Anda di halaman 1dari 136

Pendidikan Pancasila

(Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian)

Buku Ajar Mahasiswa (BAM)


Berbasis Rencana Perkuliahan Semester (RPS)

PENULIS :
Dra. Irawaty, M.Pd.
Dra. Dorce Banne Pabunga, M.Pd.
Dr. Darnawati, M.Pd.
Pendidikan Pancasila
(Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian)

Buku Ajar Mahasiswa (BAM)


Berbasis Rencana Perkuliahan Semester (RPS)

Penulis : Dra. Irawaty, M.Pd.


Dra. Dorce Banne Pabunga, M.Pd.
Dr. Darnawati, M.Pd.

© 2019

Diterbitkan Oleh:

Cetakan Pertama, Februari 2019


Ukuran/ Jumlah hal: 176x250 mm / xx+119 hlm
Layout : Wisnu
Cover: Emjy

ISBN : 978-602-5815-44-7

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang Ketentuan Pidana Pasal 112 - 119. Undang-undang
Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah


melimpahkan rahmat, hidayah, limpahan rezki, kesehatan dan kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Buku Ajar Pendidikan
Pancasila.
Penyusunan materi pokok Buku Ajar Mahasiswa Pendidikan
Pancasila yang merupakan Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)
berbasis Rencana Perkuliahan Semester (RPS) dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan bahan belajar mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Sleain itu, BAM ini disusun berdasarkan sistematika
perkuliahan yang ditetapkan dalam rambu-rambu pelaksanaan mata kuliah
pengembangan kepribadian di Perguruan Perguruan Tinggi berdasarkan
Surat Keputusan Dirjen Dikti No.38/Dikti/Kep/2002.
Dalam pembahasan bahan belajar ini di mulai dari; (1) Landasan dan
Tujuan Pendidikan Pancasila; (2) Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan
Bangsa Indonesia, (3) Pancasila sebagai Sistem Filsafat; (4) Pancasila sebagai
Etika Politik; (5) Pancasila sebagai Ideologi; (6) Pancasila dalam Konteks
Ketatanegaraaan Republik Indonesia; dan (7) Pancasila dan Paradigma
Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan
penulisan ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan, rasa hormat
dan terima kasih kepada:
1. Kemristekdikti yang telah memberi kesempatan pada penulis dalam
penyusunan Buku Ajar Mahasiswa (BAM) ini melalui hibah penelitian
PSNI.
2. Ketua LPPM yang selalu memberikan dukungan dan arahan dalam
pengajuan dan penyusunan buku ajar sampai dengan tersusunnya buku
ini.
3. Keluarga, sahabat, dan rekan kerja yang senantiasa memberikan
dukungan semangat dan doa untuk tim penulis.

iii
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Penyusunan buku ajar ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak
melalui dra.irawaty@uho.ac.id, agar buku ini dapat dijadikan acuan dalam
kegiatan pembelajaran, serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi semua pihak yang membutuhkan.

Agustus, 2018

Tim Penulis

iv
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

KURIKULUM Tanggal Revisi :

UHO RENCANA Kode Dokumen :


Universitas PERKULIAHAN
Halu Oleo SEMESTER

Fakultas : FKIP
Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Mata Kulia/Bobot : Pendidikan Pancasila/2 SKS
Kode Mata Kuliah : UHO6102

Capaian Pembelajaran Mata : Memanfaatkan teknologi informasi untuk


Kuliah/Kompetensi: menelusuri
data/informasi dalam rangka menemukenali dan
menyelesaikan masalah-masalah pembangunan
Bangsa dan
Negara dalam:
a. Perspektif nilai-nilai dasar Pancasila
sebagai ideologi dan dasar negara
Indonesia.
b. Memiliki pengetahuan tentang nilai-
nilai dasar Pancasila sebagai prinsip dan
pedoman hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara
c. Mampu mengambil keputusan yang tepat
dalam
Deskripsi Mata Kuliah: : Mata kuliah ini akan membahas tentang konsep
dan hakikat Pancasila sebagai dasar dan ideologi
negara, serta pandangan hidup bangsa. Mata kuliah
ini juga mengkaji Pancasila. Secara Historis,
Yuridis, dan Filosofis serta aktualisasinya dalam
kehidupan kebangsaan dan kenegaraan; Pancasila
sebagai landasan dalam Etika Politik dan Paradigma
Pembangunan serta implementasinya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
melalui
pengkajian, pemaparan konsep, diskusi, studi
kasus, dan pemberian tugas baik individu maupun
kelompok

v
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Referensi : [1] Kaelan. (2002). Filsafat Pancasila:


Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.
Yogjakarta Paradigma
[2] Marx, Karl, (terjemahan). 2004. Das Kapital
Kritik der poltischen Oekonomie, diterjemahkan
oleh Oey Hay Djoen dalam buku ‘Kapital,
Sebuah Kritik Ekonomi Politik dalam Buku I, II,
III’. Bandung: Penerbit Ultimus,.
[3] Depdiknas. 2003. Undang-undang RI
No.20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional
[5] Efendi, H.A.M. (1995). Filsafah Negara
Pancasila. Semarang: IAIN Walisongo
pers.
[6] Subandi. Ahmad. (2006). Filsafat Ilmu
Mengurai, Ontologis, Epitimologis, dan
Aksiologis Pengetahuan. Bandung.

A. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Kemampuan yang Bahan Kajian/Materi Metode Pembelajaran Waktu


Ke Diharapkan Pembelajaran dan Pengalaman Belajar (Menit)

1 a. Mendeskripsikan a. Latar Belakang Ceramah, tanya jawab, 100’


pentingnya Pendidikan Pendidikan curah pendapat .
Pancasila Pancasila a. Curah pendapat
b. Menjelaskan tujuan b. Urgensi Pendidikan tentang latar
pendidikan Pancasila Pancasila belakang, pengertian,
c. Menjelaskan landasan c. Tujuan pendidikan urgensi. Tujuan, dan
pendidikan Pancasila Pancasila landasan Pendidikan
d. Menjelaskan fungsi d. Landasan Pancasila berdasar
Pancasila Pendidikan PPT presentasi dosen
Pancasila dan buku sumber.
e. Fungsi Pancasila b. Mahasiswa memiliki
keyakinan akan
pentingnya Mata
Kuliah Pendidikan
Pancasila dala
konteks kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa, dan
bernegara

vi
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

2. a. Mendeskripsikan nilai- a. nilai-nilai luhur Projeck based learning 100’


nilai luhur Pancasila Pancasila pada Mahasiswa
pada masa pra kerajaan masa pra kerajaan mengembangkan
nasional sampai dengan nasional kemampuan untuk
masa kerajaan nasional b. nilai-nilai luhur menghasilkan produk
b. Mendeskripsikan Pancasila pada
tumbuhnya nasionalisme masa masa
pada masa colonial kerajaan nasional
Mendeskripsikan c. Proses perumusan
secara runtut proses dan pengesahan
perumusan dan Pancasila
pengesahan Pancasila d. Proses pengesahan
Pancasila

3 a. Mengidentifikasi a. nilai-nilai luhur Projeck based learning 100’


nilai-nilai luhur dalam dalam proses Mahasiswa
proses perumusan dan perumusan mengembangkan
pengesahan Pancasila Pancasila kemampuan untuk
b. Mengargumentasikan b. nilai-nilai luhur menghasilkan produk
relevansi nilai-nilai dalam proses
luhur dalam proses pengesahan
perumusan dan Pancasila
pengesahan Pancasila c. dinamika
dalam konteks kekinian Pancasila dalam
c. Mendeskripsikan sejarah bangsa
dinamika Pancasila sejak kemerdekaan
dalam sejarah bangsa sampai sekarang
sejak kemerdekaan (1945-1949,
sampai sekarang. 1949-1950, 1950-
1959, 1959-1998,
1998-sekarang)

4 a. Menjelaskan pengertian a. Konsep dasar 100’


filsafat filsafat
b. Mendeskripsikan b. pokok-pokok
pokok-pokok pikiran pikiran dalam
dalam Pancasila Pancasila sebagai
sebagai sistem filsafat sistem filsafat
yang sistematis, c. unsur-unsur
hirarkhis dan logis Pancasila sebagai
c. Mengidentifikasi sistem filsafat
unsur-unsur Pancasila
sebagai sistem filsafat

5 a. Menjelaskan hakekat a. hakekat nilai, Projeck based learning 100’


nilai, moral dan norma moral dan norma
dalam Pancasila b. hakekat nilai,
b. Menganalisis Pancasila moral dan norma
sebagai nilai dasar dalam Pancasila
dan maknanya c. Pancasila sebagai
dalam kehidupan nilai dasar dan
bermasyarakat, maknanya dalam
berbangsa dan kehidupan
bernegara bermasyarakat,
berbangsa

vii
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

6 a. Mampu memahami a. Pengertian Ceramah, tanya jawab 100’


ideology pancasila ideology
sebagai ideology b. Fungsi ideology
Negara c. Dimensi ideology
b. Mampu memahami d. Ideologi Pancasila
eksistensi ideology
pancasila dengan
ideology terbuka

7 a. Menjelaskan a. Konsep dasar Tanya jawab 100’


pengertian, Ideologi Diskusi , CTL
konsep dasar dan b. Ideologi Pancasila
makna ideologi di tengah ideologi Membuat laporan
b. Mengidentifikasi lain perbandingan ideologi
kelebihan c. Pancasila sebagai Pancasila dengan ideologi
ideologi ideologi terbuka lain dari berbagai
Pancasila dengan d. Tantangan sumber untuk memahami
ideologi lain ideology bangsa di kelebihan pancasila
melalui telaah masa depan sebagai ideologi negara
pustaka dari Indonesia
berbagai sumber Melalui diskusi mahasiswa
c. Menganalisis dapat menganalisis
Pancasila sebagai Ideologi Pancasila
ideologi bangsa sebagai Ideologi terbuka
dan negara dan tantangannya di
Indonesia yang masa depan bagi bangsa
bersifat terbuka Indonesia berdasar
beserta tantangan berbagai sumber belajar.
dimasa depan

8 Ujian Tengah Semester

9 a. Menjelaskan Pancasila a. Pancasila sebagai Ceramah, tanya jawab 100’


sebagai dasar negara dasar negara
b. Menjelaskan b. UUD NRI Tahun
pengertian UUD NRI 1945 sebagai
Tahun 1945 sebagai konstitusi
konstitusi c. Kedudukan UUD
c. Menjelaskan NRI Tahun 1945
kedudukan UUD NRI sebagai konstitusi
Tahun 1945 sebagai d. Hubungan
konstitusi Pancasila dengan
d. Menjelaskan hubungan Pembukaan UUD
Pancasila dengan NRI Tahun 1945
Pembukaan UUD NRI e. Hubungan
Tahun 1945 Pancasila dengan
e. Menjelaskan hubungan UUD NRI Tahun
Pancasila dengan UUD 1945
NRI Tahun 1945

viii
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

10 a. Menjelaskan fungsi a. Pancasila sebagai Kuliah mimbar 100’


UUD bagi negara dasar negara Penugasan
b. Menjelaskan b. Pengertian UUD Diskusi (kooperatif
sistematika UUD dan Konstitusi learning)
sebelum dan sesudah c. Fungsi UUD bagi Discovery learning
amandemen negara Melalui diskusi mahasiswa
UUD 1945 d. Hubungan dapat memahami sistem
c. Menganalisis sistem Pancasila dengan ketatanegaraan Republik
pemerintahan negara UUD NRI 1945 Indonesia berdasarkan
menurut UUD hasil e. Sistematika UUD Pancasila dan UUD 1945
amandemen 2002 dalam negara RI berdasar PPT presentasi
dosen dan buku sumber
Mampu menganalisis
perbedaan sistem
pemerintahan negara
menurut Amandemen
UUD
Mampu menganalisis
hubungan keterkaitan
Pancasila dengan UUD
NRI 1945.

11 a. Menjelaskan Pengertian a. Pengertian Etika Tanya jawab 100’


Etika dan Etika Politik Studi Kasus
b. Menjelaskan Pengertian b. Dimensi politik Tematik (presentasi dan
Etika Politik kehidupan diskusi)
c. Menjelaskan Dimensi manusia Melalui diskusi dan
politik dalam c. Manusia sebagai diberikan studi kasus
kehidupan manusia mahluk individu mahasiswa dapat
d. Mendeskripsikan dan sosial menganalisis Pancasila
Manusia sebagai d. Nilai-nilai sebagai Etika Politik
mahluk individu dan Pancasila sebagai berdasarkan buku sumber
sosial sumber etika Melalui studi kasus
e. Menganalisis nilai- politik mahasiswa dapat
nilai Pancasila sebagai memahami nilai-nilai
sumber etika politik Pancasila sebagai sumber
etika politik

12 a. Menjelaskan konsep a. Konsep paradigm 100’


paradigma b. Konsep
b. Menjelaskan fungsi pembangunan
paradigma c. Konsep masyarkat,
c. Menjelaskan konsep bangsa, dan
pembangunan Negara
d. Menjelaskan konsep d. Pancasila sebagai
pradigma pembangunan paradigma
e. Menganalisis Pancasila pembangunan
sebagai paradigma
pembangunan

ix
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

13 a. Mengidentifikasi a. Pancasila -Diskusi (presentasi) 100’


Pancasila sebagai sebagai - Tanya jawab
paradigma paradigma - Analisis kasus PBL
pembangunan di pembangunan di (presentasi)
bidang politik, bidang politik, Melalui analisis kasus
ekonomi, sosial ekonomi, sosial, mahasiswa dapat
budaya, hukum, budaya, hukum memecahkan masalah-
Hankam Hankam masalah dalam kehidupan
b. Mengidentifikasi b. Pancasila bermasyarakat, berbangsa
Pancasila sebagai sebagai dan bernegara sesuai
paradigma paradigma dengan bidang-bidang
pembangunan kehidupan antar pembangunan
kehidupan antar umat umat beragama
beragama dan IPTEKS dan IPTEKS
c. Menganalis
implementasi Pancasila
sebagai paradigma
pembangunan
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara

14 a. Menganalisis a. Aktualisasi 100’


Implementasi Pancasila nilai Pancasila
dalam kehidupan dalam kehidupan
berbangsa dan bermasyarakat-
bernegara berbangsa
b. Membuat dokumen b. Implementasi
bukti/contoh Pancasila dalam
Implementasi Pancasila kehidupan
dalam kehidupan di bernegara
masyarakat

15 a. Memberikan contoh a. Aktualisasi nilai Diskusi 100’


Implementasi Pancasila Pancasila dalam Unjuk kerja
dalam kehidupan dari kehidupan kampus Presentasi
sisi budaya kampus, b. Kampus sebagai Melalui presentasi
dosen, staf admin, dan miniatur tugas dan diskusi dapat
mahasiswa kehidupan yang menunjukkan aktualisasi
b. Menganalisis ber-Pancasila Pancasila dalam kehidupan
Implementasi bangsa Indonesia melalui
Pancasila dalam tayangan PPT
kehidupan kampus dari
sisi budaya kampus,
dosen, staf admin, dan
mahasiswa

16 Ujian Akhir Semester

x
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

B. Kisi-kisi Penilaian

Tugas Waktu (Menit Bobot


Bahan Kajian /Materi Waktu penilaian
Pembelajaran Mandiri Kelompok
a. Model/metode/strategi Terstruktur 90’ 10-100
pembelajaran MK.
Pancasila
b. Kompetensi Akhir (KD)
dalam MK. Pancasila
c. Pokok-pokok materi
yang akan dibahas dalam
MK. Pancasila
d. Tugas-tugas yang harus
diselesaikan dalam
MK. Pancasila
Sistem penilaian dalam
MK. Pancasila
a. Latar Belakang Mandiri 90’ 10-100
Pendidikan Pancasila
b. Urgensi Pendidikan
Pancasila
c. Tujuan pendidikan
Pancasila
d. Landasan
Pendidikan Pancasila
e. Fungsi Pancasila

a. nilai-nilai luhur Pancasila Terstruktur 90’ 1. Menjelaskan 10-100


pada masa pra kerajaan nilai-nilai
nasional Pancasila
b. nilai-nilai luhur Pancasila pada zaman
pada masa masa kerajaan Pra kerajaan
nasional Nasional
c. Proses perumusan dan sampai kerajaan
pengesahan Pancasila nasional
d. Proses pengesahan
Pancasila
a. nilai-nilai luhur dalam Mandiri 90’ 1. Menjelaskan 10-100
proses perumusan proses
Pancasila perumusan
b. nilai-nilai luhur dalam Pancasila sampai
proses pengesahan disahkannya
Pancasila sebagai dasar
c. dinamika Pancasila negara
dalam sejarah bangsa
sejak kemerdekaan
sampai sekarang (1945-
1949, 1949-1950,
1950-1959, 1959-1998,
1998-sekarang)

xi
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

a. Konsep dasar filsafat Kelompok Presentase 90’ 1. Membuat 10-100


b. pokok-pokok pikiran makalah yang
dalam Pancasila sebagai materinya
sistem filsafat menganalisis
c. unsur-unsur Pancasila Pancasila
sebagai sistem filsafat sebagai dasar
kehidupan
bermasyarakat,
Berbangsa dan
Bernegara
a. hakekat nilai, moral dan Mandiri 90’ 10-100
norma
b. hakekat nilai, moral dan
norma dalam Pancasila
c. Pancasila sebagai nilai
dasar dan maknanya
dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa
a. Pengertian ideology Mandiri 90’ 10-100
b. Fungsi ideology
c. Dimensi ideology
d. Ideologi Pancasila
a. Konsep dasar Ideologi Kelompok Presentase 90’ 1. Mengidentifikasi 10-100
b. Ideologi Pancasila di pancasila
tengah ideologi lain sebagai Ideologi
c. Pancasila sebagai ideologi yang bersifat
terbuka terbuka
d. Tantangan ideology
bangsa di masa depan
UTS Mandiri 90’ 10-100
a. Pancasila sebagai dasar Mandiri 90’
negara
b. UUD NRI Tahun 1945
sebagai konstitusi
c. Kedudukan UUD NRI
Tahun 1945 sebagai
konstitusi
d. Hubungan Pancasila
dengan Pembukaan UUD
NRI Tahun 1945
e. Hubungan Pancasila
dengan UUD NRI Tahun
1945

xii
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

a. Pancasila sebagai dasar Mandiri 90’ 1. Memahami 10-100


negara sistem
b. Pengertian UUD dan ketatanegaraan
Konstitusi RI berdasarkan
c. Fungsi UUD bagi negara Pancasila dan
d. Hubungan Pancasila UUD 1945
dengan UUD NRI 1945
e. Sistematika UUD dalam
negara RI
a. Pengertian Etika dan Etika Mandiri 90’ 10-100
Politik
b. Dimensi politik kehidupan
manusia
c. Manusia sebagai mahluk
individu dan sosial
d. Nilai-nilai Pancasila
sebagai sumber etika
politik
a. Konsep paradigm Mandiri 90’ 10-100
b. Konsep pembangunan
c. Konsep masyarkat,
bangsa, dan Negara
d. Pancasila sebagai
paradigma pembangunan
a. Pancasila sebagai Kelompok Presentase 90’ 1. Memberikan 10-100
paradigma pembangunan tugas untuk
di bidang politik, menganalisis
ekonomi, sosial, budaya, kasus-kasus
hukum Hankam yg dapat
b. Pancasila sebagai paradigma menyebabkan
kehidupan antar umat dis Integrasi
beragama dan IPTEKS Bangsa
a. Aktualisasi nilai Pancasila Mandiri 90’ 10-100
dalam kehidupan
bermasyarakat-berbangsa
b. Implementasi Pancasila
dalam kehidupan
bernegara
a. Aktualisasi nilai Pancasila Mandiri 90’ 10-100
dalam kehidupan kampus
b. Kampus sebagai miniatur
kehidupan yang ber-
Pancasila
UAS Mandiri 80’ 10-100

xiii
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Catatan: bobot hasil penilaian sebesar 20% diperoleh dari tingkat partisipasi mahasiswa
baik dalam hal kehadiran dalam perkuliahan, keaktifan dalam mengikuti
perkuliahan (bertanya, memperhatikan, dan bersungguh-sungguh), dan keaktifan
dalam kegiatan diskusi kelompok dan presentasi kelas.

Kendari, Agustus 2018


Dosen Mata Kuliah

Dra. Irawaty, M.Pd.


NIP. 196705102002122001

xiv
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

DAFTAR ISI
Halaman
Cover.................................................................................................. i
Prakata.............................................................................................. iii
Rencana Perkuliahan Semester (RPS) .......................................... v
Daftar Isi ........................................................................................... xv
BAB I Landasan dan Tujuan Pancasila.......................................... 1
A. Pendahuluan................................................................................. 1
B. Uraian Materi ............................................................................... 1
1.1 Landasan Pancasila....................................................................... 1
1.1.1. Landasan Historis............................................................. 1
1.1.2. Landasan Kultural............................................................ 3
1.1.3. Landasan Yuridis.............................................................. 3
1.1.4. Landasan Filosofis............................................................ 4
1.2. Tujuan Pancasila.......................................................................... 5
1.3. Pembahasan Pancasila secara Ilmiah........................................... 6
1.3.1. Berobjek........................................................................... 6
1.3.2. Bermetode......................................................................... 7
1.3.3. Bersistem.......................................................................... 8
1.3.4. Bersifat Universal............................................................. 8
1.4. Rangkuman.................................................................................. 8
1.5. Latihan......................................................................................... 9
C. Daftar Bacaan............................................................................... 10

BAB II Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa


Indonesia........................................................................................... 11
A. Pendahuluan................................................................................. 11
B. Uraian Materi................................................................................ 11
2.1. Pengantar .................................................................................... 11
2.2. Sejarah Pancasila pada Masa Kerajaan....................................... 13
2.2.1. Zaman Kutai..................................................................... 13
2.2.2. Zaman Sriwijaya............................................................... 13

xv
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

2.2.3. Zaman Kerajaan-kerajaan sebelum Majapahit................. 15


2.2.4. Kerajaan Majapahit.......................................................... 16
2.2.5. Zaman Penjajahan............................................................ 17
2.2.6. Kebangkitan Nasional...................................................... 19
2.3. Masa Proklamasi Kemerdekaan.................................................. 20
2.3.1. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945..................... 20
2.3.2. Masa setelah Proklamasi Kemerdekaan........................... 21
2.4. Pembentukan Negara Republik Indonesia................................... 22
2.5. Rangkuman.................................................................................. 23
2.6. Latihan......................................................................................... 24
C. Daftar Bacaan............................................................................... 25

BAB III Pancasila sebagai Sistem Filsafat..................................... 26


A. Pendahuluan................................................................................. 26
B. Uraian Materi................................................................................ 26
3.1. Pengertian Filsafat ...................................................................... 26
3.2. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat............................................... 28
3.3. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem..... 31
3.3.1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila
yang bersifat Organis........................................................ 32
3.3.2. Susunan Pancasila yang bersifat Hierarkis
dan Berbentuk Piramidal.................................................. 33
3.3.3. Rumusan Pancasila yang bersifat Hierarkis
dan Berbentuk Piramidal.................................................. 34
3.3.4. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila
yang saling mengisi dan saling Mengkualifikasi.............. 35
3.4. Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat........ 36
3.4.1. Dasar Ontologi.................................................................. 37
3.4.2. Dasar Epistemologis......................................................... 37
3.4.3. Dasar Aksiolobis............................................................... 37
3.5. Prinsip-prinsip Filsafat Pancasila................................................ 38
3.6. Obyek Filsafat Pancasila............................................................. 38

xvi
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

3.7. Rangkuman.................................................................................. 39
3.8. Latihan......................................................................................... 39
C. Daftar Bacaan............................................................................... 40

BAB IV Pancasila sebagai Etika Politik......................................... 41


A. Pendahuluan................................................................................. 41
B. Uraian Materi................................................................................ 41
4.1. Etika Politik................................................................................. 41
4.1.1. Pengertian Etika Politik.................................................... 41
4.1.2. Legitimasi Kekuasaan...................................................... 43
4.1.3. Legitimasi Moral dalam Kekuasaan................................. 44
4.2. Pengertian Nilai, Moral dan Norma............................................ 46
4.2.1. Nilai.................................................................................. 46
4.2.2. Moral................................................................................ 48
4.2.3. Norma............................................................................... 48
4.3. Nilai Dasar, Nilai Instrumentak, dan Nilai Praktis...................... 49
4.3.1. Nilai Dasar........................................................................ 49
4.3.2. Nilai Instrumental............................................................. 50
4.3.3. Nilai Praktis...................................................................... 51
4.4. Rangkuman.................................................................................. 52
4.5. Latihan......................................................................................... 53
C. Daftar Bacaan............................................................................... 54

BAB V Pancasila sebagai Ideologi................................................... 55


A. Pendahuluan................................................................................. 55
B. Uraian Materi................................................................................ 55
5.1. Ideologi........................................................................................ 55
5.1.1. Arti Ideologi..................................................................... 55
5.1.2. Pancasila sebagai Ideologi Nasional................................. 57
5.2. Makna Ideologi Bagi Negara....................................................... 58
5.3. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Lain.............. 59
5.3.1. Ideologi Liberalisme......................................................... 59

xvii
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

5.3.2. Ideologi Sosialisme........................................................................... 59


5.4. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka ......................................................... 60
5.4.1. Arti Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka .................................... 60
5.4.2. Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila .................. 60
5.4.3. Sifat Ideologi ...................................................................................... 61
5.4.4. Batas-batas Keterbukaan Ideologi Pancasila .............................. 61
5.5. Rangkuman .................................................................................................... 61
5.6. Latihan............................................................................................................. 62
C. Daftar Bacaan ................................................................................................... 62

BAB VI Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik


Indonesia ............................................................................................................... 63
A. Pendahuluan ..................................................................................................... 63
B. Uraian Materi ................................................................................................... 63
6.1. Sistem Ketatanegaraan RI Berdasarkan Pancasila dan
UUD1945......................................................................................................... 63
6.1.1. Pengertian, Kedudukan, Sifat dan Fungsi UUD 1945 .............. 63
6.2. Pembukaan UUD 1945................................................................................ 66
6.2.1. Makna Pembukaan UUD 1945 ...................................................... 66
6.2.2. Makna Alinea-alinea dalam Pembukaan UUD 1945 ................ 68
6.2.3. Pokok-pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945 ........................... 69
6.2.4. Hubungan Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan
UUD 1945 Dengan Pasal-pasal UUD 1945 70
6.3. Pasal-pasal UUD 1945 ................................................................................ 71
6.3.1. Kelembagaan Negara ....................................................................... 71
6.3.2. Hubungan Negara dan Warga Negara dan HAM ...................... 73
6.3.3. Perubahan UUD 1945 ...................................................................... 74
6.4. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945 ........................................................... 75
6.4.1. Masa Awal Kemerdekaan ............................................................... 75
6.4.2. Masa Orde Lama ............................................................................... 76
6.4.3. Masa Orde Baru................................................................................. 78
6.4.4. Masa Transisi dan Reformasi ......................................................... 78

xviii
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

6.5. Rangkuman.................................................................................. 80
6.6. Latihan......................................................................................... 81
C. Daftar Bacaan............................................................................... 81

BAB VII Pancasila dalam Paradigma Kehidupan


Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.................................. 82
A. Pendahuluan................................................................................. 82
B. Uraian Materi................................................................................ 82
7.1. Pancasila Paradigma Pembangunan............................................ 82
7.2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Iptek...................... 83
7.3. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ideologi, Politik,
Ekonomi, Sosial Budaya, Pertahanan dan Keamanan ................. 87
7.3.1. Pengembangan Ideologi................................................... 87
7.3.2. Pengembangan Politik...................................................... 88
7.3.3. Pengembangan Sosial Budaya.......................................... 90
7.3.4. Pengembangan Ekonomi.................................................. 90
7.3.5. Pengembangan Hankam................................................... 91
7.4. Rangkuman.................................................................................. 91
7.5. Latihan ........................................................................................ 92
C. Daftar Bacaan............................................................................... 93

Kunci Jawaban................................................................................. 94
Glosarium.......................................................................................... 110
Daftar Pustaka.................................................................................. 113
Indeks................................................................................................. 115

xix
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB I
LANDASAN DAN TUJUAN PANCASILA

A. Pendahuluan
Deskrispsi:
Bab ini membahas tentang pengertian landasan pancasila, tujuan pancasila
dan kajian pancasila secara ilmiah.

