RACHMADINA
2310246498
Isolasi RNA saat ini dilakukan dengan monophasic lysis reagent. Dalam metode ini,
sampel biologis dipecah dan dilisiskan dengan larutan monofasik guanidin isothiocyanate
(GITC) dan fenol, kemudian ditambahkan kloroform. Dengan melakukan sentrifugasi larutan
akan terpisah menjadi aqueous phase dan organic phase. RNA akan berada pada aqueous
phase di bagian atas, sedangkan DNA terkumpul pada interface, dan protein yang
terdenaturasi diekstraksi ke organic phase bagian bawah. Setelah aqueous phase diambil dan
dipindahkan, RNA lalu diendapkan dengan penambahan isopropanol
(Green & Sambrook, 2020)
.
Total RNA yang diisolasi dengan monophasic lysis reagent dapat digunakan untuk
berbagai aplikasi yaitu, northern blot analysis, dot blot hybridization, in vitro translation,
RNase protection, reverse transcription (cDNA synthesis), atau RT-PCR (reverse
transcriptase polymerase chain reaction)-based methods. Hasil total RNA tergantung dari
jaringan atau sel yang dijadikan sampel, tetapi secara umum jumlanya yaitu 4–7 µg/mg
jaringan atau 5–10 µg/106 sel. Untuk menilai kemurnian RNA sampel dihitung dengan Rasio
A260/280 (OD260/280), yaitu dengan nilai 1,7-2,0. Setelah dilakukan isolasi RNA, harus
dilakukan pemeriksaan dan pengukuran integritas RNA (Green & Sambrook, 2020).
Isolasi total RNA dapat dilakukan dengan menggunakan sampel darah, dimana yang
digunakan yaitu pheriperal blood mononuclear cells (PBMCs). PBMC dapat diisolasi dari sel
darah tepi dan ditandai dengan semua jenis sel darah yang memiliki satu inti/mononuclear
(limfosit, monosit, Natural Killer cells, dan sel dendritik). Pemisahan sel mononuclear dari
sel darah merah dan granulasit adalah dengan density gradient centrifugation. Media gradien
dengan density 1,077 g/ml (larutan Ficoll-Paque Plus) akan memisahkan darah menjadi dua
fraksi; sel darah merah dan PMN memiliki density lebih tinggi dan berada di fraksi paling
bawah, PBMC membentuk populasi sel yang tetap berada di fraksi dengan density rendah (di
atas sel darah merah/interfase membentuk lapisan buffy coat), sedangkan paling atas terdapat
fraksi plasma serum dan platelet (Kleiveland CR, 2015).
Gambar 1. Isolasi PBMC dari darah (a, b) dan PBMC (lapisan abu-abu) didapatkan
setelah sentrifugasi (c, d) (Kleiveland CR, 2015)
ANALISIS EKSPRESI GEN DENGAN REAL TIME POLYMERASE CHAIN
REACTION
Higuchi, dkk pada tahun 1992 menjadi pelopor dalam kinetik PCR yang juga dikenal
dengan real-time PCR dengan membuat sebuah sistem yang mendeteksi produk amplifikasi
saat terakumulasi. Real-time PCR memungkinkan kuantifikasi asam nukleat spesifik secara
tepat dalam campuran kompleks meskipun starting material memiliki konsentrasi yang
sangat rendah. Kuantifikasi ini didapat dengan memantau amplifikasi sequence target secara
real-time menggunakan teknologi fluoresen. Adanya peningkatan fluoresensi disebabkan oleh
pewarnaan (dye) DNA yang memiliki fluoresens yang akan berikatan dengan jumlah dsDNA
yang juga bertambah setiap siklus amplifikasi. Dengan membuat plotting antara peningkatan
fluoresensi dibandingkan dengan jumlah siklus akan memberikan gambaran lebih lengkap
tentang proses PCR dibandingkan menganalisis akumulasi produk dengan elektroforesis
setelah reaksi. Seberapa cepat target yang diamplifikasi mencapai tingkat threshold
berhubungan dengan jumlah starting material. Metode real-time PCR memiliki beberapa
keuntungan jika dibandingkan dengan PCR konvensional, yaitu proses yang lebih cepat,
kebutuhan untuk menganalisa produk post-PCR dengan gel elektroforesis berkurang, dan
sensitivitas lebih tinggi dengan adanya penggunaan pewarna fluoresen yang digunakan untuk
mendeteksi amplikon (Fraga et al., 2014; Navarro et al., 2015).
