Anda di halaman 1dari 15

Resume Ulumul Hadits

Dibuat Untuk Melengkapi Tugas UAS Dari Bapak Dosen Naim Ulfinua,
S.Kom.i., M.I.Kom

Mata Kuliah Ulumul Hadits Dan Ulumul Qur’an

DISUSUN

OLEH

Fajar Suwarsono( 2216.0005 )

Semester 2

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI SAGAMA ISLAM
BUMI SILAMPARI
A. PENGERTIAN HADIST

Kata hadist berasal dari bahasa arab, al Hadits, hudatsa jamaknya ahadist,
hidtsan dan hudtsan. Sedangkan menurut terminologi, hadist diberi pengertian
yang berbeda–beda oleh para ulama’. Perbedaan pandangan tersebut banyak
dipengaruhi oleh terbatas dan luasnya obyek tinjauan masing–masing, yang tentu
saja mengandung kecenderungan pada aliran ilmu yang didalaminya.

Menurut istilah ahli ushul; pengertian hadist adalah :

‫يكون ان اوتقريرممايصلح اوفعل قول من الكريم غيرالقران م ص النبى صدرعن ما كل‬

‫شرعى لحكم دليال‬

“Hadist yaitu segala sesuatu yang dikeluarkan dari Nabi SAW selain Al Qur’an
al Karim, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir Nabi yang bersangkut
paut dengan hukum syara”

Sedangkan menurut istilah fuqaha. Hadist adalah :

‫والالواجب الفرض باب من يكن ولم م ص النبى عن ماثبت كل‬

“yaitu segala sesuatu yang ditetapkan Nabi SAW yang tidak bersangkut paut
dengan masalah–masalah fardhu atau wajib”

Para ahli ushul memberi pengertian yang demikian disebabkan mereka bergelut
dalam ilmu ushul yang banyak mempelajari tentang hukum syari’at saja. Dalam
pengertian tersebut hanya yang berhubungan dengan syara’ saja yang merupakan
hadist, selain itu bukan hadist, misalnya urusan berpakaian. Sedangkan para
fuqaha mengartikan yang demikian di karenakan segala sesuatu hukum yang
berlabel wajib pasti datangnya dari Allah swt melalui kitab Al Qur’an. Oleh sebab
itu yang terdapat dalam hadist adalah sesuatu yang bukan wajib karena tidak
terdapat dalam Al Qur’an atau mungkin hanya penjelasannya saja.Sedangkan
menurut ulama’ Hadist mendefinisikannya sebagai berikut :

‫خلقية او خلقية اوتقريراوصفة اوفعل قول من م ص النبى عن اثر ما كل‬


“Segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi SAW baik berupa perkataan,
perbuatan, taqrir, sifat–sifat maupun hal ikhwal Nabi.

Menurut jumhur muhadistin sebagaimana ditulis oleh Fatchur Rahman adalah


sebagai berikut:

‫قوالاوفعالاوتقريرااونحوها م ص للنبى مااضيف‬

“segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW baik berupa perkataan,
perbuatan, pernyataan dan yang sebagainya”

Perbedaan pengertian antara ulama’ ushul dan ulama’ hadist di atas disebabkan
adanya perbedaan disiplin ilmu yang mempunyai pembahasan dan tujuan masing–
masing. Ulama’ ushul membahas pribadi dan prilaku Nabi SAW sebagai peletak
dasar hukum syara’ yang dijadikan landasan ijtihad oleh kaum mujtahid dizaman
sesudah beliau. Sedangkan ulama Hadist membahas pribadi dan prilaku Nabi Saw
sebagai tokoh panutan (pemimpin) yang telah diberi gelar oleh Allah swt sebagai
Uswah wa Qudwah (teladan dan tuntunan). Oleh sebab itu ulama hadist mencatat
semua yang terdapat dalam diri Nabi saw baik yang berhubungan dengan hukum
syara’ maupun tidak. Oleh karena itu hadist yang dikemukakan oleh ahli ushul
yang hanya mencakup aspek hukum syara’ saja, adalah hadist sebagai sumber
tasyri’. Sedangkan definisi yang dikemukan oleh ulama’ hadist mencakup hal–hal
yang lebih luas.