Tujuan Pembelajaran:
Mahasiswa diharapkan mampu:
a. Memahami konsep landasan pancasila
b. Memahami tujuan pancasila
c. Mengkaji pancasila secara ilmiah

B. Uraian Materi
1.1. Landasan Pancasila
1.1.1. Landasan Historis
Landasan historis Pancasila dimulai dari proses pembentukan bangsa
Indonesia itu sendiri. Proses pembentukan bangsa Indonesia secara garis
besar dapat dirangkumkan sebagai berikut:
a. Zaman Kerajaan-kerajaan Kuno (Hindu-Budha, abad IV-XVI)
b. Zaman Kerajaan-kerajaan Islam (Abad XIV-XVII)
c. Masa penjajahan bangsa Barat (Abad XVII-XX)
d. Masa pejuangan mengusir penjajah secara fisik (sebelum abad XX-
Kebangkitan Nasional)
e. Kebangkitan Nasional (berdirinya Boedi Oetomo, 20 Mei 1908)
f. Sumpah Pemuda (28 Oktober 1982)

1
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

g. Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)


h. Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus 1945)
i. Masa Revolusi fisik (1945-1949)
j. Masa Demokrasi Liberal (1945-1949)
k. Masa Demokrasi Terpimpin (Orde Lama, 1959-1966)
l. Masa Orde Baru (1966-1998)
m. Masa Reformasi (1998-sekarang)
Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini terutama dalam
masa reformasi, bangsa Indonesia sebagai bangsa harus memiliki visi serta
pandangan hidup yang kuat agar tidak terombang-ambing ditengah-tengah
masyarakat internasional. Dengan lain perkataan bangsa Indonesia harus
memiliki nasionalisme serta rasa kebanggaan yang kuat. Hal ini dapat
terlaksana bukan melalui suatu kekuasaan atau hegemoni ideologi
melainkan suatu kesadaran berbangsa dan bernegara.
Jadi secara historis, bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam sila
pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar Negara Indonesia
secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga
asas nilai-nilai pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia
sendiri, atau dengan kata lain bangsa Indonesia sebagai kausa materialis
pancasila. Oleh karena berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan
bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai pancasila. Atas
dasar pengertian dan alasan historis inilah maka sangat penting bagi para
generasi penerus bangsa terutama kalangan terutama kalangan intelektual
kampus untuk mengkaji, memahami dan mengembangkan berdasarkan
pendekatan ilmiah, yang pada gilirannya akan memiliki suatu kesadaran serta
wawasan kebangsaan yang kuat setra berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya
sendiri. Konsekuensinya dalam historis pancasila dalam kedudukannya sebagai
dasar filsafat Negara serta ideologi bangsa dan Negara bukannya suatu ideologi
yang menguasai bangsa, namun justru nilai-nilai dari sila-sila pancasila itu
melekat dan berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri.

2
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

1.1.2. Landasan Kultural


Setiap bangsa di dunia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara senantiasa memiliki suatu pandangan hidup, filsafat hidup
serta pegangan hidup agar tidak terombang-ambing dalam kancah
pergaulan masyarakat internasional. Setiap bangsa memiliki ciri khas serta
pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain. Negara komunisme dan
liberalism meletakkan dasar filsafat negaranya pada suatu konsep ideologi
tertentu, misalnya komunisme mendasarkan ideologinya pada suatu konsep
pemikiran Karl Marx.
Berbeda dengan bangsa-bangsa lain, bangsa Indonesia mendasarkan
pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada
suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-
nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam nilai-nilai
pancasila bukanlah hanya merupakan hasil konseptual seseorang Raja
melainkan merupakan suatu basil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang
diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri
melalui proses refleksi filosofis para pendiri Negara seperti Soekarno,
M.Yamin, M.Hatta, Soepomo serta para tokoh pendiri Negara lainnya.
Satu-satunya karya besar bangsa Indonesia yang sejajar dengan karya
besar bangsa lain di dunia ini adalah hasil pemikiran tentang bangsa dan
Negara yang mendasarkan pandangan hidup suatu prinsip nilai yang tertuang
dalam nilai-nilai pancasila. Oleh karena itu para generasi penerus bangsa
terutama kalangan intelektual kampus sudah seharusnya mendalam secara
dinamis dalam arti mengembangkannya sesuai dengan tuntutan zaman.

1.1.3. Landasan Yuridis


Ada beberapa landasan yuridis Pancasila, antara lain:
a. Pembukaan UUD 1945, Di dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat
disebutkan, “maka disususnlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat

3
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang


adil yang beradab, persatuan indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. “Jelaskan di situ bahwa dasar negara kita adalah Pancasila.
b. Undang-undang republik indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 2 menyatakan, “ Pendidikan
nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
c. Surat Edaran Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departement
Pendidikan Nasional tanggal 5 Januari 2010 Nomor 06/D/T/2010 perihal
Penyelengaraan Perkuliahan Pancasila, bahwa dengan maksud
menumbuhkembangkan kesadaran terhadap nilai-nilai Pencasila kepada
mahasiswa, bahwa secara filosofis, yuridis, dan sosisologis penyelengaraan
Pancasila di Perguruan Tinggi tidak melanggar Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku. Bagi Perguruan Tinggi yang telah
menyelengarakan masa kuliah Pancasila agar meningkatkan proses
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, kontekstual dan menyenangkan.

1.1.4. Landasan Filsofis


Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara dan pandangan
filosofis bangsa Indonesia. Oleh karena itu sudah merupakan suatu
keharusan moral untuk secara konsisten merealisasikannya dalam setiap
aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini
berdasarkan pada suatu kenyataan secara filosofis darn objektif bahwa
bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat dan bernegara mendasarkan
pada nilai-nilai yang tertuang dalam nilai-nilai pancasila yang secara
filosofis merupakan filosofi bangsa Indonesia sebelum mendirikan bangsa.
Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara adalah
sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan
kenyataan objektif bahwa manusia adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

4
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Syarat mutlak suatu Negara adalah adanya persatuan yang terwujudkan


sebagai rakyat (merupakan unsur pokok Negara), sehingga secara filosofis
Negara berpersatuan dan berkerakyatan. Konsekuensinya rakyat adalah
merupakan dasar ontologis demokrasi, karena rakyat merupakan asal mula
kekuasaan Negara.
Atas dasar pengertian filosofis tersebut maka dalam kehidupan
bernegara nilai-nilai pancasila termasuk sistem peraturan perundang-
undangan di Indonesia. Oleh karena itu dalam realisasi kenegaraan
termasuk dalam proses reformasi dewasa ini merupakan suatu keharusan
bahwa pancasila merupakan sumber nilai dalam pelaksanaan kenegaraan,
baik dalam pembangunan nasional, ekonomi, politik, hukum, sosial budaya,
maupun pertahanan dan keamanan.

1.2 Tujuan Pancasila


Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dan
juga termuat dalam SK Dirjen Dikti. No.38/DIKTI/Kep/2003, dijelaskan
bahwa tujuan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan
terwujud dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman
dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas
berbagai golongan agama, kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan,
perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan
bersama diatas kepentingan Pribadi dan golongan sehingga perbedaan
pemikiran, diarahkan pada perilaku yang mendukung upaya terwujudnya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tujuan pendidikan diartikan sebagai seperangkat tindakan intelektual
penuh tanggung jawab yang berorientasi pada kompetensi mahasiswa pada
bidang profesi masing-masing. Kompetensi lulusan Pancasila adalah
seperangkat tindakan intelektual, penuh tanggung jawab sebagai seorang
warga Negara dalam memecahkan masalah dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dengan menerapkan pemikiran yang berlandaskan
nilai-nilai pancasila. Sifat intelektual tersebut tercermin pada kemahiran,

5
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

ketepatan dan keberhasilan bertindak, sedangkan sifat penuh tanggung


jawab diperlihatkan sebagai kebenaran tindakan titik dari aspek iptek, etika
ataupun kepatutan agama serta budaya.
Pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang beriman dan
sertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, dengan sikap dan perilaku. (1) memiliki
kemampuan untuk mengambil sikap yang sertanggung jawab sesuai dengan
hati nuraninya, (2) memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan
kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya. (3) mengenali perubahan-
perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta (4)
memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya
bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia.
Melalui Pendidikan Pancasila, warga Negara RI diharapkan mampu
memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi
oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten
berdasarkan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.

1.3 Pembahasan Pancasila secara ilmiah


Pembahasan Pancasila termasuk filsafat pancasila, sebagai suatu
kajian ilmiah. harus mmemenuhi syarat ilmiah seperti yang dikemukakan
oleh I.R. Posedjowijanto dalam bukunya ‘Tahu dan pengetahuan’ yang
merinci syarat-syarat ilmiah sebagai berikut:

1.3.1 Berobjek
Syarat pertama bagi suatu pengetahuan yang memenuhi syarat ilmiah
adalah bahwa semua ilmu pengetahuan itu harus memilki objek. Oleh karena
itu pembahasan pancasila secara ilmiah harus memiliki objek, yang di dalam
filsafat ilmu pengetahuan dibedakan atas dua macam yaitu `objek formal’ dan
‘objek material’. `objek formal’ Pancasila adalah suatu sudut pandang tertentu
dalam pandangan pancasila, atau dari sudut pandang apa pancasila itu dibahas.
Pada hakikatnya pancasila dapat dibahas dari berbagai macam sudut pandang,
yaitu dari sudut pandangan ‘moral maka terdapat bidang

6
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

pembahasan ‘moral pancasila’, dari sudut pandang `ekonomi’ maka


terdapat bidang pembahasan ‘ekonomi pancasila’, dari sudut pandang
‘pers’, maka terdapat bidang pembahasan `Pens pancasila’. Dari sudut
pandang ‘hukum dan kenegaraan’ maka terdapat bidang pembahasan
‘pancasila yuridis kenegaraan’. Dari sudut pandang “filsafat’ maka
terdapat bidang pembahasan filsafat pancasila’ dan lain sebagainnya.
Objek material pancasila adalah suatu objek yang merupakan sasaran
pembahasan pengkajian pancasila baik yang bersifat empiris maupun non
empiris. Pancasila adalah merupakan hasil budaya bangsa Indonesia, bangsa
Indonesia sebagai kausa materialis pancasila atau sebagai asal mula nilai-nilai
pancasila. Oleh karena itu, objek material pembahasan pancasila adalah bangsa
Indonesia dengan segala aspek budayanya, dalam masyarakat, berbangsa dan
bernegara. Oleh katena itu objek material pembahasan pancasila adalah dapat
berupa budaya bangsa yang berupa : lembaran sejarah, bukti-bukti sejarah,
benda-benda sejarah, lembaran Negara, lembaran hukum maupun naskah-
naskah kenegaraan lainnya, maupun adat istiadat bangsa Indonesia itu sendiri.
Adapun objek yang bersifat non empiris antara lain meliputi nilai-nilai budaya,
nilai moral, serta nilai-nilai religious yang tercermin dalam nilai kepribadian,
sifat karakter dan pola-pola budaya dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

1.3.2. Bermetode
Setiap pengetahusn ilmiah harus memiliki metode yaitu seperangkat
cara atau sistem pendekatan dalam rangka pembahasan pancasila untuk
mendapatkan suatu kebenaran yang bersifat objektif. Metode dalam
pembahasan pancasila sangat tergantung pada karakteristik objek formal
maupun objek material pancasila. Salah satu metode dalam pembahasan
pancasila adalah `analityca syntetic’ yaitu suatu perpaduan metode analisis
dan sintesis. Oleh karena objek pancasila banyak berkaitan dengan hash-
hash budaya dan objek sejarah oleh karena itu lazim digunakan metode
‘hermeneutika’, yaitu suatu metode untuk menemukan makna dibalik objek,

7
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

demikian juga metode `koherensi historic’, serta metode `pemahaman,


penafsiran dan interpretasi’, dan metode-metode tersebut senantiasa
didasarkan atas hukum-hukum logika dalam suatu penarikan kesimpulan.

1.3.3. Bersistem
Suatu pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu yang bulat dan utuh.
Bagian--bagian dari pengetahuan ilmiah itu harus merupakan suatu kesatuan,
antara bagian--bagian itu saling berhubungan, baik berupa intelerasi (saling
berhubungan), maupun interpedensi (saling ketergantungan). Pembahasan
pancasila secara ilmiah harus merupakan suatu kesatuan dan keutuhan, bahkan
pancasila itu sendiri dalam dirinya adalah merupakan suatu kesatuan dan
keutuhan `majemuk tunggal’ yaitu kelima sila itu bukan rumusnya, inti dari
sila-sila pancasila itu adalah merupakan suatu kesatuan dan kebulatan.
Pembahasan pancasila secara ilmiah dengan sendirinya sebagai suatu sistem
dalam dirinya sendiri yaitu pada pancasila itu sendiri sebagai objek
pembahasan ilmiah senantiasa bersifat koheren (runtut), tanpa adanya suatu
pertentangan di dalamnya, sehingga sila-sila pancasila itu sendiri adalah
merupakan suatu kesatuan yang sistematik.

1.3.4. Bersifat Universal


Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus bersifat universal, artinya
kebenarannya tidak terbatas oleh waktu, ruang, keadaan, situasi, kondisi
maupun jumlah tertentu. Dalam kaitannya dengan kajian pancasila hakikat
ontologis nilai-nilai pancasila adalah bersifat universal, atau dengan kata
lain perkataan inti sari, esensi atau makna yang terdalam dari sila-sila pada
hakikatnya adalah bersifat universal.

1.4. Rangkuman
a. 4 landasan Pancasila, yaitu landasasn historis, landasan kultural,
landasan yuridis, dan filsofis.

8
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

b. Pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang beriman dan


sertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, dengan sikap dan perilaku. (1)
memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang sertanggung jawab
sesuai dengan hati nuraninya, (2) memiliki kemampuan untuk
mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara
pemecahannya. (3) mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta (4) memiliki kemampuan
untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk
menggalang persatuan Indonesia
c. Pembahasan Pancasila termasuk filsafat pancasila, sebagai suatu kajian
ilmiah harus mmemenuhi syarat ilmiah seperti yang dikemukakan oleh
I.R. Posedjowijanto dalam bukunya ‘Tahu dan pengetahuan’ yang
merinci syarat-syarat ilmiah adalah berobjek, bermetode, bersistem dan
bersifat universal

1.5. Latihan:
a. Jelaskan 4 landasan Pancasila?
b. Jelaskan apa yang membedakan antara landasan historis dan landasan
sosiokultural Pancasila?
c. Jelaskan apa yang menjadi tujuan pancasila?
d. Apa yang dimaksudkan oleh Darji Darmodihardjo bahwa tujuan
Pancasila adalah untuk mengetahui Pancasila yang benar? (diskusikan
dengan teman anda).
e. Dilihat dari syarat ilmu, apakah Pancasila dapat disebut atau memenuhi
syarat sebagai ilmu pengetahuan? (diskusikan dengan teman anda).
f. Bagaimana sikap anda apabila ada yang berupaya untuk mengganti
Pancasila sebagai dasar Negara dengan faham yang lain? (diskusikan
dengan teman anda).

9
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

C. Daftar Bacaan
Ali. L. (1996). Kamus besar bahasa Indonesia edisi kedua. Jakarta
Depdiknas. 2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional
Kaelan. (2002). Filsafat Pancasila: Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.
Yogjakarta Paradigma
Marx, Karl, (terjemahan). 2004. Das Kapital Kritik der poltischen
Oekonomie, diterjemahkan oleh Oey Hay Djoen dalam buku
‘Kapital, Sebuah Kritik Ekonomi Politik dalam Buku I, II, III’.
Bandung: Penerbit Ultimus,.

10
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB II
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

A. Pendahuluan
Deskripsi:
Bab ini membahas tentang nilai sila pancasila pada zaman kerajaan,
termasuk uraian kedatangan bangsa penjajah diwilayah nusantara, dan
rumusan pancasila serta bentuk-bentuk penyimpangan pelaksanaan UUD
1945 pada masa orde lama dan orde baru.

Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu:
a. Menjelaskan nilai sila-sila pancasila pada zaman kerajaan
b. Menjelaskan rumusan pancasila
c. Menjelaskan bentuk-bentuk penyimpangan pelakasanaan UUD 1945
pada orde lama dan orde baru

B. Uraian Materi
2.1. Pengantar
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia sebelum disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan
Negara, yang berupa nilai--nilai adat istiadat, kebudayan serta nilai-nilai
religious. Nilai-nilai tersebut telah ada dan melekat serta teramalkan dalam
kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup, sehingga materi pancasila

11
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia
sendiri, sehingga bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila.
Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh
para pendiri Negara untuk dijadikan sebagai dasar filsafat Negara
Indonesia. Proses perumusan materi pancasila secara formal tersebut
dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang panitia “9”, siding
BPUPKI kedua, serta akhirnya disahkan secara yuridis sebagai dasar
filsafat Negara republik Indonesia.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka untuk memahami pancasila secara
lengkap dan utuh terutama dalam kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia,
mutlak diperlukan pemahaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk
membentuk suatu Negara yang berdasarkan suatu asas hidup bersama demi
kesejahteraan hidup bersama, yaitu Negara yang berdasarkan pancasila. Selain
itu secara epistemologis sekaligus sebagai pertanggung jawaban ilmiah, bahwa
pancasila selain sebagai dasar Negara Indonesia juga sebagai pandangan hidup
bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa serta sebagai perjanjian seluruh bangsa
Indonesia pada waktu mendirikan Negara.
Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam pancasila yaitu :
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan. Dalam
kenyataannya, secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala sebelum mendirikan Negara. Proses terbentuknya
Negara dan bangsa Indonesia melalui suatu
proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu kemudian
timbulnya kerajaan-kerajaan pada abad ke IV ke V kemudian dasar-dasar
kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad ke VII, yaitu ketika
timbulnya kerajaan Sriwijaya di bawah wangsa Syailendra di Palembang,
kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta kerajaan-
kerajaan lainnya.
Dasar-dasar pembentukan nasionalisme moderen dirintis oleh para
pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para
tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicetuskan

12
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

pada sumpah pemuda pada tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah
perjuangan bangsa Indonesia dalam mendirikan Negara tercapai dengan
diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 agusutus 1945.

2.2. Sejarah Pancasila Pada Masa Kerajaan


2.2.1 Zaman Kutai
Indonesia memasuki zaman sejarah pada tahun 400 M, dengan
ditemukannya prasasti yang berupa 7 yupa (tiang- batu). Berdasarkan
prasasti tersebut dapat diketahui bahwa raja Mulawarman keturunan dari
raja Aswawarman keturunan dari Kudungga. Raja Mulawarman menurut
prasasti tersebut mengadakan kenduri dan memberikan sedekah kepada
para Brahmana, dan para Brahmana membangun yupa itu sebagai tanda
terima kasih raja yang dermawan (Bambang Sumadjo, dkk.,1977 : 33-32).
Masyarakat kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya
ini menampilkan nilai-nilai sosial politik, dan ketuhanan dalam bentuk
kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para Brahmana.
Bentuk kerajaan dengan agama sebagai tali pengikat kewibawaan
raja ini tampak dalam kerajaan-kerajaan yang muncul kemudian di Jawa
dan Sumatera. Dalam zaman kuno (400-1500) terdapat dua kerajaan yang
berhasil mencapai integrasi dengan wilayah yang meliputi hampir separuh
Indonesia dan seluruh wilayah Indonesia sekarang yaitu kerajaan Sriwijaya
di Sumatera dan Majapahit yang berpusat di Jawa.

2.2.2. Zaman Sriwijaya


Menurut Mr. M. Yamin bahwa berdirinya Negara kebangsaan
Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang
merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Negara kebangsaan
Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu pertama, zaman Sriwijaya di
bawah wangsa Syailendra (600-1400), yang bercirikan kesatuan, kedua,
Negara kebangsaan zaman Majapahit (1293-1525) yang bercirikan
keprabuan, kedua tahap tersebut merupakan Negara kebangsaan Indonesia

13
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

lama. Kernudian ketiga, Negara kebangsaan modern yaitu Negara Indonesia


merdeka (sekarang Negara Proklamasi 17 Agustus 1945) (Skretariat Negara
RI, 1995: 11).
Pada abad ke VII muncullah suatu kerajaan di Sumatera yaitu
kerajaan Sriwijaya, di bawah kekuasaan wangsa Syailendra. Hal ini termuat
dalam Prasasti Kedukan Bukit di kaki Bukit Siguntang dekat Palembang
yang sertarikh 605 ‘aka atau 683, M- dalam bahasa Melayu kung dan huruf’
Pallawa. Kerajaan itu adalah kerajaan maritim Yang mengandalkan
kekuatan lautnya, kunci-kunci lau-Iintas laut di sebelah barat dikuasainya
seperti Selat Sunda (686), kemudian Selat Malaka (775). Pada zaman itu
kerajaan Sriwijaya merupakan suatu kerajaan besar yang cukup di segani di
kawasan Asia Selatan. Perdagangan dilakukan dengan mempersatukan
dengan pedagang- pengrajin dan pegawai raja yang disebut sebagai
pengawas dan pengumpul semacam koperasi sehingga rakyat mudah untuk
memasarkan barang dagangannya (Keneth R. Hall, 1976: 75-77). Demikian
pula dalam sistem pemerintahannya terdapat pegawai pengurus pajak, harta
benda kerajaan, rohaniawan yang menjadi pengawas teknis pembangunan
gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga pada saat itu kerajaaan
dalam menjalankan sistem negaranya tidak dapat dilepaskan dengan nilai-
nilai Ketuhanan (Suwarno, 1993, 19).
Agama dan kebudayaan dikembangkannya dengan mendirikan suatu
Universitas Agama Budha, yang sangat terkenal dinegara lain di Asia.
Banyak musyafir dari Negara lain misalnya dari Cina belajar terlebih
dahulu di universitas tersebut terutama tentang agama Budha dan bahasa
Sansekerta sebelum melanjutkan studinya ke India. Malahan, banyak guru-
guru besar tamu dari India mengajar di Sriwijaya misalnya Darmakitri.
Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu Negara telah tercermin
pada kerajaan Sriwijaya tersebut yaitu berbunyi ‘marvuat vanua Criwijaya
siddhayatra subhiksa’ (suatu cita-cita Negara yang adil dan makmur)
(Sulaiman, tanpa tahun : 53).

14
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

2.2.3. Zaman Kerajaan-kerajaan Sebelum Majapahit


Sebelum kerajaan Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang
memancangkan nilai-nilai nasionalisme, telah muncul kerajaan-kerajaan di
Jawa dan Jawa Timur secara silih berganti. Kerajaan Kalingga pada abad ke
VII, Sanjaya pada abad ke VIII yang ikut membantu membangung Candi
Kalasan untuk Dewa Tara dan sebuah wihara untuk pendeta Budha
didirikan di Jawa Tengah bersama dengan dinasti Syailendra (abad ke VII
dan IX). Refleksi puncak budaya dari Tengah dalam periode-periode
kerajaan-kerajaan tersebut adalah dibangunnya Candi Borobudur (Candi
agama Budha pada abad ke IX). dan Candi Prambanan (Candi Agama
agama Hindu pada abad ke X).
Selain kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah tersebut di Jawa Timur
muncullah kerajaan-kerajaan isana (pada abad ke IX), Darmawangsa (abad
ke X) demikian juga kerajan Airlangga pada abad ke X1. Raja Airlangga
membuat bangunan keagamaan asrama, dan Raja ini memiliki sikap
toleransi dalam beragama. Agama yang diakui oleh kerajan adalah agama
Budha, agama Wisnu dan agama Syiwa yang hidup berdampingan secara
damai (Toyibin, 1997 : 26). Menurut prasasti Kelagen, Raja Airlangga telah
mengadakan hubungan dagang dengan Benggala, Chola dan Champa
. Hal ini menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan. Demikian pula Airlanga
mengalami penggemblengan lahir dan batin di hutan dan tahun 1019 para
pengikutnya, rakyat dari para Brahmana bermusyawarah dan memutuskan
untuk memohon Airlanga bersedia menjadi raja, meneruskan tradisi istana,
sebagai nilai-nilai sila keempat. Demikian pula isi prasasti Kelagen, pada
tahun 1037, Raja Airlangga memerintahkan untuk membuat tanggul dari
waduk demi kesejahteraan pertanian rakyat yang merupakan nilai-nilai sila
kelima (Toyibin, 1997 : 28-29).
Di wilayah Kediri Jawa Timur berdiri pula Kerajaan Singasari (pada
abad ke XIII), yang kemudian sangat erat hubungannya dengan berdirinya
Kerajaan Majapahit.

15
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

2.2.4. Kerajaan Majapahit


Pada tahun 1293 berdirilah Kerajaan Majapahit yang mencapai
zaman keemasannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dengan
Mahapatih Gajah Mada yang dibantu oleh Laksamana Nala dalam
memimpin armadanya untuk menguasai nusantara. Wilayah kekuasaan
Majapahit semasa jayanya itu membentang dari semenanjung Melayu
(Malaysia sekarang) sampai Irian Barat melalui Kalimantan Utara.
Pada awal itu agama Hindu dan Budha berdampingan dengan damai
dalam satu kerajaan. Empu Prapanca menulis Nagarakertagama (1365).
Dalam kitab tersebut telah terdapat istilah ”Pancasila”. Empu Tantular
mengarang buku Sutasoma, dan di dalam buku itulah kita jumpai seloka
persatuan nasional yaitu ”Bhineka Tunggal Ika”, yang bunyi lengkapnya
”Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua”, artinya walaupun
berbeda, namun satu jua adanya sebab tidak ada agama yang memiliki
tuhan yang berbeda. Hal ini menunjukkan adanya realitas kehidupan agama
pada saat itu, yaitu agama Hindu dan Budha. Bahkan salah satu bawahan
kekuasaannya yaitu Pasai, justru telah memeluk agama Islam. Toleransi
positif dalam agama dijunjung tinggi sejak massa bahari yang telah silam.
Sumpah palapa yang diucapkan Mahapatih Gajah Mada dalam
sidang Ratu dan menteri-menteri di Paseban keprabuan Majapahit pada
tahun 1331, yang berisi mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai
berikut : `Saya akan berhebti berpuasa makan palapa, jikalau seluruh
nusantara sertakluk di bawah kekuasaan Negara, jikalau Gurun, Seram,
Tanjung, Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik
telah dikalahkan (Yamin, 1960:60).’
Selain itu dalam hubungannya dengan Negara lain Raja Hayam Wuruk
senantiasa mengadakan hubungan bertetangga dengan baik dengan kerajaan
Tiongkok, Ayodya, Champs, dan Kamboja. Menurut prasasti Brumbung
(1329), dalam tata pemerintahan Kerajaan Majapahit terdapat semacam
penasehat seperti Rakryan I Hino, I Sirikan dan I Halu yang bertugas
memberikan nasehat kepada raja. Hal ini sebagai nilai-nilai musyawarah

16
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

mufakat yang dilakukan oleh sistem pemerintahan Kerajaan Majapahit.


Majapahit menjulang dalam arena sejarah kebangsaan Indonesia
dan banyak meninggalkan nilai-nilai yang diangkat dalam nasionalisme
Negara kebangsaan Indonesia 17 Agustus 1945. Kemudian disebabkan oleh
faktor keadaan dalam negeri sendiri seperti perselisihan dan perang saudara
pada permulaan abad XV, maka sinar kejayaan Majapahit berangsur-angsur
mengalami keruntuhan dengan ”Sinar Hilang Kertanian Bumi” pada
permulaan abad XVI (1520).

