Anda di halaman 1dari 13

FILSAFAT POST MODERN

MAKALAH

Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah “filsafat umum” Dosen pengampu : Hj.Tri
Handayani, SH.,MH.

Disusun oleh :

1. Dewi Hastuti (22106011110)

2. Dian Estyas Aisyah (22106011116 )

3. Berliana Faradila Zahra (22106011097)

4.Syaiful Huda Hermawansah (22106011111)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS

WAHID HASYIM SEMARANG

2023
Kata pengantar

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat-Nya yang telah
diberikan kepada kita semua. Nikmat taufiq hidayah, inayah, dan nikmat yang paling besar
adalah nikmat iman, islam dan ihsan. Selain itu kami juga merasa sangat beruntung karna telah
mendapatkan hidayah-Nya baik kesehatan maupun akal sehat .

Dengan nikmat dan hidayah Nya kami dapat menyelesaikan penulisan tugas mata
kuliah “FILSAFAT UMUM”, adapun makalah ini berisi tentang ”filsafat abad pertengahan”.
Kami sampaikan terimakasih kepada ibu Hj. Tri Handayani, SH., MH. selaku dosen pengampu
mata kuliah filsafat umum, serta semua pihak yang turut membantu penyususnan makalah ini.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Semarang, 28 Maret 2023

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
A. Pengertian Postmodern ....................................................................................................... 3
B. Sejarah Berkembangnya Postmodern .................................................................................. 3
C. Ciri-ciri Postmodern............................................................................................................. 4
D. Tokoh-tokoh Yang Ada Pada Periode Postmodern ............................................................. 6
PENUTUP................................................................................................................................. 9
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 9
B. Saran .................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sejarah manusia, kita kenal tiga era atau zaman yang memiliki ciri khasnya
masing-masing yaitu pra-modern, modern dan postmodern. Zaman modern ditandai
dengan afirmasi diri manusia sebagai subjek. Apalagi setelah pernyataan Rene Descartes,
“cogito ergo sum” yang artinya ‘aku berpikir maka aku ada’. Melalui pernyataan tersebut,
manusia dibimbing oleh rasionya sebagai subjek yang berorientasi pada dirinya sendiri
sehingga rasio atau akal budi manusia menjadi pengendali manusia terutama tingkah
lakunya. Pada masa ini munculah berbagai macam teori yang berlaku sampai
sekarang. Pada akhirnya yaitu zaman dimana kita berada sekarang yaitu zaman
postmodern. Pemikiran pada periode ini menamakan dirinya postmodern, memfokuskan
diri pada teori kritis yang berbasis pada kemajuan dan emansipasi. Kemajuan dan
emansipasi adalah dua hal yang saling berkaitan, seperti yang dinyatakan oleh Habermas
bahwa keberadaan demokrasi ditunjang oleh sains dan teknologi.
Dalam makalah ini akan dikemukakan sejarah munculnya postmodern sebagai ‘isme’ yang
mengritik modernitas, juga akan dipaparkan beberapa tokoh pada periode ini beserta
ajarana-ajaran pokok meraka.
Masyarakat kita berada dalam pergolakan dan pergeseran kebudayaan. Seperti proyek
bangunan Pruitt-Igoe, pemikiran dan kebudayaan modernisme sedang hancur berkeping-
keping. Ketika modernisme mati di sekeliling kita, kita sedang memasuki sebuah era baru
postmodern. Fenomena postmodern mencakup banyak dimensi dari masyarakat
kontemporer. Pada intinya, Postmodern adalah suasana intelektual atau “isme”-
postmodernisme. Postmoderisme menunjuk kepada suasana intelektual dan sederetan
wujud kebudayaan yang meragukan ide-ide, prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dianut oleh
modernisme. Postmodernitas menunjuk kepada era yang sedang muncul, era di mana kita
hidup, zaman di mana postmodernisme mencetak masyarakat kita. Postmodernitas adalah
era di mana ide-ide, sikap-sikap, dan nilai-nilai postmodern bertahta ketika
postmodernisme membentuk kebudayaan. Inilah era masyarakat postmodern. Tujuan kita
dalam bab ini adalah melihat dari dekat fenomena postmodern dan memahami sedikit
tentang etos postmodernisme.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian postmodern ?
2. Bagaimana sejarah berkembangnya post modern?
3. Apa ciri-ciri postmodern ?
4. Siapa tokoh-tokoh yang ada pada periode postmodern?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetauhi pengertian dari post modern
2. Untuk mengetahui sejarah berkembangnya post modern
3. Untuk memahami ciri ciri post modern
4. Untuk memahami tokoh-tokoh periode post modern

