Anda di halaman 1dari 24

MANAJEMEN PROYEK DALAM MEWUJUDKAN PROFIL PELAJAR

PANCASILA DI SMP NEGERI 96 JAKARTA

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Islam sebagai


salah satu persyaratan menyelesaikan studi Strata Dua (S2) untuk memperoleh
gelar Magister Pendidikan (M.Pd.)

Oleh:
WAHIDO AMARSYAH
NIM: 202520121

PROGRAM STUDI
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR
DAN MENENGAH ISLAM
PASCASARJANA INSTITUT PTIQ JAKARTA
2023 M/1444 H
OUTLINE

Judul
Abstrak
Pedoman Transliterasi
Kata Pengntar
Daftar Isi
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Kerangka Teori
1. Manajemen Proyek
a. Hakikat Manajemen Proyek
b. Jenis-Jenis Manajemen Proyek
c. Manfaat Manajemen Proyek
d. Contoh Penerapan Manajemen Proyek Pembelajaran Di SMP
2. Profil Pelajar Pancasila
a. Hakikat Profil Pelajar Pancasila
b. Ruang Lingkup Profil Pelajar Pancasila
c. Strategi Penerapan Profil Pelajar Pancasila Dimensi Gotong
Royong Di SMP
3. Manfaat Manajemen Proyek Pembelajaran dalam mewujudkan
profil pelajar pancasila
G. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
H. Metode Penelitian
1. Pemilihan Objek Penelitian
2. Data dan Sumber Data
3. Teknik Input dan Analisis Data
4. Pengecekan Keabsahan Data
I. Jadwal Penelitian
J. Sistematika Penulisan
K. Daftar Pustaka
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal penting dan akan terus berkembang seiring
berjalannya zaman. Perkembangan pendidikan merupakan konsekuensi dari
perkembangan berbagai aspek multidimensional di Indonesia, seperti teknologi,
sosial, dan politik. Namun dilihat dari kualitas yang ada sekarang, nampaknya
pendidikan belum mampu berkembang mengikuti zaman yang semakin dinamis.
Berbagai upaya pun dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan
permasalahan ini. Salah satu upaya mengembangkan pendidikan di Indonesia
ialah dengan memperbaharui kurikulumnya. Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.1 Tujuan tertentu ini meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi
daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun
oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan
dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi
manusia yang beriman dan betakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan
tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan. Dan dewasa ini pendidikan nasional sudah menggunakan kurikulum
yang baru, kurikulum tersebut diperbaharui guna menjawab tantangan pendidikan
di era modern seperti sekarang ini. Kurikulum baru yang berlaku pada saat ini
ialah Kurikulum Merdeka, yang mana kurikulum merdeka merupakan terobosan
yang baik untuk mengubah paradigma proses sampai kepada hasil pembelajaran
yang ada.