2.2.5. Zaman Penjajahan


Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka
berkembanglah agama islam dengan pesatnya di Indonesia. Bersamaan
dengan itu berkembang pulalah kerajaan-kerajaan islam seperti kerajaan
Demak, dan mulailah berdatangan orang-orang Eropa di Nusantara. Mereka
itu antara lain orang Portugis yang kemudian diikuti oleh orang-orang
Spanyol yang ingin mencari pusat tanaman rempah-rempah.
Bangsa asing yang masuk ke Indonesia yang pada awalnya berdagang
adalah orang-orang bangsa Portugis. Namun lama kelamaan bangsa portugis
mulai peranannya dalam bidang perdagangan yang meningkat menjadi praktek
penjajahan misalnya Malaka sejak tahun 1511 dikuasai oleh portugis.
Pada akhir abad ke XVI bangsa Belanda datang pula ke Indonesia
dengan menempuh jalan yang penuh kesulitan. Untuk menghindarkan
persaingan di antara mereka sendiri (Belanda), kemudian mereka mendirikan
suatu perkumpulan dagang yang bernama V.O.C. (Venenigde Oost Indische
Compagnie), yang dikalangan rakyat di kenal dengan istilah ’kompeni’.
Praktek-praktek VOC mulai kelihatan dengan paksaan-paksaan
sehingga rakyat mulai mengadakan perlawanan. Mataram dibawah
pemerintahan Sultan Agung (16131645)- berupa upaya mengadakan
perlawanan dan menyerang ke Batavia pada tahun 1628 dan tahun 1929,
walaupun tidak berhasil meruntuhkan namun Gubernur Jendral J.P Coen
tewas dalam serangan Sultan Agung yang kedua itu.

17
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Beberapa saat setelah Sultan Agung mengkat maka Mataram menjadi


kekuasaan kompeni. Bangsa Belanda mulai memainkan peranan politiknya
dengan licik di Indonesia.
Di Makasar yang memiliki kedudukan yang paling vital
berhasil juga dikuasai oleh kompeni tahun (1667) dan timbullah perlawanan
dari rakyat Makasar di bawah Sultan Hasanuddin. Menyusul pula wilayah
Banten (Sultan Agung Tirtoyoso) dan ditundukkan juga oleh kompeni pada
tahun 1684. Perlawanan Trunojoyo, Untung Suropati dijawa Timur pada
akhir abad XVII nampaknya tidak mampu meruntuhkan kekuasaan
kompeni pada saat itu.demikian pula ajakan Ibnu Iskandar pimpinan
armada dari Minangkabau untuk mengadakan perlawanan bersama terhadap
kompeni juga tidak mendapat sambutan yang hangat. Perlawanan bangsa
Indonesia terhadap penjajah yang terpencar-pencar dan tidak memiliki
koordinasi tersebut banyak mengalami kegagalan sehingga banyak
menimbulkan korban bagi anak-anak bangsa. Demikianlah pada awal
Belanda menguasai daerah-daerah yang strategis dan kaya akan hasil
rempah-rempah pada abad ke XVII dan nampaknya semakin memperkuat
kedudukannya dengan didukung oleh kekuatan militer.
Pada abad itu sejarah mencatat Belanda berusaha dengan keras untuk
memperkuat dan mengintensifkan kekuasaannya di seluruh Indonesia. Maka
ingin membulatkan hagemoninya sampai kepelosok-pelosok nusantara kita.
Melihat praktek--praktek kekuasaan penjajahan Belanda tersebut maka
meledaklah perlawanan rakyat di berbagai wilayah nusantara, antara lain :
Patimura di Maluku (1817), Baharudin di Palembang (1819), Imam Bonjol di
Minangkabau (1821-1837), Pangeran Diponegoro di Jawa Terngah (1825-
1830), Jelentik, Polim, Teuku Tjik di Tiro, Teuku Umar dalam perang Aceh
(1860), anak Agung Made dalam perang Lombok (1894-1895),
Sisingamangaraja di Tanah Batak (1900), dan masih banyak perlawanan rakyat
diberbagai daerah di Nusantara. Dorongan akan cinta tanah air akan
menimbulkan semangat untuk melawan penindasan dari bangsa Belanda,
namun sekali lagi karena tidak adanya kesatuan dan persatuan di antara mereka
dalam perlawanan melawan penjajah, maka perlawanan tersebut

18
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

senantiasa kandas dan menimbulkan banyak korban.


Penghisapan mulai memuncak ketika Belanda mulai menerapkan
sistem monopoli melalui sistem tanam paksa (1830-1870) dengan
memaksakan beban kewajiban terhadap rakyat yang tidak berdosa.
Penderitaan rakyat semakin menjadi-jadi dan Belanda sudah tidak peduli
lagi dengan ratap penderitaan tersebut, bahkan mereka semakin gigih dalam
menghisap rakyat untuk memperbanyak kekayaan bangsa Belanda.

2.2.6. Kebangkitan Nasional


Pada abad XX di panggung politik Internasional terjadilah
pergolakan kebangkitan Dunia Timur dengan suatu kesadaran akan
kekuatannya sendiri. Republik Philipina (1898), yang dipelopori Joze Rizal,
kemengan Jepang atas Rusia di Tsunia (1905), gerakan Sun Yat Sen dengan
Republik Cinanya (1911). Partai konggres di India dengan tokoh Tilak dan
Ghandi, adapun di Indonesia bergolaklah kebangkitan akan kesadaran
berbangsa yaitu kebangkitan nasional (1908) dipelopori oleh dr. Wahidin
Sudirohusodo dengan Budi Utomonya. Gerakan inilah yang merupakan
gerakan awal nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki
kehormatan akan kemerdekaan dan kekuatannya sendiri.
Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 inilah yang
merupakan pelopor pergerakan Nasional, sehingga segera setelah itu
muncullah organisasiorganisasi- pergerakan lainnya. Organisasi-organisasi
pergerakan itu antara lain : Sarekat Dagang Islam (SDI (1909), yang
kemudian dengan cepat mengubah bentuknya menjadi gerakan politk
dengan mengganti namanya menjadi Sarekat Islam (SI) tahun (1911) di
bawah H.O.S. Cokroaminoto.
Berikutnya muncullah Indische Partij (1913), yang dipimpin oleh tiga
serangkai yaitu : Douwes Dekker, Clptomangunkusumo, Suwardi
Suryadiningrat (yang kemudian lebih dikenal dengan nama Kihajar
Dewantoro). Sejak semula partai ini menunjukkan keradikalannya, sehingga
tidak dapat berumur panjang karena pimpinannya di buang keluar negeri

19
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

(1913).
Dalam situasi yang menggoncangkan itu muncullah Partai Nasional
Indonesia (PNI) (1927) yang dipelopori oleh Soekarno,
Ciptomangunkusumo, Sartono, dan tokoh lainnya. Mulailah kini perjuangan
nasional Indonesia dititikberatkan pada kesatuan nasional dengan tujuan
yang jelas yaitu Indonesia merdeka. Tujuan itu diekspresikan dengan kata-
kata yang jelas, kemudian diikuti oleh golongan pemuda yang tokoh-
tokohnya antara lain Moh. Yamin, Wonsonegoro, Kuncoro Purbopranoto,
serta tokoh-tokoh muda lainnya. Perjuangan rintisan kesatuan nasional
kemudian diikuti oleh Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, yang
isinya Satu Bahasa, Satu Bangsa dan Satu Tanah Air Indonesia. Lagu
Indonesia raya pada saat ini pertama kali dikumandangkan dan sekaligus
sebagai penggerak kebangkitan kesadaran berbangsa.
Kemudian PNI oleh para pengikutnya dibubarkan, dan diganti
bentuknya dengan Partai Indonesia dengan singkatan Partindo (1931).
Kemudian golongan Demokrat antara lain Moh. Hatta dan St. Syahrir
mendirikan PNI baru yaitu Pendidikan Nasional Indonesia (1933), dengan
semboyan kemerdekaan Indonesia harus dicapai dengan kekuatan sendiri.

2.3. Masa Proklamasi Kemerdekaan


2.3.1. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Setelah Jepang menyerah itu dipergunakan sebaik-baiknya oleh para
pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia. Namun terdapat perbedaan
pendapat dalam pelaksanaan serta waktu Proklamasi. Perbedaan itu terjadi
antara golongan pemuda antara lain : Sukarni, Adam Malik, Kusnaini,
Syahrir, Soedarsono, Soepono dkk. Dalam masalah ini golongan pemuda
lebih bersikap agresif yaitu untuk menghendaki kemerdekaan secepat
mungkin. Perbedaan itu memuncak dengan diamankannya Ir. Soekarno dan
Moh. Hatta ke Rengasdengklok, agar tidak mendapat pengaruh dari Jepang.
Setelah diadakan pertemuan di Pejambon Jakarta pada tanggal 16 agustus
1945 dan diperoleh kepastian bahwa Jepang telah menyerah maka

20
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Dwitunggal Soekarno-Hatta setuju untuk dilaksanakannya proklamasi


kemerdekaan, akan tetapi dilaksanakan di Jakarta.
Untuk mempersiapkan Proklamasi tersebut maka pada tengah
malam. Soekarno-Hatta pergi kerumah Laksamana Maeda di Orange
Nassau Boulevard (sekarang JI. Imam Bonjol No. 1) di mana telah
berkumpul di sana : B.M. Diah, Bakri, Sayuti Melik, Dr. Buntaran, Chaerul
Saleh, dkk., untuk menegaskan bahwa pemerintah Jepang tidak ikut campur
tentang Proklamasi. Setelah diperoleh kepastian maka Soekarno-Hatta
mengadakan pertemuan pada larut malam dengan Mr. Achmad Soebardjo,
Sukarni, Chaerul Saleh, B.M. Diah, Sayuti Melik, Dr. Buntaran, Mr.
Iwakusumasumantri dan beberapa anggota PPKI untuk merumuskan
redaksi naskah Proklamasi. Pada pertemuan tersebut akhirnya konsep
Soekarnolah yang diterima dan diketik oleh Sayuti Melik.
Kemudian pada pagi harinya pada tangal 17 Agustus 1945 di
Pegangsaan Timur 56 Jakarta, tepat pada hari Jum’at Legi, jam 10 pagi
waktu Indonesia Barat (jam 11:30 waktu Jepang), Bung Karno dengan
didampingi Bung Hatta membacakan Proklamasi dengan Khidmat dan
diawali dengan pidato.

2.3.2. Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan


Secara Ilmiah Proklamasi kemerdekaan dapat mengandung
pengertian sebagai berikut
a. Dari sudut ilmu hukum (secara yuridis) Proklamasi merupakan saat
tidak berlakunya tertib hukum colonial, dan saat mulai berlakunya
tertib hukum nasional.
b. Secara politik ideologi Proklamasi mengandung arti bahwa bangsa
Indonesia terbebas dari penjajahan bangsa asing dan memiliki
kedaulatan untuk menentukan nasib sendiri dalam suatu Negara
Proklamasi Republik Indonesia.
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 ternyata bangsa
Indonesia masih menghadapi kekuatan sekutu yang berupaya untuk

21
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

menanamkan kembali kekuasaan Belanda di Indonesia, yaitu pemaksaan


untuk mengakui pemerintah NICA (Netherlands Indies Civil
Administration). Selain itu Belanda secara licik mempropagandakan kepala
dunia luar bahwa Negara Proklamasi R.I. hadiah Fasis Jepang.
Untuk melawan propaganda Belanda pada dunia internasional, maka
pemerintah R.I. mengeluarkan 3 maklumat :
a . Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945 yang
menghentikan kekuasaan luar biasa dari Presiden sebelum masa
waktunya (seharusnya berlaku selama 6 bulan). Kemudian maklumat
tersebut memberikan kekuasaan MPR dan DPR yang semula
dipegang oleh Presiden kepada KNIP.
b. Maklumat pemerintah tanggal 3 November 1945, tentang pembentukan
partai politik yang sebanyak-banyaknya oleh rakyat. Hal ini sebagai
akibat dari anggapan pada saat itu bahwa salah satu ciri-ciri demokrasi
adalah multi partai. Maklumat tersebut juga sebagai upaya agar dunia
Barat menilai bahwa Negara Proklamasi sebagai Negara Demokratis.
c. Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945, yang intinya
maklumat ini mengubah sistem Kabinet Presidensial menjadi
Kabinet Parlementer berdasarkan asas demokrasi liberal.
Keadaan yang demikian ini telah membawa ketidakstabilan di bidang
politik. Berlakunya sistem demokrasi liberal adalah jelas-jelas merupakan
penyimpangan secara konstitusional terhadap UUD 1945., Serta secara
ideologi terhadap pancasila. Akibat penerapan sistem kabinet parlementer
tersebut maka pemerintahan Negara Indonesia mengalami jatuh bangunnya
kabinet sehingga membawa konsekuensi yang sangat serius terhadap
kedaulatan Negara Indonesia saat itu.

2.4. Pembentukan Negara Republik Indonesia


Sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB), maka di tandata-
ngani suatu persetujuan (Mantelresolusi) oleh Ratu Belanda Yuliana dan
wakil Pemerintah RI di kola Den Haag pada tanggal 27 Desember 1949,

22
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

maka berlaku pulalah secara otomatis anak-anak persetujuan hasil KMB


lainnya dengan konstitusi RIS, antara. lain :
a) Konstitusi RIS menentukan bentuk Negara serikat (federalis) yaitu
16 negara bagian (pasal 1 dan 2).
b) Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintahan berdasarkan alas
demokrasi liberal dimana menteri-menteri serta tanggungjawab atas
seluruh kebijaksanaan pemerintah kepada parlemen (pasal 118 ayat
2).
c) Mukadimah Konstitusi RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa
dan semangat maupun semangat isi Pembukaan UUD 1945,
Proklamasi Kemerdekaan sebagai naskah Proklamasi yang terinci.
Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memiliki
kedaulatan, oleh karena itu persetujuan 27 desmber 1949 tersebut bukannya
penyerahan kedaulatan melainkan `pemulihan kedaulatan’ atau ‘pengakuan
kedaulatan’ atau ‘pengakuan kedaulatan’.

2.5. Rangkuman
1. Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam pancasila yaitu: ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan. Nilai-nilai ini telah
ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa
Indonesia mendirikan Negara, yang berupa nilai--nilai adat istiadat,
kebudayan serta nilai-nilai religious.
2. Menrut Mr. M. Yamin Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui
tiga tahap yaitu pertama, zaman Sriwijaya di bawah wangsa Syailendra
(600-1400), yang bercirikan kesatuan, kedua, Negara kebangsaan
zaman Majapahit (1293-1525) yang bercirikan keprabuan, kedua tahap
tersebut merupakan Negara kebangsaan Indonesia lama. Kernudian
ketiga, Negara kebangsaan modern yaitu Negara Indonesia merdeka
(sekarang Negara Proklamasi 17 Agustus 1945).
3. Kebangkitan nasional (1908) yang merupakan gerakan awal nasional
untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki kehormatan akan
23
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

kemerdekaan dan kekuatannya sendiri dipelopori oleh dr. Wahidin


Sudirohusodo dengan Budi Utomonya.
4. Saat upaya memerdekakan Indonesia terdapat perbedaan pendapat dalam
pelaksanaan serta waktu Proklamasi antara golongan pemuda antara lain :
Sukarni, Adam Malik, Kusnaini, Syahrir, Soedarsono, Soepono dkk
dengan golongan tua. Dalam masalah ini golongan pemuda lebih bersikap
agresif yaitu untuk menghendaki kemerdekaan secepat mungkin.
5. Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia
masih menghadapi kekuatan sekutu yang berupaya untuk menanamkan
kembali kekuasaan Belanda di Indonesia, yaitu pemaksaan untuk
mengakui pemerintah NICA (Netherlands Indies Civil Administration).
Selain itu Belanda secara licik mempropagandakan kepala dunia luar
bahwa Negara Proklamasi R.I. hadiah Fasis Jepang.

2.6. Latihan:
a. Coba anda identifikasi nilai sila-sila pancasila yang hidup pada zaman
kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit.
b. Tuliskan bagaimana rumusan Pancasila menurut usul Muh. Yamin yang
disampaikan pada sidang BPUPKI 29 Mei 1945?
c. Jelaskan isi Piagam Jakarta! Apakah bedanya dengan Pembukaan UUD
1945 tentang rumusan dasar Negara?
d. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pernyataan bahwa:
1) Proklamasi 17-8-1945 sebagai sumber lahirnya Negara RI?
2) Proklamasi 17-8-1945 merupakan norma pertama tata hukum
Indonesia?
e. Tuliskan penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan UUD 1945:
1) Pada masa orde lama
2) Pada masa orde baru (diskusikan dengan teman anda)
f. Bagaimanakah pembangunan menurut pandangan orde baru dalam
segala bidang?

24
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

g. Bagaimanakah penilaian Anda terhadap pemerintahan reformasi yang


telah berjalan sampai saat ini (1999 s/d sekarang 2010)?

C. Daftar Bacaan
Darmawijaya. (2010). Kesultanan Islam Nusantara. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.
Darmowiharjo. D. (1984). Pancasila dalam beberapa Perspektif. Jakarta:
Aries Lima
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
2010. Perihal Penyelenggaraan Perkuliahan Pendidikan Pancasila.
(surat edaran Tanggal 5 Januari Nomor 06/D/T/2010)

25
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB III
PANCASILA SEBAGAI SISTEM
FILSAFAT

A. Pendahuluan
Deskripsi:
Bab ini membahas tentang pengertian dari filsafat, pancasila sebagai sistem
filsafat, rumusan kesatuan sila-sila pancasila sebagai suatu sistem dan
kesatuan sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat serta prinsip-
prinsip filsafat pancasila.

Tujuan Pembelajaran:
Mahasiswa diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengertian pancasila sebagai sistem filsafat
b. Mendalami aliran-aliran filsafat
c. Menjelaskan konsep negara menurut pancasila

B. Uraian Materi
3.1. Pengertian Filsafat
Dalam wacana ilmu pengetahuan, banyak orang yang memandang
bahwa filsafat adalah merupakan bidang ilmu yang rumit, kompleks dan
sulit dipahami secara definitif. Namur demikian sebenarnya pendapat yang
demikian ini tidak selamnya benar. Selam manusia hidup sebenarnya tidak
seorangpun dapat menghindar dari kegiatan berfilsafat. Dengan kata lain,
perkataan setiap orang dalam hidupnya senantiasa berfilsafat, sehingga
berdasarkan kenyataan tersebut maka sebenarnya filsafat itu sangat mudah
dipahami. Jikalau orang berpendapat bahwa dalam hidup ini materilah yang

26
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

esensial dan mutlak, maka orang tersebut berfilsafat materialisme. Jikalau


seseorang berpandangan bahwa kebenaran pengetahuan itu sumbernya rasio
maka orang tersebut berfilsafat rasionalisme, demikian juga jikalau seseorang
berpandangan bahwa dalam hidup ini yang terpenting adalah kenikmatan,
kesenangan dan kepuasan lahiriah maka paham ini disebut hedonisme,
demikian juga jikalau seseorang berpandangan bahwa dalam hidup masyarakat
maupun Negara yang terpenting adalah kebebasan individu, atau dengan kata
lain bahwa manusia adalah sebagai makhluk individu yang bebas maka orang
tersebut berpandangan individualisms, liberalisme.
Secara etimologis istilah ”filsafat” berasal dari bahasa Yunani
”Philein” yang artinya ”Cinta” dan ”sophos” yang artinya ”hikmah” atau
”kebijaksanaan” atau ”wisdom” (Nasution, 1973). Jadi secara harfiah
istilah ”filsafat” mengandung makna cinta kebijaksanaan, dan nampaknya
hal ini sesuai dengan sejarah timbulnya ilmu pengetahuan, yang
sebelumnya di bawah naungan filsafat. Namun jikalau kita membahas
pengertian filsafat dalam hubungannya dengan lingkup bahasanya maka
mencakup banyak bidang bahasan antara lain tentang manusia, alam,
pengetahuan, etika, logika, dan lain sebagainya. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan maka muncullah filsafat yang berkaitan
dengan bidang-bidang ilmu tertentu antara lain filsafat politik, sosial,
hukum, bahasa, ilmu pengetahuan, agama, dan bidang-bidang ilmu lainnya.
Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai masalah tersebut
dapat dikelompokkan menjadi dua macam sebagai berikut :
Pertama : filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian.
a. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-
pemikiran dari pada filsuf, pada zaman dahulu yang lazimnya
suatu aliran atau sistem tertentu, misalnya, rasionalisme,
materialisme, pragmatise, dan lain sebagainya.
b. Filsafat sebagai suatu jenis problem yang dihadapi oleh
manusia senagai hasil dari aktivitas berfilsafat, jadi manusia
mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan yang
bersumber pada akal manusia.

27
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Kedua : filsafat sebagai suatu proses yang dalam hal ini filsafat diartikan
dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses pemecahan
suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode
tertentu yang sesuai dengan objeknya. Dalam pengertian ini filsafat
merupakan suatu kumpulan dogma yang hanya diyakini, ditekuni
dan dipahami sebagai suatu aktivitas berfilsafat, suatu proses
dinamis dengan menggunakan suatu metode tersendiri.
Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah sebagai berikut:
a. Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi
dibalik fisis, yang meliputi bidang-bidang ontology, kosmologi,
dan antropologi.
b. Epistemology, yang berkaitan dengan persoalan hakikah
pengetahuan.
c. Metodologi, yang berkaitan dengan persoalan hakikat metode
dalam pengetahuan.
d. Logika, yang berkaitan dengan persoalan filsafat berpikir, yaitu
rumus-rumus dan dalil-dalil berpikir yang benar.
e. Etika, yang berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
f. Estetika, yang berkaitan dengan hakikat keindahan.
Berdasarkan cabang-cabang filsafat inilah kemudian muncullah
berbagai macam aliran dalam filsafat.

3.2 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Menurut ruslan abdulgani, bahwa Pancasila merupakan filsafat
Negara yang lahir sebagai collectieve ideologie (cita-cita bersama) dari
seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila
merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the
founding father kita, kemudian dituangkan dalam suatu “sistem” yang tepat.
Sedangkan menurut Notonogoro, Filsafat Pancasila memberi pengetahuan
dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakekat dari Pancasila.

28
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Sebagai filsafat, Pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat


tersendiri yang berbeda dengan filsafat lainnya, yaitu antara lain :
- Sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang bulat dan
utuh (sebagai suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak
bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka
itu bukan Pancasila.
- Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat
digambarkan sebagai berikut :

Dalam susunan yang lain dapat juga digambarkan sebagai berikut :

29
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Atau dapat digambarkan sebagai berikut :

Ketiga gambar di atas menunjukkan bahwa :


• Sila 1; meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2, 3, 4, 5
• Sila 2; diliputi, didasari, dijiwai sila 1 dan mendasari dan
menjiwai sila 3, 4, 5
• Sila 3; diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2 dan mendasari dan
menjiwai sila 4, 5
• Sila 4; diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3 dan mendasari dan
menjiwai sila 5
• Sila 5; diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3, 4
Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur
asli/permanen/primer Pancasila sebagai suatu yang ada mandiri, yang
unsur-unsurnya berasal dari dirinya sendiri.
Pancasila sebagai suatu realita, artinya ada dalam diri manusia
Indonesia dan masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup bangsa, yang
tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila yang terdiri dari lima sila merupakan sistem filsafat. Sebagai

30
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

sistem filsafat, Pancasila memenuhi 5 persyaratan bagi suatu sistem, yaitu:


a. Adanya kesatuan dari kelima unsur silanya yang satu sama lain tidak
dapat dipisah-pisahkan.
b. Adanya keteraturan dari sila-silanya, yakni bereksistensi secara
hierarkis dan koheren, serta konsisten, tak ada satupun di antara
kelima silanya itu yang saling bertentangan; masing-masing sila
berada dalam suatu urutan yang berjenjang-tingkat secara urut dan
runtut, sila yang mengandung nilai-nilai yang lebih esensial
menempati urutan di depan sila-sila lainnya.
c. Adanya keterkaitan dan saling berhubungan antara sila yang satu
dengan sila-sila lainnya.
d. Adanya kerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain guna
merealisasikan tujuan Negara.
e. Adanya tujuan bersama yang ingin dicapai, dan untuk
mewujudkannya diperlukan adanya pemerintahan yang stabil dalam
satu wadah Negara yang mempunyai dasar filsafat Negara Pancasila.

3.3. Rumus Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu


Sistem
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan
suatu sistem filsafat. Pengertian sistem filsafat adalah suatu kesatuan
bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk tujuan
tertentu secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Sistem
lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Suatu kesatuan bagian-bagian
b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
d. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(tujuan sistem).
e. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voich,

31
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

1974).
Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila pancasila setiap
sila pada hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri
namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.

3.3.1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang


Bersifat Organis
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan.
Dasar filsafat Negara Indonesia terdiri atas lima sila yang masing-masing
merupakan suatu asas peradaban. Namun demikian sila-sila pancasila itu
merupakan suatu kesatuan dan keutuhan yaitu setiap sila merupakan unsur
(bagian yang mutlak) dari Pancasila. Maka pancasila merupahkan suatu
kesatuan Yang majemuk tunggal. Konsekwensinya setiap sila tidak dapat
berdiri sendiri terlepas dari sila-sila lainya serta diantara sila yang satu
dengan sila yang lainnya tidak saling bertentangan.
Kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis tersebut pada
hakikatnya Secara filosofis bersumber pada hakikat dasar Ontologis
manusia sebagai pendukung dari inti substansi manusia.isi dari sila–sila
pancasila yaitu hakikat manusia yang Mono pluralis yang memiliki unsur–
unsur susunan kodrat jasmani dan rohani Sifat kodat yaitu sebagai mahluk
sosial skaligus mahluk individu; dan kedudukan kodrat sebagai pribadi
yang berdiri sendiri serta sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Unsur–
unsur hakikat manusia tersebut merupahkan suatu kesatuan yang bersifat
organis dan harmonis. Setiap unsur memiliki fungsinya masing-masing dan
saling berhubungan atau inter dependensi ketergantungan antara satu
dengan yang lain. Oleh karena sila-sila pancasila merupahkan penjelmaan
hakikat manusia Monopluralis yang merupakan kesatuan organis akan sila-
sila pancasila juga memiliki kesatuan yang bersifat organis pula.

32
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

3.3.2. Susunan Pancasila yang bersifat Hierarkis


dan Berbentuk Piramidal
Susunan pancasila adalah hierarkis dan berbentuk piramidal.
Pengertian matematis piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan
hierarki silasila- pancasila dalam urutan-urutan luas (Kuantitas) dan juga dalam
hal isi sifatnya (Kualitas). Kalau dilihat dari intinya urutan-urutan lima sila
menunjukkan suatu rangkaian pengkhususan dari sila-sila di mukanya.
Jika urutan–urutan lima sila diangap mempunyai maksud demikian
maka diantara lima sila ada hubungan yang mengikat antara yang satu
dengan yang lainya sehingga Pancasila merupahkan suatu keseluruhan yang
bulat dan utuh dengan kemajemukanya. Andai kata urutan–urutan itu di
pandang sebagai tidak mutlak maka di antara satu sila dengan yang lainya
tidak ada hubungan dan sangkut pautnya,maka pancasila itu menjadi
terpecah-pecah. Oleh karena itu tidak dapat di pergunakan sebagai asas
kerohanian negara. Setiap sila dapat di artikan bermacam–macam maksud
dan penafsiranya sehingga sama saja dengan tidak adanya Pancasila.
Kesatuan sila-sila pancasila yang memiliki susunan hierarkis
piramidal ini maka sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sila
Kemanusian Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
Yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarawatan
perwakilan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebaiknya
Ketuhanan Yang Maha Esa serta berkeadilan sosial sehingga didalam setiap
sila senantiasa terkandung sila-sila lainnya.
Secara ontologis hakikat sila-sila pancasila mendasarkan pada
landasan sila-sila pancasila yaitu : Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil
(Notonagoro, 1975:49).
Berdasarkan hakikat yang terkandung dalam sila-sila pancasila dan
pancasila sebagai dasar filsafat Negara, maka segala hak yang berkaitan
dengan sila dan hakikat Negara harus sesuai dengan landasan sila-sila
pancasila. Hal ini berarti hakikat dan inti sila-sila pancasila adalah sebagai
berikut : sila pertama ketuhanan adalah sifat-sifat dan keadaan Negara harus

33
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

sesuai dengan hakikat tuhan, sila kedua kemanusian adalah sifat-sifat dan
keadaan Negara yang harus sesuai dengan hakikat manusia, sila ketiga
persatuan adalah sifat-sifat dan keadaan Negara yang harus sesuai dengan
hakikat satu, sila keempat kerakyatan sifat-sifat dan keadaan Negara yang
harus sesuai dengan hakikat rakyat, sila kelima keadilan adalah sifat-sifat
dan keadaan Negara yang harus sesuai dengan hakikat adil. (Notonagoro,
1975 : 50).
Kemanusiaan yang dimaksud adalah kesesuaian antara hakikat nilai-
nilai sila-sila pancasila dalam Negara, dalam pengertian kesesuaian sebab
dan akibat. Makna kesesuaian tersebut adalah sebagai berikut, bahwa
hakikat manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa (sebagai sebab)
(hakikat sila I dan II) yang membentuk persatuan mendirikan Negara dan
persatuan manusia dalam suatu wilayah disebut rakyat (hakikat sila III dan
IV), yang ingin mewujudkan suatu tujuan bersama yaitu keadilan dalam
suatu persekutuan hidup masyarakat Negara (keadilan sosial) (hakikat sila
V) demikianlah maka secara konsisten Negara haruslah sesuai dengan
hakikat pancasila.

