Anda di halaman 1dari 8

RAMADAN

Ramadan[2] (Arab: ‫َر َمَض اُن‬, translit: Ramaḍān, IPA: [ramaˈdˤaːn][a]) adalah bulan kesembilan
dalam kalender Hijriah.[3] Pada bulan ini, umat Muslim di seluruh dunia melakukan
ibadah puasa (saum) dan memperingati wahyu pertama yang turun kepada
Nabi Muhammad menurut keyakinan umat Muslim.[4][5] Puasa Ramadan merupakan salah satu
dari rukun Islam.[6] Bulan Ramadan akan berlangsung selama 29–30 hari berdasarkan
pengamatan hilal, menurut beberapa aturan yang tertulis dalam hadis.[7][8]
Kata Ramadan berasal dari akar kata bahasa Arab ramiḍa atau ar-ramaḍ, yang berarti panas
yang menghanguskan atau kekeringan.[9] Menurut syariat Islam, puasa Ramadhan
hukumnya fardhu (diwajibkan) untuk Muslim dewasa, kecuali ia mengalami halangan untuk
melakukannya seperti sakit, dalam perjalanan, sudah tua, hamil, menyusui, diabetes, atau
sedang mengalami menstruasi.[10] Kewajiban berpuasa pada bulan Ramadan ditetapkan pada
bulan Syakban tahun kedua setelah hijrahnya umat Muslim dari Makkah ke Madinah.[11] Bulan
Ramadan diawali dengan penentuan bulan sabit sebagai pertanda bulan baru.[12]
Selama berpuasa dari pagi hingga petang, Muslim dilarang untuk mengonsumsi makan, minum,
termasuk merokok apa pun bahkan memasukkan benda (sesuatu) melibatkan anggota tubuh
yang terbuka dan berhubungan seksual. Selain itu, mereka diperintahkan untuk menghindari
perbuatan dosa untuk menyempurnakan pahala puasa, seperti berkata hal-hal yang buruk
(seperti menghina, memfitnah, mengutuk, berbohong) dan berkelahi.[13] Makanan dan minuman
dapat disediakan setiap hari, yakni ketika sebelum Matahari terbit (Subuh) hingga terbenamnya
Matahari (Magrib).[14][15] Pendekatan spiritual (taubat) ketika bulan Ramadan ramai dilakukan.
[16]
Berpuasa bagi Muslim saat Ramadan biasanya diikuti dengan memperbanyak salat dan
membaca Al-Quran.[17][18]

Etimologi
Ramadan berasal dari akar kata ‫ ض‬- ‫ م‬- ‫ر‬, yang berarti panas yang menyengat.
Bangsa Babilonia yang budayanya pernah sangat dominan di utara Jazirah
Arab menggunakan kalender suryacandra (penghitungan tahun berdasarkan bulan dan matahari
sekaligus). Bulan kesembilan selalu jatuh pada musim panas yang sangat menyengat. Sejak
pagi hingga petang batu-batu gunung dan pasir gurun terpanggang oleh sengatan matahari
musim panas yang waktu siangnya lebih panjang daripada waktu malamnya. Pada malam hari,
panas di bebatuan dan pasir sedikir reda, tapi sebelum dingin betul sudah berjumpa dengan pagi
hari. Demikian terjadi berulang-ulang, sehingga setelah beberapa pekan terjadi akumulasi panas
yang menghanguskan. Hari-hari itu disebut bulan Ramadan, bulan dengan panas yang
menghanguskan.
Setelah umat Islam mengembangkan kalender berbasis bulan, yang rata-rata 11 hari lebih
pendek dari kalender berbasis Matahari, bulan Ramadan tak lagi selalu bertepatan dengan
musim panas. Orang lebih memahami 'panas'nya Ramadan secara metaforik (kiasan). Karena
pada hari-hari Ramadan orang berpuasa, tenggorokan terasa panas karena kehausan, atau,
diharapkan dengan ibadah-ibadah Ramadan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus
terbakar dan seusai Ramadan orang yang berpuasa tak lagi berdosa.
Dari akar kata tersebut kata Ramadan digunakan untuk mengindikasikan adanya sensasi panas
saat seseorang kehausan. Pendapat lain mengatakan bahwa kata Ramadan digunakan karena
pada bulan itu dosa-dosa dihapuskan oleh perbuatan baik sebagaimana Matahari membakar
tanah. Lebih lanjut lagi hal itu dikiaskan dengan dimanfaatkannya momen Ramadan oleh
para penganut Islam yang serius untuk mencairkan, menata ulang dan memperbaharui
kekuatan fisik, spiritual dan tingkah lakunya, sebagaimana panas merepresentasikan sesuatu
yang dapat mencairkan materi.[19]

Sejarah
Surah Al-Baqarah ayat 185 dalam Quran menyatakan:
Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar
dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu mendapati bulan itu, maka
berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib
menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, agar kamu bersyukur.[Qur'an Al-Baqarah:185]
Menurut hadis, semua kitab suci diturunkan selama bulan Ramadan. Suhuf
Ibrahim, Taurat, Mazmur, Injil, dan Alquran masing-masing diturunkan pada tanggal 1, 6, 12, 13,
[b]
dan 24 Ramadan.[21] Alquran pertama kali diwahyukan kepada Muhammad pada
malam lailatulqadar yang merupakan salah satu dari lima malam dalam sepuluh hari terakhir
bulan Ramadan.[22]
Meskipun Muslim pertama kali berpuasa pada bulan Ramadan setelah 18 bulan pasca-hijrah,
yaitu pada bulan Sya'ban pada tahun kedua Hijrah (624 M), mereka percaya bahwa berpuasa
bukanlah hal baru dan telah dijalankan oleh orang-orang sebelumnya untuk mencapai takwa.[23]
[Qur'an Al-Baqarah:183]
Orang-orang Arab pra-Islam juga berpuasa, tapi hanya pada hari
kesepuluh Muharram untuk menebus dosa dan menghindari kekeringan.[24]
Abu Zanad seorang penulis Arab dari Irak yang hidup setelah berdirinya Islam, sekitar tahun 747
M, menulis bahwa setidaknya satu komunitas Muslim yang berada di al-Jazira (Irak utara
modern) merayakan Ramadan sebelum beralih ke Islam.[25] Menurut Philip Jenkins, Ramadan
datang "dari disiplin gereja-gereja Syria yang ketat".[26] Namun, saran ini didasarkan pada
gagasan orientalis bahwa Alquran sendiri memiliki asal Syria, yang ditolak Oleh akademisi
Muslim seperti M. Al-Azami.[27]

Masa penting
Awal
Artikel utama: Hilal

Tabel awal Ramadan tahun Gregorian antara 1938 dan


2038.
Kalender Hijriyah didasarkan pada revolusi bulan mengelilingi bumi dan awal setiap bulan
ditetapkan saat terjadinya hilal (bulan sabit). Metode penentuan saat terjadinya hilal yang
digunakan saat ini adalah metode penglihatan dengan mata telanjang (dikenal dengan istilah
rukyah) serta menggunakan metode perhitungan astronomi (dikenal dengan istilah hisab).
Persatuan Islam (Persis) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggunakan kombinasi hisab dan
rukyah untuk penentuan hilal. Nahdlatul Ulama (NU) serta Kementerian Agama
RI selaku Pemerintah RI menggunakan metode rukyatul hilal;
sementara Muhammadiyah menggunakan hisab hakiki wal wujudul hilal sebagai sandaran
penentuan hilal.[28] Perbedaan metode ini menyebabkan adanya kemungkinan perbedaan hasil
penetapan kapan awal dan berakhirnya Ramadan sebagaimana sempat terjadi pada
tahun 1998 M (1418 H).[29][30]
Malam kemuliaan
Artikel utama: Lailatulqadar
Lailatulqadar (malam ketetapan) adalah satu malam yang khusus terjadi pada bulan Ramadan.
Dalam Alquran pada surah Al-Qadr, malam ini disebutkan lebih baik daripada seribu bulan.[31]
[32]
Saat pasti berlangsungnya malam ini tidak diketahui tetapi menurut beberapa riwayat, malam
ini jatuh pada 10 malam terakhir pada bulan Ramadan, tepatnya pada salah satu malam ganjil
yakni malam ke-21, 23, 25, 27 atau ke-29.[33][34] Sebagian Muslim biasanya berusaha tidak
melewatkan malam ini dan merayakan malam ini dengan menjaga diri tetap terjaga pada malam-
malam terakhir Ramadan sembari beribadah sepanjang malam.[35]
Akhir
Artikel utama: Idulfitri, Takbiran, dan Salat Id
Akhir dari bulan Ramadan dirayakan dengan sukacita oleh seluruh muslim di seluruh dunia.
Pada malam harinya (malam 1 Syawal), yang biasa disebut malam kemenangan, mereka akan
mengumandangkan takbir bersama-sama. Di Indonesia, biasanya para penduduk Muslim
mengumandangkan takbir sambil berpawai keliling kota dan kampung, kadang-kadang dengan
memukul beduk dan menyalakan kembang api atau menghidupkan lampion.
Esoknya, tanggal 1 Syawal, yang dirayakan sebagai hari Idulfitri, baik laki-laki maupun
perempuan muslim akan memadati masjid maupun lapangan tempat akan dilakukannya Salat Id.
Salat dilakukan dua rakaat kemudian akan diakhiri oleh dua khotbah mengenai Idulfitri.
Perayaan kemudian dilanjutkan dengan acara saling memberi maaf di antara para muslim, dan
sekaligus mengakhiri seluruh rangkaian aktivitas keagamaan khusus yang menyertai Ramadan.
[36]

Aktivitas keagamaan

Suasana berbuka puasa (iftar) bersama di masjid.


Aktivitas utama dalam bulan Ramadan diisi dengan kegiatan berpuasa, sahur, berbuka, salat
malam, memperbanyak membaca Alquran, merayakan hari turunnya Alquran, serta perbuatan
baik lainnya.[37][38][39]
Puasa Ramadan
Artikel utama: Saum dan Puasa Ramadan
Saum atau puasa bagi orang islam (bahasa Arab: ‫صوم‬, transliterasi: Shuwam) adalah menahan
diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari
terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan
seorang muslim. Berpuasa (saum) merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Saum secara
bahasa artinya menahan atau mencegah.[40][41][42][43]
Sahur
Artikel utama: Sahur
Sahur adalah sebuah istilah Islam yang merujuk kepada aktivitas makan oleh umat Islam yang
dilakukan pada dini hari[44] bagi yang akan menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadan.
Sahur sebagai makan pagi cocok dengan Iftar sebagai makan malam, selama Ramadan,
menggantikan makan tiga kali sehari (sarapan, makan siang dan makan malam),[45] meskipun di
beberapa tempat makan malam juga dikonsumsi setelah Iftar kemudian pada malam hari.
Iftar
Artikel utama: Iftar
Iftar mengacu pada sebuah perjamuan saat Muslim berbuka puasa selama bulan Ramadan.
[46]
Iftar adalah salah satu ibadah pada bulan Ramadan dan sering dilakukan oleh sebuah
komunitas, dan orang-orang berkumpul untuk berbuka puasa bersama-sama. Iftar dilakukan
tepat setelah waktu Magrib. Secara tradisional, kurma adalah hal pertama yang harus
dikonsumsi ketika berbuka.[47]
Banyak Muslim percaya bahwa memberi makan orang buka puasa sebagai bentuk amal sangat
bermanfaat dan yang dipraktikkan oleh Nabi Muhammad.[48]
Salat malam
Artikel utama: Salat Tarawih
Pada malam harinya, tepatnya setelah salat Isya, Kaum Muslimin melanjutkan ibadahnya
dengan melaksanakan salat Tarawih. Salat khusus yang hanya dilakukan pada bulan Ramadan.
Salat tarawih, walaupun dapat dilaksanakan dengan sendiri-sendiri, umumnya dilakukan
secara berjama'ah di masjid-masjid. Terkadang sebelum pelaksanaan salat tarawih pada
tempat-tempat tertentu, diadakan ceramah singkat untuk membekali para jama'ah dalam
menunaikan ibadah pada bulan bersangkutan. Setelah melaksanakan sholat tarawih, biasanya
langsung di lanjutkan dengan salat Witir sebanyak tiga rakaat.[49]
Membaca Al-qur'an
Sebagai tambahan amalan dalam berpuasa, kebanyakan umat Muslim mengisi waktu
sebelum berbuka puasa dengan membaca Al-Qur'an dengan kadar setiap hari satu juz.
Biasanya dibacakan secara khusus dengan berkelompok atau perseorangan, namun ada juga
yang menyelesaikan 30 Juz melalui pembacaan surah pada Salat Tarawih.[butuh rujukan]
Turunnya Al-qur'an
Artikel utama: Nuzululquran
Pada bulan ini di Indonesia, tepatnya pada tanggal 17 Ramadan, (terdapat perbedaan pendapat
para ulama mengenai tanggal pasti turunnya Alquran untuk pertama kalinya[50]) diperingati juga
sebagai hari turunnya ayat Alquran (Nuzululquran) untuk pertama kalinya oleh sebagian muslim.
Pada peristiwa tersebut surat Al-'Alaq ayat 1 sampai 5 diturunkan pada saat
Nabi Muhammad SAW sedang berada di Gua Hira. Peringatan peristiwa ini biasanya dilakukan
dengan acara ceramah di masjid-masjid. Tetapi peringatan ini di anggap bidah, karena
Rasulullah tidak mengajarkan, Awal di peringati di Indonesia, ketika Presiden
Soekarno mendapat saran dari Hamka untuk memperingati setiap Nuzulul Quran, karena
bertepatan dengan tanggal Kemerdekaan Indonesia, sebagai rasa Syukur
kemerdekaan Indonesia.
Umrah
Artikel utama: Umrah
Ibadah umrah jika dilakukan pada bulan ini mempunyai nilai dan pahala yang lebih bila
dibandingkan dengan bulan yang lain. Dalam Hadis dikatakan "Umrah pada bulan Ramadan
sebanding dengan haji atau haji bersamaku." (HR: Bukhari dan Muslim).[51]
Zakat fitrah
Artikel utama: Zakat fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan khusus pada bulan Ramadan atau paling lambat
sebelum selesainya salat Idul Fitri. Setiap individu muslim yang berkemampuan wajib membayar
zakat jenis ini.[52][53] Besarnya zakat fitrah yang harus dikeluarkan per individu adalah satu sha'
makanan pokok di daerah bersangkutan.[53][54] Jumlah ini bila dikonversikan kira-kira setara
dengan 2,5 kilogram atau 3,5 liter beras. Penerima Zakat secara umum ditetapkan dalam 8
golongan (fakir, miskin, amil, muallaf, hamba sahaya, gharimin, fisabilillah, ibnu sabil) namun
menurut beberapa ulama khusus untuk zakat fitrah mesti didahulukan kepada dua golongan
pertama yakni fakir dan miskin.[55] Pendapat ini disandarkan dengan alasan bahwa jumlah zakat
yang sangat kecil sementara salah satu tujuannya dikeluarkannya zakat fitrah adalah agar para
fakir dan miskin dapat ikut merayakan hari raya.

Praktik budaya

Memukul bedug di Indonesia

Dekorasi lentera Ramadan di Kairo, Mesir

Ramadan di Kota Lama Yerusalem


Di beberapa negara Muslim saat ini, lampu digantung di lapangan umum, dan di jalan-jalan kota,
untuk menambah perayaan bulan ini. Lentera menjadi hiasan simbolis menyambut bulan
Ramadan. Di negara-negara berkembang, mereka digantung di jalan-jalan kota.[56][57]
[58]
Tradisi lentera sebagai hiasan yang dikaitkan dengan Ramadan diyakini berasal selama
Khilafah Fatimiyah yang berpusat di Mesir, di mana Khalifah Al-Mu'izz li-Dinillah disambut oleh
orang-orang yang memegang lentera untuk merayakan keputusannya. Sejak saat itu, lentera
digunakan untuk menerangi masjid dan rumah di ibu kota Kairo. Pusat perbelanjaan, tempat
usaha, dan rumah orang bisa dilihat dengan bintang dan crescent dan berbagai efek
pencahayaan juga.
Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki beragam tradisi
Ramadan. Di pulau Jawa, banyak orang Jawa yang mandi di mata air suci bersiap untuk
berpuasa, sebuah ritual yang dikenal dengan Padusa. Kota Semarang menandai dimulainya
Ramadan dengan karnaval Dugderan, yang melibatkan pengarakan ngendog Warak, makhluk
hibrida kuda-naga yang diduga terinspirasi oleh Buraq. Di ibu kota Cina yang dipengaruhi Cina,
kerupuk api secara tradisional digunakan untuk membangunkan orang-orang untuk salat Subuh,
sampai abad ke-19. Menjelang akhir Ramadan, sebagian besar karyawan menerima bonus satu
bulan yang dikenal dengan nama Tunjangan Hari Raya. Beberapa jenis makanan sangat
populer selama bulan Ramadan, seperti daging sapi di Aceh, dan siput di Jawa Tengah. Makan
iftar diumumkan setiap malam dengan memukul bedug, drum raksasa, di masjid.
Salam sejahtera selama bulan Ramadan adalah "Ramadan Mubarak" atau "Ramadan Karim",
yang mengharapkan penerimanya diberkati atau bermurah hati Ramadan.[59]

Kesehatan
Puasa Ramadan aman untuk orang sehat, tapi mereka yang memiliki kondisi medis harus
mencari saran medis.[60] Masa puasa biasanya dikaitkan dengan penurunan berat badan yang
sederhana, namun berat badan cenderung kembali setelahnya.[61]
Penyakit ginjal
Sebuah ulasan literatur oleh kelompok Iran menyarankan puasa selama bulan Ramadan dapat
menyebabkan luka ginjal pada pasien dengan penyakit sedang (GFR <60 ml / min) atau penyakit
ginjal yang lebih buruk, namun tidak membahayakan pasien transplantasi ginjal dengan fungsi
baik atau paling banyak pembentukan batu.[62]

Denda untuk pelanggaran


Di beberapa negara Muslim, gagal berpuasa atau pertengkaran terbuka terhadap perilaku
semacam itu selama bulan Ramadan dianggap sebagai kejahatan dan dituntut seperti itu.
Misalnya, di Aljazair, pada bulan Oktober 2008 pengadilan Biskra mengutuk enam orang sampai
empat tahun di penjara dan denda berat.[63]
Di Kuwait, menurut undang-undang nomor 44 tahun 1968, hukumannya adalah denda tidak lebih
dari 100 dinar Kuwait, atau penjara tidak lebih dari satu bulan, atau kedua hukuman, untuk yang
terlihat makan, minum atau merokok selama siang hari pada bulan Ramadan.[64][65] Di beberapa
tempat di Uni Emirat Arab, makan atau minum di depan umum pada siang hari pada bulan
Ramadan dianggap sebagai pelanggaran ringan dan akan dihukum hingga 150 jam pengabdian
masyarakat.[66] Di negara tetangga Arab Saudi, yang digambarkan oleh The Economist saat
mengambil bulan Ramadan "lebih serius daripada di tempat lain",[67] ada hukuman yang lebih
keras, sedangkan di Malaysia, tidak ada hukuman semacam itu.
Di Mesir, penjualan alkohol dilarang selama bulan Ramadan.[68]
Pada tahun 2014 di Kermanshah, Iran, seorang non-Muslim dihukum karena membakar
sebatang rokok dan lima orang Muslim dicambuk dengan 70 garis karena makan selama bulan
Ramadan.[69]
Masalah hukum lainnya
Beberapa negara memiliki undang-undang yang mengubah jadwal kerja selama bulan
Ramadan. Di bawah Undang-Undang Tenaga Kerja Uni Emirat Arab, jam kerja maksimal adalah
6 jam per hari dan 36 jam per minggu. Qatar, Oman, Bahrain dan Kuwait memiliki undang-
undang serupa.[70]

Aspek ekonomi
Iftar di Masjid Sultan Ahmed di Istanbul, Turki
Bulan Ramadan di Indonesia dan negara dengan penduduk mayoritas Islam pada umumnya
dapat dihubungkan dengan meningkatnya daya beli dan perilaku konsumtif masyarakat akan
barang dan jasa. Di Indonesia, hal ini terkait erat dengan kebiasaan pemerintah dan
perusahaan swasta untuk memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada para pegawainya.
Peningkatan ini terjadi di hampir semua sektor dari transportasi, makanan, minuman hingga
kebutuhan rumah tangga. Sehingga tidak jarang tingkat inflasi pun mencapai titik tertinggi pada
periode bulan ini.[71] Fenomena ini secara kasatmata terlihat dengan menjamurnya para
pedagang musiman yang menjajakan berbagai komoditas mulai dari makanan hingga pakaian,
di ruang-ruang publik terutama di pinggir jalanan. Di samping juga maraknya penyelenggaraan
bazar baik yang disponsori oleh pemerintah, swasta, organisasi tertentu maupun swadaya
masyarakat.

Tingkat kejahatan
Korelasi Ramadan dengan tingkat kejahatan beragam: beberapa statistik menunjukkan bahwa
tingkat kejahatan turun selama bulan Ramadan, sementara yang lain menunjukkan bahwa hal itu
meningkat. Penurunan tingkat kejahatan telah dilaporkan oleh polisi di beberapa kota
di Turki (Istanbul [72] dan Konya [73]) dan Provinsi Timur Arab Saudi.[74] Sebuah studi tahun 2012
menunjukkan bahwa tingkat kejahatan menurun di Iran selama Ramadan, dan penurunan
tersebut secara statistik signifikan.[75] Sebuah studi tahun 2005 menemukan bahwa ada
penurunan penyerangan, perampokan dan kejahatan terkait alkohol selama bulan Ramadan di
Arab Saudi, namun hanya penurunan kejahatan terkait alkohol secara statistik signifikan.
[76]
Peningkatan tingkat kejahatan selama bulan Ramadan telah dilaporkan terjadi di Turki,
[77]
Jakarta,[78][79][80] bagian dari Aljazair,[81] Yaman[82] dan Mesir.[83]
Berbagai mekanisme telah diusulkan untuk efek Ramadan tentang kejahatan:

 Seorang ulama Iran berpendapat bahwa puasa selama bulan Ramadan membuat
orang cenderung melakukan kejahatan karena alasan spiritual.[84] Gamal al-Banna
berpendapat bahwa puasa dapat membuat orang stres, yang dapat membuat
mereka lebih cenderung melakukan kejahatan. Dia mengkritik kaum Muslim yang
melakukan kejahatan saat berpuasa selama bulan Ramadan sebagai "palsu dan
dangkal".[83]
 Polisi di Arab Saudi menghubungkan penurunan tingkat kejahatan dengan "suasana
spiritual yang lazim di negara ini".[74]
 Di Jakarta, Indonesia, polisi Mengatakan bahwa lalu lintas lengang karena 7 juta
orang meninggalkan kota untuk merayakan Idul Fitri menghasilkan peningkatan
kejahatan jalanan. Akibatnya, polisi mengerahkan 7.500 personil tambahan.[80]
 Selama bulan Ramadan, jutaan peziarah masuk ke Arab Saudi untuk
mengunjungi Mekkah. Menurut Yaman Times, peziarah semacam itu biasanya
beramal, dan akibatnya penyelundup mengantar anak-anak dari Yaman untuk
mengemis di jalan-jalan di Arab Saudi.[82]

