Anda di halaman 1dari 51

EFEKTIVITAS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DALAM KURIKULUM MERDEKA BELAJAR


(STUDY SURVEI di SMA DHARMA WANITA PARE)

PENELITIAN DOSEN BERSAMA MAHASISWA

Ketua Penelitian:
Drs. Mugiyono, M.Pd.I.
Anggota Peneliti:
Andi Aji Saputra 3119002
Alif Adhi Yaksa Sudrajat 3119024
Ali Nurdin 3119043
Devita Irawati 3119040
M Izharul Iman 3119007
Ravylia Puspita Samudra 3119021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA
2023
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Andi Aji Saputra 3119002


2. Alif Adhi Yaksa Sudrajat 3119024
3. Ali Nurdin 3119043
4. Devita Irawati 3119040
5. M Izharul Iman 3119007
6. Ravylia Puspita Samudra 3119021

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penelitian yang berjudul “

EFEKTIVITAS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM KURIKULUM MERDEKA BELAJARI” (Survei di SMA

DHARMA WANITA PARE, KEDIRI) adalah benar-benar karya asli kami.

Seluruh sumber yang menjadi rujukan dalam penelitian ini telah kami cantumkan

sesuai kaidah akademik yang berlaku. Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan

di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab kami dan kami bersedia

dikenakan sanksi apabila terbukti melakukan pelanggaran hukum.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya.

Jakarta, 2 Agustus 2023


Peneliti

Andi Aji Saputra


NPM. 3119002
LEMBAR PENGESAHAN

EFEKTIVITAS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM DALAM KURIKULUM MERDEKA BELAJAR
(Survei di SMA DHARMA WANITA PARE)

1. Ketua Penelitian:
a) Nama : Drs. Mugiyono, M.Pd.I.
b) Jenis Kelamin : Laki-Laki
c) NIDN : 2023076903
d) Unit Kerja : Universitas Islam Jakarta
e) No. Telp : 08129604723

2. Alamat Rumah : Pondok Alam Indah No. 167 RT.003/031,


Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria Bekasi
3. Jangka Waktu : Juni-Juli 2023
4. Anggaran Biaya : Rp. 3.415.000

Jakarta, 2 Agustus 2023


Menyetujui
Dekan Fakultas Agama Islam Ketua Penelitian

Dr. Syahrulloh, M.Pd.I. Drs. Mugiyono, M.Pd.I.

Mengetahui
Kepala Lembaga Penelitian
Universitas Islam Jakarta

Ir. Achmad Sutrisna, MT.


LEMBAR PERSETUJUAN

EFEKTIVITAS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM DALAM KURIKULUM MERDEKA BELAJAR
(Survei di SMA DHARMA WANITA PARE)

Laporan penelitian ini telah kami setujui sebagai bagian dari tugas Kuliah
Kerja Sosial 2023 Fakultas Agama Islam Program Studi Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Jakarta

Jakarta, 2 Agustus 2023

Ketua Penelitian

Drs. Mugiyono, M.Pd.I.

Mengetahui
Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Islam Jakarta

Dr. Syahrulloh, M.Pd.I.


ABSTRAK

EFEKTIVITAS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM DALAM KURIKULUM MERDEKA BELAJAR
(Survei di SMA DHARMA WANITA PARE)

Oleh:

Andi Aji Saputra, M Izharul Iman, Alif Adhi Yaksa Sidrajat, Devita Irawati, Ravylia
Puspita S, Ali Nurdin
Penelitian ini berkaitan dengan minimnya rasa saling kolaborasi antara pendidik
dengan peserta didik dalam berjalannya kegiatan pembelajaran PAI di kelas sebab belum
bisa menyatukan persepsi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendidik mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam menghadapi tantangan untuk mengimplementasikan dalam
kerangka karakteristik yang mencakup pengembangan soft skills dan karakter, fokus pada
materi esensial, dan pembelajaran yang fleksibel pada peserta didik. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisa dan mengukur efektivitas serta strategi mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dalam kurikulum merdeka mandiri.Penelitian ini
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif
dengan menggunakan alur observasi dibalut dengan wawancara dan instrumen angket
berjumlah 20 point pertanyaan yang berisikan 10 pertanyaan positif dan 10 pertanyaan
negatif serta 5 butir instrumen wawancara kepada pendidik mata pelajaran PAi di sekolah
tersebut. Penelitian ini menunjukan hasil yang positif bahwa terdapat pengaruh efektivitas
mata pelajaran PAI dalam kurikulum merdeka belajar di SMA Dharma Wanita Pare,
dilihat dari hasil insturmen kuesinoner mayoritas peserta didik menjawab setuju dan
sangat setuju pada pertanyaan positif dan sebaliknya unutk pertanyaan negatif berlaku
sebaliknya pula. Dengan demikian hipotesis alternatif (Hₐ) diterima atau di setujui
sedangkan hipotesis nihil (H˳) tidak diterima atau tidak di setujui

Kata Kunci: Efektivitas Mata Pelajaran PAI, Kurikulum Merdeka Belajar, Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL............................................................................................................1
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...............................................2
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................3
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................4
ABSTRAK........................................................................................................................5
DAFTAR ISI.....................................................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................10
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................10
B. Identifikasi Masalah.............................................................................................13
C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah..................................................................14
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian.........................................................................15
E. Lokasi Dan Lama Penelitian................................................................................16
BAB I KAJIAN TEORI.................................................................................................17
A. Kurikulum Merdeka Belajar di SMA dan SMK.....................................................17
B. Mata Pelajaran Dalam Kurikulum Merdeka Mandiri.............................................18
C. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Kurikulum Merdeka ..................27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................33
A. Latar Penelitian....................................................................................................33
B. Metode Penelitian.................................................................................................34
C. Prosedur Pengumpulan Data................................................................................35
D. Tehnik Analisis Data............................................................................................36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...............................................37
A. Deskripsi dan Pembahasan Data...........................................................................37
B. Pembahasan..........................................................................................................45
C. Implikasi..............................................................................................................46
BAB V PENUTUP..........................................................................................................49
A. Kesimpulan..........................................................................................................49
B. Saran....................................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................51
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan di sekolah adalah usaha sadar pembinaan yang dilakukan oleh

pendidik kepada peserta didik agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Pendidik

akan selalu membimbing dan mengarahkan peserta didiknya agar menjadi

terarahkan selalu menjadi terarah. Namun dalam prosesnya sudah tentu ditemui

berbagai permasalah seperti kurang satu persepsi antara pendidik dan peserta

didik dalam proses pembelajaran di dalam satu mata pelajaran sehingga

menghambat proses pendidikan itu sendiri.

Dalam pembelajaran pendidikan agama islam pun berlaku demikian,

ditemui berbagai permasalah terkait efektivitas mata pelajaran tertentu. Pendidik

menyiapkan segala kebutuhan proses pendidikan peserta didik namun peserta

didik tidak menerima sesuai dengan ekspetasi pendidik. Sebaliknya demikian,

peserta didik datang ke sekolah dengan semangat dan motivasi yang tinggi harus

pupus karena penyampaian pembelajaran yang diluar konsep ekspektasi si peserta

didik.

Mata pelajaran merupakan komponen suatu kurikulum. Jika disebut komponen,

maka bila tidak efektif maka akan menganggu bahkan menghambat proses

mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kaitannya dengan kurikulum merdeka

belajar sudah tentu dalam mata pelajaranya terdapat pendidikan agama entah itu

pendidikan agama islam maupun lainnya. Dalam penelitian ini lebih difokuskan

kepada efektivitas mata pelajaran pendidikan agama islam.


Dalam Kurikulum Merdeka Mandiri, peserta didik diberikan otonomi

dalam memilih topik atau proyek pembelajaran yang menarik bagi mereka.

Mereka dapat menggali minat dan bakatnya sendiri serta mengeksplorasi topik

yang dianggap menarik dan relevan. Kurikulum ini lebih menekankan pada

pembelajaran berbasis proyek, di mana peserta didik terlibat dalam tugas atau

proyek nyata yang mengharuskan mereka untuk mengaplikasikan pengetahuan

dan keterampilan yang mereka pelajari.

