetapi, pembangunan berkarakter sekaligus
yang diwawancarakan atau pola-pola yang mesti dianut atau
menggambarkan perilaku pembangunan, watak, serta perilaku
diterapkan. Akan tetapi, pembangunan berkarakter sekaligus
individu yang merancang dan menangani pembangunan itu.
menggambarkan perilaku pembangunan, watak, serta perilaku
Hal ini memungkinkan, karena karakter tersebut bersifat
individu yang merancang dan menangani pembangunan itu.
sosio psikologi dan pembangunan mesti memahami sosio
Hal ini memungkinkan, karena karakter tersebut bersifat
psikologis masyarakatnya.
sosio psikologi dan pembangunan mesti memahami sosio
Pembangunan berkaraktermemerlukan persenyawaan
psikologis masyarakatnya.
antara prilaku atau pertanggungjawab pembangunan dengan
Pembangunan berkaraktermemerlukan persenyawaan
masyarakat yang menjadi tumpuan atau partisipan dari
antara prilaku atau pertanggungjawab pembangunan dengan
pembangunan. Berkait dengan itu, maka pembangunan
masyarakat yang menjadi tumpuan atau partisipan dari
berkarakter mencerminkan peranan nilai (value), yaitu
pembangunan. Berkait dengan itu, maka pembangunan
tentang apa yang diinginkan oleh masyarakat setempay secara
berkarakter mencerminkan peranan nilai (value), yaitu
lokal yang menjadi anutan dan dapat menjadi standar dalam
tentang apa yang diinginkan oleh masyarakat setempay secara
merumuskan spectrum pembangunan.
lokal yang menjadi anutan dan dapat menjadi standar dalam
Pada konteks spectrum dibutuhkan suatu kekuatan
merumuskan spectrum pembangunan.
yang mampu mengintegrasikan berbagai faktor, unsure,
Pada konteks spectrum dibutuhkan suatu kekuatan
potensi dan kekuatan, serta hal out merupakan nilai dalam
yang mampu mengintegrasikan berbagai faktor, unsure,
pengertian sesuatu yang diinginkan yang menjelma menjadi
potensi dan kekuatan, serta hal out merupakan nilai dalam
sesuatu yang seharusnya diinginkan (Amri Marzali : 2005,
pengertian sesuatu yang diinginkan yang menjelma menjadi
115). Menyangkut integrasi terdaoat berbagai pemahaman
sesuatu yang seharusnya diinginkan (Amri Marzali : 2005,
yang berbeda sesuai konteks atau penggunaannya masing-
115). Menyangkut integrasi terdaoat berbagai pemahaman
masing.
yang berbeda sesuai konteks atau penggunaannya masing-
masing.

236 236
Dalam kaitan desentralisasi atau otonomi daerah, Dalam kaitan desentralisasi atau otonomi daerah,
integrasi yang perlu mendapat penekanan adalah integrasi integrasi yang perlu mendapat penekanan adalah integrasi
nasional kaitanyya dengan tetap utuhnya Negara Kesatuan nasional kaitanyya dengan tetap utuhnya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Bahwa dekresi pemerintah Republik Indonesia (NKRI). Bahwa dekresi pemerintah
daerah dalam melakukan pembangunan di daerah harus daerah dalam melakukan pembangunan di daerah harus
senantiasa memahami integrasi nasional sebagai nilai dalam senantiasa memahami integrasi nasional sebagai nilai dalam
pelaksanaan pembangunan daerah yang dapat pula menjadi pelaksanaan pembangunan daerah yang dapat pula menjadi
inspirasi bagi kemampuan daerah memberdayakan potensi inspirasi bagi kemampuan daerah memberdayakan potensi
lokal (core copotence) sebagai karakteristim suatu daerah lokal (core copotence) sebagai karakteristim suatu daerah
otonom dalam pelaksanaan pembangunan yang berkarakter. otonom dalam pelaksanaan pembangunan yang berkarakter.
Pembangunan berkarakter tidak hanya terbatas Pembangunan berkarakter tidak hanya terbatas
pada interpretasi tentang pembangunan yang setiap saat pada interpretasi tentang pembangunan yang setiap saat
mengalami perubahan, sebagaimana diketahui pengalaman mengalami perubahan, sebagaimana diketahui pengalaman
suatu masyarakat atau suatu bangsa akan mempengaruhi suatu masyarakat atau suatu bangsa akan mempengaruhi
interpretasi mereka tentang pembangunan yang berputar interpretasi mereka tentang pembangunan yang berputar
dalam siklus pemitosan konsep dengan demistifikasi. dalam siklus pemitosan konsep dengan demistifikasi.
Tema-tema paradigm pembangunan yang mengalami Tema-tema paradigm pembangunan yang mengalami
proses seperti itu, misalnya paradigma pertumbuhan, proses seperti itu, misalnya paradigma pertumbuhan,
kesejahteraan, paradigma dependensia sampai pada aparadigma kesejahteraan, paradigma dependensia sampai pada aparadigma
pembangunan manusia yang mulai dikenal pada awal-awal pembangunan manusia yang mulai dikenal pada awal-awal
decade 80-an mencoba menjelaskan bagaimana pembanguna decade 80-an mencoba menjelaskan bagaimana pembanguna
tersebut dilakukan dalam rencang banguna tersebut dilakukan tersebut dilakukan dalam rencang banguna tersebut dilakukan
dalam rancan bangun untuk kepentingan masyarakat. Justru dalam rancan bangun untuk kepentingan masyarakat. Justru
dimensi ini sering terabaikan dan pada saat itulah idiom dimensi ini sering terabaikan dan pada saat itulah idiom
karakter dalam pembangunan mengalami pemiskinan makna. karakter dalam pembangunan mengalami pemiskinan makna.
Hal tersebut diasa terjadi karena nilai-nilai lokal menjadi pupus Hal tersebut diasa terjadi karena nilai-nilai lokal menjadi pupus
akibat dari paradigm pembangunan yang bersifat general. akibat dari paradigm pembangunan yang bersifat general.
Dalam konteks membicarakan pembangunan Dalam konteks membicarakan pembangunan
berkarakter diharapkan kita dapat terhindar untuk berkarakter diharapkan kita dapat terhindar untuk
mengemukakan atau terjebak dengan pendekatan- mengemukakan atau terjebak dengan pendekatan-
pendekatan atau ukuran-ukuran paradigm pembangunan pendekatan atau ukuran-ukuran paradigm pembangunan
seperti dikemukakan di atas. Koridor untuk hal ini penting, seperti dikemukakan di atas. Koridor untuk hal ini penting,
karena bicara tentang hal itu akan membawa kita pada karena bicara tentang hal itu akan membawa kita pada
pendekatan teoritis pembangunan. Sementara dalam konteks pendekatan teoritis pembangunan. Sementara dalam konteks
pembangunan berkarakter lebih pada pemilihan yang tepat pembangunan berkarakter lebih pada pemilihan yang tepat

237 237
tentang apa yang akan dilakukan dapat member manfaat
bagi masyarakat dengan tidak mengabaikan prinsip-prinsip
tentang apa yang akan dilakukan dapat member manfaat
pembangunan yang bersifat jangka panjang dalam bentuk
bagi masyarakat dengan tidak mengabaikan prinsip-prinsip
dinamika pembangunan yang memanfaatkan potensi lokal.
pembangunan yang bersifat jangka panjang dalam bentuk
Namun, tetap terintegrasi dengan sistem nilai dan tatanan
dinamika pembangunan yang memanfaatkan potensi lokal.
pembangunan nasional.
Namun, tetap terintegrasi dengan sistem nilai dan tatanan
Hal ini sejalan dengan semangat desentralisasi sebagai
pembangunan nasional.
satu strategi percepatan pembangunan di daerah yang
Hal ini sejalan dengan semangat desentralisasi sebagai
berimplikasi pada pemberian otonomi daerah. Desentralisasi
satu strategi percepatan pembangunan di daerah yang
dan otonomi daerah merupakan dua konsep yang secara
berimplikasi pada pemberian otonomi daerah. Desentralisasi
terminology dapat dipisahkan,. Namun, dalam praktek
dan otonomi daerah merupakan dua konsep yang secara
penyelenggaraan kekuasan negara keduanya mempunyai
terminology dapat dipisahkan,. Namun, dalam praktek
keterkaitan erat. Sumaryadi mengemukakan efektivitas
penyelenggaraan kekuasan negara keduanya mempunyai
implementasi kebijakan otonomi dalam konteks desentralisasi
keterkaitan erat. Sumaryadi mengemukakan efektivitas
dan otonomi itulah, maka pembangunan perkotaan
implementasi kebijakan otonomi dalam konteks desentralisasi
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat
dan otonomi itulah, maka pembangunan perkotaan
setempat serta budaya lokal (Soegijoko dkk, 2005).
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat
Program desentralisasi di Indonesia sudah menjadi
setempat serta budaya lokal (Soegijoko dkk, 2005).
bagian dari cita-cita Indonesia merdeka. Hal ini akan kita
Program desentralisasi di Indonesia sudah menjadi
temukan secara empiric dan normative bila menelusuri
bagian dari cita-cita Indonesia merdeka. Hal ini akan kita
filosofi lahirnya bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai
temukan secara empiric dan normative bila menelusuri
suku bangsa yang berkehendak untuk menyatu melahirkan
filosofi lahirnya bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai
satu bangsa dalam wadah negara Indonesia yang merdeka,
suku bangsa yang berkehendak untuk menyatu melahirkan
berdaulat, dengan pemerintahan yang sah, dan dibentuk
satu bangsa dalam wadah negara Indonesia yang merdeka,
untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan.
berdaulat, dengan pemerintahan yang sah, dan dibentuk
Untuk memahami pelaksanaan pemerintahan di
untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan.
Indonesia, tidaklah cukup bila tidak mengaitkannya dengan
Untuk memahami pelaksanaan pemerintahan di
pelaksanaan pemerintahan daerah, sekalipun secara lengkap,
Indonesia, tidaklah cukup bila tidak mengaitkannya dengan
jelas, dan utuh, tak banyak diperoleh rujukan dari UUD 45
pelaksanaan pemerintahan daerah, sekalipun secara lengkap,
sebagai sumber dari segala sumber hukum Indonesia. Di sana
jelas, dan utuh, tak banyak diperoleh rujukan dari UUD 45
hanya ada sebuah pasal yang menyinggung pemerintahan
sebagai sumber dari segala sumber hukum Indonesia. Di sana
daerah, yaity pasal 18 dengan penjelasannya yang singkat saja;
hanya ada sebuah pasal yang menyinggung pemerintahan
intinya mengandung 6 pokok pikiran menurut Nurul Aini
daerah, yaity pasal 18 dengan penjelasannya yang singkat saja;
(dalam Syamsuddin Haris, 2005:138)
intinya mengandung 6 pokok pikiran menurut Nurul Aini
(dalam Syamsuddin Haris, 2005:138)

238 238
1. Wilayah RI dibagi ke dalam provinsi yang kemudian 1. Wilayah RI dibagi ke dalam provinsi yang kemudian
akan dibagi menjadi daerah-daerah yang lebih kecil. akan dibagi menjadi daerah-daerah yang lebih kecil.
2. Daerah-daerah itu tidak bersifat sebagai staf. 2. Daerah-daerah itu tidak bersifat sebagai staf.
3. Daerah-daerah itu dapat berupa daerah otonom atau 3. Daerah-daerah itu dapat berupa daerah otonom atau
administrative belaka. administrative belaka.
4. Daerah itu mempunyai pemerintahan. 4. Daerah itu mempunyai pemerintahan.
5. Dalam membagi wilayah Indonesia serta menentukan 5. Dalam membagi wilayah Indonesia serta menentukan
bentuk dan struktur pemerintahannya harus dilakukan bentuk dan struktur pemerintahannya harus dilakukan
berdasar UU. berdasar UU.
6. Pembagian wilayah dan penentuan struktur 6. Pembagian wilayah dan penentuan struktur
pemerintahan tersebut di atas terutama di daerah- pemerintahan tersebut di atas terutama di daerah-
daerah otonom, dilakukan dengan mengingat sistem daerah otonom, dilakukan dengan mengingat sistem
permusyawaratan dalam pemerintahan negara dan hal permusyawaratan dalam pemerintahan negara dan hal
asal-usul daerah yang bersifat istimewa. asal-usul daerah yang bersifat istimewa.
Dalam konteks keberagaman itu pula pembangunan Dalam konteks keberagaman itu pula pembangunan
berkarakter memperoleh tempat. Pembangunan berkarakter berkarakter memperoleh tempat. Pembangunan berkarakter
merupakan proses dan wadah bagi setiap daerah menyusun merupakan proses dan wadah bagi setiap daerah menyusun
dan menerapkan pembangunan sesuai dengan potensi lokal. dan menerapkan pembangunan sesuai dengan potensi lokal.
Dengan demikian pembangunan berkarakter lebih lanjut pada Dengan demikian pembangunan berkarakter lebih lanjut pada
pemberdayaan potensi lokal secara memadai. pemberdayaan potensi lokal secara memadai.
Terjadi banyak problematika mengenai hal ini, Terjadi banyak problematika mengenai hal ini,
mengingat penyelenggaraan pembangunan di Indonesia mengingat penyelenggaraan pembangunan di Indonesia
harus mengacu pula pada program nasional, tersistemasi harus mengacu pula pada program nasional, tersistemasi
dalam rencana pembangunan jangka panjang dan dalam rencana pembangunan jangka panjang dan
pembangunan jangka menengah. Hal ini pun berimplikasi pembangunan jangka menengah. Hal ini pun berimplikasi
pada kelembagaan pemerintahan daerah yang harus sinkron pada kelembagaan pemerintahan daerah yang harus sinkron
mewadahi kelembagaan pusat dalam rangka mewadahi mewadahi kelembagaan pusat dalam rangka mewadahi
program-program pusat di daerah. Problematika ini bukan program-program pusat di daerah. Problematika ini bukan
hanya rumit tetapi memerlukan analisis urusan-urusan hanya rumit tetapi memerlukan analisis urusan-urusan
atau kewenangan, baik wajib maupun pilihan yang akan atau kewenangan, baik wajib maupun pilihan yang akan
dilaksanakan di daerah. Analisis urusan atau kewenangan itu dilaksanakan di daerah. Analisis urusan atau kewenangan itu
menjadi dasar pembentukan kelembagaan perangkat daerah. menjadi dasar pembentukan kelembagaan perangkat daerah.
Hal ini, penting dalam menunjang sinkronasi pembangunan, Hal ini, penting dalam menunjang sinkronasi pembangunan,
pusat dan daerah. pusat dan daerah.

239 239
Mengatasi permasalahan-permasalahan demikian,
Mengatasi permasalahan-permasalahan demikian, terapinya dapat diatasi melalui penerapan dan pemahaman
terapinya dapat diatasi melalui penerapan dan pemahaman secara mendasar dan komprehensif mengenai paradigma
secara mendasar dan komprehensif mengenai paradigma pembangunan nasional. Di sinilah letak startegi pemerintah
pembangunan nasional. Di sinilah letak startegi pemerintah dalam penyelenggaraan pembangunan dalam penyelenggaraan
dalam penyelenggaraan pembangunan dalam penyelenggaraan desentralisasi pemerintahan di Indonesia.
desentralisasi pemerintahan di Indonesia. Berkaitan dengan peran tersebut, maka pemerintah
Berkaitan dengan peran tersebut, maka pemerintah harus menyiapkan barang layanan. Terdapat empat barang
harus menyiapkan barang layanan. Terdapat empat barang layanan yang harus disiapkan pemerintah: 1) private goods
layanan yang harus disiapkan pemerintah: 1) private goods (dinikmati sendiri, rivalrous, dan excludable), 2) toll goods
(dinikmati sendiri, rivalrous, dan excludable), 2) toll goods (dinikmati bersama, unrivalrous, dan excludable), 3) collective
(dinikmati bersama, unrivalrous, dan excludable), 3) collective goods (dinikmati secara kolektif, rivalrous, dan unexcludable),
goods (dinikmati secara kolektif, rivalrous, dan unexcludable), 4) common poll goods (dinikmati bersama secara kolektif
4) common poll goods (dinikmati bersama secara kolektif tanpa bayar, unrivalrous, dan unexcludable) (E.S Savas dalam
tanpa bayar, unrivalrous, dan unexcludable) (E.S Savas dalam LAN, 2006).
LAN, 2006). Barang layanan yang menjadi kewajiban pemerintah
Barang layanan yang menjadi kewajiban pemerintah itu dapat disiapkan melalui proses penyedian, produksi,
itu dapat disiapkan melalui proses penyedian, produksi, regulasi, dipertahankan keberdayaannya, ditingkatkan sesuai
regulasi, dipertahankan keberdayaannya, ditingkatkan sesuai tingkatan kebutuhan, baik volume maupun kualitas, yang
tingkatan kebutuhan, baik volume maupun kualitas, yang kemudian mengalami pengembangan lalu bersifat kompleks
kemudian mengalami pengembangan lalu bersifat kompleks dan memerlukan pengaturan, ketertiban guna memuaskan
dan memerlukan pengaturan, ketertiban guna memuaskan masyarakat sebagai pelanggan pemerintah. Masyarakat sebagai
masyarakat sebagai pelanggan pemerintah. Masyarakat sebagai pelanggan pemerintah dalam hal ini sebagai warga negara
pelanggan pemerintah dalam hal ini sebagai warga negara yang berhak mendapatkan pelayanan dan selaku contributor
yang berhak mendapatkan pelayanan dan selaku contributor pelayanan public, sehingga dengan demikian pemerintah
pelayanan public, sehingga dengan demikian pemerintah dalam memberikan layanan kepada warga negaara berbeda
dalam memberikan layanan kepada warga negaara berbeda dengan pemberian layanan dakam konteks costumer (LAN,
dengan pemberian layanan dakam konteks costumer (LAN, 2006), dan semua itu hanya bisa berlangsung dalam suatu
2006), dan semua itu hanya bisa berlangsung dalam suatu proses yang disebut pembangunan.
proses yang disebut pembangunan. Pembangunan yang menjadi tema-tema sentral
Pembangunan yang menjadi tema-tema sentral pelaksana tugas dan fungsi pemerintah senantiasa berhadap-
pelaksana tugas dan fungsi pemerintah senantiasa berhadap- hadapan dengan tantangan yang multi kompleks pula, baik
hadapan dengan tantangan yang multi kompleks pula, baik dari segi manajemen, sumber daya manusia, tuntutan dan
dari segi manajemen, sumber daya manusia, tuntutan dan dinamika masyarakat, maupun dari segi pembiayaan.
dinamika masyarakat, maupun dari segi pembiayaan.

240 240
Jika dicermati, kompleksitas pembangunan di daerah Jika dicermati, kompleksitas pembangunan di daerah
dapat diuraio untuk dapat member porsi yang cukup pada dapat diuraio untuk dapat member porsi yang cukup pada
masing0masing bidang atau sector yang ada. Hekikatnya secara masing0masing bidang atau sector yang ada. Hekikatnya secara
teknis, pembangunan di daerah mengarah pada penyiapan teknis, pembangunan di daerah mengarah pada penyiapan
dan pemberian layanan public, selebihnya melaksanakan dan pemberian layanan public, selebihnya melaksanakan
hal-hal yang bersifat pelaksanaan pembangunan secara hal-hal yang bersifat pelaksanaan pembangunan secara
integral. Salah satu kebijakan pembangunan daerah dewasa integral. Salah satu kebijakan pembangunan daerah dewasa
ini adalah meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam ini adalah meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam
hal pelayanan public (Susilo Bambang Yudoyono, Keterangan hal pelayanan public (Susilo Bambang Yudoyono, Keterangan
Pemerintah tentang Kebijakan Pembangunan Daerah pada Pemerintah tentang Kebijakan Pembangunan Daerah pada
Sidang Paripurna DPR RI, 23 Agustus 2005). Sidang Paripurna DPR RI, 23 Agustus 2005).

2. Pembangunan sebagai Proyek 2. Pembangunan sebagai Proyek


Paradigma pembangunan nasional Indonesia adalah Paradigma pembangunan nasional Indonesia adalah
paradigma Pembangunan yang terbangun atas pengamalan paradigma Pembangunan yang terbangun atas pengamalan
Pancasila yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya Pancasila yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya, dengan dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya, dengan
Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan pedomannya. Dari amanat Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan pedomannya. Dari amanat
tersebut disadari bahwa pembangunan ekonomi bukan tersebut disadari bahwa pembangunan ekonomi bukan
semata-mata proses ekonomi, tetapi suatu penjelmaan pula semata-mata proses ekonomi, tetapi suatu penjelmaan pula
dari proses perubahan politik, sosial, dan budaya yang meliputi dari proses perubahan politik, sosial, dan budaya yang meliputi
bangsa, di dalam kebulatannya. Pembangunan Nasional bangsa, di dalam kebulatannya. Pembangunan Nasional
merupakan cerminan kehendak terus-menerus meningkatkan merupakan cerminan kehendak terus-menerus meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil
dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat
dan penyelenggaraan negara yang maju dan demokratis dan penyelenggaraan negara yang maju dan demokratis
berdasarkan Pancasila. berdasarkan Pancasila.
Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan di bidang Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan di bidang
ekonomi tidak terlepas dari keberhasilan pembangunan ekonomi tidak terlepas dari keberhasilan pembangunan
di bidang politik, mekanisme dan kelembagaan politik di bidang politik, mekanisme dan kelembagaan politik
berdasarkan UUD 1945 telah berjalan, pelaksanan pemilu berdasarkan UUD 1945 telah berjalan, pelaksanan pemilu
secara teratur sejak Orde Baru hingga era reformasi secara teratur sejak Orde Baru hingga era reformasi
menunjukkan capaian pembangunan politik. menunjukkan capaian pembangunan politik.
Pembangunan di berbagai bidang selama ini memberikan Pembangunan di berbagai bidang selama ini memberikan
kepercayaan kepada bangsa Indonesia bahwa upaya kepercayaan kepada bangsa Indonesia bahwa upaya

241 241
pembangunan telah ditempuh, seperti yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945.Keberhasilanakan terusberlanjut
pembangunan telah ditempuh, seperti yang diamanatkan oleh
dan ditinkatkan secara berkelanjutan (sustainability).
Pancasila dan UUD 1945.Keberhasilanakan terusberlanjut
dan ditinkatkan secara berkelanjutan (sustainability). Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah
Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dituangkan dalam mekanisme proyek sesuai ketentuan sebagai
dituangkan dalam mekanisme proyek sesuai ketentuan sebagai penjabaran program. Seluruhnya berada dalam rangkaian
penjabaran program. Seluruhnya berada dalam rangkaian hubungan konkrit dan akuntabel antara proyek dengan tujuan
hubungan konkrit dan akuntabel antara proyek dengan tujuan dan sasaran program serta dengan proyek-proyek lain yang
dan sasaran program serta dengan proyek-proyek lain yang berada di dalam program yang sama.
berada di dalam program yang sama. Proyek dapat dilakukan sendiri oleh badan pemerintah,
Proyek dapat dilakukan sendiri oleh badan pemerintah, baik oleh pemilik proyek maupun badan pemerintah lain, di
baik oleh pemilik proyek maupun badan pemerintah lain, di tingkat pusat maupun daerah. Proyek dapat pula dilaksanakan
tingkat pusat maupun daerah. Proyek dapat pula dilaksanakan oleh badan lain di luar pemerintah,
oleh badan lain di luar pemerintah, Aspek yang harus tampak pada satu proyek:
Aspek yang harus tampak pada satu proyek: 1. Tujuannya (objective),
1. Tujuannya (objective), 2. Sasaran yang akan dicapai (target),
2. Sasaran yang akan dicapai (target), 3. Cara mengukur keberhasilannya (performance
3. Cara mengukur keberhasilannya (performance evaluation),
evaluation), 4. Jangka waktu pelaksanaannya,
4. Jangka waktu pelaksanaannya, 5. Tempat pelaksanaannya
5. Tempat pelaksanaannya 6. Cara melaksanakan,
6. Cara melaksanakan, 7. Kebijaksanaan untuk menjamin proyek itu dapat
7. Kebijaksanaan untuk menjamin proyek itu dapat dilaksanakan,
dilaksanakan, 8. Biaya serta tenaga yang diperlukan, dan badan yang
8. Biaya serta tenaga yang diperlukan, dan badan yang akan melaksanakannya.
akan melaksanakannya. Apabila proyek itu merupakan bagian dari kegiatan yang
Apabila proyek itu merupakan bagian dari kegiatan yang lebih besar, biasanya disebut program, harus jelas keterkaitan
lebih besar, biasanya disebut program, harus jelas keterkaitan proyek dengan tujuan dan sasaran program, serta dengan
proyek dengan tujuan dan sasaran program, serta dengan proyek-proyek lain yang berada dalam program yang sama.
proyek-proyek lain yang berada dalam program yang sama. Kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan oleh
Kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan oleh pemerintah seperti dijelaskan di atas, adalah tugas manajemen
pemerintah seperti dijelaskan di atas, adalah tugas manajemen pembangunan untuk menjamin bahwa proyek-proyek
pembangunan untuk menjamin bahwa proyek-proyek pembangunan yang secara fisik dilaksanakan atau dibiayai
pembangunan yang secara fisik dilaksanakan atau dibiayai oleh anggaran pemerintah, berjalan seperti yang dikehendaki
oleh anggaran pemerintah, berjalan seperti yang dikehendaki

242 242
dan mencapai sasaran seperti yang direncanakan, dengan cara dan mencapai sasaran seperti yang direncanakan, dengan cara
yang seefisien mungkin. yang seefisien mungkin.
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam
pelaksanaan pembangunan, antara lain: pelaksanaan pembangunan, antara lain:
a. Koordinasi a. Koordinasi
Dengan koordinasi diupayakan agar pembangunan yang Dengan koordinasi diupayakan agar pembangunan yang
dilaksanakan dalam berbagai sektor dan oleh berbagai dilaksanakan dalam berbagai sektor dan oleh berbagai
badan serta di berbagai daerah berjalan sesuai dan badan serta di berbagai daerah berjalan sesuai dan
menghasilkan sinergi. menghasilkan sinergi.
Pada dasarnya kecenderungan divergensi dalam Pada dasarnya kecenderungan divergensi dalam
organisasi yang terpisah, karena itu diperlukan organisasi yang terpisah, karena itu diperlukan
koordinasi sebagai alternatif terhadap sentralisasi. koordinasi sebagai alternatif terhadap sentralisasi.
Manajemen pembangunan bertugas untuk menjamin Manajemen pembangunan bertugas untuk menjamin
bahwa segala usaha pembangunan berjalan dalam arah bahwa segala usaha pembangunan berjalan dalam arah
yang sesuai dan menuju pada pencapaian sasaran. yang sesuai dan menuju pada pencapaian sasaran.
Koordinasi dengan demikian merupakan upaya untuk Koordinasi dengan demikian merupakan upaya untuk
menghasilkan pembangunan yang efisien dalam menghasilkan pembangunan yang efisien dalam
pemanfaatan sumber daya untuk menjamin tercapainya pemanfaatan sumber daya untuk menjamin tercapainya
tujuan dan sasaran secara optimal. tujuan dan sasaran secara optimal.
b. Pemantauan dan Evaluasi b. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dilakukan untuk mengetahui seberapa Pemantauan dilakukan untuk mengetahui seberapa
jauh pembangunan telah dilaksanakan dan bagaimana jauh pembangunan telah dilaksanakan dan bagaimana
hasilnya diukur dengan sasaran yang ingin dicapai.Atas hasilnya diukur dengan sasaran yang ingin dicapai.Atas
dasar hasil evaluasi dapat diambil langkah-langkah agar dasar hasil evaluasi dapat diambil langkah-langkah agar
pelaksanaan pembangunan selanjutnya menunjang pelaksanaan pembangunan selanjutnya menunjang
dan tidak merugikan upaya pembangunan secara dan tidak merugikan upaya pembangunan secara
keseluruhan. keseluruhan.
Pemantauan diperlukan pula agar pelaksanaan Pemantauan diperlukan pula agar pelaksanaan
pembangunan yang bergeser dari rencana dapat pembangunan yang bergeser dari rencana dapat
diketahui secara dini dan diambil langkah-langkah yang diketahui secara dini dan diambil langkah-langkah yang
sesuai. Pelaksanaan pembangunan yang tidak sesuai sesuai. Pelaksanaan pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana dapat disebabkan oeh beberapa factor, dengan rencana dapat disebabkan oeh beberapa factor,
antara lain dari segi perencanaan. Terdapat hambatan antara lain dari segi perencanaan. Terdapat hambatan
yang tidak diketahui atau luput diperhitungkan pada yang tidak diketahui atau luput diperhitungkan pada

243 243
waktu perencanaan; atau tidak dapat diantisipasi atau
diprediksi pada tahap perencanaan sehingga pada tahap
waktu perencanaan; atau tidak dapat diantisipasi atau
realisasi baru kemudian disadari; atau bahkan memang
diprediksi pada tahap perencanaan sehingga pada tahap
dari segi perencanaan yang keliru, lemah dalam
realisasi baru kemudian disadari; atau bahkan memang
perhitungan atau disertai studi kelayakan (fisibility
dari segi perencanaan yang keliru, lemah dalam
study).
perhitungan atau disertai studi kelayakan (fisibility
Oleh karena itu, menjadi tugas manajemen
study).
pembangunan untuk memantau dan mengevaluasi
Oleh karena itu, menjadi tugas manajemen
pelaksanaan pembangunan, serta mengambil langkah-
pembangunan untuk memantau dan mengevaluasi
langkah apabila dari hasil pemantauan diperlukan
pelaksanaan pembangunan, serta mengambil langkah-
pemecahan masalah atau perubahan (revisi).
langkah apabila dari hasil pemantauan diperlukan
Dalam rangka evaluasi dikenal adanya evaluasi kinerja
pemecahan masalah atau perubahan (revisi).
(performance evaluation) yang memberikan informasi
Dalam rangka evaluasi dikenal adanya evaluasi kinerja
tidak hanya menyangkut input dan output tetapi
(performance evaluation) yang memberikan informasi
lebih jauh lagi menyangkut hasil (result) dan manfaat
tidak hanya menyangkut input dan output tetapi
(benefit), termasuk pula dampaknya. Evaluasi kinerja
lebih jauh lagi menyangkut hasil (result) dan manfaat
pembangunan dapat dilaksanakan pada setiap tahap.
(benefit), termasuk pula dampaknya. Evaluasi kinerja
Evaluasi kinerja tidak begitu menekankan pada proses
pembangunan dapat dilaksanakan pada setiap tahap.
seperti audit, yang menekankan pada compliance
Evaluasi kinerja tidak begitu menekankan pada proses
terhadap rules and regulations. Dalam melaksanakan
seperti audit, yang menekankan pada compliance
studi evaluasi kinerja informasi indikator kinerja yang
terhadap rules and regulations. Dalam melaksanakan
sudah ada akan menjadi bahan dasar dalam melakukan
studi evaluasi kinerja informasi indikator kinerja yang
evaluasi maupun pengembangan indikator kinerja
sudah ada akan menjadi bahan dasar dalam melakukan
selanjutnya.
evaluasi maupun pengembangan indikator kinerja
selanjutnya. c. Pengawasan
Pengawasan atau pemantauan pembangunan pada
c. Pengawasan
dasarnya berarti mengikuti perkembangan pelaksanaan
Pengawasan atau pemantauan pembangunan pada
pembangunan agar senantiasa sesuai dengan rencana.
dasarnya berarti mengikuti perkembangan pelaksanaan
Pengawasan berimplikasi pada bertanggung-
pembangunan agar senantiasa sesuai dengan rencana.
jawaban (accountability) dan pencegahan terjadinya
Pengawasan berimplikasi pada bertanggung-
penyimpangan mengingat pelaksana pembangunaan
jawaban (accountability) dan pencegahan terjadinya
melibatkan manusia dengan beragam perilakunya.
penyimpangan mengingat pelaksana pembangunaan
Unsur penting lainnya sehingga pengawasan penting
melibatkan manusia dengan beragam perilakunya.
artinya bagi pelaksanaan pembangunan,yaitu karena
Unsur penting lainnya sehingga pengawasan penting
artinya bagi pelaksanaan pembangunan,yaitu karena

244 244
kemampuan keuangan Negara yang relative terbatas kemampuan keuangan Negara yang relative terbatas
sehingga penggunaan dana dilakukan secara efesien sehingga penggunaan dana dilakukan secara efesien
dan efektif serta tepat sasaran.Pengawasan juga berarti dan efektif serta tepat sasaran.Pengawasan juga berarti
mengarahkan dan mengkoordinasikan antar kegiatan mengarahkan dan mengkoordinasikan antar kegiatan
dalam pelaksanaan proyek-proyek agar pemborosan dalam pelaksanaan proyek-proyek agar pemborosan
dan penyelewengan dapat dicegah. Pengawasan dan penyelewengan dapat dicegah. Pengawasan
bukanlah suatu tujuan, melainkan suatu cara mencapai bukanlah suatu tujuan, melainkan suatu cara mencapai
tujuan. tujuan.
Dikatakan bahwa dalam pengawasan terdapat unsur Dikatakan bahwa dalam pengawasan terdapat unsur
membimbing dan mendidik terhadap pelaksana membimbing dan mendidik terhadap pelaksana
pembangunan untuk meningkatkan kemampuan dan pembangunan untuk meningkatkan kemampuan dan
profesionalismenya. profesionalismenya.
Johnson, Kast, dan Rosenzweig (1973) membagi Johnson, Kast, dan Rosenzweig (1973) membagi
sistem pengawasan ke dalam bentuk : Pengawasan sistem pengawasan ke dalam bentuk : Pengawasan
organisasional, yaitu suatu sistem pengawasan umum organisasional, yaitu suatu sistem pengawasan umum
yang menilai kinerja keseluruhan dari suatu kegiatan yang menilai kinerja keseluruhan dari suatu kegiatan
di dalam organisasi. Pengawasan yang lain adalah di dalam organisasi. Pengawasan yang lain adalah
pengawasn operasional, yaitu sistem pengawasan pengawasn operasional, yaitu sistem pengawasan
yang digunakan untuk mengukur kinerja harian suatu yang digunakan untuk mengukur kinerja harian suatu
kegiatan dan memberikan langkah-langkah koreksi kegiatan dan memberikan langkah-langkah koreksi
langsung (immediate corrective actions). langsung (immediate corrective actions).
Suatu pengawasan dikatakan efektif apabila didukung Suatu pengawasan dikatakan efektif apabila didukung
oleh sistem informasi yang bekerja efektif, dan oleh sistem informasi yang bekerja efektif, dan
menghasilkan informasi akurat.Dengan demikian menghasilkan informasi akurat.Dengan demikian
benarlah apayang senantiasa dikemukakan oleh benarlah apayang senantiasa dikemukakan oleh
pemerhati pembangunan bahwa kebutuhan informasi pemerhati pembangunan bahwa kebutuhan informasi
menjadi sangat penting artinya untuk menilai situasi dan menjadi sangat penting artinya untuk menilai situasi dan
kondisi yang melingkupi suatu isu dan mengevaluasi kondisi yang melingkupi suatu isu dan mengevaluasi
alternatif langkah-langkah selanjutnya. alternatif langkah-langkah selanjutnya.
d. Sistem Informasi dalam Manajemen Pembangunan d. Sistem Informasi dalam Manajemen Pembangunan
Sistem informasi merupakan suatu kesatuan tatanan Sistem informasi merupakan suatu kesatuan tatanan
yang terdiri dari organisasi, manajemen/prosedur, yang terdiri dari organisasi, manajemen/prosedur,
teknologi, himpunan data, dan sumber daya manusia teknologi, himpunan data, dan sumber daya manusia
yang bertugas menghasilkan dan menyampaikan yang bertugas menghasilkan dan menyampaikan

