KIMIA PANGAN
“Enzim”
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Kimia Pangan
Disusun Oleh :
Dyfa Khoirunnisa 4444220107
Asisten Praktikum :
Azahra Wibi Kusuma
1
Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Jalan Raya Jakarta Km. 4 Pakupatan, Serang, Banten
E-mail: 4444220107@untirta.ac.id
ABSTRAK
Enzim merupakan biokatalisator dalam semua sistem kehidupan. Enzim berperan
penting dalam semua reaksi biokimia yang berlangsung di dalam sel makhluk
hidup. Sebagai biokatalisator enzim mempercepat reaksi biokimia tanpa mengalami
perubahan yang permanen. Enzim mempunyai fungsi diantaranya pencernaan
makanan dimana molekul nutrisi yang besar seperti (protein, karbohidrat, dan
lemak) dipecah menjadi molekul yang lebih kecil konservasi dan transformasi
energi kimia. Konstruksi makromolekul seluler dari prekursor yang lebih kecil.
Enzim mengkatalis semua reaksi yang berlangsung dalam sel makhluk hidup secara
cepat, efisien, dan spesifik. Reaksi pencoklatan pada bahan pangan dapat terjadi
dengan sengaja atau dikehendaki maupun tidak dikehendaki. Reaksi pencoklatan
pada sayur dan buah merupakan salah satu yang tidak dikehendaki karena
memberikan kenampakan yang buruk pada sayur dan buah. Reaksi pencoklatan
tersebut dapat terjadi secara enzimatis maupun non-enzimatis. Secara enzimatis,
reaksi pencoklatan disebabkan oleh reaksi oksidasi antara enzim polifenol oksidase
(PPO) dalam sayur dan buah dengan oksigen. Reaksi secara enzimatis dapat
dicegah dengan menginaktivasi enzim PPO dengan pemanasan singkat atau
blansing. Secara non-enzimatis dapat terjadi antara enzim PPO dengan peralatan
yang bahannya mudah teroksidasi seperti ion (Fe) pada pisau besi. Enzim papain
dan bromelin pada buah nanas dapat mengempukkan daging karena merupakan
enzim proteolitik yang memecah atau menguraikan ikatan peptida pada protein
yang terkandung di dalam daging. Penelitian ini berisi pengamatan aktivitas enzim
terhadap bahan pangan, meliputi reaksi pencoklatan pada sayur dan buah dan
pengempukan pada daging. Sampel yang diamati reaksi pencoklatannya adalah
kentang, wortel, pisang, apel, nanas, dan buncis, sedangkan sampel daging yang
digunakan adalah daging sapi. Hasil yang didapatkan adalah semua sampel dapat
diperlambat reaksi pencoklatannya dengan inaktivasi enzim melalui proses
blansing. Perlakuan penambahan sayur dan buah dapat mempengaruhi terhadap
pencoklatan enzimatis (vitamin C) serta mempengaruhi beberapa faktor yaitu Asam
askorbat, pengaturan pH, antioksidan, dan kandungan vitamin C. Pencoklatan
enzimatis asam cuka pada sayur dan buah terjadi karena adanya aktivitas enzim
polifenol oksidase yang berhubungan dengan substrat fenolik. Proses ini
menyebabkan perubahan warna menjadi coklat pada buah dan sayur yang tidak
berwarna. Beberapa cara yang dapat menghambat reaksi pencoklatan enzimatis
antara lain perendaman dengan asam askorbat, asam asetat, asam sitrat, larutan
metabisulfit, larutan sirup gula, air mendidih, serta pisau stainless steel.
Pencoklatan enzimatis air berpengaruh terhadap perlakuan sayur dan buah yaitu
proses kimia yang terjadi pada sayuran dan buah-buahan oleh enzim polifenol
oksidase yang menghasilkan pigmen warna coklat. Perlakuan penambahan buah
nanas juga dapat lebih efektif dalam pengempukan daging dibanding penambahan
enzim papain.
PENDAHULUAN
Enzim merupakan biokatalisator pilihan yang diharapkan untuk berbagai
macam reaksi dan mengontrol semua proses metabolisme yang berlangsung pada
tubuh manusia. Enzim memiliki beberapa peran penting dalam proses pencernaan
makanan dan metabolisme proses zat-zat makanan dalam tubuh. Beberapa contoh
enzim protease yang bersumber dari tumbuhan yaitu bromelin dari nanas, papain
dari pepaya, lisozim dari putih telur. Enzim dapat diperoleh dari makhluk hidup
seperti hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme. Aktivitas enzim dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, seperti konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, suhu, dan pH
(Purwani, 2018).
