Anda di halaman 1dari 2

Nama : Sukardi T.

Kasim

Nim :020191023

Prodi :( HTN)3

MK :Antropologi Agama

SEJARAH ISLAM MASUK DI KAB. ALOR BARAT LAUT

A. Latar Belakang
Alor merupakan salah satu kabupaten di NTT dengan ibu kota, Kalabahi. Kabupaten
Alor merupakan salah satu pulau terdepan Indonesia yang berbatasan langsung dengan neggara
demokratik Timor Leste.
Sebelum masuknya Agama, penduduk Alor menganut paham animisme dan dinamisme.Saat
ini, Mayoritas penduduk Alor Adalah penganut Agama Kristen, Sedangkan sisanya Menganut
Agama Islam, Budha dan Hindu.
Lantas, Agama mana yang pertama kali masuk di Alor, Menurut Hans Itta, Salah satu peneliti
dan penulis buku tentang Alor, Agama Islam merupakan Agama pertama kali masuk ke Alor
pada 1522 melalui mubalig dari kesultanan ternate bernama Mukhtar Likur.
Ia masuk melalui Desa Gelubala (Sekarang Baranusa) di Pulau Pantar. “Dari tempat ini,
Islam mulai menyebar ke arah Timur dan masuk ke Desa- Desa di Alor lainnya seperti
Bungabali (sekarang di Alor Besar), Alor Kecil, Dulolong dan lainnya,” Ujar Hans Ita,
beberapa waktu lalu.
Pada 1523, lanjut Hans, tibalah lima orang bersaudara dari ternate bernama Lang Gogo, Kima
Gogo, Karim Gogo, Sulaiman Gogo, dan Yunus Gogo. Mereka memiliki misi yang sama
dengan Muktar Likur, Yaitu menyebarkan ajaran Islam di kepulauan Alor.
Untuk mencapai tujuan itu, mereka berpisah dan menyebar ke berbagai Desa di Alor.
Lang Gogo, menetap di BungaBali, Kima Gogo memilih ke Malu/kui/Lerabaing, Karim Gogo
di Malaga, Sulaiman Gogo di Panje sebuah desa yang paling utara di Pantar, sedangkan
Yunus Gogo dan Abdulah menetap di Gelubala, Baranusa .
Bermodalkan Al-qur’an dan pisau khitan yang dibawa dari ternate, Lang Gogo
kemudian menyebarkan Agama Islam. dia berhasil meng-Islamkan Raja Alor Besar bernama
Baololong,yang sebelumnya penganut animisme.
Di Alor Besar, Lang gogg meninggalkan suatu peninggalan bersejarah berupa sebuah
kitab suci Al-Qur’an yang ditulis tangan dikertas kulit kayu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kehidupan bertoleransi umat islam dengan umat beragama yang lain?
2. Bagaimana sejarah jelas tentang Al-Qur’an kulit kayu tersebut?

C. Tujuan
Tesis ini disusun untuk menjawab pertanyaan diatas sehingga kita bisa mengetahui tentang
kehidupan bertoleransi umat beragama dan memenuhi salah satu syarat tugas yang diberikan
kepada mahasiswa untuk menuntaskan tugas.

D. Teori dan Konsep


1. Kehidupan toleransi Umat Islam dengan Agama yang lain, Kabupaten Alor, bergerak
searah jarum dalam barisan lingkaran. mereka saling merekatkan satu sama lain dengan
mengaitkan jari tangan kelingking.
pada Rabu (24/8) petang lalu, belasan perempuan itu menari Lego-Lego. tarian itu
menyambut menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan keamanan Wiranto serta menteri
dalam Negri Tjahjo Kumolo yang hadir di daerah perbatasan itu.
Tarian tersebut tak hanya sekedar tradisi untuk menyambutan tamu kehormatan, tetapi
juga menjadi simbol persatuan warga Alor yang sudah dibangun sejak sekitar tiga abad lalu.
Salah satu ketua Adat Taruamang Alor, Golliet Sirituka, Toleransi sangat dijunjung
tinggi dalam kehidupan Beragama di Alor.
Pembangunan Gereja di lakukan oleh penduduk Muslim, Sedangkan Masjid pun di
bangun oleh penduduk Nasrani.
2. Sejarah tentang Al- Qur an kulit kayu di Alor NTT, Kitab Suci itu
disebutkan terbuat dari kulit kayu tampak utuh dan dapat di baca, hanya beberapa
bagian yang mulai koyak termakan usia.
Al- Qur an itu dibawah ke Alor sekitar tahun 1518 dan selama ini disimpan didalam
kotak kaca, untuk menghindari sentunya para pengunjung yang datang melihat salah satu benda
di Alor.
Nurdin Gogo, yang merupakan keturunan ke -14 dari Lang Gogo, mengatakan larangan
untuk menyentuh Al-Qur an dilakukan untuk menjaga Kitab Suci itu tetap utuh.
Kitab Suci Agama Islam dari kulit kayu berisikan Ayat-Ayat Al-Qur an lengkap 30 juz
(114 Surat) dengan berupa di rumah Nurdin Gogo (32) yang tak lain adalah keturunan dari
Sultan Lang Gogo asal Ternate Maluku.
Nurdin Gogo ketika ditemui sejumlah wartawan di kediamannya, rabu (10/8/2016)
kemarin, yakni Ilyas Gogo, Djou Gogo, Boi Gogo dan Kimales Gogo. Mereka membawa dari
Ternate dengan misi penyebaran Agaman Islam ke Alor.
Pada masa Kesultanan Baabullah, lanjut Nurdin, lima bersaudara berlayar dari ternate
dengan menggunakan Perahu Layar bernama “Tuma Ninah” yang berarti berhenti atau singgah
sebentar.

Anda mungkin juga menyukai