Anda di halaman 1dari 20

STRATEGI PENGELOLAAN DAN RENCANA

PELAKSANAAN TERHADAP LINGKUNGAN,


SOSIAL, KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA (SPRP-LSK3)

PAKET PEKERJAAN :
Revitalisasi Jaringan Tersier D.I. Cipancuh

Kelompok Kerja (POKJA) Pemilihan A.12.4.22


Balai Pelaksana Pemilihan Jasa Konstruksi Wilayah Jawa
Barat
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Tahun Anggaran 2022
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Uraian Pekerjaan
1.2. Pembiayaan
1.3. Organisasi Kerja Penyedia Jasa
1.4. Tujuan Strategi Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan (SPRP)
1.5. Kerangka Kerja Hukum
1.5.1. Peraturan Pemerintah Indonesia
1.5.2. Kebijakan Safeguard Bank Indonesia
BAB II. PERENCANANAAN
2.1. Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKL)
2.1.1. Pengendalian Lalu Lintas
2.1.2. Pengendalian Pada Zona Kerja
2.1.3. Bahan dan Perlengkapan
2.1.4. Pemeliharaan Lalu Lintas
2.2. Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantau Lingkungan (RKPPL)
2.3. Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (RK3K)
2.4. Rencana Pengelolaan Pekerja
2.5. Rencana Untuk Memperoleh Persetujuan/Perizinan
2.6. Rencana Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Masyarakat Terdampak
2.8. Rencana Manajemen Resiko Lingkungan dan Sosial yang Mungkin Timbul
BAB III. MONITORING DAN EVALUASI
3.1. Monitoring dan Evaluasi
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Uraian Pekerjaan


Waduk Cipancuh adalah sebuah waduk atau bendungan yang terletak di desa Situraja,
Kecamatan Gantar Kabupaten Indramayu. Waduk yang memiliki luas area 700 hektare ini
dibangun pada tahun 1927oleh pemerintah Hindia Belanda. Waduk ini mempunyai
manfaat yang cukup besar bagi masyarakat sekitar.
Namun, masih terdapat beberapa kekurangan di jaringan tersier DI Cipancuh, seperti
kerusakan pada bangunan pelimpah, penurunan kualitas perlindungan lereng hulu dan
hilir, kerusakan katup pengeluaran dan lain sebagainya. Dalam rangka pemenuhan 3
(tiga) pilar konsepsi keaman bendungan, sesuai dengan amanat Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4 Tahun 2021, maka Kegiatan Operasi
dan Pemeliharaan SNVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Citarum mengadakan
paket kegiatan Revitalisasi Jaringan Tersier D.I. Cipancuh
Lingkup pekerjaan yang akan dikerjakan meliputi pekerjaan ;
A. Pekerjaan Persiapan
1) Mobilisasi dan Demobilisasi
2) Pengoperasian pompa air diesel untuk dewatering
B. Pekerjaan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK)
1) Penyiapan Dokumen Rencana Keselamatan Konstruksi
2) Sosialisasi, Promosi, dan Pelatihan
3) Alat Pelindung Kerja dan Alat Pelindung Diri
4) Asuransi dan Perizinan
5) Personel Keselamatan Konstruksi
6) Fasilitas, Sarana, dan Prasarana Kesehatan
7) Rambu dan Perlengkapan Lalu Lintas yang diperlukan atau Manajemen Lalu
Lintas
8) Konsultan dengan Ahli Terkait Keselamatan Konstruksi
9) Lain-lain Terkait Pengendalian Resiko Keselamatan Konstruksi
C. Pekerjaan Bangunan
1) Galian tanah biasa sedalam > 1 s.d 2 m (Manual)
2) Galian tanah biasa sedalam 0 s.d 2 m (Mekanis)
3) Timbunan tanah Kembali, diratakan, dan dirapihkan
4) Angkutan tanah dengan jarak angkut < 1 Km (Manual) untuk tanah hasil
galian/stripping
5) Beton Mutu K-100 (Site Mix)
6) Beton Mutu K-225 (Site Mix)
7) Bekisting beton biasa dengan multiflex 12 mm dengan tinggi 0 – 1 (Tanpa
Perancah)
8) Penulangan menggunakan Besi Polos
9) Pasangan batu dengan mortar tipe N (1 PC : 4 PP)
10) Siaran dengan mortar tipe M (setara 1 PC : 2 PP)
11) Plesteran dengan mortar tipe S (1 PC : 3 PP)
12) Bongkaran pasangan batu dan beton lama
13) Nomenklatur (Papan Nama Bangunan)
14) Peilskaal/Mistar Duga Muka Air
15) Pengadaan dan Pemasangan Pintu Angkat, b = 0,30m; h = 0,30 m
16) Pengadaan dan Pemasangan Pintu Angkat, b = 0,40m; h = 0,40 m
17) Pengadaan dan Pemasangan Pintu Angkat, b = 0,50m; h = 0,50 m
D. Pekerjaan Saluran
1) Pembersihan dan pengupasan permukaan tanah (striping) s.d tananman Ø 2 cm
2) Galian tanah biasa sedalam < 1 m (Manual)
3) Galian tanah biasa sedalam 0 s.d 2 m (Mekanis)
4) Timbunan tanah Kembali, diratakan, dan dirapihkan
5) Timbunan menggunakan tanah yang didatangkan, diratakan, dan dirapihkan
6) Angkutan tanah dengan jarak angkut < 1 km (Manual) untuk tanah hasil
galian/stripping
7) Angkutan tanah dengan jarak angkut 0,05 – 1 km (Menggunakan Motor Roda 3)
untuk tanah timbunan
8) Angkutan tanah dengan jarak angkut 1 – 3 km (Menggunakan Motor Roda 3)
untuk tanah timbunan
9) Pengurugan Pasir Urug
10) Pengurugan dan Pemadatan Sirtu (Jalan Inspeksi)
11) Pasangan batu dengan mortar tipe N (1 PC : 4 PP)
12) Siaran dengan mortar tipe M (1 PC : 2 PP)
13) Plesteran dengan mortar tipe M (setara 1 PC : 3 PP)
14) Pengadaan dan pemasangan u-ditch (K-350) uk. 40 x 60 x 120
15) Pengadaan dan pemasangan u-ditch (K-350) uk. 50 x 70 x 120
16) Pengadaan dan pemasangan u-ditch (K-350) uk. 60 x 70 x 120
17) Pengadaan dan pemasangan u-ditch (K-350) uk. 60 x 80 x 120
18) Pengadaan dan pemasangan u-ditch (K-350) uk. 80 x 80 x 120
19) Pengadaan dan pemasangan u-ditch (K-350) uk. 80 x 100 x 120
20) Pengadaan dan pemasangan u-ditch (K-350) uk. 100 x 100 x 120
21) Bongkaran pasangan batu dan beton lama
22) Papan Larangan
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan Pekerjaan ini dibiayai dengan dana Bank
Dunia dengan jangka waktu Pelaksanaan 420 (Empat Ratus Dua Puluh) hari kalender.