Pemanfaatan teknik real-time PCR paling umum adalah untuk meneliti tingkat
ekspresi gen, dengan cara menggabungkan teknik ini dengan teknik reverse transcription
(RT). Penggabungan dua teknik ini disebut real-time RT PCR dapat diukur kadar RNA
transkripsi (mRNA) secara kuantitatif. Analisis tingkat ekspresi gen dapat memberikan
informasi tentang fungsi gen. Misalnya, pengukuran ekspresi gen yang akurat dapat
mengidentifikasi jenis sel atau jaringan tempat gen diekspresikan, mengungkapkan tingkat
ekspresi gen individu dalam keadaan biologis tertentu (misalnya penyakit, perkembangan,
diferensiasi), dan mendeteksi perubahan dalam tingkat ekspresi gen. sebagai respons terhadap
rangsangan biologis tertentu (misalnya, faktor pertumbuhan atau obat-obatan). Penghitungan
mRNA dengan real time RT PCR dapat dilakukan dengan dua metode, pertama yaitu proses
one-step dimana semua proses mulai dari sintesis cDNA dan PCR dilakukan dalam satu
tabung, dan yang kedua yaitu proses proses two-step dimana proses sintesis cDNA (reverse
transcriptase reaction) dan PCR dilakukan pada tabung yang berbeda. Meskipun proses one-
step memiliki tahapan yang lebih sedikit dalam menangani sampel sehingga mengurangi
risiko kontaminasi sampel dan variasi antar eksperimen, tetapi proses ini juga membawa
risiko degradasi pada starting material mRNA yang lebih tinggi terutama ketika pengujian
berulang dilakukan dari sampel yang sama
(Fraga et al., 2014; Singh & Roy-Chowdhuri, 2016)
.
Selama proses amplifikasi PCR sekuens DNA akan dilipatgandakan pada setiap siklus
sehingga akan menghasilkan amplifikasi eksponensial dari DNA target awal. Amplifikasi
eksponensial hanya akan terjadi pada siklus awal ketika komponen PCR berada dalam jumlah
berlebih dibandingkan dengan sekuens target. Pada saat produk terakumulasi, substrat akan
habis, sehingga mengakibatkan inhibisi pada reaksi. Sehingga reaksi PCR dapat dibagi
menjadi tiga fase yaitu exponential, linear, and plateau (Fraga et al., 2014).
Keberhasilan real-time RT PCR dalam menganalisis ekspresi gen sangat ditentukan
oleh prosedur yang dikembangkan dalam mengubah mRNA menjadi complementary DNA
(cDNA). Prosedur ini merupakan langkah pertama dalam proses RT PCR, dimana proses
mengubah mRNA menjadi cDNA melalui proses reverse transcription yang dikatalis oleh
enzim reverse transcriptase. Sebuah fragmen DNA yang disebut primer ologonukleotida
akan berhibridasi dengan mRNA komplemen yang akan menyebabkan enzim reverse
transcriptase melakukan ekstensi pada primer dan membentuk untai DNA baru. Ada dua cara
yang paling umum dalam melakukan sintesis cDNA yaitu yang pertama menggunakan primer
+
oligo (dT) yang dapat berhibridasi dengan ekor Poli (A) pada ujung 3’ mRNA, serta yang
kedua yaitu random hexamer oligonukleotida yang dapat menjadi primer pada banyak regio
dari templet RNA. Setelah sintesis cDNA yang merupakan untai tunggal, dilanjutkan dengan
proses amplifikasi cDNA untuk membentuk DNA untai ganda (dsDNA) dengan PCR
menggunakan primer sense dan antisense. (Fraga et al., 2014).