245 245
informasi secara cepat, tepat, lengkap dan akurat
informasi secara cepat, tepat, lengkap dan akurat untuk mendukung berbagai fungsi manajemen dalam
untuk mendukung berbagai fungsi manajemen dalam mewujudkan sasaran yang dikehendaki.
mewujudkan sasaran yang dikehendaki. Dinyatakan bahwa keberadaan sistem informasi yang
Dinyatakan bahwa keberadaan sistem informasi yang andal menjadi kebutuhan mutlak dalam mendukung
andal menjadi kebutuhan mutlak dalam mendukung upaya pembangunan, dan berperan dalam strategi
upaya pembangunan, dan berperan dalam strategi penyelenggaraan pembangunan, yaitu karena
penyelenggaraan pembangunan, yaitu karena sistem informasi menjadi vital dalam pelaksanaan
sistem informasi menjadi vital dalam pelaksanaan pembangunan.Tanpa sistem informasi yang andal
pembangunan.Tanpa sistem informasi yang andal akan menyebabkan: Kesulitan dalam penyusunan
akan menyebabkan: Kesulitan dalam penyusunan rencana yang efektif dan terpadu; Kesulitan dalam hal
rencana yang efektif dan terpadu; Kesulitan dalam hal pelaksanaan tugas pengendalian pembangunan.
pelaksanaan tugas pengendalian pembangunan. Penyusunan rencana yang tepat hanya dapat dilakukan
Penyusunan rencana yang tepat hanya dapat dilakukan bilamana didukung oleh imformasi yang akurat;
bilamana didukung oleh imformasi yang akurat; Memudahkan penentuan prioritas, serta mencegah
Memudahkan penentuan prioritas, serta mencegah duplikasi atau tumpang tindih kebijakan; Pengendalian
duplikasi atau tumpang tindih kebijakan; Pengendalian pelaksanaan pembangunan, termasuk pengawasan
pelaksanaan pembangunan, termasuk pengawasan atau pemantauan dan pemeriksaan, pelaporan serta
atau pemantauan dan pemeriksaan, pelaporan serta tindak lanjutnya harus didukung oleh sistem informasi.
tindak lanjutnya harus didukung oleh sistem informasi. Memberikan signal apakah kegiatan yang sedang
Memberikan signal apakah kegiatan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan tujuan/sasaran yang telah
dilaksanakan sesuai dengan tujuan/sasaran yang telah direncanakan, atau memberikan earlywarning untuk
direncanakan, atau memberikan earlywarning untuk mencegah terjadinya penyimpangan.
mencegah terjadinya penyimpangan. Dalam penerapan manajemen modern antara lain
Dalam penerapan manajemen modern antara lain diisyaratkan pemanfaatan sistem informasi dan
diisyaratkan pemanfaatan sistem informasi dan teknologi informasi sebagai perangkat pendukung
teknologi informasi sebagai perangkat pendukung dalam pengumpulan, pengolahan data, dan penyajian
dalam pengumpulan, pengolahan data, dan penyajian informasi. Teknologi informasi termasuk perangkat
informasi. Teknologi informasi termasuk perangkat komputer, jaringan komunikasi secara on-line,
komputer, jaringan komunikasi secara on-line, teknologi citra image untuk aplikasi berbasis grafis, dan
teknologi citra image untuk aplikasi berbasis grafis, dan lain-lain.
lain-lain. Revolusi informasi akan berdampak luas pada semua
Revolusi informasi akan berdampak luas pada semua bidang, baik politik, ekonomi, maupun sosial, termasuk
bidang, baik politik, ekonomi, maupun sosial, termasuk administrasi negara dan administrasi pembangunan.
administrasi negara dan administrasi pembangunan. Selanjutnya, sebagaimana diketahui, kegiatan-kegiatan
Selanjutnya, sebagaimana diketahui, kegiatan-kegiatan

246 246
pembangunan diorganisa--sikan dalam sektor, subsektor, pembangunan diorganisa--sikan dalam sektor, subsektor,
dan program. Program pada dasarnya adalah kumpulan dan program. Program pada dasarnya adalah kumpulan
kegiatan yang dapat dihimpun dalam suatu kelompok kegiatan yang dapat dihimpun dalam suatu kelompok
yang sama secara sendiri-sendiri atau bersama-sama yang sama secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
untuk mencapai tujuan dan sasaran yang sama. untuk mencapai tujuan dan sasaran yang sama.
Dalam sistem APBN, prosedur administrasi yang harus Dalam sistem APBN, prosedur administrasi yang harus
dilalui oleh sebuah proyek sejak tahap penyiapan sampai dilalui oleh sebuah proyek sejak tahap penyiapan sampai
pelaksanaan adalah sebagai berikut : pelaksanaan adalah sebagai berikut :
a. Penyusunan dan pengajuan daftar usulan proyek a. Penyusunan dan pengajuan daftar usulan proyek
oleh instansi pemerintah dan pengusul sesuai dengan oleh instansi pemerintah dan pengusul sesuai dengan
fungsi, tugas, dan tanggungjawabnya. fungsi, tugas, dan tanggungjawabnya.
b. Penilaian daftar usulan proyek di Bappenas. b. Penilaian daftar usulan proyek di Bappenas.
c. Penyediaan anggaran tahunan bagi proyek yang c. Penyediaan anggaran tahunan bagi proyek yang
disetujui di dalam dokumen anggaran. disetujui di dalam dokumen anggaran.
d. Pelaksanaan proyek sesuai dengan ketentuan yang d. Pelaksanaan proyek sesuai dengan ketentuan yang
berlaku oleh instansi pusat maupun daerah yang berlaku oleh instansi pusat maupun daerah yang
bertanggungjawab atas proyek tersebut. bertanggungjawab atas proyek tersebut.
e. Pemantauan pelaksanaan proyek-proyek pemba- e. Pemantauan pelaksanaan proyek-proyek pemba-
ngunan dikembangkan sebagai bagian dari ngunan dikembangkan sebagai bagian dari
sistem perencanaan dan pengendalian yang sistem perencanaan dan pengendalian yang
secara fungsional dilaksanakan oleh depatemen/. secara fungsional dilaksanakan oleh depatemen/.
lembaga sesuai sektor/subsektor yang menjadi lembaga sesuai sektor/subsektor yang menjadi
tanggungjawabnya, berdasarkan mekanisme dan tanggungjawabnya, berdasarkan mekanisme dan
mengikuti format yang telah ditentukan. mengikuti format yang telah ditentukan.
e. Sistem Pemantauan dan Evaluasi Kinerja e. Sistem Pemantauan dan Evaluasi Kinerja
Sistem pemantauan dan evaluasi kinerja mempunyai Sistem pemantauan dan evaluasi kinerja mempunyai
peranan penting dalam menyediakan informasi peranan penting dalam menyediakan informasi
mengenai perkembangan pelaksanaan proyek, baik mengenai perkembangan pelaksanaan proyek, baik
dalam pengendalian pelaksanaan proyek maupun dalam dalam pengendalian pelaksanaan proyek maupun dalam
perencanaan berikutnya. Oleh karena itu, pemantauan perencanaan berikutnya. Oleh karena itu, pemantauan
dan evaluasi kinerja proyek pembangunan merupakan dan evaluasi kinerja proyek pembangunan merupakan
salah satu tugas pokok yang perlu dipraktikkan dalam salah satu tugas pokok yang perlu dipraktikkan dalam
perencanaan dan manajemen pembangunan. perencanaan dan manajemen pembangunan.
Dalam sistem pemantauan pelaksanaan proyek-proyek Dalam sistem pemantauan pelaksanaan proyek-proyek

247 247
pembangunan yang berlaku dewasa ini, terdapat unsur-
unsur sebagai berikut:
pembangunan yang berlaku dewasa ini, terdapat unsur-
unsur sebagai berikut: a. Proyek-proyek pembangunan yang dipantau
b. Pejabat yang menyampaikan laporan
a. Proyek-proyek pembangunan yang dipantau
c. Periode pelaporan
b. Pejabat yang menyampaikan laporan
d. Bentuk-bentuk formulir pelaporan.
c. Periode pelaporan
e. Mekanisme pelaporan.
d. Bentuk-bentuk formulir pelaporan.
e. Mekanisme pelaporan. f. Sistem Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja merupakan salah satu kegiatan
f. Sistem Evaluasi Kinerja
perencanaan dan manajemen pembangunan yang
Evaluasi kinerja merupakan salah satu kegiatan
tidak kalah penting dibanding kegiatan lainnya.
perencanaan dan manajemen pembangunan yang
Namun, kegiatan ini masih belum banyak dilakukan
tidak kalah penting dibanding kegiatan lainnya.
secara komprehensif, sistematis, mandiri dan
Namun, kegiatan ini masih belum banyak dilakukan
melembaga. Evaluasi kinerja terhadap proyek yang
secara komprehensif, sistematis, mandiri dan
sudah selesai dibangun pada proyek yang sudah
melembaga. Evaluasi kinerja terhadap proyek yang
beberapa tahun berfungsi, pada umumnya baru
sudah selesai dibangun pada proyek yang sudah
dilakukan untuk proyek-proyek bantuan luar negeri
beberapa tahun berfungsi, pada umumnya baru
bersama-sama dengan pihak pemberi bantuan
dilakukan untuk proyek-proyek bantuan luar negeri
seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia,
bersama-sama dengan pihak pemberi bantuan
atau pemberi bantuan bilateral, seperti Jepang dan
seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia,
Amerika Serikat.
atau pemberi bantuan bilateral, seperti Jepang dan
Dari segi pendekatan, penilaian kinerja proyek
Amerika Serikat.
pembangunan dilakukan antara lain dengan
Dari segi pendekatan, penilaian kinerja proyek
membandingkan sasaran kinerja dengan realisasi
pembangunan dilakukan antara lain dengan
kinerja yang dicapai pada tahap proyek selesai
membandingkan sasaran kinerja dengan realisasi
dibangun atau pada tahap proyek telah berfungsi.
kinerja yang dicapai pada tahap proyek selesai
Perbandingan antara indikator kinerja dan sasaran
dibangun atau pada tahap proyek telah berfungsi.
kinerja yang direncanakan dengan realisasi tersebut
Perbandingan antara indikator kinerja dan sasaran
akan dapat mengungkapkan tingkat efisiensi dan
kinerja yang direncanakan dengan realisasi tersebut
efektivitas pelaksanaan proyek pembangunan
akan dapat mengungkapkan tingkat efisiensi dan
serta tingkat pencapaian sasaran dan tujuan
efektivitas pelaksanaan proyek pembangunan
pembangunan.
serta tingkat pencapaian sasaran dan tujuan
Untuk mengamankan pelaksanaan pembangunan
pembangunan.
dalam mencapai sasaran dan tujuannya secara
Untuk mengamankan pelaksanaan pembangunan
dalam mencapai sasaran dan tujuannya secara

248 248
efisien dan efektif diterapkanllah suatu sistem efisien dan efektif diterapkanllah suatu sistem
pengawasan.Hal ini sejalan konsep manajemen di pengawasan.Hal ini sejalan konsep manajemen di
mana kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan mana kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan merupakan bagian dari fungsi dan pengawasan merupakan bagian dari fungsi
manajemen. Ketiganya sangat berhubungan erat, manajemen. Ketiganya sangat berhubungan erat,
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya. lainnya.
Dari konsep pengawasan yang demikian, lahirlah Dari konsep pengawasan yang demikian, lahirlah
kelembagaan aparat pengawasan pembangunan yang kelembagaan aparat pengawasan pembangunan yang
terdiri atas: aparat pengawasan intern pemerintah, terdiri atas: aparat pengawasan intern pemerintah,
yang disebut juga Aparat Pengawasan Fungsional yang disebut juga Aparat Pengawasan Fungsional
Pemerintah (APFP), dan Aparat Pengawasan Ekstern Pemerintah (APFP), dan Aparat Pengawasan Ekstern
Pemerintah (APEP). Pemerintah (APEP).
Secara garis besar, struktur dan mekanisme Secara garis besar, struktur dan mekanisme
pengawasan yang berlaku di Indonesia adalah pengawasan yang berlaku di Indonesia adalah
sebagai berikut: sebagai berikut:
a. Inspektur wilayah provinsi/kabupaten/kota a. Inspektur wilayah provinsi/kabupaten/kota
merupakan aparat pengawasan di daerah masing- merupakan aparat pengawasan di daerah masing-
masing yang mengawasi kegiatan sejauh wewenang masing yang mengawasi kegiatan sejauh wewenang
pengawasannya dan menyampaikan hasil-hasilnya pengawasannya dan menyampaikan hasil-hasilnya
kepada instansi yang lebih tinggi. kepada instansi yang lebih tinggi.
b. Inspektur jenderal departemen melaksanakan b. Inspektur jenderal departemen melaksanakan
pengawasan sesuai dengan ruang lingkup wewe- pengawasan sesuai dengan ruang lingkup wewe-
nangnya dan melaporkan hasilnya kepada menteri nangnya dan melaporkan hasilnya kepada menteri
dan departemen yang bersangkutan. dan departemen yang bersangkutan.
c. BPKP melakukan koordinasi teknis pengawasan c. BPKP melakukan koordinasi teknis pengawasan
yang dilakukan oleh aparat pengawasan di pusat dan yang dilakukan oleh aparat pengawasan di pusat dan
daerah. daerah.
d. Menteri menerima laporan Irjen Departemen untuk d. Menteri menerima laporan Irjen Departemen untuk
pertimbangan kebijaksanaan lebih lanjut serta sebagai pertimbangan kebijaksanaan lebih lanjut serta sebagai
bahan konsultatif bagi persidangan antar menteri. bahan konsultatif bagi persidangan antar menteri.
e. Menteri Ekku dan Wasbang mengkoordinasikan para e. Menteri Ekku dan Wasbang mengkoordinasikan para
menteri/pimpinan LNPD sepanjang menyangkut menteri/pimpinan LNPD sepanjang menyangkut
bidang pengawasan. bidang pengawasan.

249 249
f. Wakil presiden mendapat tugas khusus Presiden
f. Wakil presiden mendapat tugas khusus Presiden untuk mengkoordinasikan seluruh aparat penga-
untuk mengkoordinasikan seluruh aparat penga- wasan pemerintah dan kegiatannya.
wasan pemerintah dan kegiatannya. g. Presiden melakukan pembinaan pengawasan
g. Presiden melakukan pembinaan pengawasan yang dilakukan aparat pengawas, yang dalam
yang dilakukan aparat pengawas, yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh Irjenbang selaku staf
pelaksanaannya dibantu oleh Irjenbang selaku staf pembantu Presiden.
pembantu Presiden. h. BPK mempunyai tugas memeriksa tanggungjawab
h. BPK mempunyai tugas memeriksa tanggungjawab pemerintah tentang keuangan dan kekayaan
pemerintah tentang keuangan dan kekayaan Negara serta semua pelaksanaan APBN, APBD, dan
Negara serta semua pelaksanaan APBN, APBD, dan anggaran BUMN/BUMD berdasarkan ketentuan
anggaran BUMN/BUMD berdasarkan ketentuan UU, dan berkewajiban untuk memberitahukan hasil
UU, dan berkewajiban untuk memberitahukan hasil pemeriksaannya kepada DPR.
pemeriksaannya kepada DPR. i. DPR sebagai lembaga perwakilan melakukan
i. DPR sebagai lembaga perwakilan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas-tugas
pengawasan terhadap pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan.
pemerintahan. j. Mahkamah Agung melakukan pengawasan
j. Mahkamah Agung melakukan pengawasan atas jalannya peradilan untuk diambil tindakan
atas jalannya peradilan untuk diambil tindakan perbaikan/penertiban.
perbaikan/penertiban. Di dalam pengawasan pembangunan dikenal pula istilah
Di dalam pengawasan pembangunan dikenal pula istilah Pengawasan melekat, yaitu pengawasan yang secara struktural
Pengawasan melekat, yaitu pengawasan yang secara struktural melekat pada setiap dan seluruh hirarki jabatan pimpinan
melekat pada setiap dan seluruh hirarki jabatan pimpinan organisasi dan merupakan fungsi internnya.Selain itu, dikenal
organisasi dan merupakan fungsi internnya.Selain itu, dikenal pula pengawasan masyarakat, yaitu merupakan bentuk
pula pengawasan masyarakat, yaitu merupakan bentuk partisipasi masyarakat atas penyelenggaraan pemerintah dan
partisipasi masyarakat atas penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan.Partisipasi masyarakat tersebut bukan tampil
pembangunan.Partisipasi masyarakat tersebut bukan tampil dengan sendirinya, tetapi harus didahului oleh terbentuk sikap
dengan sendirinya, tetapi harus didahului oleh terbentuk sikap peduli dan motivasi.
peduli dan motivasi. Tindak lanjut pengawasan terdiri atas: Tindak lanjut
Tindak lanjut pengawasan terdiri atas: Tindak lanjut bersifat preventif, berupa penyempurnaan unsur aparatur di
bersifat preventif, berupa penyempurnaan unsur aparatur di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian; dan
bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian; dan tindak lanjut bersifat represif, berupa penindakan terhadap
tindak lanjut bersifat represif, berupa penindakan terhadap perbuatan korupsi, penyalahgunaan wewenang, kebocoran,
perbuatan korupsi, penyalahgunaan wewenang, kebocoran, dan pemborosan serta penyelewengan lainnya. http://nardilbs.
dan pemborosan serta penyelewengan lainnya. http://nardilbs. blogspot.co.id
blogspot.co.id
250 250
1. Dinamika Pembangunan 1. Dinamika Pembangunan
Dijelaskan bahwa melaksanakan tugas pembangunan Dijelaskan bahwa melaksanakan tugas pembangunan
berarti adanya upaya secara bersama-sama antara pemerintah berarti adanya upaya secara bersama-sama antara pemerintah
dan masyarakatnya untuk meningkatkan taraf hidup bangsa dan masyarakatnya untuk meningkatkan taraf hidup bangsa
dengan mengerahkan seluruh kemampuan yang dimiliki. dengan mengerahkan seluruh kemampuan yang dimiliki.
Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah Pembangunan nasional pada hakikatnya adalah
pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia, bergerak melakukan perubahan secara masyarakat Indonesia, bergerak melakukan perubahan secara
terus-menerus dan bertahap kea rah kemajuan dan perbaiakn terus-menerus dan bertahap kea rah kemajuan dan perbaiakn
seluruh aspek kehidupan bernegara. seluruh aspek kehidupan bernegara.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat
Indonesia sudah barang tentu tidak akan berjalan dengan Indonesia sudah barang tentu tidak akan berjalan dengan
baik dan mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditargetkan baik dan mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditargetkan
tanpa dibarengi oleh perumusan kebijaksanaan dan strategi tanpa dibarengi oleh perumusan kebijaksanaan dan strategi
pembangunan nasional yang jelas. pembangunan nasional yang jelas.
Dalam pembahasan aspek dan gerak dinamika Dalam pembahasan aspek dan gerak dinamika
pembangunan nasional terdapat lima aspek komponen yang pembangunan nasional terdapat lima aspek komponen yang
merupakan tujuan akhir pembangunan nasional bangasa merupakan tujuan akhir pembangunan nasional bangasa
Indonesia, antara lain: Indonesia, antara lain:
a. Kemakmuran di bidang material; diartikan sebagai a. Kemakmuran di bidang material; diartikan sebagai
kesebacukupan dalam kebutuhan fisik yang terutama kesebacukupan dalam kebutuhan fisik yang terutama
terwujud dalam bentuk tersedianya sandang, pangan terwujud dalam bentuk tersedianya sandang, pangan
dan papan. dan papan.
b. Kesejahteraan mental; dikaitkan dengan tersedianya b. Kesejahteraan mental; dikaitkan dengan tersedianya
kesempatan untuk meningkatkan pendidikan dalam kesempatan untuk meningkatkan pendidikan dalam
rangka penambahan pengetahuan dan ketrampilan. rangka penambahan pengetahuan dan ketrampilan.
c. Kesejahteraan fisik dan rohaniah; berkaitan erat c. Kesejahteraan fisik dan rohaniah; berkaitan erat
dengan keamanan dari berbagai jenis gangguan, baik dengan keamanan dari berbagai jenis gangguan, baik
yang menyangkut nyawa maupun harta benda kita. yang menyangkut nyawa maupun harta benda kita.
Sedangkan kerohanian berkaitan dengan kebebasan Sedangkan kerohanian berkaitan dengan kebebasan
menganut suatu ajaran agama tertentu berdasarkan menganut suatu ajaran agama tertentu berdasarkan
keyakinan seseorang serta melakukan ibadatnya keyakinan seseorang serta melakukan ibadatnya
menurut ajaran agama yang dipeluknya. menurut ajaran agama yang dipeluknya.
d. Kebahagiaan; tidak semata-mata dalam wujud d. Kebahagiaan; tidak semata-mata dalam wujud

251 251
kebendaan melainkan pengakuan terhormat atas
tingginya harkat dan martabat manusia itu.
kebendaan melainkan pengakuan terhormat atas
e. Masyarakat bangsa yang berkeadilan sosial; memberikan
tingginya harkat dan martabat manusia itu.
keadilan yang sama terhadap semua orang, bukan
e. Masyarakat bangsa yang berkeadilan sosial; memberikan
berdasarkan kemakmuran material seseorang.
keadilan yang sama terhadap semua orang, bukan
berdasarkan kemakmuran material seseorang.
2. Pola Dasar dan Prinsip Penyelenggaraan Pembangunan
Pola dasar pembangunan nasional menggariskan
2. Pola Dasar dan Prinsip Penyelenggaraan Pembangunan
apa yang menjadi tujuan pembangunan nasional yang
Pola dasar pembangunan nasional menggariskan
pelaksanaannya dilakukan secara berencana, menyeluruh,
apa yang menjadi tujuan pembangunan nasional yang
terpadu, terarah, bertahap dan berkelanjutan untuk
pelaksanaannya dilakukan secara berencana, menyeluruh,
memingkatkan kemampuan nasioanl dalam rangka
terpadu, terarah, bertahap dan berkelanjutan untuk
mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan
memingkatkan kemampuan nasioanl dalam rangka
bangsa lain.
mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan
Terdapat sembilan asas yang memberi arah pelaksanaan
bangsa lain.
pembangunan nasional, kesembilan asas tersebut adalah:
Terdapat sembilan asas yang memberi arah pelaksanaan
pembangunan nasional, kesembilan asas tersebut adalah: a. Asas keimanan dan ketaqwaan, bahwa segala usaha dan
kegiatan pembanguna nasioanl dijiwai, digerakkan dan
a. Asas keimanan dan ketaqwaan, bahwa segala usaha dan
dikenadalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap
kegiatan pembanguna nasioanl dijiwai, digerakkan dan
Tuhan YME sebagai nilai luhur yang menjadi landasan
dikenadalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap
spiritual, moral, dan etika dalam rangka pembangunan
Tuhan YME sebagai nilai luhur yang menjadi landasan
nasional sebagai pengamalan Pancasila.
spiritual, moral, dan etika dalam rangka pembangunan
b. Asas manfaat, bahwa segala usaha dan kegitana
nasional sebagai pengamalan Pancasila.
pembangunan nasional memberikan manfaat bagi
b. Asas manfaat, bahwa segala usaha dan kegitana
kemanusiaan, kesejahteraan rakyat dan pengembangan
pembangunan nasional memberikan manfaat bagi
pribadi warga Negara serta mengutamakan kelestarian
kemanusiaan, kesejahteraan rakyat dan pengembangan
nilai-nilai luhur budaya bangsa.
pribadi warga Negara serta mengutamakan kelestarian
c. Asas demokrasi Pancasila, bahwa untuk mencapai tujuan
nilai-nilai luhur budaya bangsa.
pembangunan nasional dilakukan dengan semnangat
c. Asas demokrasi Pancasila, bahwa untuk mencapai tujuan
kekluargaan yang bercirikan kebersamaan, gotong
pembangunan nasional dilakukan dengan semnangat
royong, persatuan dan kesatuan melalui musyawarah
kekluargaan yang bercirikan kebersamaan, gotong
untuk mencapai mufakat.
royong, persatuan dan kesatuan melalui musyawarah
d. Asas adil dan merata, bahwa pembangunan nasional
untuk mencapai mufakat.
dilakukan atas usaha bersama harus merata di semua
d. Asas adil dan merata, bahwa pembangunan nasional
dilakukan atas usaha bersama harus merata di semua

252 252
lapisan masyarakat dan di seluruh wilayah tanah air lapisan masyarakat dan di seluruh wilayah tanah air
dimana setiap warga Negara berhak memperoleh dimana setiap warga Negara berhak memperoleh
kesempatan berperan dan menikmati hasilnya secara kesempatan berperan dan menikmati hasilnya secara
adil sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. adil sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan.
e. Asas keseimbangan, keserasian dan keselarasan dalam e. Asas keseimbangan, keserasian dan keselarasan dalam
kehidupan, bahwa dalam pembangunan nasional kehidupan, bahwa dalam pembangunan nasional
harus ada keseimbangan antara berbagai kepentingan, harus ada keseimbangan antara berbagai kepentingan,
yaitu keseimbangan keserasian dan keselarasan antara yaitu keseimbangan keserasian dan keselarasan antara
kepentingan dunia dan akhirat, material dan spiritual jiwa kepentingan dunia dan akhirat, material dan spiritual jiwa
raga, individu, masyarakat dan Negara, pusat dan daerah raga, individu, masyarakat dan Negara, pusat dan daerah
serta antardaerah, kepentingan kehidupan darat, laut dan serta antardaerah, kepentingan kehidupan darat, laut dan
udara serta kepentingan nasional dan internasional. udara serta kepentingan nasional dan internasional.
f. Asas hukum, bahwa setiap warga Negara dan penye- f. Asas hukum, bahwa setiap warga Negara dan penye-
lenggara Negara harus taat pada hokum yang berintikan lenggara Negara harus taat pada hokum yang berintikan
keadilan dan kebenaran, serta Negara diwajibkan untuk keadilan dan kebenaran, serta Negara diwajibkan untuk
menegakkan dan menjamin kepastian hukum. menegakkan dan menjamin kepastian hukum.
g. Asas kemandirian, bahwa pembangunan nasional g. Asas kemandirian, bahwa pembangunan nasional
berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan
kekuatan sendiri, serta bersendikan kepada kepribadian kekuatan sendiri, serta bersendikan kepada kepribadian
bangsa. bangsa.
h. Asas kejuangan, bahwa penyelenggara Negara dan h. Asas kejuangan, bahwa penyelenggara Negara dan
masyarakat harus memiliki mental, tekad, jiwa dan masyarakat harus memiliki mental, tekad, jiwa dan
semnagat pengabdian serta ketaatan dan disiplin yang semnagat pengabdian serta ketaatan dan disiplin yang
tinggi dengan lebih mengutamakn kepentingan bangsa tinggi dengan lebih mengutamakn kepentingan bangsa
dan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. dan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
i. Asas ilmu pengetahuan dan teknologi, bahwa dalam i. Asas ilmu pengetahuan dan teknologi, bahwa dalam
penyelenggaraan pembangunan nasioanl perlu penyelenggaraan pembangunan nasioanl perlu
menerapkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi. menerapkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pelaksanaan pembangunan nasional dilakukan dengan Pelaksanaan pembangunan nasional dilakukan dengan
berpegang pada prinsip yang dijadikan pedoman dalam berpegang pada prinsip yang dijadikan pedoman dalam
penyelenggaraannya, antara lain: penyelenggaraannya, antara lain:
a. Kesemestaan, bahwa pembangunan nasional bersifat a. Kesemestaan, bahwa pembangunan nasional bersifat
komprehensif, artinya menyatukan seluruh aspek komprehensif, artinya menyatukan seluruh aspek
kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia. kehidupan dan penghidupan bangsa Indonesia.