1.2. Pembiayaan
Pembiayaan untuk kegiatan Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan
Konstruksi (SMKK) yang tertuang dalam dokumen lelang antara lain :
1. Pelaksanaan K3
Adapun persyaratan dan ketentuan spesifikasi tertulis dalam spektek dan dokumen
lelang menjadi acuan dalam pengadaan dan pelaksanaan yang dilakukan oleh
penyedia jas. Apabila tidak tertuang dalam dokumen, maka penyedia jasa mengikuti
keputusan dari direksi teknis dan PPK untuk ketentuan spesifikasi dalam pengadaan
maupun pelaksanaan K3.

Direktur utama

Kepala Proyek

Kepala Bagian Koordinator Ahli Lingkungan


Teknik Pelaksana dan K3
1.3. Organisasi Kerja Penyedia Jasa
Tujuan Strategi Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan (SRRP) untuk Mengelola
Risiko Lingkungan, Sosial, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (LSK3)
Tujuan dari Pengelolaan Lingkungan dan Sosial ini adalah untuk memastikan bahwa
seluruh komponen akan dilaksanakan secara berkelanjutan dengan mengelola aspek
lingkungan dan sosial. Dengan memperjelas prinsip – prinsip penglolaan lingkungan dan
social pada paket pekerjaan Revitalisasi Jaringan Tersier D.I. Cipancuh dan menjadi
panduan dalam :
a. Persiapan penyusunan rencana pengelolaan lingkungan
b. Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKL)
c. Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan LIngkungan (RKPPL)
d. Rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (RK3K)
e. Rencana Pengelolaan Pekerja, Termasuk Larangan Penggunaan Pekerja Dibawah
Umur, dan Pekerja Paksa sesuai dengan peraturan Undang – Undang Indonesia
f. Rencana Pengelolaan Pekerja, termasuk rencana perekrutan, penglolaan basecamps,
Asuransi Pekerja, hak-hak dan kewajiban pekerja, skema perekrutan, dan lain – lain
g. Rencana untuk Memperoleh Persetujuan/Perizinan Relevan
h. Rencana Manajemen Keselamatan dan Kesehatan masyarakat terdampak.
i. Mekanisme Penanganan
j. Rencana manajemen Resiko Lingkungan dan Sosial