Jadi, Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad
saw, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, sifat-sifat, keadaan dan himmahnya

B. PENGERTIAN SUNNAH, KHABAR, DAN ATSAR

a. Pengertian Sunnah

Di samping istilah hadist terdapat sinonim istilah yang sering digunakan oleh
para ulama’ yaitu sunnah. Pengertian istilah tersebut hampir sama, walaupun
terdapat beberapa perbedaan. Maka dari itu kami kemukakan pengertiannya agar
lebih jelas.
Sunnah dalam kitab Ushul Al hadist adalah sebagai berikut :

‫اوبعدها البعثة قبل كان سواء اوسيرة خلقية اوصفة اوتقرير اوفعل قول من م ص النبى مااثرعن‬

“Segala sesuatu yang dinukilkan dari Nabi saw, baik berupa perkataan,
perbuatan, taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perkjalanan hidup, baik sebelum
Nabi diangkat jadi Rasul atau sesudahnya”

Dalam pengertian tersebut tentu ada kesamaan antara hadist dan sunnah, yang
sama–sama bersandar pada Nabi saw, tetapi terdapat kekhususan bahwa sunnah
sudah jelas segala yang bersandar pada pribadi Muhammad baik sebelum atau
sesudah diangkat menjadi Nabi, misalnya mengembala kambing, menikah
minimal umur 25 tahun dan sebagainya.

Walaupun demikian terdapat perbedaan yang sebaiknya kita tidak berlebihan


dalam menyikapinya. Sebab keduanya sama–sama bersumber pada Nabi
Muhammad saw.

Definisi Sunnah menurut para Ulama’:

Kalangan ahli agama di dalam memberikan pengertian sunnah berbeda-beda,


sebab para Ulama’ memandang sunnah dari segi yang berbeda-beda, pun pula
dasar membicarakannya dari segi yang berlainan.

a. Ulama Hadits

Ulama Hadits memberikan pengertian Sunnah meliputi biografi Nabi, sifat-


sifat Nabi baik yang berupa fisik, umpamanya; mengenai tubuhnya, rambutnya
dan sebagainya, maupun yang mengenai physic dan akhlak Nabi dalam keadaan
sehari-harinya, baik sebelum atau sesudah bi’stah atau di angkat sebagai nabi.

b. Ulama Ushul Fiqh

Ulama Ushul Fiqh memberikan pengertian sebagai berikut;

“Segala yang di nuklikan dari Nabi Muhammad SAW. Baik berupa perkataan,
perbuatan maupun taqrirnya yang ada sangkut pahutnya dengan Hukum”.
c. Ulama Fiqh

Menurut Ulama Fiqh, sunnah ialah “perbuatan yang di lakukan dalam agama,
tetapi tingkatannya tidak sampai wajib atau fardlu. Jadi suatu pekerjaan yang
utama di kerjakan”.

Atau dengan kata lain: sunnah ialah suatu amalan yang di beri pahala apabila di
kerjakan, dan tidak dituntut apabila di tinggalkan.

b. Pengertian Khabar

Menurut bahasa berarti an-Naba’ (berita-berita), sedang jama’nya adalah


Akhbar

Khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi dan para sahabat,
jadi setiap hadits termasuk khabar tetapi tidak setiap khabar adalah hadits.

Menurut istilah ada tiga pendapat yaitu:

1. Merupakan sinonim bagi hadits, yakni keduanya berarti satu.

2. Berbeda dengan hadits, di mana hadits adalah segala sesuatu yang datang
dan Nabi SAW. sedang khabar adalah suatu yang datang dari selain Nabi SAW.

3. Lebih umum dari hadits, yakni bahwa hadits itu hanya yang datang dari
Nabi saja, sedang khabar itu segala yang datang baik dari Nabi SAW. maupun
yang lainnya.

c. Pengertian Atsar

Atsar menurut lughat atau etimologi ialah bekasan sesuatu, atau sisa sesuatu,
atau berarti sisa reruntuhan rumah dan sebagainya. dan berarti nukilan (yang
dinukilkan). Sesuatu do’a umpamanya yang dinukilkan dari Nabi dinamai: do’a
ma’tsur.
Sedangkan secara terminologi ada dua pendapat mengenai definisi atsar ini.
Pertama, kata atsar sinonim dengan hadits. Kedua, atsar adalah perkataan,
tindakan, dan ketetapan Shahabat.

Menurut istilah Jumhur ahli hadits mengatakan bahwa Atsar sama dengan
khabar juga hadits, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW., sahabat,
dan tabi’in. Dari pengertian menurut istilah ini, terjadi perbedaan pendapat di
antara ulama.

