Anda di halaman 1dari 3

SGD

SGD 1

2 a.) Jelaskan pelimpahan wewenang secara delegatif dan mandat apa perbedaannya?

Jawab: Perawat dalam menjalankan tugasnya dalam menerima wewenang sebagaimana yang
dimaksud dalam UU Keperawatan hanya dapat diberikan secara tertulis oleh tenaga medis kepada
perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis dan melakukan evaluasi pelaksanaannya.
Wewenang yang diberikan terbagi menjadi dua yakni tugas yang diberikan secara delegasi dan atau
yang diberikan secara mandat. Dalam UU No. 38 tahun 2014 secara jelas dijelaskan yang mana
tindakan keperawatan delegasi dan tindakan keperawatan mandat.

Pasal 32 ayat (3) Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan sesuatu tindakan medis
diberikan oleh tenaga medis (dokter) kepada perawat dengan disertai pelimpahan tanggung jawab.
Tindakan hanya dapat diberikan pada perawat profesi/vokasi terlatih sesuai kompetensi yang
dibutuhkan. ini berarti tanggung jawab ada pada perawat yang melakukan tindakan medis. Dalam
penjelasan UU No. 38 tahun 2014 pasal 32 ayat (4) dijelaskan bahwa tindakan medis yang dapat
dilimpahkan secara delegatif, antara lain menyuntik, memasang infus, dan memberikan imunisasi
dasar sesuai dengan program pemerintah.

Makna interpretasi dalam pelimpahan wewenang ini adalah perawat terlatih ada bukti hukum
perawat terlatih, misalnya Ijazah, sertifikat pelatihan, dan dalam pelaksanaan pelimpahan wewenang
delegatif haruslah tertulis oleh dokter. Agar terlindungi oleh hukum apabila timbul masalah maka
perawat harus berpedoman kepada :

1. Adanya bukti perawat terlatih (Ijazah, Sertifikat, STR dll).

2. Adanya bukti tertulis instruksi dokter, jelas bisa dibaca

3. Adanya standar prosedur yang dibuat oleh institusi pelayanan

Pasal 32 ayat (5) pelimpahan wewenang secara mandat diberikan oleh tenaga medis (dokter) kepada
perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis dibawah pengawasan. Tanggung jawab berada
pada pemberi mandat. Tindakan medis yang dapat dilimpahkan secara mandat, antara lain adalah
pemberian terapi parenteral dan penjahitan luka.

Perbedaan pelimpahan wewenang secara delegatif dan mandat :

Delegatif Mandat

pelimpahan wewenang (delegatif) pelimpahan wewenang yang diberikan oleh tenaga


diberikan oleh tenaga medis kepada medis kepada perawat untuk melakukan tindakan
perawat dengan disertai pelimpahan medis di bawah pengawasan tenaga medis yang
tanggung jawab melimpahkan wewenang
diberikan kepada perawat profesi atau semua jenis perawat
perawat vokasi terlatih

jenis tindakan medis secara delegatif Jenis tindakan medis secara mandat:

memasang infus memberikan terapi parenteral

menyuntik menjahit luka

imunisasi dasar tindakan medis lainnya sesuai dengan kompetensi


perawat
tindakan medis lainnya sesuai
kompetensi perawat.

1b ) jelaskan mengenai obat bebas!

Jawab: Obat bebas terbatas disebut juga obat daftar W (W: Waarschuwing = peringatan/waspada)
adalah obat keras yang dapat dibeli tanpa resep dokter namun penggunaannya harus
memperhatikan informasi obat pada kemasan. Pada penjualannya memiliki batasan jumlah dan
kadar isi berkhasiat dan harus disertai tanda peringatan, yaitu peringatan P1 – P6. Dibatasi hanya
dapat dibeli di apotek atau toko obat berizin.