1.4. Kerangka Kerja Hukum


Untuk melakukan penilaian lingkungan dan social akan mengikuti Peraturan Pemerintah
Indonesia dan Kebijakan Bank Dunia.
1.4.1. Peraturan Pemerintah Indonesia
Peraturan berikut menjadi dasar untuk keseluruhan pendekatan Strategi Pengelolaan
dan Rencana Pelaksanaan (SRRP) untuk mengelola risiko Lingkungan, Sosial,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (LSK3) sebagai berikut :
 Undang – undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
 Peraturan Pemerintah (PP) No. 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan Hidup
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 05 Tahun 2012 tentang
upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL)
dan Surat Penyataan Jaminan Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemntauan
Lingkungan Hidup (SPPL)
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 05 Tahun 2012 tentang
jenis Kegiatan yang diperlukan AMDAL
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 16 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 17 Tahun 2012 tentang
Pedoman Partisipasi Masyarakat dalam Proses Penilaian Lingkungan dan Izin
Lingkungan
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 08 Tahun 2013 tentang
Tata Cara Pemeriksaan dan Pemeriksaan Dokumen Lingkungan dan Izin
Lingkungan yang dikeluarkan
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10/PRT/M/2008 tentang jenis Rencana
Bisnis dan/atau Kegiatan yang bekerja dalam Pekerjaan Ummum yang
memerlukan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkuan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UKL – UPL)
 Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 tentang Perlindungan Tanaman
 Keputusan Menteri Pertanian No. 887/Kpts/OT.210/9/1997 tentang Pengelolaan
Hama
 Undang – Undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Umum Tanah
 Peraturan Presiden No. 71 tahun 2012 tentang Pembebasan Lahan untuk
Kepentingan Umum
 Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perubahan Perpres No. 71
Tahun 2012 tentang Pembebasan Lahan untuk Kepentingan Umum
 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial
 Peraturan Presiden No. 56 Tahun 2017 tentang Dampak Sosial Masyarakat
 Peraturan Menteri Sosial No. 10 Tahun 2014 tentang Konseling Sosial
 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2015 tentang Penanganan Konflik Sosial
 Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konserbasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistem
 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 52 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Adat
 Undang – Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Warisan
Budaya
 Peraturan Presiden No. 37 Tahun 2010 Tentang Bendungan
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan No. 27/PRT/M/2015 tentang
bendungan
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Nomor 4 Tahun 2021
tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Peningkatan Tata Guna
Air Irigasi

NO JUDUL KEGIATAN YANG DILAKUKAN


SAFEGUARD
OP Masyarakat bahwa dilakukan terhadap
kemungkinan dampak social dari proyek, terutama
karena memerlukan perolehan tanah, relokasi
orang, kehilangan asset produktif atau akses
terhadap layanan, baik selama tahap konstruksi
dan operasional dari kegiatan proyek. Kebijakan
ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa
OP/BP 4.12 kegiatan pemukiman kembali harus dipahami dan
dijalankan sebagai program pembangunan
Pemindahan / berkelanjutan, menyediakan sumber investasi
Pemukiman Kembali yang memadai untuk mendapatkan keuntungan
Secara Paksa proyek, memastikan bahwa orang – orang yang
terkena dampak diberi konsultasi yang berarti dan
disediakan, jika memungkinkan, kesempatan
untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan pemukiman Kembali dan
proyek. Tujuan dasarnya adalah untuk
memastikan bahwa orang – orang yang terkena
dampak diberi saran dan sumber daya untuk
memperbaiki penghidupan dan standar hidup
mereka, atau setidaknua mengembalikannya
secara riil, ketingkat pra proyek.
Untuk menjamin kualitas dan keamanan dalam
OP/BP 4.37
perancangan dan pembangunan bendungan baru
Keamanan Bendungan dan rehabilitasi bendungan yang ada, dan dalam
melaksanakan kegiatan yang mungkin terkena
dampak bendungan yang ada.
BAB II
PERENCANAAN

2.1 RENCANA MANAJEMEN DAN KESELAMATAN LALU LINTAS (RMKL)


Pekerjaan ini meliputi penyediaan pelengkapan sekaligus pelayanan pengendalian lalu
lintas pada saat kegiatan proyek. Hal ini untuk melindungi para pekerja maupun
pengguna jalan yang melalui daerah konstruksi. Kegiatan ini dilakukan semenjak mulai
tahap mobilisasi, peralatan, bahan, dan tenaga.
2.1.1. Pengendalian Lalu Lintas
Semua pekerja harus minimal berumur 18 tahun dan melengkapi diri dengan baju
reflektif dan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai kebutuhan. Demikian juga bilamana
pekerjaan dilakukan pada malam hari. Kontraktor harus menyiapkan lampu
penerangan dan pengendalian keselamatan lalu lintas refleksif yang aman bagi
pengguna jalan
2.1.2. Pengendalian Pada Zona Kerja
Pekerjaan ini meliputi semua lokasi yang berhubungan langsung maupun tidak
langsung dengan aktivitas proyek termasuk jalur mobilisasi, lokasi pengambilan
material atau quarry, dan produksi beton. Sedangkan untuk perlengkapannya,
dibutuhkan seperti lampu sinyal berkedip, system reflektif, rambu segitiga dan
perlengkapan lain yang diperlukan selama proses mobilisasi dilakukan. Pemasangan
rambu – rambu sebagai peringatan bagi pengguna jalan agar berhati – hati saat
melintas daerah kerja.
2.1.3. Bahan dan Perlengkapan
1. Rambu Panah Berkedip
Rambu ini dipasang pada lokasi zona
kerja maupun daerah kerja, yang
berfungsi baik sebagai pemberitahuan
untuk penggalian jalan maupun
peringatan, pada titik – titik lokasi
yang dianggap rawan kecelakaan.

