1
Sedangkan menurut Muhamad al-Zuhaili rincian objek kajian Ushul
Fiqh sebagai berikut:
1. Sumber-sumber hukum syara’, baik yang disepakati, seperti al-
Qur’an dan Sunnah maupun yang diperselisihkan, seperti
istihsan dan mashlahah mursalah.
2. Pembahasan tentang ijtihad, yakni syarat-syarat dan sifat-sifat
orang yang melakukan ijtihad.
3. Mencarikan jalan keluar dari dua dalil yang bertentangan secara
dzahir, ayat dengan ayat atau sunnah dengan sunnah, dan lain-
lain baik dengan jalan pengompromian (al-Jam’u wa al-Taufiq),
menguatkan salah satu (tarjih), pengguguran salah satu atau
kedua dalil yang bertentangan.
4. Pembahasan hukum syara’ yang meliputi syarat-syarat dan
macam-macamnya, baik yang bersifat tuntutan, larangan, pilihan
atau keringanan (rukhshah).
5. Juga dibahas tentang hukum, hakim, mahkum ‘alaih, dan lain-
lain;.
6. Pembahasan kaidah-kaidah yang akan digunakan dalam
mengistinbath hukum dan cara menggunakannya. (Al-Ghazali:
7, Al-Amudi 1:9, Al-Syaukani: 5, Al-Zuhaili: 23)
IJTIHAD
Definisi ijtihad:
الظن ابحلكم
ّ االجتهاد استفراغ الفقيه الوسع لتحصيل
“Ijtihad ialah mengerahkan segenap kemampuannya seorang faqih
(ahli hukum Islam) untuk menyimpulkan hukum dengan level zonni
(dugaan kuat).”1
1
Jam’ul Jawami juz: 2, hal: 380
2
:(أن رسول هللا صلى هللا عليه وآله وسلم ملا أراد أن يبعث معاذاً إىل اليمن قال
فإن مل جتد يف: قال، أقضي بكتاب هللا:كيف تقضي إذا عرض لك قضاء؟ قال
فإن مل جتد: قال، فبسنة رسول هللا صلى هللا عليه وعلى آله وسلم:كتاب هللا؟ قال
أجتهد:يف سنة رسول هللا صلى هللا عليه وعلى آله وسلم وال يف كتاب هللا؟ قال
احلمد هلل: فضرب رسول هللا صلى هللا عليه وآله وسلم صدره وقال،رأيي وال آلو
ِ رسول
رسول هللا ملا يرضي رسول هللا) رواه أبو داود َ الذي وفق
"Sesungguhnya Rasulullah Saw tatkala hendak mengutus Muaz ke
Yaman, beliau bertanya: Bagaimanakah engkau memvonis jika ada
kasus yang kau temui? Muaz: Aku akan memvonis dengan al-Qur'an.
Rasulullah Saw: Bagaimanakah kalau tidak kau dapati di Qur'an?
Muaz: Dengan Sunah Nabi Saw. Rasulullah Saw: Bagaimana kalau
tidak kau dapati di Sunah Rasulullah dan di al-Qur'an? Muaz: Aku akan
ijtihad dengan akalku, dan aku tidak akan gegabah.
Maka Rasulullah Saw menepuk dadanya sambil bersabda:
Alhamdulillah yang telah memberikan taufiq kepada utusannya
Rasulullah karena Rasulullah telah meridhainya." Riwayat Abu Dawud.
Telah disinggung di awal tulisan tentang hadits Mu’az bin Jabal (wafat:
18 H) saat diutus dakwah ke Yaman, bahwa pada hadits tersebut
mengindikasikan adanya peran sumber hukum setelah al-Qur’an dan
Sunah, yaitu melalui perangkat-perangkat ijtihad.
B. Syarat-Syarat Ijtihad
3
4. Faqih an-nafsi (memiliki kapabelitas kuat untuk memahami maksud
suatu teks).
5. Mengetahui argumentasi logika dan hukum yang didasarkan pada
logika.
6. Memiliki predikat yang baik dalam penguasaan bahasa arab, ilmu
ushul, ilmu balaghoh (semantik arab), serta kaitan hukum dari
Qur’an dan Sunah walau pun tidak hafal.
7. Mengatahui posisi ijma’ (hukum yang didasarkan pada
kesepakatan) agar seorang mujtahid tidak mendobraknya.
8. Mengetahui status hukum nasikh-mansukh (hukum pengganti dan
hukum yang diamandemen).
9. Mengetahui sebab nuzul (hal yang melatarbelakangi turunnya suatu
ayat Qur’an, atau sebab wurud yaitu hal yang melatarbelakangi
sebab datangnya hadits Nabi).
10. Mengetahui syarat periwayatan mutawatir, ahad, serta sohih dan
dho’if.
11. Mengetahui sifat para perowi hadits sehingga berkapasitas
untuk menyimpulkan diterima atau ditolaknya suatu hadits.
12. Seorang mujtahid tidak disyaratkan menguasai ilmu kalam
(teologi) dan cabang-cabangnya.
13. Seorang mujtahid tidak disyaratkan harus lelaki dan merdeka.
14. Dan demikian juga menurut pendapat yang paling kuat, seorang mujtahid
tidak disyaratkan memiliki kepribadian adil.2
2
Jam’ul Jawami juz: 1, hal: 383.
3
Sebagian pendapat menyatakan bahwa ijmak, qiyas dan sebagainya bukan sebagai sumber hokum Islam
tetapi sebagai metodologi dalam menggali Qur’an dan Sunah.
4
5