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Postmodern
Postmodernisme adalah sebuah pemikiran yang lahir atas kebutuhan teori untuk
menjelaskan kondisi masyarakat saat ini. Kondisi masyarakat kontemporer banyak dipengaruhi
oleh kemajuan teknologi, khususnya informasi, dan industri budaya. Postmodernisme juga
lahir sebagai respon terhadap persoalan-persoalan modernisme. Adapun penjelasan menurut
para ahli sebagai berikut:
1. Steven Best dan Douglas Kellner, menyatakan bahwa posmodernisme menggambarkan
berbagai gerakan dan artifak dalam bidang budaya yang dapat dibedakan dari berbagai
gerakan, teks, dan praktek kaum modernis.
2. Lyotard (2012), menyatakan Postmodernisme diartikan sebagai ketidakpercayaan pada
berbagai bentuk metanarasi (antifundasionalisme), ketidakpercayaan pada klaim
kebenaran ilmu pengetahuan objektif-universal.
3. Lucaites dan Condit (1999), menyatakan postmodem dipandang sebagai bagian dari
kondisi historis yang lebih luas yang berfungsi sebagai respon terhadap konsep modern.
dan memiliki hubungan dalam filsafat, seni, arsitektur, komunikasi, dan bidang lainnya.
Postmodernisme melibatkan navigasi sebuah dunia dimana struktur buaya dipecah
karena kurangnya legitimasi.
4. Melford Spiro (1996), menyatakan Posmodernisme sebagai kritik kaum postmodern
tentang sains yang terdiri dari argumen yang saling terakit satu sama lain, yaitu
epistemologis dan ideologis yang didasarkan pada subyektivitas.
Secara garis besar Postmodernisme adalah pandangan dunia yang menyangkal semua
pandangan dunia yang saling berlawanan.

B. Sejarah Berkembangnya Post-Modern


Postmodernisme lahir di St. Louis, Missouri, 15 Juli 1972, pukul 3:32 sore. Ketika
pertama kali didirikan, proyek rumah Pruitt-Igoe di St. Louis di anggap sebagai lambang
arsitektur modern. Yang lebih penting, ia berdiri sebagai gambaran modernisme, yang
menggunakan teknologi untuk menciptakan masyarakat utopia demi kesejahteraan manusia.
Tetapi para penghuninya menghancurkan bangunan itu dengan sengaja. Pemerintah
mencurahkan banyak dana untuk merenovasi bangunan tsb. Akhirnya, setelah menghabiskan
jutaan dollar, pemerintah menyerah. Pada sore hari di bulan Juli 1972, bangunan itu diledakkan