1
Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan kurikulum: teori dan praktik. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2022, hal. 12.
Beberapa karakteristik utama dari Kurikulum Merdeka yang mendukung
pengembangan kompetensi peserta didik adalah pembelajaran berbasis proyek
yang kehadirannya untuk pengembangan aktivitas soft skills dan karakter siswa
sesuai Profil Pelajar Pancasila, fokus pada materi esensial sehingga ada waktu
cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi
dan numerasi, fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang
terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan
penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal. Dengan menerapkan kurikulum
merdeka akan lebih relevan dan interaktif dimana pembelajaran berbasis proyek
akan memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk secara aktif menggali isu-
isu yang faktual. Penerapan Kurikulum Merdeka mendorong pelaksanaan
pembelajaran berbasis proyek pada penguatan profil pelajar Pancasila, yang
dimana semua pelaksanaan pembelajaran akan membentuk karakter siswa.2
Profil pelajar Pancasila merupakan bentuk penerjemahan tujuan
pendidikan nasional. Profil pelajar Pancasila berperan sebagai referensi utama
yang mengarahkan kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk menjadi acuan
untuk para pendidik dalam membangun karakter serta kompetensi peserta didik.
Profil pelajar Pancasila harus dapat dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan
karena perannya yang penting. Profil ini perlu sederhana dan mudah diingat dan
dijalankan baik oleh pendidik maupun oleh pelajar agar dapat dihidupkan dalam
kegiatan sehari-hari.
Untuk mewujudkan profil pelajar pancasila yang mampu berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila maka harus diupayakan dengan diadakannya
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang mana merupakan salah satu
bagian yang tak terpisahkan dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM).
Namun dalam pelaksanaan proyek penguatan profil pelajar pancasila di sekolah
tidak selamanya berjalan dengan mulus, salah satunya pelaksanaan P5 di SMP
Negeri 96 Jakarta yang mana ada beberapa masalah yang terjadi pada
pelaksanaannya. Di antara masalah yang ada yaitu kurangnya bersinergi antara
2
Indarta, et al. “Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar Dengan Model Pembelajaran
Abad 21 Dalam Perkembangan Era Society 5.0,” dalam Jurnal Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan
4(2), 2022, 3011–24.
peserta didik dengan fasilitator sehingga peserta didik kerap kali mengalami
kebuntuan dalam mengerjakan projeknya, kemudian kurangnya kerjasama antar
peserta didik sehingga terjadi pendayagunaan tenaga kelompok yang kurang
tersalurkan.
B. Identifikasi Masalah
Peneliti mengidentifikasikan beberapa permasalahan berdasarkan pada
latar belakang permasalahan di atas, diantaranya sebagai berikut:
1. Manajerial yang kurang bersinergi dan fasilitator yang kurang
memberdayakan.
2. Sikap gotong royong siswa dalam belajar perlu diterapkannya manajemen
proyek yang melibatkan siswa lebih aktif.
3. Kurangnya kerjasama siswa
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manajemen proyek dalam mewujudkan sikap gotong royong siswa.
2. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 96 Jakarta.
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut maka dibuatlah sebuah rumusan
masalah sebagai berikut: Apakah dengan melalui manajemen proyek dapat
mewujudkan sikap gotong royong siswa di SMP Negeri 96 Jakarta?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan langkah-langkah manajemen proyek yang mampu meningkatkan
sikap gotong royong siswa SMP Negeri 96 Jakarta
2. Mendeskripsikan bentuk manajemen proyek yang mampu meningkatkan
sikap gotong royong siswa SMP Negeri 96 Jakarta
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Secara khusus, penelitian ini memiliki tiga arah subjek. Pertama, bagi
sekolah tempat yang diteliti, yaitu sebagai masukan dan sumbangsih pemikiran
yang berguna untuk meningkatkan manajemen proyek pembelajaran siswa.
Kedua, bagi pembaca, penelitian ini tentu akan berguna untuk memberikan
informasi tentang manajemen proyek seperti apa yang dapat mewujudkan sikap
gotong royong siswa dan menambah khasanah ilmu pengetahuan dan memberi
wacana sekolah-sekolah pada umumnya sebagai paradigma pendidikan Indonesia
yang seharusnya menjadi poros pendidikan yang dapat menaungi proses
pembelajaran yang berkesinambungan, sehingga kualitas pembelajaran siswa dan
pengetahuan siswa dalam pembelajaran senantiasa meningkat. Ketiga, bagi
kampus, penelitian ini memberikan sumbangsih karya dan menjadi masukan
dalam meningkatkan kualitas mahasiswa untuk dapat mengembangkan metode
dalam pembelajaran dan masyarakat.
Secara umum penelitian ini dapat menjadi gambaran umum perkembangan
metode yang ada dan efektifitasnya dalam manajemen proyek dalam mewujudkan
sikap gotong royong siswa di sekolah maupun di lembaga pendidikan, serta
sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti lain yang akan melaksanakan
penelitian serupa di masa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
Lembaga pendidikan mampu mewujudkan profil pelajar pancasila dengan
sikap gotong royong siswa melalui manajemen proyek pembelajaran di SMP
Negeri 96 Jakarta. Sebagai mahasiswa dapat menerapkan pada pengajaran di
masyarakat maupun di lembaga pendidikannya. Serta umumnya lembaga pendidik
secara luas dapat menerapkan kepada sekolah maupun lembaga pendidikannya.
F. Kerangka Teori
1. Teori Tentang Manajemen Proyek
Manajemen proyek adalah suatu disiplin ilmu dan praktik untuk
merencanakan, mengatur, mengendalikan, dan menyelesaikan sebuah proyek
secara efisien dan efektif. Tujuan utama dari manajemen proyek adalah untuk
mencapai hasil yang diinginkan sesuai dengan target waktu, biaya, dan kualitas