253 253
b. Partisipasi rakyat, betapapun kulifiednya para aparat
penyelenggara Negara dan matangnya program-
b. Partisipasi rakyat, betapapun kulifiednya para aparat
program pembangunan yang dicanangkan; tidak akan
penyelenggara Negara dan matangnya program-
membawa hasil yang optimal tanpa didukung oleh
program pembangunan yang dicanangkan; tidak akan
partisipasi rakyat;
membawa hasil yang optimal tanpa didukung oleh
c. Keseimbangan, mengandung makna bahwa
partisipasi rakyat;
pembangunan nasioanl harus seimbang.
c. Keseimbangan, mengandung makna bahwa pemba-
d. Kontinuitas, cita-cita akhir bangsa Indonesia tidak akan
ngunan nasioanl harus seimbang.
tercapai dalam kurun waktu satu generasi. Hal ini berarti
d. Kontinuitas, cita-cita akhir bangsa Indonesia tidak akan
bahwa usaha mewujudkannya harus diperjuangkan
tercapai dalam kurun waktu satu generasi. Hal ini berarti
secara terus-menerus.
bahwa usaha mewujudkannya harus diperjuangkan
e. Kemandirian, pelaksanaan pembangunan nasional
secara terus-menerus.
harus berlandaskan pada kepercayaan akan kemam-
e. Kemandirian, pelaksanaan pembangunan nasional
puan dan kekuatan sendiri yang bersendikan pada
harus berlandaskan pada kepercayaan akan kemam-
kepribadian bangsa.
puan dan kekuatan sendiri yang bersendikan pada
f. Skala prioritas, pelaksanaan pembangunan dibatasi oleh
kepribadian bangsa.
berbagai keterbatasan, sehingga tidak mungkin semua
f. Skala prioritas, pelaksanaan pembangunan dibatasi oleh
bidang atau masalah dilaksanakan atau ditangani dalam
berbagai keterbatasan, sehingga tidak mungkin semua
waktu bersamaan.
bidang atau masalah dilaksanakan atau ditangani dalam
g. Pemerataan disertai pertumbuhan, hasil-hasil
waktu bersamaan.
pembangunan yang telah dicapai harus dapat dinikmati
g. Pemerataan disertai pertumbuhan, hasil-hasil pemba-
secara merata oleh seluruh bangsa Indonesia.
ngunan yang telah dicapai harus dapat dinikmati secara
merata oleh seluruh bangsa Indonesia. Pembangunan di berbagai sektor telah dilaksanakan
secara terus-menerus, makin meningkat meluas, mendalam,
Pembangunan di berbagai sektor telah dilaksanakan
dan makin merata dalam kerangka trilogi pembangunan.
secara terus-menerus, makin meningkat meluas, mendalam,
Pelaksanaan pembangunan pada setiap sektor telah berhasil
dan makin merata dalam kerangka trilogi pembangunan.
mengatasi masalah mendasar dan telah memberikan hasil
Pelaksanaan pembangunan pada setiap sektor telah berhasil
yang berupa peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan
mengatasi masalah mendasar dan telah memberikan hasil
serta membangun landasan yang kuat untuk repelita-repelita
yang berupa peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan
selanjutnya.
serta membangun landasan yang kuat untuk repelita-repelita
selanjutnya.
3. Kunci Keberhasilan Pembangunan di Indonesia
Suksesnya pelaksanaan pembangunan nasional
3. Kunci Keberhasilan Pembangunan di Indonesia
didukung oleh beberapa faktor yaitu:
Suksesnya pelaksanaan pembangunan nasional
didukung oleh beberapa faktor yaitu:

254 254
a. Kemerdekaan dan kedaulatan bangsa, bahwa untuk a. Kemerdekaan dan kedaulatan bangsa, bahwa untuk
terselenggaranya pembangunan ekonomi bangsa terselenggaranya pembangunan ekonomi bangsa
Indonesia, modal yang dipandang sangat penting adalah Indonesia, modal yang dipandang sangat penting adalah
modal yang mencerminkan harga diri dan martabat modal yang mencerminkan harga diri dan martabat
bangsa yang merupakan motivasi kuat untuk bertekad bangsa yang merupakan motivasi kuat untuk bertekad
memperbaiki nasib dengan mengandalkan kekuatan memperbaiki nasib dengan mengandalkan kekuatan
sendiri. sendiri.
b. Posisi geografik negara, bahwa faktor eografis menjadi b. Posisi geografik negara, bahwa faktor eografis menjadi
penting karena di dalamnya termasuk: Tersedianya penting karena di dalamnya termasuk: Tersedianya
sumber daya alam tertentu; Skla prioritas pembangunan sumber daya alam tertentu; Skla prioritas pembangunan
ekonomi yang harus dipertimbngkan; Jenis masalah ekonomi yang harus dipertimbngkan; Jenis masalah
yang diperhitungkan; Akses kepada sumber ekonomi yang diperhitungkan; Akses kepada sumber ekonomi
yang dibutuhkan, tetapi berada di luar batas wilayah yang dibutuhkan, tetapi berada di luar batas wilayah
negara kita. Ada beberapa implikasi atas posisi geografis negara kita. Ada beberapa implikasi atas posisi geografis
Indonesiayang perludikemukakan :a. Penduduk, yakni Indonesiayang perludikemukakan :a. Penduduk, yakni
jumlah penduduk yang besar merupakan keunggulan jumlah penduduk yang besar merupakan keunggulan
yang luar biasa menguntungkan bagi bangsa Indonesia. yang luar biasa menguntungkan bagi bangsa Indonesia.
Bila potensi ini dapat didayagunakan dan ditingkatkan Bila potensi ini dapat didayagunakan dan ditingkatkan
terutama kualitas fisik dan mental intelektualnya, maka terutama kualitas fisik dan mental intelektualnya, maka
selain merupakan sumber tenaga kerja yang besar serta selain merupakan sumber tenaga kerja yang besar serta
menjadi konsumen bagi pasaran industri nasioanl, juga menjadi konsumen bagi pasaran industri nasioanl, juga
dapat menjadi modal utama Indonesia dalam menghadapi dapat menjadi modal utama Indonesia dalam menghadapi
persaingan global di dunia internasional; b. Kekayaan persaingan global di dunia internasional; b. Kekayaan
alam, yakni keberhasilan pembangunan ekonomi yang alam, yakni keberhasilan pembangunan ekonomi yang
telah dicapai oleh Indonesia selama ini tidak terlepas dari telah dicapai oleh Indonesia selama ini tidak terlepas dari
dukungan sumber daya alam yang dimiliki, yang menjadi dukungan sumber daya alam yang dimiliki, yang menjadi
modal dasar pembangunan ekonomi nasional. modal dasar pembangunan ekonomi nasional.
c. Faktor rohaniah, mental dan ketaqwaa terhadap Tuhan c. Faktor rohaniah, mental dan ketaqwaa terhadap Tuhan
YME, yakni kekuatan utama yang menjadi sumber YME, yakni kekuatan utama yang menjadi sumber
inspirasi, factor penting menjadi moralitas pendukung inspirasi, factor penting menjadi moralitas pendukung
terlaksanya pembangunan ekonomi. terlaksanya pembangunan ekonomi.
d. Globalisasi ekonomi, yakni tata pergaulan dunia yang d. Globalisasi ekonomi, yakni tata pergaulan dunia yang
melahirkan globalisasi di berbagai bidang terutama di melahirkan globalisasi di berbagai bidang terutama di
bidang informasi dan ekonomi memberikan peluang bidang informasi dan ekonomi memberikan peluang
untuk mengenali dan memanfaatkan budaya ekonomi untuk mengenali dan memanfaatkan budaya ekonomi

255 255
bangsa lain dan membuka jalan masuk keluarnya
produk dalam dan luar negeri yang akan bersaing dalam
bangsa lain dan membuka jalan masuk keluarnya
pasar internasional.
produk dalam dan luar negeri yang akan bersaing dalam
e. Kepercayaan kreditur luar negeri, yakni keberhasilan
pasar internasional.
pembangunan ekonomi bangsa Indonesia dapat
e. Kepercayaan kreditur luar negeri, yakni keberhasilan
menambah kepercayaan kreditur luar negeri yakni
pembangunan ekonomi bangsa Indonesia dapat
situasi politik nasional yang stabil merupakan kesadaran
menambah kepercayaan kreditur luar negeri yakni
bahwa dalam keadaan situasi politik yang stabil
situasi politik nasional yang stabil merupakan kesadaran
pembangunan di segala bidang bisa diselenggarakan.
bahwa dalam keadaan situasi politik yang stabil
pembangunan di segala bidang bisa diselenggarakan.
4. Faktor Penghambat Pembangunan Nasional
Pelaksanaan pembangunan nasional tidak berjalan
4. Faktor Penghambat Pembangunan Nasional
mulus seperti yang dikehendaki, pelaksanaannya banyak
Pelaksanaan pembangunan nasional tidak berjalan
dihadapkan pada berbagai masalah yang merupakan peng-
mulus seperti yang dikehendaki, pelaksanaannya banyak
hambat pembangunan nasional. Faktor-faktor penghambat
dihadapkan pada berbagai masalah yang merupakan peng-
tersebut adalah:
hambat pembangunan nasional. Faktor-faktor penghambat
tersebut adalah: a. Gejolak sara; adanya perbedaan suku, ras dan agama,
dapat dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk
a. Gejolak sara; adanya perbedaan suku, ras dan agama,
menimbulkan gejolak sara yang dapat mengancam
dapat dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk
persatuan dan kesatuan Indonesia.
menimbulkan gejolak sara yang dapat mengancam
b. Produktivitas penduduk yang rendah; masih
persatuan dan kesatuan Indonesia.
tertinggalnya Indonesia di bidang produktivitas yang
b. Produktivitas penduduk yang rendah; masih
masih rendah serta tingkat pertumbuhan penduduk
tertinggalnya Indonesia di bidang produktivitas yang
masih cukup tinggi membuat sumber daya manusia
masih rendah serta tingkat pertumbuhan penduduk
Indonesia saat ini lebih cenderung menjadi beban yang
masih cukup tinggi membuat sumber daya manusia
menghambat laju pertumbuhan Indonesia.
Indonesia saat ini lebih cenderung menjadi beban yang
c. Kesenjangan social; kesenjangan pemerataan
menghambat laju pertumbuhan Indonesia.
pendapatan, kesempatan kerja (pengangguran),
c. Kesenjangan social; kesenjangan pemerataan
pelayanan kesehatan, kesenjangan pembangunan antar
pendapatan, kesempatan kerja (pengangguran),
daerah dapat menyebabkan kecemburuan social.
pelayanan kesehatan, kesenjangan pembangunan antar
d. Kekurangan modal dan teknologi,
daerah dapat menyebabkan kecemburuan social.
e. Persaingan dan proteksi negara lain di bidang
d. Kekurangan modal dan teknologi,
perdagangan; persaingan semakin ketat terhadap
e. Persaingan dan proteksi negara lain di bidang
komoditas ekspor serta tindakan proteksi Negara lain
perdagangan; persaingan semakin ketat terhadap
komoditas ekspor serta tindakan proteksi Negara lain

256 256
merupakan hambatan pengembangan ekspor Indonesia. merupakan hambatan pengembangan ekspor Indonesia.
f. Tingkat pendidikan bangsa Indonesia; tingkat f. Tingkat pendidikan bangsa Indonesia; tingkat
pendidikan bangsa Indonesia kebanyakan masih rendah pendidikan bangsa Indonesia kebanyakan masih rendah
serta masih banyak ditemui penduduk yang buta aksara. serta masih banyak ditemui penduduk yang buta aksara.

257 257
KINERJA KEUANGAN
KINERJA KEUANGAN
Kieso dkk (2002.3) menjelaskan bahwa laporan keuangan
Kieso dkk (2002.3) menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan sarana pengomunikasi informasi keuangan
merupakan sarana pengomunikasi informasi keuangan utama kepada pihak – pihak di luar korporasi. Laporan ini
utama kepada pihak – pihak di luar korporasi. Laporan ini melampiran sejarah perusahaan yang di kuantitatifkan dalam
melampiran sejarah perusahaan yang di kuantitatifkan dalam nilai moneter.
nilai moneter. Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses
Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan . Laporan keuangan yang lengkap biasanya
pelaporan keuangan . Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca , laporan laba rugi, laporan perubahan posisi
meliputi neraca , laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya
keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas , atau laporan arus dana, catatan dan laporan
laporan arus kas , atau laporan arus dana, catatan dan laporan lian serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral
lian serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
dari laporan keuangan. Mardiasmo ( 2002:162) tujuan umum laporan bagi
Mardiasmo ( 2002:162) tujuan umum laporan bagi organisasi pemerintah adalah :
organisasi pemerintah adalah : 1. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam
1. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi , social dan politik serta
pembuatan keputusan ekonomi , social dan politik serta berbagai bukti pertanggungjawaban (accountability)
berbagai bukti pertanggungjawaban (accountability) dan pengelolaan ( stewardship).
dan pengelolaan ( stewardship). 2. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk
2. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional.
mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk
adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas
pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan sumber daya yang dipercayakan kepadanya,
entitas pelaporan sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan :
dengan : 1. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya
1. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi kewajiban dan ekuitas dan pemerintah.
ekonomi kewajiban dan ekuitas dan pemerintah. 2. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi
2. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana
sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah.
pemerintah. 3. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi dan
3. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi.
penggunaan sumber daya ekonomi.

258 258
4. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi 4. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi
terhadap anggarannya. terhadap anggarannya.
5. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan 5. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan
mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan
kasnya. kasnya.
6. Menyediakan informasi mengenai pontensi pemerintah 6. Menyediakan informasi mengenai pontensi pemerintah
untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan
pemerintah. pemerintah.
7. Menyediakan informasi yang berguna untuk 7. Menyediakan informasi yang berguna untuk
mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam
mendanai aktivitasnya. mendanai aktivitasnya.
Peraturan Pemerintah No.24 Tahun2005 tentang Peraturan Pemerintah No.24 Tahun2005 tentang
standar Akuntasi Pemerintah , Komponen – komponen yang standar Akuntasi Pemerintah , Komponen – komponen yang
terdapat dalam suatu laporan keuangan pokok adalah : terdapat dalam suatu laporan keuangan pokok adalah :
1. Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan 1. Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan
keuangan pemerintah pusat / daerah yang menunjukkan keuangan pemerintah pusat / daerah yang menunjukkan
ketaatan terhadap APBN / APBD . Laparan Realisasi ketaatan terhadap APBN / APBD . Laparan Realisasi
Anggaran menyajikan ikhtiar sumber aplikasi dan Anggaran menyajikan ikhtiar sumber aplikasi dan
penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh
pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan.
Dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan
unsur yang dicakup dalam Realisasi Anggaran terdiri unsur yang dicakup dalam Realisasi Anggaran terdiri
dari : dari :
a. Pendapatan adalah semua penerima kas daerah yang a. Pendapatan adalah semua penerima kas daerah yang
menambahkan ekuitas dana dalam periode tahun menambahkan ekuitas dana dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
Pemda dan tidak perlu dibayar kembalioleh Pemda. Pemda dan tidak perlu dibayar kembalioleh Pemda.
b. Belanja adalah semua pengeluaran kas daerah b. Belanja adalah semua pengeluaran kas daerah
yang mengurangi ekuitas dana dalam periode yang mengurangi ekuitas dana dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak akan tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak akan
diperoleh kembali pembayarannya oleh Pemda. diperoleh kembali pembayarannya oleh Pemda.
c. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu c. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu
dibayar kembali daan / atau pengeluaran yang akan dibayar kembali daan / atau pengeluaran yang akan

259 259
diterima kembali baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun – tahun anggaran
diterima kembali baik pada tahun anggaran yang
berikutnya yang dalam penganggaran Pemda
bersangkutan maupun tahun – tahun anggaran
terutama dimaksudkan untuk menutupi defisit atau
berikutnya yang dalam penganggaran Pemda
memanfaatkan surplus anggaran.
terutama dimaksudkan untuk menutupi defisit atau
2. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
memanfaatkan surplus anggaran.
pelaporan mengenai asset, kewajiban dan ekuitas
2. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
dan pada tanggal tertentu. Masing – masing unsur
pelaporan mengenai asset, kewajiban dan ekuitas
didefenisikan sebagai berikut :
dan pada tanggal tertentu. Masing – masing unsur
a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai
didefenisikan sebagai berikut :
dan / atau dimiliki oleh Pemda sebagai akibat dari
a. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan / atau dimiliki oleh Pemda sebagai akibat dari
dan / atau social di masa depan diharapkan dapat
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
diperoleh.
dan / atau social di masa depan diharapkan dapat
b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa
diperoleh.
masa lalu yang penyelesaiaannya mengakibatkan
b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa
aliran keluar sumber daya ekonomi pemberdayaan
masa lalu yang penyelesaiaannya mengakibatkan
daerah.
aliran keluar sumber daya ekonomi pemberdayaan
c. Ekuitas dana adalah kekayaan bersih Pemda yang
daerah.
merupakan selisih antara asset dan kewajiban
c. Ekuitas dana adalah kekayaan bersih Pemda yang
Pemda.
merupakan selisih antara asset dan kewajiban
3. Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan atau
Pemda.
daftar terinci atau analisis atau nilai suatu pos yang
3. Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan atau
disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan
daftar terinci atau analisis atau nilai suatu pos yang
Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan keuangan juga
disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan
mencakup informasi tentang kebijakan akuntasi yang
Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan keuangan juga
dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain
mencakup informasi tentang kebijakan akuntasi yang
yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di
dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain
dalam standar akuntasi pemerintahan serta ungkapan
yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di
– ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan
dalam standar akuntasi pemerintahan serta ungkapan
penyajian laporan keuangan secara wajar. Catatan atas
– ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan
laporan keuangan disajiakn secara sistematis. Setiap pos
penyajian laporan keuangan secara wajar. Catatan atas
dalam laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Laporan
laporan keuangan disajiakn secara sistematis. Setiap pos
Arus kas harus memiliki referensi silang dengan
dalam laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Laporan
informasi terkait dalam catatan atas laporan keuangan.
Arus kas harus memiliki referensi silang dengan
informasi terkait dalam catatan atas laporan keuangan.

260 260
Catatan atas Laporan keuangan terdiri dari hal – hal Catatan atas Laporan keuangan terdiri dari hal – hal
sebagai berikut: sebagai berikut:
a. Menyajikan informasi tentang ekonomi makro a. Menyajikan informasi tentang ekonomi makro
kebijakan fiscal dan pencapaian target Perda APBD, kebijakan fiscal dan pencapaian target Perda APBD,
serta kendala yang dihadapi dalam pencapaian target. serta kendala yang dihadapi dalam pencapaian target.
b. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja selama b. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja selama
tahun pelaporan. tahun pelaporan.
c. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan c. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan
laporan keuangan dan kebijakan – kebijakan laporan keuangan dan kebijakan – kebijakan
akuntasi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi akuntasi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi
– transaksi dan kejadian – kejadian penting lainnya. – transaksi dan kejadian – kejadian penting lainnya.
d. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan d. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan
untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan
dalam lembar muka laporan keuangan. dalam lembar muka laporan keuangan.

Defenisi Kinerja Defenisi Kinerja


Bastian (2005; 274) memaparkan pengertian kinerja Bastian (2005; 274) memaparkan pengertian kinerja
sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
kegiatan atau program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan kegiatan atau program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam
perumusan perencanaan strategis ( strategic planning) suatu perumusan perencanaan strategis ( strategic planning) suatu
organisasi. Secara umum kinerja merupakan prestasi yang organisasi. Secara umum kinerja merupakan prestasi yang
dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu.

Defenisi Pengukuran Kinerja Defenisi Pengukuran Kinerja


Dalam mengukur keberhasilan atau kegagalan suatu Dalam mengukur keberhasilan atau kegagalan suatu
organisasi, seluruh aktivitas organisasi tersebut harus dapat organisasi, seluruh aktivitas organisasi tersebut harus dapat
dicatat dan diukur. Pengukuran ini tidak hanya dilakukan dicatat dan diukur. Pengukuran ini tidak hanya dilakukan
pada masukan (input) program, tetapi juga pada pengeluaran pada masukan (input) program, tetapi juga pada pengeluaran
(output)) dari program tersebut. (output)) dari program tersebut.
Ukuran kinerja dan indicator kinerja merupakan dua Ukuran kinerja dan indicator kinerja merupakan dua
istilah yang berbeda. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian istilah yang berbeda. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian
kinerja secara langsung sedangkan indicator kinerja mengacu kinerja secara langsung sedangkan indicator kinerja mengacu
pada penilaian secara tidak langsung, yaitu hal – hal yang pada penilaian secara tidak langsung, yaitu hal – hal yang
sifatnya hanya merupakan indikasi – indikasi kinerja. sifatnya hanya merupakan indikasi – indikasi kinerja.

261 261
Aspek Pengukuran Kinerja
Sesuai dengan publikasi Pengukuran Kinerja Instansi
Aspek Pengukuran Kinerja
Pemerintah oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN)
Sesuai dengan publikasi Pengukuran Kinerja Instansi
Jakarta, maka pengukuran kinerja sangat terkait dengan aspek
Pemerintah oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN)
– aspek yang dijelaskan sebagai berikut :
Jakarta, maka pengukuran kinerja sangat terkait dengan aspek
1. Aspek Finasial : terdiri atas belanja rutin dan belanja
– aspek yang dijelaskan sebagai berikut :
pembangunan dari setiap pemerintahan.
1. Aspek Finasial : terdiri atas belanja rutin dan belanja
2. Aspek kepuasan pelanggan (coustemer), yaitu
pembangunan dari setiap pemerintahan.
bagaimana instansi pemerintah merespon tuntutan
2. Aspek kepuasan pelanggan (coustemer), yaitu
masyarakat atas pelayanan yang berkualitas dengan
bagaimana instansi pemerintah merespon tuntutan
memberikan pelayanan yang prima secara terus –
masyarakat atas pelayanan yang berkualitas dengan
menerus.
memberikan pelayanan yang prima secara terus –
3. Aspek Operasi bisnis Internal, ditujukan untuk
menerus.
informasi bisnis internal guna memastikan bahwa
3. Aspek Operasi bisnis Internal, ditujukan untuk
kegiatan pemerintah sudah seirama (in- concert) dalam
informasi bisnis internal guna memastikan bahwa
rangka mencapai tujuan dan sasaran organisasi seperti
kegiatan pemerintah sudah seirama (in- concert) dalam
yang tercantum dalam rencana strategis.
rangka mencapai tujuan dan sasaran organisasi seperti
4. Aspek kepuasan pegawai, dalam setiap organisasi ,
yang tercantum dalam rencana strategis.
pegawai merupakan asset yang harus dikelolah dengan
4. Aspek kepuasan pegawai, dalam setiap organisasi ,
baik terutama dalam organisasi yang banyak melakukan
pegawai merupakan asset yang harus dikelolah dengan
inovasi dan peran strategis.
baik terutama dalam organisasi yang banyak melakukan
5. Aspek Kepuasan komunitas dan stokeholders. Informasi
inovasi dan peran strategis.
dan pengukuran kinerja harus didesain untuk
5. Aspek Kepuasan komunitas dan stokeholders. Informasi
mengakomodasi kepuasan komunitas dan para pihak
dan pengukuran kinerja harus didesain untuk
–pihak yang berkepentingan (Stakeholders)
mengakomodasi kepuasan komunitas dan para pihak
6. Aspek Waktu, Ukuran waktu merupakan variabel
–pihak yang berkepentingan (Stakeholders)
penting dalam desain pengukuran kinerja untuk
6. Aspek Waktu, Ukuran waktu merupakan variabel
kebutuhan perputaran Informasi yang cepat dalam
penting dalam desain pengukuran kinerja untuk
rangka membantu pengambilan keputusan yang cepat
kebutuhan perputaran Informasi yang cepat dalam
dan tepat.
rangka membantu pengambilan keputusan yang cepat
dan tepat.
Tujuan Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan manajemen
Tujuan Pengukuran Kinerja
pencapaian kinerja. Pengukuran kinerja secara berkelanjutan
Pengukuran kinerja merupakan manajemen
akan memberikan umpan balik (feet back) sehingga upaya
pencapaian kinerja. Pengukuran kinerja secara berkelanjutan
akan memberikan umpan balik (feet back) sehingga upaya

262 262
perbaikan secara terus – menerus akan mencapai keberhasilan perbaikan secara terus – menerus akan mencapai keberhasilan
di masa mendatang. di masa mendatang.
Pengukuran kinerja merupakan alat manajemen untuk : Pengukuran kinerja merupakan alat manajemen untuk :
1. Memastikan pemahaman para pelaksanan dan ukuran 1. Memastikan pemahaman para pelaksanan dan ukuran
yang digunakan untuk pencapaian kinerja. yang digunakan untuk pencapaian kinerja.
2. Memastikan tercapainya skema yang disepakati. 2. Memastikan tercapainya skema yang disepakati.
3. Memonitor dan mengevaluasi kinerja dan membanding- 3. Memonitor dan mengevaluasi kinerja dan membanding-
kannya dengan skema kerja serta melakukan tindakan kannya dengan skema kerja serta melakukan tindakan
untuk memperbaiki kinerja . untuk memperbaiki kinerja .
4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif 4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif
atas kinerja yang dicapai setelah dibandingkan dengan atas kinerja yang dicapai setelah dibandingkan dengan
Indikator kinerja yang telah disepakati. Indikator kinerja yang telah disepakati.
5. Menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan 5. Menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan
pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja Organisasi. pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja Organisasi.
6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah 6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah
terpenuhi. terpenuhi.
7. Membantu memahami proses kegiatan Instansi Pemerintah. 7. Membantu memahami proses kegiatan Instansi Pemerintah.
8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan 8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan
secara obyektif. secara obyektif.
9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan. 9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.
10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi. 10. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.
Analisis Rasio Keuangan Analisis Rasio Keuangan
Analisis dari item – item laporan keuangan berperan Analisis dari item – item laporan keuangan berperan
penting dalam interprestasi data keuangan dan operasi penting dalam interprestasi data keuangan dan operasi
entitas. Karena itu banyak analisis yang memanfaatkan rasio entitas. Karena itu banyak analisis yang memanfaatkan rasio
keuangan untuk membantu melakukan kegiatan analisis keuangan untuk membantu melakukan kegiatan analisis
dan interprestasi laporan keuangan. Penggunaan laporan dan interprestasi laporan keuangan. Penggunaan laporan
keuangan sebagai alat analisis dapat membantu pihak keuangan sebagai alat analisis dapat membantu pihak
pembuat kebijakan untuk membuat kebijakan yang rasional pembuat kebijakan untuk membuat kebijakan yang rasional
dan sesuai dengan tujuan entitas karena analisis rasio dapat dan sesuai dengan tujuan entitas karena analisis rasio dapat
membantu dalam mengindentifikasi beberapa kekuatan dan membantu dalam mengindentifikasi beberapa kekuatan dan
kelemahan keuangan entitas. Dengan kata lain, rasio keuangan kelemahan keuangan entitas. Dengan kata lain, rasio keuangan
adalah penulisan ulang data akuntansi kedalam bentuk adalah penulisan ulang data akuntansi kedalam bentuk
perbandingan dalam rangka mengindentifikasi kekuatan perbandingan dalam rangka mengindentifikasi kekuatan

263 263
dan kelemahan keuangan. Analisis keuangan merupakan
usaha mengindentifikasikan ciri – ciri keuangan berdasarkan
dan kelemahan keuangan. Analisis keuangan merupakan
laporan keuangan yang tersedia.
usaha mengindentifikasikan ciri – ciri keuangan berdasarkan
Analisis rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan
laporan keuangan yang tersedia.
membandingkan hasil yang dicapai dari suatu periode
Analisis rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan
dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga dapat
membandingkan hasil yang dicapai dari suatu periode
diketahui kecenderungan yang terjadi. Adapun pihak – pihak
dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga dapat
yang berkepentingan dengan rasio keuangan pada APBD
diketahui kecenderungan yang terjadi. Adapun pihak – pihak
antara lain:
yang berkepentingan dengan rasio keuangan pada APBD
antara lain: 1. DPRD sebagai wakil rakyat dari masyarakat.
2. Pihak Eksekutif sebagai landasan dalam menyusun
1. DPRD sebagai wakil rakyat dari masyarakat.
APBD berikutnya.
2. Pihak Eksekutif sebagai landasan dalam menyusun
3. Pemerintah Pusat/ provinsi sebagai bahan masukan
APBD berikutnya.
dalam pembinaan pelaksanaan pengelolaan keuangan
3. Pemerintah Pusat/ provinsi sebagai bahan masukan
daerah.
dalam pembinaan pelaksanaan pengelolaan keuangan
4. Masyarakat dan kreditur sebagai pihak yang akan turut
daerah.
memiliki saham Pemda, bersedia memberi pinjaman
4. Masyarakat dan kreditur sebagai pihak yang akan turut
ataupun membeli obligasi.
memiliki saham Pemda, bersedia memberi pinjaman
ataupun membeli obligasi. Kegunaan Analisis Rasio Keuangan
Martono dan Agus (2001:240) mengungkapkan bahwa
Kegunaan Analisis Rasio Keuangan
analisis rasio keuangan antara lain berguna dalam ;
Martono dan Agus (2001:240) mengungkapkan bahwa
1. Pengambilan keputusan Investasi .
analisis rasio keuangan antara lain berguna dalam ;
2. Keputusan pemberian kredit.
1. Pengambilan keputusan Investasi .
3. Penilaian aliran kas.
2. Keputusan pemberian kredit.
4. Penilaian sumber – sumber ekonomi.
3. Penilaian aliran kas.
5. Melakukan klaim terhadap sumber – sumber dana.
4. Penilaian sumber – sumber ekonomi.
6. Menganalisis perubahan – perubahan yang terjadi
5. Melakukan klaim terhadap sumber – sumber dana.
terhadap sumber - sumber dana.
6. Menganalisis perubahan – perubahan yang terjadi
7. Menganalisis penggunaan dana.
terhadap sumber - sumber dana.
7. Menganalisis penggunaan dana. Berdasarkan sumber analisis, rasio keuangan dapat
dibedakan menjadi :
Berdasarkan sumber analisis, rasio keuangan dapat
- Perbandingan internal, yaitu membandingkan rasio
dibedakan menjadi :
pada saat ini dengan rasio pada masa lalu dan masa
- Perbandingan internal, yaitu membandingkan rasio
yang akan dating dalam entitas yang sama.
pada saat ini dengan rasio pada masa lalu dan masa
yang akan dating dalam entitas yang sama.

264 264
- Perbandingan Eksternal, yaitu membandingkan rasio - Perbandingan Eksternal, yaitu membandingkan rasio
sebuah entitas dengan entitas – entitas sejenis stau sebuah entitas dengan entitas – entitas sejenis stau
dengan rata – rata entitas pada saat yang sama. dengan rata – rata entitas pada saat yang sama.

Jenis – Jenis Rasio Keuangan Jenis – Jenis Rasio Keuangan


Halim (2004:150) menyatakan, ada beberapa rasio Halim (2004:150) menyatakan, ada beberapa rasio
yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang
bersumber dari APBD : bersumber dari APBD :
1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah 1. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio kemandirian menggambarkan ketergantunggan Rasio kemandirian menggambarkan ketergantunggan
daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi
rasio kemandirian daerah, tingkat ketergantungan rasio kemandirian daerah, tingkat ketergantungan
terhadap bantuan pihak ekstern ( terutama pemerintah terhadap bantuan pihak ekstern ( terutama pemerintah
pusat dan provinsi) semakin rendah dan sebaliknya. pusat dan provinsi) semakin rendah dan sebaliknya.
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah
Rasio Kemandirian ----------------- ( Halim,2004:150) Rasio Kemandirian ----------------- ( Halim,2004:150)
Bantuan Pusat dan Pinjaman Bantuan Pusat dan Pinjaman
Rasio ini juga menggambarkan tingkat partisipasi Rasio ini juga menggambarkan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin
tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi partisipasi
masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah
serta menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat serta menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat
yang semakin tinggi. yang semakin tinggi.
2. Rasio Efektifitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah 2. Rasio Efektifitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah
(PAD) (PAD)
Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan pemda Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan pemda
dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dalam merealisasikan PAD yang direncanakan
dibandingkan target yang ditetapkan berdasarkan dibandingkan target yang ditetapkan berdasarkan
potensi riil daerah. Kemampuan daerah dalam potensi riil daerah. Kemampuan daerah dalam
menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila
rasio yang dicapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100 rasio yang dicapai minimal sebesar 1 (satu) atau 100
persen. Semakin tinggi rasio efektivitas menggambarkan persen. Semakin tinggi rasio efektivitas menggambarkan
kemampuan daerah yang semakin baik. kemampuan daerah yang semakin baik.

265 265
Realisasi Penerimaan PAD
Rasio Efektifitas --------------------- (Halim, 2004:150)
Realisasi Penerimaan PAD
Target Penerimaan PAD
Rasio Efektifitas --------------------- (Halim, 2004:150)
Target Penerimaan PAD Untuk memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio
efektifitas perlu dibandingkan dengan rasio efisiensi
Untuk memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio
yang perlu dicapai pemerintah. Rasio Efisiensi
efektifitas perlu dibandingkan dengan rasio efisiensi
menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya
yang perlu dicapai pemerintah. Rasio Efisiensi
yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan
menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya
dengan realisasi pendapatan yang diterima. Kinerja
yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan
pemerintah daerah dikatakan efisien apabila rasio
realisasi pendapatan yang diterima. Kinerja pemerintah
yang dicapai kurang dari 1 ( satu) atau dibawah 100
daerah dikatakan efisien apabila rasio yang dicapai
persen. Semakin kecil rasio efisiensi menggambarkan
kurang dari 1 ( satu) atau dibawah 100 persen. Semakin
kemampuan daerah yang semakin baik.
kecil rasio efisiensi menggambarkan kemampuan daerah
yang semakin baik. Biaya yang dikeluarkan untuk pemungutan PAD
Rasio Efisiensi ------------------------------------------
Biaya yang dikeluarkan untuk pemungutan PAD
Realisasi Penerimaan PAD
Rasio Efisiensi ------------------------------------------
Realisasi Penerimaan PAD
3. Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan ( growth ratio ) mengukur seberapa
3. Rasio Pertumbuhan
besar kemampuan pemda dalam mempertahankan
Rasio pertumbuhan ( growth ratio ) mengukur seberapa
dan meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai dari
besar kemampuan pemda dalam mempertahankan
period eke periode berikutnya. Dengan mengetahui
dan meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai dari
pertumbuhan masing – masing komponen sumber
period eke periode berikutnya. Dengan mengetahui
pendapatan dan pengeluaran, maka dapat dilakukan
pertumbuhan masing – masing komponen sumber
evaluasi terhadap potensi – potensi daerah yang
pendapatan dan pengeluaran, maka dapat dilakukan
perlu mendapat perhatian. Semakin tinggi persentase
evaluasi terhadap potensi – potensi daerah yang
pertumbuhan setiap komponen pendapatan dan
perlu mendapat perhatian. Semakin tinggi persentase
pengeluaran, maka semakin besar kemampuan Pemda
pertumbuhan setiap komponen pendapatan dan
dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan
pengeluaran, maka semakin besar kemampuan Pemda
yang dicapai dari setiap periode.
dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan
yang dicapai dari setiap periode. PADt1 – PADt0
Pendapatan Asli Daerah (PAD) --------------------
PADt1 – PADt0
PADt0
Pendapatan Asli Daerah (PAD) --------------------
PADt0

266 266
STUDI KASUS STUDI KASUS

1. Analisis Apbd Kota 1. Analisis Apbd Kota


Pembangunan ekonomi pada dasarnya adalah upaya Pembangunan ekonomi pada dasarnya adalah upaya
untuk memperluas kemampuan dan kebebasan memilih. untuk memperluas kemampuan dan kebebasan memilih.
Terciptanya pembangunan ekonomi sangat tergantung Terciptanya pembangunan ekonomi sangat tergantung
dari peran pemerintah yang antara lain dimanifestasikan dari peran pemerintah yang antara lain dimanifestasikan
lewat pengeluaran pemerintah. Kemampuan pemerintah lewat pengeluaran pemerintah. Kemampuan pemerintah
daerah dalam mengelola keuangan yang dituangkan dalam daerah dalam mengelola keuangan yang dituangkan dalam
APBD yang langsung mapun tidak langsung mencerminkan APBD yang langsung mapun tidak langsung mencerminkan
kemampuan daerah dalam membiayai pelaksanaan tugas- kemampuan daerah dalam membiayai pelaksanaan tugas-
tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan sosial tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan sosial
masyarakat.Salah satu alat untuk menganalisis kinerja masyarakat.Salah satu alat untuk menganalisis kinerja
pemerintah daerah dalam mengola keuangan daerahnya pemerintah daerah dalam mengola keuangan daerahnya
adalah dengan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang adalah dengan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang
telah ditetapkan dan dilaksanakannya. telah ditetapkan dan dilaksanakannya.
Sesuai ketentuan Undang-undang otonomi Sesuai ketentuan Undang-undang otonomi
daerah, kewenangan daerah adalah memiliki tanggung daerah, kewenangan daerah adalah memiliki tanggung
jawab menyelenggarakan berbagai pelayanan kepada jawab menyelenggarakan berbagai pelayanan kepada
masyarakat dengan prinsip keterbukaan, partisipasi dan masyarakat dengan prinsip keterbukaan, partisipasi dan
pertanggungjawaban kepada masyarakat.Studi ini bermaksud pertanggungjawaban kepada masyarakat.Studi ini bermaksud
untuk mengetahui sejauh mana efektifitas dan efisiensi dalam untuk mengetahui sejauh mana efektifitas dan efisiensi dalam
merealisasikan pendapatan daerah. merealisasikan pendapatan daerah.
Analisis rasio keuangan merupakan salah satu alat yang Analisis rasio keuangan merupakan salah satu alat yang
dapat digunakan untuk menilai kinerja pemerintah daerah dapat digunakan untuk menilai kinerja pemerintah daerah
dalam pengelolaan keuangan daerah yang penjabarannya dalam pengelolaan keuangan daerah yang penjabarannya
yang terdapat dalam APBD. yang terdapat dalam APBD.
Kemandirian khususnya dalam bidang keuangan Kemandirian khususnya dalam bidang keuangan
dalam memenuhi kebutuhan dana untuk penyelenggaraan dalam memenuhi kebutuhan dana untuk penyelenggaraan
tugas pemerintahan, pelayanan pada masyarakat ternyata tugas pemerintahan, pelayanan pada masyarakat ternyata
masih memerlukan sumber-sumber pendapatan agar dapat masih memerlukan sumber-sumber pendapatan agar dapat
dikatakan sebagai kota yang benar-benar otonom. dikatakan sebagai kota yang benar-benar otonom.
Sebagian besar pendapatan daerah masih Sebagian besar pendapatan daerah masih
diperuntukkan bagi pengeluaran rutin (75,46%), belanja diperuntukkan bagi pengeluaran rutin (75,46%), belanja
pembangunan maupun untuk pelayanan kepada masyarakat pembangunan maupun untuk pelayanan kepada masyarakat

