Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENELITIAN HASIL OBSERVASI

METODOLOGI STUDI ISLAM


Dosen Pengampuh: Dr. H. Hasyim Mahmud Wantu, S.Ag., M.Pd.I

Oleh:
MUTMAINA RUSLAN
(231052022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN AMAI GORONTALO
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
1. Pendaratan Presiden Soekarno di Desa Iluta, Kecamatan Batudaa, Kabupaten
Gorontalo, Provinsi Gorontalo
Pada tahun 1951 Presiden Soekarno datang ke Gorontalo. Tujuan atau yang melatar
belakangi Presiden Soekarno menuju Gorontalo yakni salah satunya yaitu untuk
mempersatukan negara republik Indonesia. Karena, pada saat itu banyak gejolak
pemberontakan misalnya yaitu pemberontakan Andi Aziz. Bapak Presiden Soekarno
mencoba untuk meredakan gejolak tsb sehingga beliau datang ke Gorontalo. Bapak
Presiden datang ke gorontalo pada saat itu menggunakan alternatif pesawat Amfibi yang
bisa mendarat di air karena pada saat itu Gorontalo belum memiliki landasan pati. Saat
mengunjungi Gorontalo pada tahun 1951 Presiden Ir. Soekarno didampingi oleh beberapa
tokoh antara lain, Gubernur Sulawesi yaitu Sudiro, Ruslan Abdulgani dari kementrian
Penerangan, Soekartono (Kepala Departemen Umum Kementrian Dalam Negeri), Paku
Alam VIII, Gubernur Jawa Timur Samadikoen dan Kolonel Bambang Sugeng.

Gambar pesawat amfibi yang ditumpangi


bapak Presiden Soekarno

Kemudian bapak presiden Soekarno berdiri di dermaga untuk menyampaikan pidato


namun tidak ada yang mengetahui isi pidato dari bapak Soekarno karna pada saat itu
rekaman beliau yang menyampaikan pidato itu tidak memiliki suara.
Gambar momen saat presiden Soekarno menyampaikan pidatonya

Rapat Raksasa di Tanah Lapang Gorontalo


Di “Tanah Lapang” atau yang kini lebih dikenal dengan nama Lapangan Taruna Remaja,
diselenggarakan sebuah pertemuan yang dihadiri masyarakat umum (Rapat Raksasa). Pada
kesempatan tersebut, masyarakat membawa spanduk-spanduk guna menyuarakan pendapatnya.
Dikabarkan bahwa komunitas Arab di Gorontalo juga memanfaatkan momen tersebut untuk
menyuarakan aspirasi mereka tentang pesan tidak boleh ada diskriminasi rasial di negeri ini.
Presiden menanggapi hal tersebut dengan mengatakan bahwa tidak ada diskriminasi rasial di
Indonesi, begitu pula diskriminasi terhadap perempuan juga tidak boleh dilakukan. Konstitusi
Indonesia mengizinkan perempuan menjadi presiden dan memegang jabatan publik, kata
presiden. Menurut presiden, diskriminasi terhadap perempuan, bagaimanapun, adalah jika
perempuan “dikurung” dirumah dan jika anak perempuan dilarang bersekolah.
Selepas menghadiri Rapat Raksasa, Presiden Ir. Soekarno menuju kediaman residen koordinator
(Reskor) Nani Wartabone untuk beristirahat dan menghadiri resepsi pada malam harinya.

Gambar rapat raksasa ditanah lapang Gorontalo


2. Makam Ju Panggola
Makam Ju Panggola ini terletak di atas bukit di Desa Iluta, Kec. Batudaa, Kabupaten
Gorontalo. Makam Ju Panggola berada didalam bilik didalamnya dihiasi dengan kelambu
penutup dinding yang berwarna putih. Makamnya berbau harum dan tanahnya berwarna
putih. Menurut teman saya Salma Djafar yang kebetulan tinggal di sekitaran situ, Ju
Panggola adalah sesosok orang yang membawa dan menyebarkan agama islam di
Gorontalo. Setiap lebaran tiba banyak yang berziarah ke Makam Ju Panggola dan saat
pulang mereka mengambil tanahnya karena mereka meyakini bahwa tanah makam Ju
Panggola bisa menghindari dari hal-hal yang buruk. Masyarakat pun membangun sebuah
masjid kubah di makam tersebut untuk mengenang peristiwa bersejarah dari Ju Panggola.

Gambar Makam Ju Panggola

Ju Panggola berasal dari bahasa Gorontalo Ju yang artinya Ya dan Panggola adalah Tua. Julukan
itu disematkan kepada orang yang lebih tua. Panggilan itu memiliki arti sebagai “Ya orang tua”.

Anda mungkin juga menyukai