Kurikulum Merdeka Mandiri juga memberikan kebebasan kepada peserta

didik untuk menentukan waktu dan ritme pembelajaran mereka sendiri. Mereka

dapat belajar dalam tempo yang sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar mereka

sendiri. Selain itu, kurikulum ini juga mendorong siswa untuk mengembangkan

keterampilan seperti pemecahan masalah, kolaborasi, dan kreativitas, yang

dianggap penting dalam menghadapi tantangan dunia nyata.

Dalam Kurikulum Merdeka Mandiri, peran guru berubah menjadi

fasilitator dan pendamping peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru akan

memberikan bimbingan, sumber daya, dan dukungan yang diperlukan untuk

memastikan peserta didik dapat belajar secara efektif dan mencapai tujuan

pembelajaran yang ditetapkan.

Pendekatan Kurikulum Merdeka Mandiri bertujuan untuk menciptakan

siswa yang lebih aktif, mandiri, dan memiliki motivasi intrinsik terhadap

pembelajaran. Dengan memberikan kebebasan dan tanggung jawab kepada

peserta didik, diharapkan mereka dapat mengembangkan potensi maksimal dan

mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai tantangan di masa depan.


Kurikulum Merdeka Mandiri juga bisa disebut KMB atau Kurikulum

Merdeka Belajar. KMB berbeda dengan MBKM atau Kurikulum Merdeka Belajar

Kampus Merdeka. Perbedaanya terletak pada wilayah implementasinya. Jika

KMB lebih luas wilayanya termasuk Pendidikan dasar dan menangah, MBKM

hanya pada perguruan tinggi saja.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi mulai

menerapkan kurikulum merdeka dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dan

perguruan tinggi di bawah naungannya. Kemendikbudristek menjamin bahwa

kurikulum merdeka akan memberikan keleluasaan kepada pendidik untuk

menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan

lingkungan belajar peserta didik.

Guru pendidikan agama Islam sebagai entitas yang berada di sekolah-

sekolah pun dituntut untuk mampu memahami dan menerapkan kurikulum belajar

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Guru PAI menghadapi tantangan

untuk mengimplementasikannya dalam kerangka karakteristik yang

mencakup pengembangan soft skills dan karakter, fokus pada materi

esensial, dan pembelajaran yang fleksibel.

Beberapa dasar hukum kurikulum merdeka yang wajib menjadi perhatian

para guru antara lain: Permendikbudristek No.16 Tahun 2022, Permendikbudristek

No.21 Tahun 2022, Permendikbudristek No.37 Tahun 2022, Kepmendikbudristek

No.262 Tahun 2022, Keputusan Kepala BSKAP No. 033/H/KR//Tahun 2022, dan

Keputusan Kepala BSKAP No. 009/H/KR/Tahun 2022. Seluruh peraturan tersebut


diatas menjelaskan tentang konsep dasar kurikulum merdeka, alur rancangan

pembelajaran, dan cara merumuskan tujuan pembelajaran

Feisal Ghozali, narasumber dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan

Kemendikbudristek, menyampaikan hal tersebut dalam acara Bimbingan Teknis

Penguatan Pembelajaran PAI SMA/SMALB/SMK Berbasis Blended Learning

Angkatan 1 di Makassar (6/4).

Lebih lanjut, dirinya memaparkan, pendidikan agama dialokasikan

pertahun sebanyak 72 jam sampai 108 jam, "dalam satu minggu 2 JP dikalikan 36

minggu. Lalu ditambahkan 1 JP untuk proyek agama Islam, jadi total sebanyak

108 JP per tahun."

Dengan demikian, menurutnya, alokasi waktu tersebut diarahkan untuk

mengembangkan soft skills dan karakter peserta didik melalui asesmen awal dan

asesmen akhir dalam beberapa fase. Feisal memberikan tips agar capaian

pembelajaran GPAI mampu memenuhi syarat, yakni dengan dorongan agar guru

memberikan pembelajaran yang bervariasi, "pihak sekolah perlu mencari tahu dan

intens berkomunikasi dengan orang tua." (Tantangan Implementasi Kurikulum

Merdeka Dalam Pembelajaran PAI (Direktorat Pendidikan Agama Islam, n.d.)

Dengan permasalahan yang ada peneliti akan membahas mengenai


Efektivitas Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Kurikulum
Merdeka Belajar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasi

masalah menjadi beberapa bagian diantaranya:


1. Dalam kaitannya dengan pengembangan softskill dan karakter, peserta

didik akan lebih kreatif dan inovatif mengembangan softskill dan karakternya jika

pembelajaran pendidikan agama islam difasilitiasi dengan maksimal dan efektif.

2. Pemahaman peserta didik akan materi esensial mata pelajaran pendidikan

agama islam akan meningkat bila direncanakan dengan sistematis.

3. Pembelajaran yang fleksibel akan membuat peserta didik leluasa dalam

memacu diri.

4. Tujuan pembelajaran yang sama antara pendidik dan peserta didik

membuat proses pendidikan jauh lebih mudah

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan indentifikasi masalah diatas, maka untuk

mempermudah peneliti dalam pengumpulan data ini perlu adanya pembatasan

masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Efektifitas mata pelajaran dalam kurikulum merdeka belajar dibatasi pada

mata pelajaran pendidikan agama islam.

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh efektivitas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

dalam kurikulum merdeka mandiri?


2. Bila ada, seberapa besar pengaruh efektivitas mata pelajaran Pendidikan

Agam Islam dalam kurikulum merdeka mandiri?

3. Bagaimana strategi efektif untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

dalam kurikulum merdeka mandiri.

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Tujuan daripada penelitian ini, yaitu:


1. Untuk menganalisa efektivitas mata pelajaran Pendidikan Agam Islam

dalam kurikulum merdeka mandiri

2. Untuk mengukur seberapa besar efektivitas mata pelajaran Pendidikan

Agam Islam dalam kurikulum merdeka mandiri.

3. Untuk menganalisa bagaimana strategi efektivitas mata pelajaran

Pendidikan Agam Islam dalam kurikulum merdeka mandiri

Kegunaan penelitian ini, yaitu:

1. Kiranya hasil penelitian ini dapat memberikan penguatan referensi bagi

guru dalam melaksanakan pembelajaran dalam kurikulum merdeka mandiri

2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan literasi tentang

pentingnya efektivitas mata pelajaran Pendidikan Agam Islam dalam kurikulum

merdeka mandiri

3. Diharapkan hasil penelitian ini bisa meningkatkan kualitas belajar

mengajar di sekolah
E. Lokasi Dan Lama Penelitian
Penelitian Ini Dilakukan Di SMAS DHARMA WANITA PARE Jl. Jend

Ahmad Yani No.1 Pare, Kab. Kediri, Prov. Jawa Timur.

Penelitian ini dilaksanakan dari mulai tanggal 7 Juni – 23 Juni 2023.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kurikulum Merdeka Belajar di SMA dan SMK

Dalam rangka pemulihan pembelajaran 2020-2024, Kementerian Pendidikan,

Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) mengeluarkan kebijakan

dalam pengembangan Kurikulum Merdeka yang diberikan kepada satuan pendidikan.

Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia, Kurikulum Merdeka yaitu Merdeka Belajar, artinya siswa bisa mendalami

minat dan bakatnya masing-masing (Merdeka Belajar | BKHM | KEMDIKBUD, n.d.).

Kurikulum merdeka belajar harus senantiasa disesuaikan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat dan berdampak

pada berbagai aspek kehidupan.

Dikutip dari buku Menjadi Guru Penggerak Merdeka Belajar (2021) oleh H. E

Mulyasa, secara tersirat Merdeka Belajar menunjukkan kurikulum apa yang harus

dikembangkan oleh guru penggerak di setiap sekolah.

Pemerintah memberikan kebebasan mengenai kurikulum yang harus digunakan di

sekolah, tinggal bagaimana sekolah menyikapi kebijakan tersebut dengan

implementasi di masing-masing sekolah.

a) Program SMK Pusat Unggulan

Program SMK Pusat Keunggulan bertujuan menghasilkan lulusan yang

terserap di dunia kerja atau menjadi wirausaha melalui keselarasan pendidikan vokasi

yang mendalam dan menyeluruh dengan dunia kerja.