267 267
hanya memperoleh bagian yang relatif kecil (14,54%). Ada
hanya memperoleh bagian yang relatif kecil (14,54%). Ada kesan seolah-olah APBD hanya untuk membiayai gaji/honor,
kesan seolah-olah APBD hanya untuk membiayai gaji/honor, dan perjalanan dinas pegawai.
dan perjalanan dinas pegawai. Meskipun rasio efisiensi cukup rendah dalam
Meskipun rasio efisiensi cukup rendah dalam pemungutan PAD, namun rasio tersebut hendaknya
pemungutan PAD, namun rasio tersebut hendaknya dapat ditekan lagi demi penghematan pengeluaran biaya
dapat ditekan lagi demi penghematan pengeluaran biaya pemungutan sumber-sumber yang menyumbang.
pemungutan sumber-sumber yang menyumbang.
2. Analisis Penyusunan Apbd Kota “X” 2012
2. Analisis Penyusunan Apbd Kota “X” 2012 Salah satu perubahan yang merupakan hasil dari gerakan
Salah satu perubahan yang merupakan hasil dari gerakan menentang Orde Baru adalah perubahan terhadap sistem
menentang Orde Baru adalah perubahan terhadap sistem pemerintahan daerah, sistem pemerintahan daerah pasca
pemerintahan daerah, sistem pemerintahan daerah pasca Orde Baru mengalami perubahan yang lebih memberikan
Orde Baru mengalami perubahan yang lebih memberikan harapan bagi terwujudnya keadilan dan pemerataan bagi
harapan bagi terwujudnya keadilan dan pemerataan bagi masyarakat. Dengan diberlakukannya Undang-Undang
masyarakat. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 dan 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Nomor 22 dan 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah yang
dan Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah yang telah diganti dengan Undang-undang Nomor 32 dan 33
telah diganti dengan Undang-undang Nomor 32 dan 33 tahun 2004. Praktis sejak kelahiran undang-undang tersebut
tahun 2004. Praktis sejak kelahiran undang-undang tersebut merubah wajah pemerintahan daerah di Indonesia.
merubah wajah pemerintahan daerah di Indonesia. Dalam sistem pemerintahan yang demokratis, lembaga
Dalam sistem pemerintahan yang demokratis, lembaga perwakilan rakyat (DPRD) merupakan unsur yang paling
perwakilan rakyat (DPRD) merupakan unsur yang paling penting di samping unsur-unsur lainnya seperti sistem pemilihan,
penting di samping unsur-unsur lainnya seperti sistem pemilihan, persamaan di depan hukum, kebebasan mengeluarkan
persamaan di depan hukum, kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan berserikat dan sebagainya. Setiap sistem
pendapat, kebebasan berserikat dan sebagainya. Setiap sistem demokrasi adalah ide bahwa warga negara seharusnya terlibat
demokrasi adalah ide bahwa warga negara seharusnya terlibat dalam hal tertentu di bidang pembuatan keputusan-keputusan
dalam hal tertentu di bidang pembuatan keputusan-keputusan politik baik secara langsung maupun melalui wakil pilihan
politik baik secara langsung maupun melalui wakil pilihan mereka di lembaga parwakilan. Namun demokrasi yang paling
mereka di lembaga parwakilan. Namun demokrasi yang paling umum dimaknakan sebagai tatanan kehidupan di mana warga
umum dimaknakan sebagai tatanan kehidupan di mana warga negara menikmati kebebasan dan hak-hak dasarnya, serta ada
negara menikmati kebebasan dan hak-hak dasarnya, serta ada jaminan hukum agar warga negara dapat mengekspresikan
jaminan hukum agar warga negara dapat mengekspresikan aspirasinya secara maksimal dan terbuka.
aspirasinya secara maksimal dan terbuka. Namun pada kenyataannya, keterlibatan DPRD dalam
Namun pada kenyataannya, keterlibatan DPRD dalam kegiatan musrenbang sangat jarang terlihat. Keterlibatan
kegiatan musrenbang sangat jarang terlihat. Keterlibatan

268 268
DPRD Kota “X” justru lebih sering terlihat pada proses DPRD Kota “X” justru lebih sering terlihat pada proses
penentuan prioritas dan plafon anggaran serta proses penentuan prioritas dan plafon anggaran serta proses
pembahasan rancangan APBD sampai pada penetapan APBD pembahasan rancangan APBD sampai pada penetapan APBD
dilaksanakan. Pada proses ini, anggota DPRD terlihat lebih dilaksanakan. Pada proses ini, anggota DPRD terlihat lebih
aktif dalam memanfaatkan fungsi budgeting, sehingga hal ini aktif dalam memanfaatkan fungsi budgeting, sehingga hal ini
membuat pemerintah kota sebagai pihak yang mengusulkan membuat pemerintah kota sebagai pihak yang mengusulkan
rancangan peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan rancangan peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) menjadi tidak konsisten dengan dan Belanja Daerah (APBD) menjadi tidak konsisten dengan
usulan yang telah disepakati dalam forum musrenbang. usulan yang telah disepakati dalam forum musrenbang.
Selain itu, tidak jarang usulan yang diajukan oleh pemerintah Selain itu, tidak jarang usulan yang diajukan oleh pemerintah
mengalami perubahan setelah dituangkan dalam Kebijakan mengalami perubahan setelah dituangkan dalam Kebijakan
Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS). Kondisi inilah yang menjadi salah satu Sementara (PPAS). Kondisi inilah yang menjadi salah satu
penyebab terjadinya tarik ulur antara Pemerintah Kota “X” penyebab terjadinya tarik ulur antara Pemerintah Kota “X”
dan DPRD-nya, khususnya didalam proses penyusunan dan DPRD-nya, khususnya didalam proses penyusunan
APBD Tahun Anggaran 2012. APBD Tahun Anggaran 2012.
Keterlambatan dalam pengesahan APBD tentunya Keterlambatan dalam pengesahan APBD tentunya
menimbulkan dampak negatif terhadap pelaksanaan program menimbulkan dampak negatif terhadap pelaksanaan program
pembangunan Pemerintah yang umumnya pendanaan program pembangunan Pemerintah yang umumnya pendanaan program
tersebut berasal dari APBD.Selain itu, keterlambatan pengesahan tersebut berasal dari APBD.Selain itu, keterlambatan pengesahan
APBD dapat pula berpengaruh terhadap perekonomian daerah. APBD dapat pula berpengaruh terhadap perekonomian daerah.
Hal tersebut terjadi karena ketika APBD terlambat ditetapkan Hal tersebut terjadi karena ketika APBD terlambat ditetapkan
melebihi 31 Desember, maka di masa APBD belum disahkan melebihi 31 Desember, maka di masa APBD belum disahkan
menyebabkan aliran dana dari sektor pemerintah menjadi menyebabkan aliran dana dari sektor pemerintah menjadi
terhambat.Tentu saja akan memberikan pengaruh pada aliran terhambat.Tentu saja akan memberikan pengaruh pada aliran
uang atau transaksi dan akhirnya perekonomian daerah turut uang atau transaksi dan akhirnya perekonomian daerah turut
mengalami kelesuan ekonomi. Pada akhirnya dampak yang mengalami kelesuan ekonomi. Pada akhirnya dampak yang
muncul dari keterlambatan pengesahan APBD tersebut hanya muncul dari keterlambatan pengesahan APBD tersebut hanya
merugikan masyarakat. merugikan masyarakat.
3. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) 3. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Terhadap Kinerja Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan
Pengaturan mengenai pemerintahan daerah pada Pengaturan mengenai pemerintahan daerah pada
masa Undang-undang No. 5 tahun 1974 dilatarbelakangi masa Undang-undang No. 5 tahun 1974 dilatarbelakangi
oleh prinsip pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada oleh prinsip pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada

269 269
daerah, serta mengatur pemerintahan daerah berdasarkan
asas desentralisasi dan asas dekonsentrasi. Namun, dalam
daerah, serta mengatur pemerintahan daerah berdasarkan
perjalanannya, nuansa sentralisasi dalam undang-undang
asas desentralisasi dan asas dekonsentrasi. Namun, dalam
ini lebih kuat dibandingkan desentralisasi. Belum adanya
perjalanannya, nuansa sentralisasi dalam undang-undang
kepastian mengenai kewenangan dan perimbangan keuangan
ini lebih kuat dibandingkan desentralisasi. Belum adanya
kepada pemerintah daerah serta adanya kekuasaan terpusat
kepastian mengenai kewenangan dan perimbangan keuangan
(sentralisasi), mengindikasikan bahwa tidak ada pemisahan
kepada pemerintah daerah serta adanya kekuasaan terpusat
antara peran eksekutif dan legislatif yang mengakibatkan
(sentralisasi), mengindikasikan bahwa tidak ada pemisahan
fungsi pengawasan tidak berjalan secara efektif.
antara peran eksekutif dan legislatif yang mengakibatkan
Memasuki era reformasi pada pertengahan tahun 1998,
fungsi pengawasan tidak berjalan secara efektif.
timbul tuntutan pelaksanaan otonomi yang lebih luas, nyata,
Memasuki era reformasi pada pertengahan tahun 1998,
dan bertanggung jawab kepada daerah terutama pada tingkat
timbul tuntutan pelaksanaan otonomi yang lebih luas, nyata,
kabupaten/kota. Reformasi di Indonesia ini, menurut analisa
dan bertanggung jawab kepada daerah terutama pada tingkat
para pakar, turut mempengaruhi kehidupan pemerintahan
kabupaten/kota. Reformasi di Indonesia ini, menurut analisa
negara, misalnya adanya tuntutan Good Governance dan adanya
para pakar, turut mempengaruhi kehidupan pemerintahan
kebijakan baru atau penataan penyelenggaran pemisahaan
negara, misalnya adanya tuntutan Good Governance dan adanya
kekuasaan masing masing antara eksekutif, judikatif, dan
kebijakan baru atau penataan penyelenggaran pemisahaan
legislatif. Demikian halnya dengan hubungan pemerintah
kekuasaan masing masing antara eksekutif, judikatif, dan
pusat dan pemerintah daerah di awal reformasi melalui
legislatif. Demikian halnya dengan hubungan pemerintah
Undang-undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
pusat dan pemerintah daerah di awal reformasi melalui
Daerah dan Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang
Undang-undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Daerah dan Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang
Kedua peraturan perundangan tersebut menuntut peran
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
legislatif yang semakin besar dengan kedudukan yang terpisah
Kedua peraturan perundangan tersebut menuntut peran
dari eksekutif, kepala daerah bertanggung jawab kepada
legislatif yang semakin besar dengan kedudukan yang terpisah
DPRD, bukan lagi kepada Presiden, serta adanya kepastian
dari eksekutif, kepala daerah bertanggung jawab kepada
bahwa pelaksanaan pemerintahan dapat ikut diawasi oleh
DPRD, bukan lagi kepada Presiden, serta adanya kepastian
masyarakat melalui DPRD. Reformasi terus berlangsung dan
bahwa pelaksanaan pemerintahan dapat ikut diawasi oleh
perubahan kembali terjadi dengan diterbitkannya Undang-
masyarakat melalui DPRD. Reformasi terus berlangsung dan
undang No. 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang-undang
perubahan kembali terjadi dengan diterbitkannya Undang-
No. 22 Tahun 1999 dan Undang-undang No 33 Tahun 2004
undang No. 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang-undang
sebagai pengganti Undang-undang No 25 Tahun 1999.
No. 22 Tahun 1999 dan Undang-undang No 33 Tahun 2004
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 memberikan
sebagai pengganti Undang-undang No 25 Tahun 1999.
kewenangan kepada pemerintah daerah dalam mengatur
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 memberikan
semua urusan pemerintahan dan memungkinkan daerah
kewenangan kepada pemerintah daerah dalam mengatur
semua urusan pemerintahan dan memungkinkan daerah

270 270
yang bersangkutan mengatur dan mengurus kepentingan yang bersangkutan mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat. Kewenangan otonomi yang luas masyarakat setempat. Kewenangan otonomi yang luas
mewajibkan pemerintah daerah untuk meningkatkan mewajibkan pemerintah daerah untuk meningkatkan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat secara demokratis, pelayanan dan kesejahteraan masyarakat secara demokratis,
adil, merata, dan berkesinambungan (Halim, 2007). adil, merata, dan berkesinambungan (Halim, 2007).
Demikian pula dengan ditetapkannya Undang-Undang Demikian pula dengan ditetapkannya Undang-Undang
No. 33 Tahun 2004 mengenai Perimbangan Keuangan Antara No. 33 Tahun 2004 mengenai Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan daerah telah menyebabkan perubahan Pemerintah Pusat dan daerah telah menyebabkan perubahan
mendasar mengenai pengaturan hubungan pusat dan mendasar mengenai pengaturan hubungan pusat dan
daerah. Terlepas dari siap atau tidaknya suatu daerah untuk daerah. Terlepas dari siap atau tidaknya suatu daerah untuk
melaksanakan kedua undang-undang tersebut, otonomi melaksanakan kedua undang-undang tersebut, otonomi
daerah diyakini merupakan jalan terbaik dalam rangka daerah diyakini merupakan jalan terbaik dalam rangka
mendorong pembangunan daerah karena melalui otonomi mendorong pembangunan daerah karena melalui otonomi
daerah kemandirian dalam menjalankan pembangunan dapat daerah kemandirian dalam menjalankan pembangunan dapat
dilakukan secara efektif dan efisien (Yuliandriansyah, 2009). dilakukan secara efektif dan efisien (Yuliandriansyah, 2009).
Dengan diberlakukannya kewenangan otonomi daerah, Dengan diberlakukannya kewenangan otonomi daerah,
diharapkan semua daerah di Indonesia mampu melaksanakan diharapkan semua daerah di Indonesia mampu melaksanakan
semua urusan pemerintahan dan pembangunan dengan semua urusan pemerintahan dan pembangunan dengan
bertumpu pada Pendapatan Asli daerah (PAD) yang dimilikinya. bertumpu pada Pendapatan Asli daerah (PAD) yang dimilikinya.
Penelitian Dian Batubara mengatakan bahwa semakin Penelitian Dian Batubara mengatakan bahwa semakin
besar kontribusi PAD terhadap Anggaran Pendapatan dan besar kontribusi PAD terhadap Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD), maka akan semakin kecil pula Belanja Daerah (APBD), maka akan semakin kecil pula
ketergantungan terhadap bantuan pemerintah pusat. ketergantungan terhadap bantuan pemerintah pusat.
James B. Whittaker (1995) dalam Government James B. Whittaker (1995) dalam Government
Performance and Result Act, A Mandate for Strategic Performance and Result Act, A Mandate for Strategic
Planning and Performance Measurement menyatakan bahwa Planning and Performance Measurement menyatakan bahwa
pengukuran/penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen pengukuran/penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen
untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan
akuntabilitas. Akuntabilitas merupakan salah satu unsur pokok akuntabilitas. Akuntabilitas merupakan salah satu unsur pokok
dalam perwujudan good governance. Pemerintah diminta dalam perwujudan good governance. Pemerintah diminta
melaporkan hasil dari program yang telah dilaksanakan agar melaporkan hasil dari program yang telah dilaksanakan agar
masyarakat dapat menilai. masyarakat dapat menilai.
Anwar Nasution (Ketua Badan Pemeriksa Keuangan RI Anwar Nasution (Ketua Badan Pemeriksa Keuangan RI
- BPK RI) dalam artikel “Antara News”, menyatakan bahwa - BPK RI) dalam artikel “Antara News”, menyatakan bahwa
berdasarkan hasil audit BPK, ternyata kinerja Pemda di tanah berdasarkan hasil audit BPK, ternyata kinerja Pemda di tanah

271 271
air masih jauh dari memuaskan karena belum transparan dan
akuntabel.
air masih jauh dari memuaskan karena belum transparan dan
Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang
akuntabel.
transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien, dan akuntabel,
Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang
dilakukanlah analisis rasio keuangan terhadap APBD. Salah satu
transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien, dan akuntabel,
rasio yang dapat digunakan adalah Rasio Upaya fiskal. Rasio
dilakukanlah analisis rasio keuangan terhadap APBD. Salah satu
ini membandingkan antara total realisasi PAD terhadap total
rasio yang dapat digunakan adalah Rasio Upaya fiskal. Rasio
anggaran PAD sehingga dapat diketahui tingkat kemampuan
ini membandingkan antara total realisasi PAD terhadap total
daerah dalam mencapai target pendapatan daerahnya.
anggaran PAD sehingga dapat diketahui tingkat kemampuan
Penelitian sejenis sebelumnya telah dilakukan oleh Dian
daerah dalam mencapai target pendapatan daerahnya.
Nofriana Batubara tahun 2009. Dian Nofriana Batubara telah
Penelitian sejenis sebelumnya telah dilakukan oleh Dian
meneliti tentang “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Nofriana Batubara tahun 2009. Dian Nofriana Batubara telah
Terhadap Kinerja Keuangan pada Pemerintah Kabupaten dan
meneliti tentang “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kota di Propinsi Sumatera Utara.” Penelitian ini menyimpulkan
Terhadap Kinerja Keuangan pada Pemerintah Kabupaten dan
bahwa secara simultan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kota di Propinsi Sumatera Utara.” Penelitian ini menyimpulkan
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah
bahwa secara simultan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
kabupaten dan kota di Propinsi Sumatera Utara. Sementara
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah
secara parsial hanya pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-
kabupaten dan kota di Propinsi Sumatera Utara. Sementara
lain pendapatan asli daerah saja yang berpengaruh signifikan
secara parsial hanya pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-
terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten dan kota
lain pendapatan asli daerah saja yang berpengaruh signifikan
di Propinsi Sumatera Utara, sedangkan hasil kekayaan daerah
terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten dan kota
yang dipisahkan tidak berpengaruh signifikan terhadap
di Propinsi Sumatera Utara, sedangkan hasil kekayaan daerah
kinerja keuangan pemerintah kabupaten dan kota di propinsi
yang dipisahkan tidak berpengaruh signifikan terhadap
Sumatera Utara.
kinerja keuangan pemerintah kabupaten dan kota di propinsi
Hal tersebut senada dengan penelitian Asha florida
Sumatera Utara.
(2007) yang mengindikasikan bahwa Pendapatan Asli daerah
Hal tersebut senada dengan penelitian Asha florida
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan
(2007) yang mengindikasikan bahwa Pendapatan Asli daerah
pemerintah Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara, yaitu
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan
sebesar 68%. Namun, secara parsial hanya pajak daerah
pemerintah Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara, yaitu
dan retribusi daerah yang secara signifikan berpengaruh,
sebesar 68%. Namun, secara parsial hanya pajak daerah
sedangkan dua variable lainnya tidak dominan berpengaruh
dan retribusi daerah yang secara signifikan berpengaruh,
terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota
sedangkan dua variable lainnya tidak dominan berpengaruh
di Sumatera Utara.
terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota
Dengan menggunakan rasio upaya fiskal dalam
di Sumatera Utara.
menghitung kinerja keuangan daerah, sumber meneliti
Dengan menggunakan rasio upaya fiskal dalam
menghitung kinerja keuangan daerah, sumber meneliti

272 272
seberapa besar pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) seberapa besar pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD)
terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota
di Sumatera Selatan, serta komponen-komponen Pendapatan di Sumatera Selatan, serta komponen-komponen Pendapatan
Asli Daerah apa saja yang secara dominan mempengaruhi Asli Daerah apa saja yang secara dominan mempengaruhi
kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di provinsi kinerja keuangan pemerintah Kabupaten dan Kota di provinsi
Sumatera Selatan periode 2005 – 2009. Tujuan dari penelitian Sumatera Selatan periode 2005 – 2009. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui bagaimana Pendapatan Asli ini adalah untuk mengetahui bagaimana Pendapatan Asli
Daerah (PAD) secara simultan dan parsial berpengaruh Daerah (PAD) secara simultan dan parsial berpengaruh
terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten/Kota terhadap kinerja keuangan pemerintah Kabupaten/Kota
di Provinsi Sumatera Selatan. Adapun batasan dari objek di Provinsi Sumatera Selatan. Adapun batasan dari objek
penelitian ini adalah: (1) Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Rasio yang digunakan dalam
pengukuran kinerja keuangan adalah rasio upaya fiskal; (2) pengukuran kinerja keuangan adalah rasio upaya fiskal; (2)
Objek penelitian adalah Kabupaten dan Kota yang ada di Objek penelitian adalah Kabupaten dan Kota yang ada di
Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2005-2009. Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2005-2009.
4. Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 4. Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten“XX” 2015 Kabupaten“XX” 2015
1. Analisis Pendapatan 1. Analisis Pendapatan
Salah satu sumber pendapatan daerah adalah Pendapatan Salah satu sumber pendapatan daerah adalah Pendapatan
Asli Daerah (PAD). PAD merupakan salah satu elemen penting Asli Daerah (PAD). PAD merupakan salah satu elemen penting
dari kemandirian suatu daerah. Daerah dengan PAD yang baik dari kemandirian suatu daerah. Daerah dengan PAD yang baik
tidak akan banyak bergantung pada pusat dalam APBD-nya. tidak akan banyak bergantung pada pusat dalam APBD-nya.
Oleh karenanya daerah harus mampu menggali PAD dengan Oleh karenanya daerah harus mampu menggali PAD dengan
baik dan berkeadilan.Berkeadilan artinya, dalam menggali PAD baik dan berkeadilan.Berkeadilan artinya, dalam menggali PAD
pemerintah jangan sampai membertkan masyarakat lebih-lebih pemerintah jangan sampai membertkan masyarakat lebih-lebih
dari golongan ekonomi miskin. dari golongan ekonomi miskin.
Komposisi PAD terdiri dari hasil pajak daerah, hasil Komposisi PAD terdiri dari hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Jika kita bandingkan pendapatan di sektor pajak, retribusi, dan Jika kita bandingkan pendapatan di sektor pajak, retribusi, dan
pengelolaan kekayaan daerah terlihat bahwa pajak dan retribusi pengelolaan kekayaan daerah terlihat bahwa pajak dan retribusi
menyumbangkan pendapatan lebih besar daripada pengelolaan menyumbangkan pendapatan lebih besar daripada pengelolaan
kekayaan daerah. Seharusnya komposisi dari ketiga elemen ini kekayaan daerah. Seharusnya komposisi dari ketiga elemen ini
dapat memberikan pemasukan yang tidak jomplang. dapat memberikan pemasukan yang tidak jomplang.
Kita harus ingat bahwa “XX” merupakan salah satu Kita harus ingat bahwa “XX” merupakan salah satu
273 273
kabupaten dengan Sumber Daya Alam yang memadai. Namun,
dalam PAD di APBD tahun 2015 oleh sumber mendeskripsikan
kabupaten dengan Sumber Daya Alam yang memadai. Namun,
“kekayaan daerah ini memberikan pemasukan pada
dalam PAD di APBD tahun 2015 oleh sumber mendeskripsikan
pendapatan daerah tidak lebih besar dari pajak dan retribusi”.
“kekayaan daerah ini memberikan pemasukan pada
Dari sektor pajak pemerintah mendapatkan pemasukan
pendapatan daerah tidak lebih besar dari pajak dan retribusi”.
sekitar Rp 20 miliar, Rp 19 miliar dari retribusi, dan hanya
Dari sektor pajak pemerintah mendapatkan pemasukan
sekitar Rp 16 miliar dari pengelolaan kekayaan daerah (http://
sekitar Rp 20 miliar, Rp 19 miliar dari retribusi, dan hanya
dataprimer.sumenep.go.id/bankdata_sumenep/LAMP-1.pdf,
sekitar Rp 16 miliar dari pengelolaan kekayaan daerah (http://
diakses 6 Juli 2015).
dataprimer.sumenep.go.id/bankdata_sumenep/LAMP-1.pdf,
Sumber Migas seharusnya memberikan sumbangan
diakses 6 Juli 2015).
yang besar bagi PAD. Ke depan, bagi hasil antara pemerintah
Sumber Migas seharusnya memberikan sumbangan
daerah, pusat dan pihak swasta pengelola harus diperhatikan
yang besar bagi PAD. Ke depan, bagi hasil antara pemerintah
oleh pemerintah Kabupaten agar kekayaan daaerah dapat
daerah, pusat dan pihak swasta pengelola harus diperhatikan
dirasakan oleh masyarakat.
oleh pemerintah Kabupaten agar kekayaan daaerah dapat
Selain itu, penggalian PAD harus pro masyarakat miskin.
dirasakan oleh masyarakat.
Pembebanan pajak dan retribusi pada masyarakat harus dilihat
Selain itu, penggalian PAD harus pro masyarakat miskin.
betul sasarannya. Jika masyarakat miskin ditanggungkan
Pembebanan pajak dan retribusi pada masyarakat harus dilihat
pajak dan retribusi yang “tidak masuk akal” demi mengejar
betul sasarannya. Jika masyarakat miskin ditanggungkan
PAD yang tinggi hal ini malah akan memperburuk kondisi
pajak dan retribusi yang “tidak masuk akal” demi mengejar
ekonomi daerah.
PAD yang tinggi hal ini malah akan memperburuk kondisi
Pendapatan Kabupaten juga diterima dari Dana
ekonomi daerah.
Perimbangan pemerintah pusat.Dana Perimbangan ini
Pendapatan Kabupaten juga diterima dari Dana
berbentuk Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Perimbangan pemerintah pusat.Dana Perimbangan ini
Khusus (DAK).DAU dan DAK ini bersumber dari APBN.
berbentuk Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK).DAU dan DAK ini bersumber dari APBN.
2. Analisis Belanja
Untuk mengetahui apakah APBD di suatu daerah
2. Analisis Belanja
pro rakyat atau tidak, maka kita dapat menganalisis belanja
Untuk mengetahui apakah APBD di suatu daerah
daerahnya. Belanja daerah terdiri dari belanja langsung dan
pro rakyat atau tidak, maka kita dapat menganalisis belanja
belanja tidak langsung. Belanja langsung terdiri dari beberapa
daerahnya. Belanja daerah terdiri dari belanja langsung dan
aspek yaitu Belanja Pegawai, Belanja Modal dan Belanja
belanja tidak langsung. Belanja langsung terdiri dari beberapa
Barang dan Jasa. Di aspek belanja langsung inilah kita bisa
aspek yaitu Belanja Pegawai, Belanja Modal dan Belanja
melihat anggaran yang disusun lebih berpihak pada rakyat
Barang dan Jasa. Di aspek belanja langsung inilah kita bisa
atau para birokrat.
melihat anggaran yang disusun lebih berpihak pada rakyat
Seperti disampaikan di awal bahwa pada belanja
atau para birokrat.
Seperti disampaikan di awal bahwa pada belanja

274 274
langsung terdapat poin belanja modal dan belanja pegawai, langsung terdapat poin belanja modal dan belanja pegawai,
dan belanja barang dan jasa. Belanja modal adalah belanja yang dan belanja barang dan jasa. Belanja modal adalah belanja yang
diperuntukkan untuk kepentingan publik atau masyarakat diperuntukkan untuk kepentingan publik atau masyarakat
luas. Belanja modal ini nantinya akan berupa aset-aset tetap luas. Belanja modal ini nantinya akan berupa aset-aset tetap
seperti, jalan, jembatan, halte, stasiun, dapat juga berupa seperti, jalan, jembatan, halte, stasiun, dapat juga berupa
gedung pemerintahan meskipun manfaatnya tidak dapat gedung pemerintahan meskipun manfaatnya tidak dapat
dirasakan langsung oleh masyarakat (Sumber: https://syukriy. dirasakan langsung oleh masyarakat (Sumber: https://syukriy.
wordpress.com/ 2013/11/01/belanja-modal-dan-perubahan- wordpress.com/ 2013/11/01/belanja-modal-dan-perubahan-
apbd/, diakses pada 6 Juli 2015). apbd/, diakses pada 6 Juli 2015).
Belanja pegawai adalah belanja yang dikeluarkan oleh Belanja pegawai adalah belanja yang dikeluarkan oleh
APBD untuk kepentingan pegawai atau birokrat pemerintahan. APBD untuk kepentingan pegawai atau birokrat pemerintahan.
Sedangkan Belanja Barang dan Jasa seperti namanya adalah Sedangkan Belanja Barang dan Jasa seperti namanya adalah
belanja barang habis pakai yeng berbeda dengan belanja belanja barang habis pakai yeng berbeda dengan belanja
modal yang berupa aset tetap. modal yang berupa aset tetap.
Setelah kita tahu pengertian belanja modal, belanja Setelah kita tahu pengertian belanja modal, belanja
pegawai, dan belanja barang dan jasa tentu kita bisa menerka pegawai, dan belanja barang dan jasa tentu kita bisa menerka
APBD yang pro rakyat atau tidak. Asumsinya, kepentingan APBD yang pro rakyat atau tidak. Asumsinya, kepentingan
rakyat terlihat dari belanja modal sedangkan kepentingan rakyat terlihat dari belanja modal sedangkan kepentingan
birokrat terlihat pada belanja pegawai dan belanja barang dan birokrat terlihat pada belanja pegawai dan belanja barang dan
jasa yang lebih banyak dimanfaatkan oleh para birokrat pula. jasa yang lebih banyak dimanfaatkan oleh para birokrat pula.
Belanja modal tahun 2015 sekitar Rp 335 miliar, belanja barang Belanja modal tahun 2015 sekitar Rp 335 miliar, belanja barang
dan jasa sekitar Rp 325 miliar, dan belanja pegawai sekitar Rp dan jasa sekitar Rp 325 miliar, dan belanja pegawai sekitar Rp
70 miliar. Jika kita akumulasikan jumlah anggaran belanja 70 miliar. Jika kita akumulasikan jumlah anggaran belanja
modal dan belanja pegawai maka kita akan mendapat angka modal dan belanja pegawai maka kita akan mendapat angka
sekitar Rp 395 miliar jauh lebih besar daripada belanja modal sekitar Rp 395 miliar jauh lebih besar daripada belanja modal
yang hanya sebesar Rp 335 miliar (Sumber: http://dataprimer. yang hanya sebesar Rp 335 miliar (Sumber: http://dataprimer.
sumenep.go.id/ bank data_sumenep/LAMP-1.pdf, diakses 6 sumenep.go.id/ bank data_sumenep/LAMP-1.pdf, diakses 6
Juli 2015). Juli 2015).