Sedangkan menurut ulama Khurasan, bahwa Atsar untuk yang mauquf (yang
disandarkan kepada sahabat) dan khabar untuk yang marfu. (yang disandarkan
kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam .

Jadi, atsar merupakan istilah bagi segala yang disandarkan kepada para sahabat
atau tabi’in, tapi terkadang juga digunakan untuk hadits yang disandarkan kepada
Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, apabila berkait misal dikatakan atsar dari Nabi
shollallahu ‘alaihi wa sallam.

Contoh Atsar :

Perkataan Hasan Al-Bashri rahimahullaahu tentang hukum shalat di belakang


ahlul bid’ah:

َ‫سنَ َوقَا َل‬ ْ َ‫صل‬


َ ‫ال َح‬: َ َ‫بدَ َعتهَ َو َعلَيْه‬

“Shalatlah (di belakangnya), dan tanggungan dia bid’ah yang dia kerjakan.”

C. BENTUK-BENTUK HADIST

Ada beberapa bentuk hadits antara lain :

a. Hadits Qawli

Hadits qawli adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
saw, baik berupa perkataan, ucapan, ataupun sabda yang memuat berbagai
maksud syara’, peristiwa, dan keadaan yang berkaitan dengan akidah, syariah,
akhlak, atau lainnya. Contohnya, hadits yang diriwayatkan oleh ‘Ubadah ibn al-
Shamith bahwasanya Rasulullah saw bersabda:

ْ ‫ص َالة ََل َم ْنَلَ ْمَ َي ْق َرأَْبفَات َحة‬


َ‫َالكتَاب‬ َ َ‫َال‬

Artinya: ”Tidak (sah/sempurna) shalat bagi orang yang tidak membaca surat al-
Fatihah”. (Shahih al-Bukhari, III: 204, hadits 714)

b. Hadits Fi’li

Hadits fi’li ialah hadits yang menyebutkan perbuatan Nabi Muhammad saw
yang sampai kepada kita. Misalnya hadits riwayat al-Bukhari dari Jabir ibn ‘Abd
Allah:

َ‫ضةَ َنَزَ َل َفَا ْستَ ْقبَ َل‬ ْ َ‫ت َفَإذَاَأ َ َراد‬


َ ‫َالفَري‬ ْ ‫ىَراحلَته َ َحيْث َت ََو هج َه‬ َ ‫سله َم َي‬
َ َ‫صليَ َعل‬ ‫صله ه‬
َ ‫ىََّللا َ َعلَيْه‬
َ ‫َو‬ َ َ‫َكان‬
‫َرسول ه‬
َ َ ‫ََّللا‬
‫ْالق ْبلَة‬

Artinya: ”Rasulullah saw pernah shalat di atas tunggangannya, ke mana pun


tunggangannya menghadap. Apabila ia mau melaksanakan shalat fardhu, ia turun
dari tunggangannya, lalu menghadap ke kiblat ”. (Shahih al-Bukhari, III: 204,
hadits 714)

c. Hadits Taqriri

Maksud hadits taqriri ialah Penetapan (Taqririyyah) yaitu perkataan atau


perbuatan tertentu yang dilakukan oleh sahabat di hadapan Nabi Muhammad atau
sepengetahuan beliau, namun beliau diam dan tidak menyanggahnya dan tidak
pula menampakkan persetujuannya atau malahan menyokongnya. Hal semacam
ini dianggap sebagai penetapan dari Nabi Muhammad walaupun beliau dalam hal
ini hanya bersifat pasif atau diam. Sebagai contoh, pengakuan Nabi Muhammad
terhadap ijtihad para sahabat berkenaan dengan shalat Ashar di perkampungan
Bani Quraizhah, sebagaimana diriwayatkan dari ‘Abd Allah Ibn Umar:
َ‫صليَ َحتهى‬
َ ‫طريقَفَقَا َلَبَ ْعضه ْم ََال َن‬ ‫صر َفيَال ه‬ ْ ‫ضهَ ْم‬
ْ َ‫َالع‬ َ ‫ظةََفَأَد َْركَ َبَ ْع‬
َ ‫ص َر َإ هال َفيَبَنيَق َر ْي‬ ْ ‫صليَ هن َأ َ َحد‬
ْ َ‫ٌَالع‬ َ ‫َال َي‬
‫َواحدًاَم ْنه َْم‬
َ ‫ف‬ْ ‫سله ََمَفَلَ ْمَيعَن‬
َ ‫َو‬ ‫صله ه‬
َ ‫ىََّللاَ َعلَيْه‬ َ َ‫صليَلَ ْمَي َردَْمنهاَذَلكَ َفَذك َرَللنهبي‬ َ ‫نَأْت َي َه‬
َ ‫اَوقَالََبَ ْعضه ْمَبَ ْلَن‬

