Anda di halaman 1dari 9

INDIKATOR OVERTOURISM

Yus Yasbih Yusabillah

Program Studi Manajemen Destinasi Pariwisata


Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung
2020

ABSTRAK
Overtourism merupakan fenomena yang belakangan ini terjadi diseluruh dunia. Hal tersebut terjadi baik di
Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, Australia, Afrika dan Asia. Overtourism dapat diartikan sebagai
dampak dari kegiatan pariwisata pada suatu destinasi yang mempengaruhi kualitas hidup dari masyarakat
lokal dan kualitas dari pengalaman wisatawan dalam hal yang negatif. Banyak faktor yang menjadi
penyebab dari overtourism baik dari sisi tren maupun dari sisi kesiapan destinasi. Dampak dari kegiatan
pariwisata tersebut cukup menakutkan dari menurunnya kualitas hidup masyarakat lokal hingga munculnya
gerakan anti-tourism. Destinasi-destinasi populer didunia berpotensi terdampak overtourism. Salah satu
destinasi yang telah terdampak adalah Thailand. Beberapa destinasi Thailand telah mengalami overtourism
seperti, Pattaya, Phi Phi Island, Similan Island, Bangkok dan Phuket. Untuk menganalisis gejala dari
overtourism terdapat beberapa indikator yang dapat menentukan apakah tempat tersebut telah terjadi
overtourism atau tidak.
Kata Kunci:
Overtourism, Anti-Tourism, Indikator Overtourism.