2. Rambu Suar Portable


Rambu ini di letakan pada ujung tiap
segmen pada awal dan akhir lokasi
pekerjaan, dan berfungsi untuk
peringatan bagi para pengguna jalan
untuk supaya berhati – hati saat
memasuki daerah kerja.

3. Rambu Peringatan Konstruksi


Rambu ini dirancang baik secara tetap
maupun portable atau dapat dipindah –
pindah pada setiap segmen yang
membutuhkan penanda lalu lintas.
Rambu – rambu ini juga berfungsi
sebagai pemberitahu kepada pengguna
jalan serta dibuat agar efektif dan
efisien dalam fungsinya sebagai
peringatan kepada pengguna jalan
untuk berhati – hati

4. Rambu Pengalihan
Rambu ini harus terlihat pada jarak
150 m sebelum memasuki daerah
konstruksi atau sebelum daerah yang
dianggap rawan kecelakaan. Untuk
jalur jalan yang padat akan menambah
tanga bantu khusus sebagai pengarah
lalu lintas, dapat digunakan aparat
kepolisian lalu lintas maupun security
dari penyedia jasa. Rambu pengalihan
jalan bersifat pada titik – titik jalur
pengalihan selama pekerjaan
berlangsung.

5. Rambu Penanda
Digunakan untuk peringatan jarak jauh
yang mampu memberikan peringatan
kepada pengguna jalan secara sekilas
tanpa mengganggu aktivitas
mengemudi. Rambu ini berfungsi
sebagai intimidasi kepada para
pengguna jalan dan angkutan proyek
agar waspada dan berhati – hari saat
melewati daerah tersebut.

6. Penghalang lalu lintas


Penghalang lalu lintas atau barikade
dibuat dengan bahan pvc yang dilapisi
dengan cat warna merah dan putih
sebagai symbol perlindungan area
kerja maupun sebagai pembagi jalur
jalan. Barikade digunakan untuk
memandu lalu lintas agar tidak
melewati pekerjaan yang telah selesai
dikerjakan seperti perkerasan jalan
atau lokasi peralihan

2.1.4. Pemeliharan Lalu Lintas


Pekerjaan ini dilakukan selama rentang waktu pelaksanaan pekerjaan baik dilokasi
zona kerja maupun di lokasi daerah kerja. Perbaikan maupun penggantian semua
peralatan maupun perlengkapan harus dilakukan untuk menjamin pengendalian lalu
lintas selama periode pelaksanaan pekerjan dapat terjaga dan terpelihara.
Koordinator manajemen keselamatan lalu lintas yang di tunjuk harus senantiasa
memastikan setiap peralatan dan perlengkapan disemua sector pekerjaan di
implementasikan dengan baik dan benar. Bilamana manajemen keselamatan lalu
lintas tidak di terapkan sesuai rencana atau ketentuan – ketentuan yang disepakati,
baik itu bersifat diabaikan maupun pengurangan peralatan dan perlengkapan, maka
pihak direksi pekerjaan dapat memotong biaya operasional manajemen keselamatan
lalu lintas dan semua resiko yang berhubungan dengan pengendalian lalu lintas
menjadi tanggung jawab penyedia jasa selama masa pekerjaan berlangsung.

2.2 RENCANA KERJA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RKPPL)


Penyusunan Rencana Kerja pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan RKPPL untuk
melaksnakan pengelolaan lingkungan hidup. Perlu disusun suatu rencana kerja
penanganan dampak lingkungan pada tahap konstruksi yang berupa penyusunan RKPPL
mengacu pada ketentuan Dokumen Kontrak. Pemantauan lingkungan dimaksudkan untuk
memastikan bahwa pengelolaan lingkungan telah dilaksanakan dengan semestinya dan
meningkatkan kesadaran para pemrakarsa kegiatan untuk melaksanakan pengelolaan
lingkungan secara benar, bersungguh – sungguh dan bertanggung jawab serta mengetahu
berbagai kendala dan permasalahan terhadap efektifitas dalam pelaksanaan laporan
proyek yang disiapkan oleh seluruh manajemen proyek dan tim konsultan dengan Salinan
lengkap diserahkan ke Bank Dunia.