275 275
STUDI KASUS
STUDI KASUS
1. Kabupaten Bulukumba
1. Kabupaten Bulukumba Persoalan keuangan daerah merupakan salah satu unsur
Persoalan keuangan daerah merupakan salah satu unsur utama dalam penyelenggaraaan otonomi daerah, meskipun
utama dalam penyelenggaraaan otonomi daerah, meskipun diakui bahwa berbagai variabel lain juga mempengaruhi
diakui bahwa berbagai variabel lain juga mempengaruhi kemampuan keuangan daerah, seperti misalnya variabel
kemampuan keuangan daerah, seperti misalnya variabel sumber daya manusia, organisasi, manajemen, sarana dan
sumber daya manusia, organisasi, manajemen, sarana dan prasarana, serta variabel penunjang lainnya. Pentingnya
prasarana, serta variabel penunjang lainnya. Pentingnya variabel keuangan daerah berkaitan dengan kenyataan
variabel keuangan daerah berkaitan dengan kenyataan bahwa mobilisasi terhadap sumber-sumber daya keuangan
bahwa mobilisasi terhadap sumber-sumber daya keuangan daerah dipandang sebagai bagian yang paling krusial dalam
daerah dipandang sebagai bagian yang paling krusial dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan
Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melaluipeningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran
melaluipeningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi luas,
serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi luas, daerah diharapakan mampu meningkatkan daya saing
daerah diharapakan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan
keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekargaman daerah.
keanekargaman daerah. Dalam menjalankan otonomi daerah, pemerintah daerah
Dalam menjalankan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk menjalankan roda pemerintahan secara efektif
dituntut untuk menjalankan roda pemerintahan secara efektif dan efisien, mampu mndorong peran serta masyrakat dalam
dan efisien, mampu mndorong peran serta masyrakat dalam membangun, serta meningkatkan pemerataan dan keadilan
membangun, serta meningkatkan pemerataan dan keadilan dengan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki
dengan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah.Keberhasilan otonomi daerah
oleh masing-masing daerah.Keberhasilan otonomi daerah tidak lepas dari kemampuan dalam bidang keuangan yang
tidak lepas dari kemampuan dalam bidang keuangan yang merupakan salah satu indikator penting dalam menghadapi
merupakan salah satu indikator penting dalam menghadapi otonomi daerah, dimana daerah otonom diharapkan mampu
otonomi daerah, dimana daerah otonom diharapkan mampu atau mandiri didalam membiayai kegiatan pemerintahan
atau mandiri didalam membiayai kegiatan pemerintahan daerahnya dengan tingkat ketergantungan keuangan kepada
daerahnya dengan tingkat ketergantungan keuangan kepada pemerintah pusat mempunyai proporsi yang lebih kecil.
pemerintah pusat mempunyai proporsi yang lebih kecil. Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelolah
Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelolah keuangannya dapt dicermati pada Anggaran Pendapatan dan
keuangannya dapt dicermati pada Anggaran Pendapatan dan

276 276
Belanja Daerah (APBD) yang menggambarkan kemampuan Belanja Daerah (APBD) yang menggambarkan kemampuan
daerah dalam membiayai kegiatan tugas pembangunan. daerah dalam membiayai kegiatan tugas pembangunan.
Sebagaimna diketahui, bahwa Anggaran Daerah atau Sebagaimna diketahui, bahwa Anggaran Daerah atau
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan
instrumen kebijakan dan penilaian, baik untuk penilaian secara instrumen kebijakan dan penilaian, baik untuk penilaian secara
internal maupun keterkaitan dalam mendorong pertumbuhan internal maupun keterkaitan dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi yang selanjutnya mengurangi pengangguran dan ekonomi yang selanjutnya mengurangi pengangguran dan
menurunkan tingkat kemiskinan. menurunkan tingkat kemiskinan.
APBD dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan APBD dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan
besarnya pendapatan dan pengeluaran, membantu pengam- besarnya pendapatan dan pengeluaran, membantu pengam-
bilan keputusan dan pencapaian pembanguanan, otoritas bilan keputusan dan pencapaian pembanguanan, otoritas
pengeluaran dimasa-masa yang akan datang, sumber pengeluaran dimasa-masa yang akan datang, sumber
pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja,
alat untuk memotovasi para pegawai, dan alat koordinasi bagi alat untuk memotovasi para pegawai, dan alat koordinasi bagi
semua aktivitas dari unit kerja. Kinerja yang terkait dengan semua aktivitas dari unit kerja. Kinerja yang terkait dengan
anggaran merupakan kinerja keuangan berupa perbandingan anggaran merupakan kinerja keuangan berupa perbandingan
antara komponen-komponen yang terdapat pada anggaran. antara komponen-komponen yang terdapat pada anggaran.
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan oleh Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan oleh
pemerintah daerah adalah untuk menyajikan informasi pemerintah daerah adalah untuk menyajikan informasi
yang berguana untuk pengambilan keputusan dan untuk yang berguana untuk pengambilan keputusan dan untuk
menunjukkan akuntabilitas (pertanggungjawaban) pemerintah menunjukkan akuntabilitas (pertanggungjawaban) pemerintah
daerah atas sumber yang dipercayakan. Pemerintah daerah daerah atas sumber yang dipercayakan. Pemerintah daerah
sebagai pihak yang diserahi tugas untuk menjalankan roda sebagai pihak yang diserahi tugas untuk menjalankan roda
pemerintahan, pembanguanan, dan pelayanan masyarakat, pemerintahan, pembanguanan, dan pelayanan masyarakat,
wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan
daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah berhasil
menjalan tugasnya dengan baik atau tidak. Salah satu alat menjalan tugasnya dengan baik atau tidak. Salah satu alat
untuk menganalisis kinerja keuangan pemerintahan daerah untuk menganalisis kinerja keuangan pemerintahan daerah
dalam mengelolah keuangan daerahnya adalah dengan dalam mengelolah keuangan daerahnya adalah dengan
melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah
dilaksanakan. dilaksanakan.
Analisis rasio keuangan APBD dialakukan dengan Analisis rasio keuangan APBD dialakukan dengan
mmembandingkan hasil yang dicapai dari satu periode mmembandingkan hasil yang dicapai dari satu periode
dengan periode sebelumnya, sehingga dapat diketahui dengan periode sebelumnya, sehingga dapat diketahui
kecenderungan yang terjadi. Dengan analisa ini pemerintah kecenderungan yang terjadi. Dengan analisa ini pemerintah

277 277
dapat menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai
dapat menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah, mengukur efektifitas dan
penyelenggaraan otonomi daerah, mengukur efektifitas dan efisiensi dalam membelanjakan pendapatan daerahnya,
efisiensi dalam membelanjakan pendapatan daerahnya, mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan
mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan pendapatan daerah, dan dapat melihat
dalam pembentukan pendapatan daerah, dan dapat melihat pertumbuhan atau perkembangan perkembangan perolehan
pertumbuhan atau perkembangan perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode
pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu.
waktu tertentu. Adapun tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan
Adapun tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan penelitian ini adalah untuk menganalisis laporan keuangan
penelitian ini adalah untuk menganalisis laporan keuangan pemerintah Kabupaten Bulukmba dan mengetahui kinerja
pemerintah Kabupaten Bulukmba dan mengetahui kinerja dalam mengelolah keuangan daerahnya yang dinilai dengan
dalam mengelolah keuangan daerahnya yang dinilai dengan menggunakan rasio keuangan terhadap Anggaran Pendapatan
menggunakan rasio keuangan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Laporan Realisasi Anggaran pada
dan Belanja Daerah dan Laporan Realisasi Anggaran pada tahun anggaran berjalan.
tahun anggaran berjalan.
Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten
Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Bulukumba Tahun Anggaran 2008-2010
Bulukumba Tahun Anggaran 2008-2010
NOMOR URAIAN REALISASI REALISASI REALISASI
2008 2009 2010
NOMOR URAIAN REALISASI REALISASI REALISASI 1 Pendapatan
2008 2009 2010
1.1 Pendapatan Asli 20.398.764.209 21.418.839.483 17.343.783.489
1 Pendapatan Daerah
1.1 Pendapatan Asli 20.398.764.209 21.418.839.483 17.343.783.489 1.1.1 Pendapatan Pajak 3.899.805.010 3.730.536.863 3.528.263.511
Daerah Daerah
1.1.1 Pendapatan Pajak 3.899.805.010 3.730.536.863 3.528.263.511 1.1.2 Pendapatan Retribusi 8.149.220.402 9.148.255.176 8.166.122.770
Daerah Daerah
1.1.2 Pendapatan Retribusi 8.149.220.402 9.148.255.176 8.166.122.770
1.1.3 Pendapatan Hasil 335.337.028 610.098.232 557.423.188
Daerah
Pengelolahan
1.1.3 Pendapatan Hasil 335.337.028 610.098.232 557.423.188 Kekayaan Daerah
Pengelolahan Yang Dipisahkan
Kekayaan Daerah 1.1.4 Pendapatan Hasil 8.014.401.768 7.929.949.210 5.091.974.020
Yang Dipisahkan Pengelolahan
1.1.4 Pendapatan Hasil 8.014.401.768 7.929.949.210 5.091.974.020 Kekayaan Daerah
Pengelolahan 1.2 Pendapatan Transfer 486.042.272.291 493.870.168.227 576.001.974.274
Kekayaan Daerah
1.2.1 Transfer Pemerintah 452.169.858.611 471.417.436.551 467.675.344.504
1.2 Pendapatan Transfer 486.042.272.291 493.870.168.227 576.001.974.274 Pusat-Dana
1.2.1 Transfer Pemerintah 452.169.858.611 471.417.436.551 467.675.344.504 Perimbangan
Pusat-Dana
Perimbangan

278 278
1.2.1.1 Dana Bagi Hasil 30.157.094.625 29.981.229.697 31.683.133.078 1.2.1.1 Dana Bagi Hasil 30.157.094.625 29.981.229.697 31.683.133.078
Pajak Pajak
1.2.1.2 Dana Bagi Hasil 2.483.499.986 857.145.854 1.847.466.426 1.2.1.2 Dana Bagi Hasil 2.483.499.986 857.145.854 1.847.466.426
Bukan Pajak Bukan Pajak
1.2.1.3 Dana Alokasi Umum 363.390.164.000 370.482.061.000 383.218.545.000 1.2.1.3 Dana Alokasi Umum 363.390.164.000 370.482.061.000 383.218.545.000
1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus 56.139.100.000 70.097.000.000 50.926.200.000 1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus 56.139.100.000 70.097.000.000 50.926.200.000
1.2.2 Transfer Pemerintah 23.195.408.000 11.934.850.000 94.250.498.113 1.2.2 Transfer Pemerintah 23.195.408.000 11.934.850.000 94.250.498.113
Pusat Lainnya Pusat Lainnya
1.2.2.1 Dana Otonomi 0 0 0 1.2.2.1 Dana Otonomi 0 0 0
Khusus Khusus
1.2.2.2 Dana Penyesuaian 23.195.408.000 11.934.850.000 94.250.498.113 1.2.2.2 Dana Penyesuaian 23.195.408.000 11.934.850.000 94.250.498.113
1.2.3 Transfer Pemerintah 10.667.005.680 10.527.881.676 14.075.681.657 1.2.3 Transfer Pemerintah 10.667.005.680 10.527.881.676 14.075.681.657
Provinsi Provinsi
1.2.3.1 Pendapatan Bagi 10.667.005.680 10.527.881.676 14.075.681.657 1.2.3.1 Pendapatan Bagi 10.667.005.680 10.527.881.676 14.075.681.657
Hasil Pajak Hasil Pajak
1.2.3.2 Pendapatan Bagi 0 0 0 1.2.3.2 Pendapatan Bagi 0 0 0
Hasil lainnya Hasil lainnya
1.3 Lain-Lain 12.628.031.198 11.474.445.754 13.503.818.532 1.3 Lain-Lain 12.628.031.198 11.474.445.754 13.503.818.532
Pendapatan Yang Sah Pendapatan Yang Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah 0 0 0 1.3.1 Pendapatan Hibah 0 0 0
1.3.2 Pendapatan Dana 0 0 0 1.3.2 Pendapatan Dana 0 0 0
Darurat Darurat
1.3.3 Pendapatan Lainnya 12.628.031.198 11.474.445.754 13.503.818.532 1.3.3 Pendapatan Lainnya 12.628.031.198 11.474.445.754 13.503.818.532
Jumlah 519.069.067.698 526.763.453.464 606.849.576.296 Jumlah 519.069.067.698 526.763.453.464 606.849.576.296
2 Belanja Daerah 2 Belanja Daerah
2.1 Belanja Operasi 389.126.144.860 418.423.506.141 496.282.699.295 2.1 Belanja Operasi 389.126.144.860 418.423.506.141 496.282.699.295
2.1.1 Belanja Pegawai 276.692.936.140 310.185.131.325 365.059.030.340 2.1.1 Belanja Pegawai 276.692.936.140 310.185.131.325 365.059.030.340
2.1.2 Belanja Barang 80.150.328.501 85.734.232.572 90.087.552.459 2.1.2 Belanja Barang 80.150.328.501 85.734.232.572 90.087.552.459
2.1.3 Belanja Bunga 536.747.560 0 0 2.1.3 Belanja Bunga 536.747.560 0 0
2.1.4 Belanja Subsidi 0 0 0 2.1.4 Belanja Subsidi 0 0 0
2.1.5 Belanja Hibah 1.900.000.000 4.750.000.000 23.897.776.116 2.1.5 Belanja Hibah 1.900.000.000 4.750.000.000 23.897.776.116
2.1.6 Belanja Bantuan 12.137.015.799 3.738.020.813 1.034.970.197 2.1.6 Belanja Bantuan 12.137.015.799 3.738.020.813 1.034.970.197
Sosial Sosial
2.1.7 Belanja Bantuan 17.709.062.860 14.016.101.431 16.203.370.213 2.1.7 Belanja Bantuan 17.709.062.860 14.016.101.431 16.203.370.213
Keuangan Keuangan
2.2 Belanja Modal 152.911.613.904 120.856.244.770 99.857.780.515 2.2 Belanja Modal 152.911.613.904 120.856.244.770 99.857.780.515
2.2.1 Belanja Tanah 674.630.000 946.677.199 116.320.000 2.2.1 Belanja Tanah 674.630.000 946.677.199 116.320.000
2.2.2 Belanja Peralatan dan 28.152.378.152 12.416.562.018 9.905.831.435 2.2.2 Belanja Peralatan dan 28.152.378.152 12.416.562.018 9.905.831.435
Mesin Mesin
2.2.3 Belanja Gedung dan 32.951.010.548 50.521.674.991 17.407.569.794 2.2.3 Belanja Gedung dan 32.951.010.548 50.521.674.991 17.407.569.794
Bangunan Bangunan
2.2.4 Belanja Jalan, Irigasi 86.164.440.104 56.836.040.062 72.346.398.436 2.2.4 Belanja Jalan, Irigasi 86.164.440.104 56.836.040.062 72.346.398.436
dan Jaringan dan Jaringan

279 279
2.2.5 Belanja Aset Tetap 4.534.155.100 135.290.500 81.660.850
Lainnya
2.2.5 Belanja Aset Tetap 4.534.155.100 135.290.500 81.660.850 2.2.6 Belanja Aset Lainnya 0 0 0
Lainnya
2.3 Belanja Tak Terduga 0 892.500 0
2.2.6 Belanja Aset Lainnya 0 0 0
2.3.1 Belanja Tak Terduga 0 892.500 0
2.3 Belanja Tak Terduga 0 892.500 0
2.4 Transfer 0 488.486.790 499.083.354
2.3.1 Belanja Tak Terduga 0 892.500 0
2.4.1 Bagi Hasil Pajak Ke 0 488.486.790 499.083.354
2.4 Transfer 0 488.486.790 499.083.354 Kabupaten/Kota
2.4.1 Bagi Hasil Pajak Ke 0 488.486.790 499.083.354 2.4.2 Bagi Hasil Retribusi 0 0 0
Kabupaten/Kota Ke Kabupaten/Kota
2.4.2 Bagi Hasil Retribusi 0 0 0 2.4.3 Bagi Hasil 0 0 0
Ke Kabupaten/Kota Pendapatan Lainnya
2.4.3 Bagi Hasil 0 0 0 Ke Kabupaten/Kota
Pendapatan Lainnya Jumlah Belanja + 542.037.758.764 539.769.130.201 596.639.563.164
Ke Kabupaten/Kota Transfer
Jumlah Belanja + 542.037.758.764 539.769.130.201 596.639.563.164 Surplus/(Defisit) -22.968.691.065 -13.005.676.756 10.210.013.132
Transfer
3 Pembiayaan Daerah
Surplus/(Defisit) -22.968.691.065 -13.005.676.756 10.210.013.132
3.1 Penerimaan
3 Pembiayaan Daerah Pembiayaan
3.1 Penerimaan 3.1.1 Sisa Lebih 74.517.185.182 40.706.210.386 31.596.631.086
Pembiayaan Perhitungan
3.1.1 Sisa Lebih 74.517.185.182 40.706.210.386 31.596.631.086 Anggaran
Perhitungan Tahun Anggaran
Anggaran Sebelumnya(SILPA)
Tahun Anggaran 3.1.2 Pencairan Dana 0 0 0
Sebelumnya(SILPA) Cadangan
3.1.2 Pencairan Dana 0 0 0 3.1.3 Hasil Penjualan 0 0 0
Cadangan Kekayaan Daerah
3.1.3 Hasil Penjualan 0 0 0 Yang Dipisahkan
Kekayaan Daerah 3.1.4 Penerimaan 0 0 0
Yang Dipisahkan Pinjaman Daerah
3.1.4 Penerimaan 0 0 0 3.1.3 Penerimaan Kembali 115.819.001 2.090.229.478 100.616.173
Pinjaman Daerah Penerimaan
3.1.3 Penerimaan Kembali 115.819.001 2.090.229.478 100.616.173 Pinjaman Daerah
Penerimaan 3.1.6 Penerimaan Piutang 155.470.010 42.083.291 14.368.110
Pinjaman Daerah Daerah
3.1.6 Penerimaan Piutang 155.470.010 42.083.291 14.368.110 3.1.7 Penerimaan Hutang 1.116.095.148 3.051.287.215 0
Daerah Belanja
3.1.7 Penerimaan Hutang 1.116.095.148 3.051.287.215 0 Jumlah Penerimaan 75.904.519.341 45.889.810.371 31.711.615
Belanja Pembiayaan
Jumlah Penerimaan 75.904.519.341 45.889.810.371 31.711.615 3.2 Pengeluaran
Pembiayaan Pembiayaan
3.2 Pengeluaran 3.2.1 Pembentukan Dana 0 0 0
Pembiayaan Cadangan
3.2.1 Pembentukan Dana 0 0 0
Cadangan

280 280
3.2.2 Penyertaan 808.211.189 0 0 3.2.2 Penyertaan 808.211.189 0 0
Modal (Investasi) Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah
3.2.3 Investasi Dana 0 0 0 3.2.3 Investasi Dana 0 0 0
Bergulir Bergulir
3.2.4 Pembayaran Pokok 11.421.406.700 1.142.375.148 1.196.616.630 3.2.4 Pembayaran Pokok 11.421.406.700 1.142.375.148 1.196.616.630
Hutang Hutang
3.2.5 Pemberian Pinjaman 0 145.127.400 0 3.2.5 Pemberian Pinjaman 0 145.127.400 0
Daerah Daerah
3.2.6 Pembayaran Hutang 0 0 0 3.2.6 Pembayaran Hutang 0 0 0
Belanja Belanja
Jumlah Pengeluaran 12.229.617.889 1.287.502.548 1.196.616.630 Jumlah Pengeluaran 12.229.617.889 1.287.502.548 1.196.616.630
Pembiayaan Pembiayaan
Pembiayaan Netto 63.674.901.451 44.602.307.828 30.514.998.739 Pembiayaan Netto 63.674.901.451 44.602.307.828 30.514.998.739
Sisa Lebih 40.706.210.386 31.596.631.086 40.725.011.871 Sisa Lebih 40.706.210.386 31.596.631.086 40.725.011.871
Perhitungan Perhitungan
Anggaran Tahun Anggaran Tahun
Anggaran Berkenaan Anggaran Berkenaan
(SILPA) (SILPA)

Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2008- Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2008-
2010 2010

1. Perhitungan Rasio Keuangan Daerah pada Kabupaten 1. Perhitungan Rasio Keuangan Daerah pada Kabupaten
Bulukumba Bulukumba
Pengukuran kinerja adalah proses sistematik dan Pengukuran kinerja adalah proses sistematik dan
bersinambungan untuk menilai keberhasilan dan ketidak bersinambungan untuk menilai keberhasilan dan ketidak
berhasilan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, berhasilan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program,
kebijakan, sasaran, dan tujuan yang telah ditetapkan dalam kebijakan, sasaran, dan tujuan yang telah ditetapkan dalam
mewujudkan visi, misi, dan strategi instansi pemerintahan. mewujudkan visi, misi, dan strategi instansi pemerintahan.
Proses ini dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap Proses ini dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap
indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang
keberhasilan dan ketidak berhasilan pencapaian tujuan sdan keberhasilan dan ketidak berhasilan pencapaian tujuan sdan
sasaran. sasaran.
Dalam mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah Dalam mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah
Kabupaten Bulukumba, ada beberapa rasio yang dapat Kabupaten Bulukumba, ada beberapa rasio yang dapat
digunakan. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan dalam digunakan. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan dalam
pembahasan sebagai berikut: pembahasan sebagai berikut:

281 281
a. Rasio Kemandirian Daerah a. Rasio Kemandirian Daerah
Kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal) Kemandirian keuangan daerah (otonomi fiskal)
menunjukkan kemampuan pemerintah daerah membiayai menunjukkan kemampuan pemerintah daerah membiayai
sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
kepada masyarakat yang telah membayar pajak retribusi kepada masyarakat yang telah membayar pajak retribusi
sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio
kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah
terhadap sumber dana ekstern. terhadap sumber dana ekstern.

1) Rasio Kemandiriran Tahun Anggaran 2008 1) Rasio Kemandiriran Tahun Anggaran 2008
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah
Rasio kemandirian = x100% Rasio kemandirian = x100%
Pendapatan Transfer Dana+Pinjaman Pendapatan Transfer Dana+Pinjaman

20.398.764.209,46 20.398.764.209,46
= x100% = x100%
486.042.272.291,00+0 486.042.272.291,00+0
= 4,19% = 4,19%

2) Rasio Kemandirian Tahun Anggaran 2009 2) Rasio Kemandirian Tahun Anggaran 2009
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah
Rasio kemandirian = x100% Rasio kemandirian = x100%
Pendapatan Transfer Dana+Pinjaman Pendapatan Transfer Dana+Pinjaman
21.418.839.483,39 21.418.839.483,39
= x100% = x100%
493.870.168.227,00+0 493.870.168.227,00+0

= 4,33% = 4,33%

3) Rasio Kemandirian Tahun Anggaran Tahun 2010 3) Rasio Kemandirian Tahun Anggaran Tahun 2010

Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah


Rasio kemandirian = x100% Rasio kemandirian = x100%
Pendapatan Transfer Dana+Pinjaman Pendapatan Transfer Dana+Pinjaman

282 282
17.343.783.489,8 17.343.783.489,8
= x100% = x100%
(576.001.974.274,35+0) (576.001.974.274,35+0)
= 3,01% = 3,01%

b. Rasio Efektifitas dan Efisiensi b. Rasio Efektifitas dan Efisiensi


Menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam Menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam
merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan
dibanding dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi dibanding dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi
rill daerah. Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas rill daerah. Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas
dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal dikategorikan efektif apabila rasio yang dicapai minimal
sebesar 1 (satu) atau 100%. Semakin tinggi rasio efektifitas, sebesar 1 (satu) atau 100%. Semakin tinggi rasio efektifitas,
menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik.
Rasio fektifitas pemerintah Kbupaten Bulukumba dapat Rasio fektifitas pemerintah Kbupaten Bulukumba dapat
dihitung sebagai berikut: dihitung sebagai berikut:
Realisasi Penerimaan PAD Realisasi Penerimaan PAD
Rasio Efektifitas = x100% Rasio Efektifitas = x100%
Target Penerimaan PAD Yang @Ditetapkan Berdasarkan Target Penerimaan PAD Yang @Ditetapkan Berdasarkan
Potensi Rill Daerah Potensi Rill Daerah

Untuk memeperoleh ukuran yang lebih baik, rasio Untuk memeperoleh ukuran yang lebih baik, rasio
efektifitas perlu dibandingkan dengan rasio efesiensi efektifitas perlu dibandingkan dengan rasio efesiensi
yang dicapai pemerintah. Rasio efisiensi menggambarkan yang dicapai pemerintah. Rasio efisiensi menggambarkan
perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang
diterima. Kinerja pemerintah dikatakan efisien apabila rasio diterima. Kinerja pemerintah dikatakan efisien apabila rasio
yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau dibawah 100%. Semakin yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau dibawah 100%. Semakin
kecil rasio efisisen menggambarkan kemampuan daerah yang kecil rasio efisisen menggambarkan kemampuan daerah yang
semakin baik. semakin baik.
Rasio efisiensi pemerintah Kabuparen Bulukumba Rasio efisiensi pemerintah Kabuparen Bulukumba
dihitung sebagai berikut: dihitung sebagai berikut:
Biaya Yang Dikeluarkan Untuk Memungut PAD Biaya Yang Dikeluarkan Untuk Memungut PAD
Rasio Efisiensi = x100% Rasio Efisiensi = x100%
Realisasi Penerimaan PAD Realisasi Penerimaan PAD

283 283
Tabel 5.1 Target dan Realisasi Tahun Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah
Tabel 5.1 Target dan Realisasi Tahun Penerimaan
Tahun Anggaran 2008-2010
Pendapatan Asli Daerah
Tahun Anggaran 2008-2010 Keterangan 2008 2009 2010
Target Penerimaan PAD 32.797.480.272,00 35.974.314.248,00 52.606.038.817,00
Keterangan 2008 2009 2010 Realisasi Penerimaan 20.398.764.209,46 21.418.839.483,39 17.343.784.489,88
PAD
Target Penerimaan PAD 32.797.480.272,00 35.974.314.248,00 52.606.038.817,00
Biaya Pemungutan PAD 435.297.722,00 580.887.744,00 375.522.395,00
Realisasi Penerimaan 20.398.764.209,46 21.418.839.483,39 17.343.784.489,88
PAD Rasio Efektifitas 62,18% 59,53% 32,96%
Biaya Pemungutan PAD 435.297.722,00 580.887.744,00 375.522.395,00 Rasio Efisiensi 2,13% 2,71% 2,16%
Rasio Efektifitas 62,18% 59,53% 32,96%
Rasio Efisiensi 2,13% 2,71% 2,16%
Sumber: Data Diolah
Sumber: Data Diolah c. Rasio Aktivitas (Rasio Keserasian)
c. Rasio Aktivitas (Rasio Keserasian) Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah
Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin
daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Semakin tinggi
dan belanja pembangunan secara optimal. Semakin tinggi presentase dana yang dialokasikan untuk belanaja rutin,
presentase dana yang dialokasikan untuk belanaja rutin, bararti presentase belanja investasi (belanja pembangunan)
bararti presentase belanja investasi (belanja pembangunan) yang digunakan untuk menyediakan sarana prasarana
yang digunakan untuk menyediakan sarana prasarana ekonomi masyarakat cenderung seamakin kecil. Rasio ini
ekonomi masyarakat cenderung seamakin kecil. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut:
dapat diformulasikan sebagai berikut:

284 284
Tabel 5.2 Perhitungan Rasio Aktivitas Pemerintahan Tabel 5.2 Perhitungan Rasio Aktivitas Pemerintahan
Kabupaten Bulukumba Kabupaten Bulukumba
Tahun Anggaran 2008-2010 Tahun Anggaran 2008-2010

Sumber: Data dioalah Sumber: Data dioalah


d. Debt Service Coverage Ratio d. Debt Service Coverage Ratio
Selain menggunakan pendapatan asli daerah, pemerintah Selain menggunakan pendapatan asli daerah, pemerintah
daerah dapat menggunakan alternatif sumber dana lain, daerah dapat menggunakan alternatif sumber dana lain,
yaitu dengan melakukan pinjaman, sepanjang prosedur dan yaitu dengan melakukan pinjaman, sepanjang prosedur dan
pelaksanaannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. pelaksanaannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Debt Service Coverage Ratio (DSCR) Kabupaten Debt Service Coverage Ratio (DSCR) Kabupaten
Bulukumba dapat dihitung sebagai berikut: Bulukumba dapat dihitung sebagai berikut:

285 285
Tabel 5.3 Perhitungan Debt Service Coverage Ratio
Tabel 5.3 Perhitungan Debt Service Coverage Ratio Kabupaten Bulukumba
Kabupaten Bulukumba Tahun Anggaran 2008-2010
Tahun Anggaran 2008-2010 Keterangan 2008 2009 2010
Belanja Operasi 389.126.144.860,40 418.423.506.141.00 496.282.699.295,00
Keterangan 2008 2009 2010 Belanja Modal 152.911.613.904,00 120.856.244.770,00 99.857.780.515,00
Belanja Operasi 389.126.144.860,40 418.423.506.141.00 496.282.699.295,00 Rasio Belanja Operasi 71,78% 77,51% 83,17%
Belanja Modal 152.911.613.904,00 120.856.244.770,00 99.857.780.515,00 Rasio Belanaja Modal 28,21% 22,39% 16,73%
Rasio Belanja Operasi 71,78% 77,51% 83,17%
Rasio Belanaja Modal 28,21% 22,39% 16,73%
Sumber: Data diolah
Sumber: Data diolah
e. Rasio Pertumbuhan
e. Rasio Pertumbuhan Rasio pertumbuhan (Growth Ratio) mengukur seberapa
Rasio pertumbuhan (Growth Ratio) mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan
besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasialannya yang telah dicapai
dan meningkatkan keberhasialannya yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya. Dengan diketahuinya
dari periode ke periode berikutnya. Dengan diketahuinya pertumbuhan unruk masing-masing komponen sumber
pertumbuhan unruk masing-masing komponen sumber pendapatan dan pengeluaran, dapat digunakan mengevaluasi
pendapatan dan pengeluaran, dapat digunakan mengevaluasi potensi-potensi mana yang perlu mendapatkan perhatian.
potensi-potensi mana yang perlu mendapatkan perhatian. Perhitungan Rasio Pertumbuhan APBD Kab. Bulukumba
Perhitungan Rasio Pertumbuhan APBD Kab. Bulukumba Tahun Anggaran 2008-2010
Tahun Anggaran 2008-2010 No. Keterangan 2008 2009 2010
1. Pendapatan Asli 20.398.764.209,46 21.418.839.483,39 17.343.783.489,88
No. Keterangan 2008 2009 2010 Daerah
2. Pertumbuhan - 5,00% -19,02%
1. Pendapatan Asli 20.398.764.209,46 21.418.839.483,39 17.343.783.489,88 Pendapatan Asli
Daerah Daerah
2. Pertumbuhan - 5,00% -19,02% 3. Pendapatan 519.069.067.698,96 526.763.453.464,39 606.496.876.693,37
Pendapatan Asli
4. Pertumbuhan - 1,48% 15,13%
Daerah
Pendapatan
3. Pendapatan 519.069.067.698,96 526.763.453.464,39 606.496.876.693,37
5. Belanja Operasi 389.126.144.860,40 418.423.506.141,00 496.282.699.295,00
4. Pertumbuhan - 1,48% 15,13%
6. Pertumbuhan - 7,52% 18,60%
Pendapatan
Belanja Operasi
5. Belanja Operasi 389.126.144.860,40 418.423.506.141,00 496.282.699.295,00
7. Belanja Modal 152.911.613.904,00 120.856.244.770,00 99.857.780.515,00
6. Pertumbuhan - 7,52% 18,60%
8. Pertumbuhan -20,96% -17.37%
Belanja Operasi
Belanja Modal
7. Belanja Modal 152.911.613.904,00 120.856.244.770,00 99.857.780.515,00
8. Pertumbuhan -20,96% -17.37%
Belanja Modal Sumber: Data diolah
Sumber: Data diolah

286 286
287 287
2. Studi Kasus Provinsi Gorontalo
2. Studi Kasus Provinsi Gorontalo
Latar Belakang Masalah
Pemerintah daerah merupakan lembaga yang bertugas
Latar Belakang Masalah
untuk mengatur roda pemerintahan di daerah. Suatu daerah/
Pemerintah daerah merupakan lembaga yang bertugas
provinsi maju dan berkembang apabila mampu menciptakan
untuk mengatur roda pemerintahan di daerah. Suatu daerah/
roda pemerintahan yang transparan, akuntabilitas tinggi dan
provinsi maju dan berkembang apabila mampu menciptakan
penerapan value for money yang besar. Sebagai organisasi
roda pemerintahan yang transparan, akuntabilitas tinggi dan
yang tidak berorieantasi keuntungan, pemerintah daerah
penerapan value for money yang besar. Sebagai organisasi
memiliki tujuan yaitu memberi pelayanan kepada masyarakat.
yang tidak berorieantasi keuntungan, pemerintah daerah
Paket undang – undang otonomi daerah, yakni undang –
memiliki tujuan yaitu memberi pelayanan kepada masyarakat.
undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan
Paket undang – undang otonomi daerah, yakni undang –
undang – undang nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan
undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan daerah merupakan
undang – undang nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan
tonggak dicanangkannya otonomi daerah sebagai hasil dari
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan daerah merupakan
tuntutan reformasi yang terjadi di Indonesia.
tonggak dicanangkannya otonomi daerah sebagai hasil dari
Upaya meningkatkan kinerja pemerintah yang
tuntutan reformasi yang terjadi di Indonesia.
baik khususnya dibidang keuangan telah diupayakan oleh
Upaya meningkatkan kinerja pemerintah yang
pemerintah dengan dikeluarkannya seperangkat regulasi.
baik khususnya dibidang keuangan telah diupayakan oleh
PP No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaaan Pertanggung
pemerintah dengan dikeluarkannya seperangkat regulasi.
jawaban keuangan daerah dan PP No. 108 Tahun 2000 tentang
PP No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaaan Pertanggung
Tata Cara Pertanggung jawaban kepala daerah.
jawaban keuangan daerah dan PP No. 108 Tahun 2000 tentang
Laporan pertanggung jawaban kepala daerah pun
Tata Cara Pertanggung jawaban kepala daerah.
tampaknya menjadi sangat strategis, terlebih karena DPRD
Laporan pertanggung jawaban kepala daerah pun
telah semakin sadar akan hak konstitusionalnya. Dengan
tampaknya menjadi sangat strategis, terlebih karena DPRD
adanya neraca daerah, publik akan tahu seberapa besar asset
telah semakin sadar akan hak konstitusionalnya. Dengan
yang dikelola pemerintah daerah, berapa kewajiban yang
adanya neraca daerah, publik akan tahu seberapa besar asset
harus ditanggung pemerintah . Demikian pula dari laporan
yang dikelola pemerintah daerah, berapa kewajiban yang
arus kas, masyarakat akan menilai manajerial eksekutif dalam
harus ditanggung pemerintah . Demikian pula dari laporan
mengelola kas daerah.
arus kas, masyarakat akan menilai manajerial eksekutif dalam
Adapun tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan
mengelola kas daerah.
tulisan ini, antara lain :
Adapun tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan
tulisan ini, antara lain : 1. Untuk mengetahui Analisis Kinerja Keuangan
Pemerintah Provinsi Gorontalo.
1. Untuk mengetahui Analisis Kinerja Keuangan
Pemerintah Provinsi Gorontalo.

288 288
2. Untuk mengetahui Analisis Struktur Keuangan 2. Untuk mengetahui Analisis Struktur Keuangan
Pemerintah Provinsi Gorontalo. Pemerintah Provinsi Gorontalo.
3. Untuk mengetahui Analisis Kemampuan Keuangan 3. Untuk mengetahui Analisis Kemampuan Keuangan
Pemerintah Provinsi Gorontalo. Pemerintah Provinsi Gorontalo.