yang telah ditetapkan. Hakikat dari manajemen proyek adalah untuk mengelola
sumber daya (baik manusia, material, maupun finansial) secara efektif dan efisien
agar dapat mencapai tujuan proyek yang diinginkan. Manajemen proyek
pembelajaran adalah proses merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan
proyek pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Hal ini meliputi pengelolaan sumber daya, anggaran, jadwal, risiko, dan
komunikasi selama seluruh siklus proyek.
Langkah-langkah umum dalam manajemen proyek pembelajaran meliputi:
1. Perencanaan: Membuat rencana proyek, mengidentifikasi tujuan
pembelajaran, dan menentukan sumber daya yang dibutuhkan.
2. Pelaksanaan: Melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana
proyek, serta mengelola anggaran dan jadwal proyek.
3. Monitoring dan pengendalian: Melakukan evaluasi terhadap kinerja proyek,
mengendalikan perubahan, dan menangani masalah yang muncul.
4. Penyelesaian proyek: Mengakhiri proyek dan mengevaluasi keberhasilan
pembelajaran yang dicapai.
Dalam manajemen proyek pembelajaran, penting untuk memastikan
bahwa proyek dilakukan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, sehingga hasil pembelajaran yang dicapai dapat memenuhi kebutuhan
peserta didik atau pelanggan. Selain itu, komunikasi yang efektif dengan semua
stakeholder proyek juga penting untuk memastikan kesuksesan proyek
pembelajaran.3
Untuk menjalankan manajemen proyek pembelajaran yang sukses,
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Menetapkan tujuan pembelajaran yang jelas: Tujuan pembelajaran yang jelas
akan membantu dalam memandu seluruh proyek pembelajaran, termasuk
dalam menentukan kebutuhan sumber daya, jadwal, anggaran, dan
pengelolaan risiko.
2. Mempertimbangkan kebutuhan peserta didik: Penting untuk memahami
kebutuhan peserta didik atau pelanggan sehingga proyek pembelajaran dapat
dirancang dengan tepat dan efektif. Hal ini dapat dilakukan melalui survei
kebutuhan atau wawancara langsung dengan peserta didik atau pelanggan.
3
Direktorat KSK Madrasah. Panduan pengembangan projek penguatan profil pelajar
pancasila dan profil belajar rahmatan lil alamin. Direktorat KSKK Madrasah Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementrian Agama RI, 2022.
3. Memilih metodologi pembelajaran yang tepat: Metodologi pembelajaran
yang tepat akan membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Beberapa metodologi pembelajaran yang populer adalah
pembelajaran berbasis proyek, blended learning, pembelajaran online, atau
pembelajaran langsung.
4. Menetapkan tim proyek yang kompeten: Menetapkan tim proyek yang terdiri
dari individu yang memiliki keterampilan dan kompetensi yang tepat untuk
setiap peran dalam proyek pembelajaran. Tim yang berkualitas akan
membantu dalam menyelesaikan proyek dengan sukses.
5. Mengelola komunikasi secara efektif: Komunikasi yang efektif adalah kunci
dalam manajemen proyek pembelajaran yang sukses. Penting untuk
memastikan bahwa semua stakeholder proyek termasuk peserta didik,
instruktur, tim proyek, dan manajemen senior memiliki akses ke informasi
yang relevan dan tepat waktu.
6. Melakukan evaluasi proyek secara berkala: Evaluasi proyek secara berkala
akan membantu dalam memastikan proyek pembelajaran berjalan sesuai
rencana dan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan sukses. Evaluasi dapat
dilakukan melalui survei peserta didik, tes pengetahuan, atau observasi
langsung oleh tim proyek.
Dalam keseluruhan, manajemen proyek pembelajaran yang sukses akan
membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan,
meningkatkan kualitas pembelajaran, dan memberikan pengalaman yang positif
bagi peserta didik atau pelanggan. Ada beberapa jenis manajemen proyek
pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah, di antaranya:
1. Manajemen Proyek Tradisional
Manajemen proyek tradisional menggunakan pendekatan yang telah
terbukti efektif dalam mengelola proyek. Pendekatan ini melibatkan serangkaian
tahapan yang harus dilalui dalam mengelola proyek, termasuk perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi. Manajemen proyek tradisional biasanya
membutuhkan banyak dokumen tertulis seperti rencana proyek, jadwal, dan
laporan kemajuan.
2. Manajemen Proyek Agile
Manajemen proyek agile adalah pendekatan yang lebih fleksibel dalam
mengelola proyek. Pendekatan ini lebih menekankan pada kolaborasi dan
komunikasi antara anggota tim, serta pengembangan produk secara bertahap.
Agile sering digunakan untuk proyek-proyek teknologi informasi atau proyek-
proyek yang memerlukan adaptasi cepat terhadap perubahan.
3. Manajemen Proyek Berbasis Kompetensi
Manajemen proyek berbasis kompetensi memfokuskan pada
pengembangan keterampilan dan kemampuan siswa melalui proyek-proyek yang
dirancang khusus untuk memenuhi standar kompetensi tertentu. Siswa biasanya
bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan proyek-proyek ini, dan mereka
dinilai berdasarkan kemampuan mereka untuk memenuhi standar kompetensi
yang telah ditetapkan.
4. Manajemen Proyek Berbasis Masalah
Manajemen proyek berbasis masalah melibatkan siswa dalam
menyelesaikan masalah nyata yang dihadapi oleh komunitas atau masyarakat
sekitar. Siswa bekerja dalam kelompok untuk merancang dan melaksanakan solusi
untuk masalah ini, sambil belajar tentang isu-isu sosial dan lingkungan yang
terlibat.
5. Manajemen Proyek Berbasis PBL (Problem-Based Learning)
Manajemen proyek berbasis PBL adalah pendekatan yang
menggabungkan manajemen proyek dengan pembelajaran berbasis masalah.
Siswa dipandu melalui serangkaian tahap untuk menyelesaikan masalah atau
proyek yang berkaitan dengan topik pelajaran tertentu. Pendekatan ini mendorong
siswa untuk berpikir kritis, berkolaborasi, dan mengembangkan keterampilan
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek-proyek yang kompleks.

