Anda di halaman 1dari 67

PEMERINTAH

KABUPATEN PEKALONGAN

LABORATORIUM
KEMISKINAN
Juara
Komp e t i s i I n o v a s i
n a n P u b l i k 2 0 2 0
Pel a y a
1
PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN

K
etika belasan tahun rob menerjang daerah di sepanjang
pantai utara Jawa Tengah, warga menjerit karena hidup mereka
semakin susah. Rumah, tempat ibadah, sekolah dan fasilitas publik
lain rusak karena tergenang air selama bertahun-tahun. Warga hidup
dalam kualitas lingkungan yang buruk sehingga menyebabkan derajat
hidup warga perlahan terkikis. Kondisi ini memicu bertambahnya
angka kemiskinan.
Mata kamera pun terus menyoroti daerah-daerah kumuh di
tepi pantai yang warganya makin susah hidup. Para bupati dan
walikota harus berpikir keras bagaimana mengatasi masalah rob
sekaligus kemiskinan warga terdampak rob, termasuk Bupati
Pekalongan H. Asip Kholbihi.
Kemiskinan selalu saja menjadi isu sensitif bagi pengelola
pemerintahan dari mulai pemerintah pusat hingga pemerintah
daerah, termasuk di Kabupaten Pekalongan. Keberhasilan
mengurangi kemiskinan akan menjadi barometer penting bagi sukses
dan tidaknya pembangunan di suatu daerah.
Berdasarkan Analisis Wilayah dengan Kemiskinan Tinggi,
Bappenas 2018, konsep kemiskinan dapat dibedakan ke dalam dua
jenis. Kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut adalah kondisi ketidakmampuan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum seperti pangan,
sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan. Kebutuhan pokok
minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk
uang. Nilai kebutuhan minimum kebutuhan dasar tersebut dikenal
dengan istilah garis kemiskinan. Penduduk yang pendapatannya di
bawah garis kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


1
PENDAHULUAN

Sedangkan kemiskinan relatif adalah kondisi yang disebabkan


oleh pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu
menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Sehingga menyebabkan
seseorang lebih miskin dibandingkan dengan lainnya. Kondisi ini
terjadi apabila antar kelompok pendapatan menunjukkan fenomena
ketimpangan.
Kabupaten Pekalongan terbagi atas 285 desa / kelurahan
dengan tiga tipologi geografis:
Masyarakat pesisir/nelayan, mayoritas penduduknya
sumber penghasilannya dari sumber daya laut seperti di
Kecamatan Wiradesa, Wonokerto dan Siwalan.
Masyarakat perkotaan/industrial yang sumber
penghasilannya dari industri dan jasa seperti Buaran,
Wiradesa, Kedungwuni, Wonopringgo.
Masyarakat pegunungan/agraris yang mata
pencaharian mayoritasnya dari pertanian dan perkebunan
seperti Paninggaran, Sragi, Bojong, Kajen, Doro,
Petungkriyono, Kandangserang,Talun dan Lebakbarang.
Melalui analisis data yang dikompilasi dalam Basis Data
Terpadu (BDT) Kabupaten Pekalongan tahun 2015, tingkat
kesejahteraan masyarakat desa di Kabupaten Pekalongan dipetakan
menjadi tiga kategori. Yaitu desa hijau, desa kuning dan desa merah.
Desa hijau adalah desa dengan rata-rata kesejahteraan
masyarakat desanya digolongkan baik. Jumlahnya ada 99 desa.
Sedangkan desa kuning adalah desa dengan rata-rata masyarakat
yang digolongkan

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


2
MENJADIKAN WARGA SEBAGAI SUBJEK

sejahtera sedang. Desa kuning tercatat ada 119 desa. Adapun


desa merah adalah desa dengan tingkat kesejahteraanya rendah yang
jumlahnya ada 67 desa. Pemetaan itu didasarkan dari analisa berbagai
indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan warga.

Tingkat kemiskinan di Kabupaten Pekalongan sepanjang


tahun 2011-2016 rata-rata hanya turun sebesar 0,19 % dan pada tahun
2016 masih sebesar 12,90 %. Penurunan angka kemiskinan rata-rata
hanya di bawah 1 % seperti yang terlihat dalam diagram di bawah ini.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


3
PENDAHULUAN

Dari diagram di atas terlihat, penurunan angka kemiskinan


tiap tahunnya masih minim. Sedangkan program pengentasan
kemiskinan rata-rata pertahun menelan anggaran sekitar Rp 230
miliar.
Dari latar belakang persoalan di atas , Bappeda Litbang
Kabupaten Pekalongan telah mengevaluasi dan menganalisis
berbagai kebijakan pengentasan kemiskinan yang dilakukan di tiap
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Hasilnya, selama ini
berbagai program yang dilaksanakan dinilai masih bersifat business
as usual, sentralistik, eksklusif dan miskin inovasi. Hal yang menonjol
adalah program tidak berbasis pada data dinamis dan problem yang
jelas.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


4
MENJADIKAN WARGA SEBAGAI SUBJEK

Latar belakang masalah di atas memunculkan inisiasi untuk


menyusun formula strategi kebijakan yang bisa menggerakkan
program pengentasan kemiskinan secara terpadu, tepat program,
tepat sasaran serta tepat guna sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik warga miskin. Pemikiran itu kemudian melahirkan
inovasi kebijakan sebagai strategi atau jurus dalam pengentasan
kemiskinan yang disebut dengan Laboratorium Kemiskinan.

Laboratorium Kemiskinan lahir dari proses evaluasi dan


semangat untuk memaksimalkan hasil, yakni menurunkan angka
kemiskinan. Pijakan dari inovasi kebijakan ini bukanlah sesuatu yang
benar-benar baru. Namun dari berbagai evaluasi, catatan dan refleksi
dari proses yang sudah dilakukan sebelumnya. Kemudian, dianalisis
dan dirancang bangun ulang menjadi kebijakan dan strategi baru
yang disebut Laboratorium Kemiskinan.
Laboratorium Kemiskinan adalah ikhtiar untuk mengatasi masalah
efektivitas program pengentasan kemiskinan. Laboratorium
Kemiskinan diharapkan bisa mengatasi
Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020
5
MENJADIKAN WARGA SEBAGAI SUBJEK

program, tepat sasaran serta tepat guna sesuai dengan


kebutuhan dan karakteristik warga miskin.

Substansi kekuatan dari program ini ada pada dua hal.


1.Ketersedian data yang komprehensif dan detail tentang
kemiskinan dengan menempatkan si miskin sebagai subjek, bukan
lagi objek program. Maka penting mengetahui data by name, by
address lengkap dengan detail permasalahannya sehingga bisa dicari
solusi efektif untuk mengatasi kemiskinan.
2.Menjadikan kemiskinan sebagai masalah bersama dan
menghilangkan egosektoral pemerintah agar tidak ada lagi kesan
sebagai pemain tunggal dalam mengatasi kemiskinan. Yaitu dengan
mengedepankan kolaborasi pentahelix.

Kolaborasi pentahelix adalah kerjasama antara pemerintah


kabupaten, pemerintah desa, swasta, perguruan tinggi dan elemen
masyarakat lainnya untuk bersama-sama mengatasi kemiskinan.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


6
MENJADIKAN WARGA SEBAGAI SUBJEK

BAB II
Menjadikan Warga Sebagai Subjek

Warga Botosari Membuat Sapu Glagah

Seorang ibu muda berbaju krem dan bersarung palekat warna biru khusyuk
mengaitkan tali pegangan sapu di depan rumah kecilnya di Desa Botosari,
Kecamatan Paninggaran. Di sampingnya, tumpukan kepala sapu
menunggu kreasi tangannya untuk menyulapnya menjadi sapu gelagah.

Tak jauh dari tempat itu, dua wanita juga tengah membuat sapu
gelagah dengan duduk di depan rumah. Membuat sapu gelagah, kini
menjadi salah satu pendulum ekonomi warga Botosari untuk meningkatkan
kesejahteraannya.

Sementara itu, beberapa meter dari para perempuan pembuat sapu gelagah
itu, sepasang suami istri sibuk memasukkan serbuk berwarna cokelat bersih
ke dalam packaging plastik bertuliskan “Gula

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


7
MENJADIKAN WARGA SEBAGAI SUBJEK

Semut Aren Khas Botosari”. Ada beragam varian rasa, original,


kopi, dan jahe.
Pemandangan itu bisa disaksikan hampir tiap hari jika
berkunjung ke Desa Botosari. Desa Botosari merupakan salah satu
desa yang menjadi sasaran kegiatan Laboratorium Kemiskinan.
Lokasinya dikelilingi hutan yang berada di dekat Kecamatan
Kalibening, Kabupaten Banjarnegara dan dataran tinggi Dieng.
Desa Botosari seperti halnya Desa Mulyorejo, Kecamatan Tirto
dan Desa Kertijayan, Kecamatan Buaran, adalah desa merah di
Kabupaten Pekalongan. Artinya, jumlah warga yang berada di garis
kemiskinan lebih banyak dari akumulasi penduduk yang ada di Desa
Botosari.
Tujuh belas tahun silam, Desa Botosari adalah desa yang tidak
hanya miskin, namun juga terancam longsor karena aksi penjarahan
kayu di hutan (illegal logging) yang mengunduli hutan-hutan di
sekelilingnya. Botosari seperti berada di bawah “mangkuk” besar
karena hutan-hutan di atas dan sekelilingnya berubah menjadi bukit-
bukit gundul.
Hari ini, hutan-hutan di sekelilingnya sudah menghijau.
Rumah-rumah warga juga sudah banyak yang berubah, bahkan
megah bertingkat. Sebagian warga Botosari kini menggantungkan
hidupnya dari kerajinan sapu gelagah dan pembuatan gula semut
aren.
Gula aren yang sebelumnya dijual dalam bentuk gula cetak,
kini diubah menjadi serbuk dan dikemas dalam packaging modern.
Sehingga menambah nilai jual, bahkan bisa dipasarkan di pasar
modern. Pemberian nilai tambah pada produksi gula aren berdampak
terhadap peningkatan pendapatan para petani gula aren di Desa
Botosari, dan

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


8
MENJADIKAN WARGA SEBAGAI SUBJEK

menjadi salah satu cerita sukses kegiatan Laboratorium


Kemiskinan.Laboratorium Kemiskinan adalah ikhtiar untuk
mengatasi masalah efektivitas program pengentasan kemiskinan.
Laboratorium Kemiskinan diharapkan bisa mengatasi persoalan
kemiskinan secara terpadu, tepat program, tepat sasaran serta tepat
guna sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik warga miskin.

Upaya tersebut dilakukan dengan memberdayakan


masyarakat, membangun serta mengembangkan potensi dan sumber
daya alam (SDA) desa merah agar menjadi desa kuning dan hijau
seperti kisah warga Botosari dalam prolog di atas.

Substansi dari kekuatan konsep Laboratorium Kemiskinan ada


dua hal. Pertama, menjadikan warga miskin sebagai subyek program
yang harus dipahami benar. Dengan cara, menganalisis semua data
tentang wilayah dengan segala potensinya dan masalah yang dialami
warganya, satu persatu, by name, by address.

Kekuatan kedua dalam konsep Laboratorium Kemiskinan


adalah kekuatan kolaborasi atau kerjasama antara pemerintah
kabupaten dengan pemerintah desa, perguruan tinggi, swasta dan
unsur masyarakat lainnya yang disebut dengan “Kolaborasi
Pentahelix”.

