Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN DAN KESEHATAN HUTAN

ACARA V

PENGENALAN LAPANGAN

Disusun oleh:

Nama : Rizki Febri Pratama

NIM : 20/462045/KT/09428

Co-Ass : Salsa Yumna Farazika

Shift : Senin, pukul 13.00 WIB

LABORATORIUM PERLINDUNGAN DAN KESEHATAN HUTAN

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2022
ACARA V

PENGENALAN LAPANGAN

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Mengenal gejala (symptom) yang timbul pada inang serta tanda (sign) yang
merupakan kenampakan penyebab kerusakan.
2. Mampu melakukan identifikasi gejala dan tanda hingga menentukan penyebab
penyakit factor biotik dan abiotik.

II. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan dalam acara ini adalah:
1. Tallysheet pengamatan
2. Kamera
3. Alat tulis
Bahan yang digunakan dalam acara ini adalah:
1. Tegakan Zanthoxylon rhetsa

III. CARA KERJA

Dilakukan
pengamatan
dan Gejala dan tanda
Hasil pengamatan
pengidentifikas yang ditemukan
digambarkan
ian secara dianalisis
langsung di
lapangan

Cara kerja praktikum Pengenalan Lapangan dimulai dengan dipersiapkan alat dan
bahan untuk praktikum. Selanjutnya yaitu diamati tanaman di lapangan pada tegakan
Panggal Buaya yang menunjukkan gejala atau tanda kerusakan. Langkah berikutnya,
diidentifikasi penyakit biotik atau penyakit abiotik. Kemudian, dianalisis gejala atau
tanda kerusakan pada tanaman. Setelah itu, didokumentasikan tanaman yang
mengalami kerusakan. Langkah selanjutnya yaitu dilakukan pengolahan data yang
didapat dengan Software Microsoft Excel. Langkah terakhir yaitu dilakukan
perbandingan hasil pengolahan data pada tegakan Panggal buaya dari kedua sub.
IV. HASIL PENGAMATAN
Tabel 5.1 Luas Kerusakan pada Tegakan Panggal Buaya
Tabel 1. Luas Kerusakan pada Tegakan Panggal Buaya
Persentase Kerusakan (%) Rerata Luas
Kode
PU1 PU2 PU3 PU4 Kerusakan (%)
Lokasi
Biotik Abiotik Biotik Abiotik Biotik Abiotik Biotik Abiotik Biotik Abiotik
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 11.76471 0 0 0 6.666667 0 18.18182 0 9.153298 0
2 47.05882 0 12.5 0 86.66667 6.666667 68.18182 0 53.60183 1.666667
3 35.29412 0 12.5 0 0 0 13.63636 0 15.35762 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 5.882353 0 0 0 0 0 0 0 1.470588

Tabel 5.2 Distribusi Luas Kerusakan pada Tegakan Panggal Buaya

Distribusi Luas Kerusakan Biotik PU 1 (%)


Kode lokasi kanker jamur rayap Luka terbuka
0 0 0 0 0
1 5.882352941 0 5.882352941 0
2 23.52941176 17.647059 5.882352941 0
3 11.76470588 23.529412 0 17.64705882
4 0 5.8823529 0 0
5 3.125 0 0 0

Distribusi Luas Kerusakan Biotik PU 2 (%)


Kode lokasi kanker jamur rayap Luka terbuka
0 0 0 0 0
1 0 0 0 0
2 0 6.25 6.25 0
3 0 6.25 0 6.25
4 0 0 0 0
5 0 0 0 0

Distribusi Luas Kerusakan Biotik PU 3 (%)


Kode lokasi kanker jamur rayap Luka terbuka
0 0 0 0 0
1 0 6.6666667 0 6.666666667
2 0 93.333333 33.33333333 0
3 0 80 6.666666667 0
4 0 0 0 0
5 0 0 0 0
Tabel 5.4 Distribusi Luas Kerusakan Abiotik
Distribusi Luas Kerusakan Abiotik PU 1 (%)
Kode lokasi
Kerusakan DaunKlorosis Etiolasi Sub burn Sun scald Fox tail Kelebihan air
0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0
5 0 11.764706 0 0 0 0 0