2. Teori Tentang Profil Pelajar Pancasila


Profil pelajar Pancasila menurut Ernawati & Rahmawati, dirancang untuk
menjawab satu pertanyaan besar, yaitu bagaimana menghasilkan peserta didik
dengan profil (kompetensi) yang diinginkan oleh sistem pendidikan dengan
memperhatikan faktor internal yang berkaitan dengan identitas Nasional, ideologi,
dan cita-cita.4 Faktor eksternal profil pelajar Pancasila dimana Pancasila adalah
kehidupan dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia di abad 21 seperti masa
revolusi 4.0.
Profil pelajar Pancasila terdiri dari 6 kompetensi (dimensi) yaitu iman,
takut akan Tuhan Yang Maha Esa dan akhlak mulia, Ke-Bhineka-an Global,
gotong royong, kreativitas, berpikir kritis, dan mandiri. Dimensi-dimensi tersebut
menunjukkan bahwa profil peserta didik Pancasila tidak hanya terfokus pada
kemampuan kognitif saja, tetapi juga sikap dan perilaku sesuai identitasnya
sebagai bangsa Indonesia dan warga dunia.5 Selanjutnya menurut Inayah, nilai-
nilai Pancasila merupakan sumber dari karakter bangsa, pendidikan, dan budaya
yang diwujudkan pada masyarakat tanpa terkecuali, khususnya pada siswa yang
merupakan generasi bangsa Indonesia.6
Sistem penerapan nilai-nilai Pancasila secara tidak langsung berupa
kebiasaan, namun pada pengembangan moral perlu dilaksanakan dengan melatih
mental siswa agar lebih percaya diri. Pada lingkungan sekolah pegawai/staf
sekolah juga sangat penting dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila
dimana guru dalam pengimplementasian ini harus lebih baik karena guru
merupakan inti dari kegiatan pembelajaran, yang nantinya pasti akan dinilai oleh
siswa, maka dari itu guru harus memiliki 5 karakter yaitu religius, nasionalisme,
mandiri, integritas, dan gotong royong.7
Profil Pelajar Pancasila merupakan upaya menerjemahkan tujuan dan visi
pendidikan ke dalam format yang lebih mudah dipahami oleh seluruh pemangku
kepentingan pendidikan. Profil pelajar Pancasila adalah karakter dan kemampuan

4
Ernawati, Y. & Rahmawati, F. P. Analisis Profil Pelajar Pancasila Elemen Bernalar
Kritis dalam Modul Belajar Siswa Literasi dan Numerasi Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu,
6(4), 2022.
5
Lestari, P., Sunarto. & Cahyono, H. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Pada Sila
Kelima dalam Pembelajaran. Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial, 7(2), 2020, hal. 130-144.
6
N. N. Integrasi Dimensi Profil Pelajar Pancasila dalam Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Menghadapi Era 4.0 di SMK Negeri Tambakboyo. Journal of Education and
Learning Sciences, 1(1), 2021, hal. 1-13.
7
Rachmawati, N., Marini, A., Nafiah, M. & Nurasiah, I. Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila dalam Implementasi Kurikulum Prototipe di Sekolah Penggerak Jenjang Sekolah Dasar.
Jurnal Basicedu, 6(3), 2022, hal. 3613-3625
yang dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap individu pelajar
melalui budaya sekolah, pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, maupun
ekstrakurikuler. Budaya sekolah yang dimaksud adalah iklim sekolah, kebijakan,
pola interaksi dan komunikasi, serta norma yang berlaku di sekolah. Intrakurikuler
meliputi muatan pelajaran kegiatan atau pengalaman belajar. Yang dimaksud
dengan projek yaitu pembelajaran berbasis projek yang konstektual dan interaksi
dengan lingkungan sekitar. Ekstrakurikuler yaitu kegiatan untuk mengembangkan
minat dan bakat pesrta didik.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan salah satu
bagian yang tak terpisahkan dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). P5
adalah upaya untuk mewujudkan Pelajar Pancasila yang mampu berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis,
dan kreatif. IKM P5 menjadi istimewa karena penerapannya tidak terintegrasi
dalam pembelajaran setiap mata pelajaran melainkan mempunyai porsi khusus
dalam setiap alokasi jam mata pelajaran yang membuat peserta didik memiliki
kesempatan untuk dapat mengembangkan kompetensi pengetahuan, keterampilan
dan sikap mereka dengan belajar dari teman mereka, guru, bahkan sampai pada
tokoh masyarakat sekitar dalam menganalisis isu-isu hangat yang terjadi di
lingkungan sekitar.
P5 adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan
memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitarnya. P5
menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis projek (project-based learning)
yang berbeda dengan pembelajaran berbasis proyek dalam program intrakurikuler
di dalam kelas. Ini yang terkadang terjadi miskonsepsi dalam penerapan P5 di
satuan pendidikan yang hanya berfokus pada hasil ataupun produk akhir dari
setiap kegiatan P5 padahal proses setiap peserta didik dalam kegiatan P5 ini yang
menjadi sangat penting. Alur dan proses yang dijalani setiap peserta didik dalam
menyelesaikan masalah pada projek adalah hal utamanya.
P5 menjadi salah satu sarana pencapaian profil Pelajar Pancasila,
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengalami pengetahuan
sebagai proses penguatan karakter sekaligus kesempatan belajar dari lingkungan
sekitar. Dalam Menjalankan projek ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi memberikan 7-8 tema projek. Satuan pendidikan diberikan
fleksibilitas untuk memilihnya di setiap fase yang akan dijalani sesuai ketentuan,
yaitu Tingkat Sekolah Menengah Pertama wajib menyelesaikan minimal 3 tema
dalam satu fase. Satuan pendidikan wajib membentuk tim fasilitator P5,
mengidentifikasi kesiapan satuan pendidikan, merancang dimensi, tema, alokasi
waktu P5, menyusun modul projek, dan merancang strategi pelaporan hasil
projek.