3.3.3. Rumusan Pancasila yang Bersifat Hierarkhis dan


Berbentuk Piramidal
a. Sila pertama: Ketuhanan yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai
sila--sila, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan/
perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah diliputi oleh
sila ketuhanan yang maka Esa, meliputi dan menjiwai persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
c. Sila ketiga: Persatuan Indonesia adalah diliputi dan dijiwai oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,

34
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

meliputi dan menjiwai sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat


dalam permusyawaratan/perwakilan, serta keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
d. Sila keempat: kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan/perwakilan adalah diliputi dan dijiwai sila-sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, serta meliputi dan menjiwai sila keadilan sosial
bagia seluruh rakyat Indonesia.
e. Sila kelima: keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia adalah
diliputi dan dijiwai oleh sila-sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, serta
meliputi dan menjiwai sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
dalam permusyawaratan/perwakilan.

3.3.4. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila


yang Saling Mengisi dan Saling Mengkualifikasi.
Kesatuan sila-sila pancasila yang ‘Majemuk Tunggal’, hierarkhis
piramidal’ juga memiliki sifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi.
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam setiap sila terkandung nilai keempat sila
lainnya, atau dengan kata lain dalam setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh
keempat sila lainnya. Adapun rumusan kesatuan sila-sila pancasila yang
saling mengisi dan saling mengkualifikasi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan yang adil
dan beradab, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat dalam permusyawaratan / perwakilan dan berkeadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, adalah berketuhanan
yang Maha Esa, berpersatuan Indonesia, berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan / perwakilan dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
c. Sila Persatuan Indonesia, adalah berketuhanan yang Maha Esa,

35
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan yang


dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan / perwakilan dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan, adalah berketuhanan yang maha esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan Indonesia, dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, adalah
berketuhanan yang maha esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berpersatuan Indonesia, dan berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
dalam permusyawaratan / perwakilan (Notonagoro:, 1975: 43-44).

3.4. Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem


Filsafat
Kesatuan sila-sila pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan
kesatuan yang bersifat formal dan logis saja namun juga meliputi kesatuan
dasar ontologis, dasar epistemologis, serta dasar aksiologis dari sila-sila
pancasila. Sebagaimana dijelaskan bahwa kesatuan sila-sila pancasila adalah
bersifat hierarkhis dan mempunyai piramidal, digunakan untuk
menggambarkan hubungan hierarki sila-sila pancasila dalam urutan-urutan luas
(kuantitas) dan dalam pengertian inilah hubungan kesatuan sila-sila pancasila
itu dalam arti formal logis. Selain kesatuan sila-sila pancasila itu hierarki
dalam hal kuantitas juga dalam hal isi yaitu sifatnya menyangkut makna serta
hakikat-hakikat pancasila. Kesatuan yang demikian ini meliputi kesatuan
dalam hal dasar ontologis, dasar epistemologis, serta dasar aksiologis dari sila-
sila pancasila (lihat Notonagoro, 1984: 61 dan 1975: 52, 57). Secara filosofis
pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis,
dasar epistemologis dan dasar aksiologis sendiri yang berbeda dengan sistem
filsafat yang lainnya misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme,
komunisme, idealisme dan lain paham filsafat di dunia.

36
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

3.4.1. Dasar Ontologi


Ontologi berasal dari kata dasar “ontos”, yang artinya “ada “, “being”
dan “logoi” yang artinya ilmu, sehingga ontologi merupakan salah satu cabang
filsafat yang bekhidmat menelaah hal ihwal ‘ada’ atau ‘being’ pada umumnya.
Filsafat ontology atau filsafat metafisika dalam jajaran cabang-cabang filsafat
lainnya menempati posisi yang sangat sentral dan menentukan.
Ontologi meliputi masalah apa hakikat ilmu itu, apa hakikat
kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan yang tidak
terlepas dari persepsi kita tentang apa dan bagaimana yang ada (being, sein,
het zijn) (Subandi, 2006:40)
Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat meliputi dasar
ontologism yang terdiri atas 5 sila yang setiap sila itu bukanlah asas yang
berdiri sendiri-sendiri melainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologism.
Dasar ontologis pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki
hakikat mutlak monopluralis oleh karena itu, hakikat dasar ini juga disebut
sebagai dasar antropologis. Subjek pendukung pokoknya adalah manusia.
Jika kita pahami dari segi filsafat Negara bahwa pancasila adalah dasar
filsafat Negara. Adapun pendukung pokok negara adalah rakyat. Dan unsur
rakyat adalah manusia itu sendiri. Sehingga tepatlah jikalau filsafat
pancasila bahwa dasar antropologis sila-sila pancasila adalah manusia.

3.4.2. Dasar Epistemologis


Pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dengan dasar ontologisnya.
Pancasila sebagai suatu ideology bersumber pada nilai-nilai dasarnya yaitu
filsafat pancasila.

3.4.3. Dasar Aksiologis


Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai hanya nilai macam apa
saja yang ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia.
Banyak pandangan tentang nilai terutama dalam menggolong-golongkan
nilai-nilai tergantung pada sudut pandang apa yang akan dibahas. Contoh:
37
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

nilai kenikmatan, nilai kehidupan, nilai kewajiban, dan sebagainya.

3.5. Prinsip-Prinsip Filsafat Pancasila


Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan
materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial
budaya yang ada dalam bangsa indonesia sendiri.
b. Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan
bentuknya, Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD 1945
memenuhi syarat formal (kebenaran formal).
c. Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam
menyusun dan merumuskan Pancasila menjadi dasar negara
Indonesia merdeka
d. Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuan
diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.

3.6. Obyek Filsafat Pancasila


Pancasila dalam pendekatan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
mendalam mengenai Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara
ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila dalam
bangunan bangsa dan Negara Indonesia (Syarbaini, 2003).
Obyek material Filsafat Pancasila adalah semua sila pancasila yang
memang unsur-unsurnya benar-benar ada dalam kenyataan, dan masih dapat
dipikirkan lebih lanjut mengenai segala kemungkinan-kemungkinannya.
Sedangkan obyek formal filsafat pancasila adalah sudut pandang yang
digunakan dalam mengkaji obyek materialnya sehingga dapat mencapai
pengertian hakekat atau zat, atau inti sejati, atau inti mutlak sila-sila Pancasila.

38
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

3.7. Rangkuman
1. secara harfiah istilah “filsafat” mengandung makna cinta kebijaksanaan.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil
perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding father
kita, kemudian dituangkan dalam suatu “sistem” yang tepat.
2. Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila pancasila
setiap sila, pada hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi
sendiri-sendiri namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan
yang sistematis.
3. Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles dapat dijelaskan sebagai
berikut: a) Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan
dengan materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai
sosial budaya yang ada dalam bangsa indonesia sendiri, b) Kausa
Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya,
Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat
formal (kebenaran formal), c) Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan
BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan merumuskan Pancasila
menjadi dasar negara Indonesia merdeka, d) Kausa Finalis,
maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuan diusulkannya
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.

3.8. Latihan:
a. Jelaskan perbedaan cara berpikir filsafat dengan berpikir biasa?
b. Jelaskan aliran-aliran filsafat?
c. Jelaskan tiga bidang garapan filsafat?
d. Tuliskan nilai-nilai pancasila menjadi dasar dan arah keseimbangan
antara hak dan kewajiban asasi manusia?
e. Tuliskan nilai-nilai pancasila yang dituangkan di dalam peraturan
perundang-undangan RI (lihat Tap MPR No. MPR
No.III/MPR/2000 dan UU No.10 Tahun 2004).

39
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

C. Daftar bacaan
Bakri, Nur MS. ( 2001). Orientasi Filsafat Pancasila. Jogjakarta: Pers.
Efendi, H.A.M. (1995). Filsafah Negara Pancasila. Semarang: IAIN
Walisongo pers.
Notonagoro. (1983). Dasar Filsafah Negara. Jakarta: PT Bina Aksara
Subandi. Ahmad. (2006). Filsafat Ilmu Mengurai, Ontologis, Epitimologis,
dan Aksiologis Pengetahuan. Bandung.

40
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB IV
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

A. Pendahuluan
Deskripsi
Bab ini membahas tentang Pancasila sebagai Sistem Etika. Di dalamnya
diuraikan pengertian etika politik, pengertian nilai, moral dan norma, nilai
dasar, nilai instrumental dan nilai praktis, pancasila sebagai nilai dasar
fundamental bagi bangsa dan Negara RI, makna nilai-nilai setiap sila
pancasila; dan etika politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu:
a. Menjelaskan konsep Pancasila sebagai sistem etika
b. Menjelaskan konsep nilai, moral dan norma
c. Memahami pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi bangsa
dan Negara RI
d. Memahami makna nilai-nilai setiap sila pancasila

B. Uraian Materi
4.1. Etika Politik
4.1.1. Pengertian Etika Politik
Etika politik adalah sebagai salah satu cabang etika yang termaksud
dalam lingkungan filsafat. Filasafat yang langsung mepertanyakan praktis
manusia adalah etika. Etika mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban
manusia. Ada berbagai bidang etika khusus, seperti etika individu, etika sosial,
etika keluarga, etika profesi dan etika pendidikan. Dalam hal ini ternaksud

41
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

etika politik yang berkenaan dengan dimensi politis kehidupan manusia.


Etika berkaitan dengan norma moral, yaitu norma yang mengukur
betul-salahnya tindakan manusia sebagai manusia. Dengan demikian, etika
politik mempertanyakan tanggung jawab dan keawajiban manusia sebagai
manusia dan bukan hanya sebagai warga negara terhadap Negara hukum
yang berlaku dan lain sebagainya.
Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat
teoritis untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara
sertanggung jawab. Jadi, tidak berdasarkan emosi, prasangka dan apriori,
melainkan secara rasional, objektif, dan argumentative. Etika politik tidak
langsung mencampuri politik praktis. Tugas etika politik membantu agar
pembahasan masalah-masalah ideologis dapat dijalankan secara objektif Etiak
politik dapat memberikan patokan orientasi dan pegangan normative baik
mereka yang memang mau menilai kulitas tatanan dan kehidupan politik
dengan tolak ukur martabat manusia atau mempertanyakan legitimasi moral
sebagai keputusan politik. Suatu keputusan bersifat politis apabila diambil
dengan memperhatikan masyarakt secara keseluruhan.
Hukum dan kekuasaan Negara merupakan pembahasan utama etika
politik. Hukum sebagai lembaga baga penata masyarakat yang normative,
kekuasaan Negara sebagai lembaga penata masyarakat yang efektif yang
sesuai dengan struktur ganda kemampuan manusia (makhluk individu dan
sosial). Jadi, etika politik membahas hukum dan kekuasaan. Sebetulnya
keduanya tidak terpisah, hukum tanpa kekuasaan Negara tidak dapat
berbuat apa-apa, sifatnya normative belaka, hukum tidak mempunyai
kemampuan untuk bertindak. Sedangkan Negara tanpa hukum adalah buta.
Negara yang memakai kekuasaannya di luar hukum sama dengan manusia
yang berbuat tanpa pengertian. Negara semacam itu menjadi Negara
penindas dan sangat mengerikan.
Prinsip-prinsip etika politik yang menjadi titik acuan orientasi moral
bagi suatu Negara adalah cita-cita the rule of law, partisipasi demokratis
masyarakat, jaminan hak-hak asasi manusia kekhasan paham kemanusiaan
dan struktur sosial budaya masyarakat masing-masing keadilan sosial.

42
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

4.1.2. Legitimasi Kekuasaan


Pokok permasalahan etika politik adalah legitimasi etis kekuasaan,
yang dapat dirumuskan dengan suatu pertanyaan, yaitu dengan moral apa
seseorang atau sekelompok orang memegang dan menggunakan kekuasaan
yang mereka miliki? Betapa besarnya kekuasaan yang dimiliki seseorang,
dia harus berhadapan dengan tuntutan untuk mempertanggungjawabkannya.
Paham pertanggungjawaban menyatakan bahwa penguasa memang
memiliki kekuasaan dan bahwa masyarakat berhak untuk menuntut
pertanggungjawaban.
Dalam etika politik, kekuatan batin penguasa berpancaran sebagai
wibawa ke dalam masyarakat, sehingga rakyat dapat merasakannya.
Penguasa dianggap memiliki kekuatan-kekuatan tertentu. Wibawa penguasa
itu bukan suatu yang sekedar psikis atau mistik, melainkan ditunjang oleh
kemampuannya untuk mengerahkan kekuatan fisik. Ia dapat mengatur dan
mengorganisasi orang banyak dan memastikan kemampuannya itu dengan
ancaman atau saksinya terhadap mereka yang mau membangkang.
Kewibawaan penguasa yang paling meyakinkan adalah keselarasan
sosial yaitu tidak terjadi keresahan dalam masyarakat. Segala bentuk kritik,
ketidakpuasan, tantangan, perlawanan, dan kekacauan merupakan tanda
bahwa masyarakat resah. Sebaliknya, keselarasan akan tampak apabila
masyarakat merasa tenang, tentram dan sejahtera.
Budi luhur penguasa tampak dalam cara ia menjalankan
pemerintahannya. Sesuai dengan sifat dan hakikat kekuasaan sendiri cara
pemakaiannya secara halus. Kehalusan pemerintahan diharapkan dapat
mencapai keadaan sejahtera, adil dan tentram dalam masyarakat tanpa perlu
memakai cara-cara kasar.
Penyusutan kekuasaan seorang penguasa akan dihubungkan dengan
pamrih yang berlebihan, karena pamrih menunjukkan bahwa ia tidak lagi
sanggup untuk memusatkan diri pada alam batin atau hati nurani yang
sebenarnya. Karena pamrih penguasa untuk menyadap kekuatan-kekutan alam
semesta semakin berkurang sampai akhirnya ia kehilangan kekuasaannya.

43
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Oleh sebab itulah, sejarah telah membuktikan sekuat-kuatnya seorang


penguasa pada titik puncaknya, namun akhirnya dia akan jatuh bagaikan tidak
bernayawa. Oleh sebab itu, bahaya besar bagi kedudukan penguasa tidak
berasal dari musuh dari luar atau faktor obyektif dalam masyarakat, melainkan
dari kemerosotan akhlak budi pekerti penguasa itu sendiri.
Apabila ia menyalahgunakan kedudukannya untuk memperkaya diri
dan keluarganya, ia membuktikan bahwa secara batiniah sudah miskin.
Begitu juga kalau kekuasaannya merosot menjadi sistem penghisapan
kekayaan dan tenaga masyarakat demi keuntungan material, maka hakikat
kekuasaan yang sempurna sudah menguap hilang. Jadi, secara etika politik
seorang penguasa yang sesungguhnya adalah keluhuran budinya.
Legitimasi kekuasaan meliputi:
a. Legitimasi etis, yaitu pembenaran atau pengabsahan wewenang
Negara (kekuasaan Negara) berdasarkan prinsip-prinsip moral.
b. Legitimasi legalitas, yaitu keabsahan kekuatan itu berkaitan dengan
fungsi-fungsi kekuasaan Negara dan menuntut agar fungsi-fungsi itu
diperoleh dan dilakukan dengan sesuai hukum yang berlaku.
Tuntutan legalitas itu merupakan tuntutan etika politik, namun, legalitas
semata-mata tidak dapat menjamin legitimasi etis, karena legalitas
menggunakan hukum yang berlaku (hukum positif). Padahal belum tentu
bahwa hukum yang berlaku sendiri dapat dibenarkan secara etis. Oleh sebab
itu, hukum dalam kerangka etika politik adalah hukum yang berkeadilan
dengan fungsinya untuk memanusiakan pengguna kekuasaan. Karena adanya
hukum, kehidupan bersama masyarakat tidak ditentukan semata-mata oleh
kepentingan mereka yang kuat, melainkan oleh suatu aturan rasional yang
seoptimal mungkin menjamin kepentingan semua pihak.

4.1.3. Legitimasi Moral Dalam Kekuasaan


Legitimasi etis mempersoalkan keabsahan kekuatan politik dari segi
norma-norma moral. Legitimasi ini muncul dalam konteks bahwa setiap
tindakan Negara baik legislatife maupun eksekutif dapat dipertanyakan dari

44
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

segi norma-norma moral. Tujuannya adalah agar kekuasaan itu


mengarahkan kekuasaan ke pemakaian kebijakan dan cara-cara yang
semakin sesuai dengan tuntutan kemanusian yang adil dan beradab.
Pada zaman sekarang (modern), tuntutan legitimasi moral merupakan
salah satu unsur pokok dalam kesadaran bermasyarakat. Anggapan bahwa
Negara hanya bertindak dalam batas‑batas hukum, bahwa hukum harus
menghormati hak-hak asasi manusia, begitu pula berbagai penolakan
terhadap kebijakan politik tertentu, seperti isu ketidak adilan sosial, semua
berwujud tuntutan agar Negara melegitimasikan diri secara moral. Dalam hal
inilah kalangan paham agama secara klasik membuat rumusan bahwa kita
harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.
Moralitas kekuasaan lebih banyak ditentukan oleh nilai-nilai yang
diyakini kebenarannya oleh masyarakat. Apabila masyarakatnya adalah
masyarakat religious, maka ukuran apakah penguasaan itu memiliki etika
politik tidak lepas dari moral agama yang di anut masyarakatnya. Oleh
sebab itu, pernyataan-pernyataan yang sering dilontarkan oleh umat
beragama adalah bahwa kekuasaan itu adalah amanah dari Allah dan harus
dipertanggung jawabkan kepada-Nya kelak. Di samping itu, terdapat juga
ungkapan dari tradisi masyarakat yang menyatakan raja adil, raja
disembah, raja zalim dan raja disanggah. Makna dari ungkapan ini tidak
lepas dari kemuliaan dan kebaikan seorang penguasa sangat ditentukan
oleh masyarakatnya, tentunya sikap masyarakat tersebut dilandasi oleh
moralitas yang hidup dalam masyarakat tersebut. Oleh sebab itu, alat
pengukur etika politik yang dilandaskan oleh penguasa ditentukan oleh
nilai, moral, dan norma yang berkembang dalam masyarakat.
Pada hakikatnya kekuasaan memiliki hati nurani, yaitu keadilan dan
kemakmuran rakyat. Apabila kehilangan hati nurani tersebut, maka
kekuasaan yang terlihat adalah perebutan kekuasaan semata-mata yang
dilumuri oleh intrik, fitnah, dengki, caci maki dan iri hati. Sehingga kekuasaan
akan merusak tatanan kerukunan hidup masyarakat. Apabila hati nurani
kekuasaan melekat pada nurani seseorang penguasa, maka kekuasaan adalah
amanat rakyat sehingga akan melahirkan martabat, harga diri, dan rezeki.

45
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

4.2. Pengertian Nilai, Moral, Dan Norma


Nilai, moral, dan norma merupakan konsep yang sangat berkaitan,
dimana ketiga konsep ini berkaitan dalam memahami pancasila sebagai
etika politik.
4.2.1. Nilai
Kehidupan manusia dalam masyarakat, baik sebagai pribadi maupun
sebagai kolektivitas, senantiasa senang berhubungan dengan nilai-nilai,
norma, dan moral. Kehidupan masyarakat dimanapun tumbuh dan
berkembang dalam ruang lingkup interaksi nilai, moral, dan norma yang
memberi motivasi dan arah seluruh anggota masyarakat untuk berbuat,
bertingkah, dan bersikap. Dengan demikian, nilai adalah suatu yang
berharga, berguna, indah, memperkaya batin, dan menyadarkan manusia
akan harkat dan martabatnya. Nilai yang bersumber pada budi yang
berfungsi mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai
sebagai nafsu sistem (sistem nilai) merupakan salah satu wujud kebudayaan
disamping sistem sosial dan karya.
Cita-cita, gagasan, konsep ide tentang sesuatu adalah wujud
kebudayaan sebagai sistem nilai. Oleh karena itu, nilai dapat dihayati atau
persepsikan dalam konteks kebudayaan, atau sebagai wujud kebudayaan
yang abstrak. dalam menghadapi alam sekitarnya, manusia di dorong untuk
membuat hubungan yang bermakna melalui budinya. Budi manusia menilai
benda-benda itu serta kejadian yang beranekaragam dan sekitarnya yang
dipilihnya menjadi kelakuan kebudayannya. Proses pemilihan itu dilakukan
secara terus-menerus. Alport mengidentifikasi nilai--nilai yang terdapat
dalam kehidupan masyarakat pada enam macam, yaitu nilai teori, nilai
ekonomi, nilai estetika, nilai sosial, nilai politik, dan nilai religi. Manusia
dalam memilih nilai-nilai menempuh berbagai cara yang dapat dibedakan
menurut tujuannya, pertimbangannya, penalarannya, dan kenyataannya.
Apabila tujuan penilaian itu untuk mengetahui identitas benda serta
kejadian yang terdapat di sekitarnya. Terlihat proses penilaian teori yang
menghasilkan pengetahuan yang disebut nilai teori. Jika tujuannya untuk

46
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

menggunakan benda-benda atau kejadian, manusia dihadapkan kepada


proses penilaian ekonomi, yang mengikuti nalar efisiensi untuk memenuhi
kebutuhan hidup disebut nilai ekonomi. Perpaduan antara nilai teori dan
nilai ekonomi itu merupakan aspek progresif dari kebudayaan manusia.
Apabila dari manusia menilai alam sekitar sebagai wujud rahasia
kehidupan dan alam semesta,di situlah tampakya nilai religius yang
dipesiapkan sebagai sesuatu yang di amalkan. Jika manusia mencoba
memahami yang indah, kita berhadapan dengan proses penilaian estetik.
Perpaduan antara nilai religi dengan nilai estetik yang lebih menekankan
kepada intuisi, rasa, dan imajinasi kedudukan yang khusus karena nilai itu
bukan hanya menyangkut keindahan yang dapat memperkaya batin, tetapi
juga berfungsi sebagai media yang memperluas budi pekerti.
Nilai sosial berorientasi kepada hubungan antara manusia dan
menekankan pada segi-segi kemanusiaan yang luhur, sedangkan nilai
politik berpusat pada kekuasaan serta pengaruh yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat maupun politik.
Disamping teori nilai di atas, Prof. Nogoro membagi nilai dalam 3
kategori, yaitu sebagai berikut :
1. Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
melakukan aktivitas.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian dapat diringi menjadi empat macam, yaitu sebagai
berikut:
a) Nilai kebenaran, yaitu bersumber kepada unsur rasio manusia, budi
dan cipta.
b) Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau intuisi.
c) Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak manusia atau
kemauan (karsa, etika).
d) Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan, merupakan nilai

47
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumber kepada


keyakinan dan keimanan manusia terhadap tuhan. Nilai religi itu
berhubungan dengan nilai penghayatan yang bersifat transedental,
dalam usaha manusia untuk memahami arti dan makna
kehadirannya di dunia. Nilai ini berfungsi sebagai sumber moral
yang dipercayai sebagai rahmat dan ridha Tuhan.
Dalam pelaksanaannya, nilai-nilai dijabarkan dalam wujud norma,
ukuran dan kriteria sehingga merupakan suatu keharusan anjuran atau
larangan, tidak dikehendaki atau tercela. Oleh kaena itu nilai berperan
sebagai dasar pedoman yang menentukan kehidupan setiap manusia. Nilai
berada dalam hati nurani, kata hati, dan pikiran sebagai suatu keyakinan,
dan kepercayaan yang bersumber dari berbagai sistem nilai.

4.2.2. Moral
Moral berasal dari kata mos (mores) = kesusilaan, tabiat kelakuan.
Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut
tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang pribadi yang taat kepada
atutan-atutan, kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam
masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Jika
sebaliknya yang terjadi, pribadi itu dianggap tidak benar secara moral.
Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan, prinsip-pinsip yang
benar, baik terpuji, dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan
terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan masyarakat, Negara,
dan bangsa. Sebagaimana nilai norma, moralpun dapat dibedakan seperti
moral ketuhanan atau agama, moral filsafat, moral etika, moral hukum,
moral ilmu dan sebagainya. Nilai norma dan moral secara bersama
mengatur kehidupan masyarakat dalam berbagai aspeknya.

4.2.3. Norma
Manusia cenderung untuk memelihara, hubungan dengan Tuhan,
masyarakat, dan sekitarnya dengan selaras. Hubungan manusia terjalin

48
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

secara vertikal (Tuhan), horizontal (masyarakat), dan hubungan vertikal


horizontal (alam, lingkungan) secara seimbang, serasi dan selaras. Oleh
sebab itu, manusia juga memerlukan pengendalian diri baik terhadap
manusia sesamanya, lingkungan alam, dan Tuhan. Kesadaran akan
hubungan yang ideal akan menumbuhkan kepatuhan terhadap peraturan
atau norma. Norma adalah petunjuk tingkah laku yang yang harus
dijalankan dalam kehidupan sehari-hari berdasakan motivasi tertentu.
Norma sesungguhnya perwujudan martabat manusia sebagai mahluk
budaya, sosial, moral dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan
sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh sebab itu,
norma dalarn perwujudannya, dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan
untuk dapat dipatuhi, yang dikenal sebagai sanksi, misalnya
a. Norma agama, dengan sanksinya dari Tuhan.
b. Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal terhadap
diri sendiri.
c. Norma kesopanan, dengan sanksinya berupa pengucilan dalam
pergaulan masyarakat.
d. Norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara atau kurungan atau
denda yang dipaksakan oleh alat Negara.

4.3. Nilai Dasar, Nilai Instrumental, Dan Nilai Praktis


Dalam kaitannya dengan penjabarannya, nilai dapat dikelompokkan
kepada tiga macam, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.
4.3.1. Nilai Dasar
Sekalipun nilai bersifat abstrak yang tidak dapat diamati melalui panca
indera manusia, tetapi dalam kenyatannya nilai berhubungan dengan tingkah
laku atau berbagai aspek kehidupan manusia dalam prakteknya. Setiap nilai
memiliki nilai dasar, yaitu berupa hakikat, esensi, intisari, atau makna yang
dalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar itu bersifat universal karena
menyangkut kenyataan objektif dari segala sesuatu. Contohnya, hakikat

49
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Tuhan, manusia, dan mahluk lainnya.


Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat Tuhan, maka nilai
dasar itu bersifat mutlak karena Tuhan adalah kausa prima (penyebab
pertama), segala sesuatu yang diciptakan berasal dari kehendak Tuhan.
Nilai dasar itu juga berkaitan dengan hakikat manusia itu sendiri, maka
nilai-nilai tersebut bersumber pada hakikat manusia itu sendiri. nilai dasar
yang bersumber pada hakikat kemanusiaan itu dijabarkan dalam norma
hukum yang dapat diistilahkan dengan hak dasar (hak asasi manusia). Nilai
dasar yang menjadi sumber etika bagi bangsa Indonesia adalah nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila.