A. LATAR BELAKANG mengancam suatu destinasi. Hal mengenai


Tahun 2012 merupakan awal mula kesiapan tersebut termasuk didalamnya adalah
munculnya #overtourism di media sosial Twitter. kesiapan mengenai infrastruktur, tenaga kerja,
Hal tersebut lambat laun semakin populer dan stabilitas dan sebagainya. Selain hal tersebut
mulai dikenal di destinasi dimana tuan rumah, faktor lingkungan maupun pertumbuhan
turis dan masyarakat lokalnya mengalami pariwisata berkelanjutan merupakan faktor yang
penurunan tingkat kenyamanan yang diakibatkan dapat diukur (Aria, 2019).
oleh terlalu banyaknya turis di destinasi tersebut. Kegiatan pariwisata yang berlebihan atau
Selain penurunan tingkat kenyamanan yang overtourism akan memberikan dampak negatif
dirasakan oleh masyarakat lokal, ada juga terhadap masyarakat sekitar destinasi wisata,
kualitas hidup yang menurun akibat dari besarnya seperti sampah dan meningkatnya biaya hidup
jumlah kunjungan ke suatu destinasi. Ditambah bagi masyarakat lokal. Hal lain yang dapat
lagi dengan penurunan kualitas pengalaman yang ditimbulkan dari dampak negatif overtourism
dirasakan oleh wisatawan ketika melakukan adalah kemacetan dimana-mana dan
kegiatan di suatu destinasi (Pitanatri, 2019) ketidaknyamanan yang ditimbulkan dari kegiatan
World Tourism and Travel Council (WTTC) pariwisata tersebut (Ramadhan, 2015). Selain hal
dan Jones Lang LaSalle (JLL) menyatakan bahwa tersebut masih banyak lagi masalah yang
Overtourism belakang menjadi fenomena yang ditimbulkan oleh overtourism diantaranya,
berpotensi mengancam destinasi-destinasi wisata masalah terhadap daya dukung dan daya
diberbagai belahan dunia. Pada tahun 2030 tampung, masalah air bersih, polusi udara dan
setidaknya terdapat 98 destinasi di 63 negara “immitation effect” adalah kondisi dimana
yang berpotensi terdampak Overtourism. Negara- munculnya kecenderungan masyarakat lokal
negara tersebut antara lain seperti Malaysia, untuk menirukan gaya hidup ekonomi dari
Turki, Filipina, Mesir, India, Indonesia, Thailand, wisatawan “barat” (Capocchi, Vallone, Pierotti,
dll. Terdapat beberapa alasan mengapa & Amaduzzi, 2019).
overtourism berpotensi mengancam Karena adanya dampak negatif yang
keberlangsungan destinasi (Aria, 2019). dihasilkan dari kegiatan pariwisata tersebut,
Kesiapan suatu destinasi untuk menerima maka tidak sedikit masyarakat lokal yang
wisatawan dalam jumlah besar merupakan salah melakukan penolakan terhadap pembangunan
satu alasan mengapa overtourism berpotensi industri pariwisata. Setidaknya terdapat 3 daerah
1
di Indonesia yang menolak pembangunan Ketika satwa lari ketakutan, ketika pengunjung
industri pariwisata, yaitu Flores, Nusa Tenggara tidak dapat melihat landmarks karena tempat
Barat dan Bali. Berbagai macam alasan yang tersebut sangat ramai, dan ketika lingkungan
dikhawatirkan oleh masyarakat lokal ketiga yang rentan terdegradasi, maka itu semua adalah
daerah tersebut akan perkembangan industri tanda-tanda dari overtourism (Francis, t.thn.).
pariwisata (Ramadhan, 2015). Koens et al, secara spesifik menyatakan
Masyarakat Flores terutama masyarakat bahwa overtourism sebagai dampak negatif
sekitar kawasan Taman Nasional Komodo berlebihan dari kegiatan pariwisata kepada
menolak investor luar dengan alasan khawatir penduduk lokal dan lingkungan alam (Capocchi,
nantinya akan mengganggu kelestarian komodo Vallone, Pierotti, & Amaduzzi, 2019).
dan menyingkirkan peran masyarakat lokal. 2. Penyebab Overtourism
Masyarakat Nusa Tenggara Barat pun melakukan Kini destinasi-destinasi populer didunia
penolakan pembangunan industri pariwisata atas semakin menderita karena kasus kelebihan
dasar menolak program homestay yang beban. Hal tersebut terjadi karena adanya
dicanangkan pemerintah, terutama menolak pergeseran tren dalam berwisata, seperti
terhadap wisatawan mancanegara yang akan digitalisasi, tiket pesawat yang murah, mobilitas
menginap di homestay nantinya, karena mereka yang tinggi (Erschbamer, Innerhofer, &
mempertimbangkan akan adanya kesulitan Pechlaner, 2018), adanya kapal pesiar dan
adaptasi dengan tradisi lokal yang ada munculnya platform baru untuk akomodasi untuk
(Ramadhan, 2015). Masyarakat Bali melakukan wisatawan seperti Airbnb (Capocchi, Vallone,
penolakan atas reklamasi Teluk Benoa karena Pierotti, & Amaduzzi, 2019). Selain itu terdapat
masyarakat Bali menginginkan kawasan Tanjung pula penyebab lain seperti ada kerumunan turis
Benoa menjadi kawasan konservasi untuk yang ‘mengambil alih’ jalan-jalan tempat mereka
menyeimbangkan pembangunan yang masif yang biasa bersepeda dan berjalan kaki, atau karena
terjadi di Bali (National Geographic Indonesia, harga sewa rumah dan tanah melonjak naik akibat
2019). mekanisme bisnis pariwisata (Pitanatri, 2019).
B. DEFINISI, PENYEBAB DAN DAMPAK Disisi lain ada sebuah teori tentang Ratchet Effect
OVERTOURISM yang dapat dikaitkan dengan overtourism, seperti
1. Definisi Overtourism yang tertera dalam (Goodwin, 2019)
Overtourism adalah dampak dari kegiatan menerangkan bahwa konsep overtourism itu
pariwisata pada suatu destinasi yang bersifat relatif sama halnya dengan penilaian
mempengaruhi kualitas hidup dari masyarakat terhadap suatu keramaian. Jika kita tidak
lokal dan kualitas dari pengalaman wisatawan memiliki kenangan dalam melihat Astonomical
dalam hal yang negatif. The Responsible Tourism Clock pada saat malam musim dingin di Old
Partnership mengungkapkan bahwa overtourism Town Square, Praque dengan kondisi sekitar
sebagai destinasi wisata dimana tuan rumah atau yang sepi, maka kita tidak akan rindu dengan
tamu, penduduk lokal atau pengunjung pengalaman tersebut.
merasakan kondisi dimana terlalu banyak Masyarakat lokal dan pemerintah sangat
pengunjung dan terjadi penurunan kualitas hidup percaya bahwa semakin banyak maka semakin
dan pengalaman berwisata di daerah tersebut baik. Kesuksesan pariwisata disetiap tahunnya
(UNWTO, 2018) (Goodwin, 2019). biasa dapat dilihat dari peningkatan angka yang
Overtourism dapat diartikan juga sebagai berkaitan dengan pariwisata. Tidak peduli apakah
kondisi dimana terlalu banyak wisatawan yang angka tersebut dari pengunjung kapal pesiar,
berkumpul pada suatu destinasi. “Terlalu pemburu bebas bea, tamu resort, pelancong atau
banyak” merupakan sebuah kata yang subjektif, wisatawan kelas atas, yang mereka lihat hanyalah
tentu saja karena hal tersebut dapat diartikan angka. Selain itu isu lainnya seperti ketersediaan
secara berbeda oleh penduduk lokal, tuan rumah, penerbangan murah (Francis, t.thn.), aksesibilitas
pemilik usaha dan pengunjung di setiap yang sangat baik menuju destinasi, pelayanan
destinasinya. Ketika harga sewa tenan disuatu yang mengagumkan, atau kebijakan fiskal yang
destinasi melambung tinggi sehingga masyarakat semuanya dapat berimbas kepada peningkatan
lokal tidak bisa ikut andil dalam kegiatan jumlah kunjungan dari wisatawan (Erschbamer,
pariwisata, maka itulah overtourism. Ketika Innerhofer, & Pechlaner, 2018).
terjadi kemacetan di jalanan dan dipenuhi oleh Overtourism bukan hanya masalah jumlah
kendaraan pengunjung, maka itulah overtourism. kunjungan wisatawan tetapi tentang kapasitas