G. Penelitian Terdahulu Yang Relevan


Penelitian manajemen proyek pembelajaran bukan terbilang penelitian
yang baru-baru ini dilakukan, melainkan penelitian terkait manajemen proyek
pembelajaran sudah sejak lama dilakukan oleh para akademisi, salah satunya itu
penelitian yang dilakukan oleh Santi Wahyuni. Beliau menulis jurnal penelitian
yang berjudul “Manajemen Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Melek Literasi.”
Pada jurnalnya tersebut Santi mengemukakan terkait pendekatan yang dilakukan
dalam penelitiannya itu adalah pendekatan kualitatif dengan model fenomenologi.
Yang mana penulis memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian secara holistik, memulai dari tahap perencanaan dengan menganalisis
kebutuhan peserta didik dengan mengangkat permasalahan yang terjadi di
lingkungan sekitar dan membuat konsep dalam bentuk kelompok (TPoC) serta
individu (MPoc), penentuan tujuan yang akan dicapai, penentuan tema besar, dan
tema pada setiap mata pelajaran yang akan dimasukan ke dalam pembelajaran
berbasis proyek.
Pada tahap pengorganisasian terdapat kegiatan pembuatan tahapan
program, jadwal kegiatan, dan jalur koordinasi. Pelaksanaan pembelajaran
berbasis proyek, dimulai dengan pembukaan yang berisi penjelasan konsep, dan
pemaparan rangkaian kegiatan, pelaksanaan fieldtrip ke ITB Jatinangor dan
Kampung sehat Cibunut untuk TPoC, dan Masjid Al-Lathif serta Badan Narkotika
Nasional untuk MPoC, setelah fieldtrip peserta didik membuat produk dan karya
tulis ilmiah sederhana, serta power point dan project board untuk membantu
mempresentasikan saat seminar penilaian, tahap terakhir dari pelaksanaan adalah
pembuatan STEM Expo, yakni stand proyek untuk dikunjungi oleh pengungjung
(orangtua peserta didik). Tahap penilaian, diuji oleh tiga penguji guru bidang studi
dengan ketentuan atau kriteria penilaian dari produk praktis, karya tulis ilmiah,
dan performa saat presentasi. Semua tahapan diawasi langsung oleh kepala
sekolah, kepala sekolah siap sedia untuk konsultasi memberikan jalan alternatif
jika terjadi kendala atau kesulitan saat pelaksanaan. Evaluasi dilakukan setelah
semua kegiatan selesai, kepala sekolah memimpin langsung evaluasi, dengan
mendengarkan laporan dari setiap guru dan hasil dari kuisoner orangtua peserta
didik.
Penelitian terkait profil pelajar pancasila beberapa tahun terakhir menjadi
pembahasan yang hangat di kalangan akademisi ketika tahun 2020 pemerintah
mencanangkan kurikulum merdeka yang mana di dalam kurikulum tersebut
dimuat perihal profil pelajar pancasila sebagai pengejewantahan tujuan
pendidikan nasional. Penelitian terkait profil pelajar pancasila selalu menjadi
bahan kajian yang menarik untuk diteliti, salah satunya jurnal penelitian milik
Novita Nur „Inayah (2021) yang berjudul “Integrasi Dimensi Profil Pelajar
Pancasila dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Menghadapi Era 4.0 di
SMK Negeri Tambakboyo.” Pada penelitiannya itu, Novita Nur „Inayah
menggunakan studi literatur atau penelitian kepustakaan. Yang selanjutnya dia
mengintegrasikan antara dimensi pelajar Pancasila dalam mata pelajaran
Pendidikan agama Islam, yang mana dapat dijumpai sebagai formula yang tepat
dalam menjawab tantangan zaman era revolusi industri 4.0 terkait pemenuhan
SDM yang berkualitas dan berdaya saing global. Pendidikan agama Islam menjadi
penyeimbang dalam kemajuan teknologi era 4.0 karena dalam PAI tidak hanya
membahas hubungan manusia dengan Allah (ḥabl min Allah), namun juga
hubungan dengan diri sendiri, sesama warga negara, sesama manusia (ḥabl min
al-nas) dan alam semesta (habl min al-alam). Dengan pengintegrasian dimensi
profil pelajar Pancasila dalam mata pelajaran PAI pada kurikulum merdeka
belajar ada beberapa hal yang dapat kita capai diantaranya: pengetahuan agama,
nasionalisme, kepedulian sosial, serta pemanfaatan teknologi 4.0 dalam dunia
Pendidikan.
H. Metode Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.8 Penelitian kualitatif juga disebut
sebagai suatu penelitian yang ditunjukan untuk mendeskripsikan dan menganalisa
fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran
orang secara individu maupun kelompok.9 Dalam penelitian kualitatif
memerlukan ketajaman analisis, objektifitas, dan sistematis sehingga diperoleh
ketepatan dalam interpretasi.
Strauss dan Corbin dalam bukunya Dasar-dasar Penelitian Kualitatif
menyatakan bahwa temuan pendekatan kualitatif tidak diperoleh melalui prosedur
statistik atau bentuk hitungan lainnya. Prosedur perolehan temuan diperoleh
dengan cara pengamatan, wawancara, dokumen, buku, kaset video, dan bahkan
data yang telah dihitung untuk tujuan lain.10 Penelitian kualitatif bertujuan
mengembangkan konsep sensitivitas pada masalah yang dihadapi, menerangkan
realitas yang berkaitan dengan teori dari bawah dan mengembangkan pemahaman
akan satu fenomena yang dihadapi. Menurut Sugiyono bahwa masalah dalam
penelitian kualitatif bersifat sementara, tentratif, dan berkembang atau berganti
setelah peneliti berada di lapangan.11
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi yang mampu
menggambarkan arti dari pengalaman hidup untuk beberapa orang tentang sebuah