4.3.2. Nilai Instrumental


Nilai instrumental ialah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan
dari nilai dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila nilai
dasar tersebut belum memiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang
jelas dan konkret. Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah
laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, maka nilai tersebut akan
menjadi norma moral. Akan tetapi, jika nilai instrumental itu berkaitan
dengan organisasi atau Negara, maka nilai-nilai instrumental itu merupakan
suatu arahan kebijakan atau strategi yang bersumber pada nilai dasar,
sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan
suatu eksplitasi dari nilai dasar.
Dalam kehidupan ketatanegaraan kita, nilai instrumental itu dapat
kita temukan dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945, nilai-nilai itu
terkandung dalam sila-sila pancasila. Tentang ketentuan dalam pasal-pasal
undang –undang dasar 1945, nilai-nilai dasar yang termuat dalam pancasila
belum memberikan makna dan implementasi yang konkrit dalam praktek
ketatanegaraan kita sekarang ini secara murni dan konsekuen.

50
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

4.3.3. Nilai Praktis


Nilai praktis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai
instrumental dalam kehidupan yang lebih nyata. Dengan demikian, nilai
praktis merupakan pelaksanaan secara nyata dari nilai--nilai dasar dan nilai
instrumental. Berhubung fungsinya sebagai penjabaran dari nilai dasar dan
nilai instrumental, maka nilai paktis dijiwai oleh nilai-nilai dasar dan
instrumental dan sekaligus tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar dan
instrumental tersebut.
Universal dari nila-nilai budaya bangsa yang terjamin dalam
pancasila sebagai acuan dalam berfikir, bersikap, dan bertingkah laku
dalam kehidupan berbangsa. Pembinaan etika politik dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sangatlah urgent. Langkah permulaan dimulai
dengan membangun kontruksi berfikir dalam rangka menata kembali kultur
politik bangsa Indonesia. Kita sebagai warga Negara telah memiliki hak-
hak politik, pelaksanaan hak-hak politik dalam kehidupan bernegara akan
Baik bersosialisasi, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan sesama warga
dalam berbagai wadah, yaitu dalam wadah infrastruktur dan suprastuktur.
Wadah infrastruktur, antara lain mimbar bebas, unjuk rasa, bicara
secara lisan atau tulisan. Aktivitas organisasi partai politik atau lembaga
sosial kemasyarakatan, kampanye pemilihan umum, penghitungan suara
dalam memilih wakil di DPR atau pimpinan eksekutif. Sedangkan wadah
suprastruktur antara lain mencakup semua lembaga legislatif disemua
tingkat dan jajaran eksekutuf (mulai dari Pesiden sampai ke RT/RW) dan
semua jajaran lembaga kekuasaan kehakiman (tingkat pusat sampai
kedaerah-daerah). Kesemua wadah tersebut telah diatur dengan perundang-
undangan dengan sedemikian rupa agar hak-hak politik dapat berjalan
sebagaimana mestinya.
Etika politik lebih banyak bergerak dalam wilayah dimana seseorang
secara ikhlas dan jujur melaksanakan hukum yang berlaku tanpa adanya rasa
takut kepada sanksi dari pada hukum yang berlaku. Pada hakikatnya etika
politik tidak diatur dalam hukum tertulis secara lengkap, tetapi melalui

51
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

moralitas yang bersumber dari hati nurani, rasa malu kepada masyarakat,
dan rasa takut kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam kehidupan politik Indonesia banyak suara masyarakat untuk
menuntut agar dibentuknya dewan kehormatan dalam berbagai institusi
kenegaraan dan kemasyarakatan, dengan harapan etika politik dapat terwujud
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berdasarkan Tap.
VI/MPR/2002 tentang rekomendasi Atas Laporan Pelaksanaan Putusan MPR
oleh Pesiden, DPR, DPA, MA, dan BPK harus segera membentuk dewan
kehormatan untuk memeriksa anggota DPR yang kurang disiplin.
Dalam Tap. MPR No. VI/MPR/2002 ditegaskan: DPR perlu
meningkatkan kinerja anggotanya dengan landasan moral, etika, dan rasa
tanggung jawab yang tinggi. Dalam pasal 6 tata tertib DPR mengenai kode
etika DPR, diungkapkan dalam ayat (1) anggota DPR harus mengutamakan
tugasnya dengan cara menghadiri secara fisik setiap rapat yang menjadi
kewajibannya. Ayat (2) menegaskan, ketidak hadiran anggota secara fisik
sebaiknya tiga kali beturut-turut dalam rapat sejenis, tanpa izin dari
pimpinan fraksi merupakan suatu pelangaran kode etik.
Berbicara tentang etika politik dalam kehidupan bernegara kita
tampaknya lebih banyak pengaruh subyektif. Banyak polotisi melihat dan
mencari kesalahan kelompok politik pihak lain. Mereka lupa apakah etika
tersebut telah dilaksanakan pada diri kelompok mereka sendiri.
Oleh sebab itu, terwujudnya etika politik dengan baik dalam kehidupan
bernegara sangat ditentukan oleh kejujuran dan keikhlasan hati nurani dari
masing-masing warga Negara yang telah memiliki hak-hak politiknya untuk
melaksanakan norma-norma dan aturan-aturan berpolitik dalam Negara.

4.4. Rangkuman
1. Etika berkaitan dengan norma moral, yaitu norma yang mengukur
betul-salahnya tindakan manusia sebagai manusia. Dengan demikian,
etika politik mempertanyakan tanggung jawab dan keawajiban manusia
sebagai manusia dan bukan hanya sebagai warga negara

52
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

terhadap Negara hukum yang berlaku dan lain sebagainya.


2. Legitimasi kekuasaan meliputi: a) Legitimasi etis, yaitu pembenaran
atau pengabsahan wewenang Negara (kekuasaan Negara)
berdasarkan prinsip-prinsip moral, b) Legitimasi legalitas, yaitu
keabsahan kekuatan itu berkaitan dengan fungsi-fungsi kekuasaan
Negara dan menuntut agar fungsi-fungsi itu diperoleh dan dilakukan
dengan sesuai hukum yang berlaku.
3. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut
tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang pribadi yang taat kepada
atutan-atutan, kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam
masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral.
4. Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi, yang dikenal sebagai
sanksi, misalnya: a) Norma agama, dengan sanksinya dari Tuhan,
b) Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal
terhadap diri sendiri, c) Norma kesopanan, dengan sanksinya berupa
pengucilan dalam pergaulan masyarakat, d) Norma hukum, dengan
sanksinya berupa penjara atau kurungan atau denda yang dipaksakan
oleh alat Negara.
5. Dalam kaitannya dengan penjabarannya, nilai dapat dikelompokkan
kepada tiga macam, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai
praktis.

4.5. Latihan:
a. Jelaskan pengertian Pancasila sebagai Etika Politik?
b. Jelaskan perbedaan antara nilai, moral, dan norma? Disertai contohnya
c. Apabila anda melihat seseorang dan perilakunya tidak sama dengan
anda atau orang lain, apa sebaiknya yang anda lakukan terhadap orang
itu? Berikanlah contoh pada orang itu perilaku yang sesuai dengan:
1) Nilai-nilai pancasila
2) Moral Pancasila

53
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

3) Norma-norma Pancasila
d. Jelaskan apa yang dimaksud dengan nilai dasar, nilai instrumental, dan
nilai praksis?
e. Apakah yang dimaksud etika politik dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara?
f. Jelaskan makna nilai-nilai setiap sila Pancasila?

C. Daftar Bacaan
Franz. Magni. Suseno. (1987) Etika Politik, Prinsip-prinsip Moral dasar
Kenegaraan. Jakarta: Gramedia.
Kaelan. (2002). Filsafat Pancasila: Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.
Yogjakarta Paradigma.
Notonagoro. (1980). Beberapa Hal Mengenai Falsafat Pancasila. Jakarta:
Penerbit Pancuran 7.

54
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB V
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI

A. Pendahuluan
Deskripsi:
Bab ini membahas tentang Pancasila sebagai ideologi, makna ideologi bagi
Negara, perbandingan ideologi pancasila dengan ideologi lain serta konsep
pancasila sebagai ideologi terbuka

Tujuan:
Mahasiswa dapat memahami:
a) Konsep pancasila sebagai ideologi
b) Makna ideologi bagi Negara
c) Perbandingan ideologi pancasila dengan ideologi lain
d) Konsep pancasila sebagai ideologi terbuka

B. Uraian Materi
5.1. Ideologi
5.1.1. Arti Ideologi
Ideologi adalah gabungan dari dua kata majemuk idea dan logos,
yang berasal dari bahasa Yunani eidos dan logos. Secara sederhana ideologi
berarti suatu gagasan yang berdasarkan pemikiran yang sedalam-dalamnya
dan merupakan pemikiran filsafat. Dalam arti kata luas istilah ideologi
dipergunakan untuk segala kelompok cita-cita, nilai-nilai dasar, dan
keyakinan-keyakinan yang menjadi dijunjung tinggi sebagai pedoman
normatif. Dalam artian ini ideologi disebut terbuka.
Dalam arti sempit ideologi adalah gagasan atau teori yang menyeluruh

55
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

tentang makna hidup dan nilai-nilai yang mau menentukkan dengan mutlak
bagaimana manusia harus hidup dan bertindak, dalam artian ini disebut juga
ideologi tertutup. Kata ideologi sering juga dijumpai untuk pengertian
memutlakkan gagasan tertentu, sifat idiologi tertutup dimana teori-teori
bersifat pura--pura dengan kebenaran tertentu, tetapi menyembunyikan
kepentigan kekuasaan tertentu yang bertentangan dengan teorinya. Dalam
hal ini ideologi diasosiasikan kepada hal yang bersifat negatif.
Ideologi juga diartikan sebagai ajaran, doktrin, teori, atau ilmu yang
diyakini kebenarannya, yang disusun secara sistematis dan diberi petunjuk
pelaksanaannya dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Bahan Penataran
BP-7 Pusat, 1993). Suatu pandangan hidup akan meningkat menjadi suatu
falsafat hidup. Sedangkan kristalisasinya kemudian membentuk suatu
ideologi. Keterikatan ideologi dengan pandangan hidup akan membedakan
ideologi suatu bangsa dengan bangsa lain.
Dalam praktek orang menganut dan mempertahankan ideologi
karena memandang ideologi itu sebagai cita-cita, ideologi merumuskan
cita-cita hidup. Oleh sebab itu, menurut Gunawan Setiatdja (1993) ideologi
dapat dirumuskan sebagai seperangkat ide asasi tentang manusia dan
seluruh realitas, yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.
Dewasa ini ideologi telah menjadi suatu pengertian yang kompleks.
Dalam pekembangan itu ideologi mempunyai arti yang berbeda.
• Pertama, ideologi diartikan sebagai welianschuung, yaitu pengetahuan
yang mengandung pemikian-pemikian besar, cita-cita besar, mengenai
sejarah, manusia, masyarakat, Negara (science of ideas). Dalam pengertian
ini kerap kali ideologi disamakan artinya dengan ajaran filsafat.
• Kedua, ideologi diartikan sebagai pemikiran yang tidak memperhatikan
kebenaran internal dan kenyataan empiris, ditujukkan dan tumbuh
berdasarkan pertimbangan kepentingan tertentu dan karena itu ideologi
cenderung menjadi bersifat tertutup.
• Ketiga, ideologi diartikan sebagai belief sistem dan karena itu berbeda

56
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

dengan ilmu, filsafat, ataupun ideologi yang secara formal merupakan


suatu knowledge sistem (bersifat refleksif, sistematis, dan kritis).

5.1.2. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional


Ideologi adalah istilah yang sejak lama telah dipakai dan
menunjukkan beberapa arti. Semua arti itu menurut Destutt Dewan Tracy
pada tahun 1796, memakai istilah ideologi dengan pengertian science of
ideas, yaitu suatu program yang diharapkan dapat membawa perubahan
institusional dalam masyarakat prancis. Namun Napoleon mencemoohkan
sebagai khayalan belaka yang tidak akan mempunyai kenyataan rill.
Terdapat empat tipe ideologi (BP-7 Pusat, 1991 ; 384), yaitu sebagai
berikut:
1. Ideologi konservatif, yaitu ideologi yang memelihara keadaan yang ada
(status qou), setidak--tidaknya secara umum, walaupun membuka
kemungkinan perbaikan hat-hal teknis.
2. Kontra ideologi, yaitu melegitimasikan penyimpangan yang ada dalam
masyarakat sebagai yang sesuai dan malah dianggap baik.
3. Ideologi reformis, yaitu berkehendak untuk merubah keadaan.
4. Ideologi revolusioner, yaitu ideologi yang bertujuan mengubah seluruh
sistem nilai masyarakat itu.
Kita mengenal istilah ideologi, seperti ideologi Negara, ideologi bangsa,
dan ideologi nasional. Ideologi Negara khusus dikaitkan dengan pengaturan
penyelenggaraan pemerintahan negara. Sedangkan ideologi nasional
mengakup, ideologi Negara dan ideologi yang berhubungan dengan pandangan
hidup bangsa. Bagi bangsa Indonesia, ideologi nasionalnya tercermin dan
terkandung dalam Pembentukan UUD 1945, Pancasila sebagai ideologi
nasional dapat diatikan ”sebagai suatu pemikiran yang memuat pandangan
dasar dan cita-cita mengenai sejarah, manusia, masyarakat, hukum dan
Negara Indonesia, yang bersumber dari kebudayaan Indonesia”.

57
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

5.2. Makna Ideologi Bagi Negara


Pancasila sebagai ideologi nasional mengandung nilai-nilai budaya
bangsa Indonesia, yaitu cara berfikir dan cara kerja perjuangan. Pancasila
bersifat integralistik, yaitu tentang hakikat Negara yang dilandasi dengan
konsep kehidupan bernegara, pancasila yang melandasi kehidupan
bernegara menurut Supomo adalah dalam kerangka Negara integralistik,
untuk membedakan paham-paham yang digunakan oleh pemikir
kenegaraan lainnya. Untuk memahami konsep Pancasila bersifat
integralistik, maka terlebih dahulu kita harus melihat beberapa teori
(paham) mengenai dasar negara, yaitu sebagai berikut:
1. Teori Perseorangan (Individualistic)
Sarjana-sarjana yang membahas teori individualistik adalah Herbert
Spncer (1820-1903) dan Horald J. Laski (1893-1950). Pada intinya
menurut teori ini, Negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang
disusun kontrak antara seluruh orang dalam masyarakat itu (sosial
contrac).
2. Teori Gabungan (Class Theory)
Teori ini diajarkan, antara lain Karl Marx (2004). Menurut Karl Marx,
Negara merupakan penjelmaan dari pertentangan-pertentangan
kekuatan ekonomi.
3. Teori Kebersamaan (Integralistik)
Teori integralistik semula diajarkan oleh Spinoza, Adam Muhler, dan lain-
lain yang mengemukakan bahwa Negara adalah suatu susunan masyarakat
yang integral diantara semua golongan dan semua bagian dari seluruh
anggota masyarakat. Persatuan masyarakat itu merupakan persatuan
masyarakat organis. Pancasila bersifat integralistik karena : (a)
mengandung semangat kekeluargaan dalam kebersamaan, (b) Adanya
semangat kerja sama (gotong-royong), (c) Memelihara persatuan dan
kesatuan, dan (d) Mengutamakan musyawarah untuk mufakat.

58
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

5.3. Perbandingan Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Lain


Pancasila berbeda dengan ideologi-ideologi lainnya, seperti
kapitalisme dan komunisme. Kedua ideologi ini telah terlebih dahulu lahir
sebagai pemikiran filosofis, yang kemudian dituangkan dalam rumusan
ideologi dan setelahnya baru diwujudkan dalam konsep-konsep polotik.
Jangka waktu yang dilalui keseluruhan proses ini bisa sampai puluhan
tahun. Manifesto komunis, misalnya diumumkan pada tahun 1841 sebagai
pernyataan ideologi dari falsafah Marxisme. Konsep politiknya diwujudkan
pada tahun 1917, dalam Revolusi Oktober di Rusia.
5.3.1. Ideologi Liberalisme
Inggrislah yang memulai timbunya liberalism yang diakibatkan oleh
alam pemikiran yang disebut zaman pencerahan (aufklarung) yang
menyatakan bahwa manusia memberikan penghargaan dan kepercayaan
bisa pada rasio. Ajaran liberalism bertitik tolak dari hak asasi yang melekat
pada manusia sejak ia lahir dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun,
termaksud penguasa kecuali dengan persetujuannya.hak asasi tersebut
memiliki nilai-nilai dasar (intrinsic), yaitu kebebasan dan kepentigan
pribadi yang menuntut kebebasan individu secara mutlak, yaitu kebebasan
mengejar kebahagiaan hidup ditengah-tengah kekayaan material yang
melimpah dan dicapai dengan bebas. Ancaman dari paham liberalism
hampir tidak dapat digolongkan dalam uraian sejarah tergambar dalam
ancaman golongan komunis.

5.3.2. Ideologi Sosialisme


Tokoh utama yang menganjurkan komunisme adalah Karl Marx
(1818-1883), tokoh sosialis revolusioner yang banyak menulis naskah
bidang sosial dan ekonomi. Ajaran komunis di dasarkan atas kebendaan.
Oleh karena itu, komunisme tidak percaya kepada Tuhan. Bahkan agama
dikatakan sebagai racun bagi masyarakat. Ajaran tersebut jelas bertolak
belakang dengan ajaran Pancasila.

59
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

5.4. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


5.4.1. Arti Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Ciri khas ideologi ialah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani,
moral, dan budaya masyarakatnya sendiri. Dasarnya dari konsekuensi
masyarakat, tidak diciptakan oleh Negara, melainkan ditemukan dalam
masyarakat sendiri. Oleh sebab itu, ideologi terbuka adalah milik diri semua
rakyat, masyarakat dapat menemukan dirinya di dalamnya. Ideologi terbuka
bukan hanya dapat dibenarkan melainkan dibutuhkan. Nilai-nilai dasar
menurut pandangan Negara modern bahwa Negara modern hidup dari nilai-
nilai dan sikap-sikap dasarnya.
Idelogi terbuka adalah idelogi yang dapat berinteraksi dengan
perkembangan zaman dan adanya dinamika secara internal. Sumber semangat
ideologi terbuka itu, sebenarnya terdapat dalam Penjelasan Umum UUD 1945,
yang menyatakan, “…… terutama bagi Negara baru dan Negara
muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat atuan-aturan
pokok, sedangkan aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu
diserahkan kepada undang--undang yang lebih mudah cara membuatnya,
mengubahnya, dan mencabutnya.”

5.4.2. Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila


Faktor yang mendorong pemikiran keterbukaan ideologi Pancasila
(BP-7 Pusat, 1993, adalah sebagai berikut : (a) kenyataan dalam proses
pembangunan dan dinamika masyarakat yang berkembang secara cepat,
(b) kenyataan menunjukkan, bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup dan
terbuka cenderung merupakan perkembangan dirinya, (c) Pengamalan sejarah
polotik kita di masa lampau, (d) Tekad memperkokoh kesadaan akan nilai-nilai
dasar pancasila yang bersifat abadi dan hasrat mengembanakan secara kreatif
dan dinamis dalam rangka mengapai tujuan nasional.

60
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

5.4.3. Sifat Ideologi


Kebenaran pola pikir seperti terurai di atas adalah sesuai dengan sifat
ideologi yang memiliki tiga dimensi penting (BP-7 Pusat, 1993) sebagai
berikut. (a) Dimensi Realitas (b) Dimensi Idealisms, (c) Dimensi Fleksibilitas.

5.4.4. Batas-batas Keterbukaan Ideologi Pancasila


Sungguhpun demikian, keterbukaan ideologi pancasila ada batas-
batasnya yang tidak boleh dilanggar, yaitu sebagai berikut, (a) Stabilitas
nasional yang dinamis, (b) larangan paham liberal, (c) larangan terhadap
pandangan skstrim yang menggelisahkan kehidupan masyarakat, dan (e)
Penciptaan norma yang baru harus melalui consensus.

5.5. Rangkuman
1. Ideologi adalah gagasan atau teori yang menyeluruh tentang makna
hidup dan nilai-nilai yang mau menentukkan dengan mutlak bagaimana
manusia harus hidup dan bertindak, dalam artian ini disebut juga
ideologi tertutup.
2. Pancasila sebagai ideologi nasional dapat diatikan sebagai suatu
pemikiran yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai
sejarah, manusia, masyarakat, hukum dan Negara Indonesia, yang
bersumber dari kebudayaan Indonesia.
3. Pancasila bersifat integralistik karena : (a) mengandung semangat
kekeluargaan dalam kebersamaan, (b) Adanya semangat kerja sama
(gotong-royong), (c) Memelihara persatuan dan kesatuan, dan (d)
Mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
4. Pancasila berbeda dengan ideologi-ideologi lainnya, seperti kapitalisme
dan komunisme. Kedua ideologi ini telah terlebih dahulu lahi sebagai
pemikiran filosofis, yang kemudian dituangkan dalam rumusan ideologi
dan setelahnya baru diwujudkan dalam konsep-konsep politik.
5. Faktor yang mendorong pemikiran keterbukaan ideologi Pancasila

61
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

(BP-7 Pusat, 1993, adalah sebagai berikut : (a) kenyataan dalam proses
pembangunan dan dinamika masyarakat yang berkembang secara cepat,
(b) kenyataan menunjukkan, bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup
dan terbuka cenderung merupakan perkembangan dirinya, (c)
Pengamalan sejarah polotik kita di masa lampau, (d) Tekad
memperkokoh kesadaan akan nilai-nilai dasar pancasila yang bersifat
abadi dan hasrat mengembanakan secara kreatif dan dinamis daam
rangka mengapai tujuan nasional.

5.6. Latihan:
a. Apakah yang dimaksud ideologi?
b. Apakah yang dimaksud dengan ideologi Pancasila?
c. Jelaskan kapan ideologi dapat menjadi ideologi Negara?
d. Sebut dan jelaskan 4 tipe ideologi? Dari 4 tipe ideologi tersebut
pancasila anda masukkan pada tipe ideologi yang mana?
e. Jika anda mau memilih, manakah yang paling sesuai dengan anda
antara ideologi berikut dan apa alasan anda?
1) Ideologi Pancasila
2) Ideologi Liberalisme
3) Ideologi Sosialisme
f. Jelaskan batasan Pancasila sebagai ideologi terbuka?

C. Daftar Bacaan
Kaelan. (2002). Filsafat Pancasila: Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.
Yogjakarta Paradigma.
Marx, Karl, (terjemahan). 2004. Das Kapital Kritik der poltischen
Oekonomie, diterjemahkan oleh Oey Hay Djoen dalam buku
‘Kapital, Sebuah Kritik Ekonomi Politik dalam Buku I, II, III’.
Bandung: Penerbit Ultimus,.
Sastra Pratiji. M. (1991). Dalam Pancasila Sebagai Ideologi dalam
kehidupan Budaya. Jakarta BP-7 Pusat.

62
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB VI
PANCASILA DALAM KONTEKS
KETATANEGARAAN
REPUBLIK INDONESIA

A. Pendahuluan
Deskripsi:
Bab ini membahas tentang sistem ketatanegaraan RI berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 termasuk didalamnya pengertian, kedudukan Sifat dan
Fungsi UUD 1945

Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu:
1) Menjelaskan makna sistem ketatanegaraan RI berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945
2) Menjelaskan konsep, kedudukan sifat dan fungsi UUD 1945
3) Memahami dinamika pelaksanaan UUD 1945

B. Uraian Materi
6.1. Sistem Ketatanegaraan RI Berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945
6.1.1. Pengertian, Kedudukan, Sifat, dan Fungsi UUD 1945
a) Pengertian UUD 1945
Undang-Undang Dasar ialah kumpulan aturan atau ketentuan dalam
suatu kondifikasi mengenai hal-hal yang mendasar atau pokok ketatanegaran
suatu Negara sehingga kepadanya diberikan sifat kekal dan luhur, sedangkan
untuk mengubahnya diperlukan cara yang istimewa serta lebih berat kalau

63
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

dibandingkan dengan pembuatan atau perubahan peraturan perundang--


undangan sehari-hari.
UUD 1945 adalah hukum dasar yang tertulis, yang mempunyai arti
bahwa UUD 1945 mengikat pemerintah, setiap lembaga Negara, lembaga
masyarakat, dan seluruh warga Negara Indonesia dimanapun mereka berada
dan setiap penduduk yang berdomisili di wilayah Republik Indonesia.
Sebagai hukum, UUD 1945 berisi norma, aturan, dan ketentuan yang
dilaksanakan dan ditaati.
Secara teoritis, undang-undang dasar harus memenuhi dua syarat,
yaitu syarat mengenai bentuknya dan syarat mengenai isinya. Bentuknya
sebagai naskah tertulis yang merepakan Undang-Undang yang tertinggi
yang berlaku dalam suatu Negara. Isinya merupakan peraturan yang bersifat
fundamental, artinya bahwa tidak semua masalah yang penting baru dimuat
dalam undang-undang dasar, melainkan hal-hal yang pokok, dasar atau asas
saja. Penampilan hukum itu sendiri berubah-ubah sesuai dengan
perkembangan zaman, sehingga isi dari undang-undang dasar itu hanya
meliputi hal-hal yang bersifat dasar saja. (Moh. Kusnardi, 1983:65-67).
b) Kedudukan UUD 1945
Undang-undang dasar mempunyai peranan penting sebab merupakan
landasan struktural dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara. Sebagai
landasan stuktural dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara yang berisi
aturan atau ketentuan pokok atau dasar ketatanegaraan, bahkan lebih dari
itu, yaitu untuk menjamin suatu sistem atau bentuk Negara serta cara
penyelenggaraannya beserta hak-hak dan kewajiban rakyatnya, maka
undang-undang dasar harus merupakan hukum Negara yang tertinggi.
Sekalipun konvensi juga merupakan hukum dasar, tetapi konvensi
tidak boleh bertentangan dengan ketentuan UUD 1945 dan biasanya
merupakan aturan sebagai pelengkap atau mengisi kekosongan yang timbul
dari praktek kenegaraan, karena aturan tersebut tidak terdapat dalam
Undang-Undang Dasar 1945.

64
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

c) Sifat UUD 1945


Dalam teori konstitusi (Undang-Undang Dasar) dikenal sifat dari
UUD yaitu luwes (flexibel) atau kaku (rigid), tertulis dan tidak tertulis.
Untuk menentukan apakah sifat UUD itu luwes atau kaku dipakai ukuran
sebagai berikut
1. Cara Mengubah Konstitusi
Ada dua cara mengubah UUD, Pertama, UUD diubah dengan cara
prosedur yang biasa, sebagaimana mengubah dan membuat undang-undang
biasa. Dalam hal ini UUD itu memiliki sifat luwes (flexible). Seperti
konstitusi inggris. Kedua, perubahan UUD yang memerlukan prosedur
istimewa, maka sifat UUD itu adalah kaku (rigid). Seperti orde baru telah
menjadi sakral atau suci dengan memberi yang sangat sulit untuk diubah
dengan mengeluarkan ketetapan MPR tentang Referendum.
2. Tertulis dan tidak tertulis
Suatu konstitusi disebut tertulis apabila ia tertulis dalam suatu naskah
atau beberapa naskah. Sedangkan suatu konstitusi disebut tidak tertulis,
karena ketentuanketentuan- yang mengatur suatu pemerintahan tidak
tertulis dalam suatu naskah tertentu, melainkan dalam banyak hal diatur
dalam konvensi-konvensi atau undang-undang biasa.
d) Fungsi UUD 1945
Sebelum kita membicarakan fungsi UUD 1945, terlebih dahulu kita
harus memberikan penilaian terhadap konstitusi, secara teoritis. Ada tiga jenis
penilaian terhadap konstitusi menurut Karl Loewenstein sebaai berikut:
1) Nilai Normatif
Apabila suatu konstitusi (UUD) telah resmi diterima oleh suatu bangsa.
Maka konstitusi itu bukan saja berlaku dalam arti hukum (legal),
melainkan merupakan suatu kenyataan dan efektif, artinya konstitusi itu
dilaksanakan secara murni dan konsekuen.