2
untuk mengelolanya. Ada destinasi yang dapat sekarang kebanyakan orang lebih memilih
mengurus jumlah kunjungan wisatawan yang cuti dan biasanya mengambil destinasi-
tinggi, tetapi disisi lain kewalahan dengan jumlah destinasi wisata yang tidak terlalu jauh. Tiket
kunjungan wisatawan yang jauh lebih sedikit. pesawat diberbagai macam kesempatan
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik bahkan lebih murah dibandingkan tiket
akan penyebab dari overtourism, akan sangat kereta karena bahan bakar pesawat tidak
berguna bagi kita untuk memahami dengan jelas dikenakan pajakan dan tidak berdampak pada
3 faktor utama yang berkontribusi terhadap lingkungan.
overtourism (UNWTO, 2018): 3. Disintemediasi dan P2P platform
I. Terlalu banyak wisatawan yang mungkin menciptakan masalah pada pasar perumahan,
dipengaruhi oleh musim tertentu. memaksakan harga sewa, menggusur mereka
Dalam hal ini jumlah wisatawan pada suatu yang berpenghasilan rendah dan
destinasi menjadi masalah utama. Hal tersebut menciptakan gangguan di lingkungan tempat
dapat menjadi alasan utama dari kepadatan tinggal. Airbnb dan platform sejenisnya telah
disebuah kota atau perasaan bahwa tidak ada mempermudah wisatawan untuk
ruang yang cukup lagi dikota tersebut yang mendapatkan penginapan yang murah.
mengakibatkan penduduk lokal menghindar dari Seringkali penginapan tersebut berada dekat
wisatawan. dengan pemukiman warga.
II. Terlalu banyak dampak negatif dari 4. Ranah publik yang gratis – wisatawan tidak
wisatawan. membayar untuk berfoto di Trafalgar Square
Disini dampak pengunjung yang dirasakan atau St Marks, biaya perawatan dan
secara negatif. Hal tersebut dapat digambarkan perbaikan tempat tersebut di tanggung oleh
dengan kemacetan dijalanan yang diakibatkan pajak dari penduduk lokal.
oleh bus wisata yang berhenti didekat destinasi- 5. Ironisnya, usaha untuk menyebarkan titik
destinasi wisata atau kerumunan wisatawan yang wisatawan berujung kepada menyebarnya
secara tidak sengaja menutupi jalan-jalan utama. keramaian hingga ke pemukiman warga yang
Ini juga mencakup masalah-masalah lain seperti, menyebabkan keramaian, antrian dan
kebisingan, keributan dan gangguan lain yang kemacetan. Di berbagai kota di Eropa
disebabkan oleh wisatwan (bahkan ketika mengalami pesta minuman keras di
kemungkinan itu disebabkan oleh masyarakat sepanjang kota.
lokal). 6. Musim tertentu membuat pariwisata
III. Terlalu banyak dampak fisik dari ekonomi meningkat – akan tetapi ada beberapa musim
wisatawan. yang cocok untuk destinasi atau tujuan
Dampak fisik dari suatu layanan pariwisata tertentu. Musim libur panjang terlihat sangat
yang ditujukan untuk wisatawan yang dapat menguntungkan bagi bisnis tapi tidak semua
menyebabkan agitasi. Contohnya adalah bisnis, untuk beberapa bisnis dan komunitas
penyebaran hotel, fasilitas dan retail yang serupa tidak memiliki waktu jeda.
ditujukan untuk wisatawan. 7. Asosiasi perdagangan dan industri bisnis
Selain hal diatas (Goodwin, 2019) juga telah pariwisata menyatakan pentingnya ekonomi
merumuskan 9 penyebab overtourism, pariwisata dan jumlah tenaga kerja di industri
diantaranya adalah: pariwisata. Bagaimanapun juga, tenaga kerja
1. Ada kecenderungan yang tinggi untuk pariwisata dan perhotelan seringkali dibayar
melakukan perjalanan, untuk mengalami terlalu rendah dan sering dipandang sebelah
datang ke tempat yang orang lain datangi, mata sebagai pekerjaan tanpa prospek kerja
diantara kelas menengah – overtourism yang jelas.
bukan hanya fenomena di Eropa. Hal tersebut 8. Destinasi-destinasi yang menggunakan
telah menyebar ke Asia dan banyak negara pendekatan honeypot cukup sulit untuk di
berkembang. turunkan pasarnya. Kebanyakan wisatawan
2. Biaya perjalanan yang murah – berkunjung ke suatu tempat karena ingin
bermunculannya penerbangan murah dan bus melihat-lihat dan mengkoleksi foto selfie.
wisata yang murah membuat orang-orang Bagian pemasaran dari destinasi tersebut
dapat dengan mudah membayar biaya mendapatkan penghargaan karena bisa
perjalanannya. Sebelumnya waktu liburan mengamankan target jumlah kunjungan
dan biaya perjalanan menjadi kendala, tetapi

3
wisatawan dengan menggunakan teknik 1. Elite-based anti-tourism
honeypot. Adalah orang-orang dari kalangan elit baik
9. Pilihan moda transportasi yang lebih dalam segi keilmuan ataupun dari segi kedudukan
beragam dibandingkan 10 tahun lalu. yang mengkritik bahkan menolak kehadiran
Penerbangan, bus pariwisata, kereta dan pariwisata.
kapal pesiar membawa kapasitas pengunjung 2. Intra-tourist anti-tourism
yang lebih besar lagi disetiap kedatangannya, Adalah wisatawan yang tidak suka akan
dan intensitas kedatangannyapun meningkat. kehadiran wisatawan lainnya. Hal tersebut
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas, biasanya terjadi pada suatu tempat wisata
faktor terpenting dalam penentuan suatu destinasi eksklusif dan elegan, dimana wisatawan merasa
dapat dikatakan overtourism atau tidak adalah tidak senang ketika ada wisatawan yang tidak
berdasarkan persepsi masyarakat lokalnya selevel dengan mereka.
(Erschbamer, Innerhofer, & Pechlaner, 2018). 3. Tourism as soft target
3. Dampak Overtourism Kondisi dimana sebuah destinasi menjadi
Kemacetan, tingginya konsumsi sumber daya target kejahatan seperti, serangan di Luxor, Mesir
seperti air dan hasilnya adalah kekurangan air tahun 1997, Bali, Indonesia 2002 & 2005 dan
pada akhir musim tertentu, tingginya harga sewa Tunisia pada tahun 2015. Hal tersebut lebih
tempat dan kekurangan ruang hidup akibat dari berkaitan dengan serangan teroris.
banyak bermunculannya platform daring baru 4. Targeted anti-tourism
seperti Airbnb dan sejenisnya (Erschbamer, Adalah kondisi dimana pariwisata dengan
Innerhofer, & Pechlaner, 2018). Dampak paling tema tertentu menjadi target dari sebuah
negatifnya adalah meningkatnya harga rumah, penolakan terhadap kegiatan pariwisata karna
kenaikan harga taksi, meningkatnya harga-harga dinilai akan menimbulkan dampak buruk.
dipasaran, peningkatan harga di kafe dan rumah Contohnya seperti, 4 tahun sebelum
makan dan meningkatnya biaya transportasi berlangsungnya FIFA World Cup di Afrika
umum (UNWTO, 2018). Selatan, sebuah organisasi “rakyat miskin”
Karena kegiatan pariwisata sangat melayangkan protes karena mereka menilai
berdampak pada suatu destinasi dan kualitas pemerintah terlalu menghamburkan uang untuk
hidup dari masyarakat lokal, itu lebih dari sekedar menyiapkan event tersebut.
bisnis. Kegiatan pariwisata memiliki dampak 5. Tourism and Exclusion
sosial dan budaya dan tentu saja memiliki Adalah kondisi dimana terjadi penolakan
dampak yang sangat kuat terhadap lingkungan terhadap pariwisata akibat dari tidak meratanya
sekitar (Innerhofer, Erschbamer, & Pechlaner, manfaat dari kegiatan pariwisata yang dirasakan
2020). Studi sebelumnya mendeskripsikan oleh masyarakat lokal. Masyarakat juga menolak
beberapa kasus seperti, Barcelona dan Venice, kegiatan pariwisata karena mereka mendapatkan
beberapa tindakan yang cukup agresif telah dampak yang sama disaat adanya
diambil untuk melawan pariwisata dengan ketidakmerataan manfaat dari kegiatan
memperkenalkan istilah “anti-tourism” atau pariwisata.
“tourismphobia” (Capocchi, Vallone, Pierotti, & C. STUDI KASUS OVERTOURISM DI
Amaduzzi, 2019). Terlalu banyak wisatawan THAILAND
bukan hanya dampak pada kualitas hidup Negara Thailand adalah salah satu destinasi
masyarakat lokal, akan tetapi mereka juga wisata terpopuler di Asia Tenggara. Wisatawan
berdampak kepada kondisi lingkungan dari suatu tertarik mengunjungi Thailand karena
destinasi dan membuat beberapa situs warisan keberagaman daya tarik yang dimiliki seperti,
budaya UNESCO menjadi terancam. Munculnya bentang alam dan kepulauan, pantai, makanan
“anti-tourism” juga merupakan konsekuensi dari yang menggugah selera, iklim yang
berubahnya paradigma di mayarakat (Innerhofer, menyenangkan dan masyarakatnya yang terbuka
Erschbamer, & Pechlaner, 2020). akan pariwisata. Atraksi-atraksi tersebut menjadi
Berikut adalah tipologi dari anti-tourism sempurna karena dikombinasikan dengan
tersebut terjadi karena adanya perubahan mudahnya akses untuk mendatangi negara
paradigma di masyarakat tentang overtourism, tersebut melalui kemudahan dalah hal visa
berikut adalah tipologi dari anti-tourism menurut kunjungan dan strategi pemasarannya, yang
(Clancy, 2020): mulai berfokus kepada pariwisata berkelanjutan
di awal dekade, dan hasilnya Thailand dikenal