8
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007, hal. 6.
9
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008, hal. 60.
10
Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, terj. Muhammad
Shodiq dan Imam Muttaqien, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, hal. 4.
11
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013, hal. 80.
konsep atau fenomena.12 Orang-orang yang terlibat dalam menangani sebuah
fenomena melakukan eksplorasi terhadap struktur kesadaran pengalaman hidup.
Adapun jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam tulisan ini adalah
jenis penelitian lapangan (field search), karena segala unsur dan proses dalam
penelitian dilaksanakan secara langsung dengan meninjau secara langsung tempat
penelitian melalui metode observasi, yaitu proses pengamatan dan pencatatan
secara sistematis mengenai gejala-gejala yang diteliti.13
Pendekatan pada penelitian ini yakni pendekatan fenomenologi untuk
memperoleh hasil penelitian dengan gambaran serta penjelasan yang mendalam.
Fenomenologi upaya mempelajari pengetahuan yang timbul dikarenakan rasa
kesadaran ingin mengetahui. Objek pengetahuan berupa gejala atau kejadian-
kejadian dipahami secara sadar. Fenomenologi menganggap pengalaman yang
aktual sebagai data tentang realitas yang dipelajari.14
Pada penelitian ini digunakan metode fenomenologi untuk melihat kondisi
real yang terjadi di SMP Negeri 96 Jakarta, dari sisi manajemen proyek
pembelajaran yang diterapkan sehingga mampu mengatasi permasalahan hingga
mewujudkan profil pelajar pancasila. Melalui wawancara mendalam serta
observasi, peneliti ingin mengungkap fenomena profil pelajar pancasila pada
dimensi gotong royong. Sehingga peneliti mencoba untuk mengkontruksi suatu
pola hubungan tentang manajemen proyek untuk mewujudkan sikap gotong
royong siswa.
1. Pemilihan Objek Penelitian
Peran guru dalam aktivitas pembelajaran sangat kompleks. Guru tidak
sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, namun guru juga
dituntut untuk memainkan berbagai peran yang bertujuan untuk mengembangkan
potensi anak didiknya secara optimal.

12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta, 2013, hal. 31.
13
Husein Usman dan Purnomo, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara,
2008, hal. 208.
14
Stephen Litllejhon, Teori Komunikasi, Jakarta: Salemba Humanika, 2009, hal. 184
Salah satu aspek yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian kompetensi
suatu mata pelajaran adalah bagaimana seorang duru dapat mengelola
pembelajaran. Seorang guru dituntut untuk kreatif dan pintar dalam memilih
model pembelajaran yang hendak diterapkan dalam pembelajaran. Selain harus
pintar dalam mencari model pembelajaran guru juga hendaknya
mempertimbangkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan
siswa dalam belajar.

2. Data dan Sumber Data


Data dimaknai dalam hal ini adalah kenyataan yang ada sebagai sumber
dalam menyusun suatu pendapat. Sedangkan sumber adalah tempat keluar atau
asal dari sesuatu tersebut. Dalam hal ini dapat dipahami juga bahwa sumber data
adalah suatu asal dari tempat keluarnya suatu kenyataan sebagai bentuk dalam
menyusun suatu pendapat.
Dapat dikatakan juga bahwa sumber data adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh. Oleh sebab itu, maka data yang diperoleh mesti dari sumber yang
tepat. Jika data yang diambil tidak tepat, maka data yang terkumpul akan tidak
relevan dengan apa yang diteliti.
Jenis data dalam penelitian mecakup dua, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data datang langsung diperoleh dari sumber
informasi yang akan diteliti atau peristiwa-peristiwa yang diamati dan sejenisnya.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber informasi yang diolah dari
pihak lain yang akan diteliti, seperti buku bacaan, dokumen-dokumen, dan lain
sejenisnya.15
Penelitian yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini menggunakan dua
data tersebut, baik data primer maupun data sekunder. Yang bertujuan untuk
mengungkapkan keadaan yang terjadi sebenarnya.
a. Data Primer
Dalam hal ini data primer adalah data informasi yang didapat langsung
dari lapangan. Data primer disini adalah informasi yang didapat langsung dari
15
Wahid Murni, Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan,
Malang: UM Pres, 2008, hal. 41.
tempat penelitian, yaitu SMP Negeri 96 Jakarta, mencakup data wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Sumber data primer berasal dari observasi langsung
di SMP Negeri 96 Jakarta, wawancara dengan guru dan siswa, serta dokumentasi
foto-foto gedung, foto-foto dokumen, kegiatan, narasumber di SMP Negeri 96
Jakarta.
b. Data Sekunder
Sedangkan data sekunder adalah data informasi dari hasil pengumpulan
orang lain dengan maksud tersendiri namun berkaitan dengan penelitian yang
akan peneliti teliti.16 Data tersebut berupa artikel, jurnal, video dan lainnya yang
terkait dengan penelitian yang peneliti lakukan. Sumber data sekunder ini berasal
dari internet maupun buku-buku.

3. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data menjadi aktivitas yang tak bisa terelakkan dalam
sebuah penelitian. Terminologi “human as instrument” mempunyai arti bahwa
hampir semua, bahkan selalu peneliti kualitatif melakukan kerja lapangan secara
langsung untuk mengumpulkan data penelitian. Ada beberapa cara yang dapat
digunakan peneliti kualitatif untuk mengumpulkan data seperti observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Cara-cara pengumpulan data pada penelitian
kualitatif:
a. Observasi atau Pengamatan
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.17 Teknik
pengumpulan data dengan observasi dilakukan apabila objek penelitian berkenaan
dengan perilaku manusia, tindakan manusia, proses kerja, dan fenomena alam
(kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar), dan bila responden yang diamati
tidak terlalu besar.18 Observasi juga menjadi metode favorit sebagai teknik
pengumpulan data bagi penelitian dengan kasus-kasus sosial.

16
S. Nasution. Metode Reseach; Penelitian Ilmiah. Cet.8 Jakarta: Bumi Aksara, 2006,
hal.143.
17
Sudaryono. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2018, hal. 216.
18
Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R&D. Bandung:
Alfabeta, 2003, hal. 166.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan menjadi participatory observation (observasi partisipasi) dan non-
participatory observation (observasi nonpartisipatif).19 Selanjutnya dari segi
instrumentasi yang digunakan, observasi dapat dibedakan menjadi observasi
terstruktur dan tidak terstruktur.20 Dalam penelitian ini, jenis observasi yang
digunakan adalah observasi non-partisipatif dimana peneliti hanya berkedudukan
sebagai pengamat serta tidak ikut berperan serta dalam kegiatan.
b. Wawancara
Wawancara merupakan perangkat untuk memproduksi pemahaman
situasional (situated understandings) yang bersumber dari episode-episode
interaksional khusus.21 Sedangkan Sudaryono memaparkan wawancara sebagai
suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi
langsung dari sumbernya. Lebih lanjut Sugiyono menjelaskan bahwa wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam
serta jumlah respondennya sedikit/kecil. Bagi kebanyakan peneliti, wawancara
menjadi teknik pengumpulan data yang paling banyak diminati.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara dengan
tujuan untuk medapatkan data, keterangan, serta pandangan dari subyek yang
menjadi sasaran penelitian. Pelaksanaan wawancara tak hanya dilakukan pada
satu narasumber saja, tetapi dengan menggunakan lebih dari narasumber. Hal ini
dalam rangka untuk memperoleh kebenaran yang lebih shahih karena ada
pembanding antara pendapat satu dengan pendapat lainnya.
Ada berbagai macam teknik wawancara yang dapat digunakan dalam
sebuah penelitian. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kali ini
menggunakan dua (2) jenis, yaitu:

19
Sudaryono. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2018, hal. 216.
20
Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R&D. Bandung:
Alfabeta, 2003, hal. 166.
21
N.K. Denzin & Y.S. Lincoln. Handbook of Qualitative Research. (Dariyatno, B. S.
Fata, Abi, & J. Rinaldi, Eds.) (Bahasa Ind). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
1) wawancara terstruktur (structure interview) dimana semua
pertanyaan telah dirumuskan sebelumnya dengan cermat dan disusun
secara tertulis oleh peneliti.
2) wawancara tak terstruktur (unstructured interview) yakni wawancara
yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat
penelitian, berupa buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan,
foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dalam penelitian ini, dokumen yang berbentuk tulisan didapatkan
dari semua arsip atau data yang dimiliki oleh sekolah yang berhubungan dengan
masalah yang akan diteliti.
Data ini berupa data sekunder karena hanya akan menjadi sumber data
pendukung yang berupa dokumen profil sekolah, data guru dan karyawan, tata
tertib guru dan karyawan, dan rekapitulasi rapot guru. Semua itu sebagai
pelengkap dari data yang didapatkan dari teknik wawancara. Dokumen lainnya
berbentuk gambar yakni berupa foto-foto yang berhubungan dengan penelitian.

4. Pengecekan Keabsahan dan Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data daripada hasil
wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan dengan cara pengorganisasian ke
dalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun pola,
memilih mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehinga mudah
dipahami diri sendiri dan juga orang lain.22
Dalam penelitian ini peneliti memilih teori Miles dan Huberman , yang
dikutip oleh Sugiyono yang mengemukakan bahwa mengenai analisis dari data
kualitatif sekurang-kurangnya melalui tiga tahapan ini, yaitu data reduction, data