Artinya: “Janganlah salah seorang (di antara kamu) mengerjakan shalat Ashar,
kecuali (setelah sampai) di perkampungan Bani Quraizhah. Lalu sebagian mereka
mendapati (waktu) ‘Ashar di perjalanan. Sebagian mereka mengatakan, kita tidak
boleh shalat sehingga sampai di perkampungan, dan sebagian lainnya
mengatakan, tetapi kami shalat (dalam perjalanan), tidak ada di antara kami yang
membantah hal itu. Hal itu lalu dilaporkan kepada Nabi saw, ternyata beliau tidak
menyalahkan seorang pun dari mereka”. (Shahih al-Bukhari, III: 499, hadits 894)

d. Hadits Hammi

Hadits hammi adalah hadits yang menyebutkan keinginan Nabi saw yang
belum sempat beliau realisasikan, seperti halnya keinganan untuk berpuasa pada
tanggal 9 Asyura sebagai diriwayatkan dari ‘Abd Allah ibn ‘Abbas:

َ‫ََّللا َإنهه َيَ ْو ٌم َتعَظمه‬ َ َ‫َوأ َ َم َرَبصيَامهَقَالواَي‬


‫اَرسو َل ه‬ َ ‫سله َم َيَ ْو َم َ َعاش‬
َ ‫ورا َء‬ َ ‫علَيْه‬
َ ‫َو‬ ‫صله ه‬
َ َ‫ىََّللا‬ ‫َرسولََ ه‬
َ َ ‫َّللا‬ َ ‫ام‬
َ ‫ص‬
َ َ َ‫حين‬
ْ ‫ََّللا َص ْمن‬
َ‫َاَاليَ ْو َم َالتهاس َع‬ ْ ‫َالعَام‬
‫َالم ْقبل َإ ْن َشَا َء ه‬ ْ َ‫سله َم َفَإذَاَ َكان‬
َ ‫َو‬ ‫صله ه‬
َ ‫ىََّللا َ َعلَيْه‬ َ ‫ارىَفَقَا َل‬
‫َرسول ه‬
َ َ ‫ََّللا‬ َ ‫ص‬ َ ‫ْاليَهود‬
َ ‫َوالنه‬
‫سله ََم‬ ‫صله ه‬
َ ‫ىََّللاَ َعلَيْه‬
َ ‫َو‬ ‫َرسول ه‬
َ َ‫ََّللا‬ َ ‫ي‬َ ‫َالم ْقبلَ َحتهىَتوف‬ ْ ‫قَالََفَلَ ْمَيَأْت‬
ْ ‫َالعَام‬

Artinya: “Sewaktu Rasulullah saw berpuasa pada har ‘Asyura dan


memerintahkan para sahabat untuk berpuasa, mereka berkata: “Ya Rasulullah,
sesungguhnya ia adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani”.
Rasulullah saw menjawab, ”Tahun yang akan datang, insya Allah kita akan
berpuasa pada hari kesembilan(nya)”. ‘Abd Allah ibn ‘Abbas mengatakan,
“Belum tiba tahun mendatang itu, Rasulullah saw pun wafat”. (Shahih Muslim, V:
479, hadits 1916)

e. Hadits Ahwali
Hadits ahwali adalah hadits yang menyebutkan hal ihwal Nabi saw yang
menyangkut keadaan fisik, sifat-sifat, dan kepribadiannya. Contohnya, pernyataan
al-Barra` ibn ‘Azib berikut ini:

‫َالبَائنَ ََو َالب ْالقَصي‬


ْ ‫طويل‬ َ ‫سنَهَخ َْلقًاَلَي‬
‫ْسَبال ه‬ َ ْ‫اَوأَح‬ َ ْ‫سله َمَأَح‬
َ ‫سنَ َالنهاس‬
َ ‫َوجْ ًَه‬ ‫صله ه‬
َ ‫ىََّللاَ َعلَيْه‬
َ ‫َو‬ َ َ‫َكان‬
‫َرسول ه‬
َ َ‫ََّللا‬