Sebelum melakukan analisis gen dengan hasil real-time PCR, harus dipastikan
amplifikasi PCR bersifat spesifik yang dapat dilakukan dengan melakukan analisis pada
melting curve. Melting curve analysis digunakan untuk membedakan target amplifikasi
dengan artefak PCR seperti primer-dimer atau misprimed products (Fraga et al., 2014).
Untuk dapat membuat perbandingan yang valid antara berbagai sampel yang berbeda
perlu dilakukan perhitungan efisiensi amplifikasi pada primer. Dalam reaksi PCR yang
optimal, setiap amplikon akan direplikasi, dan jumlah produk akan berlipat ganda pada setiap
siklus. Misalnya, jika ada satu salinan rangkaian target yang ada di awal siklus pertama, maka
akan ada dua salinan di akhir siklus satu, empat di akhir siklus dua, delapan di akhir siklus
tiga, dan seterusnya. Untuk menentukan efisiensi amplifikasi pada set primer tertentu, perlu
dilakukan PCR pada rangkaian serial dilusi template standar. Secara teoritis, reaksi PCR yang
berlangsung pada efisiensi 100% akan memerlukan 3,3 siklus untuk meningkatkan
konsentrasi amplikon 10 kali lipat. Dengan membuat kurva standar nilai CT untuk setiap
serial dilusi akan menghasilkan garis yang kemiringannya (slope) berhubungan dengan
efisiensi reaksi. Kemiringan garis (slope) ini dan efisiensi amplifikasi dapat dihubungkan
dengan menggunakan rumus :
E = 10(−1/slope) – 1
Dimana E adalah efisiensi reaksi dan “slope” mengacu pada kemiringan garis pada kurva
yang dibuat dari nilai CT versus log jumlah templet. Kemiringan antara –3,6 dan –3,1
menunjukkan efisiensi antara 90% hingga 110% (Fraga et al., 2014).
Dari kurva standar juga dapat ditentukan Linearity (R2), dimana saat membuat kurva
dengan aplikasi microsoft excel maka akan dapat dilihat correlation coefficient R2 dari kurva
yang merupakan ukuran linearitas reaksi PCR. R 2 untuk setiap gen target harus bernilai 0,98
atau mendekati 1 (Broeders et al., 2014).
Untuk memastikan data yang dihasilkan dari real-time RT PCR berkualitas tinggi dan
menjaga kontrol kualitas, masing-masing sampel harus dijalankan dalam triplicate serta
dibutuhkan kontrol positif dan kontrol negatif. Kontrol negatif terdiri dari no template
control (NTC) untuk memastikan tidak ada kontaminasi pada reagen PCR dan No-reverse-
transcriptase control untuk mendeteksi adanya kontaminasi DNA pada RNA. Kontrol positif
untuk memastikan seluruh reagen bekerja dengan baik, dapat menggunakan DNA yang sudah
dipastikan mengandung sekuens target atau RNA yang sudah dipastikan mengandung
sekuens target (Fraga et al., 2014).
Dengan menetapkan ambang batas (threshold) maka dapat ditentukan nilai sinyal
fluoresensi yang cukup di atas background untuk dianggap sebagai sinyal yang bermakna.
Siklus di mana ambang batas (threshold) terpenuhi atau terlampaui disebut Cycle threshold
(CT), dan dapat digunakan untuk membuat perbandingan antar sampel. Adanya perbedaan
nilai CT diantara sampel menunjukkan adanya perbedaan jumlah awal sekuens target.
Misalnya, sampel dengan perbedaan nilai CT 1 poin menunjukkan adanya perbedaan jumlah
awal sekuens target sebanyak dua kali lipat dan sampel dengan nilai C T yang rendah berarti
memiliki jumlah awal sekuens target yang lebih banyak
(Fraga et al., 2014; Schmittgen & Livak, 2008)
.