2.3 RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI (RK3K)


Syarat Kesehatan, kebersihan, serta penerangan dalam tempat kerja memberikan Semua
kecelakaan kerja harus dilaporkan pada petugas yang ditunjuk oleh departemen tenaga
kerja. Hukum keselamatan kerja mengatur tentang daftar pekerjaan yang mengharuskan
pemeriksaan Kesehatan pekerja/buruh sebelum bekerja. Pemeriksaan Kesehatan rutin
juga harus dilaksanakan. Perusahaan dengan 100 pekerja atau lebih dan memiliki resiko
tinggi, harus perwakilan pekerja/burus harus setuju pada manajemen system keselamatan
dan Kesehatan kerja/ juga harus dijelaskan kepada semua pekerja, supplier, dan
pelanggan.
Kementrian melakukan pemeriksaan dan evaluasi secara rutin. Peraturan Menteri tentang
kerja No. 7 Tahun 1964 tentang persyaratan khusus untuk tempat kerja.
a. Larangan Penggunaan Pekerja Dibawah Umur dan/atau pekerja paksa
Berdasarkan pasal 68 dan pasal 69 UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjan
(UKK), pada prinsipnya pengusaha (Pemberi Kerja) dilarang mempekerjakan anak.
Namun pengecualian – pengecualian tertentu untuk memperkejakan anak, yakni :
1. Untuk anak yang berumur antara 13 s/d 15 tahun hanya dapat dipekerjakan untuk
pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan Kesehatan, fisik,
dan mental serta hubungan social (si anak).
Untuk mempekerjakan anak pada pekerjaan pekerjan yang ringan tersebut, harus
memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :
1) Ada izin tertulis dari orang tua/walinya
2) Dibuat perjanjian kerja antara pemberi kerja dengan orang tua/wali si anak,
sehingga jelas hubungan kerjanya
3) Waktu kerjanya maksimal 3 jam perhari
4) Hanya boleh dikerjakan pada siang hari sepanjang tidak mengganggu waktu
sekolah
5) Harus dijaga keselamatan dan Kesehatan kerjanya (K3)
6) Upahnya dibayar sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2. Untuk anak yang berumur antara 15 s.d 18 tahun sudah dapat dipekerjakan secara
normal/umum akan tetapi tidak boleh dieksploiyasi untuk bekerja pada pekerjaan
– pekerjaan yang membahayakan (The Worst Form) baik ancaman/bahaya bagi
Kesehatan maupun keselamatan, bahkan moral si anak. Pada usia ini anak sudah
dianggap cakap (Bekwaam) untuk Melakukan hubungan kerja tanpa kuasa/wali
(Pasal 2 Ayat 3 Kepmenkertrans No Kep-235/Men/2003 dan Konvensi ILO No.
138 serta Konvensi ILO No. 182)

2.4 RENCANA PENGELOLAAN PEKERJA


Perekrutan tenaga kerja adalah suatu proses mencari tenaga kerja dengan mendorong
serta memberikan suatu penghargaan untuk melamar pekerjaan pada perusahaan.
Perkrutan ini dilakukan dengan memilih tenaga kerja yang telah berpengalaman dan
terampil dibidangnya.

1. Perekrutan
a. Perjanjian kerja
Seperti diatur oleh undang – undang ketenagakerjaan, yaitu bab 1 pada pasal
definisi umum no. 14. Perjanjian kerja adalah perjanjian yang dibuat antara
pekerja/karyawan dan pengusaha atau majikan. Perjanjian tersebut berisi
persyaratan kerja, hak dan kewajiban dari kedua belah pihak. Perjanjian kerja
dibuat dengan batas waktu, kecuali jenis pekerjan yang terkait adalah
sementara/musiman. Jika perjanjian belaku untuk waktu tertentu, durasi tidak
dapat lebih dari 2 tahun. Perjanjian jenis ini hanya dapat diperpanjang sebanyak
satu kali, untuk periode tidak lebih dari 1 tahun.
b. Masa Percobaan
Masa Percobaan dilakukan tidak boleh lebih dari 3 bulan, guna menganalisa dan
mengevaluasi hasil kinerja tenaga kerja.
c. Jam kerja
Pada umumnya jam kerja di Indonesia adalah sebagai berikut : 40 Jam/minggu
berarti 7 jam/hari selama 6 hari dalam seminggu, atau 8 jam/hari selama 5 hari
seminggu
d. Lembur
Lembur maksimal selama 3 jam sehari atau 14 jam dalam seminggu, lembur harus
dilakukan dengan persetujuan dari karyawan. Maka dari itu, karyawan memiliki
hak untuk menerima upah lembur, dan karyawan yang bekerja selama hari libur
juga harus menerima upah lembur
e. Upah Minimum
Upah minimum tergantung pada tiap tiap daerah(Kota atau Provinsi). Perusahaan
harus mematuhi standar upah minimum yang berlaku. Perusahaan tidak
berkewajiban untuk membayar jika pada hari tertentu karyawan tidak dapat
bekerja.

2. Pengelolaan Bascamps
Pembuatan jadwal berkala untuk keberishan dan kerapian basecamp menjadi
tanggung jawab penyedia jasa. Melakukan pengecekan baik kondisi maupun peralatan
yang ada pada lokasi. Melalui pelaporan dan pemantauan kondisi lewat lembar
monitoring harian bukti untuk monitoring kelengkapan peralatan yang ada pada
Basecamp serta kondisinya.