65
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

2) Nilai Nominal
Suatu konstitusi secara hukum berlaku, namun berlakunya itu tidak
sempurna, karena ada pasal-pasal tertentu yang dalam kenyataanya
tidak berlaku.
3) Nilai Semantik
Konstitusi itu secara hukum tetap berlaku, tetapi dalam kenyataannya
hanya sekedar untuk melaksanakan kekuasaan politik. Jadi konstitusi
disini hanya sekedar istilah, sedangkan pelaksanaanya digantikan
dengan kepentingan penguasa.
Berdasarkan penilaian konstitusi (UUD) diatas maka dapat kita
melihat fungsi yang bagaimanakah UUD 1945 yang sesuai dengan
ketentuan yang terdapat dalam naskah UUD tersebut. UUD mempunyai
fungsi sebagai alat kontrol, alat mengecek apakah norma hukum yang lebih
rendah yang berlaku itu sesuai atau tidak sesuai dengan ketentuan undang-
undang dasar. UUD juga berfungsi sebagai alat kontrol, alat mengecek
apakah norma hukum yang lebih rendah yang berlaku itu sesuai atau tidak
sesuai dengan ketentuan undang-undang dasar 1945.

6.2. Pembukaan UUD 1945


6.2.1. Makna Pembukaan UUD 1945
UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari hukum yang
berlaku di Indonesia. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan serta tekad bangsa Indonesia
untuk mencapai tujuan Nasional. Pembukaan juga merupakan sumber dan
cita-cita hukum dan cita-cita moral yang ingin ditegakkan. Baik dalam
lingkungan nasional maupun dalam hubungan pergaulan bangsa-bangsa di
dunia. Pembukaan UUD 1945 itu mempunyai arti yang dalam dan lestari,
karena dia mampu menampung dinamika masyarakat dan akan tetapi
menjadi landasan perjuangan bangsa Indonesia selama bangsa Indonesia
tetap setia kepada Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.

66
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Pembukaan UUD 1945 merupakan rangkaian yang tidak dapat


dipisahkan dari proklamasi 17 Agustus 1945. Proklamasi pada hakikatnya
adalah pemcetusan dari segala perasaan yang sedalam-dalamnya yang
terbenam dalam kalbu rakyat Indonesia. Proklamasi beserta anak
kandungnya yang berupa pembukaan UUD 1945 talah melukiskan
pandangan hidup, tujuan hidup, falsafah hidup, dan rahasia hidup kita
sebagai bangsa. Apabila proklamasi itu merupakan suatu proclamation of
independence, maka pembukaan UUD 1945 merupakan declaration of
independence dari Republik Indonesia.
Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok-pokok kaidah yang
menjadi landasan dan peraturan hukum yang tertinggi bagi hukum-hukum
lainnya, termaksud hukum dasar yang tertulis serta hukum dasar yang tidak
tertulis (konvensi). Pokok-pokok kaidah Negara yang fundamental itu
terdapat dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu sebagai berikut :
1. Dasar-Dasar Pembukaan Negara
a. Tujuan Negara, yang menyatakan Negara Indonesia mempunyai
fungsi sekaligus menjadi tujuan, yaitu melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
b. Asas politik Negara, yaitu pernyataan yang menyatakan bahwa Negara
Indonesia yang berbentuk Republik dan berkedaulatan rakyat.
c. Asas kerohanian Negara, yaitu dasar falsafah Negara pancasila,
yang meliputi hidup kenegaraan dan tertib hukum Indonesia.
2. Ketentuan diadakannya UUD Negara
Ketentuan ini dapat terlihat dalam kalimat, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu UUD Negara Indonesia...”.
Hal ini menunjukkan sebab keberadaan sumber hukum UUD Negara. Kaidah
Negara yang fundamental suatu Negara dalam hukum mempunyai hakikat dan
kedudukan yang tetap kuat dan tidak berubah, dalam arti dengan

67
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

jalan hukum apapun tidak mungkin lagi akan diubah. Berhubung UUD
1945 memuat kaidah--kaidah Negara yang fundamental, maka pembukaan
UUD 1945 itu tidak dapat diubah secara hukum, perubahan itu berarti
pembubaran Negara poklamasi 17 Agustus 1945.

6.2.2. Makna Alinea-alinea dalam Pembukaan UUD 1945


Alinea pertama
1. Adanya keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia menghadapi
masalah kemerdekaan melawan penjajah.
2. Tekad bangsa Indonesia yang tetap berdiri di barisan yang paling depan
untuk menentang dan menghapuskan penjajahan diatas dunia.
3. Pengungkapan suatu dalil objektif yaitu bahwa penjajahan tidak sesuai
dengan perkemanusiaan dan perikeadilan, oleh karenanya harus
ditentang dan harus dihapuskan agar semua bangsa di dunia ini dapat
menjalankan hak kemerdekaannya sebagai hak asasi.
4. Pengungkapan suatu dalil subjekrif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia
sendiri untuk membebaskan diri dari penjajahan. Dalil ini menyatakan
tugas kewajiban kepada bangsa/pemerintah Indonesia untuk senantiasa
melawan setiap bentuk penjajahan dan mendukung setiap kemerdekaan
suatu bangsa
Alinea kedua
1. Perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai pada saat
yang menentukan.
2. Momentum yang telah dicapai itu harus dimanfaatkan untuk
menyatakan kemerdekaan.
3. Kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir, tetapi masih diisi
dengan usaha mewujudkan negaa Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur. Hal ini merupakan cita-cita nasional
bangsa Indonesia.

68
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Alinea ketiga
1. Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan bangsa kita berkat
rahmat dari tuhan.
2. Keinginan yang didambakan oleh segenap bangsa Indonesia untuk
hidup yang berkeseimbangan antara kehidupan material dengan
spiritual dan kehidupan dengan akhirat.
3. Pengukuhan melalui proklamsi kemerdekaan sebagai suatu Negara yang
berwawasan kebangsaan.
Alinea keempat
1. Tujuan sekaligus fungsi Negara Indonesia yaitu : (1) Melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. (2)
Memajukan kesejahteraan umum. (3) mencerdaskan kehidupan bangsa.
(4) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berkedaulatan,
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
2. Negara Indonesia berbentuk republik yang berkedaulatan rakyat.
3. Negara Indonesia mempunyai dasar Negara filsafah pancasila.

6.2.3. Pokok-pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945


a. Pokok pikian pertama, Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasarkan atas persatuan dengan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Negara
mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan. Negara
menurut pengertian ”pembukaan” itu menghendaki persatuan meliputi
segenap bangsa Indonesia dan seluruhnya. Rumusan ini menunjukkan
pokok pikiran persatuan. Dengan pengertian yang lazim, Negara,
penyelenggara Negara, dan setiap warga Negara wajib mengutamakan
kepentingan Negara diatas kepentingan golongan ataupun perseorangan.
b. Pokok pikiran kedua, Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat. Pokok pikiran yang hendak diwujudkan oleh Negara,
bagi seluruh rakyat ini didasarkan pada kesadaran bahwa manusia itu

69
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk mengiptakan keadilan


sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Pokok pikiran ketiga, Negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan
atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. Sistem Negara yang
berbentuk UUD harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan
permusyawaratan/perwakilan. Yang menyatakan bahwa kedaulatan
adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh majelis
permusyarawatan rakyat.
d. Pokok pikiran keempat, Negara bedasarkan atas ketuhanan yang maha
esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradap. Oleh karena itu,
UUD harus mengandung isi yang mewujudkan pemeritahan dll
penyelenggara negara untuk rnemelihara budi pekerti kemanusiaan
yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

6.2.4. Hubungan Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan


UUD 1945 dengan Pasal-Pasal UUD 1945
Suasana kebatinan UUD 1945 serta cita-cita hukum UUD 1945
bersumber atau dijiwai oleh dasar falsafah pancasila. Disinilah anti dan
fungsi pancasila sebagai dasar Negara. Selain itu fungsi pembukaan UUD
1945 mempunyai hubungan langsung dengan batang tubuh UUD 1945,
karena pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasalnya.
Pokok-pokok pikian yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
sebagai berikut:
1. Pokok Pikiran Pertama, ”Negara-begitu bunyinya- melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar
atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”.
2. Pokok Pikiran Kedua, ”Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat”.
3. Pokok Pikiran Ketiga, ”Negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan

70
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

atas kerakyatan dan permusyarawatan/perwakilan”.


4. Pokok Pikiran Keempat, ”Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha
esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”.

6.3. Pasal-pasal UUD 1945


UUD 1945 yang terdiri atas 37 pasal (sebagian pasalya telah
diadakan perubahan dan penambahan oleh MPR) ditambah dengan 3 pasal
Aturan Pealihan dan 2 ayat Aturan Tambahan, disamping mengandung
semangat dan merupakan perwujudan dari pokok pikiran yang terkandung
dalam pembukaan UUD 1945, juga merupakan rangkaian kesatuan pasal-
pasal yang bulat dan terpadu. Didalamnya berisi materi yang pada dasarnya
dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Pasal-pasal yang berisi materi pengaturan sistem pemerintahan Negara,
didalamnya termaksud pengaturan tentang kedudukan, tugas,
wewenang, dan saling berhubungan dari kelembagaan Negara.
2. Pasal-pasal yang berisi materi hubungan antara Negara dan warga
Negara dan penduduknya serta dengan dipertegas oleh pembukaan
UUD 1945, berisi konsepsi Negara deberbagai aspek kehidupan, yaitu
kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, dan hukum, serta kearah
mana Negara, bangsa, dan rakyat Indonesia akan bergerak mengapai
cita-cita nasionalnya.
3. Hal-hal lain, seperti bendera, bahasa, lambang Negara, dan lagu
kebangsaan serta perubahan UUD itu sendiri.

6.3.1. Kelembagaan Negara


Setelah UUD 1945 diamandemen, maka tidak lagi dikenal istilah
lembaga Negara tertinggi dan lembaga tinggi, melainkan lembaga
kekuasaan negara. Lembaga-lembaga. Negara yang ada terdiri dari : MP,
Presiders, DPD, DPR, BPK, MA, Mahkamah Konstitusi (MK) dan Komisi
Yudisial (KY).

71
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Berdasarkan perubahan UUD 1945; maka kekuasaan legislative


dijalankan yaitu MPR, DPR, Dan DPD. Kekuasaan efektif, yaitu President
dan Wakil Presiden, dan kekuasaan yudikatif dilaksanakan yang memegang
kekuasaan kehakiman, terdiri atas MA, MK, KY. Lembaga-lembaga ini
melaksanakan tugas dan fungsi sesuai amanah UUD 1945.
Perbedaan MPR sebelum dan sesudah perubahan UUD 1945 dapat
dilihat dari bagan berikut :
Perbedaan Sebelum perubahan Sesudah perubahan UUD
UUD 1945 1945
Komposisi DRP, utusan daerah, dan Anggota DPR dan DPD
golongan
Rekrutmen DPR (lewat pemilu dan Seluruh anggota DPR dan
diangkat), utusan daerah DPD dipilih lewat pemilu
dan golongan yang
diangkat
Legislasi Oleh DPR Kekuasaan legislasi ada
di DPR, DPD juga dapat
mengajukan dan membahas
RUU berkaitan dengan
ototmi daerah
Kewenangan Tak terbatas Terbatas tiga, yaitu
mengubah UUD, melantik
Presiden/wakil presiden, dan
impeachment

Berdasarkan perubahan pasal-pasal UUD 1945 tentang kelembagaan


Negara, maka struktur kelembagaan Negara tentu pula mengalami perubahan.
Oleh sebab itu pada bagian ini kita dapat membandingkan struktur
ketatanegaraan sebelum dan sesudah terjadinya perubahan UUD 1945.

72
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Struktur Ketatanegaraan Sebelum perubahan UUD 1945

Struktur Ketatanegaraan Setelah perubahan UUD 1945

Keterangan:
MK : Mahkamah Konstitusi
MA : Mahkamah Agung
KY : Komisi Yudisial

6.3.2. Hubungan Negara dan Warga Negara dan HAM


Dalam batang tubuh UUD 1945 berisi pasal-pasal yang menyangkut
materi hubungan antara Negara dengan warga Negara serta penduduknya.
Yang ada hakikatnya berisi konsepsi Negara diberbagai kehidupan polotik,
ekonomi, sosial budaya dan bahkan kearah manjadi Negara, bangsa, dan
rakyat Indonesia akan bergerak dalam mencapai cita-cita nasionalnya.

73
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Materi mengenai warga Negara dari penduduk itu tidak lepas dari dua hal yang
mendasar, yaitu hak asasi manusia dan demokrasi. Latar belakang perjuangan
kemerdekaan bangsa Indonesia adalah Amanat Penderitaan Rakyat, yang
merupakan esensi dari hak asasi manusia. Negara Indonesia yang merupakan
Negara demokrasi sesuai dengan alinea keempat pembukaan UUD 1945, yang
menyatakan : ..... susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat”. Demikian pula dalam batang tubuh UUD 1945
diungkapkan bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat. Dalam penjelasan kata
”demokrasi atau demokratis” terungkap beberapa kali.

6.3.3. Perubahan UUD 1945


UUD 1945 telah menetapkan dalam pasal terakhirnya, yaitu pasal 37
tentang perubahan UUD, menyatakan bahwa untuk mengubah UUD
sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota MPR harus hadir. Pasal
37 ayat (1) putusan diambil dengan persetujuan sekurang--kurangnya 2/3
dari pada jumlah anggota yang hadir ayat (2).
UUD 1945 telah menyatakan sendiri keterbatasan dan
ketidaksempurnaanya, apalagi untuk menghadapi perkembangan masyarakat
dan bangsa yang selalu akan mengalami perubahan. Sebagaimana pandangan
Bung Karno dalam sidang BPUPKI bahwa UUD 1945 inilah bersifat
sementara, nanti setelah keadaan Negara agak baik kita akan membuat UUD
yang lebih baik. Namun, UUD 1945 itu sendiri oleh pemerintahan orde baru
mempersulit perubahan UUD 1945 dengan mengeluarkan ketetapan MPR No.
IV/MPR/1983 tenang referendum. Sulitnya mengubah UUD melalui
referendum yang harus disetujui 90% rakyat yang berhak ikut referendum,
barukah MPR akan mengubahnya. Karena sulitnya mengubah UUD 1945,
maka MPR pada masa orde baru berketetapan untuk tidak mengubah dan akan
melaksanakan secara murni dan konsekuensitas melestarikannya.
Makna konstitusional pasal 37 UUD 1945 (Rancangan GBHN 1999-
2004). Konstitusi suatu Negara sebagai hukum tertinggi dalam suatu negara
yang mengatur kehidupan Negara, baik dalam prakteknya maupun menurut

74
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

teori konstitusi, senantiasa dipengaruhi oleh perkembangan moral dan


sosial bangsa yang bersangkutan pada masanya. Berkenaan dengan itu, ada
lagi yang menyatakan bahwa konstitusi dibuat untuk manusia, bukan
manusia untuk konstitusi adalah benar, akan tetapi teori konstitusi
mengajarkan prosedur perubahannya harus dipersukar. Biasanya penukaran
itu dituangkan dalam bentuk yang diserahi kekuasaan legislative dan ikut
menentukan GBHN berdaarkan maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16
Oktober 1945. Kedua, berdasarkan perubahan sistem kabinet Komite
Nasional Pusat tangal 11 November 1945 yang kemudian dinyatakan oleh
presiden dan diumumkan dengan Maklumat Pemeritah diganti dengan
sistem kabinet parlementer.

6.4. Dinamika Pelaksanaan UUD 1945


Pembahasan ini bertujuan untuk memahami dinamika pelaksanaan
UUD 1945, yang meliputi hal-hal berikut ini. (1) Masa awal kemerdekaan,
(2) Masa orde lama, (3) Masa orde baru dan (4) Masa era global.
6.4.1. Masa Awal Kemerdekaan
Sejak berlakunya UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945, maka
mulai saat itu berlaku tata hukum baru yang bersumber dari proklamasi
kemerdekaan Indonesia dan tidak berlaku lagi tata hukum lama (zaman
kolonia). Untuk mengganti seluruh tata hukum peninggalan kolonial dalam
UUD 1945. Pasal 11 Aturan peralihan menyatakan, “Segala badan Negara
dan peraturan yang ada masih langsung berlaku selama belum diadakan
yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.”
UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis dalam gerak pelaksanaannya
pada kurun waktu 1945-1949, jelas tidak dilaksanakan dengan baik, karena kita
memang sedang dalam masa pancaroba, dalam usaha membela dan
mempertahankan kemerdekaan yang baru saja di proklamirkan, sedangkan
pihak kolonial belanda justru ingin menjajah kembali Indonesia yang telah
merdeka. Segala perhatian bangsa dan Negara diarahkan untuk memenangkan
perang kemerdekaan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya UUD 1945

75
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

terjadi penyimpangan-penyimpangan konstitusional.


Sistem pemerintahan dan kelembagaan yang ditetapkan dalam UUD
1945 jelas belum dapat dilaksanakan. Dalam masa ini sempat diangkat DPA
sementara, sedangkan MPR dan DPR belum sempat dibentuk. Pada waktu
itu masih diberlakukan ketentuan Aturan Peralihan Pasal IV yang
menyatakan, “sebelum Majelis Permusyarawatan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut
Undang-Undang Dasar ini. segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden
dengan bantuan Komite Nasional.
Penyimpangan konstitusional yang dapat dicatat dalam kurun waktu
1945-1949. Pertama, berubahnya fungsi Komite Nasional Pusat dari
pembantu presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan
ikut menentukan GBHN berdasarkan maklumat Wakil Presiden No. X
tanggal 16 Agustus 1945. Kedua. berdasarkan perubahan sistem kabinet
Komite Nasional Pusat tanggal 11 November 1945 yang kemudian
dinyatakan oleh Presiden dan diumumkan dengan Maklumat Pemerintah
diganti dengan sistem kabinet parlementer.

6.4.2. Masa Orde Lama


Sejak 5 Juli 1959 UUD 1945 berlaku bagi Bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia. Setelah seat itu sudah cukup banyak pengalaman
yang telah kita peroleh dalam melaksanakan UUD 1945. Dalam masa orde
lama, presiden, selaku pemengang kekuasaan eksekutif dan pemegang
kekuasaan legislatif bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat telah
menggunakan kekuasaannya dengan tidak semestinya. Presiden telah
mengeluarkan produk legislatif yang pada hakikatnya adalah undang-undang
(sehingga sesuai UUD 1945 harus dengan persetujuannya DPR) dalam bentuk
penetapan presiden, tanpa persetujuan DPR. Selam itu terdapat pula
penyimpangan-penyimpangan lain antara lain sebagai berikut:
1. MPR, dengan ketetapan No.1/MPRS/1960 telah mengambil putusan
menetapkan pidato presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul

76
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Politik Republik Indonesia (Manipol) sehingga GBHN bersifat tetap.


Hal ini jelas bertentangan dengan ketentuan UUD 1945.
2. MPRS telah mengambil putusan mengangkat Ir. Soekarno sebagai
presiden seumur hidup. Hal ini bertentangan dengan ketentuan UUD
1945 yang menetapkan masa jabatan presiden selama lima tahun.
3. Hak budget DPR tidak berjalan, karena setelah tahun 1960 pemerintah tidak
mengajukan Rancangan Undang-Undang APBN untuk mendapat
persetujuan DPR sebelum berlakunya tahun anggaran yang bersangkutan.
Dalam tahun 1960, karena DPR tidak dapat menyetujui Rancangan
Pendapatan dan Belanja Negara yang diajukan oleh pemerintah. Maka
presiden waktu itu membubarkan DPR basil pemilihan umum tahun 1955
dan membentuk DPR-Gotong-Royong (DPR-GR).
4. Pemimpin lembaga-lembaga Negara dijadikan menteri-menteri Negara,
sedangkan presiden sendiri menjadi anggota DPA, yang semuanya tidak
sesuai dengan ketentuan UUD 1945.
Penyimpangan ini jelas bukan saja mengakibatkan tidak berjalannya
sistem yang ditetapkan dalam UUD 1945, melainkan juga telah
mengakibatkan memburuknya keadaan politik dan keamanan serta
terjadinya kemerosotan ekonomi yang mencapai puncaknya dengan
pemberontakan tersebut dapat digagalkan melalui kekuatan-kekuatan yang
melahirkan pemerintahan orde baru. Dipersyaratkannya suara yang
menyetujui perubahan harus berkualifikasi mayoitas 2/3 sampai dengan 4/5
jumlah anggota pemegang kedaulatan rakyat.
Bahasa yang popular dalam perubahan UUD adalah amandemen yang
dimaksud seperti tercantum dalam pasal 37 yaitu mengubah pasal yang
terdapat dalam batang tubuh UUD 1945. Beberapa kategori arti amandemen
adalah sebagai berikut, (1) membuat artinya mencipta pasal baru. (2)
mengubah artinya mengganti suatu pasal tertentu dalam pasal baru.
(3) mencabut artinya menyatakan suatu pasal tidak berlaku tanpa mengganti
dengan pasal baru. (4) menyempurnakan artinya menambah suatu sub
dietum dari suatu pasal. (5) memberi interpretasi baru dalam suatu pasal.

77
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

6.4.3. Masa Orde Baru


Lahirnya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) ini dianggap sebagai
lahirnya pemerintahan orde baru. Orde baru lahir dengan tekad awalnya
adalah untuk mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan
Negara Indonesia atas dasar pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen.
Konsensus nasional ini telah mewarnai pelaksanaan demokasi di
Negara. Republik Indonesia sepanjang pemerintahan orde baru sehingga
UUD 1945 lebih cenderung berpihak kepada rezim yang berkuasa dari pada
upaya penegakkan kedaulatan rakyat sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang terdapat dalam UUD 1945 itu sendiri. Pemerintahan orde baru telah
banyak melakukan penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan pemilu-
pemilu, antara lain sebagai berikut:
a. Campur tangan birokrasi terlalu besar dalam mempengaruhi pilihan
rakyat.
b. Panitia pemilu tidak independen, memihak salah satu kontestan.
c. Kompetisi antara kontestan tidak leluasa.
d. Rakyat tidak bebas mendiskusikan dan menentukan pilihan.
e. Penghitungan suara tidak jujur.
f. Kontestan tidak bebas kampaye karena dihambat aparat keamanan/
perizinan. (Lihat Eep Saefuiioh Fatah, 1997:22-23).
Mengigat pemilu adalah titik awal dari pembentukan demokrasi,
maka kelemahan dan praktek pemilu membawa kinerja sisitem politik,
yaitu tercipta perwakilan politik yang kurang kondusif bagi demokrasi.
Wakil rakyat lebih cenderung loyal kepada parpol yang menunjuknya
menjadi wakil rakyat dari pada rakyat pemilih (tipe partisan). Akibat
pemilu orde baru kepada DPR menyokong pembatasan kestabilitas politik
legislatif itu, sehingga penggunaan hak-hak DPR, seperti hak insiatif dan
fungsi pengawasan menjadi lemah. Kenyataan ini makin memperkuat
eksekutif sebagai pemilik pusat kekuasaan yang mengatasi legislative.

78
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Alokasi nilai dibidang politik dalam pelaksanaan UU No. 1 tahun


1983 tentang susunan dan kedudukan MPR/DPR. Presiden Soeharto
melakukan hat-hal berikut:
1. Menetapkan penelitian khusus (litsus) kepada segenap calon anggota
MPR/DPR dell-an kritium hanya yang berkualifikasi monoloyalitas
terhadap dirinya, yang diizinkan menjadicalon resmi dari partai politik
dan Golkar.
2. Menetapkan keluarga Presien, para pejabat eksekutif beserta beberapa
keluarganya dan orangorang- yang berkaitan dengan bisnis keluarga
Presiden sebagai calon resmi dari partai politik dan Golkar.
Dalam pelaksanaan UU No. 2 tahun 1983 tentang Pemilu, ada
beberapa yang perlu dijadikan catatan, yaitu sebagai berikut:
a. Presiden Soeharto secara subjektif mencoret dan mengganti calon yang
tidak memenuhi syarat subjektif dari Partai Politik dan Golkar.
b. Tempat pemungutan suara (TPS) dibuat di kantor-kantor dan waktu
pelaksanaan pemungutan suara ditetapkan bukan pada hari libur, tetapi
pada hari kerja.
c. Pelaksanaan pemungutan suara, sejumlah pemilih mendukung Golkar
diberi formulir A-B sampai 5 -10 lembar seorang.
Semua pegawai negeri dan warga ABRI yang masih aktif maupun
pensiun pada semua tingkat jabatan terbuka melakukan pemaksaan dengan
sanksi pada segenap anggota jajarannya untuk memilih Golkar. Di samping
itu, organisasi masyarakat (ormas), menurut UU No. 5 tahun 1985 tidak
dibolehkan berafiliasi kepada Partai Politik, tetapi banyak ormas yang
memperbolehkan Golkar. Undang-Undang No. 5 Tahun 1985 tentang
referendum mengatur tidak memungkinkannya diselenggarakannya
referendum karena mempersyaratkan suara 90% dai seluruh peserta
referendum (Universitas Pancasila :1990 : 12-13).

79
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

6.4.4. Masa Transisi dan Reformasi


Dalam proses reformasi dewasa ini, terdapat berbagai pendapat dan
kajian untuk mengamandemen UUD 1945, karena UUD 1945 harus bersifat
fleksibel, yaitu mampu menyesuikan diri dengan perkembangan bangsa dan
negara Indonesia. Keinginan untuk mengamandemen itu juga muncul
karena adanya sifat “ multiinter-pretable” pada pasal UU1945, sehingga
mengkibatkan adanya sentralisasi kekuasaan terutama Presiden dimasa
Orde Lama dan Orde Baru. Melalui sidang umum MPR tahun 1999, sidang
tahunan MPR tahun 2000, sidang tahunan MPR 2001 dan sidang tahunan
2002, UUD 1945 telah mengalami perubahan (amandemen). Perubahan ini
dimaksudkan untuk menyempurnakan Batang Tubuh UUD 1945 dan tidak
mengubah pembukaan UUD 1945. Karena Pembukaan UUD 1945
merupakan ikrar berdirinya negara kesatuan Republik Indonesiadan ia
memuat Pancasila sebagai Dasar Negara, MPR berketetapan hati untuk
tidak mengubahnya. Pembukaan UUD 1945 serta mandemen UUD 1945
berdasarkan sidang umum MPR 1999, sidang tahunan MPR tahun 2000,
sidang tahunan MPR 2001 men,dan sidang tahunan 2002.

6.5. Rangkuman
1. Undang-Undang Dasar ialah kumpulan aturan atau ketentuan dalam
suatu kondifikasi mengenai hal-hal yang mendasar atau pokok
ketatanegaran suatu Negaa sehingga kepadanya diberikan sifat kekal
dan luhur, sedangkan untuk mengubahnya diperlukan cara yang
istimewa serta lebih berat kalau dibandingkan dengan pembuatan atau
perubahan peraturan perundang-undangan sehari-hari.
2. Dalam teori konstitusi (Undang-Undang Dasar) dikenal sifat dari UUD
yaitu luwes (flexibel) atau kaku (rigid), tertulis dan tidak tertulis.
3. Suasana kebatinan UUD 1945 serta cita-cita hukum UUD 1945
bersumber atau dijiwai oleh dasar falsafah pancasila. Disinilah anti dan
fungsi pancasila sebagai dasar Negara. Selain itu fungsi pembukaan
UUD 1945 mempunyai hubungan langsung dengan batang tubuh UUD

80
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

1945, karena pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran


yang dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasalnya
4. Dalam batang tubuh UUD 1945 berisi pasal-pasal yang menyangkut materi
hubungan antara Negara dengan warga Negara serta penduduknya. Yang
ada hakikatnya berisi konsepsi Negara diberbagai kehidupan polotik,
ekonomi, sosial budaya dan bahkan kearah manjadi Negara, bangsa, dan
rakyat Indonesia akan bergerak dalam mencapai cita-cita nasionalnya.
5. UUD 1945 telah menetapkan dalam pasal terakhirnya, yaitu pasal 37
tentang perubahan UUD, menyatakan bahwa untuk mengubah UUD
sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota MPR harus hadir.
Pasal 37 ayat (1) putusan diambil dengan persetujuan sekurang-
-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota yang hadir ayat (2).
6. Dinamika pelaksanaan UUD 1945 meliputi hal-hal berikut ini. (1) Masa
awal kemerdekaan, (2) Masa orde lama, (3) Masa orde baru dan (4)
Masa Trasisi dan Reformasi.