Ada beberapa cara dalam melaporkan tingkat eskpresi gen dengan data dari real-time
PCR, yaitu menyajikan tingkat ekspresi secara absolut dan relative. Ekspresi absolut atau
menggunakan absolute quantification menyajikan data jumlah sekuens target dalam sampel
berupa copy number atau konsentrasi. Absolute quantification diperlukan jika ingin
mengetahui kuantitas amplikon yang valid, misalnya saat melakukan perhitungan viral load.
Relative quantification real-time PCR dari gen target disajikan sebagai nilai relatif terhadap
gen lain yang disebut kontrol internal (housekeeping gene atau reference gene). Jenis
housekeeping gene ini antara lain β-aktin, siklofilin, atau gliseraldehida-3-fosfat
dehydrogenase. Housekeeping gene berfungsi sebagai referensi internal antara beberapa
sampel yang berbeda dan membantu menormalkan kesalahan pada eksperimen
(Fraga et al., 2014; Schmittgen & Livak, 2008)
.
Salah satu metode dalam menyajikan data real-time PCR dengan Relative
quantification adalah dengan metode membandingkan nilai C T yaitu 2(-CT). Jika
menggunakan metode ini maka diasumsikan bahawa efisiensi PCR mendekati 1 dan efisiensi
PCR gen target dan gen reference hampir sama. Berdasarkan rumus di bawah ini
menggambarkan ekspresi gen (fold changes),
Fold changes = 2(-CT)
Rumus ini dapat digunakan untuk membandingkan ekspresi gen pada dua sampel berbeda
(sampel A dan sampel B); setiap sampel dibandingkan dengan gen kontrol internal
(housekeeping gene atau reference gene). Misalnya, sampel A adalah sampel yang diberi
perlakuan (treatment) dan sampel B tidak diberi perlakuan (control); sampel A boleh dalam
keadaan sakit dan sampel B, dalam keadaan normal atau sampel A tertular virus dan sampel
B tidak. Jadi berdasarkan persamaan di atas dicari CT pada kelompok treatment dan CT
pada kelompok control, dijabarkan,
CT (kelompok treatment) = CT(gen target) - CT(gen reference)
CT (kelompok control) = CT(gen target) - CT(gen reference)
CT = CT - rata-rata CT kelompok kontrol
6. Run dengan voltase 1-5 V/cm sampai bromophenol blue dye telah mencapai ¾
panjang gel;
7. Visualisasi gel menggunakan GelDoc EZ System (Bio-Rad). RNA dari sel eukariot
dengan integritas baik ditandai dengan gambaran 2 pita berukuran lebih kurang 2 kB
(28s rRNA) dan 0.8 kB (18s rRNA) dengan ration ~2:1. RNA yang mengalami
degradasi partial tidak akan menunjukkan ratio 28s rRNA: 18s rRNA 2:1 sedangkan
yang mengalami degradasi total akan menunjukkan gambaran “smear” dengan pita
berukuran kecil.
e. Sintesis cDNA
1. Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses persiapan reaksi PCR:
- Selalu menggunakan powder-free gloves selama proses persiapan reaksi PCR
oleh karena RNase banyak terdapat di kulit
- Menggunakan sterile filtered tips
- Semua reagen RT PCR harus selalu dipertahankan dalam suhu ~4 oC selama
proses persiapan
2. Persiapkan Denature (Mixture A):
Total RNA (5 g)* X μl
Oligo (dT) 1 μl
DEPC-treated H2O to 10 μl
Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi dan kemurnian sampel RNA dicari volume
sampel RNA yang akan digunakan berdasarkan tabel :
Tabel 1. Volume isolate RNA dan larutan DEPC-treated H2O)
Sampe Conc1 Conc2 Mean 260/280 260/230 ug/ul 5 ug DEPC-
l Conc RNA treated
(ug/mL H20
) (9-vol
RNA)
I 1980 1970 1975 1,71 NaN 1,97 2,5 µL 6,5 µL
5
II 2120 2010 2065 1,535 NaN 2,06 2,4 µL 6,6 µL
5
III 162 158 160 1,99 0,175 0,16 31,25 -22,25
µL µL
IV 268 265 266,5 1,75 0,374 0,26 18,79 -9,79
6 µL µL
Karena sampel pada tabung 3 dan 4 memiliki konsentrasi yang kurang, sehingga
selanjutnya hanya digunakan sampel pada tabung 1 dan tabung 2.