Menjadikan warga sebagai subjek menjadi kata kunci dalam


konsep Laboratorium Kemiskinan. Sehingga prosesnya dimulai
dengan melakukan analisis komprehensif. Hal itu juga untuk
memperbaiki hasil evaluasi dari program kemiskinan yang dilakukan
pada tahun-tahun sebelumnya yang dinilai belum cukup signifikan
menaikkan tingkat kesejahteraan warga.
Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020
9
MENJADIKAN WARGA SEBAGAI SUBJEK

Tahapan dimulai dengan menganalisis anggaran-anggaran


pengentasan kemiskinan yang selama ini tersebar di tiap organisasi
perangkat daerah (OPD) serta mengelompokkan Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DKTS). Proses ini sekaligus untuk
menyamakan mindset dan target dalam pelaksanaan program demi
menghindari tumpang tindih program sekaligus mengawal efisiensi
anggaran.
Dari input itu kemudian digodok program yang juga
melibatkan pihak lain. Proses penyusunan program inilah kebaruan
dari inovasi. Dengan melibatkan berbagai pihak, pemerintah daerah,
pemerintah desa, dunia usaha, masyarakat peduli dan perguruan
tinggi yang disebut dengan kolaborasi pentahelix. Kolaborasi
pentahelix juga untuk menyamakan mindset dan komitmen bahwa
kemiskinan adalah masalah bersama dan hanya bisa diselesaikan
dengan kebersamaan dan gotong royong.
Bagian dalam proses Laboratorium Kemiskinan menggunakan
Basis Data Terpadu (BDT) dan dipertajam dengan Participatory
Poverty Assesment. Melalui proses yang komprehensif itu
diharapkan bisa menghasilkan output berupa formula kebijakan yang
lebih bisa menyentuh target dan mempercepat pengentasan
kemiskinan. Seperti yang tergambarkan dalam bagan di bawah ini:

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


10
MENJADIKAN WARGA SEBAGAI SUBJEK

2.1. Pemilihan Sampel Desa


Laboratorium Kemiskinan merupakan suatu gagasan/strategi
untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat secara
bertahap melalui perbaikan program perlindungan sosial, perbaikan
akses pelayanan dasar dan memperluas pemberdayaan kelompok
masyarakat miskin dalam berbagai kegiatan pembangunan.
Sedangkan kebijakan yang ditempuh adalah penetapan program dan
kegiatan terpadu antar perangkat daerah yang difokuskan pada desa
terpilih secara bertahap pada desa-desa miskin di Kabupaten
Pekalongan.
Berdasarkan BDT 2019, dipilih tiga desa merah sesuai
karakteristik wilayah. Pemilihan desa merah diambil dari data KRT
desil 1 dan desil 2 pada BDT dan dibandingkan jumlah penduduk,
kemudian diranking sesuai klasifikasi tingkat kesejahteraan.
· Prioritas 1, yaitu tingkat kesejahteraan rendah atau merah.
· Prioritas 2, yaitu tingkat kesejahteraan sedang atau kuning.
· Prioritas 3, yaitu tingkat kesejahteraan tinggi atau hijau.
Kabupaten Pekalongan memiliki kondisi geografis yang beragam di
tiap kecamatan. Perbedaan kondisi geografis itu juga menjadi dasar
pemilihan desa sampel dalam perencanaan program Laboratorium
Kemiskinan. Tiga desa menggambarkan karakteristik desa miskin
pesisiran, perkotaan serta pedesaan dan pegunungan.Berikutnya
terpilih tiga desa merah sebagai sampel dengan karakteristik yang
berbeda, yaitu:

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


11
MENJADIKAN WARGA SEBAGAI SUBJEK

A. Desa Botosari
Desa Botosari, Kecamatan Paninggaran, merupakan salah satu
desa merah yang mewakili tipologi pegunungan dengan dominasi
penduduk di sektor pertanian dan kehutanan. Di desa ini terdapat
sentra kerajinan sapu.

Indikator penyebab kemiskinan di Desa Botosari di antaranya tidak


adanya lapangan usaha, masih banyaknya rumah tidak layak huni, dan
tidak ada modal usaha. Selain itu, keterbatasan bahan baku dan
keterbatasan pemasaran kerajinan sapu.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


12
MENJADIKAN WARGA SEBAGAI SUBJEK

B. Desa Mulyorejo
Desa Mulyorejo, Kecamatan Tirto merupakan salah satu desa
merah dengan tipologi pesisir dengan komunitas miskin bekerja
sebagai nelayan, buruh nelayan dan buruh.Indikator penyebab
kemiskinan di Desa Mulyorejo di antaranya penghasilan warga yang
masih kurang, pendidikan yang masih rendah, keterampilan usaha
yang masih kurang, dan tidak ada modal usaha. Rob juga termasuk
faktor yang menyebabkan meningkatnya kemiskinan di daerah
pantai. Karena lahan tambak dan pertanian terdampak rob.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


13
MENJADIKAN WARGA SEBAGAI SUBJEK

C. Desa Kertijayan
Desa Kertijayan, Kecamatan Buaran, merupakan salah satu
desa merah di Kabupaten Pekalongan berdasarkan pertimbangan
data DTKS masuk dalam program Laboratorium Kemiskinan pada
tahun 2019. Desa tersebut berada di wilayah perkotaan dengan
komunitas miskin bekerja di sektor jasa sebagai buruh dan
serabutan.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


14
MENJADIKAN WARGA SEBAGAI SUBJEK

2.2. Implementasi dan Efektivitas

Strategi pengentasan kemiskinan dalam program


Laboratorium Kemiskinan dipilah menjadi dua. Peningkatan
pendapatan dan pengurangan beban. Peningkatan pendapatan
ditempuh melalui peningkatan hasil produksi pertanian atau
perkebunan di Desa Botosari. Di Desa Kertijayan, peningkatan
pendapatan dilakukan melalui pengembangan kewirausahaan dan
keunggulan kompetitif usaha kecil menengah (UKM). Sedangkan di
Desa Mulyorejo peningkatan pendapatan ditempuh melalui
peningkatan hasil produksi perikanan atau peternakan.

Sementara itu, pengurangan beban ditempuh dengan


pemenuhan dasar pendidikan, kesehatan dan kebutuhan
infrastruktur dasar. Selain itu juga dilakukan program kolaborasi
pentahelix. Ada 22 kegiatan pada sembilan OPD dan pemerintah desa
dengan mengalokasikan APBDes untuk perbaikan rumah tidak layak
huni (RTLH), air bersih, jamban dan padat karya.

Mindset menjadikan warga sebagai subjek menjadi sangat


penting untuk keberhasilan Laboratorium Kemiskinan. Sebab,
dengan menjadi subjek, maka warga secara mandiri akan terus
berikhtiar mencari kekuatan dirinya, mencari potensi dirinya dan
wilayahnya. Sementara Pemerintah Kabupaten juga membantu
beberapa hal seperti yang diungkap di atas melalui berbagai program.
Dijadikannya warga sebagai subjek akan menemukan bentuknya dari
kegiatan-kegiatan pelatihan kewirausahaan untuk mendongkrak
kesejahteraan warga.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


15
KOMITMEN KOLABORASI PENTAHELIX

BAB III
KOMITMEN KOLABORASI PENTAHELIX

Bupati H. Asip Kholbihi menyerahkan secara Simbolis bantuan CSR dalam Bazar Forum CSR

Di sekitar tanggul Desa Mulyorejo, Selasa 26 November 2019,


dipadati warga yang menyaksikan acara Bazar Forum Corporate
Social Responsibility (CSR). Acara digelar Pemkab Pekalongan
bekerja sama dengan berbagai stakeholder yang berkolaborasi dalam
program pengentasan kemiskinan.

Pada kegiatan Bazar tersebut diserahkan beberapa bantuan


program CSR. Di antaranya kursi roda, modal usaha, jambanisasi,
stunting dan pembangunan masjid. Hari itu juga dilakukan peletakan
batu pertama bantuan rehabilitasi untuk 100 unit Rumah Tidak
Layak Huni (RTLH) di tiga desa yang menjadi sasaran kegiatan
Laboratorium Kemiskinan.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


16
MENJADIKAN WARGA SEBAGAI SUBJEK

Acara dihadiri semua organisasi perangkat daerah (OPD)


Pemerintah Kabupaten Pekalongan. Selain itu, hadir juga perwakilan
dari Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Wilayah II
Provinsi Jawa Tengah, wakil tim Oversight Service Provider (OSP) 1
Jawa Tengah 1, serta anggota Forum Kolaborasi Antar-Badan
Keswadayaan Masyarakat (FKA-BKM) kabupaten dan kecamatan di
Kabupaten Pekalongan.
Tidak hanya itu, acara juga dihadiri para wakil lembaga
akademisi, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perhutani,
Pegadaian, Bank Jateng, Bank Mandiri, BNI, PT Pertamina, PT PLN,
BRI, BKK Jateng, BPR BKK, Kospin Jasa, Perumda PDAM Tirta
Kajen, PT. Unggul Jaya, PT. Ratna Jaya dan PT. Dupantex.
Bazar Forum CSR tersebut merupakan salah satu jangkar
Kolaborasi Pentahelix dalam Laboratorium Kemiskinan.Kolaborasi
menjadi salah satu kekuatan dalam konsep Laboratorium
Kemiskinan. Dasarnya, komitmen bahwa kemiskinan adalah masalah
bersama, dan hanya bisa diatasi jika semua pihak bergerak bersama
saling bantu.
Kerjasama antara pemerintah kabupaten, pemerintah desa,
swasta, perguruan tinggi dan masyarakat peduli tidak hanya parsial
dalam konteks pembiayaan atau penyaluran dana saja. Namun dari
mulai proses analisis masalah dan kebutuhan. Sehingga semua pihak
mengetahui data secara menyeluruh, masalah-masalah apa saja yang
dihadapi oleh warga, daerah-daerah mana saja yang membutuhkan
bantuan dan apa saja yang mendesak harus dibantu.
Dengan demikian, harapannya tidak ada lagi cerita tumpang
tindih program. Tidak ada lagi daerah atau warga yang terus-menerus
menerima bantuan. Sementara di sisi lain, ada warga atau daerah
miskin yang sangat membutuhkan, namun tidak pernah menerima
bantuan.
Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020
17
KOMITMEN KOLABORASI PENTAHELIX

Substansi dari kolaborasi pentahelix adalah komunikasi yang


didasari komitmen bersama. Melalui komunikasi itulah, tumpang
tindih program bisa dihindari. Sehingga program pengentasan
kemiskinan diharapkan bisa efektif mendongrak pengurangan angka
kemiskinan.
Bupati Pekalongan H. Asip Kholbihi dalam acara Bazar CSR itu
mengatakan, secara nominal bantuan CSR bisa diukur namun lebih
dari itu bantuan itu bisa memberikan harapan untuk masyarakat.
Harapan adanya kebersamaan dan saling bantu itu lebih mahal dari
nilai nominalnya. Saling membantu akan menumbuhkan etos kerja
baru, semangat baru yang pada akhirnya akan menggerakkan elemen
masyarakat lain untuk saling memberi kepada sesama jika sudah
mampu.
Bazar Forum CSR digelar untuk memberikan informasi dan
saling berkomunikasi terkait program penurunan angka kemiskinan.
Sehingga semua bisa melihat, bisa saling membantu dan mengambil
peran secara maksimal dalam program pengentasan kemiskinan.
Selama ini, kolaborasi pentahelix menunjukkan efektivitasnya
dalam penyaluran bantuan sesuai kebutuhan warga. Angkanya juga
cukup besar bagi warga yang memang membutuhkan. Selama
setahun pelaksanaan Laboratorium Kemiskinan, tercatat Rp 13 miliar
lebih anggaran dikucurkan untuk berbagai program dari hasil
kolaborasi tersebut.
Anggaran tersebut meliputi, Rp 3,48 miliar dari Pemkab
Pekalongan melalui 22 kegiatan yang dilaksanakan sembilan
Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Selain itu, dari pemerintah desa
melalui pengalokasian APBDesuntuk beberapa kegiatan. Di
antaranya perbaikan RTLH, air bersih, pembangunan
jamban dan program padat karya total nilainya mencapai
Rp 7,06 miliar.
Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020
18
KOMITMEN KOLABORASI PENTAHELIX

Dari dunia usaha ada bantuan sarana prasarana pembuatan


gula semut dari BNI, penanganan RTLH dari Bank Jateng danBKK,
pembangunan sarana dan prasarana air bersih dari Bank Jateng, BPR
BKK, BKK, PD BKK dan PDAM. Ada pula bantuan pembangunan
jamban dari BPR BKK sebesar Rp 2,31 miliar.