Obat bebas terbatas relatif aman selama sesuai aturan pakai. Tanda khusus pada kemasan dan etiket
obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Penandaan pada
kemasan yaitu dot lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam dan kotak peringatan berwarna
hitam berisi pemberitahuan berwarna putih. Contoh: Obat flu kombinasi (tablet), antihistamin (CTM,
difenhidramin, dimenhidrinat), bromheksin, antiemetik (antimo), piperazin, prometazon,
mebendazol, klorokuin, kalii kloras, suppositoria, obat tetes mata untuk iritasi ringan, dll.Sesuai
dengan SK MenKes RI No.6355/Dirjen/SK/1969, pada kemasan OBT harus tertera peringatan yang
berupa kotak kecil berukuran 5×2 cm berdasar warna hitam atau kotak putih bergaris tepi hitam,
dengan tulisan sebagai berikut :

P1: Awas! Obat keras! Baca aturan pakainya.

Contoh: Antimo, Decolgen, Vicks Formula 44 DT

P2: Awas! Obat keras! Hanya untuk kumur. Jangan ditelan.

Contoh: Gargarisma Kan, He

P3: Awas! Obat keras! Hanya untuk bagian luar badan.

Contoh: Tinctura Jodii, Neo ultrasiline

P4: Awas! Obat keras! Hanya untuk dibakar.


Contoh: Sigaret astma

P5: Awas! Obat keras! Tidak boleh ditelan.

Contoh: Sulfanilamide steril

P6: Awas! Obat keras! Obat wasir, tidak ditelan.

Contoh: Anusol suppositoria.

2b)

Pada Pasal 65 ayat (1) UU Tenaga Kesehatan yang berbunyi: “Dalam melakukan pelayanan kesehatan,
Tenaga Kesehatan dapat menerima pelimpahan tindakan medis dari tenaga medis.” Adapun yang
dimaksud dengan tenaga medis dalam Pasal 11 ayat (2) UU Tenaga Kesehatan adalah dokter, dokter
gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis. Kemudian yang dimaksud tenaga kesehatan yang
disebut dalam penjelasan pasal di atas antara lain adalah bidan dan perawat. Ini artinya, jika
memang suatu tindakan medis tersebut diluar wewenang perawat namun perawat diberikan
pelimpahan itu, maka hal tersebut tidaklah dilarang.

Seorang perawat memiliki kompetensi dalam melakukan asuhan keperawatan profesional kepada
pasien, bukan melakukan tindakan medis tertentu. Tindakan medis tertentu tersebut merupakan
kegiatan kolaborasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Hal ini jelas bahwa tindakan medis
hanya legal dilakukan oleh dokter, bukan perawat. Apabila dokter tidak dapat melakukan tindakan
medis maka dokter boleh meminta bantuan perawat untuk melakukan tindakan tersebut, dengan
syarat dokter wajib memberikan pelimpahan kewenangan yang jelas kepada perawat secara tertulis
untuk melakukan tindakan medis tersebut (Yulianita, 2011).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tindakan menyuntik tersebut merupakan pelimpahan secara delegatif
karena tindakan menyuntik yang telah dilimpahkan oleh dokter kepada perawat tersebut termasuk
dalam kemampuan dan keterampilan yang telah dimiliki oleh perawat. Perawat sebagai penerima
pendelegasian tugas dari dokter ini yang juga merupakan rekan dari dokter, maka dalam melakukan
tindakan medis harus didasarkan pada pendidikan, pelatihan, kursus yang telah diterimanya sebelum
menjadi perawat. Perawat disini dapat memulai pekerjaannya apabila menerima permintaan secara
tertulis maupun lisan dari dokter dan apabila dokter kewalahan mengerjakan tugasnya dalam
kaitannya melakukan tindakan medis maka dapat meminta bantuan perawat untuk melakukan
tindakan tersebut dimana artinya dokter telah memberikan pelimpahan sebagian kewenangan yang
dimilikinya.

SGD 3

1. Tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri kronik berkurang
2. Kontraindikasi

Anda mungkin juga menyukai