6.6. Latihan:
Baca kembali isi uraian di atas, lalu jawablah pertanyaan di bawah ini.
Cocokkan jawaban anda dengan jawaban teman anda.
a. Jelaskan pengertian UUD 1945?
b. Bagaimanakah kedudukan, sifat dan fungsi UUD 1945 dalam Negara
kesatuan RI?
c. Jelaskan secara rinci makna setiap alinea Pembukaan UUD 1945?
d. Mengapa UUD 1945 diamandemen?

C. Daftar Bacaan
Eep Saefuiioh Fatah. (1997). Pemilu dan Demokratisasi. Jakarta: Mizan
Kusnardi. Moh. Harmaily Ibrahim. 1983. Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia. Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum
Universitas Indonesia.

81
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB VII
PANCASILA DALAM PARADIGMA
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT,
BERBANGSA DAN BERNEGARA

A. Pendahuluan
Deskripsi
Bab ini membahas tentang pengertian paradigma, pancasila sebagai
paradigma pengembangan dan pancasila sebagai paradigma pengembangan
ipoleksosbudhankam

Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu:
a) Menjelaskan konsep paradigma
b) Menjelaskan Pancasila sebagai paradigma pembangunan IPTEK
c) Memahami pancasila sebagai paradigma pengembangan ideologi,
politik, ekonomi, social budaya, pertahanaan keamanan

B. Uraian Materi
7.1. Pancasila Paradigma Pembangunan
Istilah paradigma menurut kamus Bahasa Indonesia (Depdikbud 1990)
memilki beberapa pengertian, yaitu (1) daftar dari semua pembentukan dari
sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata tersebut, (2)
model dalain teori ilmu pengetahuan (3) kerangka berpikir. Dalam koneksi ini
pengertian paradigma adalah pengertian kedua dan ketiga, khususnya yang
ketiga, yaitu karangka berpikir. Sacara terminologis tokoh yang

82
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

mengembangkan Istilah paradigma sebagai ilmu pengetahuan terutama


dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan adalah Thomas S.Khun.
pengertian paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dan asumsi-asumsi
teoritis yang umum, sehingga merupakan sumber hukum, metode, serta
penerapan dalam ilmu pengetahuan yang menentukan sifat, ciri serta
karakter ilmu pengetahuan itu sendiri (Kaelan 2002).
Sifat ilmu pengetahuan yang dinamis menyebabkan semakin banyak
hasil-hasil penelitian, sehingga membuka kemungkinan ditemukan kelemahan-
kelemahan pada teori-teori yang digunakan. Dengan demikian, para ilmuwan
mengkaji kembali teori-teori dasar dari ilmu itu sendiri. Contohnya dalam ilmu
sosial manakala suatu teori yang didasarkan kepada suatu hasil penelitian
ilmiah berdasarkan metode kuantitatif yang mengkaji manusia dan masyarakat
berdasarkan sifat-sifat parsial, terukur dan korelatif ternyata hasil dari pada
ilmu pengetahuan itu secara epistemologis hanya mengkaji satu aspek saja dari
objek ilmu pengetahuan, yaitu manusia. Dengan demikian, ilmuwan sosial
kembali mengkaji paradigma ilmu tersebut, yaitu manusia. Berdasarkan
hakikatnya manusia dalam kenyataan objektifnya bersifat ganda. Berdasarkan
kajian paradigma ilmu pengetahuan sosial tersebut kamudian dikembangkan
metode baru, yaitu metode kualitatif.
Istilah ilmiah itu berkembang kepada bidang-bidang kehidupan
lainnya, sehingga menjadi terminologi dari suatu perkembangan dan
pembangunan yang mengadung konotasi pengertian (1) Kerangka berpikir,
(2) Sumber nilai dan (3) Orientasi arah.

7.2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Iptek


Pada hakikatnya pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional
mengandung arti bahwa segala aspek pembangunan harus mencerminkan nilai-
nilai pancasila. Pembangunan nasional adalah untuk manusia Indonesia,
dimana manusia secara kodratnya memiliki kedudukan sebagai mahluk
individu dan mahluk sosial. Manusia tidak hanya mengejar kepentingan pribadi
tetapi, juga memperhatikan kepentingan masyarakat. Manusia tidak

83
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

hanya mengutamakan kebutuhan material, tetapi juga kebahagiaan spiritual.


Manusia memiliki fungsi monuduolistis tidak hanya mengejar kepentingan
dunia, tetapi mendapatkan kebahagiaan di akhirat kelak. Oleh sebab itu,
pembanguna nasional hendaklah mewujudkan tujuan tersebut.
Keberhasilan manusia mencapai tujuan dan hakekat hidupnya untuk
mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin, maka manusia menggunakan
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sebagai usaha kreativitas manusia
melalui proses akal dan pemikiran. Berdasarkan kreativitas akal dan
pemikiran manusia dalam mengembangkan iptek manusia mampu
mengolah kekayaan alam yang disediakan oleh Tuhan yang Maha Kuasa
untuk kepentingan kesejahteraan manusia., maka oleh sebab itu usaha-
usaha iptek harus mengikuti nilai-nilai dan moral Ketuhanan dan
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus merupakan
sumber nilai, kerangka berfikir serta asas moralitas bagi pembangunan
iptek. Apabila kita melihat sila-sila demi sila menunjukkan sistem etika
dalam pembangunan iptek (Kaelan 2002), yaitu sebagai berikut :
1) Sila Ketuhanan yang Maha Esa, mengimplementasikan ilmu pengetahuan,
mencipta, pengimbangan antara rasional, antara akal, rasa, dan kehendak.
Berdasarkan sila pertama ini iptek tidak hanya memikirkan apa yang
ditemukan, dibuktikan, dan diciptakan, tetapi juga mempertimbangkan
maksud dan akibatnya kepada kerugian dan keuntungan manusia dan
sekitarnya. Pengolahan diimbangi dengan pelestarian. Sila pertama
menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai sentral melainkan
sebagai bagian yang sistematika dari alam yang olahnya.
2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, memberikan dasar-dasar
moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan iptek haruslah secara
beradab. Iptek adalah bagian dari proses budaya manusia yang beradab dan
bermoral. Oleh sebab itu, pembangunan iptek harus berdasarkan kepada
usaha-usaha mencapai kesejahteraan umat manusia. Iptek harus dapat
diabadikan untuk peningkatan harkat dan martabat manusia, bukan

84
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

menjadikan manusia sebagai mahluk yang angkuh dan sombong akibat


dari penggunaan iptek.
3) Sila Persatuan Indonesia, menberikan kesadaran kepada bangsa
Indonesia bahwa rasa nasionalisme bangsa Indonesia akibat dari
sumbangan iptek, dengan iptek persatuan dan kesatuan bangsa dapat
terwujud dan terpelihara, tidak lepas dari faktor kemajuan iptek. Oleh
sebab itu, iptek harus dapat dikembangkan untuk memperkuat rasa
persatuan dan kesatuan bangsa dan selanjutnya dapat dikembangkan
dalam hubungan manusia Indonesia dengan masyarakat internasional.
4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dan
Permusyarawatan Perwakilan, prinsip demokrasi sebagai jiwa sila
keempat ini dapat mendasari pemikiran manusia secara bebas untuk
mengkaji dan mengembangkan iptek. Seorang ilmuan harus pula
memiliki sikap menghormati terhadap hasil pemikiran orang lain dan
terbuka, dikritik dan dikaji ulang hasil dari pemikirannya. Penemuan
iptek yang telah teruji kebenarannya harus dapat dipersembahkan
kepada kepentingan rakyat banyak.
5) Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, kemajuan iptek harus
dapat menjaga keseimbangan keadilan dan kehidupan kemanusiaan, yaitu
keseimbangan hubungan antara manusia dengan sesamanya, hubungan
antara manusia dengan Tuhan sebagai penciptanya, hubungan manusia
dengan lingkungan dimana mereka berada.
Pembangunan sebagai pengamalan pancasila diartikan sebagai upaya
bersama untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam, sumber
daya manusia, serta sarana-sarana sedemikian rupa sehingga tercipta tingkat
dan mutu kehidupan bangsa dan Negara secara seimbang, baik dalam sikap
dan perilaku warga bangsa maupun dalam tata kemasyarakatan. Maka
didalam kedudukan pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional
harus memperhatikan konsep berikut ini.
1) Pancasila harus menjadi kerangka kognitif, dalam indenfikasi diri sebagai
bangsa. Pancasila harus diletakkan sebagai kerangka berfikir yang

85
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

objektif rasional dalam membangun kepribadian bangsa. Oleh sebab itu,


perlu dikembangkan budaya ilmu pengetahuan dalam memupuk rasa
persatuan dan kesatuan bangsa.
2) Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional, perubahan yang
terjadi dalam masyarakat dan bangsa akibat dari pembangunan harus
semakin menempatkan nilainilai- pancasila yang dapat dirasakan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
3) Pancasila merupakan arah pembangunan nasional, proses pembangunan
nasional tidak terlepas dari control nilai-nilai pancasila. Oleh sebab itu,
kemana arah pembangunan melalui tahap-tahapnya tidak dapat
dilepaskan dari usaha mengimplementasikan nilai-nilai pancasila,
sehingga pembangunan adalah pengamalan pancasila.
4) Pancasila merupakan etos pembangunan nasional, untuk mewujudkan
visi bangsa Indonesia masa depan diciptakan misi pengamalan pancasila
secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Konsistensi antara teori dan kenyataan dan ucapan dengan
tindakan, merupakan paradigma baru dalam menjadikan pancasila
sebagai etika pembangunan nasional.
5) Pancasila sebagai moral pembangunan, sebutan ini mengandung
maksud agar nilainilai- luhur pancasila (norma-norma pancasila yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945) dijadikan tolak ukur dalam
melaksanakan pembangunan nasional, baik dalam perencanaan,
pengorganisasiaan, pelaksana, pengawasan, maupun dalam evaluasinya.
Pembangunan dalam perspektif pancasila adalah pembangunan yang
arah nilainilai- kemanusiaan sebagai coral values. Kelima nilai-nilai inti
secara terpadu menjadikan rujukan dalam perkembangan pranata sosial dan
pola tingkah laku segenap warga Negara, baik secara perseorangan maupun
kolektif. Sebagai konfigurasi budaya, nilai-nilai inti pancasila tidak dapat
diperlakukan satu-persatu secara terpisah. Perlakuan butir demi butir akan
menimbulkan kesenjangan pada pemberian makna dan pengamalannya.
Dalam menghadapi era globalisasi kita harus melihat dua karateristik

86
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

masyarakat untuk pembangunan bangsa (S. Budisantoso, 1998: 42-43).


Pertama, kemajemukan masyarakat dan keanekaragaman budaya. Kedua,
dinamika mayarakat dan keterbukaan kebudayaan terhadap pembaruan.
Masyarakat majemuk Indonesia yang sedang mengalami perkembangan
yang amat pesat karena dampak pembangunan nasional maupun rangsangan
globalisasi, memerlukan pedoman bersama (common frame of reference)
dalam menanggapi tantangan demi keutuhan bangsa. Oleh sebab itu,
pembangunan harus dapat memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini:
1) Hormat terhadap keyakinan religius setiap orang;
2) Hormat terhadap martabat manusia sebagai pribadi atau subjek
(manusia seutuhnya);
3) Kesatuan bangsa yang melayani sebagai bentuk sekretarianisme. Ini
berarti komitmen kepada nilai kebersamaan seluruh bangsa dan
komitmen moral untuk mempertahankan eksistensi dan
perkembangan seluruh bangsa Indonesia;
4) Nilai-nilai yang terkait dengan demokrai kontitusional (persamaan
politi, hak-hak asasi, hak-hak dan kewajiban kewarganearaan;
5) Keadilan soial yang yang mencakup persamaan (equality) dan
pemerataan (equity).

7.3. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ideologi,


Politik, Ekonomi, Sosial- Budaya, Pertahanan
dan Keamanan (Ipoleksodbudhankam)
7.3.1. Pengembangan Ideologi
Dalam pembangunan pancasila sebagai ideologi harus memandang
sebagai ideologi yang dinamis yang dapat menangkap tanda-tanda
perkembangan dan perubahan zaman. Untuk itu kita harus memperhatikan
peranan dan kedudukan pancasila dalam kehidupan berbanga dan
bernegara, seperti berikut ini:
a) Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

87
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Nilai-nilai dasar dalam ideologi pancasila dirumuskan dalam UUD 1945


untuk memperjelas suatu tatanan kehidupan beragama, hukum, politik,
ekonomi, sosial budaya, hankam dan sebagainya. Nilai dasar ini tidak berubah
dengan gampang sedangkan penjabaran nilai dasar kepada nilai operasional
dapat berkembang secara kesepakatan bersama di MPR yang disebut dengan
amandemen dan GBHN. Nilai dasar tidak mudah berubah karena merupakan
tolak ukur stabilitas dan dinamika untuk pasal 37 UUD 1945.
b) Wawasan Kebangsaan (Nasionalisme)
Konsep Negara (staatside) bangsa Indonesia dapat kita rangkum dari
pokok--pokok pikiran yang terkandung di dalam pembukaan UUD 1945.
Negara adalah keadaan kehidupan berkelompoknya bangsa Indonesia, yang
: (1) atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa, (2) didorongkan oleh
keinginan luhur bangsa, untuk (3) berkehidupan yang bebas, dalam arti (4)
merdeka, berdaulat, adil dan makmur (5) berdasarkan pancasila.
Dengan adanya unsur pertama menjadi jelas bahwa kita didalam Negara
tidak akan sekuler. Dengan adanya unsur kedua kita didalam bernegara tidak
merupakan Negara agama melainkan berwawasan kebangsaan (didorong oleh
keinginan luhur bangsa). Sedangkan unsur berikutnya menjelaskan wawasan
kebangsaan tersebut. Oleh karena itu, wawasan kebangsaan Indonesia atau
nasionalisme Indonesia ialah berkebangsaan yang bebas, yaitu merdeka,
berdaulat, bersatu, adil, dan makmur (Padmo wohjono. 1991 : 31-32).
Pancasila dijadikan platform kehidupan bersama bagi bangsa Indonesia yang
sangat majemuk agar tetap terikat erat sebagai bangsa bersatu.

7.3.2. Pengembangan Politik


Landasan: kekuasaan dan kedaulatan berada ditangan rakyat. Oleh
sebab itu, perlu menyempurnakan UUD 1945 sejalan dengan perkembangan
kebutuhan bangsa, dinamika dan tuntunan reformasi dengan tetap memelihara
kesatuan dan persatuan bangsa, serta sesuai dengan jiwa dan semangat
pembukaan UUD 1945. Meningkatkan peran MPR, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), dan lembaga tinggi Negara lainnya dengan

88
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

menegaskan fungsi, wewenang, dan tanggung jawab yang mengacu pada


prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga
eksekutif, legislative, dan yudikatif.
Dalam usaha membangun usaha politik, maka beberapa unsur yang
perlu dikembangkan dan ditingkatkan adalah sebagai berikut : (1). Sistem
pilitik nasional yang berkedaulatan rakyat, demokratis, dan terbuka. (2).
Kemandirian partai politik dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.
(3). Pendidikan politik kepada masyarakat untuk mengembangkan budaya
politik yang demokratis. (4). Pemilihan umum yang lebih berkualitas
dengan partisipasi rakyat yang seluas-luasnya.
Tiga aspek demokrasi yang harus dikembangkan adalah sebagai
berikut
• Demorasi sebagai sistem pemerintahan, meliputi rakyat sebagai
pendukung kekuasaan dan pemerintahan sebagai pembuat kebijakan.
Dukungan rakyat kepada pemerintah dapat menjadikan pemerintah
membuat kebijakan yang dapat dipercayai rakyat untuk membawa
kesejahteraan kepadanya.
• Demokrasi sebagai kebudayaan politik, dalam masyarakat yang sedang
membangun harus melakukan perubahan melalui proses dari budaya
tradisional patrimordial kepada cara berfikir rasional objektif yang
dapat memperkuat kemandirian bagi setiap warga Negara. Kesatuan dan
persatuan hak yang disadari oleh setiap warga merupakan keberhasilan
proses demokratisasi.
• Demokrasi harus dapat melaksanakan fungsi dan peranannya, seperti
organisasi masyarakat, partai politik, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD), Eksekutif, birokrasi dan peradilan keberhasilan proses
demokratisasi sangat ditentukan oleh keseimbangan dari peranan dan
kedudukan badan-badan tersebut. Dalam posisi yang seimbang setiap
badan tersebut dapat saling mengontrol satu badan dengan badan yang
lainnya.

89
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Demokrasi sebagai sistem pemerintahan hanya akan berhasil kalau


didukung oleh demokrasi sebagai budaya politik yang rasional objektif.
Hak Asasi Manusia harus dilaksanakan secara kontekstual sesuai dengan
kebudayaan Indonesia yang tercermin dalam kesetaraan dan keseimbangan
peranan lembaga-lembaga demokrasi.

7.3.3. Pengembangan Sosial Budaya


Pancasila dapat menjadi kerangka referensi identifikasi diri kalau
pancasila semakin credible, yaitu bahwa masyarakat mengalami secara
nyata realisasi dari prinsip--prinsip yang terkandung dalam pancasila.
Usaha yang dilakukan melalui cara-cara : (1) Dihormati martabatnya
sebagai manusia; (2) Diperlakukan secara manusiawi; (3) mengalami
solidaritas sebagai bangsa karena semakin hilangnya kesenjangan ekonomi
dan budaya; (4) Memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan
politik, dan (5) Merasakan kesejahteraan yang layak sebagai manusia.

7.3.4. Pengembangan Ekonomi


Pengembangan dan peningkatan SDM terdiri atas beberapa kriteria
kualitas SDM yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : (1) Memiliki
kemampuan dasar untuk berkembang; (2) Mampu menggunakan ilmu dan
teknologi untuk mengolah sumber daya alam secara efektif, efisien, lestari,
dan berkesinambungan; (3) Memiliki etos professional, tanggung jawab
atas pengembangan keahliannya, kejujuran dalam pelaksanaan tugas,
ketelitian pelayanan kepada masyarakat, penghargaan terhadap waktu dan
ketetapan waktu; (4) Penciptaan kesejahteraan yang merata berakses kepada
sumber ekonomi, dunia kerja, pendidikan, kesehatan, dan informasi.
Peningkatan kesejahteraan selalu dihadapkan kepada permasalahan,
bagaimana kita memadukan nilai-nilai ekonomis yang akan berkembang
menjadi ekonomis dengan nilai-nilai pancasila.

90
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

7.3.5. Pengembangan Hankam


Ketahanan nasional, Pembangunan nasional tidak terlepas dari
ketahanan nasional, yaitu perwujudan cita-cita bangsa dalam tingkat ketahanan
nasional, yang terjabar sebagai berikut : (1) Nilai-nilai fundamental yang
meyangkut pribadi warga Negara, yaitu pengembangan pribadi dalam matra
horizontal dan vertical, pertumbuhan sosial ekonomi, keanekaragaman, dan
persamanaan derajat; (2) Nilai-nilai fundamental yang menyangkut sistem/
struktur kehidupan masyarakat, yaitu keadilan sosial, keamanan/stabilitas dan
keseimbangan lingkungan; (3) nilai-nilai fundamental yang menyangkut
interaksi antara pribadi-pribadi warga Negara dan sistem/struktur kehidupan
masyarakat, yaitu keadilan sosial, keamanan, dan keseimbangan lingkungan.
Kondisi keamanan yang stabil sangat mendukung pelaksanaan
pembangunan nasional, dan sebaliknya keberhasilan pembangunan nasional
juga harus dapat menunjang terciptanya kondisi keamanan yang stabil.
Hasil pembangunan yang tidak stabil dan merata dapat menimbulkan
kesenjangan yang akhirnya akan berpengaruh terhadap stabilitas pertahanan
keamanan Negara. Oleh karena itu, keseimbangan antara pendekatan
keamanan dengan pendekatan kesejahteraan sangat diharapkan sehingga
menghasilkan keseimbangan dan keselarasan dalam kehidupan nasional.

7.4. Rangkuman
1. Istilah paradigma menurut kamus Bahasa Indonesia (Depdikbud 1990)
memilki beberapa pengertian, yaitu (1) daftar dari semua pembentukan
dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata
tersebut, (2) model dalain teori ilmu pengetahuan (3) kerangka berpikir.
2. Pada hakikatnya pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional
mengandung arti bahwa segala aspek pembangunan harus mencerminkan
nilai-nilai pancasila. Pembangunan nasional adalah untuk manusia
Indonesia, dimana manusia secara kodratnya memiliki kedudukan sebagai
mahluk individu dan mahluk sosial. Manusia tidak hanya mengejar
kepentingan pribadi tetapi, juga memperhatikan kepentingan

91
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

masyarakat.
3. wawasan kebangsaan Indonesia atau nasionalisme Indonesia ialah
berkebangsaan yang bebas, yaitu merdeka, berdaulat, bersatu, adil, dan
makmur (Padmo wohjono. 1991 : 31-32). Pancasila dijadikan platform
kehidupan bersama bagi bangsa Indonesia yang sangat majemuk agar
tetap terikat erat sebagai bangsa bersatu.
4. Dalam usaha membangun usaha politik dalam aspek pengembangan
politik, maka beberapa unsur yang perlu dikembangkan dan
ditingkatkan adalah sebagai berikut : (1). Sistem pilitik nasional yang
berkedaulatan rakyat, demokratis, dan terbuka. (2). Kemandirian partai
politik dalam memperjuangkan kepentingan rakyat. (3). Pendidikan
politik kepada masyarakat untuk mengembangkan budaya politik yang
demokratis. (4). Pemilihan umum yang lebih berkualitas dengan
partisipasi rakyat yang seluas-luasnya.
5. Dalam pembangunan pancasila sebagai ideologi, Pancasila sebagai
Paradigma Pengembangan Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial- Budaya,
Pertahanan dan Keamanan (Ipoleksodbudhankam) harus memandang
sebagai ideologi yang dinamis yang dapat menangkap tanda-tanda
perkembangan dan perubahan zaman. Untuk itu kita harus
memperhatikan peranan dan kedudukan pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara

7.5. Latihan
a. Jelaskan arti paradigma?
b. Apakah yang dimaksud dengan Pancasila sebagai paradigma
pembangunan IPTEK?
c. Bagaimanakah cara kita mengembangkan Pancasila sebagai paradigma
pengembangan politik?
d. Ada tiga aspek demokrasi. Jelaskan!
e. Bagaimanakah pengembangan ekonomi sebagai paradigma pembangunan

92
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Pancasila?
f. Ada dua cara mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan. Jelaskan!
g. Apakah yang dimaksud dengan budaya akademik? Jelaskan!
h. Apakah yang dimaksud dengan kebebasan akademik? Jelaskan!
i. Bagaimanakah hubungan kampus dengan politik? Manakah yang kuat
tarikannya? Jelaskan pendapat Anda!
j. Ada beberapa hal pokok dalam pembangunan hukum. Jelaskan!

C. Daftar Bacaan
Ending Rahmat. (2000). Gerakan Reformasi Terhadap Penegakan
Supremasi Hukum. Universitas Jaya Baya
Jenie., U., A., (2006). Pancasila sebagai Paradigm Ilmu Pengetahuan dan
Pembangunan Bangsa. UGM Yogyakarta
Poepowardojo, S., (1997). Pancasila sebagai Ideologi dalam Berbagai
Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara.
Jakarta: BP7

93
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

KUNCI JAWABAN

BAB I. LANDASAN DAN TUJUAN PANCASILA

a. 1) Landasan historis
Landasan historis pancasila dimulai dari proses pembentukan
bangsa Indonesia itu sendiri. Dalam hidup berbangsa dan bernegara
dewasa ini terutama dalam masa reformasi, bangsa Indonesia
sebagai bangsa harus memiliki visi serta pandangan hidup yang kuat
agar tidak terombang ambing ditengah-tengah masyarakat
international. Jadi secara hostoris, bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam setiap pancasila sebelum dirumuskan dan
disahkan menjadi dasar Negara Indonesia secara objektif, historis
telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri.
2) Landasan kultural
Setiap bangsa didunia dalam kehidupan bermasyarakat, bangsa dan
bernegara senantiasa memiliki pandangan hidupnya dalam
bermasyarakat, filsafah hidup serta pegangan hidup agar tidak
terombang ambing dalam kancah pergaulan masyarakat
internasional. Berbeda dengan bangsa lain Indonesia memiliki dan
mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara pada suatu asas cultural yang dimiliki dan melekat
pada bangsa itu sendiri.
3) Landasan yuridis
Ada beberapa landasan yuridis, antara lain sebagai berikut:
(1) Pembukaan UUD 1945. Di dalam pembukaan UUD 1945 alenia
ke 4: dijelaskan bahwa dasar Negara kita adalah pancasila. (2)
Undang-undang Republik Indonesianomor 20 tahun 2003 tentang
system pendidikan nasional BAB II Pasal 2 menyatakan: pendidikan
nasional berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945 (3)

94
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Durat Edaran Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen


Pendidikan Nasional tanggal 5 januari 2010 Nomor 06/D/T/2010
perihal penyelenggaraan perkuliahan pancasila.
4) Landasan filosofis
Pancasila adalah sebagai dasar filsafah dan dan pandangan filosofis
bangsa Indonesia, oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan
moral untuk secara konsisten merealisasikannya dalam setiap aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Secara filososfis bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara
adalah sebagai bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan hal
ini berdasarkan masyarakat objektif.

b. Landasan historis, menjelaskan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam


setiap pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar Negara
Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia
sendiri, sehingga asas nilai-nilai pancasila tersebut tidak lain dari bangsa
Indonesia sendiri. Sedangkan landasan cultural membahas tentang
Negara komunisme dan liberalisme meletakkan dasar filsafat negaranya
pada suatu konsep ideology tertentu. Misalnya komunisme meletakkan/
mendasarkan ideologinya pada suatu konsep pemikiran karl max.

c. Dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang system pendidikan dan juga


termuat dalam SK Dirjen Dikti No 38/Dikti/Kep/2003 dijelaskan bahwa
tujuan pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan
terwujud dalam kehidupan sehari-hari yaitu prilaku yang memancarkan
iman dan takwa terhadap tuhan yang maha esa.