Adapun bantuan dari masyarakat peduli di antaranya bantuan


biaya hidup (perorangan), rehab RTLH dan bantuan pendidikan dari
Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu) dan
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) nilainya Rp 470 juta. Sedangkan
dari perguruan tinggi ada kegiatan pendampingan melalui program
Universitas Membangun Desa yang dilaksanakan delapan perguruan
tinggidi tiga lokasi Laboratorium Kemiskinan.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


19
KOMITMEN KOLABORASI PENTAHELIX

Beberapa pihak terkait menilai, kolaborasi pentahelix dalam


Laboratorium Kemiskinan memudahkan pihak-pihak yang ingin
terlibat membantu.Ketua Forum CSR Sulton Syarief mengatakan,
pihaknya secara berkala melakukan monitoring ke lokasi-lokasi yang
menjadi sasaran Laboratorium Kemiskinan. Hal itu sangat penting
sehingga manakala ada anggota Forum CSR yang ingin ikut
membantu, bisa segera dikoneksikan ke lokasi-lokasi tersebut.

Mereka juga bisa langsung tahu daerah mana atau warga yang
sudah terbantu, dan daerah mana yang belum tersentuh
bantuan.Forum CSR intensif melakukan koordinasi dengan Bappeda
dan instansi terkait lainnya, mengenai model pengentasan
kemiskinan yang bisa dilaksanakan bersama. Melalui model
kerjasama ini, Sulton Syariefberharap angka kemiskinan di
Kabupaten Pekalongan bisa ditekan secara signifikan.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


(LPPM) Universitas Pekalongan MS Taruna mengapresiasi
keberadaan Laboratorium Kemiskinan dan pelibatan universitas di
dalamnya. Hal itu sangat membantu kalangan akademisi karena
pengabdian masyarakat adalah salah satu bagian dari Tri Dharma
Perguruan Tinggi yang harus dilaksanakan. Pihaknya juga siap
mendukung dan membantu di antaranya dengan mengadakan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) tematik di daerah-daerah yang menjadi lokasi
Laboratorium Kemiskinan. Selain itu juga menyinergikan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat di perguruan tinggi dengan program
pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan Pemkab Pekalongan.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


20
KOMITMEN KOLABORASI PENTAHELIX

Hal senada juga disampaikan pemerintah desa.Pelaksana


tugas (Plt) Kepala Desa Mulyorejo, Muhadiyono menilai, kegiatan
Laboratorium Kemiskinan sangat bermanfaat bagi desa. Sebab, desa
bisa saling bekerjasama untuk menyusun anggaran desa guna
membantu mengatasi masalah kemiskinan.

Kepala Desa Pedawang Suyono menambahkan, desanya akan


mengalokasikan anggaran untuk rehabilitasi RTLH,pengadaan air
besih dan jambanisasi untuk mempercepat penanganan kemiskinan
di desanya. Pedawang adalah desa yang akan menjadi sasaran
kegiatan Laboratorium Kemiskinan selanjutnya.

Berbagai komentar di atas menggambarkan masih banyak


pihak yang peduli terhadap sesamanya.Masih banyak juga pihak yang
ingin membantu, namun bisa jadi selama ini mereka tidak punya data
atau merasa ada yang lebih berwenang. Sehingga program
kemiskinan selama ini lebih sering berjalan parsial dan sendiri-
sendiri. Kemudian akan terjadi tumpang tindih program yang pada
akhirnya membuat program pengentasan kemiskinan justru tidak
efektif.

Strategi kolaborasi pentahlix dalam Laboratorium Kemiskinan


tidak hanya memberikan dasar komitmen dan kebersamaan. Namun
membuka pintu bagi banyak pihak untuk masuk, terlibat aktif dalam
program pengentasan kemiskinan. Kolaborasi pentahelix juga
memutus superioritas pemerintah dan ego sektoral yang seringkali
menjadikan program berjalan dengan pola top down.
Kolaborasi pentahelix membuka peluang terjadinya proses
bottom up.Bersama-sama dengan berbagai stakeholder

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


21
KOMITMEN KOLABORASI PENTAHELIX

menyusun program, menganalisis kebutuhan sehingga


kegiatan yang dihasilkan pada akhirnya bisa menyentuh kebutuhan
riil warga. Kolaborasi pentahelix juga menyiapkan budaya baru bagi
masyarakat di era industri 4.0. Yakni budaya kerjasama, budaya
kolaborasi, dan budaya untuk mendistribusikan manfaat, bukan
memonopoli.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


22
MEMPERBAIKI RUMAH, MEMPERBAIKI KEHIDUPAN

BAB IV
Memperbaiki Rumah, Memperbaiki Kehidupan

Rumah Warga Desa Mulyorejo yang sudut di rehab

Rumah berukuran 5x8 meter di RT 09/ RW 03 Desa Mulyorejo,


Kecamatan Tirto itu dikepung rob. Di depannya, melintas saluran air
menuju muara sungai. Sebuah beton cor dibangun di atas saluran air
untuk menghubungkan pintu rumah dengan jalan desa.

Seorang anak kecil muncul dari dalam rumah, berlarian


menyambut sang ayah yang baru saja pulang bekerja. Sementara ibu
dan kakak bocah itu, berada di dalam rumah, menikmati suasana
siang dengan duduk di lantai sembari nonton televisi.

Rumah Timbul Trijaya (43) itu sudah jauh berbeda dengan kondisi
tahun sebelumnya. Dulu, duduk santai di dalam rumah, tidak bisa
dinikmati setiap waktu. Sebab, rob seringkali menyambangi rumah
itu. Rumah
Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020
23
MEMPERBAIKI RUMAH, MEMPERBAIKI KEHIDUPAN

tergenang, sehingga menyebabkan kondisi rumah tidak nyaman.


“Alhamdulillah, sekarang rumah saya kondisinya sudah cukup baik.
Kalau rob datang sudah tidak tergenang,” kata Timbul.
Menurut Timbul, dulu, rumahnya hanya berlantai plur dan
tidak ada penyekat untuk kamar. Setiap malam, Timbul dan istri
beserta kedua anaknya tidur dengan kasur di lantai. “Satu kasur kami
tempati berempat. Saya, istri dan dua anak saya,” terangnya.
Selain tidak ada sekat antar ruangan, dulu, rumah Timbul juga
tidak mempunyai sarana MCK. Untuk buang air besar, keluarga
Timbul menumpang di rumah saudaranya yang tak jauh dari
rumahnya.
Namun, itu cerita satu tahun lalu. Kini, rumah Timbul sudah
cukup layak ditempati setelah menerima bantuan rehab rumah tidak
layak huni (RTLH). Bantuan itu berasal dari Dinas Perumahan Rakyat
dan Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup Kabupaten
Pekalongan.
Bantuan dimanfaatkan untuk menambah pondasi dan
meninggikan lantai rumah. Lantainya diuruk lebih dari satu meter.
Sehingga, rumah Timbul kini sudah tidak lagi tergenang rob. “Dulu,
rob masuk ke dalam rumah hingga 50 cm. Sekarang sudah tidak
tergenang. Alhamdullilah, sekarang juga sudah punya MCK sendiri,
dan ada kamar walau dalam rumah kelihatan sempit,” sambungnya.
Rumah yang sehat dan layak huni tentunya akan mendukung
aktivitas para penghuninya dengan baik, serta menjaga kesehatan
para penghuninya dengan optimal. Terutama anak-anak.
Timbul hanyalah satu dari 48 warga di Desa Mulyorejo yang
menerima manfaat dari program rehab rumah tak layak huni (RTLH) .

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


24
KOMITMEN KOLABORASI PENTAHELIX

Rehab RTLH menjadi bagian dari strategi pengentasan


kemiskinan dalam program Laboratorium Kemiskinan di tiga desa
yang menjadi sampel awal program ini. Yakni Desa Mulyorejo,
Kertijayan dan Botosari. Selama setahun, melalui intervensi program
dalam Laboratorium Kemiskinan, jumlah RTLH di tiga desa itu secara
signifikan menurun sebesar 75,28 persen.
Penurunan RTLH adalah salah satu indikator dari
keberhasilan Laboratorium kemiskinan setelah setahun dilaksanakan
dan dievaluasi. Indikator lain juga terlihat bergerak positif sehingga
tiga desa sampel bisa keluar dari zonasi desa merah.
Dengan intervensi Laboratorium Kemiskinan pada tahun 2019
melalui program penanganan RTLH, jumlah RTLH di Desa Mulyorejo
mengalami penurunan. Pada tahun 2018, jumlah RTLH di Desa
Mulyorejo tercatat 115 rumah. Namun pada tahun 2019, jumlah RTLH
turun drastis tinggal 14 rumah.
Persoalan RTLH di Desa Mulyorejo terbilang kompleks karena
terkait juga dengan masalah alam, yaitu bencana rob yang belasan
tahun melanda Desa Mulyorejo dan desa-desa lainnya di pesisir
Pantai Utara Jawa Tengah. Sehingga penanganan RTLH memang
harus sinergi dengan program dari Pemkab, khususnya terkait
penanganan rob.
Disinilah Laboratorium Kemiskinan menemukan peran
vitalnya, yaitu bagaimana membaca data wilayah, menyisir
kebutuhan wilayah dan kemudian menyinergikan dengan berbagai
program yang ada. Sehingga upaya pengentasan kemiskinan tidak
tumpang tindih dan berjalan efektif.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


25
MEMPERBAIKI RUMAH, MEMPERBAIKI KEHIDUPAN

Pemkab Pekalongan secara intensif melakukan berbagai


program untuk menangani bencana rob di Desa Mulyorejo dan
sekitarnya. Sebab penanganan rob juga sangat terkait dengan
rehabilitasi rumah warga agar layak dihuni. Di antaranya membangun
tanggul penahan rob sepanjang 495 meter sepanjang tahun 2017
hingga 2018. Sejak adanya tanggul penahan rob, kini warga bisa hidup
lebih nyaman karena daerah langganan rob itu kini telah kering, bebas
dari genangan.
Pembangunan tanggul setinggi enam meter yang dibiayai
APBD Kabupaten Pekalongan sebesar Rp 2,4 miliar itu melintasi tiga
desa di Kecamatan Tirto. Yaitu Desa Tegaldowo, Mulyorejo dan
Karangjompo. Dibangunnya tanggul tersebut telah membendung air
laut sehingga saat air laut pasang tidak lagi mengalir deras ke
permukiman warga. Sekarang warga bisa beraktivitas dengan normal.
Inisiasi pembangunan tanggul penahan rob oleh Pemkab
Pekalongan juga mendapat apresiasi dari Gubernur Jawa Tengah
Ganjar Pranowo. Gubernur sempat meninjau tanggul tersebut dan
mengharapkan daerah lain juga melakukan inisiatif seperti itu guna
mengatasi bencana rob yang makin parah terjadi di sepanjang Pantai
Utara Jawa Tengah dalam kurun lima tahun terakhir ini. Hal penting
yang dibutuhkan untuk menanggulangi rob, menurut Gubernur
adalah kegotongroyongan, merencanakan bersama serta harmonisasi
dan sinkronisasi antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, serta
pemerintah kabupaten dan kota.
Sebelum dibangunnya tanggul pengendali rob, rob kerap
menggenangi permukiman warga, sekolah, tempat ibadah, jalan,
pemakaman umum, dan pasar. Air pasang yang mengalir ke
permukiman warga di pesisir Pantura selama bertahun-tahun itu,
tidak hanya mengganggu aktivitas warga, tetapi juga merusak fasilitas
umum termasuk rumah warga.
Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020
26
MEMPERBAIKI RUMAH, MEMPERBAIKI KEHIDUPAN

