Anda di halaman 1dari 58

Menulis Karya Ilmiah

BAB VIII
TULISAN BERNADA PENJELASAN

A. Makna dan Tujuan Tulisan Bernada Penjelasan


Tulisan yang bernada penjelasan (the explanatory
voice) biasanya disebut tulisan penyingkapan (expository
writing). Sebenarnya dapat dikatakan bahwa hampir semua
yang kita tulis dapat diklasifikasikan sebagai tulisan
informatif, tulisan yang bernada memberi penerangan. Tetapi
di samping itu ada perbedaan antara keduanya.
Tulisan penyingkapan berbeda dari tulisan
penerangan, karena tujuannya tidaklah hanya sekedar
menceritakan, melukiskan, menggambarkan, ataupun
meyakinkan; tujuan utama adalah menjelaskan (to explain)
sesuatu kepada para pembaca. Tulisan penyingkapan
mempergunakan berbagai cara untuk mencapai tujuan itu,
misalnya dengan pengklasifikasian, pembatasan,
penganalisisan, penjelajahan, penafsiran dan penilaian.
Dalam proses penulisan penyingkapan, sang penulis
dapat memusatkan perhatian pada salah satu kutub yang
ekstrim: yang paling obyektif atau yang paling subyektif.
Selain yang telah dikemukakan di atas, perlu
dipahami bahwa tulisan penyingkapan berbeda dari bentuk-
bentuk retorik lainnya dalam hal upaya memancing atau
menarik response yang distingtif. Setelah membaca narasi,
para pembaca biasanya berkata atau berpikir “Kami
menikmati itu”; setelah membaca pemerian, “Kami telah
melihat, mendengar dan merasakannya”; setelah membaca
tulisan peyakinan (persuasif), “Kami yakin akan hal itu”; dan
setelah membaca tulisan penjelasan atau penyingkapan,

93
Umbu Tagela

“Kami mengerti / memahami hal itu”. Agar perbedaan


tersebut lebih jelas, perhatikan Gambar berikut ini.
Setelah membaca Pembaca memberi responsi
Pengisahan (narasi) Kami menikmatinya
Pemerian (deskripsi) Kami melihat, mendengar dan
merasakannya
Peyakinan (persuasi) Kami meyakininya,
mempercayainya
Penyingkapan (eksposisi) Kami meyakininya,
memahaminya
Gambar 8.1
Perbedaan responsi pembaca setelah membaca beberapa jenis tulisan

Semakin banyak kita mengetahui tentang seluk-beluk


tulisan, maka agaknya akan semakin bak kita menulis. Kalau
mengerti serta memahami tulisan penyingkapan, maka
semakin baiklah kita menjalankan tugas dalam menulis
sesuatu penyingkapan. Hal ini tidak hanya terasa akibatnya
dalam mengikuti kuliah di perguruan tinggi, tetapi juga
dalam peningkatan karir di masa depan. Jadi di samping
nilai-nilai lainnya, terasa benar nilai komersial tulisan
penyingkapan ini. Bagi sebagian orang tulisan yang paling
umum dan penting adalah karya penyingkapan. Ada suatu
pendirian yang mengatakan bahwa tulisan penyingkapan
adalah tulisan mengenai dunia kerja, dunia aktif, dan tulisan
yang justru memudahkan dunia bekerja aktif.
Tulisan penyingkapan melakukan tugas
penyingkapannya dengan jalan memberikan jawaban-
jawaban atas sejumlah pertanyaan yang vital seperti berikut
ini :
Apa ………. ?
Apa maksud dan tujuan ………. ?
Apa penyebab ………. ?

94
Menulis Karya Ilmiah

Apa akibat ………. ?