Tabung 1 dijadikan kontrol dan dibuat dalam 5 sampel (dimasukkan ke dalam tabung
PCR strip, diberi label pada setiap hole C1, 2, 3, 4, 5), tabung 2 dijadikan treatment
dan dibuat dalam 5 sampel (dimasukkan ke dalam tabung PCR strip, diberi label pada
setiap hole T1, 2, 3, 4, 5).
- Vortex beberapa detik dan spin down
- Inkubasi pada 70oC selama 5 menit (menggunakan Thermal Cycler T100 Bio-Rad)
- Segera letakkan tabung PCR di atas es selama ~1 menit
3. First strand cDNA buffer (Mixture B)
1 reaksi 11 reaksi (master mix)
5X RT Buffer (DTT/dNTPs) 4 μl 44 μl
DEPC-treated H2O 5 μl 55 μl
RTase/RI enzyme mix 1 μl 11 μl
Final Volume 10 μl 110 μl
f. Real-time PCR
1. Persiapkan cDNA yang didilusi 1:50 (Diluted cDNA) dengan mencampur 2 μL
cDNA + 98 μL NFW (dilakukan pada tabung strip PCR baru sebanyak 2 buah, diberi
label diluted cDNA Control 1,2,3,4,5 dan diluted cDNA Treatment 1,2,3,4,5)
2. Persiapkan serial dilution cDNA untuk kurva standar. Pooling 4 sampel cDNA
(masing-masing 2 μL dari tabung C1, C2, T1, T2) dalam tabung PCR 0.2 mL. Buat
serial dilution 1:5 dengan NFW.
Pada saat praktikum dilakukan koreksi pada serial dilution, yaitu pada tabung SD2,
SD3, SD4, dan SD5 dimasukkan 32 μL NFW dan ditambahkan dengan 8 μL cDNA
dari tabung sebelumnya (8:40 atau 1:5 serial dilution).
3. Persiapkan master mix untuk masing-masing gen TGF- dan GAPDH. Tentukan
jumlah reaksi yang dibutuhkan (Jumlah sampel (x2) + 5 standar (x2) + NTC (x2) +
ekstra 3 reaksi). Buat 5 sampel untuk kelompok treatment dan 5 sampel untuk
kelompok control (jumlah sampel=10)
Reagen Volume 1 reaksi (μL) Volume 35 reaksi (μL)
cDNA 2
TGF- Forward primer (5 μM) 1 35
TGF-Reverse primer (5 μM 1 35
2X Fast Q-PCR Master mix 10 350
(SYBR)
NFW 6 210
Pipet 18 μL master mix ke setiap tabung PCR atau well jika menggunakan strip/96-
well plate, dengan peta sebagai berikut :
GAPDH TGF-β
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A SD1 SD1 C1 C1 T1 T1 SD1 SD2 C1 C1 T1 T1
B SD2 SD2 C2 C2 T2 T2 SD2 SD2 C2 C2 T2 T2
C SD3 SD3 C3 C3 T3 T3 SD3 SD3 C3 C3 T3 T3
D SD4 SD4 C4 C4 T4 T4 SD4 SD4 C4 C4 T4 T4
E SD5 SD5 C5 C5 T5 T5 SD5 SD5 C5 C5 T5 T5
F NTC NTC NTC NTC
G
H
Keterangan : SD = Standar; C = Control; T = Treatment, NTC = no template control
4. Tambahkan masing-masing 2 μL diluted cDNA (1:50)/standar/NFW ke dalam well
sesuai dengan lay-out PCR. Spin down.
