Anda di halaman 1dari 9

©JP-3

Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Pembelajaran

Meningkatkan Pemahaman Peserta Didik Kelas XI F4.A tentang Prinsip dan


Teknik dalam Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi Melalui Kegiatan Berkarya
dengan Model Pembelajaran Project Best Learning (PjBL)

Diyan Handayani; Syakhruni; Dedy Hermawansyah


Pendidikan Profesi Guru Prajabatan Seni Budaya Universitas Negeri Makassar; Jurusan Seni
Rupa dan Desain Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar;
SMA Negeri 1 Woha
email: diyanhandayani98@gmail.com

Abstrak

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik
kelas XI F4.A tentang prinsip-prinsip dan teknik dalam berkarya seni rupa 2 dimensi melalui
kegiatan berkarya yang terstruktur dan berfokus di SMA Negeri 1 Woha. Dalam penelitian ini,
peserta didik menghadapi tantangan dalam memahami prinsip-prinsip dasar seni rupa dan
teknik-tekniknya. PTK ini melibatkan kolaborasi antara peneliti, guru seni, dan peserta didik
dalam menciptakan pengalaman pembelajaran yang memotivasi, mendalamkan pemahaman, serta
mempromosikan kreativitas dalam seni rupa. Metode penelitian ini adalah metode PTK dengan
siklus perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan
peningkatan signifikan dalam pemahaman konseptual dan keterampilan teknis peserta didik,
serta pengembangan kreativitas dan kepercayaan diri mereka dalam seni rupa 2 dimensi. Metode
evaluasi yang digunakan mencakup tes pemahaman awal dan analisis karya seni peserta didik.
Penelitian ini memberikan manfaat bagi peserta didik, guru seni, dan pengembangan metode
pengajaran seni rupa.

Kata Kunci: Penelitian Tindakan Kelas, Project Best Learning (PjBL), Pemahaman, Hasil
Belajar

A. PENDAHULUAN
Seni budaya, khususnya seni rupa 2 dimensi, memiliki peran penting dalam perkembangan
intelektual dan kreatif peserta didik di sekolah menengah. Dalam lingkungan pendidikan, seni rupa
tidak hanya tentang menggambar atau melukis, tetapi juga tentang memahami prinsip-prinsip dasar
seni, teknik-teknik penggambaran, dan kemampuan untuk mengungkapkan diri melalui karya-
karya visual. Di SMA Negeri 1 Woha, kelas XI F4.A adalah salah satu kelas yang memiliki potensi
besar dalam seni rupa 2 dimensi. Namun, dalam praktiknya, seringkali terdapat tantangan dalam
memahami dan mengaplikasikan konsep-konsep seni rupa ini dalam karya-karya mereka.