Distribusi Luas Kerusakan Abiotik PU 2 (%)


Kode lokasi
Kerusakan DaunKlorosis Etiolasi Sub burn Sun scald Fox tail Kelebihan air
0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0

Distribusi Luas Kerusakan Abiotik PU 3 (%)


Kode lokasi
Kerusakan DaunKlorosis Etiolasi Sub burn Sun scald Fox tail Kelebihan air
0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0
2 0 6.6666667 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0
4 0 6.6666667 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 5.5 Akumulasi Distribusi Luas Kerusakan Biotik dan Abiotik pada seluruh PU
Jenis Kerusakan Biotik Abiotik
kanker 20.82776292 0
jamur 62.61697861 0
rayap 20.18549465 0
Luka Terbuka 10.1879085 0
klorosis 0 12.54902
Gambar 5.1 Grafik Distribusi Luas Kerusakan pada Tegakan Panggal Buaya

V. PEMBAHASAN
Penyakit kerusakan tanaman merupakan perubahan atau penyimpangan dalam satu
atau lebih bagian dari rangkaian proses fisiologis penggunaan energi yang
mengakibatkan hilangnya koordinasi di dalam tanaman inang. Berdasarkan
penyebabnya penyakit tanaman dibagi menjadi dua yaitu penyakit biotik dan penyakit
abiotik. Penyakit biotik berupa komponen inang, pathogen (penyebab penyakit) dan
lingkungannya. Sedangkan penyakit abiotik terdiri dari komponen inang dengan
lingkungannya (Sumardi dan Widyastuti, 2007).
Tanaman dikatakan sakit apabila terdapat perubahan seluruh atau sebagian organ-
organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari.
Penyakit pada tanaman dapat disebabkan oleh fungi, bakteri, virus, nematode, dan
tumbuhan parasit tinggi. Pada tanaman yang terserang penyakit akan menimbulkan
gejala ataupun tanda. Gejala (symptom) merupakan kelainan atau penyimpangan dari
keadaan normal tanaman yang ditunjukkan oleh tanaman tersebut sebagai reaksi
terhadap adanya pathogen. Selanjutnya adalah tanda yang merupakan indikasi lain dari
gejala yang merupakan struktur vegetatif dan generatif dari pathogen (Fatimah dan
Hidayat, 2015).
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan di Wanagama untuk tegakan Panggal
buaya (Zanthoxylon rhetsa) terkait dengan kerusakan yang terjadi. Berdasarkan data
hasil pengamatan, terdapat beberapa kerusakan yang dialami oleh tegakan panggal
buaya diantaranya sebagai berikut.
1. Rayap
Rayap merupakan serangga kecil pemakan selulosa yang sangat berbahaya
bagi bahan bahan yang mengandung selulosa seperti kayu dan produk turunan kayu
seperti papan partikel, papan serat, plywood, dan laminated board. Rayap basah
memiliki tipe mulut penggigit pengunyah dengan metamorfosis tidak sempurna atau
hemimetabola. Rayap basah berordo Isoptera yang berarti memiliki sayap yang sama
(Iswanto, 2005). Rayap basah menyerang pada fase nimfa atau masih muda dengan
berkoloni selain itu menyerang pada musim penghujan dikarenakan lembab
sehingga membuat rayap lebih suka menyerang. Rayap menyerang pada batang atau
bagian kayu gubal yaitu selulosanya. Tandanya adalah ditemukan serangga atau
rayap pada tanaman dan adanya rumah rayap atau lorong kembara.
Gejala yang timbul adalah kayu yang keropos akibat rayap memakan selulosa
kayu, serta batangnya beralur akibat kayu dimakan oleh rayap sehingga kayu tidak
rata dan berlubang, pada pengamatan di lapangan, batang tanaman Panggal Buaya
yang terserang rayap juga mengalami perubahan warna. Batang yang tidak rata atau
berlubang dapat mengakibatkan transportasi air dan unsur hara serta membuat
