Anda di halaman 1dari 1

Nama : Muhamad Fauzan Fauzi

NIM : 1182030075
Kelas/Semester : B/V
Mata Kuliah : Ilmu Bayan
Kebalaghahan Tasybih dalam Bahasa Arab

Balaghah tasybih dalam bahasa arab memiliki arti penyerupaan, dimana penyerupaan itu
membawa suatu keadaan kepada keadaan yang baru. Bila mana yang diserupakan, yang
menyerupai dan titik persamaanya jauh atau jarang terlintas dalam benak yang disertai sedikit
atau banyak pemicu imajinasi, maka tasybih akan lebih indah dan mengagumkan. Untuk
membuat tsybih yang indah dan mengagumkan, maka perlu adanya kesungguhan, kecerdikan,
dan keahlian sastra.

Adapun tasybih dari segi bentuk kalimatnya berbeda-beda. Tasybih yang paling rendah
tingkat balaghahnya adalah tasybih yang disebutkan semua unsur tambahanya seperti adat
tasybih dan wajah syabahnya. Tasybih yang demikian diucapkan sebagai metode dan
mempermudah pemahaman tentang sesuatu.

Karena balaghah tasybih terletak pada dakwaan penyerupaan musyabah pada musyabah
bih itu sendiri sedangkan adat tasybih dan wajah syabah adalah unsur yang menghalangi
dakwaan penyerupaan ini. Oleh karena itu, jika dibuang adat tasybih atau wajah syabah nya,
tingkat kebalaghahan tasybih akan meningkat karena dengan dibuangnya salah satu dari
keduanya akan memperkuat dakwaan penyerupaan musyabah pada musyabah bih. Dan tasybih
dengan tingkat kebalaghahan paling tinggi adalah tsybih baligh karena ini membuang dua unsur
tadi yaitu adat dan wajhu syabah.

Telah menjadi tradisi bangsa Arab dalam mengibaratkan seseorang dengan ibarat lainya
seperti orang dermawan diibaratkan dengan air samudera, pemberani dengan singa, tampan dan
cantik diibaratkan dengan matahari dan bulan. Bukan dengan sifat alami saja akan teteapi para
tokoh ulama yang terkenal dan memilki akhlak yang terpuji, dijadikan tolak ukur dalam
penyerupaan sifat-sifat. Seperti orang yang tepat janji disebut Samuel, orang yang dermawan
disebut Hatim, dan orang yang adil disebut Umar dan lain sebagainya. Dan sebaliknya pun
orang-orang arab yang terkenal bersifat tercela juga bisa menjadi tolak ukur tasybih. Seperti
orang kepahayan disebut Bagil, orang dungu disebut Habanaqqah, orang pemurung disebut
kusa’i dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai