Helmi Ariva Universitas Sriwijaya PKM-RE
Helmi Ariva Universitas Sriwijaya PKM-RE
i
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 3
Tabel 3.1 Tahapan Kegiatan dan Indikator Capaian ............................................... 8
Tabel 4.1 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya ................................................... 8
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan ...................................................................................... 9
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1.Gambar Alat Housing Filter dan Housing RO Filter........................... 7
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian ....................................................................... 7
Gambar 3.3 Skema pada Pengolahan Pre-Treatment Air Domestik ....................... 7
iii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan akan air dalam berbagai aspek kehidupan sangat penting baik untuk
kebutuhan industri, kehidupan sehari-hari, dan aktivitas rumah tangga lainnya.
Kebutuhan air yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan aktivitas manusia
dapat menyebabkan pencemaran ke dalam sumber air menjadi permasalahan yang
cukup serius. Zat pencemar dapat berupa logam berat seperti besi (Fe) yang sering
ditemui pada air tanah dengan kadar yang tinggi dan zat lain yang berbahaya bagi
kesehatan manusia. Air yang mengandung besi ditandai dengan warna kuning
kecoklatan dan bau menyengat (Nanda dkk, 2023). Menurut Permenkes RI No. 2
Tahun 2023, standar baku mutu untuk kadar Fe maksimal adalah 0,2 mg/L.
Adsorben merupakan solusi yang sering ditawarkan untuk menyerap logam seperti
Fe. Adsorben merupakan agen yang mampu menyerap dan menghilangkan zat-zat
pencemar air seperti besi atau Fe, adsorben dapat dibuat dari berbagai bahan alam
seperti karbon aktif, tanaman, dan mineral tertentu. Biasanya adsorben terletak pada
proses pre-treatment pengolahan air dengan membran.
Eceng gondok merupakan biomaterial yang berpotensi untuk dijadikan bioadsorben
karena kandungan selulosanya yang tinggi. Eceng gondok (Eichhornia crassipes)
merupakan tumbuhan yang hidup pada sungai, rawa, dan perairan yang memiliki
aliran tenang. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat dapat mengancam ekosistem,
mengurangi kadar oksigen akibat proses evapotranspirasi tanaman, pendangkalan,
rusaknya habitat perikanan, dan mengganggu transportasi air. Dampak negatif yang
ditimbulkan oleh eceng gondok terhadap ekosistem perairan memerlukan suatu
upaya pengolahan yang tepat. Kandungan yang dimiliki oleh eceng gondok dapat
dimanfaatkan sebagai adsorben air yang mengandung bahan kimia. Eceng gondok
berpotensi digunakan sebagai bioadsorben telah dilakukan penelitian sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah dan Yustinah (2020) yang menjelaskan
bahwa eceng gondok mengandung selulosa sebagai penyusun utama sebanyak
64,51%. Selulosa yang cukup tinggi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai
bioadsorben, karena selulosa menyerap zat bersifat polar.
Penggunaan tumbuhan sebagai bahan baku untuk mengurangi kadar Fe seperti
karbon aktif dan adsorben relatif banyak telah dilakukan. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Maulina dkk (2023), pembuatan arang aktif dari eceng gondok
dengan suhu karbonisasi 400°C (Sampel A) dan 500°C (Sampel B) serta arang aktif
diaktivasi dengan larutan NaOH dan dikeringkan kembali pada suhu 100°C selama
± 2 jam. Kadar Fe yang di uji memiliki kandungan sebesar 16,95 mg/L, sampel A
mampu menyerap hingga 1,70 mg/L sedangkan sampel B 0.32 mg/L.
Penelitian oleh Roni dkk (2021), mengenai pembuatan adsorben dari sekam padi
dan kulit pisang untuk menurunkan kadar Fe pada air sungai, dengan karbonisasi
pada suhu 450°C dengan pengaktivasian kimia menggunakan H₃PO₄. Logam berat
Fe mampu diserap hingga 0,42 mg/L dengan menggunakan adsorben dari kulit
2
hidroksil (-OH) yang dapat digunakan sebagai situs aktif adsorpsi logam dan
berperan sebagai penukar ion (Putra dkk, 2019).
2.2. Air Domestik Rumah Tangga
Beberapa sumur yang digunakan oleh masyarakat sebagai air kebutuhan rumah
tangga masih banyak yang mengandung zat berbahaya seperti besi. Adanya
kandungan zat besi tersebut dapat mempengaruhi kualitas air dan kesehatan. Sesuai
dengan PERMENKES Nomor 2 Tahun 2023, air kebutuhan rumah tangga yang baik
ialah tidak memiliki warna, tidak memiliki bau, memiliki pH antara 6,5-8,5, dan
memiliki jumlah Total Dissolved Solid (TDS) kurang dari 300 mg/L serta memiliki
konsentrasi maksumim besi (Fe) adalah 0,2 mg/L. Penumpukan besi dalam tubuh
menyebabkan efek kronis seperti hemokromatosis, yaitu penumpukan berlebihan
besi dalam organ-organ seperti hati, jantung, usus dan pankreas (Elystia dkk, 2023).
Kadar besi (Fe) di air yang lebih dari 1 mg/L akan menyebabkan terjadinya iritasi
pada mata dan kulit (Budiman dkk, 2018).
2.3. Pengolahan Air
Pre-treatment pada pengolahan air adalah serangkaian proses awal untuk
mengurangi atau menghilangkan kontaminan tertentu sebelum air masuk ke tahap
pengolahan utama. Metode pre-treatment yang umum digunakan adalah proses
adsorpsi. Tujuannya adalah untuk menarik molekul atau partikel kontaminan
tertentu dari air serta dapat membantu melindungi peralatan pengolahan air yang
lebih lanjut, seperti fouling pada membran (Bidari dkk, 2022). Membran adalah
suatu lapisan tipis atau material berpori yang memungkinkan perpindahan atau
pemisahan zat-zat tertentu antara dua ruang atau fasa. Membran biasanya
digunakan untuk memfiltrasi dan pemurnian air sehingga menjadi layak untuk
dipakai maupun dikonsumsi. Dalam mengolah air domestik yang tidak layak pakai,
penggunaan membran setelah proses pre-treatment seperti adsorpsi adalah rangkain
proses yang bisa dijadikan solusi. Membran yang dipakai dapat berupa membran
kecil yang siap pakai seperti housing membran yang menggunakan Reverse
Osmosis (RO) sebagai membrannya. Spesifikasi membran RO yang digunakan
bermaterial Poly-Amide Thin-Film Composite dengan kapasitas 100 GPD dan
memiliki tekanan maksimum 150 psi
2.4. Adsorpsi
Mekanisme adsorpsi adalah proses dimana molekul yang semula ada pada larutan,
menempel pada permukaan zat adsorben secara fisika. Suatu molekul dapat
teradsorpsi jika gaya adhesi antara molekul adsorbat dengan molekul adsorben
lebih besar dibanding dengan gaya kohesi pada masing-masing molekul ini. Dalam
peristiwa adsorpsi, komponen akan berada di daerah antarmuka, namun tidak akan
masuk ke dalam fase. Komponen yang terserap disebut adsorbat (adsorbate),
sementara daerah tempat terjadinya penyerapan disebut adsorben (substrate)
Adsorben adalah material yang memiliki kemampuan untuk menarik dan menahan
molekul atau partikel lain di suatu fluida pada permukaannya. Adsorpsi dibagi
menjadi adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Jika adsorbat dan permukaan adsorben
5
berikatan hanya dengan gaya Van Der Walls, maka yang terjadi adalah adsorpsi
fisika. Molekul yang teradsorpsi terikat secara lemah dipermukaan, sehingga
bersifat reversibel. Proses adsorpsi ini tidak pada tempat yang spesifik dan molekul
yang teradsorpsi menyelimuti seluruh permukan. Adsorpsi kimia terjadi jika
molekul yang teradsorpsi bereaksi secara kimia dengan permukaan adsorben.
Adsorpsi ini bersifat irreversible yang disebabkan oleh besarnya potensial interaksi,
karena adanya ikatan kimia yang terputus dan terbentuk selama proses.
2.5. Bioadsorben
Bioadsorben adalah materi alami atau organik yang memiliki kemampuan untuk
menyerap atau menghilangkan zat-zat berbahaya dari lingkungan sekitarnya.
Sumber bioadsorben dapat meliputi berbagai bahan, seperti mikroorganisme,
tanaman, atau bahan-bahan organik lainnya (Munira dkk, 2022). Umumnya, proses
pembuatan bioadsorben melibatkan tahap pengeringan dan aktivasi. Aktivasi
menjadi langkah kunci untuk membentuk pori-pori baru dan memperluas pori pada
bioadsorben. Salah satu jenis aktivasi umum adalah aktivasi fisika yang
menggunakan gas pengoksidasi seperti CO2, N2, O2 atau dengan dipanaskan serta
diuapkan (Hasyim dkk, 2019). Proses pengeringan bertujuan mengurangi kadar air,
tahap ini dilakukan dengan teknik sun dry atau dijemur di bawah terik matahari,
lalu dapat diaktivasi secara fisika dengan memanaskannya di oven pada suhu 110-
170°C hingga berat konstan (Astuti dkk, 2021).
Salah satu contoh bioadsorben adalah adsorben dari kulit pisang kepok. Kulit
pisang merupakan sumber lignin (6% - 12%), pektin (10% -21%), selulosa (7,6% -
9,6%) dan hemiselulosa (6,4% -9,4%) (Arifiyana dan Devianti, 2020). Seluruhan
persentase kandungan gugus karboksil pada kulit pisang jauh lebih kecil apabila
dibandingkan dengan kandungan yang dimiliki oleh tanaman eceng gondok, maka
dari itu pemilihan bioadsorben dari eceng gondok menjadi solusi yang lebih baik.
Limbah eceng gondok yang sangat mudah untuk ditemukan dengan jumlah yang
berlimpah membuat tanaman ini menjadi pilihan yang bijak. Produk Eco-Green
Technology berbasis bioadsorben dari eceng gondok juga akan lebih
mengefisiensikan penggunaan energi yang dibutuhkan. Pengaplikasian prototype
berupa housing membran yang dilengkapi dengan tahap pre-treatment juga akan
menjadikan penelitian ini suatu solusi inovatif dan kreatif rumahan untuk dapat
memperoleh air domestik rumah tangga yang layak pakai.
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian mengenai pre-treatment pada pengolahan domestik air rumah tangga
menggunakan bioadsorben berbahan dasar eceng gondok dengan variasi waktu dan
suhu aktivasi akan dilakukan pada April sampai bulan Juli. Penelitian ini akan
dilaksanakan di Laboratorium Teknik Separasi dan Purifikasi Jurusan Teknik
Kimia, Universitas Sriwijaya.
6
Prinsip kerja dengan cara analisis batas terendah dan tertinggi analit yang sudah
ditentukan kosenstrasinya. Larutan hasil pengolahan dibuat dengan konsentrasi 0,2;
1; 2; 3 dan 5 mg/L. Masing-masing deret konsentrasi diukur absorbansinya pada
panjang gelombang maksimum kemudian tentukan persamaan garis lurusnya. Jika
koefisien korelasi regersi linaernya (r2)>0,995 maka telah memenuhi syarat (Badan
Standarisasi Nasional) sesuai aturan SNI 8455:2017.
3.7.3. Uji Kandungan pH
Pengukuran pH dilakukan dengan mencelupkan elektroda pH ke dalam sampel
limbah, sebelum digunakan pH meter terlebih dahulu dikalibrasi dengan
menggunakan buffer 4, buffer 7, dan buffer 10. Sampel yang di uji berdasarkan
sampel terbaik pada pengolahan air yang telah dilakukan.
3.7.4. Uji Scanning Electron Microscopy dan Energy Dispersive X-ray
Spectroscopy (SEM-EDX)
Prinsip kerja alat SEM-EDX adalah memanfaatkan hamburan balik elektron pada
permukaan objek. Uji ini akan dilakukan pada sampel bioadsorben yang terbaik dari
hasil sampel dibuat dengan persentase berat bahan baku yang berbeda untuk
mendapatkan karakteristik sampel terbaik dalam proses filtrasi pada pengolahan
pre-treatment air domestik.
3.8. Tahapan Kegiatan dan Indikator Capaian
Tabel 3.1 Tahapan Kegiatan dan Indikator Capaian
Tahapan Kegiatan Indikator Capaian
Pembuatan Bioadsorben Diperoleh bioadsorben dari hama eceng gondok
Uji Kadar Besi (Fe) Diperoleh dari kandungan air domestik sebelum dan
sesudah filtrasi berdasarkan sampel terbaik
Uji pH Diperoleh nilai perubahan pH pada air domestik setelah
difiltrasi dengan bioadsorben eceng gondok
Uji SEM Diperoleh karakteristik sampel membran bioadsorben
terbaik pada pengolahan pre-treatment air domestik
Pengumpulan dan Laporan kemajuan, laporan akhir, dan artikel yang telah
analisis data diterima
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Anggaran Biaya
Rekapitulasi rencana anggaran biaya disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
No Jenis Pengeluaran Sumber Dana Besaran Dana (Rp)
1 Bahan Habis Pakai Belmawa 5.500.000
Perguruan Tinggi 447.500
Instansi Lain 0
2 Sewa dan Jasa Belmawa 300.000
Perguruan Tinggi 90.000
Instansi Lain 0
9
Bidari, M., Putri, M. A., dan Nasir, S. 2022. Pengaruh Karbon Aktif Terhadap Fouling
Membran Reverse Osmosis pada Pengolahan Air Terproduksi. Jurnal Teknik
Kimia. 28(3): 100–106.
Budiman, Hamidah, dan Hasria. 2018. Skin Waste of Kepok Banana (Musa
Acuminate) As A Biofilter of Iron (Fe) and Calcium (CaCO3). Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 8(2): 152–158.
Elystia, S., Priyambada, G., Reza, M., Sasmita, A., Andrio, D., dan Asmura, J. 2023.
Teknologi Pengolahan Air Bersih Sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan
Masyarakat di Desa Bunga Raya, Kabupaten Siak. Jurnal Abdi Masyarakat
Indonesia. 3(3): 973–982.
Hasyim, U. H., Kurniaty, I., Mahmudah, H., dan Hermanti, M. 2019. Pengaruh Waktu
Adsorpsi Asam Lemak Bebas dalam Minyak Kelapa Sawit Mentah pada
Pembuatan Bioadsorben Limbah Batang Pisang. Jurnal Konversi. 8(1): 61–70.
Maulina, W., Priyanto, F. W., dan Arkundato, A. 2023. Pengaruh Suhu Karbonisasi
dari Arang Aktif Eceng Gondok terhadap Fluks dan Kemampuannya dalam
Mereduksi Kadar Besi. Jurnal Ilmu Dasar. 24(1): 75-82.
Menteri Kesehatan Indonesia. 2023. Peraturan Menteri Kesehatan (permenkes)
Republik Indonesia No 2 Tahun 2023 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan untuk Keperluan Higien dan Sanitasi. Kemenkes. Jakarta.
Munira, M., Arman, M., Syarif, T., Gusnawati, dan Darnengsih, D. 2022.
Karakterisasi dan Modifikasi Karbon Aktif dari Mahkota Nanas Sebagai
Bioadsorben. Journal Of Chemical Process Engineering. 7(2): 123–129.
Nanda, M., Purba, A. F. H., Gultom, K., Sari, K. S., Muthmainah, N., dan Ramadhan,
F. 2023. Analisis Parameter Fisik (Kekeruhan, Bau, Rasa) dan Uji Kandungan
Besi (Fe) pada Sumur Gali dan Sumur Bor di Kelurahan Bantan, Kecamatan
Medan Tembung. Jurnal Kesehatan Tambusai. 4(3): 2993-2997.
Putra, I. P. K. A., Narwati, Hermiyanti, P., dan Trisnayanti, H. 2019. Bioadsorben
Kulit Pisang Kepok (Musa Acuminate L.) dalam Menurunkan Kadar Timbal
(Pb) pada Larutan Pb. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. 10(1): 1–7.
Resmi, F., Alfan, A., dan Ifandi, S. 2019. Kendali Optimal Pertumbuhan Populasi
Eceng Gondok dengan Ikan Grass Carp dan Pemanenan. Jurnal Matematika,
Sains, Dan Teknologi. 20(2): 132–141.
Roni, K. A., Martini, S., dan Legiso. 2021. Analisis Adsorben Arang Aktif Sekam
Padi dan Kulit Pisang Kepok untuk Pengolahan Air Sungai Gasing, Talang
Kelapa, Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. Jurnal Konversi. 10(2):13-18.
Sulastri, Hardoyo, dan Saputro, W. 2018. Pengaruh Jenis Aktivasi Bioadsorben Kulit
Singkong terhadap Penurunan Kadar Besi (Fe) dalam Air Sumur Gali. Jurnal
Rekaysa, Teknologi, Dan Sains. 2(2): 87–96.
Wicaksono, A. H., Kriswandana, F., dan Marlik. 2020. Efektivitas Bioadsorben Kulit
Kedelai (Glycine Max) untuk Menurunkan Kadar Besi (Fe) dalam Air. Gema
Lingkungan Kesehatan. 18(2): 96–101.
11
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota
1.1. Biodata Ketua
12