Penanganan RTLH di Desa Mulyorejo adalah contoh


terjadinya sinergitas program melalui Laboratorium Kemiskinan.
Yakni, program penanganan bencana dan kawasan pesisir dengan
dinas terkait yang bertanggungjawab membantu memperbaiki
hunian warga. Saat ini, rob memang belum tuntas bisa terselesaikan.
Namun, beberapa persoalan lebih detail tercatat di antaranya harus
adanya pemantauan terus menerus terkait perkembangan aliran air
setelah infrastruktur seperti jalan dan jembatan diperbaiki.
Seperti rumah Timbul, salah satu warga yang dikisahkan pada
awal bab ini, memang belum terbebas sepenuhnya dari rob. Namun
air rob lebih cepat “pergi” dari rumahnya. Kondisi rumahnya juga
lebih baik dibandingkan sebelum direhab. Rumah yang lebih baik dan
lebih layak membuat aktivitas warga untuk memperbaiki kondisi
ekonominya menjadi lebih lancar.
Di Desa Kertijayan, Kecamatan Buaran tidak ada rob.
Tantangannya bagaimana menggalang partisipasi dan dukungan
warga yang lebih beruntung untuk ikut terlibat dalam Rehab RTLH.
Sebab, di Desa Kertijayan banyak warga yang menjadi pengusaha
sukses dan ekonominya mapan diharapkan bisa berbagi dan
membantu warga yang kurang beruntung.
Setelah melalui berbagai sosialisasi dan pertemuan dengan
warga, berbagai elemen wargapun dengan antusias membantu
program Rehab RTLH baik dalam pengerjaan rumah, membantu
pembelian material atau sekedar membantu konsumsi para tukang
yang merehab rumah warga. Selain itu, Pemkab Pekalongan juga
menggelar Bazar Forum CSR yang akhirnya membuahkan hasil
dengan dikucurkannya anggaran CSR dari perusahaan dan BUMN
untuk merehab sebanyak 20 RTLH pada Tahun 2020 ini.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


27
MEMPERBAIKI RUMAH, MEMPERBAIKI KEHIDUPAN

Tahun 2018, jumlah RTLH di Desa Kertijayan tercatat 95


rumah.Tahun 2019, jumlahnya berkurang tinggal 31 rumah dan
dipastikan akan berkurang lagi tahun 2020 dari program rehab RTLH
melalui dana CSR.
Junaidi (35) salah seorang warga Desa Kertijayan yang
menerima bantuan Rehab RHTL berterimakasih kepada Pemkab
Pekalongan karena kini rumahnya menjadi lebih layak untuk
ditempati.Dia menjadi lebih tenang saat keluar rumah untuk bekerja.
Di Desa Botosari, Kecamatan Paninggaran masalahnya lain
lagi.Sepanjang tahun 2000-2005, Desa Botosari diwarnai aksi illegal
logging. Desa yang berada di tengah hutan itu menghadapi ancaman
longsor karena hutan di sekelilingnya berubah menjadi bukit-bukit
gundul. Sepuluh tahun Desa Botosari berbenah. Masyarakat mulai
melakukan konservasi hutan dan mengembangkan potensi ekonomi
seperti membuat gula semut aren dan kerajinan sapu gelagah.
Kini, hutan di sekeliling Desa Botosari sudah kembali
menghijau dan ekonomi warga juga mulai bergerak seiring dengan
perbaikan infrastruktur di desa. Begitu juga dengan rumah-rumah
warga yang sebelumnya dari papan, beralaskan tanah dan tidak punya
fasilitas MCK, juga sudah banyak yang diperbaiki hingga layak huni.
Pada tahun 2018, jumlah RTLH di Desa Botosari masih 138
rumah. Namun pada tahun 2019 sudah berkurang drastis menjadi 41
rumah. Kondisi rumah yang layak huni membuat warga lebih bisa
berkonsentrasi dengan kegiatan ekonomi. Sebelumnya, banyak
rumah warga yang terancam longsor karena pondasi bangunan atau
strukturnya kurang memadai. Di bawah ini adalah data peningkatan
jumlah rehab RTLH sebelum dan setelah ada Laboratorium
Kemiskinan.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


28
MEMPERBAIKI RUMAH, MEMPERBAIKI KEHIDUPAN

Tabel
Rumah Tangga Rumah Tidak Layak Huni
Belum Tertangani

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


29
MEMPERBAIKI RUMAH, MEMPERBAIKI KEHIDUPAN

4.1. Peningkatan Sarana Air Bersih


Selain perbaikan RTLH, strategi pengentasan kemiskinan
dalam program Laboratorium Kemiskinan melalui pengurangan
beban juga ditempuh dengan penyediaan sarana air bersih. Melalui
program tersebut, akses air bersih rumah tangga miskin meningkat
sebesar 82 %. Selain itu, penggunaan jamban juga meningkat sebesar
23,35 %.

Melalui berbagai program kolaborasi pentahelix, rumah tangga


dengan sumber air minum tidak terlindungi di tiga desa merah yang
masuk dalam program Laboratorium Kemiskinan, jumlahnya turun
signifikan. Bahkan, di dua desa sudah tidak ada lagi rumah tangga
dengan sumber air minum tidak terlindungi.

Tahun 2018, di Desa Mulyorejo masih ada 16 rumah tangga


dengan sumber air minum tidak terlindungi. Setelah adanya program
Laboratorium Kemiskinan, pada tahun 2019 sudah tidak ada rumah
tangga dengan sumber air minum tidak terlindungi, atau 0 rumah
tangga.

Kondisi yang sama juga terlihat di Desa Kertijayan. Program


Laboratorium Kemiskinan berhasil mengeliminasi jumlah rumah
tangga dengan sumber air minum tidak terlindungi. Dari semula 77
rumah tangga pada tahun 2018, menjadi nol pada tahun 2019.
Sementara di Desa Botosari, jumlah rumah tangga dengan sumber air
minum tidak terlindungi berkurang cukup signifikan. Tahun 2018,
jumlahnya 160 rumah tangga. Namun pada tahun 2019 berkurang jadi
44 rumah tangga.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


30
MEMPERBAIKI RUMAH, MEMPERBAIKI KEHIDUPAN

Tabel
Rumah Tangga Dengan Sumber Air Minum
Tidak Terlindung

4.2. Berkurangnya Penyakit Kronis


Keberhasilan berbagai program dalam Laboratorium
Kemiskinan pada tahun 2019 juga berdampak di bidang kesehatan.
Hal ini terlihat dari jumlah penduduk dengan penyakit kronis yang
tertangani melalui Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga (PIS-PK) meningkat 68,91 %. Penduduk dengan kecacatan
yang tertangani juga mencapai 100 persen.

Di Desa Mulyorejo, jumlah individu berpenyakit kronis yang


belum tertangani tinggal 34 orang. Sementara pada tahun 2018,
tercatat 69 orang.Selanjutnya, individu berpenyakit kronis di Desa
Kertijayan yang

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


31
MEMPERBAIKI RUMAH, MEMPERBAIKI KEHIDUPAN

belum tertangani tahun 2019 tinggal tujuh orang dari 55 orang


pada tahun 2018. Sedangkan di Desa Botosari, jumlah individu
berpenyakit kronis yang belum tertangani tahun 2018 tercatat 24
orang. Setelah adanya intervensi kegiatan pada program
Laboratorium Kemiskinan, jumlah individu berpengyakit kronis yang
belum tertangani tersisa hanya lima orang.
Tabel
Tingkat Individu Berpenyakit Kronis
Belum Tertangani

4.3. Berkurangnya Jumlah Anak Tidak Bersekolah


Salah satu manfaat dari inisiasi Laboratorium Kemiskinan
adalah makin komprehensifnya indikator dalam intervensi untuk
mengurangi angka kemiskinan. Upaya untuk lebih proaktif dalam
mengulik instrumen baru juga akhirnya muncul, salah satunya adalah
program “Kudu Sekolah”(Kembali Upayakan Dukungan untuk
Sekolah)sebagai upaya untuk mempercepat penanganan anak tidak
sekolah (ATS).
Melalui gerakan “Kudu Sekolah”, jumlah anak tidak bersekolah
turun sebanyak 47,22 %. Tidak hanya itu, tercatat ada 55,30 %
Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020
32
MEMPERBAIKI RUMAH, MEMPERBAIKI KEHIDUPAN

penduduk di desa pilot yang berusia 15-59 tahun, telah


mengikuti peningkatan keterampilan pengetahuan dan bekal bekerja.
Ada beberapa alasan mendasar yang menyebabkan anak tidak
sekolah. Karena tidak mampu (33,02 %), psikologis (27,96 %),
ekonomi (20,41 %) dan berkebutuhan khusus (7,43 %). Permasalahan
ATS ini menjadi perhatian serius karena merupakan faktor yang
berpengaruh pada Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi
Kasar (APK) serta Angka Rata-rata Lama Sekolah (ARLS) dan Angka
Harapan Lama Sekolah (AHLS) yang merupakan indikator
pendukung Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Tahun 2019, IPM
Kabupaten Pekalongan berstatus sedang (69,67), berada di bawah
rata-rata IPM Provinsi Jawa Tengah 71,73.
Dalam mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan upaya
penanganan ATS secara efektif agar anak dapat kembali bersekolah.
Penanganan ATS memerlukan sinergi dari seluruh elemen
masyarakat dan stakeholder antara lain pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten, legislatif, pemerintah desa/kelurahan
danorganisasi masyarakat. Selain itu, organisasi kepemudaan,
akademisi, sektor swasta melalui peran Dunia Usaha Dunia Industri
(DUDI) serta masyarakat peduli pendidikan sehingga terbangun
komitmen dan kesepahaman bersama dalam penanganan ATS di
Kabupaten Pekalongan.
Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Pekalongan
menginisiasi Gerakan Kudu sejak Desember 2018 oleh Tim
Sekretariat Pendidikan Untuk Semua (PUS), kemudian dilakukan
pembahasan secara komprehensif melibatkan semua stakeholder di
Kabupaten Pekalongan. Gerakan ini diresmikan pada tanggal 2 Mei
2019 yang selanjutnya menjadi ikhtiar seluruh elemen pemerintah
dan

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


33
MENDORONG KEWIRAUSAHAAN, MENDONGKRAK KESEJAHTERAAN

masyarakat dalam menurunkan jumlah ATS di Kabupaten


Pekalongan.

Dalam upaya kolaborasi dan efektivitas gerakan ini, maka


Pemerintah Kabupaten Pekalongan dan pihak lainnya merasa perlu
membuat panduan “Kudu Sekolah” yang bertujuan menjadi pedoman
pelaksanaan kegiatan penanganan ATS di KabupatenPekalongan.