95
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB II. PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH


PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

a. (1) Zaman Sriwijaya


Menurut MR. M. Yamin berdirinya negara kebangsaan indonesia
tidak dapat dipisihkan dengan kerajaan-kerajaan yang merupakan
warisan nenek moyang bangsa indonesia, negara kebangsaan bangsa
indonesia terbentuk melalui 3 tahap yaitu: (a) Pertama zaman
sriwijaya dibawah wangsa syailendra (600-1400), yang bercirikan
kesatuan. (b) Negara kebangsaan zaman majapahit (1293-1525)
yang bercirikan keprabuan, kedua tahap tersebut merupakan negara
kebangsaan indonesia lama kemudian. (c) Negara kebangsaan
moderen yaitu negara indonesia merdeka (sekarang negara
proklamasi 17 Agustus-1945), (sekretariat negara RI, 1995:11)
(2) Zaman Majapahit
Pada tahun 1293 berdirilah kerajaan majapahit yang mencapai
zaman ke emasannya pada masa pada pemerintahan hayam wuruk
dengan majapahit dibantu dengan Laksamana Noto dalam
memimpin armaadanya untuk menguasai nusantara.
Pada awal itu agama hindu budha berdampingan dengan damai
dalam satu kerajaan. EMMPU Prapanca menulis Nagarakertagama
(1365). Dalam kitab tersebut terdapat istilah “Pancasila”. Empu
tantular mengarang buku sutasoma dan dalam buku itulah kita
jumpai selaka persatuan nasional yaitu”BHINEKA TUNGGAL
IKA” yang bunyi lengkapnya “BHINEKA TUNGGAL Ika Tan
Hara Dharma mangrua”. Artinya walaupun berbeda namun satu jua
adanya sebab tidak agama yang memiliki tuhan yang berbeda hal ini
menunjukan adanya realitas kehidupan agama pada saat itu yaitu
agama Hindu dan Budha. Bahkan salah satu tawaran kekuasaan
yaitu pasal justru telah memeluk agama Islam, Toleransi, dalam
agama di junjung tinggi sejak masa bahari telah silam.

96
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

b. Rumusan masalah yang disampaikan oleh Muh. Yamin ada 2


Dari segi pidato ada 5 rumusan masalah: (a) Prikebangsaan, (b)
Prikemanusiaan, (c) Priketuhanan, (d) Prikerakyatan, (e) Kesejateraan
rakyat.
Dari segi tertulis beda dengan yang di sampaikan pada pidatonya
antara lain: (a) Ketuhanan Yang Maha Esa, (b) Kebangsaan persatuan
Indonesia, (c) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, (d) Kerakyatan
yang di pimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan.

c. Isi Piagam Jakarta


➢ ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluknya
➢ (menurut) dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
➢ Persatuan indonesia
➢ Dan kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
➢ Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
bangsa indonesia.

Perbedaan Piagam Jakarta dengan pembukaan UUD 1945


Perbedaan terdapat pada naskah piagam jakarta yang menyatakan bahwa
susunan. Negara republik indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan
berdasar kepada pada ketuhanan dengan menjalankan syariat islam bagi
pemeluk-pemeluknya inilah yang menimbulkan berbagai konflikantar
pemeluk agama terutama non muslim yang tidak menyetujui keharusan
menjalankan syariat islam yang dianggap tidak menghargai agama lain.
Sampai pada akhirnya di amandemenkan dalam UUD 1945 yang diganti
dengan bunyi Pancasila Sila-Sila pertama.

97
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

d. 1) karena proklamasi/sumber hukum pada pembentukan negara


kesatuan indonesia pembentukan negara yang dicetuskan. Melalui
Proklamasi tersebut. Bukanlah merupakan tujuan semata-mata.
Melainkan sebagai alat mewujudkan cita-cita dan tujuan negara
proklamasi kemerdekaan negara indonesia menjadi sarana untuk
mewujudkan masyarakat indonesia yang merdeka. Berdaulat adil dan
makmur serta bebas dari belengu penjajah bangsa lain. Proklamasi juga
mempunyai arti sebagai berikut: (a) merupakan titik awal penghentian
segala bentuk penjajahan di Indonesia, (b) lahirnya negara kesatuan
republik Indonesia, (c) merupakan titik puncak, perjuangan pergerakan
kemerdekaan sebelah berjuang berpuluh-puluh tahun sejak 20 mei
1908, (d) titik tolak pelaksanaan amanat penderitaan rakyat.
2) Sebagai norma pertama daripada tatanan hukum yang baru, yaitu
tatanan hukum indonesia tidak pula dapat dicari kekuatan berlakunya,
kepada salah satu norma aturan/ketentuan/dari pada tatanam hukum
yang sebelumnya yaitu tatanam hukum penjajah entah, itu tatanam
hukum pendudukan jepang ataupun tatanam hukum Hindia-Belanda.

e. 1) Penyimpangan pada masa orde lama


a) presiden telah mengeluarkan peraturan dalam bentuk penetapan
presideitu tidak dikenal di UUD 1945.
b) MPRs dengan ketetapan No 1/MPRs/1966 telah mendapatkan
pidato-pidato presiden tanggal 17 agustus 1959 yang berjudul
“penemuan kembali kita
c) Pimpinan lembaga-lembaga negara di beri kedudukan sebagai
GBHN tetap yang berarti sejajar dengan pembantu-pembantu
presiden
d) Hak budget tidak berjalan karena setelah tahun 1960 pemerintah
tidak mengajukan APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR
sebelum berlakunya tahun anggaran yang bersangkutan
e) 5 maret 1960 lewat penetapan presiden No 3 tahun 1960 tanggal

98
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

24 juni 1960 di bentuk DPR gotong-royong (DPR-GR)


f) MPR mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden seumur Hidup
melalui ketetapan No III/MPRS/1963
g) Politik luar negeri RI yang bebas aktif di selewangkan menjadi
politik poros-porosan di mana indonesia hanya menjalin kerja
sama dengan blog negara komunis dan mamasuki negara-negara
barat.
h) Indonesia keluar dari PBB pada tanggal 19 september 1960
i) Adanya ajaran naskom (nasionalis agama dan komunis)
2). Penyimpangan Pada masa orde baru
a) Adanya KKN
b) kesejangan pembangunan antara kesatuan dan daerah
c) Menyelesaikan masalah dengan kekarasan
d) tidak ada kebebasan berorganisasi dan pers
e) Pemilu tidak lagi luber dan jurdil
f) terlalu beraksi antara pemerintah dan di dasarkan pada prinsip
g) Terjadi kesenjangan sosial antara masyarakat pendatang dan
penduduk asli.

f. Pada masa orde baru pembangunan nasional dilakukan dengan tujuan


terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila
dan UUD 1945. Arah dan kebijakan adalah pembangunan pada segala
bidang. Pedoman pembangunan nasionalnya adalah trilogi
pembangunan dan 8 jalur pemerataan/ kesejahteraan bagi semua lapisan
masyarakat dalam suasana politik ekonomi yang stabil.

g. pemerintah berjalan pada masa reformasi saat ini sudah baik di tinjau
dari aspek-aspek tertentu dimana pemerintahan negara indonesia sudah
sedemikian bagus hanya saja masih ada masalah mengganjal yaitu
korupsi, kalau secara keseluruan sudah begitu baik.

99
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB III. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

a. Berpikir filsafat yaitu berpikir dengan cara bertanya deperti simbol


tanya jawab/ proses berpikir yang dapat dimengerti atau dipahami,
sedangkan perpikir biasa adalah proses berpikir yang sulit dimengerti.

b. Aliran-aliran filsafat:
➢ Moderialisme, yaitu paham yang memahami bahwa esensi
kenyataan termasuk esensi manusia bersifat material/fisik.
➢ Idealism, lebih menekankan pad aide dunia roh menurut ini
kenyataan sejati adalah bersifat spiritual.
➢ Dualism yaitu ajaran yang menyatakan realitas itu terdiri
dari dua subtansi yang berlainan dan bertolak belakang.
➢ Eksistensialisme, yaitu aliran filsafat yang menyatakan
bahwa cara berada manusia dan mendalam tidaklah sama.
➢ Struktualisme yaitu aliran filsafat yang hendak memahami
masalah yang muncul dalam sejarah filsafat.

c. 3 bidang garapan filsafat yaitu:


1) Ontologi yaitu ilmu yang meliputi apa hakikat ilmu itu apa
hakikat kebenaran dan kenyataan yang dengan pengetahuan
ilmiah yang tidak terlepas dari presepsi filsafat.
2) Epistomologi yaitu meliputi sumber-sumber sarana dan tata cara
menggunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan
(ilmiah) pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dengan dasar
entologisnya.
3) Aksiologis yaitu melipiti nilai-nilai valensi yang bersifat normotif
dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan
sebagaimana kita sampai dalam kehidupan kita sehari-hari.

100
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

d. 1) Nilai kenikmatan yaitu nilai yang bersumber dari/pada kehangatan


kenikmatan yang dirasakan manusia.
2) Nilai kehidupan yaitu nilai yang bersumber pada unsure kehendak.
3) Nilai kewajiban yaitu nilai yang bersumber pada kewajiban seorang
untuk melaksanakan kewajiban seperti kepada rumah tangga .

e. Ketetapan MPR No III/MPR/2000 tentang peraturan perundang-


undangan RI.
1. UUD
2. Ketetapan MPR
3. PERPU
4. PP
5. KEPRES
6. Perda (pasal 2)
➢ perda paruna
➢ perda kabupaten
➢ perda (ayat 7) pasal 3
Dalam UUD No. 10 tahun 2004 tentang peraturan perundang-undangan
a. UUD Negara tahun 1945
b. UUD peraturan pemerintahan pengganti undang-undang
c. Peraturan pemerintah
d. Peraturan presiden
e. Peraturan daerah (ayat (1) ayat 2) meliputi:
1. Peraturan daerah provinsi
2. Peraturan daerah kabupaten
3. Peraturan desa.

101
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB IV. PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

a. Pengertian Pancasila sebagai etika politik adalah Pancasila merupakan


dasar asas sebagai dasar Negara yang menjadi pedoman dan pandangan
hidup bangsa tentang bagaimana hidup bermasyarakat serta
berhubungan dengan sesame warga masyarakat maupun pembagian
kekuasaan dalam masyarakat atau pada lingkup pemerintah.

b. Perbedaan antara nilai, moral dan norma, yaitu:


1) nilai merupakan suatu yang berharga berguna, indah dan
memperkaya batin dan menyadarkan manusia akan hasrat dan
martabat contohnya nilai kaidah, nilai kehidupan dan nilai sosial.
2) Moral merupakan ajaran tentang hal yang baik dan buruk yang
menyangkut tingkah laku perbuatan anusia contohnya kesedian,
kepatuhan terhadap nilai dan norma.
3) Norma merupakan petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan
dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi tertentu
contohnya: norma agama.

c. Contoh perilaku yang sesuai dengan:


1) Nilai-nilaiPancasila
- Tidak mengganggu ibadah orang lain
- Melakukan gotong royong
- Berkata jujur
- Taat tata tertib.
2) Moral Pancasila
- Menolong orang lain
- Berbakti pada orang tua.
3) Norma-norma Pancasila

102
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

- Norma kesusilaan : 1. Jujur dalam perbedaan dan perbuatan


2. menghormati sesame manusia
- Norma kesopanan : 1. Memberi salam ketika bertemu
2. tidak berkata kasar.
- Norma agama : 1. Melaksanakan ibadah
2. menjalankan perintah agama
- Norma hukum : 1. Mematuhi aturan lalu lintas
2. Membayar pajak.

d. Yang dimaksud dengan.


1) Nilai dasar adalah nilai yang mutlak ada, tidak bisa di ubah dan
tidak bisa di hilangkan yang meliputi: nilai ketuhanan, kemanusiaan
dan kerakyatan dan keadilan, Nilai-nilai ini bersifat abstrak.
2) Nilai instrumental adalah penyebaran dari nilai dasar yang bersifat
lebih konsektual dan lebih harus di sesuaikan dengan perkembangan
zaman.
3) Nilai praktis yaitu pengalaman atau melaksanakan dari nilai dasar dan
nilai instrumental dalam sebagai ini target yang sejatinya dinamis.

e. Yang dimaksud dengan etika politik dalam kehidupan berbangsa dan


bernegara yaitu prinsip pedoman dasar yang diartikan sebagai pondasi
pembentukan dalam perjalanan roda pemerintah yang biasanya
dinyatakan perjalanan roda pemerintahan yang biasanya dinyatakan
dalam konstitusi Negara serta merupakan rumusan yang bersifat
universal dan Nilai-nilai budaya bangsa yang terjamin dalam Pancasila
sebagai acuan dalam berfikir, bersikap, dan bertingkah laku, dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
f. Makna Nilai-nilai setiap sila Pancasila, yaitu:
1) Ketuhanan yang maha esa makna sila ini adalah percaya dan

103
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

takwa kepada tuhan yang maha esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing saling menghargai. Kebebasan
dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan orang lain.
2) Kemanusiaan yang adil dan beradap makna sila Pancasila ini
adalah mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
kewajiban antar manusia.
3) Persatuan Indonesia maknanya adalah menjaga persatuan dan
kesatuan NKRI rela berkorban demi bangsa dan Negara.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan makna sila pancasila ini adalah
menjunjung tinggi dan memperkokoh peratuan dan kesatuan
dalam hidup bersama,
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia maknya sila ini
adalah bersikap adil terhadap sesame menghargai orang lain dan
menghormati hak-haknya.

BAB V. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI

a. Ideologi adalah gabungan dari 2 kata majemuk yaitu idea dan logos
yang secara sederhana diartikan sebagai suatu gagasan ynag
berdasarkan pemikiran yang sederhana dan sedalam-dalamnya dan
merupakan pemikiran filsafat yang dipergunakan untuk segala
kelompok sila-sila nilai-nilai dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi
sebagai pedoman normatif.

b. Ideologi Pancasila adalah suatu pemikiran yang membuat pandangan


dasar dan cita-cita mengenai sejarah manusia, masyarakat, hokum, dan
Negara Indonesia yang bersumber dari kebudayaan Indonesia sendiri.

104
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

c. Ideologi dapat menjadi ideologi Negara yaitu sejak dinyatakan


kemerdekaan suatu Negara dimana Ideologi tersebut berkaitan dengan
peratura penyelenggaraan pemerintah Negara uang digali dan diambil
dari kekayaan rohani moral dan budaya.

d. 4 tipe Ideologi yaitu sebagai berikut:


1) Tipe konservatif yaitu ideologi yang memelihara keadaan yang ada
setidak-tidaknya secara umum walaupun membuat keyakinan
perbaikan hal-hal teknis
2) Kontra Ideologi yaitu melegitimasi penyimpangan yang ada dalam
masyarakat sebagai dan dianggap baik
3) Ideologi Reformis yaitu berkehendak untuk merubah keadaan.
4) Ideologi revolusioner yaitu ideology yang bertujuan mengubah
seluruh sistematis nilai masyarakat itu.
Pancasila dimaksukkan dalma ideology reformis yang bertujuan
mengubah keadaan.

e. Diantara ketiga ideologi diatas yang paling sesuai adalah ideologi


pancasila karena di dalam ideologi tersebut terkandung pencerminan
pedoman dalam bertindak.

f. Batasan Pancasila sebagai Ideologi terbuka adalah suatu batasan yang


tidak boleh dilanggar seperti stabilitas nasional yang dinamis, larangan
paham liberal, batasan terhadap pandangan yang ekstrim yang
menghasikan kehidupan masayarakat dan penciptaan norma yang baru
harus melalui konsensus.

105
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

BAB VI. PANCASILA DALAM KONTEKS


KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

a. Undang-undang 1945 adalah hukum dasar yang tertulis yang


mempunyai arti bahwa UUD 1945 menurut pemerintah setiap lembaga
negara, lembaga masyarakat dan seluruh negara Indonesia dimanapun
mereka berada.

b. KedudukanUUD1945mempuyaiperananpentingdalampenyelenggaraan
pemerintah yang berisi aturan atau ketentuan pokok.
- Sifat UUD 1945 yaitu luwes (fleksibel) atau tertulis dan tidak tertulis.
Sifat UUD 1945 diubah dengan cara prosedur yang sebagaimana
mengubah dan membuat UUD 1945 biasa.
-Fungsi UUD 1945 yaitu sebagai alat kontrol, alat mengecet dengan
ketentuaan UUD 1945.

c. Makna alinea 1 dalam pembukaan UUD 1945.


1. Alinea pertama yaitu adanya keteguhan dan kekuatan pendirian
bangsa Indonesia menhadapi masalah kemerdekaan melawan
penjajah.
2. Alinea kedua
- Perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia sampai pada
saat yang ditentukan.
-Menentukan yang telah dicapai itu harus dimanfaatkan untuk
meyakinkan kemerdekaan
-Kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir tetapi
masih di isi dengan usaha manusia jadikan Negara Indonesia.
3. Alines ke 3
-Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan bangsa kita
berkat dari rahmat tuhan.
106
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

-Keinginan yang didambakan oleh segenap bangsa Indonesia


untuk hidup yang berkesinambungan .
-Penegakan melalui proklamasi kemerdekaan sebagai suatu
negara yang berwawasan ke bangsaan.
4. Alinea ke 4
-Tujuan sekaligus fungsi bangsa Indonesia.\
-Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
-Mencerdaskan kehidupan bangsa.

d. Karena perubahan UUD 1945 yang diacumkan amandemen yang


termaksud atau tercantum dan pasal 27 yaitu mengubah pasal yang
terdapat dalam batang tubuh UUD 1945.

BAB VII. PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN


BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

a. Paradigma berarti daftar dari semua bentuk dari sebuah kata yang
memperlihatkan konjugasi yang/dan deklinasi kata tersebut modal
dalam ilmu pengetahuan dan kerangka berfikir.

b. Pancasila sebagai paradigm pembangunan politik, adalah pembangunan


yang mencerminkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengelola
kekayaan alam yang disediakan oleh tyme induk kesejahteraan manusia.

c. Cara mengembangkan pancasila sebagai paradigm pembangunan politik


yaitu dengan tetap sesuai dengan dan memelihara kesatuan dan
persatian bangsa.

107
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

d. 3 aspek demokrasi, yaitu:


1) Demokrasi sebagai system pemerintahan yang rakyatnya
sebagai pendukung kekuasaan dan pemerintah sebagai
pembuat kebijakan yang dapat dipercayai.
2) Demokrasi sebagai kebudayaan politik yaitu dalam masyarakat
yang sedang membangun harus melakukan perubahan proses
dari budaya tradisional pastrimodial kepada cara berfikir
rasional objektif yang dapat memperkuat kemandirian.
3) Demokrasi harus dapat melaksanakan fungsi partai politik,
DPRD, eksekutif, birokrasi, dan peradilan dimana
keberhasilan proses demokrasi sangat ditentukan oleh
keseimbangan dari peran dan kebudayaan.

e. pengembangan ekonomi seabagai paradigm pembangunan pancasila,


yaitu
1) memiliki kemampuan dasar untuk berkembang
2) mampu mengenakan ilmu dan teknologi untuk mengubah
sumber daya alam
3) memiliki etos professional, tanggung jawab, atas
pengembangan kehilangan
4) penciptaan kesejahteraan yang mintabereaksi kepada sumber
ekonomi

f. cara mengklasifikasikan pancasila yaitu:


1) pancasila sebagai ideology terbuka dalam ideology pancasila
dirumuskan dalam UUD 1945 untuk memperjelas dari
tataran pendidikan
2) wawasan kebangsaan, konsep Negara bangsa Indonesia
dapat dirangkum dari praktek-praktek pikiran yang
terkandung dalam pembukaan UUD 1945

108
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

g. budaya akademik merupakan suatu totalitas dari kehidupan dan


kekerasan akademik warga masyarakat dilembaga penelitian

h. kebebasan akademik merupakan kebebasan yang memiliki ciri khas


akademik untuk melakukan kegiatan umrah yang berupa penulisan hasil
studi penelitian hasil diskusi sebagai mana yang menemui kriteria

i. kampus merupakan bagian masyarakat yang dilibatkan dalam


mengawal poses transi demokrasi Indonesia. Kampus sebagai praktik
penghasil intelektual, kampus memiliki sumberdaya potensial untuk
mengambil peran dalam arena politik

j. hal-hal pokok dalam pembangunan hokum yaitu masalah peningkatan


kualitas penegakan hokum atau perubahan system hokum nasional,
masalah perkembangan globalitas yang memiliki kompleks masalah
internasional hokum globalisasi/tradisional.

109
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

GLOSARIUM

Analityca Syntetic: perpaduan metode analisis dan sintesis dari objek


formal maupun objek materil formal.
Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua: semboyan yang ada
dalam kitab Sutasoma yang artinya walaupun berbeda, satu jua adanya.
Collectieve Ideologie: Pancasila merupakan filsafat Negara yang lahir
dengan cita-cita bersama dari seluruh Bangsa Indonesia.
Epistemology: berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.
Estetika: Hakikat keindahan.
Etika: Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
Filsafat: cinta kebijksanaan.
Hermeneutika: suatu metode yang menemukan makna dibalik objek
formal maupun objek materil.
Ideologi: berasal dari kata idea dan logos. Yang berarti suatu gagasan yang
berdasarkan pemikiran yang sedalam-dalamnya dan merupakan
pemikiran filsafat.
Ideologi Konservatif: ideologi yang memelihara keadaan yang ada.
Kontra Ideologi: melegitimasikan penyimpanan yang ada dalam
masyarakat yang sesuai dan yang dianggap baik.
Ideologi reformis: berkehendak merubah keadaan.
Ideologi revolusioner: ideologi yang bertujuan mengubah seluruh sistem
nilai masyarakat.
Kausa Materialis: berhubungan dengan materi, pancasila digali dari nilai-
nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia.
Kausa Formalis: berhubungan dengan bentuk, bahwa pancasila yang ada
dalam pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat formal.

110
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Kausa Efisiensi: kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan


merumuskan Pancasila menjadi dasar Negara Indonesia merdeka.
Kausa Finalis: berhubungan dengan tujuan, tujuan diusulkan Pancasila
sebagai dasar Negara indonesia.
Kebenaran Universal: kebenaran yang tidak dibatasi oleh ruang, waktu
keadaaa, kondisi apapun juga.
Koherensi Historic: metode pemahaman, penafsiran dan interpretasi yang
didasarkan atas hukum-hukum logika dalam suatu penarikan
kesimpulan.
Legitimasi etis: pembenaran atau pengabsahan wewenang Negara
berdasarkan prinsip-prinsip moral.
Legitimasi legalitas: keabsahan kekuatan dengan fungsi-fungsi kekuasaan
Negara dan menuntut agar fungsi-fungsi itu diperoleh dan dilakukan
sesuai hukum yang berlaku.
Matelresolusi: suatu persetujuan yang ditandatangani oleh Ratu Belanda
pada Konferensi Meja Bundar.
Marvuat Vanua Criwijaya Siddhayatra Subhiksa: Suatu cita-cita yang
dan makmur pada zaman kerajaan Sriwijaya.
Metafisika: hal-hal yang bereksistensi dibalik fisis, meliputi bidang
ontology, kosmologi dan antropologi.
Metodologi: berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam pengetahuan.
Monopluralis: kesatuan organis akan sila-sila pancasila yang memiliki
kesatuan yang bersifat organis.
Multiinter-pretable: sifat yang mempunyai keinginan untuk
mengamandemen UUD 1945.

Objek Formal Pancasila: suatu sudut pandang tertentu atau sudut pandang
pancasila.
Objek Material Pancasila: suatu objek yang merupakan sasaran pembahasan
pengkajian pancasila baik yang bersifat empiris maupun non empiris.

111
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Ontologi: Hakikat Ilmu, hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren


dengan pengetahuan yang tidak terlepas dari persepsi kita tentang
apa dan bagaimana yang ada.
V.O.C: perkumpulan pedagang pada zaman Belanda yang dikenal dengan
istilah Kompeni.

112
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

DAFTAR PUSTAKA

Ali. L. (1996). Kamus besar bahasa Indonesia edisi kedua. Jakarta


Bakri, Nur MS. ( 2001). Orientasi Filsafat Pancasila. Jogjakarta: Pers.
Darmawijaya. (2010). Kesultanan Islam Nusantara. Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar.
Darmowiharjo. D. (1984). Pancasila dalam beberapa Perspektif. Jakarta:
Aries Lima
Depdiknas. 2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
2010. Perihal Penyelenggaraan Perkuliahan Pendidikan
Pancasila. (surat edaran Tanggal 5 Januari Nomor 06/D/T/2010)
Eep Saefuiioh Fatah. (1997). Pemilu dan Demokratisasi. Jakarta: Mizan
Efendi, H.A.M. (1995). Filsafah Negara Pancasila. Semarang: IAIN
Walisongo pers.
Ending Rahmat. (2000). Gerakan Reformasi Terhadap Penegakan
Supremasi Hukum. Universitas Jaya Baya.
Franz. Magni. Suseno. (1987) Etika Politik, Prinsip-prinsip Moral dasar
Kenegaraan. Jakarta: Gramedia.
Jenie., U., A., (2006). Pancasila sebagai Paradigm Ilmu Pengetahuan dan
Pembangunan Bangsa. UGM Yogyakarta
Kaelan. (2002). Filsafat Pancasila: Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.
Yogjakarta Paradigma
Kusnardi, Moh. Harmaily Ibrahim. 1983. Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia. Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas
Hukum Universitas Indonesia.
Marx, Karl, (terjemahan). 2004. Das Kapital Kritik der poltischen Oekonomie,

113
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

diterjemahkan oleh Oey Hay Djoen dalam buku ‘Kapital, Sebuah


Kritik Ekonomi Politik dalam Buku I, II, III’. Bandung: Penerbit
Ultimus,.
Notonagoro. (1980). Beberapa Hal Mengenai Falsafat Pancasila. Jakarta:
Penerbit Pancuran 7.
_________. (1983). Dasar Filsafah Negara. Jakarta: PT Bina Aksara
Poepowardojo, S., (1997). Pancasila sebagai Ideologi dalam Berbagai
Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara.
Jakarta: BP7.
Sastra Pratiji. M. (1991). Dalam Pancasila Sebagai Ideologi dalam
kehidupan Budaya. Jakarta BP-7 Pusat.
Subandi, Ahmad. (2006). Filsafat Ilmu Mengurai, Ontologis, Epitimologis,
dan Aksiologis Pengetahuan. Bandung.
Tukiran Taniredja, Muhammad Afandi, Efi Miftah Faridli. Paradigma
Baru Pendidikan Pancasila untuk Mahasiswa. Penerbit Alfabeta:
Bandung.

114
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

Index
A L
asas 12, 13, 22, 32, 43, 44, 48, 50, 76, 97, Liberalisme 8, 71, 74, 127
107, 108, 115, 123 M
B Majapahit 6, 22, 23, 25, 26, 27, 33, 34,
BPUPKI 22, 34, 49, 50, 86, 124 109, 127
C Moral 7, 56, 58, 60, 65, 66, 115, 127, 129
consensus 73 N
D nasionalisme 12, 22, 25, 27, 98, 101, 104
Dinamika 8, 87, 93 O
E objektif 12, 14, 17, 22, 54, 61, 80, 99, 102,
Eksekutif 56, 63, 88, 90, 91, 102, 121 103, 107, 108, 121

F P
Filosofis 5 PPKI 21, 31, 49, 50, 124, 127
Filsafat 3, 6, 7, 20, 37, 38, 39, 47, 48, 49, R
51, 66, 74, 123, 129, 130 Reformasi 8, 12, 92, 93, 106, 127, 129
G Republik 3, 6, 8, 13, 14, 21, 29, 31, 32, 76,
gagasan 58, 67, 68, 73, 117, 123 79, 86, 89, 90, 92, 107, 127

H S
Historis 11, 12, 18, 19, 107, 108 sosial 14, 15, 23, 38, 43, 44, 45, 46, 47, 49,

I 50, 53, 54, 55, 57, 58, 59, 61, 63, 70,

ideologi 12, 13, 31, 32, 67, 68, 69, 70, 71, 71, 79, 81, 82, 83, 85, 87, 93, 96, 99,

72, 73, 74, 95, 100, 101, 105, 118, 101, 104, 110, 112, 115, 117, 123

123 T
intelektual 12, 13, 15, 122 Toleransi 25, 26, 109
K U
Kesejahteraan 16, 19, 22, 24, 25, 79, 81, 97, Universal 5, 18, 63, 124
102, 103, 104, 112, 120, 121, 127 V
Koheren 18, 42, 127 VOC 27
Kultural 5, 13, 127

115
Pendidikan Pancasila
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)

W
wilayah 23, 25, 28, 45, 63, 76
Y
Yuridis 5, 13
Z
Zaman 5, 6, 11, 23, 25, 27, 109

116

Anda mungkin juga menyukai