3
dengan dinamit. Menurut Charles Jencks, yang dianggap sebagai arsitek postmodern yang
paling berpengaruh, peristiwa peledakan ini menandai kematian modernisme dan menandakan
kelahiran postmodernisme..
Fenomena postmodern mencakup banyak dimensi dari masyarakat kontemporer. Pada
intinya, Postmodern adalah suasana intelektual atau “isme”- postmodernisme. Para ahli saling
berdebat untuk mencari aspek-aspek apa saja yang termasuk dalam postmodernism. Tetapi
mereka telah mencapai kesepakatan pada satu butir: fenomena ini menandai berakhirnya
sebuah cara pandang universal. Etos postmodern menolak penjelasan yang harmonis,
universal, dan konsisten. Mereka menggantikan semua ini dengan sikap hormat kepada
perbedaan dan penghargaan kepada yang khusus (partikular dan lokal) serta membuang yang
universal. Postmodernisme menolak penekanan kepada penemuan ilmiah melalui metode
sains, yang merupakan fondasi intelektual dari modernisme untuk menciptakan dunia yang
lebih baik. Pada dasarnya, postmodernisme adalah anti-modern.
Tetapi kata “postmodern” mencakup lebih dari sekedar suasana intelektual. Penolakan
postmodernisme terhadap rasionalitas terwujud dalam banyak dimensi dari masyarakat kini.
Tahun-tahun belakangan ini, pola pikir postmodern terwujud dalam banyak aspek kebudayaan,
termasuk arsitektur, seni, dan drama. Postmodernisme telah merasuk ke dalam seluruh
masyarakat. Kita dapat mencium pergeseran dari modern kepada postmodern dalam budaya
pop, mulai dari video musik sampai kepada serial Star Trek. Tidak terkecuali, hal-hal seperti
spiritualitas dan cara berpakaian juga terpengaruh.
Postmoderisme menunjuk kepada suasana intelektual dan sederetan wujud kebudayaan
yang meragukan ide-ide, prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dianut oleh modernisme.
Postmodernitas menunjuk kepada era yang sedang muncul, era di mana kita hidup, zaman di
mana postmodernisme mencetak masyarakat kita. Postmodernitas adalah era di mana ide-ide,
sikap-sikap, dan nilai-nilai postmodern bertahta – ketika postmodernisme membentuk
kebudayaan. Inilah era masyarakat postmodern. Tujuan kita dalam bab ini adalah melihat dari
dekat fenomena postmodern dan memahami sedikit tentang etos postmodernisme.

C. Ciri-ciri Post Modern


Terdapat delapan karakter sosiologis postmodernisme yang menonjol, yaitu :
1) Timbulnya pemberontakan secara kritis terhadap proyek modernitas; memudarnya
kepercayaan pada agama yang bersifat transenden (meta-narasi); dan diterimanya
pandangan pluralisme relativisme kebenaran.

4
2) Meledaknya industri media massa, sehingga ia bagaikan perpanjangan dari sistem indera,
organ dan saraf kita, yang pada urutannya menjadikan dunia menjadi terasa kecil. Lebih dari
itu, kekuatan media massa telah menjelma bagaikan “agama” atau “tuhan” sekuler, dalam
artian perilaku orang tidak lagi ditentukan oleh agama-agama tradisional, tetapi tanpa
disadari telah diatur oleh media massa, semisal program televisi.
3) Munculnya radikalisme etnis dan keagamaan. Fenomena ini muncul diduga sebagai reaksi
atau alternatif ketika orang semakin meragukan terhadap kebenaran sains, teknologi dan
filsafat yang dinilai gagal memenuhi janjinya untuk membebaskan manusia, tetapi
sebaliknya, yang terjadi adalah penindasan.
4) Munculnya kecenderungan baru untuk menemukan identitas dan apresiasi
serta keterikatan rasionalisme dengan masa lalu.
5) Semakin menguatnya wilayah perkotaan (urban) sebagai pusat kebudayaan, dan wilayah
pedesaan sebagai daerah pinggiran. Pola ini juga berlaku bagi menguatnya dominasi negara
maju atas negara berkembang. Ibarat negara maju sebagai “titik pusat” yang menentukan
gerak pada “lingkaran pinggir”.
6) Semakin terbukanya peluang bagi klas-klas sosial atau kelompok untuk mengemukakan
pendapat secara lebih bebas. Dengan kata lain, era postmodernisme telah ikut mendorong
bagi proses demokratisasi.
7) Era postmodernisme juga ditandai dengan munculnya kecenderungan bagi tumbuhnya
eklektisisme dan pencampuradukan dari berbagai wacana, potret serpihan-serpihan realitas,
sehingga seseorang sulit untuk ditempatkan secara ketat pada kelompok budaya secara
eksklusif.
8) Bahasa yang digunakan dalam waacana postmodernisme seringkali mengesankan
ketidakjelasan makna dan inkonsistensi sehingga apa yang disebut “era postmodernisme”
banyak mengandung paradoks
Adapun Lyotard (dalam Sarup: 2007: 222) mengemukakan bahwa postmodemisme memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menginginkan penghargaan besar terhadap alam
2. Menekankan bahwa bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia
3. Mengurangi kekaguman terhadap ilmu pengetahuan, kapitalisme, dan teknologi
4. Menerima tantangan agama lain terhadap agama dominan
5. Menerima dan peka terhadap agama baru (agama lain)
6. Menggeser dominasi kulit putih di dunia barat