Gambaran Umum Pemerintah Provinsi Gorontalo Gambaran Umum Pemerintah Provinsi Gorontalo
Menurut sejarah Jazirah Gorontalo terbentuk kurang Menurut sejarah Jazirah Gorontalo terbentuk kurang
lebih 400 tahun lalu dan merupakan salah satu kota tua di lebih 400 tahun lalu dan merupakan salah satu kota tua di
Sulawesi selain kota Makassar, Pare – pare, dan Manado. Sulawesi selain kota Makassar, Pare – pare, dan Manado.
Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu pusat penyebaran Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu pusat penyebaran
agama Islam di Indonesia timur yaitu dari Ternate, Gorontalo agama Islam di Indonesia timur yaitu dari Ternate, Gorontalo
dan Bone. Seiring dengan penyebaran agama tersebut dan Bone. Seiring dengan penyebaran agama tersebut
Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan
masyarakat di wilayah sekitar seperti Bolaang Mongondow masyarakat di wilayah sekitar seperti Bolaang Mongondow
(SULUT) , Buol Toli – Toli, Luwuk Banggai, Donggala (SULUT) , Buol Toli – Toli, Luwuk Banggai, Donggala
(SULTENG) bahkan sampai ke Sulawesi Tenggara. Jadi asal (SULTENG) bahkan sampai ke Sulawesi Tenggara. Jadi asal
usul nama Gorontalo (arti katanya ) tidak diketahui lagi, namun usul nama Gorontalo (arti katanya ) tidak diketahui lagi, namun
jelas kata hulolando hingga sekarang masih hidup dalam jelas kata hulolando hingga sekarang masih hidup dalam
ucapan orang Gorontalo dan orang Belanda Karen kesulitan ucapan orang Gorontalo dan orang Belanda Karen kesulitan
dalam mengucapkannya diucapkan dengan Hulolando dan dalam mengucapkannya diucapkan dengan Hulolando dan
bila ditulis menjadi Gorontalo. bila ditulis menjadi Gorontalo.
Terinspirasi oleh semangat Hari Patriotik 23 Januari Terinspirasi oleh semangat Hari Patriotik 23 Januari
1942, maka pada tanggal dan bulan yang sama pada tahun 1942, maka pada tanggal dan bulan yang sama pada tahun
2000, rakyat Gorontalo yang diwakili oleh Dr. Ir. Nelson 2000, rakyat Gorontalo yang diwakili oleh Dr. Ir. Nelson
Pomalinggo, MPd ditemani oleh Natsir Mooduto sebagi ketua Pomalinggo, MPd ditemani oleh Natsir Mooduto sebagi ketua
Panitia Persiapan Pembentukan Provinsi Gorontalo Tomini Panitia Persiapan Pembentukan Provinsi Gorontalo Tomini
Raya (P4GTR) serta sejumlah aktivis, atas nama seluruh rakyat Raya (P4GTR) serta sejumlah aktivis, atas nama seluruh rakyat
Gorontalo mendeklarasikan berdirinya Provinsi Gorontalo Gorontalo mendeklarasikan berdirinya Provinsi Gorontalo
yang terdiri dari Kabupaten Gorontalo dan kota Gorontalo yang terdiri dari Kabupaten Gorontalo dan kota Gorontalo
terlepas dari Sulawesi Utara. Sebagaimana tercantum dalam terlepas dari Sulawesi Utara. Sebagaimana tercantum dalam
Undang – Undang No. 10 tahun 1964 yang isinya adalah Undang – Undang No. 10 tahun 1964 yang isinya adalah
bahwa Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo merupakan bahwa Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo merupakan
wilayah administrasi dari Provinsi Sulawesi Utara. Setahun wilayah administrasi dari Provinsi Sulawesi Utara. Setahun
kemudian tepatnya tanggal 16 Februari 2001, Tursandi Alwi kemudian tepatnya tanggal 16 Februari 2001, Tursandi Alwi
sebagai pejabat Gubernur Gorontalo dilantik. sebagai pejabat Gubernur Gorontalo dilantik.

289 289
Visi dan Misi Provinsi Gorontalo
Visi dan Misi Provinsi Gorontalo Visi
TERWUJUDNYA PERCEPATAN PEMBANGUNAN
Visi BERBAGAI BIDANG SERTA PENINGKATAN
TERWUJUDNYA PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI MASYARAKAT YANG BERKEADILAN
BERBAGAI BIDANG SERTA PENINGKATAN DI PROVINSI GORONTALO
EKONOMI MASYARAKAT YANG BERKEADILAN
DI PROVINSI GORONTALO Misi
Untuk pencapaian visi pembangunan tersebut ditetapkan
Misi Misi Pembangunan Gorontalo 2012 – 2016 yaitu :
Untuk pencapaian visi pembangunan tersebut ditetapkan
Misi Pembangunan Gorontalo 2012 – 2016 yaitu : - Memfokuskan peningkatan ekonomi atas dasar
optimalisasi potensi kewilayahan, mendorong laju
- Memfokuskan peningkatan ekonomi atas dasar investasi, percepatan pembangunan infrastruktur
optimalisasi potensi kewilayahan, mendorong laju pedesaan sekaligus mengembangkan potensi
investasi, percepatan pembangunan infrastruktur unggulan dengan mengakselerasi secara cerdas
pedesaan sekaligus mengembangkan potensi terhadap pencapaian kesejahteraan rakyat.
unggulan dengan mengakselerasi secara cerdas - Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
terhadap pencapaian kesejahteraan rakyat. melalui pendekatan kesesuaian keahlian serta
- Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia pemenuhan mutu kualitas penyelenggaraan
melalui pendekatan kesesuaian keahlian serta Pendidikan dan Kesehatan.
pemenuhan mutu kualitas penyelenggaraan - Mengembangkan manajemen pengelolaan potensi
Pendidikan dan Kesehatan. Sumber Daya Kelautan, Pertanian, peternakan,
- Mengembangkan manajemen pengelolaan potensi Kehutanan. Danau Limboto dan potensi lingkungan
Sumber Daya Kelautan, Pertanian, peternakan, lainnya yang lebih baik, saling terintegrasi serta
Kehutanan. Danau Limboto dan potensi lingkungan lestari demi kepentingan kemakmuran masyarakat.
lainnya yang lebih baik, saling terintegrasi serta - Mengembangkan nilai – nilai religi, dalam kehidupan
lestari demi kepentingan kemakmuran masyarakat. beragama yang rukun penuh kesejukan sekaligus
- Mengembangkan nilai – nilai religi, dalam kehidupan memelihara keragaman budaya serta memperkuat
beragama yang rukun penuh kesejukan sekaligus peran Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan
memelihara keragaman budaya serta memperkuat terhadap Anak, termasuk issu kesetaraan Gender
peran Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan dalam Pembangunan.
terhadap Anak, termasuk issu kesetaraan Gender - Menciptakan sinergitas diantara Pemerintah
dalam Pembangunan. Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota di
- Menciptakan sinergitas diantara Pemerintah Gorontalo dalam kaidah otonomi daerah sekaligus
Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota di
Gorontalo dalam kaidah otonomi daerah sekaligus

290 290
untuk meningkatkan kinerja pelayanan public, untuk meningkatkan kinerja pelayanan public,
menurunkan angka kemiskinan serta menjalankan menurunkan angka kemiskinan serta menjalankan
system tata pemerintahan yang baik dalam rangka system tata pemerintahan yang baik dalam rangka
reformasi birokrasi. reformasi birokrasi.

Gambaran umum provinsi Gambaran umum provinsi


Kondisi Geografis Provinsi Gorontalo Kondisi Geografis Provinsi Gorontalo
Provinsi Gorontalo terletak antara 0o 19 – 1 15 Lintang Provinsi Gorontalo terletak antara 0o 19 – 1 15 Lintang
Utara dan 121 23 ` - 123 43` Bujur Timur. Luas Provinsi Utara dan 121 23 ` - 123 43` Bujur Timur. Luas Provinsi
Gorontalo secara keseluruhan adalah 11.967.64 km2. Jika Gorontalo secara keseluruhan adalah 11.967.64 km2. Jika
dibandingkan dengan wilayah Indonesia, luas wilayah provinsi dibandingkan dengan wilayah Indonesia, luas wilayah provinsi
ini hanya sebesar 0,63 persen. ini hanya sebesar 0,63 persen.
Wilayah provinsi ini berbatasan langsung dengan dua Wilayah provinsi ini berbatasan langsung dengan dua
provinsi lain, diantarannya : provinsi lain, diantarannya :
Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesi
Tengah Tengah
Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Sulawesi
Utara Utara
Sebelah Utara berhadapan langsung dengan Laut Sebelah Utara berhadapan langsung dengan Laut
Sulawesi Sulawesi
Sebelah Selatan dibatasi oleh Teluk Tomini. Sebelah Selatan dibatasi oleh Teluk Tomini.
Propinsi Gorontalo terdiri dari 5 (lima) kabupaten dan Propinsi Gorontalo terdiri dari 5 (lima) kabupaten dan
1(satu ) kota yaitu : kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo, 1(satu ) kota yaitu : kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo,
Kabupaten Pahuato , Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Kabupaten Pahuato , Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten
Gorontalo Utara dan Kota Gorontalo. Gorontalo Utara dan Kota Gorontalo.
Permukaan tanah di Provinsi Gorontalo sebagaian besar Permukaan tanah di Provinsi Gorontalo sebagaian besar
adalah perbukitan. Oleh karenanya , provinsi ini mempunyai adalah perbukitan. Oleh karenanya , provinsi ini mempunyai
banyak gunung dengan ketinggian yang amat berbeda – beda. banyak gunung dengan ketinggian yang amat berbeda – beda.
Gunung Tabongo yang terletak di Kabupaten Boalemo Gunung Tabongo yang terletak di Kabupaten Boalemo
merupakan gunung yang tertinggi di Provinsi Gorontalo. merupakan gunung yang tertinggi di Provinsi Gorontalo.
Sedangkan gunung Litu – litu yang terletak di Kabupaten Sedangkan gunung Litu – litu yang terletak di Kabupaten
Gorontalo merupakan gunung terrendah. Gorontalo merupakan gunung terrendah.
Disamping mempunyai banyak gunung provinsi ini Disamping mempunyai banyak gunung provinsi ini
juga dilintasi banyak sungai. Sungai terpanjang adalah sungai juga dilintasi banyak sungai. Sungai terpanjang adalah sungai

291 291
Paguyaman yang terletak di Kabupaten Boalemo dengan
Paguyaman yang terletak di Kabupaten Boalemo dengan panjang aliran 99,3 km. Sedangkan sungai yang terpendek
panjang aliran 99,3 km. Sedangkan sungai yang terpendek adalah sungai Bolontio dengan panjang aliran 5,3 km yang
adalah sungai Bolontio dengan panjang aliran 5,3 km yang terletak di Kabupaten Gorontalo Utara.
terletak di Kabupaten Gorontalo Utara.
- Gambaran Umum Demografis
- Gambaran Umum Demografis Jumlah penduduk tahun 2011 yang disajikan merupakan
Jumlah penduduk tahun 2011 yang disajikan merupakan angka sementara. Jumlah penduduk Provinsi Gorontalo pada
angka sementara. Jumlah penduduk Provinsi Gorontalo pada tahun tersebut sebanyak 1.062.833 jiwa, yang terdiri dari
tahun tersebut sebanyak 1.062.833 jiwa, yang terdiri dari 534.027 jiwa penduduk laki – laki dan 528.856 jiwa penduduk
534.027 jiwa penduduk laki – laki dan 528.856 jiwa penduduk perempuan.
perempuan. Kepadatan penduduk terbanyak berada di Kota
Kepadatan penduduk terbanyak berada di Kota Gorontalo dengan 2.791 jiwa/km2. Sedangkan wilayah dengan
Gorontalo dengan 2.791 jiwa/km2. Sedangkan wilayah dengan kepadatan penduduk terkecil adalah Kabupaten Pohuwato,
kepadatan penduduk terkecil adalah Kabupaten Pohuwato, yaitu hanya sekitar 30 jiwa/km2.
yaitu hanya sekitar 30 jiwa/km2.
Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Provinsi Gorontalo.
Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Provinsi Gorontalo. Salah satu cara dalam mengukur kinerja pemerintahan
Salah satu cara dalam mengukur kinerja pemerintahan provinsi dalam mengelola keuanganna yaitu dengan
provinsi dalam mengelola keuanganna yaitu dengan menggunakan analisis raio keuangan terhadap APBD, maka
menggunakan analisis raio keuangan terhadap APBD, maka jenis rasio yang akan digunakan adalah meliputi Rasio
jenis rasio yang akan digunakan adalah meliputi Rasio kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektifitas dan Efisiensi
kemandirian Keuangan Daerah, Rasio Efektifitas dan Efisiensi PAD.
PAD. Dengan ini disajikan analisis rasio keuangan terhadap
Dengan ini disajikan analisis rasio keuangan terhadap APBD pada Daerah Provinsi Gorontalo untuk tahun anggaran
APBD pada Daerah Provinsi Gorontalo untuk tahun anggaran 2017 diuraikan sebagai berikut :
2017 diuraikan sebagai berikut :
NO RASIO (%)
NO RASIO (%) 1 Rasio Kemandirian 23,90
1 Rasio Kemandirian 23,90 2 Rasio Efektifitas 111,38
2 Rasio Efektifitas 111,38 3 Rasio Efisiensi 460,92
3 Rasio Efisiensi 460,92

292 292
a. Rasio Kemandirian Keuangan Provinsi Gorontalo a. Rasio Kemandirian Keuangan Provinsi Gorontalo
Kemandirian keuangan daerah menunjukkan Kemandirian keuangan daerah menunjukkan
kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri
kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat. Kemandirian keuangan daerah ditujukan oleh masyarakat. Kemandirian keuangan daerah ditujukan oleh
besar kecilnya PAD dibandingkan dengan pendapatan daerah besar kecilnya PAD dibandingkan dengan pendapatan daerah
yang berasal dari sumber lain misalnya bantuan pemerintah yang berasal dari sumber lain misalnya bantuan pemerintah
pusat ataupun dari pinjaman. Semakin tinggi rasio kemandirian pusat ataupun dari pinjaman. Semakin tinggi rasio kemandirian
maka tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak maka tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak
eksternal semakin rendah, dan demikian pula sebaliknya. eksternal semakin rendah, dan demikian pula sebaliknya.

PAD PAD
Rasio Kemandirian = -------------------------------- x 100 % Rasio Kemandirian = -------------------------------- x 100 %
Bantuan Pemerintah Pusat + Pinjaman Bantuan Pemerintah Pusat + Pinjaman
180.039.376.122,87 180.039.376.122,87
=- ------------------------------------------- x 100 % =- ------------------------------------------- x 100 %
753.130.559.335.00 + 0 753.130.559.335.00 + 0
= 23,90%. = 23,90%.
Sebagai pedoman dalam melihat pola hubungan Sebagai pedoman dalam melihat pola hubungan
dengan kemampuan daerah (dari sisi keuangan) dapat dengan kemampuan daerah (dari sisi keuangan) dapat
dikemukakan tabel sebagai berikut : dikemukakan tabel sebagai berikut :
Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan Daerah Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan Daerah

Kemampuan Kemandirian (%) Pola Hubungan


Kemampuan Kemandirian (%) Pola Hubungan Keuangan
Keuangan
Rendah sekali 0 - 25 Instruktif
Rendah sekali 0 - 25 Instruktif
Rendah 25 - 50 Konsultatif
Rendah 25 - 50 Konsultatif
Sedang 50 - 75 Partisipatif
Sedang 50 - 75 Partisipatif
Tinggi 75 - 100 Delegatif
Tinggi 75 - 100 Delegatif

Sumber: Reksohadiprojo dan Thoha dalam Hermit Oppier Sumber: Reksohadiprojo dan Thoha dalam Hermit Oppier
(2013 ; 82) (2013 ; 82)

293 293
Setelah melihat hasil perhitungan diatas yaitu pada
tahun 2012 rasio kemandirian keuangan daerah mencapai
Setelah melihat hasil perhitungan diatas yaitu pada
23,90 % ini berarti kemampuan pemerintah daerah dalam
tahun 2012 rasio kemandirian keuangan daerah mencapai
mencukupi kebutuhan pembiayaan untuk melakukan tugas –
23,90 % ini berarti kemampuan pemerintah daerah dalam
tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat
mencukupi kebutuhan pembiayaan untuk melakukan tugas –
sosial belum mandiri.
tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat

sosial belum mandiri.
b. Rasio Efektifitas PAD

Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan
b. Rasio Efektifitas PAD
pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang
Rasio efektifitas menggambarkan kemampuan
direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan
pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang
berdasarkan potensi riil daerah. Kemampuan daerah dalam
direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan
menjalankan tugas dikatagorikan efektif apabila rasio yang
berdasarkan potensi riil daerah. Kemampuan daerah dalam
dicapai minimal satu atau 100 persen. Semakin tinggi rasio
menjalankan tugas dikatagorikan efektif apabila rasio yang
efektifitas menggambarkan kemampuan daerah yang semakin
dicapai minimal satu atau 100 persen. Semakin tinggi rasio
baik.
efektifitas menggambarkan kemampuan daerah yang semakin
baik. Kriteria Rasio Efektifitas menurut Muhammad Mahsun
(2012: 187) adalah :
Kriteria Rasio Efektifitas menurut Muhammad Mahsun
a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x < 100 % ) berarti
(2012: 187) adalah :
tidak efektif.
a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x < 100 % ) berarti
b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100 % ( x – 100 % )
tidak efektif.
berarti efektivitas berimbang.
b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100 % ( x – 100 % )
c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100 % (x > 100 %) berarti
berarti efektivitas berimbang.
efektif.
c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100 % (x > 100 %) berarti
efektif. Perhitungan rasio efektifitas sebagai berikut :
Perhitungan rasio efektifitas sebagai berikut : Realisasi penerimaan PAD
Rasio Efektivitas --------------------------------------- x 100 %
Realisasi penerimaan PAD
Target Penerimaan PAD
Rasio Efektivitas --------------------------------------- x 100 %
Target Penerimaan PAD 180.039.376.122,83
----------------------------------- X 100 %
180.039.376.122,83
161.639.396.184,20
----------------------------------- X 100 %
161.639.396.184,20 = 111,38 %
= 111,38 %

294 294
Dari hasil analisis rasio efektifitas diatas, diketahui Dari hasil analisis rasio efektifitas diatas, diketahui
bahwa rasio efektifitas yaitu sebesar 111,38 %. Yang dimana bahwa rasio efektifitas yaitu sebesar 111,38 %. Yang dimana
menunjukkan bahwa rasio efektifitas pemerintah Provinsi menunjukkan bahwa rasio efektifitas pemerintah Provinsi
Gorontalo dikatagorikan rasio yang efektif dalam pemungutan Gorontalo dikatagorikan rasio yang efektif dalam pemungutan
daerah. daerah.

c. Rasio Efesiensi PAD c. Rasio Efesiensi PAD


Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan
perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang
diterima. Kinerja pemerintah daerah dikategorikan efisiensi diterima. Kinerja pemerintah daerah dikategorikan efisiensi
apabila rasio yang dicapai kurang dari satu atau dibawah apabila rasio yang dicapai kurang dari satu atau dibawah
100 persen. Semakin kecil rasio efisiensi menggambarkan 100 persen. Semakin kecil rasio efisiensi menggambarkan
kemampuan daerah yang semakin baik rasio Efisiensi. kemampuan daerah yang semakin baik rasio Efisiensi.
Kriteria Rasio Efisiensi menurut Muhammad Mahsun ( Kriteria Rasio Efisiensi menurut Muhammad Mahsun (
2012 ; 187 ) adalah : 2012 ; 187 ) adalah :
a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x < 100 % ) berarti a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (x < 100 % ) berarti
tidak efisien. tidak efisien.
b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100 % ( x – 100 % ) b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100 % ( x – 100 % )
berarti efisisen berimbang. berarti efisisen berimbang.
c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100 % (x > 100 % ) berarti c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100 % (x > 100 % ) berarti
efisien efisien
Perhitungan rasio efektifitas sebagai berikut : Perhitungan rasio efektifitas sebagai berikut :
Biaya Pemerolehan PAD Biaya Pemerolehan PAD
Rasio Efisiensi ------------------------------------------ x 100 % Rasio Efisiensi ------------------------------------------ x 100 %
Realisasi penerimaan PAD Realisasi penerimaan PAD
829.838.428.133,00 829.838.428.133,00
----------------------------------- X 100 % ----------------------------------- X 100 %
180.039.376.122,83 180.039.376.122,83
= 460,92 % = 460,92 %
Dari hasil perhitungan rasio efisiensi diatas diketahui Dari hasil perhitungan rasio efisiensi diatas diketahui
bahwa pemerintah Provinsi Gorontalo dikategorikan tidak bahwa pemerintah Provinsi Gorontalo dikategorikan tidak
efisien dalam penggunaan dana untuk pemungutan PAD. efisien dalam penggunaan dana untuk pemungutan PAD.

295 295
1. Analisis Struktur Keuangan Pemerintah Provinsi
1. Analisis Struktur Keuangan Pemerintah Provinsi Gorontalo.
Gorontalo. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan suatu pemerintah daerah dilihat dari struktur
kesehatan suatu pemerintah daerah dilihat dari struktur keuangannya khususnya yang tercermin dalam neraca daerah
keuangannya khususnya yang tercermin dalam neraca daerah maupun laporan arus daerah. Tingkat kesehatan keuangan
maupun laporan arus daerah. Tingkat kesehatan keuangan pemerintah daerah ini akan tercermin dari ukuran likuiditas
pemerintah daerah ini akan tercermin dari ukuran likuiditas dan solvabilitas. Hasil penelitian atas ukuran – ukuran tersebut
dan solvabilitas. Hasil penelitian atas ukuran – ukuran tersebut untuk Provinsi Gorontalo adalah sebagai berikut :
untuk Provinsi Gorontalo adalah sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas.
1. Rasio Likuiditas. Analisis Rasio likuiditas akan memberikan gambaran
Analisis Rasio likuiditas akan memberikan gambaran tingkat kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi
tingkat kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kewajiban jangka pendek suatu
kewajiban jangka pendeknya. Kewajiban jangka pendek suatu daerah pada umumnya meliputi utang Perhitungan Pihak
daerah pada umumnya meliputi utang Perhitungan Pihak Ketiga (PPK), utang belanja, utang bunga, bagian lancar utang
Ketiga (PPK), utang belanja, utang bunga, bagian lancar utang jangka panjang.
jangka panjang. Hasil analisis Rasio Likuiditas Pemerintah Daerah
Hasil analisis Rasio Likuiditas Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo.
Provinsi Gorontalo. NO PEMDA %
NO PEMDA % 1 Current Rasio 790,14
1 Current Rasio 790,14 2 Cash Flow Ratio Konsultatif
2 Cash Flow Ratio Konsultatif a. Opreationg Inflow Ratio 95,60
a. Opreationg Inflow Ratio 95,60 b. Investing Inflow Ratio 0,02
b. Investing Inflow Ratio 0,02 c. Financing Inflow Ratio 0
c. Financing Inflow Ratio 0 d. Operating Inflow Ratio 125,03
d. Operating Inflow Ratio 125,03
a. Rasio Lancar (Current rasio)
a. Rasio Lancar (Current rasio) Kemampuan melunasi kewjiban jangka pendek juga
Kemampuan melunasi kewjiban jangka pendek juga tercermin dari saldo perkiraan ekuitas dana lancar di neraca.
tercermin dari saldo perkiraan ekuitas dana lancar di neraca. Ekuitas dana lancar merupakan selisih antara asset
Ekuitas dana lancar merupakan selisih antara asset lancar dengan kewajiban lancar pemerintah daerah. Saldo
lancar dengan kewajiban lancar pemerintah daerah. Saldo

296 296
ekuitas dana lancar positif mencerminkan pemerintah daerah ekuitas dana lancar positif mencerminkan pemerintah daerah
tersebut mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya, tersebut mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya,
sebaliknya saldo negative mencerminkan pemda tersebut tidak sebaliknya saldo negative mencerminkan pemda tersebut tidak
memenuhi dana yang cukup untuk membayar kewajibannya memenuhi dana yang cukup untuk membayar kewajibannya
yang segera jatuh tempo. Perhitungan rasio lancar (current yang segera jatuh tempo. Perhitungan rasio lancar (current
rasio ) sebagai berikut : rasio ) sebagai berikut :
(jumlah asset lancar - persediaan ) (jumlah asset lancar - persediaan )
------------------------------------------------ x 100 % ------------------------------------------------ x 100 %
Jumlah kewjiban jangka pendek Jumlah kewjiban jangka pendek
(139.074.511.870,84 – 1.381.988.842,00) (139.074.511.870,84 – 1.381.988.842,00)
------------------------------------------------ x 100 % ------------------------------------------------ x 100 %
17.426.427.798,00 17.426.427.798,00
= 790,14 % = 790,14 %
Dari perhitungan diatas diketahui bahwa Pemerintah Dari perhitungan diatas diketahui bahwa Pemerintah
Provinsi Gorontalo dikategorikan positif. Provinsi Gorontalo dikategorikan positif.
b. Rasio arus Kas (Cash Flow Ratio) b. Rasio arus Kas (Cash Flow Ratio)
Rasio ini mengukur proporsi sumber penerimaan Rasio ini mengukur proporsi sumber penerimaan
kas daerah ditinjau dari sisi operasi (Operating), investasi kas daerah ditinjau dari sisi operasi (Operating), investasi
(investing) dan pembayaran (Financing) (investing) dan pembayaran (Financing)
Cash inflow from operating activity Cash inflow from operating activity
• Operating inflow ratio ------------------------------- x 100 % • Operating inflow ratio ------------------------------- x 100 %
Total Cash nflow Total Cash nflow
931.962.019.950,83 931.962.019.950,83
------------------------------- x 100 % ------------------------------- x 100 %
.868.613.711,83 .868.613.711,83
= 95,64 % = 95,64 %
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa terdapat Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa terdapat
penerimaan daerah yang berasal dari aktivitas operasi yaitu penerimaan daerah yang berasal dari aktivitas operasi yaitu
sebesar 95,64 % sebesar 95,64 %

297 297
Cash inflow from investing activity
Cash inflow from investing activity • Investing inflow ratio --------------------------------- x 100 %
• Investing inflow ratio --------------------------------- x 100 % Total Cash nflow
Total Cash nflow 217.112.500,00
217.112.500,00 ------------------------------- x 100 % 974.868.613.711,83
------------------------------- x 100 % 974.868.613.711,83 = 0,02 %
= 0,02 % Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa terdapat penerimaan daerah yang berasal dari kegiatan
terdapat penerimaan daerah yang berasal dari kegiatan investasi dengan porsi 0,02 %
investasi dengan porsi 0,02 % Cash inflow from financing activity
Cash inflow from financing activity • Financing inflow ratio --------------------------------- x 100 %
• Financing inflow ratio --------------------------------- x 100 % Total Cash inflow
Total Cash inflow 0
0 ------------------------------- x 100 %
------------------------------- x 100 % 974.868.613.711,83
974.868.613.711,83 = 0%
= 0% Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa tidak
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa tidak terdapat penerimaan daerah yang berasal dari kegiatan
terdapat penerimaan daerah yang berasal dari kegiatan pembiayaan.
pembiayaan. Cash inflow from operating activity
Cash inflow from operating activity • Operating Cash flow ratio ---------------------------- x 100 %
• Operating Cash flow ratio ---------------------------- x 100 % Cash out flow from operating activity
Cash out flow from operating activity 31.962.019.950,83
31.962.019.950,83 ------------------------------- x 100 %
------------------------------- x 100 % 745.576.678.599,00
745.576.678.599,00 = 125,03 %
= 125,03 % Analisis Operating cash Flow Ratio untuk mengetahui
perbandingan antara arus kas masuk dan arus kas keluar
Analisis Operating cash Flow Ratio untuk mengetahui
untuk aktivitas operasi. Hasil perhitungan menunjukkan
perbandingan antara arus kas masuk dan arus kas keluar
bahwa daerah Provinsi Gorontalo memiliki porsi penerimaan
untuk aktivitas operasi. Hasil perhitungan menunjukkan
dari aktivitas operasi melebihi pengeluaran kas dari aktivitas
bahwa daerah Provinsi Gorontalo memiliki porsi penerimaan
dari aktivitas operasi melebihi pengeluaran kas dari aktivitas operasi yaitu 125,03 %.
operasi yaitu 125,03 %.

298 298
2. Rasio Solvabilitas 2. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas dimaksudkan untuk mengukur Rasio Solvabilitas dimaksudkan untuk mengukur
ketahanan suatu entitas dalam jangka panjang khususnya ketahanan suatu entitas dalam jangka panjang khususnya
dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

Hasil analisis Solvabilitas Pemerintah Daerah Provinsi Hasil analisis Solvabilitas Pemerintah Daerah Provinsi
Gorontalo Gorontalo

NO ALAT ANALISIS (%) NO ALAT ANALISIS (%)

1 Porsi pembiayaan jangka panjang 0 1 Porsi pembiayaan jangka panjang 0

2 Porsi pembiayaan 1,13 2 Porsi pembiayaan 1,13

3 Porsi pembiyaan dari utang 1,12 3 Porsi pembiyaan dari utang 1,12

Perhitungan untuk rasio Solvabilitas sebagai berikut : Perhitungan untuk rasio Solvabilitas sebagai berikut :
• Porsi pembiayaan jangka panjang • Porsi pembiayaan jangka panjang
Jumlah utang jangka panjang Jumlah utang jangka panjang
--------------------------------------------------------- x 100 % --------------------------------------------------------- x 100 %
Jumlah Ekuitas Dana Diinvestasikan Jumlah Ekuitas Dana Diinvestasikan

0 0
------------------------------------------- x 100 % ------------------------------------------- x 100 %
1.420.273.479.486,55 1.420.273.479.486,55
=0% =0%

• Rasio utang terhadap Ekuitas • Rasio utang terhadap Ekuitas


Jumlah utang Jumlah utang
-------------------------------- x 100 % -------------------------------- x 100 %
Jumlah Ekuitas Dana Jumlah Ekuitas Dana

299 299
17.426.427.798,00
17.426.427.798,00 ---------------------------------- x 100 % = 1,13 %
---------------------------------- x 100 % = 1,13 % 1.541.921.563.559,39
1.541.921.563.559,39
• Porsi pembiayaan dari utang
• Porsi pembiayaan dari utang Jumlah utang
Jumlah utang ------------------------- x 100 %
------------------------- x 100 % Jumlah Aset
Jumlah Aset
17.426.427.798,00
17.426.427.798,00 --------------------------------- x 100 %
--------------------------------- x 100 % 1.559.347.991.357,39
1.559.347.991.357,39
= 1,12 %
= 1,12 %
2. Analisis Struktur Keuangan Pemerintah Provinsi
2. Analisis Struktur Keuangan Pemerintah Provinsi Gorontalo
Gorontalo Analisis kemampuan keuangan daerah dimaksudkan
Analisis kemampuan keuangan daerah dimaksudkan untuk memberikan gambaran atas kondisi kemampuan
untuk memberikan gambaran atas kondisi kemampuan daerah provinsi Gorontalo dalam membiayai pengeluaran.
daerah provinsi Gorontalo dalam membiayai pengeluaran.
Hasil analisis kemampuan keuangan daerah
Hasil analisis kemampuan keuangan daerah Pengukuran kemampuan daerah menggunakan delapan
Pengukuran kemampuan daerah menggunakan delapan pendekatan yakni :
pendekatan yakni : PAD
PAD a. Rasio PAD terhadap total pendapatan --------------- x 100 %
a. Rasio PAD terhadap total pendapatan --------------- x 100 % Total Pendapatan daerah
Total Pendapatan daerah 180.039.376.122,83
180.039.376.122,83 -------------------------- x 100 %
-------------------------- x 100 % 933.169.935.457,83
933.169.935.457,83 = 19,29 %
= 19,29 % Rasio PAD terhadap total pendapatan daerah adalah alat
Rasio PAD terhadap total pendapatan daerah adalah alat ukur yang umum digunakan untuk melihat seberapa besar
ukur yang umum digunakan untuk melihat seberapa besar

300 300
kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah. Dari hasil kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah. Dari hasil
perhitungan diketahui bahwa pemerintah Provinsi Gorontalo perhitungan diketahui bahwa pemerintah Provinsi Gorontalo
mendapat Rasio sebesar 19, 29 %. mendapat Rasio sebesar 19, 29 %.
b. Rasio PAD terhadap belanja tak Langsung b. Rasio PAD terhadap belanja tak Langsung
PAD PAD
--------------------------------------- x 100 % --------------------------------------- x 100 %
Total belanja tak langsung Total belanja tak langsung

180.039.376.122,83 180.039.376.122,83
----------------------------------- x 100 % ----------------------------------- x 100 %
746.623.587.135,00 746.623.587.135,00

= 24,11 % = 24,11 %

Rasio antara PAD terhadap total belanja tak langsung Rasio antara PAD terhadap total belanja tak langsung
pada hakikatnya dimaksudkan untuk mengetahui seberapa pada hakikatnya dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
besar proporsi belanja tak langsung yang dibiayai dari PAD. besar proporsi belanja tak langsung yang dibiayai dari PAD.
elanja tak langsung yaitu belanja yang dianggarkan tidak terkait elanja tak langsung yaitu belanja yang dianggarkan tidak terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Belanja tak langsung terdiri atas : belanja pegawai, belanja Belanja tak langsung terdiri atas : belanja pegawai, belanja
subsidi, hibah , bantuan social, belanja baagi hasil, bantuan subsidi, hibah , bantuan social, belanja baagi hasil, bantuan
keuangan dan belanja tidak terduga. Dari perhitungan diatas keuangan dan belanja tidak terduga. Dari perhitungan diatas
diketahui bahwa rasio PAD terhadap belanja tak langsung diketahui bahwa rasio PAD terhadap belanja tak langsung
sebesar 24,11 % sebesar 24,11 %

b. Rasio PAD terhadap total belanja daerah b. Rasio PAD terhadap total belanja daerah
PAD PAD
--------------------------------------- x 100 % --------------------------------------- x 100 %
Total belanja daerah Total belanja daerah
180.039.376.122,83 180.039.376.122,83
----------------------------------- x 100 % ----------------------------------- x 100 %
829.838.428.133,00 829.838.428.133,00
= 21,70 % = 21,70 %