Kemendikbud akan menambahkan pembinaan dari perguruan tinggi terutama

dari prodi vokasi kepada SMK. Dari 895 SMK yang terlibat, akan diprioritaskan pada

7 sektor yaitu ekonomi kreatif, permesinan, konstruksi, hospitality service, maritim,

pertanian dan kerjasama luar negeri.

b) 4 Aspek Sekolah Unggulan

Mewujudkan keselarasan antara SMK dengan dunia kerja dapat ditempuh

melalui pemenuhan delapan aspek link and match. Pertama, kurikulum disusun

bersama sejalan dengan penguatan aspek softskills, hardskills, dan karakter

kebekerjaan.

Kedua, pembelajaran diupayakan berbasis project riil dari dunia kerja

(project-based learning) untuk memastikan hardskills, softskills, dan karakter yang

kuat. Ketiga, peningkatan jumlah dan peran guru/instruktur dari industri maupun

pakar dari dunia kerja.

Keempat, praktik kerja lapangan/industri minimal satu semester. Kelima, bagi

lulusan dan bagi guru/instruktur sertifikasi kompetensi harus sesuai dengan standar

dan kebutuhan dunia kerja. Keenam, bagi guru/instruktur perlu ditekankan untuk

memperbarui teknologi melalui pelatihan secara rutin.

B. Mata Pelajaran Dalam Kurikulum Merdeka Mandiri

Struktur kurikulum SMA/MA terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:

Pembelajaran intrakurikuler; dan Projek Penguatan Profil Pelajar

Pancasila yang dialokasikan dari total JP mata pelajaran umum dan beberapa
mata pelajaran pilihan per tahun. Pembelajaran intrakuler di SMA/MA pun

terbagi menjadi 2 (dua), yaitu kelompok mata pelajaran umum dan kejuruan.

a) Kelompok Umum

Kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk peserta didik

menjadi pribadi yang utuh, sesuai fase perkembangannya. Peserta didik

diharapkan memiliki norma-norma kehidupan sebagai makhluk individu dan

makhluk sosial, sebagai warga negara Indonesia dan warga dunia.

Beberapa mata pelajaran yang termasuk dalam kelompok umum.

Projek IPAS. Mata pelajaran yang mengembangkan literasi sains dengan

aspek-aspek ilmu pengetahuan alam dan sosial. Mata pelajaran ini

disampaikan dalam tema-tema kehidupan yang kontekstual dan aktual.

Bahasa Inggris dan Matematika. Di kelas 10, kedua mata pelajaran ini

berisi materi umum dan dasar. Sementara di kelas 11 dan 12, fokus dua mata

pelajaran ini adalah pendalaman materi secara kontekstual terhadap substansi

kejuruan pada masing-masing Program Keahlian.

Informatika Mata pelajaran ini dirancang sama dengan satuan

pendidikan lain tapi bisa disesuaikan dengan Program Keahlian peserta didik.
b) Kelompok Kejuruan

Kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk peserta didik

agar memiliki kompetensi sesuai perkembangan dunia kerja, serta ilmu

pengetahuan, teknologi, seni dan budaya.

Beberapa mata pelajaran Kelompok Kejuruan yang ada di SMA/MA:

Mata Pelajaran Kejuruan. Di kelas 10, Mata Pelajaran Kejuruan

berpusat pada pelajaran dasar-dasar Program Keahlian. Di kelas 11 dan 12,

mata pelajaran ini mencakup kelompok unit kompetensi yang dikembangkan

secara lebih teknis sesuai Konsentrasi Keahlian yang dipilih.

Mata Pelajaran Kreatif dan Kewirausahaan. Mata pelajaran ini menjadi

alat bagi murid untuk mengaktualisasikan dan mengekspresikan kompetensi

yang dikuasai. Hal ini dilakukan melalui pembuatan produk atau pekerjaan

layanan jasa secara kreatif dan bernilai ekonomis.

Mata Pelajaran Pilihan. Mata pelajaran yang dipilih oleh murid sesuai

dengan renjana (passion) untuk pengembangan diri, melanjutkan pendidikan,

berwirausaha, maupun bekerja pada bidang yang dipilih. Murid dapat

mendalami mata pelajaran kejuruan di konsentrasi keahliannya, mata

pelajaran kejuruan lintas konsentrasi keahlian, mata pelajaran umum, atau

mata pelajaran kelompok pilihan yang diajarkan di fase F SMA/MA.


c) Pemilihan Konsentrasi Pada Satu Program Keahlian

Ada beberapa hal terkait pemilihan konsentrasi pada satu Program

Keahlian yang perlu diperhatikan:

Pemilihan konsentrasi dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kerja

di dunia kerja yang menjadi sasaran murid. Satu program keahlian bisa

mencakup satu atau lebih konsentrasi. Jika ada konsentrasi yang berbeda

dalam satu program keahlian, maka akan diselenggarakan dalam rombongan

belajar yang berbeda.

Institusi pendidikan yang dapat melaksanakan proses pendidikan

dengan baik, salah satunya dengan Merdeka Belajar. Proses ini

memanfaatkan internet sebagai solusi belajar di rumah selama masa pandemi.

Beberapa manfaat internet mulai dari sarana komunikasi, tempat mengakses

informasi, hiburan hingga membantu memudahkan dan mempercepat

metode belajar. Merdeka Belajar adalah wadah untuk saling bertukar

informasi dan pengalaman khususnya bagi mahasiswa, agar menambah

wawasan serta membuka pola pikir menuju generasi unggul.

Merdeka Belajar adalah antites dari pembelajaran langsung. Mendidik

bukan memaksa pelajar untuk menguasai suatu pengetahuan, tapi membantu

pelajar mengatur tujuan, proses, dan penilaian belajar untuk mengembangkan

suatu kompetensi. Kemerdekaanbelajar yang sesungguhnya ialah gabungan


dari tanggung jawab, otonomi, dan otoritas mahasiswa, karena Merdeka

Belajar adalah belajar yang diatur sendiri oleh pelajar. Konsep dari

Merdeka Belajar yaitu belajar bukan hanya menghafal rumus tetapi

menalar danmenyelesaikan persoalan dan belajar bukan dinilai oleh besarnya

angka tetapi oleh karya yang bermakna. Terdapat tiga komponen Merdeka

Belajar, yaitu sebagai berikut:

1). Komitmen pada tujuan.Tujuan yang dijadikan acuan utama adalah

mengambil keputusan. Setiap mengambil keputusan harus yakin dan tidak

gampang terpengaruh. Selain itu, Pelajar Merdeka juga mempunyai dedikasi

atau kewajiban yang mengikat pada tindakan tertentu untuk mencapai

tujuannya.

2). Mandiri terhadap cara. Memiliki cara dan menyusun strategi mengatasi

tantangan untuk mencapai tujuan. Pelajar Merdeka yang bisa menentukan

prioritas berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, yang memilih cara

berdasarkan sumber daya yang tersedia, dan menyusun strategi yang adaptif

terhadap tantangan yang dihadapi.

3). Melakukan refleksi. Melakukan penilaian diri dan meminta umpan balik

dari orang lain untuk mengetahui kebutuhan belajarnya. Diawali dari proses

refleksi terhadap pengalaman dan perjalanan hidup pribadi, bahwa

merefleksikan adalah cermin bagi diri sendiri. Kebiasaan Merdeka Belajar

adalah melakukan evaluasi untuk menentukan pencapaian, meminta umpan


balik untuk memperbaiki diri, memulai pertemanan bukan menceramahi,

menetapkan prioritas untuk memudahkan belajar dan mengajukan

pertanyaan untuk mencari tahu agar tidak terjadi miskonsepsi belajar.