4
sebagai destinasi pariwisata masal yang sangat (2012) and “The Hangover 2” (2011) (Nam,
ramah kantong. Pada 2017, Thailand merupakan 2018). Beberapa film mengambil latar tempat di
negara dengan populasi sebanyak 67,8 juta jiwa pulau-pulau dan pantai-pantai di Thailand (Law,
dan telah menerima wisatawan sejumlah 35 juta Bunnell, & Ong, 2007), dan sebagian lainnya
wisatawan (Jing Travel, 2018). mengambil latar tempat di Bangkok. Efek dari
Pemberitaan tentang Overtourism cukup promosi melalui film-film tersebut berdampak
meningkat dibeberapa kolom berita, beberapa sangat besar, dan film tersebut membuat
memberitakan tentang pantai yang terlalu padat wisatawan tertarik untuk mengunjungi suatu
akan wisatawan contohnya Phi Phi Island dan tempat spesifik yang terdapat difilm tersebut
Similan Islands, banyaknya pembangunan ilegal seperti, Phang Na Bay, Koh Ph Phi dan rooftop
yang terjadi dan pemecahan rekor jumlah bar di Lebua State Tower di Bangkok yang
wisatawan terbanyak dalah sekali kunjungan sekarang dikenal sebagai “Hangover Sky Bar”
yaitu diantara 2.000 sampai 3.000 wisatawan karena tempat tersebut menjadi latar adegan di
Tiongkok yang secara bersamaan datang ke film “The Hangover 2”. Begitu pula dengan film
Pattaya (Hees, 2019). Berikut adalah diagram Tiongkok berjudul “Lost in Thailand”, yang
perkembangan jumlah kunjungan wisatawan mengambil latar tempat di Chiang Mai, membuat
mancanegara ke Thailand. tempat tersebut di serbu oleh wisatawan
Diagram 1 Perkembangan Jumlah Kunjungan Tiongkok yang berkunjung ke kota tersebut,
Wisatawan Mancanegara Tahun 1997 - 2017 hasilnya adalah setiap tahunnya tempat tersebut
menerima kunjungan sampai dengan 200.000
wisatawan. Tentu saja salah satu tujuan utama
mereka adalah Chiang Mai University yang telah
menjadi destinasi yang wajib dikunjungi dan
setiap harinya menerima kunjungan sebanyak
500 wisatawan Tiongkok, tidak sedikit juga
wisatawan yang menyewa atau membeli seragam
universitas tersebut untuk berpose dalam foto
(Cohen, 2017). Perubahan universitas menjadi
Sumber: Kementerian Pariwisata dan destinasi wisata sangat menggangu jalannya
Olahraga Thailand Tahun 2018 dalam (Hees, perkuliahan hingga menimpulkan tumpukan
2019). sampah di kampus tersebut.
Dari 1990an sampai awal 2000an, industri Faktor kedua adalah kemudahan dalam hal
pariwisata Thailand mengalami pertumbuhan pengurusan visa kunjungan. Thailand adalah
yang terus meningkat yang dipicu oleh investasi negara pertama di Asia Tenggara yang
asing di bidang infrastruktur pariwisata. Dalam 2 memberikan kemudahan visa kunjungan untuk
dekade terakhir antara 1997 sampai dengan 2017 warga Tiongkok. Hasilnya jumlah kunjungan
ada perkembangan jumlah kunjungan wisatawan wisatawan Tiongkok meningkat 1.032% dalam
mancanegara yang sangat pesat sebesar 485%. 11 tahun terakhir, artinya sekitar 950.000
Lambat laun konsekuensi negatif dari wisatawan pada tahun 2006 menjadi 9,8 juta
perkembangan pariwisata mulai terlihat, pada wisatawan pada tahun 2017 (Jing Travel, 2018);
1995 pemerintah Thailand membentuk komisi (Cohen, 2017). Hal tersebut telah memicu
untuk membuat laporan tentang lingkungan alam penggunakan yang berlebihan dari infrastruktur.
dan sosial yang terkait dalam kegiatan pariwisata Contohnya Thailand memiliki 2 bandara
contohnya ekowisata. Ketika laporan dari komisi internasional yaitu, Don Mueang dan
tersebut telah menunjukkan hasilnya, mereka Suvarnabhumi, yang telah mengalami kelebihan
dikritik karena tidak jelas, lemah dan tidak berarti kapasitas sebesar 40% (Chuwiruch, 2017).
(Kontogeorgopoulos, 1999). Faktor ketiga adalah konsentrasi wisatawan
Pada bagian ini penulis akan mendiskusikan di area tertentu. Kebanyakan wisatawan yang
3 faktor utama yang menuntun Thailand menuju mengunjungi Thailand berkunjung ke daerah,
overtourism. Faktor pertama adalah banyaknya taman nasional dan pulau yang sama, sehingga
film internasional yang mengambil latar tempat memberikan tekanan yang signifikat terhadap
di Thailand, contohnya “The Man With The penduduk lokal dan ekosistem. Lokasi yang
Golden Gun” (1974), “Tomorrow Never Dies” menjadi titik keramaian aktivitas pariwisata
(1997), “The Beach” (2000), “Lost in Thailand” diantaranya, Similan Islands dan beberapa pulau