Apa nilai ………. ?
Bagaimana cara bekerja ………. ?
Sampai di mana ketepatgunaan ………. ?
Betapa baik ………. ?
Bagaimana membuktikan ………. ?
Mengapa ………. penting ?
Mengapa ………. harus berubah / diubah?
Di mana ………. ?
(Adelstein & Pival, 1976)
Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas,
para penulis mungkin saja menyisipkan bagian-bagian atau
paragraf-paragraf pengisahan ataupun pemerian, tetapi
tulisan itu tetap saja mengandalkan/ memperdayakan/
menyandarkan diri pada penyingkapan.
Agaknya dapatlah kita pahami sekarang mengapa
penyingkapan merupakan jenis tulisan yang paling unggul
untuk memahami dan yang paling bermanfaat untuk
menguasai suatu hal. Untuk mencapai hasil yang diinginkan
para penulis memperhitungkan masalah pokok perbincangan
dan pembaca. Dengan perkataan lain, harus ada keserasian
antara masalah dan penikmat, antara bahan dan pembaca.

B. Pokok Permasalahan
Tindakan pertama yang harus dilakukan oleh seorang
penulis ialah menyesuaikan tulisan dengan pembaca. Antara
keduanya harus ada keselarasan, baru tujuan dapat dicapai.
Mari kita andaikan bahwa kita hendak menjelaskan
anak tiri. Agaknya cara kita menjelaskan kepada anak kita

95
Umbu Tagela

jelas berbeda dengan cara kita menjelaskannya kepada teman


karib kita, begitu pula kepada para siswa lanjutan. Kata-kata
yang kita pakai, informasi yang kita kemukakan, pendekatan
yang dipergunakan, begitu pula butir-butir yang mendapat
penekanan akan sangat berbeda. Kecuali kalau kita
menyesuaikan tulisan kita kepada para pembaca dengan
mempertimbangkan apa yang telah mereka ketahui
mengenai pokok masalah dan yang lain-lainnya yang mereka
perlukan dan yang ingin mereka ketahui, kita pada umumnya
tidak dapat menulis suatu tulisan penyingkapan yang tepat
guna.
Dalam tulisan pribadi dan tulisan pemerian, kita
dapat beranggapan bahwa para pembaca belum biasa
terhadap pokok pembicaraan dan sesuai dengan itu kita
boleh terus memerikannya. Tetapi dalam penyingkapan, kita
harus menganalisis penikmat untuk menyadari apa yang telah
mereka ketahui, apa yang ingin mereka ketahui, dan apa
yang perlu mereka ketahui. Kalau pokok pembicaraan kita
tidak ditetapkan serta diatur dengan baik, maka kita juga
harus mempertimbangkan para pembaca dalam menentukan
suatu judul. Inilah yang dimaksud dengan keserasian antara
bahan dengan pembaca dalam suatu tulisan penyingkapan.
Dalam memilih suatu pokok pembicaraan, sang
penulis haruslah mengingat tiga hal, yaitu:
a) daya penarik (appeal)
b) luas (breath)
c) kerumitan (complexity)
Unsur pertama, daya penarik memang sangat perlu.
Kalau tidak menarik, tentu orang malas membacanya.
Walaupun judul menarik kalau cakupan terlalu luas, apalagi
kalau terlalu rumit sehingga susah dipahami, tulisan itu tidak
akan (diteruskan) dibaca orang. Sekali lagi: keserasian antara

96
Menulis Karya Ilmiah

bahan dan pembacalah yang menentukan apakah suatu


tulisan baik atau tidak, menarik atau tidak.

C. Bentuk-bentuk Tulisan Penyingkapan


Berdasarkan bentuknya, tulisan penyingkapan dapat
dibagi atas:
a) klasifikasi
b) definisi
c) analisis
d) opini (Adelstein & Pival, 1976)

1. Klasifikasi
Pembicaraan singkat mengenai klasifikasi ini terutama
sekali ditetapkan pada penggunaan dan teknik.
Pada dasarnya, klasifikasi merupakan suatu prosedur
penyaringan yang memudahkan para penulis berusaha
mengatasi suatu pokok pembicaraan yang luas dengan jalan
membagi-baginya menjadi beberapa bagian. Walaupun
kerapkali juga hanya merupakan suatu bagian dari tulisan-
tulisan penyingkapan, namun klasifikasi dapat saja
merupakan satu bagian daripadanya.
Sebagai suatu proses dan keterampilan, maka
klasifikasi sangat berguna dalam berbagai hal lain. Klasifikasi
mungkin berguna sekali dalam merencanakan suatu tulisan.
Dalam menggarap suatu pokok yang luas, yang dapat
dipecah-pecah menjadi beberapa kategori atau kelas, maka
keterampilan dalam klasifikasi sudah jelas dapat membantu
mempersempit cakupan judul.
Di samping yang telah dikemukakan tadi, klasifikasi
juga merupakan suatu aspek penting dalam pembuatan