3. Asuransi pekerja, Hak – hak dan Kewajiban


Mendapatkan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) yang
ditanggunggung oleh kontraktor dan besarnya ditetapkan berdasarkan nilai kontrak
yang diperhunakan sebagai dasar Perhitungan iuran termasuk Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) sebesar 11% Hak pekerja dalam melakukan pekerjaan, mereka berhak
mendapat alat perlindungan diri sesuai denga lokasi dan resiko dari pekerjaan yang
akan mereka lakukan. Fasilitas Kesehatan yang berada di lokasi pekerjan serta klinik
Kesehatan yang bertugas untuk memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan
serta himbauan untuk bekerja secara hati – hati baik dari metode pekerjaan dan
penggunaan alat. Sedangkan kewajiban tenaga kerja yaitu wajib dan patuh pada
peraturan perusahaan dengan mennggunakan alat pelindung diri setiap Melakukan
pekerjaan. Menggunakan perlatan sesuai fungsinya dan mematuhi rambu – rambu
yang tertera dilokasi pekerjaan.

2.5 RENCANA UNTUK MEMPEROLEH PERSETUJUAN/PERIZINAN


Melakukan perizinan kepada kepala desa untuk izin akses ke lokasi serta penggunaan
jalan apabila digunakan sebagai jalan akses dengan ketentuan dan persyaratan harus
menjaga dan mengembalikan ke kondisi semula apabila jalan desa digunakan sebagai
jalan akses. Sedangkan untuk borrow pit mengjukan ijin lokasi yang akan dijadikan
borrow pit, apabila borrow pit merupakan asset dari pemerintah maka perizinan melalui
direksi/

2.6 RENCANA MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN


MASYARAKAT TERDAMPAK
1. Strategi Pendekatan dan Sosialisasi dengan Masyarakat Terdampak
Memberikan Penyuluhan dan sosialisasi tentang pekerjaan yang akan dikerjakan serta
metode pekerjaan yang akan dikerjakan. Memberikan gambaran mengenai
kemungkinan dampak pekerjaan yang akan dikerjakan. Memberikan gambaran
mengenai kemungkinan dampak yang terjadi baik personal maupun kelompok.
Melakukan Tindakan pencegahan serta penanganan untuk meminimalisir dampak
yang terjadi
2. Penyuluhan Mengenai HIV/AIDS dan Penyakit Seksual Menular
Memberikan arahan dan peraturan untuk tenaga kerja agar patuh dan taat pada
peraturan perusahan selama masa pekerjaan konstruksi berlangsung. Pemberian
sanksi kepada tenaga kerja yang melanggar serta melimpahkan pada hukum yang
belaku. Memberkan arahan kepada masyarakat untuk saling menjaga dan mematuhi
hukum adat setempat maupun hukum yang berlaku
3. Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender (Gender Based Violence/GBV)
Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja wanita yang ikut bekerja dengan
memberikan perlindungan dengan porsi kerja sesuai dengan kemampuannya. Jaminan
keselamatan serta perlakuan yang setara tanpa membedakan Ras maupun Gender.
Serta tidak membedakan ras maupun gender pada masyarakat sekitar yang ingin ikut
serta dalam pelaksanaan pekerjaan dengan ketentuan kemampuan yang berlaku.
4. Kekerasan Terhadap Anak (Violence Against Children/VAC)
Penggunaan tenaga kerja dibawah umur dengan syarat perizinan orang tua/wali serta
persyaratan sesuai dengan undang – undang yang berlaku sebagai bentuk partisipasi
dalam kemajuan pembanguanan di wilayah pekerjaan yang terdampak. Memberikan
arasan serta perlindungan terhadap anak dengan tidak melakukan eksploitasi yang
bertentangan dengan undang – undang.
5. Demarkasi Lokasi dan Akses Warga yang memiliki risiko Kesehatan dan
Keselamatan
Melakukan pencegahan dan penanganan untuk lokasi jalan akses yang memiliki
dampak polusi serta dapat mengganggu Kesehatan masyarakat. Penangan dengan
melakukan pebasahan dan pembersihan jalan akses setelah jam kerja selesai, dengan
tujuan untuk mengurangi dampak polusi dan membersihkan tumpukan sisa material
berserakan di jalan.
6. Manajemen Polusi dan Limbah
Untuk bahan limbah sisa pekerjaan yang tidak dapat digunakan dan mungkin dapat
menimbulkan limbah bagi lingkungan sekitar, dilakukan pengumpulan dan
pemindahan oleh penyedia jasa ke lokasi yang telah ditentukan oleh direksi. Serta
limbah yang kiranya dapat mengganggu dan memerlukan perlakuan khusus dilakukan
dengan arahan dan persetujuan dari direksi.