Tahun 2019, gerakan “Kudu Sekolah” di Kabupaten


Pekalongan menargetkan mengembalikan ATS sebanyak 389 anak.
Tahun 2020, targetnya meningkat menjadi 680 anak, dan pada tahun
2021 ditargetkan 1.025 anak kembali bersekolah. Sementara pada
tahun 2022, ditargetkan 2.252 anak kembali bersekolah. Sehingga
dari 4.346 anak tidak bersekolah, dapat dituntaskan dalam kurun
waktu empat tahun. Target tersebut akan dievaluasi setiaptahun.

Pogram “Kudu Sekolah” lahir dengan motivasi untuk


mempercepat program menaikkan APK yang pada akhirnya juga akan
manaikkan angka kualitas IPM yang merupakan salah satu indikator
peningkatan kesejahteraan warga.

Gerakan “Kudu Sekolah”, bagian tak terpisahkan dan salah


satu indikator dan program yang dianalisis dalam Laboratorium
Kemiskinan . Muaranya adalah mempercepat proses peningkatan
kesejahteraan warga dan menurunkan angka kemiskinan.

Dibawah ini adalah detail dampak dari program Laboratorium


Kemiskinan dalam mengurangi beban pemenuhan dasar pendidikan,
kesehatan dan kebutuhan infrastruktur dasar.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


34
MENDORONG KEWIRAUSAHAAN, MENDONGKRAK KESEJAHTERAAN

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


35
MENDORONG KEWIRAUSAHAAN, MENDONGKRAK KESEJAHTERAAN

BAB V
Mendorong Kewirausahaan, Mendongkrak Kesejahteraan

Petani Desa Botosari sedang membuat gula sawit

Sejak lama, masyarakat di Dukuh Gunung Surat, Desa Botosari,


Kecamatan Paninggaran memproduksi gula aren cetak secara
tradisional dan dijual secara curah. Namun nilai jual gula aren
cenderung rendah dan tak bisa meningkatkan kesejahteraan
petani.Harga gula aren cetak paling tinggi Rp 15.000 perkilogram. Itu
pun terjadi hanya setahun sekali, menjelang Bulan Ramadan.
Apa yang dialami masyarakat Dukuh Gunung Surat itu
menjadi salah satu masalah yang dianalisis dan akhirnya
dikembangkan oleh Laboratorium Kemiskinan. Yaitu bagaimana
meningkatkan nilai tambah dari potensi gula aren sehingga bisa
mendongkrak kesejahteraan warga.
Strategi pengentasan kemiskinan dalam program Laboratorium
Kemiskinan dipilah menjadi dua. Peningkatan pendapatan dan

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


36
MENDORONG KEWIRAUSAHAAN, MENDONGKRAK KESEJAHTERAAN

pengurangan beban. Pengurangan beban ditempuh dengan


pemenuhan dasar pendidikan, kesehatan dan kebutuhan
infrastruktur dasarseperti yang sudah dikisahkan di Bab III.
Sementara peningkatan pendapatan ditempuh melalui peningkatan
hasil produksi pertanian seperti yang dilakukan di Desa Botosari.
Tahun 2019, sebanyak 20 orang petani dan peternak sapi di
Dukuh Gunung Surat mendapat pelatihan pembuatan gula semut
dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM)
Institut Pertanian Bogor (IPB). Melalui pelatihan tersebut, petani di
Dukuh Gunung Surat dibekali pengetahuan tentang diversifikasi
produk gula aren yang bernilai jual tinggi.
Setelah mengikuti pelatihan, para petani dan peternak sapi
memproduksi gula semut. Mereka kemudian membentuk Kelompok
Usaha Bersama (KUB) Pagar (Perajin Gula Aren Lestari).
Harapannya, perajin gula aren bisa lestari seperti dulu dan mampu
memagari Desa Botosari. Muncullah produk gula semut merek
“Nethes”.
Diversifikasi gula aren tersebut telah meningkatkan nilai jual gula
aren. Harga gula aren yang sebelumnya hanya Rp 14.000 hingga Rp
15.000 perkilogram, sekarang terdongkrak hingga Rp 20.000
perkilogram. Sehingga, diversifikasi gula aren mampu meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani aren di Dukuh Gunung Surat.
Tidak sebatas pelatihan, KUB Pagar juga mendapat fasilitasi
perizinan Produk Industri Rumah Tangga (P-IRT) dan sertifikasi
halal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan. Selain itu, Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
(Dinperindagkop UKM) Kabupaten Pekalongan juga membantu
penguatan akses pemasaran produk gula semut “Nethes”.
Disperindagkop UKM Kabupaten Pekalongan memfasilitasi

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


37
MENDORONG KEWIRAUSAHAAN, MENDONGKRAK KESEJAHTERAAN

kemitraan KUB Pagar dengan toko ritel modern dan toko swalayan.
Sehingga gula semut “Nethes” kini bisa dijumpai di toko ritel dan toko
swalayan.
Selain itu, Laboratorium Kemiskinan juga membantu
mengembangkan dan memasarkan kerajinan sapu gelagah yang juga
menjadi kerajinan andalan warga untuk meningkatkan
kesejahteraan.
Laboratorium Kemiskinan juga memfasilitasi dan memediasi
pihak swasta untuk terlibat dalam pengentasan kemiskinan melalui
peningkatan kesejahteraan warga dalam bentuk bantuan CSR.
Kegiatan dari bantuan CSR dalam bentuk pemantapan proses
produksi di antaranya berupa alat pelindung diri pada saat bekerja
menyadap aren maupun pendampingan dalam packaging kemasan
produk supaya diterima pasar retail modern.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah
Kabupaten Pekalongan yang telah memberikan pelatihan dan
pendampingan kepada para petani melalui program Laboratorium
Kemiskinan. Sehingga, pendapatan petani meningkat yang
berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan para petani,” ujar
Ketua Kelompok Tani Gunung Surat, Diono.
Narasi dari Dukuh Gunung Surat di atas menggambarkan,
penguatan sinergi dan kolaborasi pentahelix dalam program
Laboratorium Kemiskinan berhasil meningkatkan kesejahteraan
para petani dan menekan angka kemiskinan.
Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif
usaha kecil menengah (UKM) untuk mendongkrak kesejahteraan
warga juga dilakukan di Desa Kertijayan.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


38
MENDORONG KEWIRAUSAHAAN, MENDONGKRAK KESEJAHTERAAN

Dalam sesi Focus Group Discussion dengan warga terungkap


keinginan beberapa warga untuk mengembangkan usaha sehingga
kemudian digelar pelatihan untuk mengembangkan kerajinan kain
perca, pelatihan rias pengantin dan mengembangkan beberapa usaha
kuliner.
Zakiyah (50), salah seorang warga mengaku terbantu dengan
program Laboratorium Kemiskinan. Zakiyah mendapatkan bantuan
mesin jahit dan pelatihan untuk mengembangkan kerajinan dari kain
perca.
Bantuan tersebut telah meningkatkan penghasilannya.”
Terimakasih kepada Pemkab Pekalongan. Alhamdulillah, pengasilan
saya bertambah berkat bantuan mesin jahit ini, '' ujarnya sembari
menjahit tumpukan kain perca berwarna jingga, didampingi
putrinya.
Sementara di Desa Mulyorejo, warga didorong
mengembangkan potensi pertanian dan peternakan melalui budidaya
telur asin. Pemkab Pekalongan bersama pemerintah desa, swasta dan
perguruan tinggi membantu, melatih dan meningkatkan
kewirausahaan warga dalam budidaya telur asin mulai dari produksi
hingga pendampingan pemasarannya. Kepala Desa Mulyorejo,
Mubarok mengatakan, warganya sangat terbantu dengan program
Laboratorium Kemiskinan. Karena program dilaksanakan
berdasarkan permasalahan riil yang memang dialami oleh warga.
Termasuk pelatihan kewirausahaan warganya untuk
mengembangkan potensi lokal desa dalam mendongkrak
kesejahteraan seperti pengembangan usaha telur asin.
Pada 16 April 2020, Bappeda Litbang Kabupaten Pekalongan
melaksanakan monitoring program penanggulangan kemiskinan
yang telah dilaksanakan sepanjang tahun 2019 di Desa Mulyorejo,
Kecamatan Tirto.
Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020
39
MENDORONG KEWIRAUSAHAAN, MENDONGKRAK KESEJAHTERAAN

Kegiatan dilaksanakan bersama beberapa OPD terkait, di


antaranya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu dan Tenaga Kerja Kabupaten Pekalongan dan Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Pekalongan.
Monitoring dilakukan karena adanya program bantuan
penanggulangan kemiskinan berupa pemberdayaan ekonomi
keluarga. Kegiatannya, pelatihan pembuatan nugget dan pelatihan
berbasis kompetensi mobile training unit (MTU) teknik sepeda
motor.
Penerima bantuan program pelatihan pembuatan nugget
sebanyak 20 orang. Salah seorang perwakilan dari 20 peserta tersebut
mengatakan, pelatihan pembuatan nugget sangat bermanfaat bagi
peserta. Pelatihan tersebut mendorong bangkitnya usaha ekonomi
produktif pedesaan berbasis pengembangan potensi sumber daya
lokal. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
Pada monitoring selanjutnya, penerima bantuan program
pelatihan MTU teknik sepeda motor yang mewakili 20 peserta
menyatakan, program tersebut sangat bermanfaat. Sebelumnya,
mereka buta soal perbengkelan. Setelah mengikuti pelatihan, mereka
jadi tahu dan paham tentang perbengkelan .
Pelatihan entrepreneur seperti yang diulas di atas,
dimaksudkan untuk menguatkan kemandirian warga sebagai bagian
dari komitmen menjadikan warga sebagai subjek dalam pengentasan
kemiskinan. Diharapkan, dengan pelatihan tersebut, warga
menemukan sendiri kekuatannya untuk bisa meningkatkan
kesejahteraan. Sehingga muaranya, warga bisa menaikkan posisinya
dari garis kemiskinan seperti yang dirumuskan dalam konsep
Laboratorium Kemiskinan.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


40
MENDORONG KEWIRAUSAHAAN, MENDONGKRAK KESEJAHTERAAN

Konsep menempatkan warga sebagai subjek memberikan


dampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat di Desa
Mulyorejo, Desa Botosari dan Desa Kertijayan. Intervensi berbagai
program kewirausahaan dalam Laboratorium Kemiskinan bisa
mendongkrak kesejahteraan masyarakat.

Tahun 2018, jumlah keluarga miskin di Desa Mulyorejo


tercatat 591 rumah tangga. Sedangkan pada 2019 berkurang menjadi
439 rumah tangga. Sementara itu, di Desa Kertijayan, jumlah
keluarga miskin yang sebelumnya tercatat 334 rumah tangga, tahun
2019 berkurang menjadi 293 rumah tangga. Adapun jumlah keluarga
miskin di Desa Botosari pada tahun 2018 sebanyak 500 rumah
tangga, pada tahun 2019, berkurang jadi 388 rumah tangga.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


41
MENDORONG KEWIRAUSAHAAN, MENDONGKRAK KESEJAHTERAAN

Tabel
Tingkat Kesejahteraan Jumlah Rumah Tangga Miskin

Peningkatan kesejahteraan rumah tangga di tiga desa tersebut


merupakan dampak dari pelaksanaan program pengentasan
kemiskinan dalam Laboratorium Kemiskinan melalui intervensi
peningkatan pendapatan. Yaitu peningkatan hasil produksi pertanian
berupa pelatihan pembuatan gula semut dari nira pohon aren bagi
petani aren di Dukuh Gunung Surat, Desa Botosari.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


42
MENDORONG KEWIRAUSAHAAN, MENDONGKRAK KESEJAHTERAAN

Selain itu, peningkatan hasil produksi perikanan atau


peternakan berupa pelatihan pembuatan nugget dan budidaya telur
asin di Desa Mulyorejo, serta pengembangan kewirausahaan dan
keunggulan kompetitif UKM dalam bentuk pelatihan pembuatan
kerajinan dari kain perca di Desa Kertijayan. Program di atas berhasil
meningkatkan kesejahteraan warga.