Artinya: “Rasulullah saw adalah manusia memiliki sebaik-baik rupa dan tubuh.
Kondisi fisiknya, tidak tinggi dan tidak pendek ”. (Shahih al-Bukhari, XI: 384,
hadits 3285)

4. HADIST QUDSI DAN HADIST NABAWI

a. Hadist Qudsi

Hadits qudsi Secara etimologi merupakan nisbah kepada kata Quds , nisbah ini
mengesankan rasa hormat, karena materi kata itu menunjukkan kebersihan dan
kesucian dalam arti bahasa . Maka kata taqdis berarti menyucikan
Allah. Sedangkan secara terminologis, pengertian hadist qudsi ialah hadist yang
oleh Nabi SAW, disandarkan kepada Allah. Maksudnya Nabi meriwayatkan
bahwa itu adalah kalam Allah. Maka Rasul menjadi perawi kalam Allah ini dari
lafal Nabi sendiri.

Contoh Hadist Qudsi :

1. Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, dia berkata; telah bersabda Rasulullah
saw “Ketika Allah menetapkan penciptaan makhluk, Dia menuliskan dalam kitab-
Nya ketetapan untuk diri-Nya sendiri: Sesungguhnya rahmat-Ku (kasih sayangku)
mengalahkan murka-Ku”(diriwayatkan oleh Muslim begitu juga oleh al-Bukhari,
an-Nasa-i dan Ibnu Majah)

2. Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw, beliu bersabda, “Allah Ta’ala
berfirman: Ada tiga jenis orang yang Aku menjadi musuh mereka pada hari
qiyamat, seseorang yang bersumpah atas namaku lalu mengingkarinya, seseorang
yang menjual orang yang telah merdeka lalu memakan (uang dari) harganya dan
seseorang yang memperkerjakan pekerja kemudian pekerja itu menyelesaikan
pekerjaannya namun tidak dibayar upahnya” (Hadits diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan begitu juga Imam Ibnu Majah dan Imam Ahmad.)

b. Hadist Nabawi

Hadist Nabawi Secara etimologi ialah hadist (baru) dalam arti bahasa lawan
Qadim (lama). Sedangkan secara terminologis , Pengertian hadist ini ialah apa
saja yang disandarkan kepada Nabi SAW. Baik berupa perkataan, perbuatan,
persetujuan atau sifat.
Contoh Hadist Nabawi :

1. Hadist Riwayat Ali ra, ia berkata : Rasulullah SAW. Bersabda : Janganlah


engkau berdusta mengatasnamakan aku, karena sesungguhnya orang yang
berdusta atas namaku, maka ia akan masuk neraka.

2. Hadist Riwayat Ibnu Umar ra. Ia berkata : Nabi SAW. Bersabda : Islam
dibangun di atas lima perkara, mengesankan Allah mendirikan shalat, membayar
zakat, puasa Ramadhan dan menunaikan Haji.

5. PERSAMAAN HADITS QUDSI DENGAN HADITS NABAWI

Hadits qudsi dengan hadits nabawi pada dasarnya mempunyai persamaan,yaitu


sama-sama bersumber dari Allah SWT.Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam
firman-Nya,

‫انَهوَاالَوحيَيوحي‬.‫وماَينطقَعنَالهوي‬

Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa


nafsunya.Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya). (Q.S.An-Najm [53]:3-4)

6. PEBEDAAN ANTARA HADITS QUDSI DENGANHADITS NABAWI

Terdapat perbedaan antara hadist Nabawi dengan Hadist Qudsi antara lain:

a. Hadits Nabawi dinisbahkan dan disampaikan oleh Nabi Muhammad.


Adapun hadits qudsi dinisbahkan kepada Allah. Nabi Muhammad hanya berstatus
sebagai penyambung lidah dari-Nya.

b. Bentuk hadits Nabawi ada dua macam :

a) Tauqifi, yaitu hadist yang kandungannya diterima oleh Nabi Muhammad


melalui wahyu, kemudian beliau sampaikan kepada umatnya.
b) Taufiqi, yaitu hadist yang tercipta murni dari pemahaman Nabi
Muhammad terhadap al-Quran, atau dari perenungan dan ijtihad beliau. Adapun
keseluruhan kandungan hadits qudsi bersumber dari Allah.