5
7. Mendorong kebangkitan golongan tertindas, seperti ras dan kelas sosial yang tersisihkan
8. Menumbuhkan pemahaman akan pentingnya interdependensi secara radikal dari semua
pihak dengan cara yang masih sesuai nalar
9. Transformasi realitas menjadi citra
10. Fragmentasi waktu menjadi rangkaian masa kini

D.Tokoh-Tokoh Post Modern


Tokoh-tokoh memegang peran penting, sebab tokohlah yang sebagai subyek yang
bertugas untuk mengakumulasikan konsep-konsep sehingga menjadi teori. Setiap tokoh adalah
mata rantai terakhir dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuam demi kemajuan umat
manusia secara keseluruhan. Tokoh – tokoh periode postmodernisme antara lain:
1. Charles Sanders Peirce
Peirce lahir di USA ( 1839-1914). Sebagai ahli semiotika, logika, dan matematika,
Pairce lahir sezaman dengan saussure tetapi Peirce melangkah lebih jauh daripada Saussure
dengan latar belakang sebagai ahli filsafat, ia dapat melihat dunia di luar struktur sebagai
struktur bermakna. Berbeda dengan Saussure dengan konsep diadik, Peirce menawarkan
konsep triadik sehingga terjadi jeda antara oposisi biner. Pierce jugalah yang mengembangkan
teori umum tanda-tanda, sebaliknya Saussure lebih banyak terlibat dalam teori linguistik
umum.
Pada dasarnya Peirce tidak banyak mempermasalahkan estetika dalam tulisan-
tulisannya. Akan tetapi teori-teorinya mengenai tanda menjadi dasar pembicaran estetika
generasi berikutnya. Menurutnya makana tanda yang sesungguhnya adalah mengemukakan
sesuatu. Tanda harus diinterpretasikan agar dari tanda yang orisinil berkembang tanda-tanda
yang baru. Tanda selalu terikat dengan sistem budaya, tanda-tanda tidak bersifat konvensional,
dipahami menurut perjanjian, tidak ada tanda yang bebas konteks. Tanda selalu bersifat plural,
tanda-tanda hanya berfungsi kaitannya denga tanda lain.
2. Roman Osipocich Jakobson
Jakobson adalah seorang linguist, ahli sastra, dan semiotikus yang lahir di Rusia (1896-
1982). Pusat perhatiannya adalah integrasi bahasa dan sastra sesuai dengan tulisannya yang
berjudul “Linguistics and Poetics”. Jakobson melukisakan antar hubungan tersebut dengan
mensejajarkan enam faktor bahasa dan enam fungsi bahasa yang disebut poetic function of
lenguage.
3. Jan Mukarovsky