Pelaksanaan program Laboratorium Kemiskinan di tiga desa


tersebut juga berkontribusi terhadap peningkatan indeks
pembangunan manusia (IPM) Kabupaten Pekalongan. Tahun 2018,
IPM Kabupaten Pekalongan tercatat 68,97. Sedangkan tahun 2019,
IPM Kabupaten Pekalongan meningkat menjadi 69,71.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


43
MENDORONG KEWIRAUSAHAAN, MENDONGKRAK KESEJAHTERAAN

Kampung Berkah Emas

Berbagai kegiatan pelatihan kewirausahaan di atas adalah


bagian dari wujud kolaborasi antara pemerintah kabupaten,
pemerintah desa, perusahaan, perguruan tinggi dan elemen warga
lainnya. Salah satu kekuatan dalam konsep Laboratorium Kemiskinan
sejatinya adalah keterlibatan pihak non-government baik dari
kalangan swasta, swadaya masyarakat dalam kegiatan pengentasan
kemiskinan atau yang disebut dengan kolaborasi pentahelix.
Kolaborasi yang didasari komitmen bahwa kemiskinan adalah
masalah bersama itulah yang kemudian menginisiasi munculnya
aneka program turunan untuk mem-backup suksesnya Laboratorium
Kemiskinan, seperti program “Kudu Sekolah” dan “Kampung Berkah
Emas”. Program yang disebut kedua itu adalah kolaborasi kegiatan di
desa bersama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
Program Desa Binaan Baznas mempunyai tiga target binaan,
yaitu aspek ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Makanya, desa yang
dipilih adalah desa yang memiliki potensi ekonomi akan tetapi masih
memiliki kendala dalam pengembangan dan pemberdayaannya.
Selain itu juga dipilih desa yang akses pendidikan dan kesehatannya
masih kurang. Jadi, sasaran dalam “Kampung Berkah Emas” adalah
masyarakat desa dengan kondisi ekonomi lemah, akses pendidikan
dan kesehatan yang masih kurang.
“Kampung Berkah Emas” bertujuan membangun desa agar
lebih mandiri. Membantu masyarakat ekonomi lemah dengan
membentuk satu atau beberapa usaha kelompok masyarakat yang
disertai pembinaan dan pendampingan.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


44
MENDORONG KEWIRAUSAHAAN, MENDONGKRAK KESEJAHTERAAN

Dalam peningkatan pendidikan, “Kampung Berkah Emas”


memberikan akses pendidikan dengan mendirikan bimbingan belajar
yang bernama Kajen Cerdas. Kemudian dalam bidang kesehatan,
“Kampung Berkah Emas” memberikan dukungan kepada layanan
kesehatan desa.

Peranan berbagai pihak dalam kolaborasi pentahelix terbukti


lebih efisien karena bisa saling bekerja sama, menganalisis,
mengevaluasi dan saling memberikan masukan. Sehingga tumpang
tindih program, kelompok masyarakat yang berulang-ulang
mendapat bantuan, sementara ada kelompok lain yang tak tersentuh
bantuan, tidak lagi terjadi. Tak ada lagi persepsi bahwa pengentasan
kemiskinan adalah monopoli pemerintah. Sebab semua pihak punya
tanggung jawab yang sama untuk memerangi kemiskinan dan
membantu orang lain.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


45
MENDORONG KEWIRAUSAHAAN, MENDONGKRAK KESEJAHTERAAN

Mimpi Pasarkan Gula Semut Hingga ke Luar Negeri


Setelah melewati hutan, melalui tanjakan dan beberapa kali
terhenti karena berpapasan dengan mobil lain, mobil yang membawa
kami sampai di sebuah rumah mungil di RT 04/ RW 03 Dukuh
Gunung Surat, Desa Botosari, Kecamatan Paninggaran, Kabupaten
Pekalongan. Rumah berdesain minimalis itu tampak bersih. Sang
tuan rumah, Diyono (38) menyambut tamu dengan ramah. Sesaat
setelah mempersilakan tamu-tamunya duduk, disuguhkannya
beberapa cangkir minuman gula aren rasa jahe yang hangat dan
nikmat .
Minuman gula aren rasa jahe yang disajikan Diyono,
merupakan salah satu varian gula semut aren merek “Nethes” yang
diproduksi Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Pagar (Perajin Gula
Aren Lestari). KUBE Pagar adalah kelompok usaha yang dibentuk
para petani gula aren di Dukuh Gunung Surat, Desa Botosari. Sebagai
ketua kelompok tani di Dukuh Gunung Surat, rumah Diyono
dijadikan sebagai tempat produksi Gula Semut Aren “Nethes”.

Rumah Produksi Gula Sawit di Desa Botosari

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


46
MENDORONG KEWIRAUSAHAAN, MENDONGKRAK KESEJAHTERAAN

Diono salahsatu petani Nira Desa Botosari yang diolah jadi Gula Sawit

Sala satu merk Gula Sawit di Desa Botosari

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


47
MENDORONG KEWIRAUSAHAAN, MENDONGKRAK KESEJAHTERAAN

Di saat Diyono berbincang dengan kami, di ruang belakang


yang menyatu dengan dapur, enam orang pemuda tengah sibuk
memproduksi gula semut. dari hasil menderes atau menyadap nira
disaring dan dimasak di dalam dua panci besar menggunakan kayu
bakar. Aroma wangi menguar di ruangan berukuran 4 meter x 5 meter
itu. “ Setelah dimasak selama tiga hingga lima jam, gula aren
dikristalkan, diayak, lalu dikeringkan. Berikutnya, dimasukkan ke
dalam oven hingga akhirnya masuk ke ruang pengemasan,”terang
Diyono menjelaskan proses pembuatan gula semut aren.
Diyono menyebutkan,setiap hari KUBEP agar memproduksi
40 kilogram hingga 50 kilogram gula semut, atau 1 ton hingga 2 ton
sebulan. Gula semut merek “ Nethes” itu tidak hanya dipasarkan di
Kabupaten Pekalongandansekitarnya. Tetap ijuga dipasarkan ke
berbagai kota seperti Semarang, Banjarnegara, Tangerang dan
Pontianak.
Dalam sebulan, Gula Semut “Nethes” beromzet sekitar Rp 50
juta. Meski belum banyak warga yang terlibat dalam usaha produktif
itu, Diyono mengaku bersyukur. Karena berkat program
Laboratorium Kemiskinan, produktivitas para petani aren
meningkat. Sehingga mampu mendongkrak kesejahteraan para
petani aren di Dukuh Gunung Surat, Botosari.
Sudah setahun KUBE Pagar memproduksi gula semut aren.
Sebelumnya, selama bertahun - tahun, 37 petani penderes aren di
Dukuh GunungSurat mem-
poduksi gula aren dalam bentuk cetakan.Dari jumlah pohon produktif
sekitar 500 pohon, tiap pohon bisa menghasilkan aren 2 liter
hingga 20 liter.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


48
MENDORONG KEWIRAUSAHAAN, MENDONGKRAK KESEJAHTERAAN

Namun,harga gula aren cetak tidak terlalu bagusdi pasaran,


hanya Rp14.000 hingga Rp15.000 perkilogram. “Kalau pasmusim
hujan, penghasilan warga bisa turun lagi karena gulanya tidak bagus
sehingga menyebabkan harga jual jatuh,” sambungnya.
Tahun 2019, Laboratorium Kemiskinan bersama Institut
Pertanian Bogor (IPB) mengadakan pelatihan pembuatan gula
semut. Diyono bersama 20 petani aren di Gunung Surat, Botosari
mengikuti pelatihan itu. Disanalah kemudian muncul gagasan
untuk memberi nilai tambah produksi gula aren dangan mengubah
bentuk gula cetak menjadi gula semut.
Laboratorum Kemiskinan melalui dinas terkait juga
memberangkatkan 20 orang peserta pelatihan untuk study banding
dan belajar produksi gula semut ke Kabupaten Kulon Progo, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Salah satu BUMN, BNI kemudian mengucurkan program
corporate social responsibility (CSR) kepada petani aren dalam
bentuk alat produksi gula aren. Hal itu sesuairekomendasi dari
Laboratorium Kemiskinan tentang pentingnya dukungan peralatan
untuk meningkatkan kesejahteraan para petani aren.
Berbekal pengetahuan dan dukungan peralatan produksi itu,
mulailah Diyono dan 20 petani aren memproduksi gula semut.
Namun ternyata, produksi gula semu tidaklah mudah. Percobaan
pertama membuat gula semut gagal. Sehingga sebagian petani aren
menyerah. Akhirnya, dari 20 orang, tersisa hanya enam orang saja.
Namun, Diyono dan istrinya terus menumbuhkan
harapan akan kesejahteraan para petani aren di Dukuh
Gunung Surat, Botosari. Bersama enam orang warga yang
tersisa, keduanya terus mencoba membuat gula semut dan
akhirnya berhasil.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


49
MENDORONG KEWIRAUSAHAAN, MENDONGKRAK KESEJAHTERAAN

Mulailah mereka sedikit demi sedikit memproduksi gula


semut. Dari mulai 2 kilogram per hari, produksi perlahan naik
menjadi 5 kilogram per hari. Produksi gula semut terus meningkat
menjadi 10 kilogram per hari. Dari 10 kilogram per hari, produksi gula
semut naik lagi menjadi 15 kilogram per hari dan kini mencapai 50
kilogram per hari. Produksi gula semut melibatkan delapan orang.
Enam orang di dapur produksi dan dua orang bertugas di bagian
pengemasan.

Salah satu petani sedang membuat gula sawit

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


50
MENDORONG KEWIRAUSAHAAN, MENDONGKRAK KESEJAHTERAAN

Produksi gula semut petaniarendi Botosari ternyata berhasil


mendongkrak harga gula aren cetak di Botosari. Sebelumnya, harga
tertinggi gula aren cetak hanya Rp 15.000 perkilogram. Namun kini,
harganya meningkat menjadi 18.000 per kilogram. Bahkan, harganya
bisa mencapai Rp 20.000 per kilogram saat kualitas gula cetak bagus.
Sementara gula semut harganya Rp 60.000 per kilogram.
Setelahberhasil menaikkan nilai lebih gula aren,Laboratorium
Kemiskinan kemudian juga membantu membuka pasar Gula Semut
Aren “Nethes”. Produk tersebut diikutsertakan ke acara seminar
peningkatan kualitas dan seleksi agar bisa dipasarkan di pasar
swalayan dan pasar modern.
Upaya tersebut membuahkan hasil. Gula Semut Aren “Nethes”
lolos uji kelayakan dan mutu. Kini, Gula Semut Aren “Nethes” dijual di
52 outlet Indomaret dan Alfamart di Kota dan Kabupaten
Pekalongan.
Diyono dan para petani aren di Botosari tidak lantas berpuas
diri. Mereka merajut mimpi untuk memasarkan gula semut aren
hingga ke luar negeri. Diyono yakin, kualitas gula semut yang
diproduksi KUBE Pagar, mampu menembus pasar ekspor. Namun
Diyono mengaku usaha pembuatan gula semut itu masih menghadapi
masalah yang harus segera diselesaikan.
“Masalah utama saat inibagaimana memperbaiki dan
memperluas rumah produksi,” kata Diyono. Rumah produksi Gula
Semut Aren “Nethes” yang berukuran 4 meter x 5 meter itu,
harapannya bisa diperluas menjadi 9 meter x 12 meter. Dengan
demikian, bisa menampung warga yang ingin ikut memproduksi
gula semut untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


51
JALAN PANJANG INOVASI KEBIJAKAN PRO RAKYAT

Jika rumah produksi sudah diperbaiki menjadi lebih luas dan


nyaman, selanjutnya KUBE Pagar akan meningkatkan kapasitas
produksi dari 2 ton per bulan menjadi 10 ton per bulan. Harapannya,
petani aren yang ikut memproduksi gula semut aren bisa semakin
banyak. Sehingga akan semakin banyak petani aren di Botosari yang
mengecap kesejahteraan dari produksi gula semut aren.