Sering kali Pelajar Merdeka mengira telah Merdeka Belajar akan tetapi,

miskonsepsi merupakan tantangan para pelajar apalagi dengan adanya situasi

pandemi yang terus meningkat. Dampak negatif dari pandemi salah

satunya adalah penurunan capaian belajar, karena perbedaan akses dan

kualitas selama pembelajaran jarak jauh. Tetapi, dampak positif dar pandemi

adalah membuat metode belajar menjadi variatif dan fleksibel.20Struktur

Kurikulum Merdeka BelajarStruktur kurikulum merdeka yaitu kegiatan

intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar pancasila serta kegiatan

ekstrakurikuler. Sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri

Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi No. 162 Tahun 2021 bahwa

kerangka dasarkurikulum terdiri dari:

a. Struktur kurikulum;

b. Capaian pembelajaran;

c. Prinsip pembelajaran dan asesmen.

Struktur kurikulum merdeka di sekolah penggerak menurut Keputusan

Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi No. 162 Tahun 2021

dibagi menjadi 3 fase yaitu: Fase A untuk Kelas I dan Kelas II, Fase B untuk
Kelas III dan Kelas IV, dan Fase C untuk Kelas V dan Kelas VI. Adapun fase

A adalah fase pengembangan dan penguatan kemampuan literasi dan numerasi

dasar. Ilmu pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) belum menjadi mata

pelajaran wajib di fase A. IPAS mulai diajarkan diajarkan ada fase B Mata

pelajaran IPAS yang bertujuan untuk membangun kemampuan dasar

untuk mempelajari ilmu pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial.

Sekolah bisa menyajikan pembelajaran tiap mata pelajaran atau

melanjutkan tematik yang mengacu pada pembentukan karakter profil

Pancasila.

Prinsip-prinsip Merdeka Belajar 1). Kondisi Peserta didik,

prinsippembelajaran kurikulum merdeka yang pertama adalah pembelajaran

sesuai kondisi peserta didik. Redaksi nya adalah Pembelajaran dirancang

dengan mempertimbangkantahap perkembangan dan tingkat pencapaian

peserta didik saat ini, sesuai kebutuhan belajar, serta mencerminkan

karakteristik dan perkembangan yang beragam sehingga pembelajaran

menjadi bermakna dan menyenangkan.

Pada tataran implementasi prinsip yang pertama ini, satuan pendidikan

dan guru perlu memperhatikan 2 hal berikut:

a). Hal yang Perlu Dilakukan, Melakukan analisis terhadap kondisi, latar

belakang, tahap perkembangan dan pencapaian peserta didik sebelumnya

dan melakukan pemetaan. Melihat tahap perkembangan sebagai


kontinum yang berkelanjutan sebagai dasar merancang pembelajaran dan

asesmen. Menganalisis lingkungan sekolah, sarana dan prasarana yang

dimiliki peserta didik, pendidik dan sekolah untuk mendukung kegiatan

pembelajaran. Menurunkan alur tujuan pembelajaran sesuai dengan

tahap perkembangan peserta didik. Melihat segala sesuatu dari sudut

pandang peserta didik.

b). Hal-Hal yang Perlu Ditinggalkan, Langsung menerapkan modul ajar

tanpa melihat kebutuhan peserta didik. Mengabaikan tahap

perkembangan maupun pengetahuan yang dimiliki peserta didik sebelumnya.

Menyamaratakan metode pembelajaran. Melihat segala sesuatu dari

kepentingan pejabat sekolah atau pendidik. Pembelajaran terlalu sulit

sehingga menurunkan motivasi peserta didik. Pembelajaran terlalu mudah

sehingga tidak menantang dan membosankan. Pembelajar Sepanjang

Hayat, redaksi prinsip pembelajaran kurikulum merdeka yang kedua adalah

sebagai berikut: Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun

kapasitas untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam implementasi prinsip

pembelajar sepanjang hayat sebagai berikut:

a). Hal yang Perlu Dilakukan, mempertimbangkan berbagai stimulus

yang bisa digunakan dalam pembelajaran. Memberikan kesempatan

kolaborasi, memberikan pertanyaan pemantik dan mengajarkan


pemahaman bermakna. Pembelajaran yang sarat dengan umpan balik dari

pendidik dan peserta didik ke peserta didik.Pembelajaran yang

melibatkan peserta didik dengan menggunakan kekuatan bertanya,

dengan memberikan pertanyaan yang membangun pemahaman

bermakna.

b). Hal-Hal yang Perlu Ditinggalkan. Pendidik hanya selalu memberikan

pemaparan dalam bentuk ceramah dan instruksi tugas. Memberikan

pertanyaan selalu dalam bentuk soal dan dinilai benar atau salah, tanpa

umpan balik. Memberikan porsi paling banyak pada asesmen sumatif atau

ujian/ tes akhir.

Holistik, Prinsip pembelajaran kurikulum merdeka yang ketiga adalah

Holistik. Adapun redaksinya sebagai berikut: Proses pembelajaran

mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik secara

holistik. Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam implementasi prinsip

holistik sebagai berikut:

a). Hal yang Perlu Dilakukan, Menggunakan berbagai metode pembelajaran

mutakhir yang mendukung terjadinya perkembangan kompetensi seperti

belajar berbasis inkuiri, berbasis projek, berbasis masalah, berbasis

tantangan, dan metode pembelajaran diferensiasi.Melihat berbagai

perspektif yang mendukung kognitif, sosial emosi, dan spiritual.Melihat

profil Pancasila sebagai target tercermin pada peserta didik.


b).Hal-Hal yang Perlu Ditinggalkan. Menggunakan satu metode yang itu-itu

saja tanpa melakukan evaluasi terhadap metode yang

digunakan.Menggunakan hanya satu perspektif misalnya hanya melihat

kemampuan kognitif peserta didik, tanpa melihat faktor lain seperti sosial

emosi atau spiritual.Melihat profil Pancasila sebagai sesuatu yang harus

diajarkan dan dihafal.

Relevan. Prinsip Relevan pada pembelajaran kurikulum merdeka

ditulis sebagai berikut: Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran

yang dirancang sesuai konteks, lingkungan dan budaya peserta didik,

serta melibatkan orang tua dan masyarakat sebagai mitra.Adapun hal

yang perlu diperhatikan dalam implementasi prinsip relevan sebagai

berikut:

a). Hal yang perlu Dilakukan. Pembelajaran yang berhubungan dengan

konteks dunia nyata dan menjadi daya tarik peserta didik untuk

belajar.Melibatkan orang-tua dalam proses belajar dengan komunikasi dua

arah dan saling memberikan umpan balik.Memberdayakan masyarakat sekitar

sebagai narasumber primer maupun sekunder dalam proses pembelajaran.

b). Hal-Hal yang Perlu Ditinggalkan Pembelajaran dengan konteks yang

tidak relevan dan tidak menarik untuk peserta didik.Komunikasi dengan

orang-tua murid satu arah, dan hanya menagih tugas.Interaksi dengan

murid hanya memberikan dan menagih tugas.Peserta didik tidak punya


akses langsung untuk terlibat ataupun melibatkan masyarakat setempat

(View of Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam, n.d.).

C. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Kurikulum Merdeka

Belajar

Tentunya bukan hanya efektivitas dari seorang guru, keefektivan

dalam belajar merupakan hal yang tentunya akan dirasa sebagai sebuah hal

yang sangat bermanfaat terutama bagi murid. hal ini tentu dapat terjadi

apabila cara dalam pemakaian disebuah pembelajaran berlangsung dengan

tepat. Maka cara pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru dapat

dilihat apakah telah tepat dengan melihat fokus dari para murid ketika proses

pembelajaran tengah berlangsung dan dapat juga dilihat dari proses dan hasil

belajar itu sendiri. Karena ini berkaitan dengan efektif nya belajar maka yang

dijadikan fokus adalah proses dalam berlajar itu sendiri. Hal ini juga sesuai

dengan perumpamaan bahwa memang antara proses dan hasil dari belajar itu

sendiri saling berkaitan erat diantara satu sama lain. Selaras apabila salah satu

diantara baik itu proses ataupun hasil yang mengalami penurunan tentunya

akan menjadi sama-sama menurun, dan juga ini berlaku sebaliknya apabila

meningkat tentu yang lainnya akan ikut meningkat juga (Ilahi & Imaniyati,

2016).
Selanjutnya efektivitas jika dilihat dalam kegiatan pembelajaran

tentunya memiliki hubungan dengan proses ketika pembelajaran sedang

berlangsung, kemudian salah satu hal yang mendukung dalam proses

pembelajaran adalah dengan melihat reaksi atau respon dari murid ketika

kegiatan pembelajaran sedan berlangsung. Indikator atau penilaian dalam

pembelajaran efektif ini dapat diketahui dengan melihat karakteristik seorang

guru dalam mengajar dan karakteristik seorang murid dalam menerima

pembelajaran. Kemudian dalam sebuah kegiatan pembelajaran dapat

dikatakan efektif yakni ketika seorang murid itu diberikan kesempatan untuk

belajar dengan sendirinya dengan tujuan bahwa mereka dapat

mengembangkan kemampuan atau potensi yang mereka miliki dengan

sendirinya. Dalam pembelajaran yang efektif tentunya ada sebuah hasil atau

tujuan jelas yang dicapai, pembelajaran efektif diharapkan mampu

menunjukkan keterampilan dari murid itu sendiri dengan telah menguasai

kompetensi yang telah dibuat. Dalam artian keefektivan dalam pembelajaran

ini berkaitan kepada hasil dan capaian pada sebuah mata pelajaran yang sudah

ditetapkan, hal ini selaras dengan pendapat dari Reigeluth dan Merill. (Ilahi &

Imaniyati, 2016).

Kemudian untuk hal yang dapat menentukan efektivitas dalam

kegiatan pembelajaran ini, dipengaruhi dari dalam diri murid itu sendiri dan

luar yakni lingkungan. Atau dapat juga dijelaskan sebagai berikut, yakni ada
yang namanya faktor dari murid itu sendiri (raw input) yang dimana semua

murid disini tentunya tidak memiliki keadaan fisik, fisiologis, dan psikologis

yang sama antara satu sama lain. Kemudian ada faktor dari lingkungan

(environmental input) yang dimana lingkungan sosial dan lingkungan sekitar

beserta faktor instrumen input yang terdiri dari sarana dan prasarana, fasilitas,

rencana pembelajaran, kurikulum, dan tentunya guru itu sendiri. Sekaligus

juga ada faktor yang mempengaruhi suatu tingkat keberhasilan dalam kegiatan

belajar, yang mana faktor inilah yang saling berkaitan untuk menentukan

proses pembelajaran dan menciptakan kondisi yang baik, aman, dan nyaman.

Faktor tersebut diantaranya adalah kurikulum, guru, murid, fasilitas sarana

dan prasarana penunjang, keadaan sekolah, dan pengelolaan sekolah. (Ilahi &

Imaniyati, 2016).

Jika dilihat tentunya ada banyak hal yang dapat mempengaruhi

efektivitas dalam kegiatan belajar mengajar. Namun hal yang paling berperan

yakni adalah guru, yang mana guru merupakan tenaga pengajar yang turut

aktif dalam interaksi secara langsung yang terjadi dengan murid didalam

kelas. Hal ini tentu sesuai dengan salah satu peran dari seorang guru yakni

sebagai fasilitator dan pusat informasi. Guru sebagai fasilitator disini tentu

dimaksudkan yakni melalui guru seoranglah pembelajaran didalam kelas itu

terasa lebih menyenangkan atau sebaliknya. Tentu pembelajaran yang menarik

akan membuat murid antusias bagi para murid. Namun jika melihat perannya
sebagai pusat informasi, tentunya berbagai perkembangan yang telah terjadi

membuat guru bukan hanya merupakan sumber tunggal dalam memberikan

informasi bagi para murid (Rahmawati & Suryadi, 2019).

Materi Kurikulum Merdeka Tahun 2022 pendidikan agama islam pada

kurikulum merdeka, Pemerintah menyediakan contoh-contoh modul ajar yang

dapat dijadikan inspirasi untuk satuan pendidikan. Satuan pendidikan dan

pendidik dapat mengembangkan modul ajar sesuai dengan kebutuhan belajar

peserta didik, memodifikasi, dan/atau menggunakan modul yang disediakan

Pemerintah sesuai dengan karakteristik daerah, satuan pendidik, dan peserta

didik. Oleh karena itu pendidik yang menggunakan modul ajar yang

disediakan Pemerintah tidak perlu lagi menyusun perencanaan

pembelajaran/RPP/modul ajar secara keseluruhan

Untuk perencanaan pembelajaran, guru memiliki keleluasaan untuk

membuat sendiri, memilih, dan memodifikasi modul ajar yang tersedia sesuai

dengan konteks, karakteristik, serta kebutuhan peserta didik (Materi

Kurikulum Merdeka Tahun 2022 PAI Tingkat SMA, n.d.)

Implementasi kurikulum Merdeka pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam dapat dilakukan dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip

kurikulum Merdeka ke dalam proses pembelajaran. Berikut adalah beberapa

langkah yang dapat diambil:


Pemilihan dan penyusunan materi pembelajaran yang relevan:

Identifikasi materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum

Merdeka dan nilai-nilai Islam. Pilihlah topik-topik yang dapat membantu

peserta didik memahami konsep kebebasan, kemandirian, dan kritis dalam

konteks agama Islam.

Pengembangan metode pembelajaran yang inklusif: Gunakan

pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik aktif terlibat,

berpikir kritis, dan berpartisipasi dalam pembelajaran. Metode-metode seperti

diskusi, proyek kolaboratif, simulasi, dan penelitian mandiri dapat diterapkan

untuk memfasilitasi pemahaman yang mendalam.

Mendorong pemikiran kritis: Ajarkan peserta didik untuk

menganalisis, mempertanyakan, dan mengemukakan pendapat dalam konteks

ajaran agama Islam. Dorong mereka untuk mengembangkan kebebasan

berpikir dan berpendapat dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan,

toleransi, dan kerukunan.

Pembelajaran berbasis masalah: Gunakan pendekatan pembelajaran

berbasis masalah untuk membantu peserta didik menghubungkan konsep

agama Islam dengan situasi dunia nyata. Berikan kepada mereka tantangan

yang mendorong pemikiran kritis dan solusi yang kreatif terhadap isu-isu

sosial, ekonomi, dan politik yang relevan.


Pengembangan keterampilan sosial dan kepemimpinan: Sertakan

kegiatan yang membantu peserta didik mengembangkan keterampilan sosial,

seperti kerjasama, komunikasi efektif, pemecahan masalah, dan

kepemimpinan. Hal ini dapat dilakukan melalui proyek-proyek kelompok,

debat, atau kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan agama Islam.

Evaluasi autentik: Gunakan metode evaluasi yang mencakup aspek

pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Selain tes tertulis, pertimbangkan juga

pemberian tugas proyek, presentasi, atau portofolio yang memperlihatkan

pemahaman mendalam peserta didik terhadap konsep agama Islam dan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, penting untuk melibatkan guru dalam pelatihan dan

pendampingan yang sesuai untuk memahami dan menerapkan kurikulum

Merdeka dengan baik. Guru perlu memiliki pemahaman yang kuat tentang

prinsip-prinsip kurikulum Merdeka dan mampu mengadaptasikannya dalam

konteks pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Dengan mengimplementasikan kurikulum Merdeka dalam mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam, diharapkan peserta didik dapat

mengembangkan kemandirian, pemikiran kritis, dan nilai-nilai kebebasan

yang sejalan dengan ajaran agama Islam (Implementasi Kurikulum Merdeka

Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam - Kompasiana.Com, n.d.)


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Latar Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam rangkaian program penelitian Kuliah Kerja

Sosial 2023 yang di motori oleh dosen dan mahasiswa Fakultas Agama Islam

Universitas Islam Jakarta Angkatan 2019.

Peneliti akan menguraikan hasil dan data penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui peranan efektivitas mata pelajaran pendidikan agama islam di kurikulum

merdeka belajar Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, peneliti ini

menggunakan metode kualitatif untuk melihat kondisi alami dari suatu fenomena.