©Diyan Handayani, Vol 5, No 3, September-Desember, 2023 | 804


©JP-3
Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Pembelajaran

Peserta didik kelas XI F4.A, sebagaimana di kelas lainnya, memiliki beragam latar belakang,
minat, dan tingkat kemampuan dalam seni rupa. Ada yang memiliki bakat alami dalam
menggambar, sementara yang lain mungkin perlu waktu lebih lama untuk menguasai teknik-
tekniknya. Tantangan utama adalah bagaimana menciptakan lingkungan pembelajaran yang
mendukung perkembangan peserta didik dalam seni rupa 2 dimensi, meningkatkan pemahaman
mereka tentang prinsip-prinsip seni, serta mengembangkan keterampilan teknis yang dibutuhkan.
Dalam konteks seni rupa 2 dimensi, Efland (2002) menyoroti pentingnya penguasaan prinsip-
prinsip dasar seperti komposisi, proporsi, dan perspektif. Pengetahuan tentang prinsip-prinsip ini
menjadi dasar yang kuat dalam berkarya seni rupa 2 dimensi. Sementara itu, Metzger (2003)
menekankan pentingnya pemahaman teknik-teknik yang digunakan dalam seni rupa 2 dimensi,
termasuk teknik pewarnaan, shading, dan teknik cetak. Keahlian dalam teknik-teknik ini
memungkinkan peserta didik untuk menghasilkan karya-karya seni yang lebih berkualitas. Hal ini
sejalan juga dengan apa yang dikatan oleh Ashari (2015) azas yang dapat membuat gambar menjadi
baik adalah azas yang memperhatikan beberapa prinsip seni rupa (desain). Karena prinsip tersebut
bertujuan agar gambar yang dibuat dapat sesuai dengan apa yang diharapkan, selain mencari
kemiripan dengan bentuk aslinya, diharapkan gambar yang dihasilkan dapat lebih terarah, tertib,
jelas dan indah. Prinsip seni rupa yang dimaksud antara lain adalah:
1. Komposisi: yaitu bagian dari keseimbangan obyek gambar yang diproyeksikan pada bidang
gambar dalam bentuk visual. Pada prinsip komposisi dikenal dengan dua metode dasarnya,
yaitu simetris dan asimetris.
2. Proporsi: adalah kesebandingan antara berbagai bagian gambar secara ideal, sehingga
diperoleh keseimbangan yang harmonis dari keseluruhan bentuk utuh yang sebenarnya.
3. Perspektif: menerapkan prinsip perspektif maka gambar yang dibuat akan memunculkan
kesan keruangan (kedalaman) dan obyek yang digambar sesuai dengan apa yang terlihat.
4. Bayangan atau gelap terang: Bayangan adalah bagian terpenting dari sebuah gambar sebab
penentuan bayangan menjadikan gambar yang sifatnya dua dimensi menjadi tiga dimensi
sehingga menjadikan gambar semakin nyata dan lebih hidup.
Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas (PTK) ini diinisiasi. Tujuan utama dari penelitian ini
adalah untuk meningkatkan pemahaman peserta didik kelas XI F4.A tentang prinsip-prinsip dan
teknik dalam berkarya seni rupa 2 dimensi melalui kegiatan berkarya yang terstruktur dan berfokus.
PTK ini akan melibatkan kolaborasi antara peneliti, guru seni, dan peserta didik dalam upaya
menciptakan pengalaman pembelajaran yang memotivasi, mendalamkan pemahaman, serta
mempromosikan kreativitas dalam seni rupa. Langkah pertama dalam PTK ini adalah
mengidentifikasi masalah utama yang dihadapi peserta didik dalam pembelajaran seni rupa 2
dimensi. Dari hasil observasi awal, ditemukan bahwa sebagian peserta didik merasa kesulitan dalam
mengenali dan memahami prinsip-prinsip dasar seni, seperti Komposisi, perspektif, proporsi,
kedalaman, ritme dan gelap terang serta dalam menerapkan teknik-tekniknya dalam karya-karya
mereka. Selain itu, kurangnya rasa percaya diri dan ketakutan terhadap penilaian juga menjadi
hambatan dalam menghasilkan karya seni yang kreatif.
PTK ini akan berfokus pada pengembangan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan
pemahaman peserta didik tentang prinsip-prinsip dan teknik seni rupa 2 dimensi. Selama periode
penelitian, peserta didik akan diajak untuk terlibat dalam berbagai kegiatan berkarya yang
mendalamkan pemahaman mereka tentang elemen-elemen visual dalam seni rupa. Selain itu,
mereka akan didorong untuk mengembangkan keterampilan teknis melalui latihan praktis,
menghasilkan karya seni yang beragam, dan menggali berbagai teknik penggambaran serta
penggunaan warna. Selama penerapan strategi pembelajaran ini, akan ada kerja sama erat antara
peneliti dan guru seni. Peneliti akan berperan sebagai fasilitator dalam mengarahkan peserta didik,
memberikan bimbingan, dan memberikan umpan balik yang konstruktif terhadap karya-karya
mereka. Selain itu, guru seni akan berperan sebagai pengamat yang mendokumentasikan
perkembangan peserta didik selama proses pembelajaran. Disisi lain penelitian oleh Johnson (2000)