301 301
Selanjutnya meengenai Rasio belanja langsung terhadap
total belanja; Rasio kemampuan membayar kembali pinjaman;
Selanjutnya meengenai Rasio belanja langsung terhadap
Kemampuan keuangan daerah; Derajat desentralisasi Fiskal
total belanja; Rasio kemampuan membayar kembali pinjaman;
Murni; dan Kapisitas Fiskal Daerah dapat menjadi penugasan
Kemampuan keuangan daerah; Derajat desentralisasi Fiskal
kepada mahasiswa/peserta pelatihan.
Murni; dan Kapisitas Fiskal Daerah dapat menjadi penugasan
kepada mahasiswa/peserta pelatihan.
7. Analisis Struktur Keuangan Pemerintah Daerah
Tangerang
7. Analisis Struktur Keuangan Pemerintah Daerah
1. Rasio Likuiditas
Tangerang
Analisis Rasio Likuiditas kan memberikan gambaran
1. Rasio Likuiditas
tingkat kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi
Analisis Rasio Likuiditas kan memberikan gambaran
kewajiban jangka pendeknya. Kewajiban jangka pendek
tingkat kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi
suatu pemerintah daerah pada umumnya meliputi utang
kewajiban jangka pendeknya. Kewajiban jangka pendek
Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), Utang Belanja, Utang
suatu pemerintah daerah pada umumnya meliputi utang
Bunga, Bagian Lancar, Utang jangka Panjang. Utang PFK
Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), Utang Belanja, Utang
timbul akibat pemotongan pajak – pajak Negara maupun
Bunga, Bagian Lancar, Utang jangka Panjang. Utang PFK
iuran dari pihak ketiga oleh bendahara pengeluaran
timbul akibat pemotongan pajak – pajak Negara maupun
(umumnya pemotongan dilakukan oleh Kuasa BUD)
iuran dari pihak ketiga oleh bendahara pengeluaran
yang terdiri atas pemotongan PPH Pasal 21, PPh Pasal 22,
(umumnya pemotongan dilakukan oleh Kuasa BUD)
PPh Pasal 23 , PPN, Iuran Asuransi Kesehatan (ASKES),
yang terdiri atas pemotongan PPH Pasal 21, PPh Pasal 22,
potongan Taperum dan Iuran Taspen. Pemotongan PPh
PPh Pasal 23 , PPN, Iuran Asuransi Kesehatan (ASKES),
21, Iuran Asuransi Kesehatan (ASKES), potonga Taperum
potongan Taperum dan Iuran Taspen. Pemotongan PPh
dan iuran Taspen dilakukan pada saat pembayaran
21, Iuran Asuransi Kesehatan (ASKES), potonga Taperum
gaji pegawai oleh kuasa BUD, dengan demikian yang
dan iuran Taspen dilakukan pada saat pembayaran
ditransfer ke Rekening Bendahara pengeluaran SKPD
gaji pegawai oleh kuasa BUD, dengan demikian yang
sudah dalam Jumlah Nettonya. Potongan – potongan tadi
ditransfer ke Rekening Bendahara pengeluaran SKPD
tetap tersimpang dalam Rekening kas umum daerah, dan
sudah dalam Jumlah Nettonya. Potongan – potongan tadi
secara Regulasi dilakukan Rekonsiliasi atas jumlah yang
tetap tersimpang dalam Rekening kas umum daerah, dan
masih harus disetor pada pihak – pihak terkait.
secara Regulasi dilakukan Rekonsiliasi atas jumlah yang
masih harus disetor pada pihak – pihak terkait. a. Rasio Lancar ( Current Ratio)
Perhitungan Rasio lancer sebagai berikut :
a. Rasio Lancar ( Current Ratio)
Perhitungan Rasio lancer sebagai berikut : (Jumlah Aset lancer – persedian
= ---------------------------------------------- x 100 %
(Jumlah Aset lancer – persedian
Jumlah Kewajiban Jk Pendek
= ---------------------------------------------- x 100 %
Jumlah Kewajiban Jk Pendek

302 302
620.875.438.820.39 – 33.435.375.275.57 620.875.438.820.39 – 33.435.375.275.57
= ------------------------------------------------------- x 100 % = ------------------------------------------------------- x 100 %
189.278.275,00 189.278.275,00

587.440.063.544,82 587.440.063.544,82
= -------------------------------x 100 % = -------------------------------x 100 %
189.278.275,00 189.278.275,00
= 310.357,87 % = 310.357,87 %

b. Rasio Arus Kas b. Rasio Arus Kas


- Operating Inflow Ratio : - Operating Inflow Ratio :
Cash inflow fromOperating Activity Cash inflow fromOperating Activity
= ------------------------------------------------ x 100 % = ------------------------------------------------ x 100 %
Total Cash inflow Total Cash inflow

2.605.426.985.089,00 2.605.426.985.089,00
= ------------------------------- x 100 % = ------------------------------- x 100 %
2.642.938.884.946,00 2.642.938.884.946,00
= 98,58 % = 98,58 %

- Investing inflow Ratio : - Investing inflow Ratio :


Cash inflow from Investing Activity Cash inflow from Investing Activity
= ------------------------------------------------- x 100 % = ------------------------------------------------- x 100 %
Total Cash inflow Total Cash inflow

0 0
= ------------------------------- x 100 % = ------------------------------- x 100 %
2.642.938.884.946,00 2.642.938.884.946,00
= 0 % = 0 %

303 303
- Financing inflow Ratio :
- Financing inflow Ratio : Cash inflow from Financing Activity
Cash inflow from Financing Activity = ------------------------------------------------- x 100 %
= ------------------------------------------------- x 100 % Total Cash inflow
Total Cash inflow 57.559.500,00
57.559.500,00 = ------------------------------- x 100 %
= ------------------------------- x 100 % 2.642.938.884.946,00
2.642.938.884.946,00 = 0,00 %
= 0,00 %
- Operating Cash Flow Ratio :
- Operating Cash Flow Ratio : Cash inflow from Operating Activity
Cash inflow from Operating Activity = ------------------------------------------------- x 100 %
= ------------------------------------------------- x 100 % Total Cash inflow
Total Cash inflow
2.605.426.985.089,00
2.605.426.985.089,00 = ------------------------------- x 100 %
= ------------------------------- x 100 % 2.023.194.972.934,00
2.023.194.972.934,00
= 128,77 %
= 128,77 %
2. Rasio Solvabilitas
2. Rasio Solvabilitas Rasio solvalibilitas dimaksudkan untuk mengukur
Rasio solvalibilitas dimaksudkan untuk mengukur ketahanan suatu ententitas dalam jangka panjang khususnya
ketahanan suatu ententitas dalam jangka panjang khususnya dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Sebuah
dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Sebuah entitas dikatakan solvable apabila entitas tersebut dianggap
entitas dikatakan solvable apabila entitas tersebut dianggap memiliki struktur keuangan yang kokoh untuk dapat
memiliki struktur keuangan yang kokoh untuk dapat memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Alat ukur yang
memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Alat ukur yang digunakan dalam mengukur tingkat solvabilitas pemerintah
digunakan dalam mengukur tingkat solvabilitas pemerintah daerah adalah porsi pembiayaan jangka panjang, rasio utang
daerah adalah porsi pembiayaan jangka panjang, rasio utang terhadap ekuitas dan porsi pembiayaan dari utang.
terhadap ekuitas dan porsi pembiayaan dari utang. Porsi pembiayaan jangka panjang mengukur
Porsi pembiayaan jangka panjang mengukur perbandingan antara jangka panjang terhadap ekuitas dana
perbandingan antara jangka panjang terhadap ekuitas dana diinvestasikan sebagaimana diketahui bahwa jumlah ekuitas
diinvestasikan sebagaimana diketahui bahwa jumlah ekuitas dana diinvestasikan merupakan bagian dari ekuitas dana
dana diinvestasikan merupakan bagian dari ekuitas dana

304 304
yang ditanamkan dalam bentuk Investasi Aset tetap maupun yang ditanamkan dalam bentuk Investasi Aset tetap maupun
investasi jangka panjang dalam bentuk penyertaan saham pada investasi jangka panjang dalam bentuk penyertaan saham pada
perusahaan daerah serta investasi jangka panjang lainnya. perusahaan daerah serta investasi jangka panjang lainnya.
Rasio utang terhadap ekuitas digunakan untuk mengukur Rasio utang terhadap ekuitas digunakan untuk mengukur
perimbangan antara dua sumber pembiyaan yakni utang perimbangan antara dua sumber pembiyaan yakni utang
dan ekuitas dana . Sedangkan porsi pembiayaan dari utang dan ekuitas dana . Sedangkan porsi pembiayaan dari utang
berguna untuk mengetahui bagian/ porsi asset daerah yang berguna untuk mengetahui bagian/ porsi asset daerah yang
dibiayai dari utang. dibiayai dari utang.
- Rasio kewajiban Jangka Panjang Terhadap Ekuitas - Rasio kewajiban Jangka Panjang Terhadap Ekuitas
Danan Investasi , yaitu : Danan Investasi , yaitu :
Total Utang Jangka Panjang Total Utang Jangka Panjang
= ------------------------------------------------ x 100 % = ------------------------------------------------ x 100 %
Ekuitas Dana Investasi 0 Ekuitas Dana Investasi 0
= ----------------------------------- x 100 % = ----------------------------------- x 100 %
5.665.869.333.935,68 5.665.869.333.935,68
= 0% = 0%
- Rasio Antara Kewajiban terhadap Ekuitas Dana, yaitu : - Rasio Antara Kewajiban terhadap Ekuitas Dana, yaitu :
Total Utang Total Utang
= ------------------------- x 100 % = ------------------------- x 100 %
Ekuitas Dana Ekuitas Dana

189.278.275,00 189.278.275,00
= ----------------------------------- x 100 % = ----------------------------------- x 100 %
6.286.555.494.481,07 6.286.555.494.481,07
= 0,003 % = 0,003 %
- Rasio antara Kewajiban terhadap Aset, yaitu : - Rasio antara Kewajiban terhadap Aset, yaitu :
Total Utang Total Utang
= ------------------------- x 100 % = ------------------------- x 100 %
Total Aset Total Aset

305 305
189.278.275,00
= ----------------------------------- x 100 %
189.278.275,00
6.286.555.494.481,07
= ----------------------------------- x 100 %
= 0,003 %
6.286.555.494.481,07
= 0,003 %
Perhitungan tingkat solvabilitas Pemerintah Kabupaten
Tangerang akan menghadilkan angka tak terbatas karena
Perhitungan tingkat solvabilitas Pemerintah Kabupaten
jumlah Bagian Lancar Utang Jangka Panjang dan Bunga
Tangerang akan menghadilkan angka tak terbatas karena
tertuang besaldo nihil. Dengan kata lain sebagaimana telah
jumlah Bagian Lancar Utang Jangka Panjang dan Bunga
dikemukakan dimuka kan di muka Pemerintah Kabupaten
tertuang besaldo nihil. Dengan kata lain sebagaimana telah
Tangerang tidak memiliki Pinjaman Jangka Panjang.
dikemukakan dimuka kan di muka Pemerintah Kabupaten
Pemerintah kabupaten Tangerang dianggap Solvabel.
Tangerang tidak memiliki Pinjaman Jangka Panjang.
Pemerintah kabupaten Tangerang dianggap Solvabel.
A. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Tangerang
A. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Tangerang 1. Rasio PAD terhadap Total Pendapatan
Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Daerah adalah
1. Rasio PAD terhadap Total Pendapatan
alat ukur yang umum digunakan untuk melihat seberapa
Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Daerah adalah
besar kontribusi PAD terhadap total Pendapatan Daerah.
alat ukur yang umum digunakan untuk melihat seberapa
Semakin tinggi porsi PAD terhadap total pendapatan daerah
besar kontribusi PAD terhadap total Pendapatan Daerah.
maka daerah tersebut dianggap lebih mandiri.
Semakin tinggi porsi PAD terhadap total pendapatan daerah
maka daerah tersebut dianggap lebih mandiri.
Komposisi Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang
Tahun Anggaran 2013
Komposisi Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang
Tahun Anggaran 2013
Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Daerah
Tangerang, yaitu :
Rasio PAD terhadap Total Pendapatan Daerah
Tangerang, yaitu : PAD
= -------------------------------------- x 100 %
PAD
Total Pendapatan Daerah
= -------------------------------------- x 100 %
Total Pendapatan Daerah 815.733.560.156,00
= ------------------------------- x 100 %
815.733.560.156,00
2.554.197.028.016,00
= ------------------------------- x 100 %
= 31,93 %
2.554.197.028.016,00
= 31,93 %

306 306
Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa dasar Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa dasar
kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah Tangerang kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah Tangerang
sebesar 31,93 %. sebesar 31,93 %.

2. Rasio PAD terhadap Belanja Tak Langsung 2. Rasio PAD terhadap Belanja Tak Langsung
Rasio antara pendapatan Asli Daerah terhadap Total Rasio antara pendapatan Asli Daerah terhadap Total
Belanja Tak Langsung pada hakikatnya dimaksud untuk Belanja Tak Langsung pada hakikatnya dimaksud untuk
mengetahui seberapa besar proporsi Belanja Tak Langsung mengetahui seberapa besar proporsi Belanja Tak Langsung
yang dibiayai dari Pendapatan Asli Daerah. Belanja Tak yang dibiayai dari Pendapatan Asli Daerah. Belanja Tak
Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Belanja Tak Langsung terdiri atas : Belanja Pegawi, Bunga, Belanja Tak Langsung terdiri atas : Belanja Pegawi, Bunga,
Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial , Belanja Bagi HAsil, Bantuan Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial , Belanja Bagi HAsil, Bantuan
Keuangan dan Belanja Tidak Terduga. Keuangan dan Belanja Tidak Terduga.
Perhitungan Rasio PAD terhadap Belanja Tak Langsung Perhitungan Rasio PAD terhadap Belanja Tak Langsung
Daerah Tangerang, yaitu ; Daerah Tangerang, yaitu ;
PAD PAD
= -------------------------------------- x 100 % = -------------------------------------- x 100 %
Total Belanja Tak Langsung Total Belanja Tak Langsung

815.733.560.156,00 815.733.560.156,00
= ------------------------------- x 100 % = ------------------------------- x 100 %
1.974.494.114.294,00 1.974.494.114.294,00
= 41,31 % = 41,31 %
Berdasarkan perhitungan di atas dapat dilihat bahwa Berdasarkan perhitungan di atas dapat dilihat bahwa
Rasio PAD terhadap Belanja Tak Langsung Daerah Tangerang Rasio PAD terhadap Belanja Tak Langsung Daerah Tangerang
sebesar 41,31 % dan Total Belanja Tak Langsung Daerah sebesar 41,31 % dan Total Belanja Tak Langsung Daerah
Tangerang sebesar Rp 1.974.494.114.294,00 Tangerang sebesar Rp 1.974.494.114.294,00
3. Rasio PAD terhadap Total Belanja Daerah 3. Rasio PAD terhadap Total Belanja Daerah
Rasio Pendapatan Daerah terhadap Total Belanja Rasio Pendapatan Daerah terhadap Total Belanja
Daerah mengukur seberapa besar kontribusi Pendapatan Asli Daerah mengukur seberapa besar kontribusi Pendapatan Asli
Daerah dalam membiayai seluruh belanja Daerah. Apabila Daerah dalam membiayai seluruh belanja Daerah. Apabila
Rasio sebelumnya mengukur perimbangan PAD terhadap Rasio sebelumnya mengukur perimbangan PAD terhadap

307 307
belanja Tak Langsung, maka Rasio terhadap belanja Daerah
melihat dalam konteks pengeluaran daerah secara keseluruhan.
belanja Tak Langsung, maka Rasio terhadap belanja Daerah
Pehitungan Rasio PAD terhadap Total Belanja Daerah
melihat dalam konteks pengeluaran daerah secara keseluruhan.
Tangerang, yaitu:
Pehitungan Rasio PAD terhadap Total Belanja Daerah
PAD
Tangerang, yaitu:
= ----------------------------------------- x 100 %
PAD
Total Belanja Daerah
= ----------------------------------------- x 100 %
Total Belanja Daerah
815.733.560.156,00
= --------------------------------- x 100 %
815.733.560.156,00
2.776.418.069.192.00
= --------------------------------- x 100 %
2.776.418.069.192.00 = 29,38 %
= 29,38 %
Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa
Rasio PAD terhadap Total Belanja Daerah Tangerang
Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa
sebesar 29,38 % dan total Belanja Daerah sebesar Rp
Rasio PAD terhadap Total Belanja Daerah Tangerang
2.776.418.069.192,00. Dalam konteks otonomi daerah masih
sebesar 29,38 % dan total Belanja Daerah sebesar Rp
perlu dilihat lagi trend rasio ini dari tahun ke tahun untuk
2.776.418.069.192,00. Dalam konteks otonomi daerah masih
melihat adakah kenaikan yang signifikan antara kondisi pada
perlu dilihat lagi trend rasio ini dari tahun ke tahun untuk
awal otonomi daerah hingga saat ini.
melihat adakah kenaikan yang signifikan antara kondisi pada
awal otonomi daerah hingga saat ini.
4. Rasio Belanja Langsung Terhaadap Total belanja
Belanja Langsung didefinisikan sebagai belanja yang
4. Rasio Belanja Langsung Terhaadap Total belanja
dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan
Belanja Langsung didefinisikan sebagai belanja yang
program dan kegiatan. Definisi tersebut menunjukkan
dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan
bahwa belanja langsung inilah dianggap merepresentasikan
program dan kegiatan. Definisi tersebut menunjukkan
porsi belanja yang terkait langsung dengan layanan kepada
bahwa belanja langsung inilah dianggap merepresentasikan
masyarakat disuatu kabupaten. Dalam istilah yang lebih
porsi belanja yang terkait langsung dengan layanan kepada
populis, belanja langsung merupakan representasi alokasi
masyarakat disuatu kabupaten. Dalam istilah yang lebih
keberpihakan pada masyarakat.
populis, belanja langsung merupakan representasi alokasi
Perhitungan Rasio Belanja Langsung terhadap Total
keberpihakan pada masyarakat.
Belanja Daerah Tangerang, yaitu:
Perhitungan Rasio Belanja Langsung terhadap Total
Belanja Daerah Tangerang, yaitu:

308 308
Total Belanja Langsung Total Belanja Langsung
= ------------------------------------- x 100 % = ------------------------------------- x 100 %
Total Belanja Daerah Total Belanja Daerah

791.843.745.373,00 791.843.745.373,00
= -------------------------------- x 100 % = -------------------------------- x 100 %
2.776.408.069.192,00 2.776.408.069.192,00

= 28, 52 % = 28, 52 %

Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa
rasio Belanja Langsung terhadap Total Belanja Langsung Kota rasio Belanja Langsung terhadap Total Belanja Langsung Kota
Tangerang sebesar Rp 791.843.745.373,00 dan total Belanja Tangerang sebesar Rp 791.843.745.373,00 dan total Belanja
Daerah Rp 2.776.418.069.192 ,00 Daerah Rp 2.776.418.069.192 ,00
Berkait dengan Rasio Kemampuan membayar Kembali Berkait dengan Rasio Kemampuan membayar Kembali
Pinjaman ; Margin Kemampuan Keuangan Daerah; Derajat Pinjaman ; Margin Kemampuan Keuangan Daerah; Derajat
Sentralisasi Fiskal Murni; Analisis Kapasitas Fiskal ; Rasio Sentralisasi Fiskal Murni; Analisis Kapasitas Fiskal ; Rasio
Kemandirian Keuangan Daerah; dan Rasio Efektifitas dan Kemandirian Keuangan Daerah; dan Rasio Efektifitas dan
Efisiensi Pendapatan Asli Daerah dapat ditugaskan kepada Efisiensi Pendapatan Asli Daerah dapat ditugaskan kepada
mhsiswa atau peserta pelatihan untuk menganaisis. mhsiswa atau peserta pelatihan untuk menganaisis.

309 309
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA Buku Buku
Amri, Amir. Jurnal Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan
Buku Buku
Terhadap Pengangguran di Indonesia. Fe Universitas
Amri, Amir. Jurnal Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan
Jambi.
Terhadap Pengangguran di Indonesia. Fe Universitas
Andi Halim, Abdul. 2005, Akuntasi Keuangan Daerah,Jakarta
Jambi.
; Salemba Empat
Andi Halim, Abdul. 2005, Akuntasi Keuangan Daerah,Jakarta
Appleby, P. 1952. Morality and Administration in Democratic
; Salemba Empat
Government. Baton Rougue: LousianaState University
Appleby, P. 1952. Morality and Administration in Democratic
Press.
Government. Baton Rougue: LousianaState University
Badruddin, Syamsiah. 2009. Teori dan Indikator Pembangunan
Press.
(Pengenalan Teori dan Penerapannya). Jakara: Yayasan
Badruddin, Syamsiah. 2009. Teori dan Indikator Pembangunan
Obor.
(Pengenalan Teori dan Penerapannya). Jakara: Yayasan
Bastian, Indra, 2001, Akuntasi Sektor Publik,Yogyakarta;
Obor.
Bintoro. 2000. Good Governance (Paradigma Baru Manajemen
Bastian, Indra, 2001, Akuntasi Sektor Publik,Yogyakarta;
Pembangunan). UI Press Jakarta.
Bintoro. 2000. Good Governance (Paradigma Baru Manajemen
Bintaro, Tjokroamidjojo. 1991. Pengantar Administrasi.
Pembangunan). UI Press Jakarta.
Jakarta: LP3ES.
Bintaro, Tjokroamidjojo. 1991. Pengantar Administrasi.
Bird, Richard, M and Francois Vaillancourt. 1998. Fiscal
Jakarta: LP3ES.
Decentralization in Developing Countries. Cambridge:
Bird, Richard, M and Francois Vaillancourt. 1998. Fiscal
Cambridge University Press.
Decentralization in Developing Countries. Cambridge:
Bunga, Rampai. 2005. Pembangunan Kota Indonesia dalam
Cambridge University Press.
Abad 21, Konsep danPedekatan Pembangunan Perkotaan
Bunga, Rampai. 2005. Pembangunan Kota Indonesia dalam
di Indonesia. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.
Abad 21, Konsep danPedekatan Pembangunan Perkotaan
Bratakusumah, DeddySupriadydanDadangSolihin.2004.
di Indonesia. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.
Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Bratakusumah, DeddySupriadydanDadangSolihin.2004.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
C.S.T Kansil dan Christine S.T.Kansil.2003. Sistem
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pemerintahan Indonesia.Jakarta : PT Bumi Aksara
C.S.T Kansil dan Christine S.T.Kansil.2003. Sistem
D. Ammons. 2008. Leading Performance Management In
Pemerintahan Indonesia.Jakarta : PT Bumi Aksara
Local Government. Washington, DC: International City
D. Ammons. 2008. Leading Performance Management In
Management Association Press.
Local Government. Washington, DC: International City
Darsono dan Ashari, 2004, Pedoman Praktis Memahami
Management Association Press.
Laporan Keuangan,Yogyakarta ;
Darsono dan Ashari, 2004, Pedoman Praktis Memahami
Laporan Keuangan,Yogyakarta ;

310 310
David Osborne, dkk. 2004. Memangkas Birokrasi Lima Strategi David Osborne, dkk. 2004. Memangkas Birokrasi Lima Strategi
Menuju Pemerintahan Wirausaha.Jakarta: PPM. Menuju Pemerintahan Wirausaha.Jakarta: PPM.
DannSuganda. 1981. Masalah Otonomi serta Hubungan antara DannSuganda. 1981. Masalah Otonomi serta Hubungan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Bandung: Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Bandung:
Sinar Biru. Sinar Biru.
Dillon, HS. 2003. Permasalahan Kelembagaan dalam Otonomi Dillon, HS. 2003. Permasalahan Kelembagaan dalam Otonomi
Daerah, Makalah yang disampaikan dalam Seminar Daerah, Makalah yang disampaikan dalam Seminar
Nasional Evaluasi Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jakarta. Nasional Evaluasi Pelaksanaan Otonomi Daerah. Jakarta.
Fakih, Mansour. 2003. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Fakih, Mansour. 2003. Runtuhnya Teori Pembangunan dan
Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ghosali,Imam,2009 . Ekonometrika; Teori, Konsep dan Aplikasi Ghosali,Imam,2009 . Ekonometrika; Teori, Konsep dan Aplikasi
dengan SPSS 17, Semarang; Badan Penerbit Universitas dengan SPSS 17, Semarang; Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Diponegoro
GinandjarKartasasmita. 1996. Administrasi Pembangunan GinandjarKartasasmita. 1996. Administrasi Pembangunan
Perkembangan Pemikiran dan Praktiknya di Perkembangan Pemikiran dan Praktiknya di
Indonesia. LP3S. Indonesia. LP3S.
Hardiman F. Budi. 2010. Ruang Publik; Melacak Partisipasi Hardiman F. Budi. 2010. Ruang Publik; Melacak Partisipasi
Demokratis dari Polis sampai Cyberspace. Jakarta: Demokratis dari Polis sampai Cyberspace. Jakarta:
Kanisius. Kanisius.
Haris, Syamsuddin. 2005. Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Haris, Syamsuddin. 2005. Desentralisasi dan Otonomi Daerah.
Jakarta: LIPI PRESS. Jakarta: LIPI PRESS.
Haryanto. 2008. Perencanaan dan Penganggaran Daerah. Haryanto. 2008. Perencanaan dan Penganggaran Daerah.
Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro.
Hehamahua, Hayati. 2014. Analisis Apbd Kota Surabaya Suatu Hehamahua, Hayati. 2014. Analisis Apbd Kota Surabaya Suatu
Kajian Kemandirian dan Efektifitas Keuangan Daerah. Kajian Kemandirian dan Efektifitas Keuangan Daerah.
Surabaya : Media Trend. Surabaya : Media Trend.
Hoessein, Benyamin. 2002. Kebijakan Desentralisasi, Jurnal Hoessein, Benyamin. 2002. Kebijakan Desentralisasi, Jurnal
Administrasi Negara Vol. II, No. 02, Maret LAN, Jakarta Administrasi Negara Vol. II, No. 02, Maret LAN, Jakarta
Islamy,Irfan. 2002. Prinsip Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Islamy,Irfan. 2002. Prinsip Prinsip Perumusan Kebijaksanaan
Negara. Jakarta: Bumi Aksara. Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Jackson, Robert dan Geogrg Sorensen.2009. Pengantar Studi Jackson, Robert dan Geogrg Sorensen.2009. Pengantar Studi
Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jhingan.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. 2012. Jhingan.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. 2012.
Jakarta: Rajagrafindo. Jakarta: Rajagrafindo.

311 311
Jufri, M. 2006. Persepsi Terhadap Budaya Korporat, Sikap
Kerja, dan Performansi Kerja Karyawan Bank Mandiri
Jufri, M. 2006. Persepsi Terhadap Budaya Korporat, Sikap
Pasca-merjer. Disertasi (tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Kerja, dan Performansi Kerja Karyawan Bank Mandiri
Pascasarjana UGM.
Pasca-merjer. Disertasi (tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Kamaluddin, Rustian. 1987. BeberapaAspek Pembangunan
Pascasarjana UGM.
Nasional Dan Pembangunan Daerah.Jakarta: Lembaga
Kamaluddin, Rustian. 1987. BeberapaAspek Pembangunan
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Nasional Dan Pembangunan Daerah.Jakarta: Lembaga
Kadarman dan JusufUdaya. 2001.Pengantar Ilmu Manajemen.
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Jakarta: Pt. Prenhallindo
Kadarman dan JusufUdaya. 2001.Pengantar Ilmu Manajemen.
Kartasasmita, Pius Suratman. 2006. Bringing The Public Back
Jakarta: Pt. Prenhallindo
In. Yogyakarta:Graha Ilmu Yogyakarta.
Kartasasmita, Pius Suratman. 2006. Bringing The Public Back
Keraf, Sonny Dr.A, 1996. Pasar Bebas Keadilan & Peran
In. Yogyakarta:Graha Ilmu Yogyakarta.
Pemerintah, Telaah Atas Etika Politik Ekonomi Adam
Keraf, Sonny Dr.A, 1996. Pasar Bebas Keadilan & Peran
Smith. Yogyakarta: Kanisius.
Pemerintah, Telaah Atas Etika Politik Ekonomi Adam
Khusaini, Mohammad. 2006. Kajian Desentralisasi
Smith. Yogyakarta: Kanisius.
Fiskal, Pengaruhnya Terhadap Efisiensi E k o n o m i
Khusaini, Mohammad. 2006. Kajian Desentralisasi
Sektor Publik, Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan
Fiskal, Pengaruhnya Terhadap Efisiensi E k o n o m i
Kesejahteraan Masyarakat (studi pada Kabu-paten
Sektor Publik, Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan
/ Kota di Jawa Timur). Disertasi (tidak diterbitkan).
Kesejahteraan Masyarakat (studi pada Kabu-paten
Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang.
/ Kota di Jawa Timur). Disertasi (tidak diterbitkan).
Koseomahatmadja, R.D.H. 1979. Pengantar ke Arah Sistem
Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang.
Pemerintahan Daerah di Indonesia. Bandung: Binacipta.
Koseomahatmadja, R.D.H. 1979. Pengantar ke Arah Sistem
Koswara, Ekom. 2001. Otonomi Daerah untuk Demokrasi dan
Pemerintahan Daerah di Indonesia. Bandung: Binacipta.
Pemberdayaan. Jakarta:Yayasan Priba.
Koswara, Ekom. 2001. Otonomi Daerah untuk Demokrasi dan
Kumroto, Wahyudi. 2008. Desentralisasi Fiskal, Politik dan
Pemberdayaan. Jakarta:Yayasan Priba.
Perubahan Kebijakan 1974-2004. Jakarta: Kencana
Kumroto, Wahyudi. 2008. Desentralisasi Fiskal, Politik dan
Prenada Media Group
Perubahan Kebijakan 1974-2004. Jakarta: Kencana
Kuncoro M. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah
Prenada Media Group
Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta:
Kuncoro M. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah
Penerbit Erlangga.
Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta:
Kuncoro, Mudrajad. 2006. Ekonomika Pembangunan. Teori,
Penerbit Erlangga.
Masalah, dan Kebijakan. Yogyakarta: UUP STIM YKPM.
Kuncoro, Mudrajad. 2006. Ekonomika Pembangunan. Teori,
Lubis, M.Solly.1983. Pergeseran Garis Politik dan Perundang-
Masalah, dan Kebijakan. Yogyakarta: UUP STIM YKPM.
undangan Mengenai Pemerintahan Daerah. Bandung:
Lubis, M.Solly.1983. Pergeseran Garis Politik dan Perundang-
Alumni.
undangan Mengenai Pemerintahan Daerah. Bandung:
Alumni.

312 312
LincolinArsyad. 2004. Ekonomi Pembangunan: Sekolah LincolinArsyad. 2004. Ekonomi Pembangunan: Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Yogyakarta Tinggi Ilmu Ekonomi Yogyakarta
Marbun,B.N. 2005. Otonomi Daerah 1945-2005, Proses dan Marbun,B.N. 2005. Otonomi Daerah 1945-2005, Proses dan
Realita. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Realita. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Manan, Bagir. 1994. Hubungan antara Pusat dan Daerah Manan, Bagir. 1994. Hubungan antara Pusat dan Daerah
Menurut Undang Undang Dasar 1945. Jakarta: Menurut Undang Undang Dasar 1945. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan. Pustaka Sinar Harapan.
Markus Zahnd. 1999. Pembangunan Kota Secara Terpadu. Markus Zahnd. 1999. Pembangunan Kota Secara Terpadu.
Semarang: Soegijapranata University Press. Semarang: Soegijapranata University Press.
Mardiasmo.2002. Otonomi Daerah dan Manajemen Keuangan Mardiasmo.2002. Otonomi Daerah dan Manajemen Keuangan
Daerah. Yogyakarta: ANDY. Daerah. Yogyakarta: ANDY.
Marzali, Amir. 2007. Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Marzali, Amir. 2007. Antropologi dan Pembangunan Indonesia.
Jakarta: Kencana. Jakarta: Kencana.
Michael P Todaro. 1983. Pembangunan Ekonomi di Dunia Michael P Todaro. 1983. Pembangunan Ekonomi di Dunia
Ketiga :Ghalia Indonesia Ketiga :Ghalia Indonesia
M.L Jhingan .Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. M.L Jhingan .Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan.
Rajawali Press. Rajawali Press.
Moeljarto T. 1995. Politik Pembangunan (Sebuah Analisis Moeljarto T. 1995. Politik Pembangunan (Sebuah Analisis
Konsep, Arah, dan Strategi).Yogyakarta: PT Tiara Konsep, Arah, dan Strategi).Yogyakarta: PT Tiara
Wacana Yogya. Wacana Yogya.
Muluk, Khairul M.R. 2002. Desentralisasi: Teori, Cakupan Muluk, Khairul M.R. 2002. Desentralisasi: Teori, Cakupan
dan Elemen. Jurnal Administrasi Negara Vol. II No. 02 dan Elemen. Jurnal Administrasi Negara Vol. II No. 02
Maret 2002. _____ Maret 2002. _____
Muluk ,Khairul .M.R. 2007. Desentralisasi Dan Pemerintahan Muluk ,Khairul .M.R. 2007. Desentralisasi Dan Pemerintahan
Daerah. Malang: Bayumedia Daerah. Malang: Bayumedia
Mulyadi S. Ekonomi Sumber Daya Manusia. 2012. Jakarta: Mulyadi S. Ekonomi Sumber Daya Manusia. 2012. Jakarta:
Rajawali Pers. Rajawali Pers.
Nasution, Zulkarimen. 2007. Komunikasi Pembangunan Nasution, Zulkarimen. 2007. Komunikasi Pembangunan
(pengenalan Teori dan Penerapannya). Jakarta: PT. Raja (pengenalan Teori dan Penerapannya). Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. Grafindo Persada.
Ndraha, Thaliziduhu. 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Ndraha, Thaliziduhu. 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan
Baru). Jakarta: PT. Rineka Cipta. Baru). Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nugroho, IwandanRokhiminDahuri.2004. Pembangunan Nugroho, IwandanRokhiminDahuri.2004. Pembangunan
Wilayah Perspektif Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan. Wilayah Perspektif Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan.
Jakarta. LP3S. Jakarta. LP3S.