batang menjadi tumbang. Pada rayap basah terdapat rayap pekerja dan prajurit.
Rayap prajurit memiliki warna lebih gelap serta lebih besar dari pada rayap pekerja.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan pengaturan jarak tanam, tidak
melakukan penanaman pada waktu hujan, serta melakukan pembersihan gulma yang
berfungsi untuk meminimalisir kelembaban pada tanah. Pengendalian dilakukan
secara mekanis yaitu eradikasi (parah), disisik atau dikerok (ringan), secara biologis
yaitu mendatangkan predator, musuh alami yaitu semut, landak, trenggiling, burung,
serta penyemprotan insektisida secara kimia. Pengendalian secara biologi dapat
dilakukan dengan jamur Beauveria bessiana yang dapat menginfeksi tubuh rayap
sehingga menyebabkan kematian (Anggraeni, 2016).
2. Kanker batang
Penyakit kanker batang merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur
Phytophthora sp. yang biasanya menginfeksi inang dari jenis tanaman tersebut
ketika sedang terluka. Penyakit ini seringkali menyerang pada bagian batang dan
cabang. Luka akibat kanker memiliki batas yang jelas pada kulit, dikelilingi oleh
jaringan kalus yang sering terbuka, sehingga kayu tampak dari luar (Defitri, 2019).
Kanker batang merupakan salah satu jenis penyakit pada tanaman atau pohon yang
biasanya menyerang pada kulit batang. Pada kulit batang atau cabang akan terlihat
adanya bercak berwarna kehitam hitaman. Pada bercak ini, sering dijumpai cairan
kemerahan yang kemudian tampak seperti lapisan karat. Bila kulit batang dikupas,
akan terlihat pembusukan pada lapisan bawahnya yang berwarna merah anggur.
Penyakit kanker batang ini biasanya disebabkan oleh jamur. Penyebaran
penyakit berkaitan erat dengan penyakit busuk buah. Buah yang busuk akan menjalar
ke tangkai batang. Yang kemudian akan menginfeksi batang sehingga akan terjadi
kanker batang. Batang yang diserang biasanya pada batang pokok walaupun tidak
menutup kemungkinan cabang yang besar juga bisa terinfeksi. Penyakit berkembang
pada daerah yang lembab dengan curah hujan yang tinggi atau di lokasi yang sering
tergenang air. Akibat dari kanker batang ini adalah rusaknya jaringan kayu, batang
menjadi busuk dan berlendir. Kerugian akan semakin parah apabila lingkungan
sangat mendukung berkembangnya penyakit yaitu lingkungan yang lembab dan
basah (Sastrahidayat, 2016). Gejala yang terlihat dari penyakit yang menyerang
batang pohon ini diantaranya pada kayu gubal pecah dan mengeluarkan getah yang
berwarna kuning sampai warna coklat merah. Tipe gejala yang terjadi pada penyakit
kanker batang termasuk kedalam tipe penyakit nekrosis. Ketika pengamatan di
lapangan, ditemui pula pohon Panggal Buaya yang telah mati dimana pada
batangnya banyak ditemui gejala kanker batang.
Tanda pada penyakit tersebut dapat dilihat secara makroskopis yaitu berupa
perubahan warna menghitam pada bagian yang pecah akibat kematian sel. Vektor
atau penyebaran penyakit kanker batang dapat melaui angin, air dari hujan, serangan
dari tanaman yang satu ke yang lainya serta luka yang terbuka. Penyakit kanker
batang tersebut dapat dicegah melalui kegiatan monitoring, meminimalisir luka
dengan melakukan penjagaan tanaman, pembilihan bibit unggul sebelum
penanaman, serta diberlakukanya jarak tanam. Apabila suatu spesis tanaman hutan
telah terinfeksi penyakik kanker batang, maka dapat dilakukan pengendalian dengan
cara eradikasi atau pemusnahan bagian yang terkena penyakit.
3. Akar patah