©Diyan Handayani, Vol 5, No 3, September-Desember, 2023 | 805


©JP-3
Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Pembelajaran

menekankan pentingnya interaksi antara peserta didik dalam mengembangkan pemahaman mereka
tentang seni rupa.
Metode evaluasi yang digunakan dalam PTK ini akan mencakup berbagai aspek. Pada awal
penelitian, peserta didik akan mengikuti tes pemahaman awal yang akan memberikan gambaran
tentang tingkat pemahaman mereka tentang prinsip-prinsip dan teknik seni rupa 2 dimensi. Selain
itu, selama periode penelitian, karya-karya seni yang dihasilkan oleh peserta didik akan dianalisis
untuk melihat sejauh mana mereka mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip seni rupa dan teknik-
teknik yang telah dipelajari. Hasil dari analisis ini akan menjadi indikator perkembangan peserta
didik dalam seni rupa 2 dimensi.
Lebih dari sekadar peningkatan pemahaman konseptual dan keterampilan teknis, PTK ini juga
akan berfokus pada pengembangan kreativitas peserta didik dan kepercayaan diri dalam seni rupa.
Peserta didik akan didorong untuk berani bereksperimen, mengambil risiko artistik, dan melihat
seni rupa sebagai sarana ekspresi diri yang kuat.
Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat yang signifikan bagi peserta
didik kelas XI F4.A di SMA Negeri 1 Woha, serta memberikan wawasan berharga bagi guru seni
dan praktisi pendidikan seni budaya lainnya. Lebih dari itu, diharapkan bahwa penelitian ini akan
membantu mengembangkan metode pengajaran yang lebih efektif dalam seni rupa 2 dimensi dan
memotivasi peserta didik untuk lebih merasakan dan memahami seni dalam kehidupan sehari-hari
mereka.

B. METODE PENELITIAN
Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah pendekatan yang tepat untuk mengatasi
masalah yang dihadapi dalam konteks penelitian ini. PTK merupakan metode penelitian yang
berfokus pada perbaikan praktik pembelajaran di dalam kelas, dengan mengacu pada Kemmis dan
McTaggart, melalui siklus perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dalam kasus ini, PTK
akan membantu meningkatkan pemahaman peserta didik tentang prinsip-prinsip dan teknik dalam
berkarya seni rupa 2 dimensi melalui berbagai kegiatan pembelajaran yang terstruktur dan berfokus.
Adapun subjek penelitian dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI. F4.A SMA Negeri 1
Woha yang terdiri dari 32 peserta didik.
Pada siklus Perencanaan, peneliti bersama guru seni merancang strategi pembelajaran yang
digunakan selama penelitian. Ini mencakup pengidentifikasian masalah, penetapan tujuan
pembelajaran, serta perencanaan kegiatan dan materi yang akan disampaikan. Pada siklus
Pelaksanaan, melibatkan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah dirancang. Peserta didik
kelas XI F4.A terlibat dalam kegiatan berkarya, pengembangan pemahaman prinsip seni, dan
latihan teknis. Peneliti berperan sebagai fasilitator, sementara guru seni mendukung pelaksanaan
pembelajaran di kelas.
Sementara di siklus berikutnya yaitu Observasi selama pelaksanaan, peneliti dan guru seni
melakukan pengamatan kepada peserta didik secara berkala. Observasi ini mencakup
perkembangan pemahaman peserta didik, kemampuan teknis, dan tingkat kreativitas dalam karya
seni. Dan siklus terakhir yaitu melakukan Refleksi, pada tahap ini peneliti melakukan refleksi untuk
menganalisis hasil observasi dan mengevaluasi efektivitas strategi pembelajaran. Peneliti dan guru
seni membahas temuan dan membuat perubahan jika diperlukan pada siklus pembelajaran
berikutnya.
Siklus ini akan diulang beberapa kali selama penelitian, dengan setiap siklus membawa
peningkatan dalam pemahaman peserta didik tentang seni rupa 2 dimensi. Selain itu, metode
evaluasi akan digunakan untuk mengukur kemajuan peserta didik. Ini mencakup tes pemahaman
awal, analisis karya seni yang dihasilkan peserta didik, dan pengukuran perkembangan kreativitas
dan kepercayaan diri mereka dalam seni rupa.