5
dari kepulauan Phang Nga Bay. Diperkirakan
sekitar 10.000 wisatawan yang berkunjung ke Phi
Phi islands setiap harinya pada musim liburan
(GoKohPhiPhi, 2007). Maya Bay yang terkenal
(di sekitar Koh Phi Phi Leh) merupakan pantai
dengan garis pantai sepanjang 200 meter menajdi
primadona setelah menjadi latar tempat pada film
“The Beach” (2000). Pada 2016 jumlah
kunjungan ke pantai tersebut mencapai 5.000
wisatawan per harinya, dengan banyak
wisatawan yang berangkat dari destinasi sekitar
seperti Phuket, Krabi dan Koh Phi Phi. Karena
kepadatan yang terjadi, banyak operator tur mulai
menawarkan “early bird tours” dan kesempatan
untuk menginap di kapal dengan dengan teluk,
dengan harapan dapat memberikan kesempatan
kepada wisatawan untuk bisa menikmati pantai
lebih awal sebelum tempat tersebut ramai oleh
pengunjung.
Pertumbuhan pada bidang pariwisata telah
memberikan dampak yang positif dari sisi
pembangunan dan telah memberikan beberapa
berbaikan dibidang infrastruktur dan penciptaan
lapangan pekerjaan, namun pariwisata juga
mendapat beberapa penolakan dari masyarakat
sekitar karena dampak negatifnya (McDowall &
Choi, 2010). Contohnya sebuah penelitian di
Chiang Mai and Chiang Rai (di utara Thailand)
menemukan bahwa, secara garis besar penduduk
lokal memiliki sikap yang negarif terhadap
pariwisata. Alasannya pun cukup beragam mulai
dari dampak terhadap lingkungan, peningkatan
kriminalitas dan konflik kelompok, dan karena
industri pariwisata hanya menyediakan pekerjaan
bergaji rendah bagi penduduk lokal (Untong,
2007).