313 313
Partowidago, Widjajono. 2004. Mengenal Pembangunan dan
Analisis Kebijakan. Bandung: Program Pascasarjana
Partowidago, Widjajono. 2004. Mengenal Pembangunan dan
Studi Pembangunan ITB.
Analisis Kebijakan. Bandung: Program Pascasarjana
PipinSyarifin dan DedahJubaedah . 2006. Pemerintahan
Studi Pembangunan ITB.
Daerah Di Indonesia. Bandung. Pustaka Setia
PipinSyarifin dan DedahJubaedah . 2006. Pemerintahan
Prakoso, (2011). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Daerah Di Indonesia. Bandung. Pustaka Setia
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Produk Domestik
Prakoso, (2011). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Regional Bruto (PDRB) Terhadap Belanja DaerahS
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Produk Domestik
(kripsi S1, Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan
Regional Bruto (PDRB) Terhadap Belanja DaerahS
Bisnis Universitas Diponegoro Tahun 2011)
(kripsi S1, Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan
Pembaharuan,Suara. 2002. Otonomi Daerah Peluang dan
Bisnis Universitas Diponegoro Tahun 2011)
Tantangan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pembaharuan,Suara. 2002. Otonomi Daerah Peluang dan
R. BahlAnd R. Bird. 2008. Subnational Taxes In Developing
Tantangan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Countries: The Way Forward. Public Budgeting &
R. BahlAnd R. Bird. 2008. Subnational Taxes In Developing
Finance, Winter 2008.
Countries: The Way Forward. Public Budgeting &
R. BahlAnd J. Martinez-Vazquez. 2006. Sequencing Fiscal
Finance, Winter 2008.
Decentralization. World Bank Working Paper.
R. BahlAnd J. Martinez-Vazquez. 2006. Sequencing Fiscal
R. Bird. 2011. Subnational Taxation In Developing
Decentralization. World Bank Working Paper.
Countries: A Review Of The Literature. Journal
R. Bird. 2011. Subnational Taxation In Developing
OfInternationalcommerce, Economics And Policy. 2
Countries: A Review Of The Literature. Journal
(1), Pp. 139-161.
OfInternationalcommerce, Economics And Policy. 2
R. Bahl. 1999. Implementation Rules For Fiscal Decentralization.
(1), Pp. 139-161.
Andrew Young School of Policy Studies Working Paper
R. Bahl. 1999. Implementation Rules For Fiscal Decentralization.
Series. No. 99-01
Andrew Young School of Policy Studies Working Paper
R. Bahl, Et Al. 2005. Development Of A Strategic Framework
Series. No. 99-01
For The
R. Bahl, Et Al. 2005. Development Of A Strategic Framework
Rasyid, Muhammad Ryas.1997. Makna Pemerintahan
For The
Tinjauan dari Segi Etika dan Kepemimpinan. Jakarta: PT
Rasyid, Muhammad Ryas.1997. Makna Pemerintahan
Yarsif Watampone.
Tinjauan dari Segi Etika dan Kepemimpinan. Jakarta: PT
SaduWasistiono dan Ondo Riyani.2003. Etika Hubungan
Yarsif Watampone.
Legislatif Eksekutif. Bandung: Fokus Media.
SaduWasistiono dan Ondo Riyani.2003. Etika Hubungan
Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Legislatif Eksekutif. Bandung: Fokus Media.
Simanjuntak, Frenky dan Anita RahmanAkbarsyah (Ed).
Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Membedah Fenomena Korupsi: Analisa Mendalam
Simanjuntak, Frenky dan Anita RahmanAkbarsyah (Ed).
Fenomena Korupsi di 10 daerah di Indonesia. Jakarta:
Membedah Fenomena Korupsi: Analisa Mendalam
Fenomena Korupsi di 10 daerah di Indonesia. Jakarta:

314 314
Sirajuddin, Ilham Arief. 2007. Pembangunan Berkarakter: Sirajuddin, Ilham Arief. 2007. Pembangunan Berkarakter:
Prespektif Mengubah yang Semu Menjadi Nyata. Prespektif Mengubah yang Semu Menjadi Nyata.
Makassar: Hasanuddin University Press. Makassar: Hasanuddin University Press.
SoeharyoSalamoen dan NasriEffendy.2009. Sistem Penyelengga SoeharyoSalamoen dan NasriEffendy.2009. Sistem Penyelengga
raan Pemerintahan Negera Kesatuan Republik Indonesia. raan Pemerintahan Negera Kesatuan Republik Indonesia.
Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.
Soemarwoto, Otto. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Soemarwoto, Otto. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan
Pembangunan. Jakarta: Djambatan Pembangunan. Jakarta: Djambatan
Subandi. 2012. Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfabeta. Subandi. 2012. Ekonomi Pembangunan. Bandung: Alfabeta.
Sugandhy, Acadan Hakim, Rustam.2007. Prinsip Dasar Sugandhy, Acadan Hakim, Rustam.2007. Prinsip Dasar
Kebijakan Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Kebijakan Pembangunan Berwawasan Lingkungan.
Bumi Aksara. Bumi Aksara.
Sukirno, Sadono. 1982. Beberapa Aspek dalam Persoalam Sukirno, Sadono. 1982. Beberapa Aspek dalam Persoalam
Pembangunan Daerah. Jakarta: Fakultas Ekonomi Pembangunan Daerah. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Universitas Indonesia.
Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar. Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar.
Jakarta: PT RajaGrafIndustrido Persada. Jakarta: PT RajaGrafIndustrido Persada.
Sukirno, Sadono. 2011. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Sukirno, Sadono. 2011. Ekonomi Pembangunan. Jakarta:
Kecana. Kecana.
Syafiie,Kencana,Inu. 2002. Sistem Pemerintahan Indonesia. Syafiie,Kencana,Inu. 2002. Sistem Pemerintahan Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta. Jakarta: Rineka Cipta.
Tambunan, Tulus. 2003. Perekonomian Industridonesia Tambunan, Tulus. 2003. Perekonomian Industridonesia
Beberapa Masalah PentIndustrig. Jakarta: Ghalia Beberapa Masalah PentIndustrig. Jakarta: Ghalia
Industridonesia. Industridonesia.
The Liang Gie.. Pertumbuhan Pemerintahan Daerah di Negara The Liang Gie.. Pertumbuhan Pemerintahan Daerah di Negara
Republik Indonesia, Suatu Analisa tentang Masalah Republik Indonesia, Suatu Analisa tentang Masalah
Masalah Desentralisasi dan Penyelesaiannya. Jakarta: Masalah Desentralisasi dan Penyelesaiannya. Jakarta:
Gunung Agung. Gunung Agung.
Todaro, Michael. P.,dkk.2004. Pembangunan Ekonomi di Todaro, Michael. P.,dkk.2004. Pembangunan Ekonomi di
Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga. Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Wasisitiono, Sadu. 2006. Memahami Asas Tugas Pembantuan. Wasisitiono, Sadu. 2006. Memahami Asas Tugas Pembantuan.
Bandung: Fokus Media. Bandung: Fokus Media.
Wijaya, Haw. 2007. Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia Wijaya, Haw. 2007. Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia
dalam Rangka Sosialisasi UU 32 Tahun 2004 Tentang dalam Rangka Sosialisasi UU 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah.Jakarta : PTRajagrafindo Persada. Pemerintah Daerah.Jakarta : PTRajagrafindo Persada.

315 315
Widjaja, H.A.W. 1998. Percontohan Otonomi Daerah
Widjaja, H.A.W. 1998. Percontohan Otonomi Daerah Diindonesia. Jakarta:Rineka Cipta
Diindonesia. Jakarta:Rineka Cipta Yudoyono,Bambang. 2003. Otonomi Daerah Desentralisasi
Yudoyono,Bambang. 2003. Otonomi Daerah Desentralisasi dan Pengembangan SDM Aparatur Pemda dan DPRD.
dan Pengembangan SDM Aparatur Pemda dan DPRD. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Dokumen Resmi
Dokumen Resmi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Perencanaan Pembangunan Nasional. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana
Undang Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 –
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025.
2025. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
Pemerintahan Daerah. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
Negara. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Daerah. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Keuangan Pusat dan Daerah. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Rpjpn) 2005-
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Rpjpn) 2005- 2025.
2025. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Daerah Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
Negara. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Sppn).
Perencanaan Pembangunan Nasional (Sppn). Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
Keuangan Pusat dan Daerah

316 316
Undang Undang No 5 Tahun 1974, tentang Pemerintahan di Undang Undang No 5 Tahun 1974, tentang Pemerintahan di
Daerah. Daerah.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)
Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Rpjpn) 2005- Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Rpjpn) 2005-
2025. 2025.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah. Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2004 Tentang Rencana Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2004 Tentang Rencana
Kerja Pemerintah. Kerja Pemerintah.
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2004 Tentang Rencana Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2004 Tentang Rencana
Kerja Dan Anggaran Kementerian/Lembaga Yang Kerja Dan Anggaran Kementerian/Lembaga Yang
Direvisi Menjadi Peraturan Pemerintah No 90 Tahun Direvisi Menjadi Peraturan Pemerintah No 90 Tahun
2010. 2010.
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan. Pembangunan.
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006 Tentang Tatacara Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006 Tentang Tatacara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional. Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan. Urusan.
Pemerintah Antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah Pemerintah Antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, Kabupaten dan Kota. Provinsi, Kabupaten dan Kota.
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2010 Tentang Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2010 Tentang
Pelaksanaan. Pelaksanaan.
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan,
Tata Cara. Tata Cara.

317 317
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah.
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 Tentang Rencana
Pembangunan Daerah. Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Rpjmn)
Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 Tentang Rencana 2010-2014.
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Rpjmn) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 Tentang
2010-2014. Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan Lembaran
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Negara Tahun 2008 Nomor 20 Tambahan Lembaran
Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan Lembaran Negara Nomor 4816)
Negara Tahun 2008 Nomor 20 Tambahan Lembaran Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2004 Tentang Rencana
Negara Nomor 4816) Kerja Pemerintah. Peraturan Pemerintah No. 21
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2004 Tentang Rencana Tahun 2004 Tentang Rencana Kerja dan Anggaran
Kerja Pemerintah. Peraturan Pemerintah No. 21 Kementerian/Lembaga Yang Direvisi Menjadi Peraturan
Tahun 2004 Tentang Rencana Kerja dan Anggaran Pemerintah No. 90 Tahun 2010.
Kementerian/Lembaga Yang Direvisi Menjadi Peraturan Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara
Pemerintah No. 90 Tahun 2010. Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pembangunan.
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006 Tentang Tatacara
Pembangunan. Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006 Tentang Tatacara Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional. Urusan Pemerintah Antar Pemerintah, Pemerintahan
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota.
Urusan Pemerintah Antar Pemerintah, Pemerintahan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan,
Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota. Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2010 Tentang
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2010 Tentang Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Daerah.
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 Tentang Rencana
Daerah. Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Rpjmn)
Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 Tentang Rencana 2010-2014.
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Rpjmn) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
2010-2014. 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
2006 Tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi

318 318
Pelaksanaan Rencana Pembangunan. Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010
Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah. Pembangunan Daerah.
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan dan Tugas Pembantuan
Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan Berdasarkan PP No.7 Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan Berdasarkan PP No.7
Tahun 2008 Pada Tataran Kebijakan dan Implementasi Tahun 2008 Pada Tataran Kebijakan dan Implementasi
Oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Departemen Keuangan. Departemen Keuangan.
Bappenas And Bridge-Undp. 2008. Studi Evaluasi Dampak Bappenas And Bridge-Undp. 2008. Studi Evaluasi Dampak
Pemekaran Daerah 2001-2007. Jakarta. Pemekaran Daerah 2001-2007. Jakarta.
DepkeuRi, Dirjen Perimbangan Keuangan. 2011. DepkeuRi, Dirjen Perimbangan Keuangan. 2011.
Deskripsi dan Analisis Apbd Tahun 2011.Jakarta : Departemen Deskripsi dan Analisis Apbd Tahun 2011.Jakarta : Departemen
Keuangan Republik Indonesia. Keuangan Republik Indonesia.
Ilmu Pemerintahan, Jurnal. 2013. Analisis Proses Penyusunan Ilmu Pemerintahan, Jurnal. 2013. Analisis Proses Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Apbd) Kota Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Apbd) Kota
Pekanbaru Tahun 2012, Fisip – UR. Pekanbaru Tahun 2012, Fisip – UR.
Forum Bisnis & Kewirausahaan, Jurnal Ilmiah StieMdp. Forum Bisnis & Kewirausahaan, Jurnal Ilmiah StieMdp.
2012. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah 2012. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah
(Pad) Terhadap Kinerja Keuangan Pada Pemerintah (Pad) Terhadap Kinerja Keuangan Pada Pemerintah
Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Selatan. Kabupaten dan Kota di Provinsi Sumatera Selatan.
Palembang.Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Palembang.Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik
Indonesia 2007. Indonesia 2007.
Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia
(Sankri): Buku I Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan (Sankri): Buku I Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan
Negara.Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Negara.Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia, Februari 2003. Indonesia, Februari 2003.
_____________, Himpunan Peraturan Otonomi Daerah, _____________, Himpunan Peraturan Otonomi Daerah,
Pustaka Antara Utama, 2001 Pustaka Antara Utama, 2001
_____________ ,Penelitian Prakarsa, 2010, Inovasi _____________ ,Penelitian Prakarsa, 2010, Inovasi
Sosial Penyelenggaraan Pemerintahan yang Sosial Penyelenggaraan Pemerintahan yang
Baik,tidakditerbitkan. Baik,tidakditerbitkan.

319 319
______________,Jurnal Sekretariat Negara, 2010.
Negarawan,Jakarta, Sekretariat Negara.
______________,Jurnal Sekretariat Negara, 2010.
______________, Tarik Ulur Relasi Pusat Daerah. Yogyakarta:
Negarawan,Jakarta, Sekretariat Negara.
Timur Mahardika.
______________, Tarik Ulur Relasi Pusat Daerah. Yogyakarta:
______________, World Bank. 2000. Concept of Fiscal
Timur Mahardika.
Decentralization and Worldwide Overview.
______________, World Bank. 2000. Concept of Fiscal
______________, Perjalanan Historis Pasal 18 UUD 1945
Decentralization and Worldwide Overview.
(Perumusan dan Undang-undang Pelaksanaannya,
______________, Perjalanan Historis Pasal 18 UUD 1945
Unsika, Karawang
(Perumusan dan Undang-undang Pelaksanaannya,
Penelitian Chaerun Nisa Kinerja Keuangan Pemerintah
Unsika, Karawang
Propinsi Gorontalo 2012, tidak diterbitkan
Penelitian Chaerun Nisa Kinerja Keuangan Pemerintah
Penelitian M. Syahrir SR Kinerja Keuangan Pemeerintah
Propinsi Gorontalo 2012, tidak diterbitkan
Daerah Kabupaten Soppeng 2003-2010, tidak
Penelitian M. Syahrir SR Kinerja Keuangan Pemeerintah
diterbitkan.
Daerah Kabupaten Soppeng 2003-2010, tidak
Penelitian Fitri Ramadhani Kinerja Keuangan Daaerah
diterbitkan.
Kabupaten Tanggerang 2013.
Penelitian Fitri Ramadhani Kinerja Keuangan Daaerah
Kabupaten Tanggerang 2013.
Sumber Internet
Http://Massweeto.Blogspot.Co.Id/2012/05/Pentingnya-
Sumber Internet
Sebuah-Perencanaan.Html
Http://Massweeto.Blogspot.Co.Id/2012/05/Pentingnya-
Http://Guru-Ppkn.Blogspot.Co.Id/2013/11/Pembagian-
Sebuah-Perencanaan.Html
Kewenangan-Antara-Pusat-Dan.Html
Http://Guru-Ppkn.Blogspot.Co.Id/2013/11/Pembagian-
Http://Www.Tutorialut.Web.Id/2015/04/Perencanaan-
Kewenangan-Antara-Pusat-Dan.Html
Pembangunan-Daerah-1.Html
Http://Www.Tutorialut.Web.Id/2015/04/Perencanaan-
Http://Irfansiyakusa.Blogspot.Co.Id/2012/06/Tor-Grand-
Pembangunan-Daerah-1.Html
Design-Otonomi-Daerah.Html
Http://Irfansiyakusa.Blogspot.Co.Id/2012/06/Tor-Grand-
Https//Lenysulanjari.Wordpress.Com/Analisa Keuangan
Design-Otonomi-Daerah.Html
Pusat Dan Daerah
Https//Lenysulanjari.Wordpress.Com/Analisa Keuangan
Http s : / / Ww w. Ac a d e m i a . E du / 9 6 0 1 9 5 8 / In d i k ator _
Pusat Dan Daerah
Pembangunan
Http s : / / Ww w. Ac a d e m i a . E du / 9 6 0 1 9 5 8 / In d i k ator _
Http://Naufalalfatih.Wordpress.Com/2012/09/26/Teori-Dan-
Pembangunan
Indikator-Pembangunan/
Http://Naufalalfatih.Wordpress.Com/2012/09/26/Teori-Dan-
Https://Profsyamsiah.Wordpress.C om/2009/03/19/
Indikator-Pembangunan/
Pengertian-Pembangunan
Https://Profsyamsiah.Wordpress.C om/2009/03/19/
Http://Belajartanpabuku.Blogspot.Com/2013/07/Pengertian-
Pengertian-Pembangunan
Http://Belajartanpabuku.Blogspot.Com/2013/07/Pengertian-

320 320
Dan-Indikator-Pembangunan. Dan-Indikator-Pembangunan.
Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Masalah Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Masalah
Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Manajemen Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Manajemen
Https://C andyg lor ia.Wordpress.C om/2011/04/06/ Https://C andyg lor ia.Wordpress.C om/2011/04/06/
Pembangunan-Ekonomi-Daerah/ Pembangunan-Ekonomi-Daerah/
Http://Www.Voaindonesia.Com/Content/Bps-Tingkat- Http://Www.Voaindonesia.Com/Content/Bps-Tingkat-
Keliskinan-Indonesia-Menurun/1948483.Html Keliskinan-Indonesia-Menurun/1948483.Html
Http://Hedisasrawan.Blogspot.Co.Id/2013/02/Permasalahan- Http://Hedisasrawan.Blogspot.Co.Id/2013/02/Permasalahan-
Ekonomi-Di-Indonesia.Html Ekonomi-Di-Indonesia.Html
Http://Miasiibungsu.Blogspot.Co.Id/2013/02/Administrasi- Http://Miasiibungsu.Blogspot.Co.Id/2013/02/Administrasi-
Bagi-Pembangunan.Html Bagi-Pembangunan.Html
Http://Admpembmabar2012.Blogspot.Co.Id/2012/10/ Http://Admpembmabar2012.Blogspot.Co.Id/2012/10/
Administrasi-Bagi-Pembangunan.Html Administrasi-Bagi-Pembangunan.Html
Http://Www.Slideshare.Net/Piousslanky/Administrasi-Bagi- Http://Www.Slideshare.Net/Piousslanky/Administrasi-Bagi-
Pembangunan-1-7 Pembangunan-1-7
Http://Www.Tabloiddiplomasi.Org/Previous-Isuue/171-Mei- Http://Www.Tabloiddiplomasi.Org/Previous-Isuue/171-Mei-
2012/1414-Srategi-Pengembangan-Potensi-Ekonomi- 2012/1414-Srategi-Pengembangan-Potensi-Ekonomi-
Daerah.Html Daerah.Html
Http://Nurhakimramdani.Blogspot.Co.Id/2013/07/Urgensi- Http://Nurhakimramdani.Blogspot.Co.Id/2013/07/Urgensi-
Dan-Manfaat-Analisis-Potensi.Html Dan-Manfaat-Analisis-Potensi.Html
Http://Salumata.Blogspot.C o.Id/2015/07/Strategi- Http://Salumata.Blogspot.C o.Id/2015/07/Strategi-
Pengembanganpotensi-Ekonomi.Html Pengembanganpotensi-Ekonomi.Html
Http://Www.Duniapelajar.Com/2014/06/09/Definisi- Http://Www.Duniapelajar.Com/2014/06/09/Definisi-
Pembangunan-Menurut-Para-Ahli/ Pembangunan-Menurut-Para-Ahli/
Http://Ptrrzki.Blogspot.Co.Id/2014/08/Makalah-Mobilisasi. Http://Ptrrzki.Blogspot.Co.Id/2014/08/Makalah-Mobilisasi.
Html Html
Http://Eschool.Unm.Ac.Id/Course/Info.Php?Id=153 Http://Eschool.Unm.Ac.Id/Course/Info.Php?Id=153
Http://Simpledream91.Blogspot.Co.Id Http://Simpledream91.Blogspot.Co.Id
Http://Miasiibungsu.Blogspot.Co.Id Http://Miasiibungsu.Blogspot.Co.Id
Http://Nardilbs.Blogspot.Co.Id Http://Nardilbs.Blogspot.Co.Id
Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Pembangunan-Nasional- Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Pembangunan-Nasional-
Indonesia Indonesia
Inbe-Olive-Blogspot.Co.Id/2012/01/Pembangunan-Di- Inbe-Olive-Blogspot.Co.Id/2012/01/Pembangunan-Di-
Indonesia-13.Html Indonesia-13.Html
Http://Salman-Setiadji-Fisip13.Web.Unair.Ac.Id/Artikel_ Http://Salman-Setiadji-Fisip13.Web.Unair.Ac.Id/Artikel_

321 321
Detail-141450-Politik%20keuangan%20dan%20
anggaran-Analisis%20anggaran%20pendapatan%20
Detail-141450-Politik%20keuangan%20dan%20
dan%20b elanja%20daera h%20kabup aten%20
anggaran-Analisis%20anggaran%20pendapatan%20
sumenep%20tahun%202015.Html
dan%20b elanja%20daera h%20kabup aten%20
Http://Simpledream91.Blogspot.Co.Id
sumenep%20tahun%202015.Html
Http://Miasiibungsu.Blogspot.Co.Id
Http://Simpledream91.Blogspot.Co.Id
Http://Nardilbs.Blogspot.Co.Id
Http://Miasiibungsu.Blogspot.Co.Id
Http : / / D ow n l o a d. Por t a l g ar u d a . O rg / Ar t i cl e.
Http://Nardilbs.Blogspot.Co.Id
Php?Article=376805&Val=7694&Title=Analisis%20
Http : / / D ow n l o a d. Por t a l g ar u d a . O rg / Ar t i cl e.
apbd%20kota%20surabaya%20suatu%20kajian%20
Php?Article=376805&Val=7694&Title=Analisis%20
kemandirian%20dan%20efektifitas%20keuangan%20
apbd%20kota%20surabaya%20suatu%20kajian%20
daerah.
kemandirian%20dan%20efektifitas%20keuangan%20
H t t p : / / Ww w. D j p k . D e p k e u . G o . I d / Wp c o n t e n t /
daerah.
Up l o a d s / 2 0 1 6 / 0 1 / D e s k r ip s i _ D a n _ A n a l i s i s _
H t t p : / / Ww w. D j p k . D e p k e u . G o . I d / Wp c o n t e n t /
Apbd_2011_A.Pdf
Up l o a d s / 2 0 1 6 / 0 1 / D e s k r ip s i _ D a n _ A n a l i s i s _
Ht t p : / / R e p o s i t o r y. Un r i . Ac . Id / X m l u i / B i t s t r e a m /
Apbd_2011_A.Pdf
Handle/123456789/5174/Jurnal.Pdf?Sequence=1
Ht t p : / / R e p o s i t o r y. Un r i . Ac . Id / X m l u i / B i t s t r e a m /
Http://Eprints.Mdp.Ac.Id/676/1/4.%20cherrya%20.Pdf
Handle/123456789/5174/Jurnal.Pdf?Sequence=1
Http://Www.Academia.Edu/5886221/Analisis_Apbd_Kota_
Http://Eprints.Mdp.Ac.Id/676/1/4.%20cherrya%20.Pdf
Jambi
Http://Www.Academia.Edu/5886221/Analisis_Apbd_Kota_
Http://Iuwash.Or.Id/Lg-Watsan-Budget-Analysis/
Jambi
Http://Simpledream91.Blogspot.Co.Id/2011/11/Administrasi-
Http://Iuwash.Or.Id/Lg-Watsan-Budget-Analysis/
Bagi-Pembangunan.Html
Http://Simpledream91.Blogspot.Co.Id/2011/11/Administrasi-
Http : / / Ab d o e l - A z y s . B l o g s p ot . C o. Id / 2 0 1 4 / 0 1 /
Bagi-Pembangunan.Html
M a k a l a h - D a n a - A l o k a s i - Um u m - D a n - D a n a .
Http : / / Ab d o e l - A z y s . B l o g s p ot . C o. Id / 2 0 1 4 / 0 1 /
HtmlDiposkanolehabdullah Al-Azizydi 07.57
M a k a l a h - D a n a - A l o k a s i - Um u m - D a n - D a n a .
Http://Lewokedaerik.Blogspot.Co.Id/2012/10/Pada-
HtmlDiposkanolehabdullah Al-Azizydi 07.57
Haketnya-Perencanaan-Merupakan.Html
Http://Lewokedaerik.Blogspot.Co.Id/2012/10/Pada-
Http://Warnawarnimakalah.Blogspot.Co.Id/2014/10/
Haketnya-Perencanaan-Merupakan.Html
Makalah-Sistem-Pemerintahan.Html
Http://Warnawarnimakalah.Blogspot.Co.Id/2014/10/
http://abstraksiekonomi.blogspot.co.id/2013/12/pengertian-
Makalah-Sistem-Pemerintahan.Html
dana-perimbangan-atau-dana.html
http://abstraksiekonomi.blogspot.co.id/2013/12/pengertian-
Goulet, Denis. 1977. The Cruel Choice; A New Concept in
dana-perimbangan-atau-dana.html
The Theory of Development, At heneum,Ne w
Goulet, Denis. 1977. The Cruel Choice; A New Concept in
York EjournalUnsrat.Ac.Id/Indeksanalis Kinerja
The Theory of Development, At heneum,Ne w
York EjournalUnsrat.Ac.Id/Indeksanalis Kinerja

322 322
Pernerimaan Dan Belanja Daerah Php/Jbie/ Pernerimaan Dan Belanja Daerah Php/Jbie/
Articie/ Eprints.Ums.Ac.Id/Naskah P u b l i k a s i . Articie/ Eprints.Ums.Ac.Id/Naskah P u b l i k a s i .
Pdf/Yuliana/Analis Kinerja Anggaran Pendapatan Pdf/Yuliana/Analis Kinerja Anggaran Pendapatan
Daerah Financing Of Local Governments In Daerah Financing Of Local Governments In
Tanzania: Final R e p or t . Http : / / Ww w. Tz on l i n e . Tanzania: Final R e p or t . Http : / / Ww w. Tz on l i n e .
Org/Pdf/Developmentofastrategicframework Org/Pdf/Developmentofastrategicframework
Forthefinancing.Pdf Forthefinancing.Pdf
SutyastieSoemitroRemi, Www.Pikiran-Rakyat.Com Dalam SutyastieSoemitroRemi, Www.Pikiran-Rakyat.Com Dalam
Http :// Jendralaulia .Multiply.Com/Journal/Item/13 Http :// Jendralaulia .Multiply.Com/Journal/Item/13
Tato, Syahriar. 2009. Hambatan Dalam Sistem Pembangunan Tato, Syahriar. 2009. Hambatan Dalam Sistem Pembangunan
Perkotaan Yang BerkelanjutanHttp://Syahriartato. Perkotaan Yang BerkelanjutanHttp://Syahriartato.
Wordpress.Com/2009/12/28/Hambatan-Dalam-Sistem Wordpress.Com/2009/12/28/Hambatan-Dalam-Sistem
Pembangunan-Perkotaan-Yang-Berkelanjutan/ Pembangunan-Perkotaan-Yang-Berkelanjutan/
Wicaksono, Sonny Ilham. 2012. Masalah Lingkungan Hidup Wicaksono, Sonny Ilham. 2012. Masalah Lingkungan Hidup
dan Upaya PenanggulanganHttp://Sonyhandsome31. dan Upaya PenanggulanganHttp://Sonyhandsome31.
Blogspot.Com/2012/10/Masalah-Lingkungan Hidup- Blogspot.Com/2012/10/Masalah-Lingkungan Hidup-
Dan-Upaya.Html Dan-Upaya.Html
Wikipedia, Pembangunan Ekonomi Dalam Http:// Wikipedia, Pembangunan Ekonomi Dalam Http://
Id.M.Wikipedia.Org/Wiki/Pembangunan_Ekonomi Id.M.Wikipedia.Org/Wiki/Pembangunan_Ekonomi
(11 April 2016) (11 April 2016)

323 323
Tentang Penulis
Tentang Penulis
Sehari hari disapa Idris Patarai
Sehari hari disapa Idris Patarai dari nama lengkap Haji Muhammad
dari nama lengkap Haji Muhammad Idris Patarai, terdaftar di catatan sipil
Idris Patarai, terdaftar di catatan sipil dan Badan Administrasi Kepegawaian
dan Badan Administrasi Kepegawaian Negara: lahir 31 Desember 1957.
Negara: lahir 31 Desember 1957. Sekarang tenaga fungsional dosen pada
Sekarang tenaga fungsional dosen pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri
Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Regional Sulawesi Selatan.
(IPDN) Regional Sulawesi Selatan. Menempuh pendidikan: S1
Menempuh pendidikan: S1
Sospol-Pemerintahan Universitas Hasanuddin (1986); S2
Sospol-Pemerintahan Universitas Hasanuddin (1986); S2 Administrasi Pembangunan Universitas Hasanuddin (2000);
Administrasi Pembangunan Universitas Hasanuddin (2000); S3 Administrasi Publik Universitas Negeri Makassar (2010).
S3 Administrasi Publik Universitas Negeri Makassar (2010). Mengikuti training, conference, roundtable dan Ibadah diluar
Mengikuti training, conference, roundtable dan Ibadah diluar negeri: (1) Mewakili pemuda Indonesia dalam Program
negeri: (1) Mewakili pemuda Indonesia dalam Program Pertukaran Pemuda di Jepang, The Friendship Programme
Pertukaran Pemuda di Jepang, The Friendship Programme Indonesia – Japan 21th Century, Tahun 1986; (2) Safari Investor
Indonesia – Japan 21th Century, Tahun 1986; (2) Safari Investor ke Thailand dan Taiwan, The Mission Investment Taiwan
ke Thailand dan Taiwan, The Mission Investment Taiwan and Thailand, Tahun 1997. (3). International Conference on
and Thailand, Tahun 1997. (3). International Conference on Eco Cities and Workshop for Esat Asia Pilot Eco Cities, 2010,
Eco Cities and Workshop for Esat Asia Pilot Eco Cities, 2010, in Yokohama, Japan; (4) Training of Leadership in Local
in Yokohama, Japan; (4) Training of Leadership in Local Government: Discussion, Action, Result (Dare) Conduct
Government: Discussion, Action, Result (Dare) Conduct by: Lee Kuan Yeuw School of Public Policy and World Bank
by: Lee Kuan Yeuw School of Public Policy and World Bank Institute, S.Pingapure 2010.(5) Training Programme for Local
Institute, S.Pingapure 2010.(5) Training Programme for Local Government Official by Northen Ilinouis University –USA, 2011;
Government Official by Northen Ilinouis University –USA, 2011; (6).Wastewater Treatment Management in Bangkok Thailand,
(6).Wastewater Treatment Management in Bangkok Thailand, 2011. (7) The 9th Biennial Conference of Asian Association of
2011. (7) The 9th Biennial Conference of Asian Association of Psychology Kunming- China,2011.(8) Training Effective Urban
Psychology Kunming- China,2011.(8) Training Effective Urban Infrastructure Programme – Mayor and Exekutive Roundtable
Infrastructure Programme – Mayor and Exekutive Roundtable – Cities Development Iniatiati –ves for Asia (CDI), 2012 in
– Cities Development Iniatiati –ves for Asia (CDI), 2012 in Singapore; dan (9) Ibadah Haji, Arab Saudi-Mekah-Madina
Singapore; dan (9) Ibadah Haji, Arab Saudi-Mekah-Madina (2006 dan 2009), Umroh (1999)
(2006 dan 2009), Umroh (1999)

324 324
Menikah dengan Sarminaliah (1991) dan dikaruniahi 3 Menikah dengan Sarminaliah (1991) dan dikaruniahi 3
(tiga) anak, masing masing : Thathmainnul Qulub Mallagenni (tiga) anak, masing masing : Thathmainnul Qulub Mallagenni
(sedang menempuh pendidikan dokter di Unhas-Makassar); (sedang menempuh pendidikan dokter di Unhas-Makassar);
Muhammad Ishlah Manessa ( selesai di Newcastle University- Muhammad Ishlah Manessa ( selesai di Newcastle University-
Psb, Singapura); Tabayyun Pasinringi (menekuni cita citanya Psb, Singapura); Tabayyun Pasinringi (menekuni cita citanya
menjadi public relation, kini studi di Fitkom Unpad-Bandung). menjadi public relation, kini studi di Fitkom Unpad-Bandung).
Sebelum di IPDN, Idris Patarai (59) pernah bekerja Sebelum di IPDN, Idris Patarai (59) pernah bekerja
di Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (1988-2004) dan di di Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (1988-2004) dan di
Pemerintah Kota Makassar (2004-2012). Sebelumnya pernah Pemerintah Kota Makassar (2004-2012). Sebelumnya pernah
menjadi Anggota DPRD Bone (1992-1997) menjadi Anggota DPRD Bone (1992-1997)
Tercatat di Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai Tercatat di Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai
Calon Wakil Walikota Makassar pada Pilwalkot 2013 Calon Wakil Walikota Makassar pada Pilwalkot 2013
(dinyatakan tidak terpilih). (dinyatakan tidak terpilih).
Telah menulis beberapa buku. Terbaru (2016): (l) Telah menulis beberapa buku. Terbaru (2016): (l)
Desentralisasi Pemerintahan dalam Perspektif Pembangunan Desentralisasi Pemerintahan dalam Perspektif Pembangunan
Politik di Indonesia,(2) Birokrasi, Akuntabilitas dan Kinerja, Politik di Indonesia,(2) Birokrasi, Akuntabilitas dan Kinerja,
Sebuah Refleksi (editor) dan (3) Perencanaan Pembangunan Sebuah Refleksi (editor) dan (3) Perencanaan Pembangunan
Daerah (sebuah pengantar), dan (4) Berpikir Berbeda Memilih Daerah (sebuah pengantar), dan (4) Berpikir Berbeda Memilih
Ahok” . Ahok” .

325 325

Anda mungkin juga menyukai