©Diyan Handayani, Vol 5, No 3, September-Desember, 2023 | 806


©JP-3
Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Pembelajaran

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Penelitian
Proses riset dan pengumpulan data dilakukan di SMA Negeri 1 Woha, dengan subjek penelitian
yaitu peserta didik kelas XI F4.A. Sementara itu model pembelajaran yang digunakan adalah model
pembelajaran Project Best Learning (PjBL). Dalam pelaksanaan riset, guru pamong turut serta
membantu peneliti, hal ini dapat dilihat dari observasi dan wawancara yang dilakukan sebelum
penelitian dimulai pada kelas XI F4.A. Adapun langkah awal yang diambil adalah mengidentifikasi
masalah, peneliti menemukan masalah utama, yaitu rendahnya pemahaman peserta didik tentang
prinsip dan teknik dalam berkarya seni rupa 2 dimensi.
Guru pamong dan peneliti melakukan diskusi sebagai upaya kolaborasi untuk merumuskan
teknis pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) guna mengatasi masalah yang dihadapi
peserta didik di kelas XI F4.A. Dari hasil diskusi tersebut menyepakati penerapan model
pembelajaran Project Best Learning (PjBL) sebagai solusi. PTK ini dilaksanakan dalam dua siklus,
masing-masing mengikuti prosedur perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan fase yang dilakukan sebelum memulai penelitian, mencakup kegiatan
observasi untuk memahami situasi awal subjek penelitian dan kondisi sekolah. Selanjutnya,
menetapkan tujuan pembelajaran dan menyusun perangkat pembelajaran, seperti modul ajar untuk
setiap siklus, dengan menerapkan model pembelajaran Project Best Learning.
b. Pelaksanaan
Dalam penelitiaan ini, peneliti menjalankan proses belajar mengajar berdasarkan modul yang
telah dirancang sebelumnya. Setelah satu siklus pembelajaran, post test diberikan di akhir sesi untuk
mengevaluasi apakah ada peningkatan dalam hasil belajar peserta didik atau tidak. Jika belum ada
kemajuan atau peningkatan, peneliti memiliki pilihan untuk melanjutkan ke siklus berikutnya
sampai penelitian mencapai hasil yang diharapkan.
c. Pengamatan
Pada fase ini, yang dilakukan adalah mengobservasi proses pembelajaran, termasuk seberapa
jauh peserta didik dapat memahami materi prinsip dan teknik dalam berkarya seni rupa 2 dimensi.
Serta mencatat semua yang terjadi selama proses belajar mengajar. Tujuan dari pengamatan ini
adalah untuk memberikan umpan balik yang akan digunakan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan siklus berikutnya.
d. Refleksi
Refleksi adalah proses mengevaluasi berbagai sudut pandang yang mungkin muncul dalam
suatu situasi dan memahami isu yang ada. Kegiatan refleksi bertujuan untuk meninjau secara
menyeluruh tindakan yang telah diambil berdasarkan data yang dikumpulkan dari siklus
sebelumnya. Perbaikan yang diperlukan meliputi penataan ulang modul ajar, penyusunan alat
evaluasi.
Siklus 1
Penelitian yang dilakukan pada siklus I mencakup: tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Pengamatan pada siklus I melibatkan aktivitas guru dan peserta didik
selama proses belajar. Setiap aktivitas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan adalah tahap yang dilakukan sebelum penelitian dimulai, termasuk melakukan
observasi untuk memahami kondisi awal subjek penelitian dan situasi sekolah.
b. Pelaksanaan
Proses belajar yang dijalankan dalam penelitian ini telah disesuaikan dengan RPP yang telah
dirancang pada tahap perencanaan. Langkah-langkah pembelajaran yang dijalankan mengikuti
model pembelajaran kooperatif tipe team game tournament.
c. Pengamatan
1) Data Hasil Pemahaman Belajar Peserta didik