2.7 MEKANISME PENANGANAN KELUH BAGI PEKERJAN KONSTRUKSI DAN


MASYARAKAT YANG TERDAMPAK
a. Langkah Mekanisme Penanganan
Adapun tahapan yang akan dilaksanakan untuk penanganan pada masyarakat sebagai
berikut :

b. Hak Masyarakat Terdampak


Mengajukan pembenahan untuk asset yang terdampak saat pelaksanaan pekerjaan.
Pemberian santunan kepada masyarakat terdampak dengan cara negosiasi dan sesuai
dengan adat setempat maupun hukum yang belaku sesuai besaran terdampak kepada
masyarakat atau golongan.
2.8 RENCANA MANAJEMEN RESIKO LINGKUNGAN DAN SOSIAL YANG MUNGKIN TIMBUL AKIBAT PELAKSANAAN
PEKERJAAN
KEGIATAN ASPEK MASALAH DAN SOSIAL TINGKAT
DAMPAK
Galian tanah biasa sedalam > 1 Peralatan Galian - Area disekitar lokasi proyek menjadi kotor Resiko Sedang
s.d 2 m (Manual) - Jalan – jalan menjadi licin akibat tanah galian
Galian tanah biasa sedalam 0 Peralatan Galian - Area disekitar lokasi proyek menjadi kotor Resiko Sedang
s.d 2 m (mekanis) - Jalan – jalan menjadi licin akibat tanah galian
Timbunan tanah Kembali, Penempatan Material - Mengganggu aktifitas masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi Resiko Sedang
diratakan, dan dirapihkan Tanah pekerjaan
- Polusi kebisingan dampak dari kegiatan perataan
- Polusi udara pada saat pengangkutan dan penempatan
Angkutan tanah dengan jarak Penempatan Material - Mengganggu aktifitas masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi Resiko Kecil
angkut < 1 Km (Manual) untuk Galian pekerjaan
tanah hasil galian/stripping - Polusi udara debu dari mobilisasi material yang mengganggu pernapasan
masyarakat yang dilalui
Beton Mutu K-100 (Site Mix) Pekerjaan - Polusi kebisingan dampak dari kegiatan pengecoran maupun saat mobilisasi Resiko Sedang
Pengecoran material
- Polusi beton dampak dari sisa beton yang tidak terbuang dapat mencemari tanah
dan merusak tanaman
Beton Mutu K-225 (Site Mix) Pekerjaan - Polusi kebisingan dampak dari kegiatan pengecoran maupun saat mobilisasi
Pengecoran material
- Polusi beton dampak dari sisa beton yang tidak terbuang dapat mencemari tanah
dan merusak tanaman
Pasangan batu dengan mortar Penempatan Material - Mengganggu aktifitas masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi Resiko Sedang
tipe N (1 PC : 4 PP) Batu pekerjaan
- Polusi kebisingan dampak dari kegiatan pembongkaran
- Polusi Air – poten tambahan sedimen atau material lain yang mengendap di
dalam perairan selama kegiatan pembongkaran
- Polusi udara pada saat pengangkutan dan penempatan
Siaran dengan mortar tipe M Pekerjaan Siaran - Polusi kebisingan damak dari kegiatan pembesian maupun saat mobilisasi Resiko Kecil
(setara 1 PC : 2 PP) material
- Polusi tanah dampak dari sisa potongan yang tidak terbuang dapat mencemari
tanah dan merusak tanaman
Plesteran dengan mortar tipe S Pekerjaan Plesteran - Polusi udara debu dari mobilisasi material yang mengganggu pernapasan Resiko Kecil
(1 PC : 3 PP) masyarakat yang dilalui
- Polusi kebisingan dampak dari kegiatan pengecoran maupun saat mobilisasi
material
Bongkaran pasangan batu dan Penempatan Material - Mengganggu aktifitas masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi Resiko Sedang
beton lama Batu pekerjaan
- Polusi kebisingan dampak dari kegiatan pembongkaran
- Polusi Air – poten tambahan sedimen atau material lain yang mengendap di
dalam perairan selama kegiatan pembongkaran
- Polusi udara pada saat pengangkutan dan penempatan
Pengadaan dan Pemasangan Pekerjaan - Mengganggu aktifitas masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi Resiko Sedang
Pintu Angkat, b = 0,30m; h = Pemasangan Pintu pekerjaan
0,30 m Angkat - Polusi kebisingan dampak dari kegiatan pemasangan Pintu Angkat
Pengadaan dan Pemasangan Pekerjaan - Mengganggu aktifitas masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi Resiko Sedang
Pintu Angkat, b = 0,40m; h = Pemasangan Pintu pekerjaan
0,40 m Angkat - Polusi kebisingan dampak dari kegiatan pemasangan Pintu Angkat
Pengadaan dan Pemasangan Pekerjaan - Mengganggu aktifitas masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi Resiko Sedang
Pintu Angkat, b = 0,50m; h = Pemasangan Pintu pekerjaan
0,50 m Angkat - Polusi kebisingan dampak dari kegiatan pemasangan Pintu Angkat
Pembersihan dan pengupasan Pekerjaan - Area disekitar lokasi proyek menjadi kotor Resiko Kecil
permukaan tanah (striping) s.d Pembersihan dan - Jalan – jalan menjadi licin akibat pembersihan dan pengupasan tanah
tanaman Ø 2 cm Pengupasan Tanah
Angkutan tanah dengan jarak Penempatan Material - Mengganggu aktifitas masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi Resiko Sedang
angkut < 1 Km (Manual) untuk Tanah pekerjaan
tanah hasil galian/stripping - Polusi kebisingan dampak dari kegiatan perataan
- Polusi udara pada saat pengangkutan dan penempatan
Pengurugan Pasir Urug Pekerjaan Urugan - Mengganggu aktifitas masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi Resiko Sedang
pekerjaan
- Polusi kebisingan dampak dari kegiatan perataan
- Polusi udara pada saat pengangkutan dan penempatan
Pengurugan dan Pemadatan Pekerjaan Urugan - Mengganggu aktifitas masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi Resiko Sedang
Sirtu (Jalan Inspeksi) dan Pemadatan Sirtu pekerjaan
- Polusi kebisingan dampak dari kegiatan perataan
- Polusi udara pada saat pengangkutan dan penempatan
Pengadaan dan pemasangan u- Pekerjaan - Mengganggu aktifitas masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi Resiko Sedang
ditch (K-350) uk. 40 x 60 x Pemasangan U-ditch pekerjaan
120 - Polusi kebisingan dampak dari kegiatan pemasangan U-ditch
Pengadaan dan pemasangan u- Pekerjaan - Mengganggu aktifitas masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi Resiko Sedang
ditch (K-350) uk. 50 x 70 x Pemasangan U-ditch pekerjaan
120 - Polusi kebisingan dampak dari kegiatan pemasangan U-ditch
Pengadaan dan pemasangan u- Pekerjaan - Mengganggu aktifitas masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi Resiko Sedang
ditch (K-350) uk. 60 x 70 x Pemasangan U-ditch pekerjaan
120 - Polusi kebisingan dampak dari kegiatan pemasangan U-ditch
Pengadaan dan pemasangan u- Pekerjaan - Mengganggu aktifitas masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi Resiko Sedang
ditch (K-350) uk. 60 x 80 x Pemasangan U-ditch pekerjaan
120 - Polusi kebisingan dampak dari kegiatan pemasangan U-ditch
Pengadaan dan pemasangan u- Pekerjaan - Mengganggu aktifitas masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi Resiko Sedang
ditch (K-350) uk. 80 x 80 x Pemasangan U-ditch pekerjaan
120 - Polusi kebisingan dampak dari kegiatan pemasangan U-ditch
Pengadaan dan pemasangan u- Pekerjaan - Mengganggu aktifitas masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi Resiko Sedang
ditch (K-350) uk. 80 x 100 x Pemasangan U-ditch pekerjaan
120 - Polusi kebisingan dampak dari kegiatan pemasangan U-ditch
Pengadaan dan pemasangan u- Pekerjaan - Mengganggu aktifitas masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi Resiko Sedang
ditch (K-350) uk. 100 x 100 x Pemasangan U-ditch pekerjaan
120 - Polusi kebisingan dampak dari kegiatan pemasangan U-ditch
Pembongkaran pasangan batu Penempatan Material - Mengganggu aktifitas masyarakat sekitar yang bersinggungan dengan lokasi Resiko Sedang
dan beton lama Batu dan Beton pekerjaan
- Polusi kebisingan dampak dari kegiatan pembongkaran
- Polusi Air – potensi tambahan sedimen atau material lain yang mengendap di
dalam perairan selama kegiatan pembongkaran
- Polusi udara pada saat pengangkutan dan penempatan
BAB III
MONITORING DAN EVALUASI