Diyono mengatakan, untuk memperluas tempat produksi dan


meningkatkan kapasitas produksi, dibutuhkan modal sekitar Rp 300
juta. Dia berharap, ada pihak yang bisa membantu atau bersedia
bekerja sama dengan KUBE Pagar agar bisa mewujudkan mimpinya.
Yakni mengekspor gula semut aren dari Botosari.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


52
JALAN PANJANG INOVASI KEBIJAKAN PRO RAKYAT

BAB VI
Jalan Panjang Inovasi Kebijakan Pro Rakyat

Bupati H. Asip Kholbihi didampingi kepala Bappeda H. Julian Akbar dan Kepala Bank Jateng
Herdianto sedang presentasi Laboratorium kemiskinan Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Nasional

Mengenakan hem batik berwarna merah marun, Bupati Pekalongan


H. Asip Kholbihi mempresentasikan konsep Laboratorium
Kemiskinan di depan para Juri Independen dengan menggunakan
aplikasi video conference zoom meeting di Ruang Rapat Bupati , 8 Juli
2020. Bupati didampingi Kepala Bappeda dan Litbang H Julian Akbar
dan Kepala Bank Jateng Kajen Herdinanto yang juga Ketua Forum
CSR. Presentasi tersebut merupakan tahapan penilaian Final Top 99
untuk mendapatkan Top 45 dalam Kompetisi Inovasi Pelayanan
Publik (KIPP) yang digelar Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN-RB).

Ruang Rapat Bupati didesain menjadi ruang diskusi virtual.


Kamera utama diarahkan ke panggung utama dengan background
gambar gunungan wayang dengan Bupati sebagai pembicara utama

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


53
JALAN PANJANG INOVASI KEBIJAKAN PRO RAKYAT

didampingi Kepala Bappeda dan Ketua Forum CSR. Di


seberangnya, beberapa televisi layar datar berjejer di meja. Para
kepala OPD dan tamu undangan menyaksikan proses diskusi melalui
layar televisi.
Sementara di layar televisi terlihat gambar para Juri
Independen yang terdiri dari tokoh nasional yang dikomandani Prof.
Dr. J. B Kristadi, Prof. Dr. Siti Zuhro, M.A, Tulus Abadi (Ketua YLKI),
Dadan S Suharmawijaya, Nurjaman Mochtar, dan Neneng Goenadi.
Secara bergantian, mereka menghujani banyak pertanyaan kritis
kepada Bupati tentang Laboratorium Kemiskinan.
Deskripsi di atas adalah gambaran bagaimana proses panjang
Laboratorium Kemiskinan sehingga kemudian mendapat gelar
sebagai salah satu dari Top 45 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik
Tahun 2020 menyisihkan 2.250 proposal dari seluruh daerah di
Indonesia. Apa yang ditanyakan oleh para Dewan Juri sejatinya
menggambarkan betapa proses penyusunan hingga implementasi
Laboratorium Kemiskinan bukanlah proses yang mudah karena
menyangkut hal baru dan kebiasaan baru dalam program
pengentasan kemiskinan.
Seperti yang ditanyakan Ketua YLKI Tulus Abadi, layaknya
laboratorium, inovasi kebijakan itu harus bisa menemukan berbagai
masalah detail tentang penyebab kemiskinan. Seperti yang dijelaskan
di awal pembahasan buku ini, tantangan besar di awal pelaksanaan
Laboratorium Kemiskinan adalah bagaimana bisa menemukan detail
data kemiskinan by name, by problem. Perlu ada kejujuran untuk
membuka diri dan mengevaluasi proses yang sudah dilalui pada masa
lalu, kemudian keberanian untuk mengubah mindset, mengubah
input, proses, sehingga outputnya bisa berbeda dan menjadi lebih
baik.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


54
JALAN PANJANG INOVASI KEBIJAKAN PRO RAKYAT

Kerja keras dari para inovator di Bappeda dan Litbang Pemkab


Pekalongan itulah yang kemudian mengantarkan Laboratorium
Kemiskinan menjadi Top 45 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2020
seperti yang tertuang dalam Keputusan Menteri PAN-RB Nomor
192/2020 tentang Top 45 Inovasi Pelayanan Publik dan 5 Pemenang
Outstanding Achievement of Public Service Innovations 2020. Top
45 terdiri atas 7 inovasi kementerian, 5 inovasi lembaga, 7 inovasi dari
pemerintah provinsi, 7 inovasi dari pemerintah kota serta 19 inovasi
dari pemerintah kabupaten.
Hasil ini merupakan kesimpulan dari presentasi dan
wawancara Top 99 dan 15 finalis inovasi pelayanan publik 2020.
Keberhasilan ini menempatkan Kabupaten Pekalongan bersama 25
pemerintah kabupaten/ kota lain masuk dalam Top 45 KIPP dan akan
menerima Dana Intensif Daerah (DID) 2021.
Sebuah perjalanan yang panjang hingga akhirnya
Laboratorium Kemiskinan terpilih sebagai salah satu innovator
pelayanan publik terbaik di Indonesia. Awal mula perjalanan ini
dilatarbelakangi keprihatinan atas evaluasi program kemiskinan yang
dinilai tidak cukup dramatis menurunkan angka kemiskinan.
Padahal, programnya cukup banyak dan menyerap anggaran yang
sangat besar.
Dari evaluasi mendalam itulah kemudian muncul ide untuk
melakukan perumusan kebijakan yang lebih komprehensif, terutama
melibatkan berbagai pihak. Sehingga program penanggulangan
kemiskinan tidak jalan sendiri-sendiri.
Pada 27 Desember 2017, dimulailah rangkaian untuk
merancang konsep dan merumuskan kerangka formula yang saat itu
dinamakan “Laboratorium Penanganan Kemiskinan”.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


55
JALAN PANJANG INOVASI KEBIJAKAN PRO RAKYAT

Bagaimana memilih desa lokus, bagaimana kondisi tiga desa terpilih,


seperti apa intervensi yang akan dipilih, serta bagaimana mengecek
keberhasilannya.
Proses selanjutnya, membahas kerangka teknis seperti
koordinasi profil kemiskinan tiga desa terpilih, pengusulan program
intervensi dan persiapan kick-off meeting. Setahun kemudian,
perjalanan “Laboratorium Penanganan Kemiskinan” dimulai. Hal itu
ditandai dengan launching program oleh Bupati Pekalongan KH.
Asip Kholbihi, SH.,M.Si pada acara Bazar Corporate Social
Responsibility (CSR) di Desa Botosari, Kecamatan Paninggaran, 12
Desember 2018.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


56
JALAN PANJANG INOVASI KEBIJAKAN PRO RAKYAT

Tahun 2019, Pemerintah Kabupaten Pekalongan untuk


pertama kalinya menyelenggarakan Kompetisi Inovasi Pelayanan
Publik (KIPP). Kompetisi ini bertujuan untuk mendorong dan
memotivasi tumbuhnya inovasi pelayanan publik, serta
mengapresiasi para inovator yang melahirkan inovasi-inovasi
pelayanan publik di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pekalongan.
Tim innovator dari Bappeda Kabupaten Pekalongan kemudian
mengikutsertakan “Laboratorium Kemiskinan” dalam KIPP. Setelah
dilakukan penilaian proposal oleh tim verifikasi (juri independen),
Laboratorium Kemiskinan lolos tahap seleksi administrasi beserta 15
inovasi lainnya. Tim verifikasi terdiri dari Muhammad Bisri, S.Sos,
M.AP (Frontline Service Coordinator Kompak Jateng), Hj. Sri
Pujiningsih, SH, M.H (Lektor Fakultas Hukum Universitas
Pekalongan) dan Muhammad Burhan, S.Sos (Praktisi Jurnalistik-
Founder Big Brand Indonesia).
Dari 15 proposal itu dilakukan penilaian lagi dan terpilihlah
Top 10 Inovasi Pelayanan Publik tingkat Kabupaten Pekalongan
dengan nilai tertinggi. Salah satunya Laboratorium Kemiskinan.
Sepuluh inovasi itu kemudian mengikuti seleksi selanjutnya,yaitu
presentasi dan wawancara di depan Tim Juri Independen.
Dari hasil penilaian presentasi dan wawancara, Laboratorium
Kemiskinan lolos ke tahap penilaian selanjutnya bersama enam
inovasi pelayanan publik lainnya. Top 7 ini kemudian diverifikasi
lapangan oleh Tim Juri Independen.
Laboratorium Kemiskinan akhirnya masuk Top 6 yang
dinyatakan dalam Surat Keputusan Bupati Pekalongan Nomor
060/245 Tahun 2019 tentang TOP 6 (Enam) Kompetisi Inovasi
Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten
Pekalongan Tahun Anggaran 2019.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


57
JALAN PANJANG INOVASI KEBIJAKAN PRO RAKYAT

Pada tahun 2019 itu, Laboratorium Kemiskinan maju ke


Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Tingkat Provinsi Jawa Tengah.
Lolos seleksi administrasi, Laboratorium Kemiskinan masuk Top 40.
Selanjutnya, pada 24 Juli 2019, mengikuti tahap penilaian presentasi
dan wawancara di Gedung E Setda Provinsi Jawa Tengah. Tim juri
pada tahap presentasi dan wawancara, adalah Muhamad Bisri, S.Sos,
M.AP (Frontline Service Coordinator Kompak Jateng), Gunarto
(Lembaga Konsumen Jawa Tengah), Yunita DP (Kadin Jateng),
Rosihan DN (Pattiro Semarang) dan Suprihadi (Universitas Kristen
Satya Wacana Salatiga).
Hasil penilaian presentasi dan wawancara, membawa
Laboratorium Kemiskinan lolos Top 20 dalam ajang KIPP Tingkat
Provinsi Jawa Tengah. Pada Tahun 2020, Laboratorium Kemiskinan
maju ke ajang Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Tingkat Nasional
yang diselenggarakan Kemen PAN-RB atau lebih dikenal dengan
istilah SINOVIK (Sistem Inovasi Pelayanan Publik). Laboratorium
Kemiskinan bersaing dengan 6.000 lebih proposal dari seluruh
Indonesia.
Dari seleksi administrasi, Laboratorium Kemiskinan lolos
bersama 2.250 proposal lainnya. Meliputi 2.126 proposal kategori
kelompok umum, 33 proposal kategori kelompok replikasi dan 91
proposal kelompok khusus. Laboratorium Kemiskinan, masuk
kategori kelompok umum.
Tim Evaluasi KIPP Kemen Pan-RB kemudian menyerahkan
hasil penilaian proposal kepada Tim Panel Independen melalui
Sekretariat berupa nominasi 99 inovasi pelayanan publik tahun 2020
dan 15 finalis kelompok khusus KIPP sebanyak 229 proposal. Dengan
rincian, 193 kelompok umum, 5 kelompok replikasi dan 31 kelompok
khusus.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