Akar patah merupakan penyakit yang menyerang pada bagian bawah
tumbuhan khususnya pada akar tanaman penyakit ini terjadi apabila pertumbuhan
akar yang tidak sama seperti biasanya. Selain itu, bisa disebabkan karena tanah yang
terlalu padat sehingga akar mengalami kesulitan dalam bergerak sehingga
mengalami kepatahan akar. Apabila suatu pohon sudah mengalami akar yang patah
akan menyebabkan robohnya pohon
4. Klorosis
Klorosis merupakan suatu keadaan dimana jaringan tumbuhan mengalami
kerusakan akibat dari gagalnya pembentukan klorofil. Klorosis pada daun tanaman
yang terinfeksi terjadi karena beberapa sebab, salah satunya karena pembentukan
klorofil terhambat sehingga laju pembentukan klorofil sama atau lebih kecil
dibandingkan dengan laju degradasi klorofil (Ali dan Aprilia, 2019). Adapun gejala
yang terjadi yaitu kekahatan unsur mobile dan immobile, adanya kelainan pada
daun. Dan dampak yang dialami yaitu tumbuhan menjadi rentan terhadap penyakit,
dan menghambat pertumbuhan tanaman. Klorosis menyebabakan fotosintesis
terganggu, pertumbuhan terhambat, rentan terkena penyakit, dan produktivitas
menurun. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak disebut
juga unsur hara makro, antara lain C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S. Sedangkan unsur
hara yang dibutuhkan tanamn dalam jumlah yang sedikit disebut unsur hara mikro,
antara lain Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, Co, CL.
Warna kuning yang muncul pada daun diakibatkan oleh kekurangan
nitrogen. Dampak dari penyakit klorosis ini adalah tanaman rentan terkena
penyakit akibat kekurangan nutrisi, proses pertumbuhan tanaman terhambat,
respirasi dan fotosintesis tanaman pada tanaman juga terganggu. Ketika
pengamatan di lapangan, daun dari pohon Panggal Buaya yang menguning tidak
terjadi pada seluruh tegakan melainkan pada beberapa pohon saja. Pencegahan
yang dapat dilakukan yaitu dengan penyiapan tapak yang akan ditanami yaitu
dengan pemberian pupuk, manipulasi lingkungan, dapat dipindahkan ke green
house untuk memantau kecukupan nutrisi. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu
adalah dengan penambahan pupuk namun hanya dapat dilakukan pada fase semai
(Kurniawati dan Suastika, 2015).
5. Penggerek
Serangga Xystrocera festiva menyerang tanpa mengenal musim, dan
menyerang pada fase larva. Hama Xystrocera festiva menyerang pada bagian
batang tanaman, sehingga menyebabkan batang menjadi rapuh bahkan tanaman
dapat tumbang akibat hama penggerek ini (Siregar dkk., 2018). Hama ini
menimbulkan banyak lubang pada batang tanaman. Ketika pengamatan di
lapangan, sebagian besar pohon Panggal Buaya memiliki lubang yang disebabkan
oleh serangga penggerek batang. Akibat adanya lubang maka transfer hara
terganggu sehingga tajuk pohon menjadi kering, daun rontok sehinga
menyebabkan kematian. Akibat adanya lubang gerek mengakibatkan batang pohon
menjadi rusak atau cacat sehingga niali jual turun, pohon mengering, serta pohon
rentan tumbang akibat tiupan angin. Pencegahan dapat dilakukan dengan
penanaman multikultur untuk mengurangi penyebaran serangga hama. Namun jika
sudah terlanjur maka dapat dilakukan pengendalian dengan mekanis yaitu
eradikasi, biologi dengan predator seperti burung, jamur Beuveria bassiana
dicampur dengan cairan suspensi yang akan dimasukkan ke lubang gerek. Untuk
kimia yaitu dengan insektisida dengan memenuhi aturan (Supriatna dkk., 2017).