Penyelenggaraan Revitalisasi Jaringan Tersier D.I. Cipancuh akan dipantau dan dievaluasi
secara berkala dalam Penerapan Strategi Pengelolaan dan Rencana Pelaksanaan (SPRP).
Status dan dampak kepada lingkungan maupun social harus tercakup dalam laporan sehingga
dapat temonitor dengan baik. Monitoring dan Evaluasi akan terpusat oleh indicator –
indikator utama yang dirincikan dalam dokumen lelang dan persetujuan dari direksi.

1. Pemantauan Kinerja
Pertemuan – pertemuan publik dengan masyarakat sekitar proyek yang tedampak dan telah
ditindaklanjuti secara inventarisasi lokasi terdampak maupun asset yang terdampak
maupun dampak yang berimbas pada social masyarakat, baik secara Kesehatan maupun
moral

2. Pemantauan dampak
Pemantauan dimaksudkan untuk memberikan penilaian obyektif pada dampak yang terjadi
serta kesesuaian penanganan dampak yang terjadi.

3. Audit Penyelesaian
Tidak hanya merekan pencapaian akhir, akan tetapi juga menarik pemantauan dampak
untuk menentukan apakah sudah menekan atau menghilangkan dampak yang terasa pada
masyarakat sekitar proyek.

Pangandaran, 26 September 2022


PT. ANGIN RIBUT

BEJO SUGIANTORO
DIREKTUR

Anda mungkin juga menyukai