Bahan pangan yang terdiri dari sayur dan buah dapat dengan mudah
mengalami suatu reaksi pencoklatan. Hal tersebut semakin mudah terjadi apabila
buah dan sayur mengalami proses pengelupasan atau telah di potong sebelumnya.
Reaksi tersebut di sebut dengan pencoklatan atau browning. Ketika pencoklatan
terjadi maka kerusakan secara mekanis pun terjadi sehingga menyebabkan
kerusakan pada integritas jaringan buah dan sayur. Reaksi pencoklatan ini terdiri
dari reaksi pencoklatan enzimatis dan non-enzimatis. Pencoklatan yang terjadi
secara enzimatis terjadi karena adanya reaksi oksidasi yang dikatalisis oleh enzim
fenol oksidase atau enzim polifenol oksidase. Dari kedua enzim ini, senyawa fenol
dikatalisis menjadi quinon dan akan dipolimerasi menjadi pigmen melaniadin yang
berwarna coklat. Sedangkan pencoklatan non-enzimatis biasanya disebut reaksi
maillard. Reaksi ini terjadi akibat adanya gugus karbonil dari karbohidrat (gula
reduksi) dan asam amino dari protein yang terjadi pada suhu tinggi. Reaksi ini
biasanya diinginkan tapi jika terlalu banyak terbentuk dikhawatirkan dapat
mereduksi protein dalam jumlah besar (Darwindra, Haris Rianto, 2009). Dalam
beberapa hal pencoklatan merupakan sesuatu yang dikehendaki untuk memperbaiki
kenampakan dan cita rasa pangan serta hasil olahannya seperti kopi, roti bakar,
ayam goreng, dan lain sebagainya. Reaksi pencoklatan yang tidak dikehendaki
biasanya merupakan pencoklatan yang menjadi penyebab kenampakan buruk pada
beberapa sayuran dan buah seperti kentang potong, apel, pisang mentah, dan lain-
lain. Hal yang tidak diinginkan ini perlu dikendalikan atau dicegah (Purwanto,
2016).
Reaksi pencoklatan enzimatis adalah proses kimia yang terjadi pada sayuran
dan buah-buahan oleh enzim polifenol oksidase yang menghasilkan pigmen warna
coklat. Enzim yang menyebabkan reaksi pencoklatan enzimatis disebut fenolase,
fenoloksidase, tirosinase, polifenolase, atau katekolase. Pencoklatan enzimatis
dapat dipicu oleh enzim oksidase, dan merupakan reaksi pencoklatan utama yang
dapat mempengaruhi mutu dari buah, sayur, dan makanan laut. Proses pencoklatan
pada bahan makanan dapat dibagi menjadi dua reaksi utama, yaitu pencoklatan
enzimatis dan pencoklatan non-enzimatis. Pencoklatan enzimatik merupakan suatu
proses yang sangat kompleks yang melibatkan reaksi oksidasi senyawa-senyawa
fenolik yang dikatalisir oleh enzim-enzim. Reaksi pencoklatan dapat terjadi melalui
dua proses yaitu proses pencoklatan enzimatis, disebabkan adanya enzim PPO dan
tirosin yang berperan sebagai substrat, dan proses non-enzimatis disebabkan karena
reaksi Maillard, karamelisasi atau oksidasi asam askorbat (Wardanis et al., 2019).
Keberadaan enzim ini dapat diketahui dengan uji katalase. Katalase
mengkatalisis perubahan 2 molekul hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen.
Enzim katalase mempunyai 4 molekul subunit. Masing-masing subunit
mengandung gugus protohemin yang membentuk bagian dari 4 tapak aktif yang
bebas. Pada pH netral katalase akan kehilangan aktivitasnya dengan cepat pada
suhu 35°C. Dalam tumbuhan katalase mempunyai fungsi yaitu kemampuan untuk
menghilangkan H2O2 dalam oksidasifenol, alkohol, dan donor hidrogen lain. Pada
uji katalase dapat dinyatakan positif apabila isolat yang di tetesi dengan H 2O2 maka
akan menimbulkan gelembung. Isolat bakteri yang tidak mengasilkan gelembung
dapat dinyatakan sebagai katalase negatif. Hal ini berarti H 2O2 yang diberikan tidak
dipecah oleh bakteri endofit tersebut sehingga tidak menghasilkan oksigen. Bakteri
katalase negatif tidak memiliki enzim katalase yang menguraikan H 2O2.