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Penyakit kerusakan tanaman merupakan perubahan atau penyimpangan dalam satu
atau lebih bagian dari rangkaian proses fisiologis penggunaan energi yang
mengakibatkan hilangnya koordinasi di dalam tanaman inang. Pada tanaman yang
terserang penyakit akan menimbulkan gejala ataupun tanda. Gejala merupakan
kelainan atau penyimpangan dari keadaan normal tanaman yang ditunjukkan oleh
tanaman tersebut sebagai reaksi terhadap adanya pathogen. Tanda merupakan
indikasi lain dari gejala yang merupakan struktur vegetatif dan generatif dari
pathogen. Jenis yang ditemukan pada tegakan nangka antara lain jamur, luka
terbuka, rayap, gummosis, penggerek, akar kanker batang, mati pucuk, dan klorosis.
2. Penyebab penyakit biotik antara lain adanya rayap, kanker batang oleh jamur
Phythoptora sp., penggerek batang oleh Xystrocera festiva, dan adanya jalur semut.
Sedangkan untuk penyakit abiotik yaitu berupa klorosis yang dapat disebabkan oleh
faktor lingkungan maupun karena kekurangan nutrisi.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Ali, F., dan Aprilia R.L. 2019. Seranga Virus Kuning Terang pada Induksi Ekstrak
Daun Clerodendrum paponicum dan Masabilii palapa. Jurnal Agrovigor. Vol
11 (2) : 101 –105.
Anggraeni, I. dan Lelana, N. E. 2016. Diagnosis Penyakit Hutan. Kementerian
Defitri, Yuza. 2016. Pengamatan Beberapa Penyakit yang Menyerang Tanaman Kopi
di Desa mekar Jaya Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Jurnal Media Pertanian Vol. 1, No. 2: 78-84
Fatimah, D. D. S., dan Hidayat, Y. 2015. Pengembangan Sistem Pakar Diagnosis
Penyakit Jeruk Keprok Garut. Jurnal Algoritma. 12(2), 199-205.
Fiani, A., dan Hadiyan, Y. 2017. Respon Populasi Asal Cendana (Santalum album L)
terhadap Serangan Embun Jelaga. In Proceeding Biology Education
Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning . Vol. 14, No. 1,
pp. 106-108.
Hood MA. (2004). The Strangler Fig and Other Tales: Field Notes of a Conservationist.
California (US): AltaMira Press.
Iswanto, Apri, H. 2005. Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu dan Metode
Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Kurniawati, F. dan Suastika, G. 2015. Identifikasi Tomato Infectious Chlorosis Virus
Penyebab Penyakit Klorosis Pada Tanaman Tomat Di Cipanas Jawa Barat
Melalui Perunutan Nukleotida Gen Protein Selubung Utama. Jurnal Hama dan
Penyakit Tumbuhan Tropika. Vol 15(1): 33-43.
Kuvaini, A. 2015. Penentuan Konsentrasi Efektif Herbisida Prima Up 480 SL dan Meta
Prima 20 WDG untuk Mengendalikan Gulma Beringin. Jurnal Citra Widya
Edukasi. 3(1), 1-9.
Lodge TE. (2005). The Erverglades Handbook: Understanding the Ecosystem. Florida
(US): CRC Press LLC.
Penanggulangannya. Medan : Universitas Sumatra Utara.
Sastrahidayat, Ika Rochdjatun. 2016. Penyakit pada Tumbuhan Obat-Obatan, Rempah-
Bumbu dan Stimulan. Malang: UB Press
Simamora, T. T. H., dan Bintoro, A. 2015. Identifikasi Jenis Liana dan Tumbuhan
Penopangnya di Blok Perlindungan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman.
Jurnal Sylva Lestari. 3(2), 31-42.
Siregar, Iskandar, Z., Juwita R., dan Yunianto. 2018. Prospek Bisnis, Budaya Panen
dan Pasca Panen Kayu Sengon. Penebar Swadaya.
Sumardi dan S. M. Widyastuti. 2007. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan. Gadjah Mada
Universitas Press. Yogyakarta.
Supriatna, Asep Hendra, Noor Farikhati, dan Imam Wahyudi. 2017. Sebaran Populasi
Presentase Serangan, dan Tingkat Kerusakan Akibat Hama Boktor Pada
Tanaman Sengon: Pengaruh Umur, Diameter, dan Tinggi Pohon. Jurnal
Silvikultur Tropika. Vol 8(2): 79-87.
Wibowo, A. 2006. Gulma di Hutan Tanaman dan Pengendaliannya. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hutan Tanaman. Bogor.
VIII. LAMPIRAN
Tanda Kerusakan dan Penyebab
No Pohon Jenis Pohon Keliling (cm) DBH (cm) Tinggi (m) Lokasi Kerusakan Keterangan
1 2 3 4 11 12 13 21 22 23 24 25 31
1 Zanthoxylum rhetsa 49 15.59718442 9 1 √ kanker
2 Zanthoxylum rhetsa 67 21.32676237 8,5 2 √ kanker
3 Zanthoxylum rhetsa 69 21.96338215 8,5 3 √ luka terbuka
4 Zanthoxylum rhetsa 47 14.96056465 8,7 2 √ kerusakan lain (rayap)
5 Zanthoxylum rhetsa 59 18.78028328 8,5 2 √ jamur
3 v jamur
6 Zanthoxylum rhetsa 44 14.00563499 8,5 3 √ jamur
7 Zanthoxylum rhetsa 50 15.91549431 9 3 √ jamur
8 Zanthoxylum rhetsa 40 12.73239545 8,5 2 √ jamur
9 Zanthoxylum rhetsa 35 11.14084602 7 5 √ klorosis
10 Zanthoxylum rhetsa 38 12.09577567 8 3 v stadium 2
11 Zanthoxylum rhetsa 40 12.73239545 9 2 √ jamur
3 v jamur
12 Zanthoxylum rhetsa 44 14.00563499 8,7 3 √ luka terbuka
13 Zanthoxylum rhetsa 41 13.05070533 8,7 1 √ kerusakan lain (rayap)
5 v klorosis
14 Zanthoxylum rhetsa 39 12.41408556 8,5 2 √ kanker
15 Zanthoxylum rhetsa 41 13.05070533 8,8 3 v kanker
4 v jamur
16 Zanthoxylum rhetsa 32 10.18591636 8,5 2 √ kanker
3 v luka terbuka
17 Zanthoxylum rhetsa 64 20.37183272 9 2 √ kanker