6
Mukarovsky lahir di Bohemia(1891-1975). Sebagai pengikut strukturalisme Praha, ia
kemudian mengalami pergeseran perhatian dari struktur ke arah tanggapan pembaca. Aliran
inilah yang disebut strukturalisme dinamik. Sebagai pengikut kelompok formalis, ia
memandang bahwa aspek estetis dihasilkan melalui fungsi puitika bahasa, seperti
deotomatisasi, membuat aneh, penyimpangan, dan pembongkaran norma-norma lainnya.
Meskipun demikian, ia melangkah lebih jauh, aspek estetika melalui karya seni sebagai tanda,
karya sastra sebagai fakta transindividual. Singkatnya, karya sastra harus dipahami dalam
kerangka konteks sosial, aspek estetis terikat dengan entitas sosial tertentu.
Peran penting Mukarovsky adalah kemampuannya untuk menunjukkan dinamika antara
totalitas karya dengan totalitas pembaca sebagai penanggap. Ia membawa karya sastra sebagai
dunia yang otonom tetapi selalu dalam kaitannya dengan tanggapan pembaca yang berubah-
ubah. Menurutnya, sebagai struktur dinamik, karya sastra selalu baerada dalam tegangan antara
penulis, pembaca, kenyataan, dan karya itu sendiri.
4. Hans Robert Jauss
Jauss lahir di Jerman. ahli sastra dan kebudayaan abad pertengahan, Jauss ingin
memperbaharui cara-cara lama yang semata-mata mendiskripsikan aspek-aspek kesejarahan
sehingga menjadi lebih bersifat hermeneuitas. Tetapi di pihak lain, ia juga ingin
memperbaharui kelemahan kelompok formalis yang semata-mata bersifat estetis dan kelompok
Marxis yang semata-mata bersifat kenyataan.
Tujuan pokok Jauss adalah memebongkar kecenderungan sejarah sastra tradisional
yang dianggap bersifat universal teleologis, sejarah sastra yang lebih banyak berkaitan dengan
sejarah nasional, sejarah umum, dan rangkaian periode. Konsekuensi loguisnya adalah
keterlibatan pembaca. Untuk mempertegas peranan pembaca ini, Jauss mengintroduksi konsep
horison harapan (Erwatungshorizont). Horison harapan mengandaikan harapan pembaca,
cakrawala pembaca, citra yang timbul sebagai akibat proses pembacaan terdahulu. Jadi, nilai
sebuah karya, aspek-aspek estetis yang ditimbulkannya bergantung dari hubungan antara
unsur-unsur karya dengan horison harapan pembaca.
5. Jurij Mikhailovich Lotman
Lotman lahir di rusia (1922). Lotman (Fokkema-Kunne Ibsch, 1977: 2) adalah seorang
ahli semiotika struktural, ahli Rusia abad XVII dan XIX. Konsep dasar yang dikemukakan
adalah peranan bahasa sebagai sistem model pertama (ein primares modellbildendens system)
(PMS) sekaligus sebagai sistem model kedua (ein sekundares modellbildendes system) (SMS),
seperti sastra, film, seni, musik, agama, dan mitos. Dalam sejarah sastra barat, Lotman
(1977:24-25) juga membedakan antara estetika persamaan atau identitas (the aesthetic of
7
identy) dengan estetika pertentangan atau oposisi (the aesthetic of opposition). Estetika
pertama merupakan ciri khas foklor atau karya-karya sastra lama. Sedangkan estetika yang
kedua merupakan ciri karya-karya romantisme, realisme, garda depan, dan karya-karya sastra
modern.menurut Lotman (Fokkema dan Kunne-Ibsch, 1977: 41-43), karya sastra yang bermutu
tinggi justru karya-karya yang menawarkan banyak entropy, kaya dengan ketidakterdugaan
yang tinggi. Aspek estetis dicapai dengan adanya kaitan erat antara aspek semantis dengan
aspek formal teks, sehingga dalam bahasa sehari-hari yang tidak memiliki makna menjadi
bermakna.
6. Roland Barthes
Barthes adalah seorang ahli semiotika, kritikus sastra, khususnya naratologi. Barthes
lahir di Cherbourg, Perancis (1915-1980). Barhes dan dengan pengikutnya menolak keras
pandangan tradisional yang menganggap pengarang sebagai asal-usul tunggal karya seni. Jenis
paradigma ini telah dikemukakan oleh kelompok strukturalis, makna karya sastra terletak
dalam struktur dengan kualitas regulasinya. Melalui Bartheskarya sastra mempunyai kekuatan
baru, memperoleh kebebasan khususnya penafsiran pembaca. Meskipun demikian kenikmatan
dan kebahagiaan dalam membaca teks mempunyai arti yang lebih luas, dan dengan sendirinya
lebih etis dan estetis. Konsep lain yang dikemukakan adalah teks sebagai readerly (lisible) dan
writterly (rewritten/scriptible). Teks tidak semata-mata untuk dibaca, tetapi juga untuk ditulis
(kembali). Dalam entensitas readerly penulislah yang aktif, sedangkan pembaca bersifat pasif.
Sebaliknya dalam writterly, dengan anggapan bahwa penulis berada dalam kontruksi
anonimitas, maka pembacalah yang bersifat aktif, melalui aktivitas menulis.
7. Umberto Eco
Eco adalah seorang semiotikus, kritikus, novelis, dan jurnalis, lahir di Piedmot, Italia
(1932). Menurut Eco (1979: 7), semiotika dikaitkan dengan segala sesuatu yang berhubungan
dengan tanda. Menurut Eco (1979: 182-183) semua bidang dapat dikenal sebagai kode sejauh
mengungkapkan fungsi estetik setiap unsurnya. Sama dengan Peirce, esensi tanda adalah
kesanggupannya dalam mewakili suatu tanda. Setiap kode memiliki konteks, sebagai konteks
sosiokultural. Oleh karena itulah, teori tanda harus mampu menjelaskan mengapa sebuah tanda
memiliki banyak makna dan akhirnya bagaimana makna-makna baru bisa terbentuk. Dalam
hubungan inilah dibedakan menjadi dua unsur, pertama, unsur yang dapat disesuaikan atau
diramalkan oleh kode, seperti simbol dalam pengertian Peirce. Kedua, adalah unsur yang tidak
bisa disesuaikan dengan mudah, misalnya ikon dalam pengertian Peirce.