Proses blansing merupakan suatu proses pengolahan yang dapat
menonaktifkan enzim penyebab pencoklatan yang tidak diinginkan. Proses blansing
ini dilakukan untuk membantu inaktivasi enzim polifenol oksidase. Namun tujuan
yang paling utama dari proses blansing ini adalah untuk membantu membersihkan
produk pangan dari partikel-partikel atau kotoran-kotoran yang melekat,
mengurangi jumlah mikroorganisme, menghilangkan udara yang terdapat dalam
rongga-rongga antar sel dalam jaringan bahan dan untuk membantu melenturkan
jaringan agar bahan mudah di kemas. (Asgar dan Musaddad, 2006). Proses blansing
ini dapat mempengaruhi perubahan warna, tekstur, flavor bahkan sampai pada
perubahan nilai gizi dari bahan pangan tersebut. Proses blansing akan memberikan
peningkatan pada permeabilitas sel dalam bahan pangan dimana pori-pori pada
bahan pangan akan terbuka secara lebar sehingga penguapan air dalam bahan
pangan akan berlangsung secara cepat (Asri et al., 2018).
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan praktikum yang
berjudul “Enzim”. Tujuan dilakukannya praktikum ini yang berjudul “Enzim” yaitu
sebagai berikut:
1. Melihat pengaruh blansing terhadap aktivitas enzim katalase
2. Mengamati proses pencoklatan enzimatis pada bahan pangan
3. Mengamati pengaruh berbagai perlakuan terhadap proses pencoklatan
4. Mengamati pengaruh enzim papain dan bromelin terhadap pengempukan
daging.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu panci, sendok, garpu,
mortar, ulekan kayu, neraca analitik, hotplate, beaker glass, gelas ukur, tabung
reaksi, pipet ukur, rak tabung, talenan, pisau stainless steel, pisau besi, corong,
kertas, gunting, dan alumunium foil. Sedangkan bahan yang digunakan dalam
praktikum kali ini, yaitu kentang, wortel, apel, pisang, buncis, nanas, daging,
vitamin C, asam cuka, aquadest, filtrat 5 mL, H2O2, air, enzim papain, dan enzim
bromalin.
Cara Kerja
a) Preparasi Bahan untuk Uji Katalase
Dihaluskan
Aquadest Ditambahkan
25 ml
b) Uji Katalase
5 ml Filtrat
Dipotong (4 bagian)
Diiris-iris memanjang
Larutan Ditambahkan
Vit C
Diamati
Diiris-iris memanjang
Asam Ditambahkan
Cuka
Diamati
Diiris-iris memanjang
Air Ditambahkan
Diamati
Daging 25 g
0 +++++
1 ++++
Wortel
3 +++
5 ++
0 ++++
Pisang 1 ++++
3 +++
5 +
0 +++
1 ++
Kentang
3 -
5 ++++
0 ++++
1 +++
Buncis
3 ++
5 +
0 -
1 -
Nanas
3 +++
5 ++
0 ++++
Apel 1 +++
3 ++
5 +
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kontak dengan Logam
Alumunium ++
Kentang
Besi ++++
Alumunium ++
Nanas
Besi ++
Alumunium +++
Apel Hijau
Besi ++
Buncis Alumunium ++
Besi
++
Alumunium ++
Pisang
Besi +++
Alumunium ++
Wortel
Besi ++
1 jam 23 menit 33
Dibiarkan + detik
1 jam 13 menit 20
Nanas Diiris + detik
Wortel
1 jam 20 menit 16
Diiris ++ detik
Buncis
Kentan
+ + + +
g
Wortel + + + +
Apel + + + +
Pisang + + + +
Buncis + + + +
Nanas + + + +
Kentang + + + +
Wortel + + + +
Apel + + + ++
Pisang + + ++ +++
Buncis + + ++ +++
Nanas + + ++ ++
Kentang + + + +
Wortel + + + +
Apel + + + +
Pisang + + + +
Buncis + + + ++
Nanas + + + +
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
reaksi pencoklatan pada sayur dan buah dapat terjadi secara enzimatis maupun non-
enzimatis. Secara enzimatis, reaksi pencoklatan disebabkan oleh reaksi oksidasi
antara enzim polifenol oksidase (PPO) dalam sayur dan buah dengan oksigen.