58
JALAN PANJANG INOVASI KEBIJAKAN PRO RAKYAT

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur


Negara dan Reformasi Birokrasi (Kepmenpanrb) Nomor 189 Tahun
2020 tentang TOP 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2020 dan 15
Finalis Kelompok Khusus KIPP 2020, Laboratorium Kemiskinan
dinyatakan lolos sebagai Top 99.
Untuk masuk Top 45, Laboratorium Kemiskinan harus
melewati tahapan presentasi dan wawancara di depan Tim Panel
Independen secara virtual pada 8 Juli 2020. Tim Panel Independen
terdiri dari para ahli dan praktisi berbagai bidang tingkat nasional. Di
antaranya Prof. Dr. J. B Kristadi, Prof. Dr. Eko Prasojo, Mag.rer.Publ,
dan Prof. Dr. Siti Zuhro, M.A.
Perjalanan panjang Laboratorium Kemiskinan akhirnya
menemui ujungnya pada 27 Juli 2020. Laboratorium Kemiskinan
dinyatakan lolos Top 45 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2020 dalam
pengumuman yang dibacakan Deputi Pelayanan Publik Kemen
PANRB Prof. Dr. Diah Natalisa.
Best Practice Penanggulangan Kemiskinan
Keberhasilan Laboratorium Kemiskinan meraih beberapa
penghargaan dalam kompetisi pelayanan publik dari tingkat
Kabupaten hingga nasional bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain.
Pasalnya, hampir semua daerah memiliki kesamaan masalah
kemiskinan.
Pada akhir tahun 2019, Kabupaten Pekalongan berkesempatan
sharing best practice penanggulangan kemiskinan dalam program
Laboratorium Kemiskinan pada Rakor Kemiskinan Tingkat Provinsi
Jawa Tengah. Pemerintah Kabupaten Pekalongan, juga beberapa kali
berkesempatan menyampaikan best practice Laboratorium
Kemiskinan.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


59
JALAN PANJANG INOVASI KEBIJAKAN PRO RAKYAT

Di antaranya saat “Diskusi dan Apresiasi Bagi Daerah


Inovatif-Terobosan Daerah Membangun Negeri” pada 28 November
2019. Selain itu, Laboratorium Kemiskinan juga dipaparkan di
hadapan perwakilan duta besar Australia di Shangrilla Hotel tahun
2019. Untuk memudahkan pelaksanaan program, telah disusun
modul atau panduan pengembangan Laboratorium Kemiskinan.
Dari sisi program, Laboratorium Kemiskinan memberikan
inspirasi bagi lahirnya “Gerakan Kudu Sekolah” yang dilaunching
pada 2 Mei 2019. Selain itu, menginspirasi lahirnya konsep desa
binaan tematik bagi pelaksanaan KKN dengan konsep Universitas
Membangun Desa dan Program Kampung Berkah Emas Baznas
Kabupaten. Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan indeks
pembangunan manusia (IPM). Dan yang lebih penting, inovasi ini
mampu mendorong OPD untuk lebih serius dalam menyusun
perencanaan dan pengalokasian anggaran berbasis data dan problem
solver.
Tentu saja, daberhasilan Laboratorium Kemiskinan pada
akhirnya bukanlah dilihat dari seberapa banyak penghargaan yang
didapat. Atau, berapa banyak daerah yang mereplikasi program ini
menjadi best practice. Namun, ujung perjalanan panjang
Laboratorium Kemiskinan ini harus dilihat dari perspektif
masyarakat. Sejauh mana implementasi Laboratorium Kemiskinan
berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Seberapa besar program ini berdampak terhadap masyarakat,
dapat dilihat dari angka kemiskinan yang secara nyata benar-benar
berkurang, bahkan tidak lagi ditemukan. Meningkatnya
kesejahteraan masyarakat itulah penghargaan sejati bagi Pemerintah
Kabupaten Pekalongan atau para inovator kebijakan yang telah
bekerja keras merancang, merumuskan dan melaksanakan kebijakan
ini.
Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020
60
JALAN PANJANG INOVASI KEBIJAKAN PRO RAKYAT

Keberlanjutan Program
Dengan melihat hasil Laboratorium Kemiskinan, turunnya
angka kemiskinan menjadi lebih terpantau dan terukur. Namun,
pekerjaan untuk menurunkan angka kemiskinan nyatanya belum
selesai. Sehingga diperlukan keberlanjutan program demi
menuntaskan desa merah dan menggerakkan semua desa di
Kabupaten Pekalongan menjadi desa hijau.
Untuk memastikan program ini dapat berjalan secara
konsisten, beberapa regulasi telah diterbitkan. Di antaranya
Peraturan Bupati Pekalongan Nomor 97 Tahun 2017 tentang Strategi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah. Selain itu, Peraturan Bupati
Pekalongan Nomor 39 Tahun 2019 tentang Penanggulangan
Kemiskinan, serta Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2019 tentang
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan.
Tidak hanya regulasi, untuk keberlanjutan program
Laboratorium Kemiskinan, Pemerintah Kabupaten Pekalongan juga
mengembangkan

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


61
JALAN PANJANG INOVASI KEBIJAKAN PRO RAKYAT

aplikasi SAKTI (Satu Aplikasi Kemiskinan yang Terintegrasi).


Melalui aplikasi ini, integrasi intervensi kegiatan pada desa pilot
dapat dipantau.
Beberapa desa telah dipetakan untuk pelaksanaan replikasi
program Laboratorium Kemiskinan pada tahun mendatang. Potensi
replikasi program tersebut adalah Desa Bebel, Kecamatan Wonokerto
dan Desa Jeruksari, Kecamatan Tirto (kawasan pesisir) dan Desa
Kedungwuni Timur, Kecamatan Kedungwuni (kawasan perkotaan).
Sementara untuk tipologi geografis masyarakat pegunungan/ agraris,
potensi replikasi di Desa Gembong, Kecamatan Kandangserang dan
Desa Pedawang, Kecamatan Karanganyar.

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


62
PENUTUP

BAB VII
PENUTUP

  Ditetapkannya Laboratorium Kemiskinan menjadi


salah satu Top 45 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2020 dalam
KIPP Kemen PAN-RB, membuat mata Bupati Pekalongan H. Asip
Kholbihi berbinar ketika menjawab pertanyaan para wartawan.
Rasa bangga membuncah karena ini kali pertama Kabupaten
Pekalongan bisa masuk Top 45 menyisihkan ribuan proposal dari
berbagai daerah di Indonesia.
  Di satu sisi, keberhasilan Laboratorium Kemiskinan
memang layak diapresiasi. Secara kelembagaan, apresiasi
diberikan kepada Pemerintah Kabupaten Pekalongan yang punya
kepedulian tinggi terhadap program-program riil untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menurunkan angka
kemiskinan.
Pemerintah Kabupaten Pekalongan melalui Bappeda
tidak ingin hanya sekedar menjalankan rutinitas anggaran dengan
mengulang atau copy paste program. Sehingga kemudian ada
kajian dan evaluasi serius terhadap berbagai program penanganan
kemiskinan, termasuk efektivitasnya dalam menurunkan angka
kemiskinan secara signifikan.
  Ini tidak akan bisa dilakukan jika tidak ada kebesaran
hati untuk mengevaluasi penurunan angka kemiskinan yang
selama ini dinilai tidak signifikan dari anggaran yang telah
digelontorkan. Tentu saja akan ada risiko dari proses evaluasi ini,
mulai dari realokasi anggaran yang tumpang tindih, penghapusan
regulasi yang menghambat hingga potensi konflik ego sektoral di
tiap OPD. Karena kegiatannya terancam dipindah ke OPD lain
atau bahkan dihapus karena dinilai tidak efektif.
Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020
63
PENUTUP

  Evaluasi ini juga merupakan ujian leadership,


bagaimana visi misi Bupati Pekalongan untuk meningkatkan
kesejahteraan bisa menjadi “dirijen”guna menjembatani ego
sektoral, termasuk menekan ego pemerintah untuk menjadi
superhero atau pemain tunggal. Karena faktanya, memerangi
kemiskinan tidak bisa hanya dikerjakan oleh pemerintah saja.
Maka kemudian dilibatkanlah stakeholder yang lain
baik organisasi masyarakat, perusahaan, pemerintah desa atau
kelompok-kelompok swadaya masyarakat dalam kolaborasi
pentahelix untuk duduk bersama, mengkaji, merumuskan, dan
mengaplikasikan kebijakan bersama-sama. Sehingga
pengentasan kemiskinan bisa lebih komprehensif dan efektif.
Apresiasi yang lain adalah mindset untuk melihat
pentingnya data angka yang lebih valid dalam mengukur
keberhasilan program penanggulangan kemiskinan. Hal itu akan
bisa dilakukan jika konsepnya sama, asumsinya sama, dan
langkahnya juga seirama dari tiap stakeholder. Laboratorium
Kemiskinan nantinya akan menghasilkan data yang lebih
komprehensif tentang kemiskinan. Sehingga penanggulangan
kemiskinan bisa lebih faktual dan terukur.
Apresiasi yang tidak kalah penting ditujukan kepada
para innovator atau pegawai yang merumuskan inovasi kebijakan.
Upaya untuk mau berinovasi dalam merancang kebijakan sama
saja mendobrak stigma negatif bahwa birokasi itu simbolnya
kejumudan dan pemborosan. Kesan negatif birokrasi di luar
seolah anti dengan efektivitas dan kreativitas.
 

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


64
PENUTUP

Jika budaya untuk berinovasi dan berlomba dalam menghasilkan


kebijakan yang lebih pro masyarakat terus digelorakan, maka akan
memberikan sumbangan bagi image positif dan bisa membangun
kepercayaan dari warga kepada aparat birokrasi.
Kerja keras mereka telah menjadi vitamin bagi birokrasi
yang akan menunjukkan kepada pihak luar bahwa ada orang-
orang kreatif di birokrasi yang patut mendapatkan rewardyang
sepadan, seperti halnya ada punishment jika mereka melanggar
aturan.
Sementara itu, di mata masyarakat, berapapun
banyaknya penghargaan atau kerasnya para aparat birokrat
bekerja, tidak akan ada artinya jika masyarakat tidak merasakan
dampaknya (impact) atau manfaatnya (benefit). Maka tidak ada
dukungan yang paling besar kecuali ketika masyarakat merasakan
manfaat dari kebijakan itu.
  Selanjutnya yang vital adalah sustainability atau
keberlanjutan dari kebijakan Laboratorium Kemiskinan. Jangan
sampai Laboratorium Kemiskinan kemudian hanya sesaat dan
kemudian terhenti karena ganti pejabat atau pemerintah.
Laboratorium Kemiskinan juga tidak boleh berhenti menganalisa
dan mempertajam instrumen pelaksana. Sehingga bisa
beradaptasi ketika ada masalah di luar dugaan seperti pandemi
yang sudah setahun melanda sebagian besar wilayah di bumi ini,
termasuk di Indonesia.
Di ujung cerita, kekuatan kebersamaan sebagai satu
bangsa akan menjadi penentu ketika bangsa ini termasuk warga
Kabupaten Pekalongan nantinya harus menghadapi masalah berat
pascapandemi. Kemiskinan hampir pasti akan bertambah di
mana-mana. Masa sulit di depan mata, ujian kebersamaan dan
membangun kolaborasi seperti yang ada di Laboratorium
Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020
65
PENUTUP

Kemiskinan justru akan menemukan konteksnya. Laboratorium


Kemiskinan sebagai tools, sebagai strategi juga akan menemukan
tantangan yang sebenarnya. Bisakah nanti kita bersama-sama
saling bantu mengatasi masalah kemiskinan pascapandemi?
Menjadikan kemikinan bukan sebagai bagian di luar kita, namun
bagian dari masalah kita bersama yang harus diselesaikan
bersama sebagai satu bangsa!

Labratoriuam Kemiskinan, Juara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik 2020


66

Anda mungkin juga menyukai