Menurut Sarosa (2012) penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencoba

memahami fenomena dalam seting dan konteks naturalnya di mana peneliti tidak

berusaha memanipulasi fenomena yang diamati. Penelitian berlangsung di bulan Juni

tanggal 7 Juni 2023.

Hasil penelitian ini diperoleh melalui teknik wawancara semi terbuka dan

angket yang dilakukan secara mendalam guna mendapatkan informasi dan data secara

langsung. Selanjutnya, peneliti juga menggunakan metode observasi dan dokumentasi

untuk mengetahui lebih dalam dan jelas serta mentriangulasi mengenai data yang

telah ada untuk kemudian dianalisis. Analisis itu sendiri akan terfokus pada

efektivitas mata pelajaran pendidikan agama islam di kurikulum merdeka belajar

SMAS DHARMA WANITA 01 PARE merupakan sebuah lembaga pendidikan

yang bernaung di bawah Yayasan Pendidikan Dharma Wanita Pare yang berdiri SMA
Dharma Wanita 1 Pare berdiri tahun 1984 dengan pimpinan kepala sekolah Ibu Dra.

Sektiwijani. Setelah itu pada tahun 2001 dipimpin oleh Bapak Drs. H. Moh. Tamyiz

sampai tahun 2005 dan pada tahun 2006 digantikan oleh Bapak Drs. Erwan Mahmudi

selama 5 tahun. Pada tahun 2011 digantikan oleh Bapak Drs. Aris Susanto selama 1

tahun dan pada tahun 2012 digantikan oleh Bapak Drs. Suryo Setiyoko, M.Si sampai

2022, pada tahun 2023 digantikan kembali oleh Bapak Drs. Erwan Mahmudi .

Partisipan dalam penelitian ini merupakan sumber data yang digunakan

peneliti untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai peranannya dalam

efektivitas mata pelajaran pendidikan agama islam dalam kurikulum merdeka belajar.

Partisipan merupakan peserta didik yang tercatat aktif dalam mengajar di lembaga ini

sampai sekarang.

B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan

kualitatif dengan menggunakan alur observasi dibalut dengan wawancara dan

instrumen angket.

Deskriptif analitik adalah suatu metode yang berfungsi untuk

mendeskripsikan atau memberikan gambaran suatu objek yang akan diteliti melalui

data atau sampel yang telah dikumpulkan sebagaimana adanya tanpa melakukan

analisis membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan apakah ada bukti efektivitas mata

pelajaran pendidikan agama islam pada kurikulum merdeka belajar di SMAS Dharma

Wanita 01 Pare.
C. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dari sumber data

primer. Data primer diambil dari pendidik dan data sekunder berasal dari peserta

didik kelas XI SMA Dharma Wanita 01 Pare dengan mengamati langsung pada saat

pelaksanaan penelitian dan juga melalui instrumen penelitian, instrumen penelitian

yang dipakai dalam penelitian ini adalah angket wawancara dan angket kuesioner.

Untuk lebih jelasnya dalam penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan

data sebagai berikut:

1) Observasi

Observati yang dilakukan peneliti ialah dengan cara mengamati dan

menanyakan pola pendidikan seorang pendidik dengan peserta didik. Observasi

digunakan untuk mengumpulkan data secara objektif jika dilakukan pengamatan

secara langsung dan dengan mengamati data secara langsung akan memudahkan

peneliti dalam menganalisis. Observasi ini dilakukan di SMAS Dharma Wanita 01

Pare yang terletak di Penelitian Ini Dilakukan Di SMAS DHARMA WANITA PARE

Jl. Jend Ahmad Yani No.1 Pare, Kab. Kediri, Prov. Jawa Timur

2) Kuisioner

Kuisioner yang disebar merupakan kuisioner tertutup sebanyak 20 item

pertanyaan yang berkaitan dengan Efektivitas mata pelajaran pendidikan agama islam

dalam kurikulum merdeka mandiri. Tehnik ini bertujuan untuk mengumpulkan data

dari responden, dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada


responden untuk dijawab. Kuisioner yang digunakan adalah angket yang

dikendalikan oleh peneliti yaitu angket yang jawabannya sudah tersedia dalam 5

jawaban alternatif. Penelitian ini menggunakan moteode pengambilan sampel berupa

simple random sampling.

D. Tehnik Analisis Data


Tehnik analisis data dalam penulisan penelitian ini menggunakan analisis

narrative (Narrative Analysis).

Tehnik analisis data dengan analisis naratif adalah jenis analisis data metode

kualitatif yang digunakan untuk menganalisa cerita atau narasi yang muncul dari data

kualitatif. Dalam tehnik ini, data kualitatif dikumpulkan melalui wawancara atau

narasi yang dianalisis untuk memahami struktur naratif dan makna terkait (√ Teknik

Analisis Data Kualitatif: Pengertian, Jenis, Contoh, n.d.).

Metode ini berfokus pada cara penyampaian ide dengan mengumpulkan

deskripsi suatu peristiwa lalu disusun menjadi cerita dengan pendekatan kronologis.

Oleh karena itu data disajikan dalam bentuk narasi atau deskripsi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi dan Pembahasan Data

Dalam menganalisa data pengaruh efektivitas mata pelajaran pendidikan

agama islam dalam kurikulum merdeka belajar di SMA Dharma Wanita Pare, peneliti

mengajukan sejumlah pernyataan wawancara kepada pihak pendidik mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMA Dharma Wanita Pare

Diantara daftar pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Dalam kaitannya dengan mata pelajaran pendidikan agama islam disini,

apakah sudah dirasa efektif bagi perubahan akhlak peserta didik?

Jawab: PAI di SMA Dharma Wanita berjalan efektif. Bisa dilihat dari perilaku

peserta didik saat bertemu pendidik sebegai bentuk implementasi dari

pendidikan akhlak kepada pendidik

2. Dalam kaitannya dengan materi pembelajaran pendidikan agama islam,

apakah materi yang disampaikan sudah sesuai dengan arahan kurikulum yang berlaku

disini?

Jawab: Ya sudah, disisi lain kami mengevaluasi kegiatan pendidikan terkhusus

pada mata pelajaran pendidikan agama islam agar lebih berkembang dan

efektif bagi peserta didik

3. Dalam kaitanya dengan implementasi pembelajaran pendidikan agama islam,

apakah sudah berjalan dengan baik?


Jawab: Dalam prosesnya sudah menunjukan taraf yang baik, namun ada

beberapa hal yang perlu ditingkatkan seperti cara berpakaian, kerapihan

rambut dan sejenisnya.

4. Apakah tuntutan kurikulum terkait mata pelajaran pendidikan agama islam

terlalu memberatkan pendidik?

Jawab: Pendidik menganggap hal tersebut sebagai tantangan untuk

mengambangkan dan memajukan pendidikan yang ada di SMA sini.

5. Apa yang menjadi target utama pencapaian pembelajaran pendidikan agama

islam di SMA Dharma Wanita dalam waktu dekat ini?

Jawab: Pemaksimalan potensi prestasi peserta didik baik akademis maupun non

akademis guna mencapai prestasi terbaik di sekolah sekolah sekitar Pare.

*(Wawancara dengan salah satu dewan guru pendidikan agama islam di SMA

Dharma Wanita Pare, 7 Juni 2023, Waktu 08.00-09.00 WIB)

Observasi data sekunder adalah melalui peserta didik dalam bentuk kuisioner

kepada 22 peserta didik dengan 20 butir pernyataan tipe positive question dan

negative question variable.

Data mengenai efektivitas mata pelajaran pendidikan agama islam dalam

kuirkulum merdeka belajar di SMA Dharma Wanita Pare diambil dari jawaban

kuisioner yang diberikan kepada sampel peserta didik kelas 11 di SMA Dharma

Wanita Pare pada hari Senin, Rabu 7 Juni 2023 yang dilakukan selepas materi

penyuluhan edukatif oleh narasumber Drs Mugiyono, M.Pd.I.