5. Lakukan PCR pada X960 Real-time PCR (Heal Force) dengan kondisi berikut:
Step Siklus Suhu Waktu
Denaturasi template 1 95oC 2
dan inaktivasi enzim menit
Denaturasi 40 95oC 15
detik
Annealing dan 60oC 1
ekstensi menit
6. Setelah RT-PCR selesai, periksa efisiensi PCR dan correlation coefficient (R 2) pada
standar curve. Efisiensi 100% setara dengan slope = -3.32, sesuai dengan rumus
berikut:
Efisiensi = 10 (-1/slope) – 1
Efisiensi PCR harus antara 90%-110% (Slope -3.58-(-3.10))
R2 sebaiknya mendekati 1 (>0.99)
7. Periksa melting curve, amplifikasi spesifik ditandai oleh dengan melting curve dengan
1 peak
8. Bandingkan ekspresi mRNA TGF antar sampel dan bandingkan tingkat ekspresi
TGF kelompok treatment relatif terhadap kelompok kontrol (set eksresi TGF
kelompok kontrol= 1).
9. Buat grafik distribusi ekspresi gen TGF.
D. HASIL
a. Hasil Pengukuran Konsentrasi dan Kemurnian RNA
Konsentrasi dan kemurnian RNA didapatkan dengan menggunakan Spektrofotometer,
yaitu seperti ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 2. Pengukuran Kemurnian dan Konsentrasi RNA
No. Well Nama Ratio Ratio Konsentrasi
Sampel OD230/ OD260/ (µg / mL)
OD280 OD280
1. A2 Blanko
2. A3 Blanko
3. B2 I NaN 1,72 1980
4. B3 I NaN 1,7 1970
5. C2 II NaN 1,35 2120
6. C3 II NaN 1,72 2010
7. D2 III 0,175 1,97 162
8. D3 III 0,176 2,01 158
9. E2 IV 0,374 1,76 268
10. E3 IV 0,374 1,75 265
Berdasarkan tabel di atas, sampel dengan kemurnian dengan ratio OD 260/ OD280 yang
paling baik adalah sampel III (dengan rata-rata ratio OD 260/ OD280 = 1.99), tetapi sampel III
memiliki konsentrasi RNA yang rendah dibandingkan sampel lainnya. Tidak ada sampel
yang kemurnian ratio OD230/ OD280 yang baik. Sampel I dan II mempunyai konsentrasi RNA
yang tinggi dibandingkan sampel III dan IV.
A03 C1 21,6
A04 C1 26,25
A05 T1 22,57
A06 T1 24,54
B03 C2 23,04
B04 C2 22,83
B05 T2 21,44
B06 T2 25
C03 C3 19,57
C04 C3 20,55
C05 T3 21,11
C06 T3 22,19
D03 C4 20,81
D04 C4 22,18
D05 T4 21,67
D06 T4 22,72
E03 C5 19,02
E04 C5 21,52
E05 T5 22,16
E06 T5 21,19
F01 NTC
F02 NTC
A07 SD1 TGF-β 28,42
A09 C1 28,79
A10 C1 29,15
A11 T1 28,79
A12 T1 28,86
B09 C2 28,52
B10 C2 29,04
B11 T2 28,85
B12 T2 26,25
C09 C3 28,59
C10 C3 28,85
C11 T3 28,99
KUALITAS Real Time PCR
Untuk mengetahui kualitas Real-Time PCR yang dilakukan baik atau tidak, dapat
diketahui dengan memperhitungkan nilai efisiensi PCR dan Correaltion coefficient (R2) pada
kurva standar (Standard Curve). Berdasarkan tabel Hasil Nilai Ct Real Time PCR, diambil
nilai Ct pada hole yang berisi standar (SD1,SD2,SD3,SD4,SD5) kemudian dimasukkan ke
dalam tabel berikut :
Tabel 4. Nilai Ct Pada Sampel Standar
DNA Log DNA Ct
Sampel copies/ml copies/mL TGFB
SD1 100000 5 28,485
SD2 20000 4,301029996 28,995
SD3 4000 3,602059991 30,02
SD4 800 2,903089987 28,44
SD5 160 2,204119983 30,505
Standard Curve
31
30.5
30
f(x) = − 0.498590780488577 x + 31.0849539024429
29.5 R² = 0.350342691978182
29
Ct
28.5
28
27.5
27
2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Log DNA copies/mL
Efisiensi = E 10030,14645
Efisiensi = 10030 %
R2 = 0,3503
1.24
1.22
1.2
1.18
1.16
Control Treatment
Kelompok Penderita
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan ekspresi gen antara kelompok control dan
treatment, dapat dilakukan uji statistik, yaitu uji t tidak berpasangan jika sebaran data
normal. Jika sebaran data tidak normal dilakukan uji alternatif Mann Whitney.