©Diyan Handayani, Vol 5, No 3, September-Desember, 2023 | 807


©JP-3
Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Pembelajaran

Analisis pemahaman belajar peserta didik tentang materi prinsip dan teknik berkarya seni rupa
2 dimensi pada setiap indikator dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Analisis Pemahaman Belajar Peserta Didik Tentang Materi Prinsip dan
Teknik Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi Kelas XI F4.A.

N Indikator Motivasi Skor Kategori


o
1 Mampu mengidentifikasi prinsip seni rupa 2 3 Cukup
dimensi
2 Mampu mengaplikasikan teknik perspektif 2 Belum
memadai
3 Menggunakan warna dengan pemahaman 3 Cukup
4 Mamu menerapkan prisnsip keseimbangan 2 Belum
memadai
5 Mampu menyususn komposisi yang efektif 2 Belum
memadai
6 Mampu mengaplikasikan teknik pensil dan media 2 3 Cukup
dimensi
7 Mampu menganalisis karya seni rupa 2 dimensi 2 Belum
memadai
(Sumber: Hasil analisis data)

Keterangan:
Skor 1-2: Belum Memadai
Skor 3-4: Cukup
Skor 5 : Sangat Baik

Dari Tabel 1, bisa disimpulkan bahwa mayoritas peserta didik pada siklus I memiliki tingkat
pemahaman yang berada dalam kategori "belum memadai" pada materi prinsip dan teknik berkarya
seni rupa 2 dimensi.
2) Data Hasil Belajar Peserta Didik
Setelah menerapkan model pembelajaran Project Best Learning (PjBL) dan melakukan tes
akhir pada siklus I, nilai rata-rata peserta didik yang diperoleh adalah 74,28. Jika
pengkategorian hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM),
kita bisa melihat distribusi hasil belajar siswa pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI F4.A Pada Siklus I

No Skor Kategori ketuntasan Frekuensi Persentase


1. ≥ 75 Tuntas 15 47%

2. < 75 Tidak tuntas 17 53%


Jumlah 32 100%
(Sumber: Hasil analisis data)

Dari data yang ada pada Tabel 2, kita bisa melihat bahwa 47% atau 15 peserta didik dari total
siswa di kelas XI F4.A SMA Negeri 1 Woha telah berhasil mencapai nilai kriteria ketuntasan
minimal (KKM ≥75). Sementara itu, masih ada 53% atau 17 peserta didik yang belum mencapai
nilai KKM, sehingga penelitian ini perlu diteruskan ke siklus II.

©Diyan Handayani, Vol 5, No 3, September-Desember, 2023 | 808


©JP-3
Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Pembelajaran

d. Refleksi Siklus I
Dari penjelasan di atas, kita bisa memahami bahwa pemahaman belajar peserta didik tentang
materi prinsip dan teknik berkarya seni rupa 2 dimensi pada siklus I dalam penitilian ini berada
pada kategori belum memadai, sehingga belum mencapai target keberhasilan yang ditentukan, yaitu
mencapai level kategori sangat baik dengan skor 5. Sementara itu, hasil belajar peserta didik
pada siklus I masih sangat minim dengan tingkat kelulusan kelas sebesar 47% dan nilai rata-rata
hasil belajar adalah 74,28%.
Siklus 2
a. Perencanaan
Proses perencanaan yang dijalankan pada siklus II ini mengacu pada hasil refleksi dari siklus I.
Dalam konteks ini, perencanaan yang dilakukan pada siklus II melibatkan proses revisi terhadap
berbagai langkah-langkah pembelajaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Revisi tersebut dilakukan berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan pada
siklus I, yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran. Dengan
demikian, perencanaan pada siklus II ini merupakan upaya peningkatan dan penyempurnaan dari
siklus sebelumnya berdasarkan evaluasi dan refleksi yang telah dilakukan.
b. Pelaksanaan
Proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus ini sama dengan model pembelajaran yang
dilaksanakan pada siklus sebelumnya yaitu model pembelajaran project best learning (PjBL). Selain
itu, langkah-langkah pembelajaran ini juga memperhatikan hasil refleksi yang telah dilakukan pada
siklus I.
c. Pengamatan
1) Data Hasil Pemahaman Belajar Peserta didik
Analisis pemahaman belajar peserta didik tentang materi prinsip dan teknik berkarya seni rupa 2
dimensi pada setiap indikator dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Analisis Pemahaman Belajar Peserta Didik Tentang Materi Prinsip dan
Teknik Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi Kelas XI F4.A.