8
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Postmodernisme pada dasarnya mempelajari tanda pada bahasa, periode postmodern
lebih banyak memberikan perhatian pada tanda-tanda, sebagai estetika semiotis, dengan
pertimbangan bahwa kualitas estetis bersumber dari dan dihasilkan melalui pemahaman
terhadap sistem tanda. Postmodernisme, pada hakikatnya, merupakan campuran dari beberapa
atau seluruh pemaknaan hasil, akibat, perkembangan, penyangkalan, dan penolakan dari
modernisme Postmodernisme adalah kebingungan yang berasal dari dua teka-teki besar.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
yang harus dilengkapi, sehingga kami mengharapkan saran dari pembaca untuk memperbaiki
makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ratna, Nyoman Kutha.2011.estetika sastra dan budaya.Yogyakarta: Pustaka Belajar


Ahmad Tafsir,Filsafat Umum,Bandung,PT Remaja Rosdakarya,2000.
Asmoro Achmad,Filsafat Umum,Jakarta,PT RajaGrafindo Persada,1995.
Poedjawijatna,Pembimbing kearah Alam Filsafat,Jakarta,Rineka Cipta,1997.
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta, PT Bumi Aksara,2005
Amma06.blogspot.com/2009/02/tokoh-tokoh-filsafat-modern.html
Hakim, Abdul, Atang, Drs., dan Drs.Beni, Ahmad, Saebani,M.Si.,filsafat umumdari mitologi
sampai teofisolofi,Bandung,Pustaka Setia,2008.
Hadiwijono, Harun, Sari Sejarah Filsafat Barat 1,( Yogyakarta, Kanisius, 2006 )
Ramadhan, Ali, Isma Wahyu Khulaidah, dan Salsabila Januar Putri. (2019).
Makalah Aliran Filsafat PostModernisme. Sidoarjo: Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

10

Anda mungkin juga menyukai