6
D. INDIKATOR OVERTOURISM
Variabel Definisi Indikator Skala Instrumen Sumber
Data
Overtourism Overtourism adalah Persepsi Masyarakat Lokal (Muler, Gali, & Likert Kuesioner Penduduk
dampak dari kegiatan Coromina, 2018): Lokal
pariwisata pada suatu 1. Pariwisata memberikan pendapatan yang
destinasi yang lebih banyak dibandingkan industri lain.
mempengaruhi kualitas 2. Pariwisata memberikan banyak
hidup dari masyarakat penghasilan dan lapangan kerja, hal
lokal dan kualitas dari tersebut lebih penting dibandingkan
pengalaman wisatawan dengan ketidaknyamanan yang diberikan.
dalam hal yang negatif. 3. Harga barang semakin mahal karena
The Responsible adanya pariwisata.
Tourism Partnership 4. Naiknya harga barang di toko-toko kecil.
mengungkapkan bahwa 5. Adanya wisatawan menimbulkan
overtourism sebagai tumpukkan sampah.
destinasi wisata dimana 6. Wisatawan terlalu banyak hingga
tuan rumah atau tamu, menimbulkan kemacetan dijalanan.
penduduk lokal atau 7. Berkat pariwisata kita memiliki fasilitas
pengunjung merasakan hiburan yang lebih banyak.
kondisi dimana terlalu 8. Wisatawan benar-benar belajar tentang
banyak pengunjung dan tempat yang dikunjunginya.
terjadi penurunan 9. Berkat pariwisata tradisi kita dapat
kualitas hidup dan terpelihara.
pengalaman berwisata 10. Periwisata menyebabkan angka
di daerah tersebut kriminalitas menaik.
(UNWTO, 2018) 11. Pariwisata membuat kota atau tempat
(Goodwin, 2019) kami menjadi lebih menarik.
12. Pariwisata membuat kebisingan sehingga
menyebabkan ketidaknyamanan.

Data Statistika (Peeters, et al., 2018): Checklist


1. Jumlah PAD dari pariwisata. % Pemda
2. Kepadatan kegiatan pariwisata. Tingkat hunian/ km² Pemda
3. Intensitas pariwisata. Tingkat hunian/ jumlah Pemda
penduduk
4. Perkembangan transportasi udara 2 tahun % Pemda
terakhir.
5. Jarak Airbnb terdekat. Km
6. Persentase jumlah Airbnb dibandingkan %
dengan hotel konvensional di aplikasi
online booking.
7. Intensitas transpotasi udara. Jumlah penumpang/ Pemda
tingkat hunian
8. Jumlah situs warisan dunia UNESCO. Jumlah Pemda
Sumber: Hasil Olahan peneliti berdasarkan (Peeters, et al., 2018) dan (Muler, Gali, & Coromina,
2018).