No Indikator Motivasi Skor Kategori


1 Mampu mengidentifikasi prinsip seni rupa 2 5 Sangat Baik
dimensi
2 Mampu mengaplikasikan teknik perspektif 3 Cukup
3 Menggunakan warna dengan pemahaman 4 Cukup
4 Mamu menerapkan prisnsip keseimbangan 5 Sangat Baik
5 Mampu menyususn komposisi yang efektif 5 Sangat Baik
6 Mampu mengaplikasikan teknik pensil dan media 2 5 Sangat Baik
dimensi
7 Mampu menganalisis karya seni rupa 2 dimensi 3 Cukup
(Sumber: Hasil analisis data)

Keterangan:
Skor 1-2: Belum Memadai
Skor 3-4: Cukup
Skor 5 : Sangat Baik

Dari data yang disajikan dalam Tabel 3, dapat dilihat bahwa rata-rata pemahaman peserta didik
mengenai materi prinsip dan teknik berkarya seni rupa 2 dimensi pada siklus II mengalami
peningkatan, yang berada dalam kategori "sangat baik". Hasil ini menunjukkan bahwa
implementasi model pembelajaran Project Best Learning (PjBL) pada siklus II telah mencapai

©Diyan Handayani, Vol 5, No 3, September-Desember, 2023 | 809


©JP-3
Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Pembelajaran

indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, tidak diperlukan tindakan lanjutan
pada siklus III.
2) Data Hasil Belajar Peserta Didik
Dengan menerapkan langkah-langkah model pembelajaran Project Best Learning (PjBL) dan
melakukan tes hasil belajar di akhir siklus II, ditemukan bahwa nilai rata-rata hasil belajar peserta
didik meningkat menjadi 76,18, yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil belajar
siswa pada siklus I yaitu 74,28. Distribusi hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria ketuntasan
minimal (KKM) untuk mata pelajaran seni budaya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI F4.A Pada Siklus II

No Skor Kategori ketuntasan Frekuensi Persentase


1. ≥ 75 Tuntas 26 81%

2. < 75 Tidak tuntas 6 19%


Jumlah 32 100%
(Sumber: Hasil analisis data)