E. PEMBAHASAN
ISOLASI RNA
Setelah melakukan isolasi RNA maka dilakukan pengukuran konsentrasi dan
kemurnian RNA. Untuk menghitung kuantitas DNA dan RNA dilakukan pemeriksaan
absorbansi pada panjang gelombang 260nm dan konsentrasi RNA dapat ditentukan dengan
mengalikan hasil absorbansi dengan 40 µg/mL. Meskipun konsentrasi asam nukleat dapat
diperkirakan dengan mengetahui absorbansi pada panjang gelombang 260nm, tetapi
kemurnian asam nukleat tetap harus diperiksa dengan cara membandingkan absorbansi pada
panjang gelombang 260nm dan absorbansi sampel pada berbagai panjang gelombang.
Absorbansi pada 230nm menggambarkan adanya ion fenolat, tiosianat, dan senyawa organik
lainnya, sedangkan absorbansi pada 280nm menunjukkan adanya protein, karena asam amino
aromatik menyerap kuat pada 280nm (Sambrook, 2001).
Pada praktikum ini konsentrasi paling tinggi pada isolasi RNA adalah pada sampel I
dan II (1975 µg/mL dan 2065 µg/mL), tetapi pada kedua sampel ini kemurnian OD 260/280 nya
adalah di bawah 1.8, sehingga dapat dikatakan meskipun konsentrasi RNA tinggi tetapi
sampel RNA ini masih ada kontaminasi dari protein, sedangkan kemurnian OD 260/230
menunjukkan hasil Nan (sangat tinggi), sehingga dapat disimpulkan tidak ada kontaminasi
dari ion fenolat, tiosianat, dan senyawa organik lainnya. Sampel III memiliki kemurnian
OD260/280 yang bagus yaitu 1,99 artinya pada sampel ini tidak ada kontaminasi protein, tetapi
kemurnian OD260/230 sangat rendah yaitu 0,175 yang artinya sampel sangat banyak
terkontaminasi oleh ion fenolat, tiosianat, dan senyawa organik lainnya.
Sampel I dan II yang digunakan sebagai sampel lanjutan untuk melakukan praktikum
rela-time RT PCR memiliki kemurnian OD 260/280 yang kurang bagus, sehingga dapat
menimbulkan efek kepada hasil RT PCR. Kemurnian sampel (RNA atau DNA) akan
berpengaruh terhadap efisiensi amplifikasi PCR, karena RNA yang tidak murni berarti ada
kontaminan di dalam nya yang bisa menjadi inhibitor dalam reaksi PCR sehingga dapat
menurunkan efisiensi amplifikasi reaksi PCR (Fraga et al., 2014).
Salah satu cara untuk memeriksa integritas RNA adalah dengan agarose gel
elektroforesis yang sudah diwarnai dengan GelRed Nucleaic Acid Stain sebagai pengganti
EtBr karena bersifat toksik. Total RNA dengan integritas yang baik atau intak jika dilakukan
elektroforesis dengan agarose gel akan menghasilkan pita rRNA 28S dan 18S yang tajam dan
jelas. Pita 28S rRNA harus kira-kira dua kali lebih kuat dari pita 18S rRNA, rasio 2:1
(28S:18S) ini merupakan indikasi yang baik bahwa RNA benar-benar utuh. RNA yang
terdegradasi sebagian akan menunjukkan gambaran “smeared”, tidak memiliki pita rRNA
yang tajam, atau tidak menghasilkan rasio RNA berkualitas tinggi 2:1. RNA yang
terdegradasi total akan tampak sebagai “smear” pada pita yang berukuran kecil seperti
tampak pada gambar berikut : (Thermo Fisher Scientific, n.d.)