7
DAFTAR PUSTAKA

Aria, S. (2019, July 10). Kumparan. Diambil Kontogeorgopoulos, N. (1999). Sustainable


kembali dari Kumparan.com: tourism or sustainable development?
(https://kumparan.com/kumparantravel Financial crisis, ecotourism, and the
/daftar-kota-yang-terancam- “Amazing Thailand” campaign.
overtourism-pada-2030-jakarta-salah- Current Issues in Tourism, 316–332.
satunya-1rRKF3Vdhsg Law, L., Bunnell, T., & Ong, C.-E. (2007). The
Capocchi, A., Vallone, C., Pierotti, M., & Beach, the gaze and film tourism.
Amaduzzi, A. (2019). Overtourism: A Tourist Studies, 141-164.
Literature Review to Assess. MDPI McDowall, S., & Choi, Y. (2010). A comparative
Academic Open Access Publishing, 1- analysis of Thailand residents’
18. perception of tourism’s impacts.
Chuwiruch, N. (2017, Desember 20). Chinese Journal of Quality Assurance in
tourists could cause years of misery for Hospitality & Tourism, 36-55.
Thai airports. Diambil kembali dari Muler, V., Gali, N., & Coromina, L. (2018).
Bloomberg: OVERTOURISM: RESIDENTS’
https://www.bloomberg.com/news/arti PERCEPTIONS OF TOURISM
cles/2017-12-20/thai-airport-misery- IMPACTS AS AN INDICATOR OF
may-last-years-as-chinese-overwhelm- RESIDENT SOCIAL CARRYING
upgrades CAPACITY - CASE STUDY OF A
Clancy, M. (2020). Overtourism and Resistence: SPANISH HERITAGE TOWN.
Today's Anti-Tourist Movement in Emerald Publishing.
Context. Routledge, 14-24. Nam, S. (2018, Mei 29). Movies filmed in
Cohen, E. (2017). Mass Tourism in Thailand: Thailand. Diambil kembali dari
The Chinese and Russians. In D. TripSavvy:
Harrison and R. Sharpley (Eds.), Mass https://www.tripsavvy.com/on-
Tourism in a Small World. CABI location-in-thailand-1658297
International, 159-166. National Geographic Indonesia. (2019,
Erschbamer, G., Innerhofer, E., & Pechlaner, H. September 2). Diambil kembali dari
(2018, Oktober). Overtourism: How https://nationalgeographic.grid.id/read/
much is too much? Eurac Research. 131838120/overtourism-mengancam-
Francis, J. (t.thn.). Diambil kembali dari indonesia-apa-sajakah-
Responsiblevacation.com: dampaknya?page=all
https://www.responsiblevacation.com/c Peeters, P., Gössling, S., Klijs, J., Milano, C.,
opy/what-is-overtourism Novelli, M., Dijkmans, C., . . . Postma,
GoKohPhiPhi. (2007). Phi Phi fun facts and cool A. (2018). Overtourism: impact and
things to know. Diambil kembali dari possible policy responses. Brussels:
http://www.gokohphiphi.com/phiphi.ht European Parliament: Policy
ml Department for Structural and Cohesion
Goodwin, v. H. (2019). Overtourism: Causes, Policies.
Symptomps and Treatment. Tourismus Pitanatri, P. D. (2019). OVERRIDE PARADE:
Wissen. ISU-ISUPARIWISATA
Hees, J. S. (2019). Thailand: Too popular for its BERKELANJUTAN PADA. Media
own good. De Gruyter, 111-124. Wisata.
Innerhofer, E., Erschbamer, G., & Pechlaner, H. Ramadhan, H. (2015, Juni 26). Kompasiana.
(2020). Overtourism: The Challenge of Diambil kembali dari
Managing The Limits. Routledge, 3-13. Kompasiana.com:
Jing Travel. (2018, Juni 7). Thailand doubles https://www.kompasiana.com/hermion
down on tourism hotspots with new eramadhan/55090657a333112b632e3a
airports despite overtourism woes. c5/kuasa-dalam-industri-pariwisata-
Diambil kembali dari Jing Travel: pulau-lombok
https://jingtravel.com/thailand-doubles- Untong, A. (2007). Local residents’ attitudes
down-on-tourism-hotspots-with-new- towards tourism: A case study in
airports-despite-overtourism-woes/ Chiang Mai and Chiang Rai, Thailand.
In M. Kaosaard (Ed.), Mekong
Tourism: Blessings for All? Chiang
Mai:Social Research Institute, 25-136.

8
UNWTO. (2018). ‘Overtourism’? –
Understanding and Managing Urban
Tourism Growth beyond Perceptions,
Executive Summary. Madrid: UNWTO.

Anda mungkin juga menyukai