Reaksi secara enzimatis dapat dicegah dengan menginaktivasi enzim PPO dengan
pemanasan singkat atau blansing. Secara non-enzimatis dapat terjadi antara enzim
PPO dengan peralatan yang bahannya mudah teroksidasi seperti ion (Fe) pada pisau
besi. Enzim papain dan bromelin pada buah nanas dapat mengempukkan daging
karena merupakan enzim proteolitik yang memecah atau menguraikan ikatan
peptida pada protein yang terkandung di dalam daging. Hasil yang didapatkan
adalah semua sampel dapat diperlambat reaksi pencoklatannya dengan inaktivasi
enzim melalui proses blansing. Perlakuan penambahan sayur dan buah dapat
mempengaruhi terhadap pencoklatan enzimatis (vitamin C) serta mempengaruhi
beberapa faktor yaitu Asam askorbat, pengaturan pH, antioksidan, dan kandungan
vitamin C. Pencoklatan enzimatis asam cuka pada sayur dan buah terjadi karena
adanya aktivitas enzim polifenol oksidase yang berhubungan dengan substrat
fenolik. Proses ini menyebabkan perubahan warna menjadi coklat pada buah dan
sayur yang tidak berwarna. Pencoklatan enzimatis air berpengaruh terhadap
perlakuan sayur dan buah yaitu proses kimia yang terjadi pada sayuran dan buah-
buahan oleh enzim polifenol oksidase yang menghasilkan pigmen warna coklat.
Perlakuan penambahan buah nanas juga dapat lebih efektif dalam pengempukan
daging dibanding penambahan enzim papain.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, D., Rahmi, N., N., Hidayati, N., Oktaviana, R., Aurora, Z., F., Supriatno,
B., Anggraeni, S. 2022. Pengaruh Volume Substrat Terhadap Kerja Enzim
Katalase Menggunakan Respirometer Ganong Sebagai Rekonstruksi Desain
Kegiatan Praktikum Siswa. Journal Biology Education Science dan
Technology. Vol. 5(2): 02-17.
Hansang, N., M., Taroreh, M., I., R., dan Lalujan, L., E. 2022. Beberapa Cara
Penghambatan Reaksi Pencoklatan Enzimatis Pada Tepung Goroho (Musa
sp.) Dan Aplikasi Pada Kue Bolu. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 13(1):
27-35.
Nainggolan, B., S., dan Anna, J. 2016. Uji Kelayakan Minyak Goreng Curah dan
Kemasan yang Digunakan Menggoreng Secara Berulang. Jurnal Pendidikan
Kimia. Vol. 8(1): 45-57.
Novitriani, Korry dan Intarsih, I. 2013. Pemurnian Minyak Goreng Bekas. Jurnal
Kesehatan Bakti Tunas Husada. Vol. 9(1): 101-106.
Nurhayati, Marseno, D., W., Setyabudi, F., M., C., S., dan Supriyanto. 2018.
Pengaruh Steam Blanching Terhadap Aktivitas Polifenol Oksidase Total
Polifenol dan Aktivitas Antioksidan Biji Kakao. Jurnal Aplikasi Teknologi
Pangan. Vol. 7(3): 95-103.
Purwani, N. N. 2018. Enzim: Aplikasi Di Bidang Kesehatan Sebagai Agen Terapi.
Jurnal Inovasi Pendidikan Sains. Vol. 9(2): 168-176.
Purwanto, Y. A. 2016. Penggunaan Asam Askorbat dan Lidah Buaya Untuk
Menghambat Pencoklatan Pada Buah Potong Apel. Jurnal Keteknikan
Pertanian. Vol. 4(2): 203-210.
Sopianti, Selpia, D., Herlina, dan Saputra, H., T. 2017. Penentapan Kadar Asam
Lemak Bebas pada Minyak Goreng. Jurnal katalisator. Vol. 2(2): 100-105.
Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 2007. Prosedur Analisa Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
Syafiq, A. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat Edisi Revisi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Wardanis, P., Zulkifli, Lande, M., L., dan Nurcahyani, E. 2019. Efektivitas Ekstrak
Daging Buah Nanas (Ananas Comosus L.) Dalam Penurunan Indeks
Browning Dari Umbi Kentang (Solanum Tuberosum L.). Jurnal Penelitian
Pertanian Terapan. Vol. 19(2): 152-158.
Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Yustinah. 2011. Adsorbsi Minyak Goreng Bekas Menggunakan Arang Aktif dari
Sabut Kelapa. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia. Yogyakarta.
LAMPIRAN