Dari data yang disajikan dalam Tabel 4, bisa dilihat bahwa 81% atau 26 peserta didik dari total
peserta didik di kelas XI F4.A SMA Negeri 1 Woha telah mencapai nilai kriteria ketuntasan
minimal (KKM ≥75). Sementara itu, peserta didik yang belum mencapai nilai KKM adalah
sebesar 19% atau 6 peserta didik. Data ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah peserta didik
yang mencapai nilai ketuntasan dibandingkan dengan siklus I.
d. Refleksi Siklus II
Berdasarkan analisis dan penyajian data yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dilihat bahwa
pemahaman belajar peserta didik tentang materi prinsip dan teknik berkarya seni rupa 2 dimensi
pada siklus II dalam studi ini telah mencapai kategori "Sangat Baik" yaitu dengan skor 5. Ini
menunjukkan adanya peningkatan pemahaman dari siklus I yang memiliki rata-rata 74,28 dengan
kategori "Belum Memadai". Peningkatan pemahaman ini berjalan seiring dengan peningkatan
tingkat kelulusan kelas dalam tes akhir belajar dari siklus I ke siklus II, yaitu dari 47% menjadi 81%.
Hasil tes akhir siklus II menunjukkan hasil yang relevan dengan peningkatan pemahaman belajar
peserta didik, yang berbanding lurus dengan peningkatan hasil belajar peserta didik (yang diukur
melalui tes akhir siklus). Oleh karena itu, berdasarkan indikator keberhasilan, dapat disimpulkan
bahwa penelitian ini telah berhasil. Dengan demikian, penelitian ini dihentikan pada siklus II.
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan dan evaluasi data pemahaman terhadap materi prinsip dan teknik
berkarya seni rupa 2 dimensi serta capaian belajar peserta didik pada siklus I dan siklus II, model
pembelajaran Project Best Learning (PjBL) terbukti dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar
peserta didik. Ini terjadi karena model pembelajaran PjBL diimplementasikan dengan dukungan
LKPD dan dengan kegiatan berkarya langsung, yang memungkinkan peserta didik berpartisipasi
aktif dalam proses belajar.
Analisis data pemahaman peserta didik menggunakan kuesioner siklus I (Tabel 1)
menunjukkan persentase rata-rata pemahaman belajar peserta didik terhadap materi prinsip dan
teknik berkarya seni rupa 2 dimensi sebesar 74,28% yang termasuk dalam kategori belum memadai.
Ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Project Best Learning (PjBL) pada siklus I
belum mencapai indikator dan belum berhasil meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap
materi prinsip dan teknik dalam berkarya seni rupa 2 dimensi.
Berdasarkan evaluasi hasil belajar peserta didik pada siklus I dalam penelitian ini, diketahui
bahwa tingkat keberhasilan kelas untuk kelas XI F4.A SMA Negeri 1 Woha hanya mencapai 47%,

©Diyan Handayani, Vol 5, No 3, September-Desember, 2023 | 810


©JP-3
Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Pembelajaran

yang berarti hanya 15 peserta didik yang berhasil mencapai nilai ( ≥ 75). Ini menunjukkan bahwa
hasil belajar siswa pada siklus I masih cukup rendah.
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pemahaman dan hasil belajar peserta didik pada
siklus I dalam penelitian ini belum mencapai indikator keberhasilan. Oleh karena itu, dilakukan
proses refleksi terhadap langkah-langkah yang akan diambil untuk peserta didik. Hasil refleksi pada
siklus I ini menjadi pedoman untuk merencanakan tindakan pada siklus II. Dengan demikian,
diharapkan bahwa tindakan yang diambil pada siklus II dapat meningkatkan pemahaman dan hasil
belajar peserta didik terhadap materi prinsip dan teknik berkarya seni rupa 2 dimensi.
Langkah-langkah yang diambil oleh peneliti pada siklus II, yang merupakan hasil refleksi dari
siklus I, berhasil meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan evaluasi data
pemahaman peserta didik terhadap materi prinsip dan teknik berkarya seni rupa 2 dimensi
menggunakan kuesioner pada siklus ke II (Tabel 3), ditemukan bahwa rata-rata pemahaman belajar
peserta didik “Sangat Baik”. Ini membuktikan bahwa penerapan pembelajaran Project Best Learning
(PjBL) pada siklus II berhasil meningkatkan pemahaman peserta didik.
Peningkatan pemahaman peserta didik pada siklus II juga sejalan dengan peningkatan hasil
belajar peserta didik pada siklus II, di mana persentase keberhasilan kelas untuk kelas XI F4.A
SMA Negeri 1 Woha meningkat dari 47% pada fase pertama menjadi 81% pada fase kedua. Ini
berarti bahwa pada siklus I, hanya 15 peserta didik yang mencapai nilai (KKM≥ 75) dengan nilai
rata-rata 74,28, sementara pada fase kedua, sebanyak 26 peserta didik berhasil mencapai nilai
(KKM≥ 75) dengan nilai rata-rata 76,18.
Berdasarkan penjelasan di atas, implementasi model pembelajaran Project Best Learning (PjBL)
berhasil memperbaiki pemahaman peserta didik terhadap materi prinsip dan teknik berkarya seni
rupa 2 dimensi dari siklus I ke siklus II. Ini juga sejalan dengan peningkatan hasil belajar peserta
didik dari siklus I ke siklus II. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PjBL
melalui kegiatan berkarya dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik terhadap
materi prinsip dan teknik berkarya seni rupa 2 dimensi pada kelas XI F4.A SMA Negeri 1 Woha,
yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini.

D. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan dan evaluasi data, terlihat bahwa pemahaman peserta didik
terhadap materi prinsip dan teknik berkarya seni rupa 2 dimensi serta hasil belajar mereka pada
siklus I dan II, dengan model pembelajaran Project Best Learning (PjBL) terbukti efektif dalam
meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik. Keberhasilan ini didukung oleh
implementasi model pembelajaran PjBL yang didukung oleh LKPD dan melibatkan kegiatan
berkarya langsung, yang memungkinkan peserta didik berpartisipasi aktif dalam proses belajar.
Pada siklus I, analisis data pemahaman peserta didik menggunakan kuesioner menunjukkan
bahwa pemahaman peserta didik terhadap materi prinsip dan teknik berkarya seni rupa 2 dimensi
masih belum memadai, dengan persentase rata-rata sebesar 74,28%. Selain itu, tingkat keberhasilan
kelas untuk kelas XI F4.A SMA Negeri 1 Woha hanya mencapai 47%, yang berarti hanya 15 peserta
didik yang berhasil mencapai nilai (KKM≥ 75). Ini menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik
pada fase pertama masih cukup rendah.
Namun, setelah refleksi dan perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II, terjadi
peningkatan signifikan dalam pemahaman dan hasil belajar peserta didik. Evaluasi data
pemahaman peserta didik terhadap materi prinsip dan teknik berkarya seni rupa 2 dimensi pada
siklus II menunjukkan peningkatan yang signifikan, dengan rata-rata pemahaman belajar peserta
didik menjadi "Sangat Baik". Selain itu, persentase keberhasilan kelas untuk kelas XI F4.A SMA
Negeri 1 Woha meningkat dari 47% pada siklus I menjadi 81% pada fase kedua, yang berarti
sebanyak 26 siswa berhasil mencapai nilai (KKM≥ 75) dengan nilai rata-rata 76,18.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Project Best Learning (PjBL)
melalui kegiatan berkarya langsung berhasil meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta
didik terhadap materi prinsip dan teknik berkarya seni rupa 2 dimensi dari siklus I ke siklus II. Ini

©Diyan Handayani, Vol 5, No 3, September-Desember, 2023 | 811


©JP-3
Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Pembelajaran

menunjukkan bahwa model pembelajaran ini efektif dalam meningkatkan pemahaman dan hasil
belajar siswa kelas XI F4.A SMA Negeri 1 Woha.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Ashari, Meisar. 2015. Anatomi Plastis. Makassar: Media Qita Foundation.
[2] Garha, Oho dan Md Idris. 1978. Pendidikan Kesenian Seni Rupa. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
[3] Rasjoyo. 1996. Pendidikan Seni Rupa untuk SMU Kelas 1. Jakarta: Erlangga.
[4] Soehardjo, A. J. 2011. Pendidikan Seni: Strategi Penataan dan Pelaksanaan Pembelajaran Seni.
Malang: Bayumedia Publishing.
[5] Syafii. 2010. Evaluasi Pembelajaran Seni Rupa. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

©Diyan Handayani, Vol 5, No 3, September-Desember, 2023 | 812

Anda mungkin juga menyukai