22
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, hal. 246.
display, dan conclusion drawing/verification. Berikut penjelasan dari ketiga hal
tersebut:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data adalah proses peneliti dalam merangkum, memilah dan
memilih data yang perlu dan tidak perlu. Kegunaannya adalah untuk mendapatkan
data yang diutamakan atau tidak. Diprioritaskan atau tidak, bahkan membuang
data yan tidak diperlukan.
b. Data Display (Penyajian Data)
Bentuk analisa dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan uraian
singkat, bagian, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan
Huberman mengemukakan pendapatnya yang dikutip oleh Sugiyono “The most
frequent from of display data for qualitative research in the past has been
narrative text.” Dalam penelitian kualitatif yang paling banyak digunakan dalam
penyajian data adalah dengan teks yang besifat narrative.
c. Conclusion Drawing/Verification (Kesimpulan/Verifikasi)
Menurut Miles dan Huberman setelah menerasikan data data yang didapat
selanjutnya penarikan kesimpulan
dan memverifikasi data-data tersebut. Kegunaan verifikasi tentu sebagai
barometer dalam melihat kesimpulan, apakah kesimpulan tersebut sesuai dengan
kenyataan (valid) atau tidak valid.23
I. Jadwal Penelitian
Adapun waktu penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:
Bulan
No Kegiatan
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt

1 Penyusunan ⱱ ⱱ
Proposal

2 Ujian Proposal ⱱ

3 Revisi Proposal ⱱ

23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, hal. 252.
4 Penyusunan ⱱ
Tesis Progres I

5 Perbaikan ⱱ
Tesis Progres I

6 Penyusunan ⱱ
Tesis Progres II

7 Perbaikan ⱱ
Tesis Progres II

8 Sidang Tesis ⱱ

J. Sistematika Penulisan
Pada penulisan penelitian ini berisi lima bab yang berbeda pembahasan
akan tetapi satu kesatuan untuk menjelaskan penelitian ini secara keseluruhan.
Bagian bab pertama. Pada bab pertama berisi latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan
diakhiri dengan sistematika penulisan.
Selanjutnya bab kedua. Pada bagian bab ini berisi mengenai kajian teori
dan pustaka yang berisi tentang pembahasan teori mengenai teori tentang
manajemen proyek dan profil pelajar pancasila. Disertai juga kajian terdahulu dan
diakhiri dengan hipotesa.
Kemudian pada bab ketiga. Bagian bab ketiga berisi mengenai metodologi
penelitian, yang berisi mengenai metode penelitian, waktu dan tempat penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data, dan ditutup dengan teknik analisis data.
Setelah itu pada bagian bab keempat. Pada bagian ini peneliti memberi gambaran
umum hasil dan data dari objek penelitian, selanjutnya dideskripsikan penemuan-
penemuan di lapangan terkait penelitian yang diangkat, dan diakhiri dengan
analisis dari temuan dan kajian teori yang dilakukan.
Terakhir bab kelima. Pada bab kelima berisi penutup dengan isi mengenai
kesimpulan dari penelitian dan saran dari hasil penelitian untuk objek, organisasi
terkait, ataupun peneliti selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:


Rineka Cipta, 2013.

Direktorat KSK Madrasah. Panduan pengembangan projek penguatan profil


pelajar pancasila dan profil belajar rahmatan lil alamin. Direktorat
KSKK Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian
Agama RI, 2022.

Ernawati, Y. & Rahmawati, F. P. Analisis Profil Pelajar Pancasila Elemen


Bernalar Kritis dalam Modul Belajar Siswa Literasi dan Numerasi
Jenjang Sekolah Dasar. Dalam Jurnal Basicedu, 6 (4), 2022.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.

Indarta, et al. “Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar Dengan Model


Pembelajaran Abad 21 Dalam Perkembangan Era Society 5.0,” dalam
Jurnal Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan 4(2), 2022

Lestari, P., Sunarto. & Cahyono, H. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Pada Sila
Kelima dalam Pembelajaran. Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial,
7(2), 2020.

Litllejhon, Stephen. Teori Komunikasi, Jakarta: Salemba Humanika, 2009.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2007.

Murni, Wahid. Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan,
Malang: UM Pres, 2008.

N. N. Integrasi Dimensi Profil Pelajar Pancasila dalam Mata Pelajaran


Pendidikan Agama Islam Menghadapi Era 4.0 di SMK Negeri
Tambakboyo. Dalam Journal of Education and Learning Sciences, 1,
2021.

N.K. Denzin & Y.S. Lincoln. Handbook of Qualitative Research. (Dariyatno, B.


S. Fata, Abi, & J. Rinaldi, Eds.) (Bahasa Ind). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009.

Rachmawati, N., Marini, A., Nafiah, M. & Nurasiah, I. Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila dalam Implementasi Kurikulum Prototipe di Sekolah
Penggerak Jenjang Sekolah Dasar. Dalam Jurnal Basicedu, 6(3), 2022.
S. Nasution. Metode Reseach; Penelitian Ilmiah. Cet.8 Jakarta: Bumi Aksara,
2006.

Strauss, Anselm, dan Juliet Corbin. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, terj.


Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqien, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003.

Sudaryono. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2018.

Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R&D.


Bandung: Alfabeta, 2003.

Syaodih., Sukmadinata, Nana. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya, 2008.

Syaodih., Sukmadinata, Nana. Pengembangan kurikulum: teori dan praktik,


Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000.

Usman, Husein, dan Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi


Aksara, 2008.

Anda mungkin juga menyukai