Lokasi Kerusakan Tanda Kerusakan dan Penyebab


No Pohon Jenis Pohon Keliling (cm) DBH (cm) Tinggi (m) Keterangan
1 2 3 4 11 12 13 21 22 23 24 25 31
1 Zanthoxylum rhetsa 40 12.73239545 9 0
2 Zanthoxylum rhetsa 76 24.19155135 9 0
3 Zanthoxylum rhetsa 43 13.68732511 8 2 √ ada tubuh buah jamur
3 v ada tubuh buah jamur
4 Zanthoxylum rhetsa 55 17.50704374 8.9 0
5 Zanthoxylum rhetsa 37 11.77746579 8.5 0
6 Zanthoxylum rhetsa 54 17.18873385 9 0
7 Zanthoxylum rhetsa 48 15.27887454 9 0
8 Zanthoxylum rhetsa 41 13.05070533 8.7 0
9 Zanthoxylum rhetsa 52 16.55211408 8.8 0
10 Zanthoxylum rhetsa 40 12.73239545 8.9 2 √ Rayap
3 v Luka terbuka
11 Zanthoxylum rhetsa 54 17.18873385 9 0
12 Zanthoxylum rhetsa 57 18.14366351 8.5 0
13 Zanthoxylum rhetsa 45 14.32394488 8.8 0
14 Zanthoxylum rhetsa 49 15.59718442 8.7 0
15 Zanthoxylum rhetsa 61 19.41690306 8.9 0
16 Zanthoxylum rhetsa 59 18.78028328 9 0

Anda mungkin juga menyukai