Ramadan di daerah kutub


Panjang fajar sampai terbenam bervariasi di berbagai belahan dunia sesuai dengan titik balik
matahari musim panas atau musim dingin. Kebanyakan Muslim berpuasa selama 11-16 jam
selama bulan Ramadan. Namun, di daerah kutub, periode antara fajar dan terbenam di Mekkah
melebihi 22 jam di musim panas. Misalnya, pada tahun 2014, umat Islam di Reykjavik, Islandia,
dan Trondheim, Norwegia, berpuasa hampir 22 jam, sementara umat Islam di Sydney, Australia,
berpuasa hanya sekitar 11 jam. Umat Muslim di daerah di mana malam atau siang yang terus
menerus diamati selama bulan Ramadan mengikuti jam puasa di kota terdekat dimana puasa
diamati saat fajar dan terbenam. Sebagai alternatif, umat Islam mungkin mengikuti masa
Mekkah.[85][86][87]

Pekerjaan selama bulan Ramadan


Muslim akan terus bekerja selama bulan Ramadan. Nabi Muhammad Shalallaahu 'Alayhi
Wasallam mengatakan bahwa penting untuk menjaga keseimbangan antara ibadah dan
pekerjaan. Di beberapa negara Muslim, seperti Oman, bagaimanapun, jam kerja dipersingkat
selama bulan Ramadan.[88][89] Sering disarankan agar orang-orang Muslim yang bekerja
menginformasikan majikan mereka jika mereka berpuasa, mengingat potensi ketaatan untuk
mempengaruhi kinerja di tempat kerja.[90] Sejauh mana pengamat Ramadan dilindungi oleh
akomodasi religius berbeda-beda di setiap negara. Kebijakan yang menempatkan mereka pada
posisi yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan karyawan lainnya telah dipenuhi
dengan klaim diskriminasi di Inggris dan Amerika Serikat.[91][92][93]

Durasi waktu berpuasa


Waktu berpuasa ditentukan oleh masa terbit hingga terbenam, maka posisi matahari terhadap
bumi berpengaruh dalam lama waktu seseorang menjalankan puasa. Sebagaimana negara-
negara beriklim tropis di area khatulistiwa yang memiliki durasi seimbang (sekitar 12 jam masa
siang dan sekitar 12 masa malam), maka durasi berpuasa cenderung stabil dari tahun ke tahun.
Hal berbeda dialami oleh negara yang berada di belahan bumi utara dan bumi selatan yang
mengalami "perubahan ekstrem", yakni ketika musim dingin lama waktu berpuasa menjadi lebih
singkat (kurang dari 12 jam) sedangkan ketika musim panas akan bertambah lama (lebih dari 12
jam).[butuh rujukan]

Ramadan dalam kalender Masehi


Lihat pula: Kalender Hijriah
Dalam kalender Hijriah, penetapan 1 Ramadan selalu sama setiap tahunnya, hal ini berbeda
dalam kalender Masehi yang selalu berubah dari tahun ke tahun. Dalam kalender Hijriah
penetapan hari ialah berdasarkan fase bulan (kalender candra), sedangkan kalender Masehi
berdasar fase bumi mengelilingi matahari (kalender surya). Perbedaan inilah yang menyebabkan
penetapan 1 Ramadan selalu berubah di dalam kalender Masehi, yakni terjadi
perubahan 11 hari lebih awal setiap tahunnya.

Anda mungkin juga menyukai