Adapun data yang peneliti terima mengenai beberapa pertanyaan maupun

pernyataan yang disebar adalah sebagai berikut:

PILIHAN JAWABAN
NO PERTANYAAN/PERNYATAAN
SS S KS TS STS
1. Pendidik membuat pembelajaran
pendidikan agama islam manjadi penting!
2. Nilai pelajaran pendidikan agama islam
saya kecil, membuat saya kurang tertarik
3. Saya selalu ingin menguasai pembelajaran
pendidikan agama islam yang diberikan
oleh pendidik
4. Pelajaran pendidikan agama Islam itu sulit,
sehingga saya tidak suka terhadap pelajaran
pendidikan agama Islam!
5. Dalam pembelajaran pendidikan agama
islam, peserta didik harus memiliki buku
pedoman pembelajaran.
6. Saya merasa jenuh saat pembelajaran
pendidikan agama islam
7. Saya bisa mengamalkan teori pembelajaran
pendidikan agama islam di rumah saya
8. Saya sulit mengamalkan teori pendidikan
agama islam dirumah karena kurang
monitoring dari orang tua
9. Pendidik menyampaikan materi
pembelajaran pendidikan agama islam
dengan baik.
10. Saat menjelasakan materi pembelajaran
pendidikan agama islam kurang bisa
dipahami oleh peserta didik.
11. Saya dapat menyampaikan kembali materi
pembelajaran yang disampaikan oleh
pendidik
12. Saya kesulitan menyampaikan kembali
pembelajaran pendidikan agama islam yang
disampaikan oleh pendidik
13. Saya selalu berdiskusi selepas pembelajaran
mengenai pelajaran pendidikan agama
islam
14. Saya malas berdiskusi selepas pembelajaran
pendidikan agama islam
15. Saya selalu mengulangi pelajaran
pendidikan agama islam di sekolah saat
pulang
16. Saya tidak mengulangi pelajaran yang
disampaikan pendidik saat sepulang
sekolah
17. Saat pendidik menyampaikan pelajaran
pendidikan agama islam, saya selalu
mendengarkan dengan baik
18. Saat pendidik menyampaikan pelajaran
pendidikan agama islam, saya tidak
mendengarkan atau mengobrol sendiri
19. Saya selalu bertanya kepada pendidik
ketika mendapati kesulitan pemahaman
dalam pembelajaran pendidikan agama
islam
20. Saya lebih memilih diam saat mendapati
kebingungan dalam pelajaran pendidikan
agama islam dikelas

Pertanyaan berwarna kuning adalah pertanyaan yang menggambarkan

pendidik dalam mendidik peserta didik. Sedangkan pertanyaan berwarna kuning

adalah dimensi pemahaman peserta didik dalam memahami pembelajaran yang

disampaikan oleh pendidik.

Dalam pernyataan point pertama (Positif Question) tentang pentingnya

pendidik di dalam pembelajaran PAI dari total 22 responden, 14 (63,6%) responden

menjawab dengan sangat setuju dan 8 (36,4% )responden menjawab setuju. Berikut

tabulasi datanya
Dikutip dari diagram diatas diketahui bahwa pendidik merupakan kunci

penting dalam suksesnya pembelajaran PAI di kelas. Seperti yang disampaikan oleh

peneliti bahwa pendidik merupakan komponen pendidikan, jika salah satu komponen

hilang maka proses akan terganggu hingga gagal.

Dalam pernyataan point kedua (Negative Question) tentang ketidaktertarikan

peserta didik karena nilai yang kecil dalam pembelajaran PAI dari total 22 responden,
8 responden menjawab dengan sangat tidak setuju dan 10 responden menjawab tidak

setuju.

Dari data diatas diketahui bahwa seperti apapun hasil nilai PAI peserta didik

tak mambuat peserta didik tidak tertarik pada pembelajaran PAI di Sekolah tersebut,

Dalam kaitan dengan pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran

Pendidikan Agama Islam pada (pertanyaan positive) ditemukan hasil data sebagai

berikut:

Diketahui 14 peserta didik setuju dengan prosentase 63,6% dapat

menyampaikan kembali materi pembelajaran yang telah disampaiakan oleh pendidik,

Artinya proses pendidikan berjalan efektif.

Sedangkan pertanyaan negative seputar pemahaman peserta didik dalam

pemahaman pembelajaran ditemukan data sebagai berikut:


Dari diagram diatas diketahui bahwa lebih banyak peserta didik yang mampu

menyampaikan kembali hasil pembelajaran daripada kesulitan. Artinya materi

pembelajaran sukses disampaikan dari pendidik ke peserta didik.

Dalam kaitannya dengan kreatifitas peserta didik yang merupakan tuntutan

utama kurikulum merdeka belajar peneliti coba ajukan pertanyaan positive dan

negative terkait hal tersebut. Maka diketahui data sebagai berikut:


Pada indeks pertanyaan positive ditemukan bahwa 8 (36,4%) peserta didik

sangat setuju dan 9 (40,9%) dari total 22 peserta didik setuju bahwa mereka selalu

berdiskusi selepas pembelajaran PAI berlangsung untuk mengembangkan critical

thinking peserta didik.

Pada indeks pertanyaan negative ditemukan bahwa 6 (27,3%) peserta didik

sangat tidak setuju dan 8 (36,4%) dari total 22 peserta didik tidak setuju bahwa

mereka selalu berdiskusi selepas pembelajaran PAI berlangsung untuk

mengembangkan critical thinking peserta didik.

Dari paparan data yang diperoleh bahwa mayoritas peserta didik

menginginkan dan mengimplementasikan diskusi selapas pembelajaran PAI selesai

untuk meningkatkan pemikiran kritis mereka di sekolah SMA Dharma Wanita Pare.

Demikian pula ditemui peneliti dalam pernyataan tau pertanyaan dengan

bobot positif mereka cenderung merespon baik dan sebaliknya jika pernyataan atau

pertanyaan berbobot negtif maka mereka merespon dengan tidak setuju.


B. Pembahasan
Dari hasil analisis data, baik dari observasi wawancara dengan salah satu

pendidik mata pelajaran pendidikan agama islam maupun observasi kepada peserta

didik kedua menunjukan respon yang positif yang tentunya sesuai fakta yang ada

dilapangan. Peneliti melakukan pengamatan ditemui bahwa kebiasaan takdzim

kepada guru banyak ditemui di SMA Dharma Wanita Pare ini. Artinya implementasi

pembelajaran pendidikan agama islam yang ada di SMA Dharma Wanita berjalan

secara efektif.

Pembelajaran pendidikan agama Islam di suatu sekolah dapat memberikan

manfaat yang signifikan bagi siswa. Berikut adalah beberapa kalimat yang

menjelaskan efektivitas pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah:

1. Pembelajaran pendidikan agama Islam yang efektif di sekolah dapat membantu

siswa memahami nilai-nilai moral dan etika yang dianut dalam Islam. Hal ini akan

membentuk karakter mereka agar menjadi individu yang bertanggung jawab, jujur,

dan memiliki sikap saling menghormati.

2. Dengan pembelajaran agama Islam yang efektif, siswa akan memiliki pemahaman

yang lebih baik tentang ajaran agama, termasuk prinsip-prinsip dasar, keyakinan, dan

praktik ibadah dalam Islam. Ini akan membantu mereka memperkuat identitas

keagamaan mereka dan mengembangkan hubungan yang lebih dalam dengan Allah

SWT.

3. Pembelajaran agama Islam yang efektif juga dapat meningkatkan pemahaman

siswa tentang sejarah, budaya, dan peradaban Islam. Mereka akan belajar tentang
tokoh-tokoh penting dalam Islam, peristiwa sejarah yang relevan, serta kontribusi

Islam dalam ilmu pengetahuan, seni, dan arsitektur. Hal ini akan membuka wawasan

mereka terhadap warisan peradaban Islam yang kaya.

4. Selain itu, pembelajaran agama Islam yang efektif di sekolah dapat membantu

siswa memahami dan menghargai keberagaman dalam Islam. Mereka akan belajar

tentang perbedaan pendapat dalam agama, mazhab-mazhab dalam Islam, dan

pentingnya toleransi antarumat beragama. Hal ini akan membantu menciptakan

suasana inklusif di sekolah yang menghormati keberagaman agama siswa.