7. PERBEDAAN ANTARA AL-QURAN DENGAN HADIST QUDSI

Ada beberapa perbedaan antara Al-Qur’an dengan Hadist Qudsi, antara lain :

a. Al-Quran mampu mengungguli sastra Arab yang waktu itu merupakan


sastra yang terbaik, sehingga orang Arab tidak mampu membuat karya sastra yang
seindah dan sebaik al-Quran, walaupun hanya satu surat. Tidak demikan halnya
dengan hadits qudsi.

b. Lafadz dan arti al-Quran berasal dari Allah. Sedangkan hadits qudsi,
artinya berasal dari Allah, akan tetapi lafadznya dari Nabi Muhammad.

c. Tidak boleh meriwayatkan al-Quran secara makna. Adapun haditsqudsi,


boleh meriwayatkannya secara makna.

d. Al-Quran tidak boleh dipegang oleh orang yang mempunyai hadats. Al-
Quran juga tidak boleh dibaca oleh orang yang mempunyai hadats besar. Dua
larangan ini tidak berlaku di dalam hadits qudsi.

e. Al-Quran harus dibaca di dalam shalat. Sedangkan hadits qudsi, apabila


dibaca di dalam shalat maka dapat menyebabkan shalat menjadi batal.

f. Al-Quran ditransformasikan secara tawattur. Oleh karena itu, ia berstatus


qath’i al-tsubut. Adapun mayoritas hadits qudsiditransformasikan secara ahad
(individual), sehingga ia berstatus dhanni al-Tsubut.

g. Orang yang mengingkari al-Quran terkategorikan sebagai orang kafir,


karena al-Quran bersifat qath’i al-Tsubut. Sedangkan orang yang
mengingkari hadits qudsi tidak dianggap orang kafir, karena haditsqudsi bersifat
dhanni al-Tsubut.
h. Membaca al-Quran termasuk ibadah. Satu huruf al-Quran sebanding
dengan 10 kebaikan. Hal ini tidak berlaku pada hadits qudsi.

i. Di dalam al-Quran terdapat penamaan ayat dan surat untuk kalimat-


kalimatnya. Tidak demikian dengan hadits qudsi.
KESIMPULAN

Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad saw,
baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, sifat-sifat, keadaan danhimmahnya. Di
samping istilah hadist terdapat sinonim istilah yang sering digunakan oleh para
ulama’ yaitu sunnah, khabar, dan Atsar.

Pengertian istilah Sunnah hampir sama dengan Hadist Sebab keduanya sama-
sama bersumber pada Nabi Muhammad saw, walaupun terdapat beberapa
perbedaan. Menurut kitab Ushul Al Hadist Sunnah adalah segala sesuatu yang
dinukilkan dari Nabi saw, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, pengajaran,
sifat, kelakuan, perjalanan hidup, baik sebelum Nabi diangkat jadi Rasul atau
sesudahnya. Khabar adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi dan para
sahabat, jadi setiap hadits termasuk khabar tetapi tidak setiap khabar adalah
hadits. Atsarmerupakan istilah bagi segala yang disandarkan kepada para sahabat
atau tabi’in, tapi terkadang juga digunakan untuk hadits yang disandarkan kepada
Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, apabila berkait misal dikatakan atsar dari Nabi
shollallahu ‘alaihi wa sallam.

Hadist memiliki beberapa bentuk yaitu, Qawli, Fi’li, Taqriry, Hadist Hammi,
dan Ahwali.

Hadist Qudsi adalah hadist yang oleh Nabi Muhammad SAW. Disandarkan
kepada Allah SWT. Sedangkan Hadist Nabawi adalah Hadist yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW baik berupaBaik berupa perkataan, perbuatan,
persetujuan atau sifat.
DAFTAR PUSTAKA

http://butterflyonly.wordpress.com/2013/10/23/pengertian-hadits-sunnah-
khabar-dan-astar/

http://id.wikipedia.org/wiki/Hadits_Qudsi

http://www.zulfanafdhilla.com/2013/10/pengertian-al-quran-hadits-qudsi-
hadits.html

http://syariah99.blogspot.com/2013/05/pengertian-struktur-dan-bentuk-
bentuk.html

rofistera.files.wordpress.com/2013/03/ilmu-hadits-untuk-pemula-gratis.doc

yudistirafrance.files.wordpress.com/2010/12/pengertian-hadits.doc

bpibeasiswadepag.yolasite.com/resources/Ulumul%20Hadits(edit).doc

Modul “Ulumul Qur’an” Ringkasan Mahabits Fi Ulumil Qur’an Karya Syeikh


Manna’ul Qathan.

Anda mungkin juga menyukai