5. Pembelajaran agama Islam yang efektif juga memberikan kesempatan bagi siswa

untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan yang didasarkan pada

nilai-nilai Islam. Mereka dapat terlibat dalam kegiatan amal, pengabdian masyarakat,

atau proyek kemanusiaan untuk membantu mereka mengembangkan sikap empati,

kasih sayang, dan kepedulian terhadap sesama.

Dengan demikian, pembelajaran pendidikan agama Islam yang efektif di sekolah

memberikan kontribusi penting dalam membentuk karakter siswa, memperkuat

identitas keagamaan, meningkatkan pemahaman agama dan budaya Islam, serta

mendorong sikap inklusif dan kepedulian sosial berdasarkan nilai-nilai Islam.

C. Implikasi

Implikasi dari efektifnya pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah

adalah sebagai berikut:


1. Penguatan Nilai-Nilai Moral: Pembelajaran agama Islam yang efektif dapat

membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai moral

dan etika dalam Islam. Mereka akan belajar tentang konsep seperti kejujuran,

keadilan, kesetiaan, dan kebaikan. Ini berdampak pada pembentukan karakter siswa

yang memiliki integritas, tanggung jawab, dan kepedulian terhadap sesama.

2. Peningkatan Kesadaran Agama: Pembelajaran agama Islam yang efektif membantu

siswa memperkuat identitas keagamaan mereka. Mereka akan belajar tentang prinsip-

prinsip ajaran Islam, praktik ibadah, dan nilai-nilai yang mendasarinya. Hal ini

meningkatkan pemahaman mereka tentang Islam sebagai agama mereka sendiri,

membantu mereka menghadapi tantangan dan menjaga keutuhan iman mereka di

tengah masyarakat yang beragam.

3. Pengembangan Toleransi dan Penerimaan: Pembelajaran agama Islam yang efektif

mendorong siswa untuk menghormati dan memahami keberagaman dalam Islam.

Mereka akan belajar tentang perbedaan mazhab dan pendapat dalam agama, serta

nilai-nilai toleransi dan penghormatan terhadap keyakinan orang lain. Ini membantu

menciptakan iklim inklusif di sekolah, di mana siswa saling menghormati perbedaan

agama dan membangun hubungan yang harmonis.

4. Peningkatan Pemahaman tentang Islam: Pembelajaran agama Islam yang efektif

memberikan siswa pemahaman yang lebih baik tentang sejarah, budaya, dan

peradaban Islam. Mereka akan belajar tentang kontribusi Islam dalam ilmu

pengetahuan, seni, sastra, dan arsitektur. Hal ini membantu meningkatkan kesadaran
siswa tentang warisan peradaban Islam dan memperluas perspektif mereka terhadap

dunia.

5. Pengembangan Kesadaran Sosial: Pembelajaran agama Islam yang efektif

mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan yang

didasarkan pada nilai-nilai Islam. Mereka akan belajar tentang pentingnya berbuat

baik, membantu orang lain, dan menjaga lingkungan. Ini membantu siswa

mengembangkan sikap empati, kepedulian sosial, dan kegiatan amal yang bermanfaat

bagi masyarakat.

Implikasi efektifnya pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah

mencakup penguatan nilai-nilai moral, peningkatan kesadaran agama, pengembangan

toleransi, peningkatan pemahaman tentang Islam, dan pengembangan kesadaran

sosial. Ini semua berkontribusi pada pembentukan siswa yang memiliki karakter yang

kuat, pemahaman agama yang mendalam, sikap inklusif, dan kepedulian terhadap

sesama.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tentang efektivitas mata pelajaran pendidikan agama

islam dalam kurikulum merdeka mandiri di SMA Dharma Wanita Pare dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat efektivitas yang cukup baik antara mata pelajaran pendidikan agama

islam dalam kurikulum yang berlaku yang diimplementasikan dalam akhlak/perilaku

di lingkungan sekolah SMA Dharma Wanita Pare.

2. Adapun besarnya efektivitas mata pelajaran pendidikan agama islam dalam

kurilukum merdeka belajar di SMA Dharma Wanita Pare adalah rerata respon dari

responden saat wawancara maupun responden kuesioner dari peserta didik

menunjukan jawban yang sesuai dengan ekspetasi peneliti. Maka dari itu hipotesis

nihil (Ho) ditolak sedangkan hipotesis alternatif (Ha) diterima atau disetujui. Maka

disimpulkan bahwa efektivitas mata pelajaran pendidikan agama islam dalam

kurikulum merdeka belajar di SMA Dharma Wanita cukup efektif. Artinya ada

pengaruh tinggi/kuat.

3. Strategi yang perlu dilakukan untuk efektivitas mata pelajaran sekiranya bisa

dengan penyiapan bahan dan materi pembelajaran yang tepat guna dan tepat sasaran

sesuai dengan kondisi masing-masing peserta didik. Hal tersebuat bisa dimulai dari

assessment diagnostic kurikulum merdeka belajar. Hal lain yang perlu di siasati

adalah pembelajaran berbasis karakter dengan referensi rujukan Rosululloh SAW dan
para Sohabatnya dalam bersosial dan di dunia pendidikan. Layaknya hal tersbut

perlahan akan membuat peserta didik meneladani konsep belajar ala Rosul dan Para

Sohabatnya. Strategi selanjutnya adalah monitoring sikap dan perilaku peserta didik

di sekolah dan mengevaluasinya setiap bulan. dan bila peserta didik dirumah bisa

koordinasi dengan orang tua peserta didik. Hal tersebut efektif unutk memonitoring

perubahan sikap dan perilaku peserta didik kea rah yang lebih baik.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat, maka peneliti memberikan saran
sebagai berikut
1. Bagi guru PAI hendaknya selalu memberikan dorongan motivasi belajar
kepada peserta didiknya melalui banyak cara, salah satunya adalah memaksimalkan
proses pembelajaran kepada peserta didik sehingga mampu memantik minat peserta
didik untuk giat dalam belajar. Sehingga semain efektif suatu pembelajaran.
2. Bagi peserta didik, manfaatkanlah pembelajaran pendidikan agama islam
sebagai alat untuk merubah diri kea rah yang lebih baik dalam pembinaan diri dan
sejenisnya.
4. Bagi peserta didik, tanyakanlah jika ada hal hal yang kurang dimengerti saat
pembelajaran berlangsung. Demikian sebagai bentuk sinkronisasi pembelajaran
antara pendidik dan peserta didik
5. Bagi peserta didik harus meningkatkan motivasi belajarnya demi kesuksesan
dimasa depan. Salah satu saran untuk meningkatkan itu adalah dengan dengan
membangun pondasi diri dengan pendidikan agama islam.
DAFTAR PUSTAKA

√ Teknik Analisis Data Kualitatif: Pengertian, Jenis, Contoh. (n.d.). Retrieved


June 20, 2023, from https://wikistatistika.com/teknik-analisis-data/kualitatif/
Implementasi Kurikulum Merdeka pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
- Kompasiana.com. (n.d.). Retrieved June 16, 2023, from
https://www.kompasiana.com/endri41855/64892e424addee37fc5e8053/impl
ementasi-kurikulum-merdeka-pada-mata-pelajaran-pendidikan-agama-islam
Materi Kurikulum Merdeka Tahun 2022 PAI Tingkat SMA. (n.d.). Retrieved June
16, 2023, from https://gurudikmen.com/materi-kurikulum-merdeka-tahun-
2022-pai-tingkat-sma/
Merdeka Belajar | BKHM | KEMDIKBUD. (n.d.). Retrieved June 16, 2023, from
http://merdekabelajar.kemdikbud.go.id/
Tantangan Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Pembelajaran PAI
(Direktorat Pendidikan Agama Islam. (n.d.). Retrieved June 8, 2023, from
https://pendis.kemenag.go.id/pai/berita-848-tantangan-implementasi-
kurikulum-merdeka-dalam-pembelajaran-pai.html
View of Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam. (n.d.). Retrieved June 16, 2023, from
https://journal.centrism.or.id/index.php/mijose/article/view/85/33

Anda mungkin juga menyukai