97
Umbu Tagela

definisi dan bentuk-bentuk tulisan penyingkapan lainnya.


Harus pula disadari bahwa klasifikasi hendaklah digunakan
bukan sebagai suatu bentuk retorik yang terpisah, tetapi
sebagai suatu pendekatan dalam menulis yang dapat
dipergunakan dengan bentuk-bentuk penyingkapan lainnya.
Demikianlah beberapa hal yang ada hubungannya
dengan klasifikasi, hendaklah diperhatikan saran-saran berikut
ini :
(i) Kita hendaklah mempunyai suatu dasar yang jelas untuk
menetapkan kelas atau golongan.Misalnya, dosen-dosen
jurusan sebagai suatu kelas atau golongan hanyalah
dapat mencakup orang-orang yang mengajar penuh,
yaitu dosen tetap. Kita tidak dapat memasukkan begitu
saja ke dalam kelas itu karyawan, dosen luar biasa, para
dekan, para pembantu dekan.
(ii) Kita haruslah dapat membagi kelas itu paling sedikit
menjadi dua subkelas. Sebagai misal, andaikata kita
memutuskan memakai jenis kelamin sebagai dasar
pembuatan klasifikasi terhadap dosen. Kalau semua
dosen berjenis kelamin pria, maka pembuatan sub-
klasifikasi berdasarkan jenis kelamin secara logika tidak
mungkin. Kita hanya dapat menggarap dosen pria.
“Dosen pria” dalam pembicaraan kita menjadi suatu
kelas terpisah; tidka mungkin membuat subkelas.
(iii) Kita haruslah menentukan subkelas-subkelas berdasarkan
pokok permasalahan dan tujuan tulisan kita.
(iv) Kita haruslah memasukkan atau mencakup segala
subkelas yang erat kaitannya dengan permasalahan.
Sebagai contoh, adalah sungguh menyedihkan bahwa
banyak artikel yang mengklarifikasikan bahasa-bahasa
Batak dengan cara yang salah. Banyak penulis yang
beranggapan bahwa bahasa Batak identik dengan
bahasa Toba. Mereka sama sekali tidak sadar bahwa

98
Menulis Karya Ilmiah

“bahasa Batak” tidak ada. Yang ada ialah “bahasa-


bahasa Batak” yang terdiri atas: bahasa Karo, bahasa
Dairi,bahasa Simalungun, bahasa Toba, bahasa Angkola/
Mandailing, dan bahasa Siladang. Sebagai akibatnya
sering kita dengar dalam siaran televise, sesuatu yang
salah/ menggelikan. Penyiar mengatakan : “Sekarang
mari kita dengarkan sebuah lagu dari daerah Tapanuli,
yang berjudul Pisosurit!” Pisosurit adalah lagu Karo
(ciptaan Djaga Depari); kata-katanya dalam bahasa
Karo. Bukan lagu Tanapuli. Kabupaten Karo sama sekali
tidak berada di daerah Tapanuli, tetapi di Sumatera
Timur.

2. Definisi
Definisi adalah sejenis penyingkapan yang merupakan
dasar bagi semua tulisan yang bertujuan untuk menjelaskan.
Pada hakekatnya definisi merupakan suatu tindakan
pembahasan, yang hendak memberi pengertian suatu istilah
sejelas mungkin.
Menulis secara jelas, terutama sekali dalam
penyingkapan kita seringkali harus membatasi istilah-istilah
yang kita pergunakan, lebih-lebih kata-kata abstrak, teknis
dan baru. Dengan demikian kita harus sadar akan aneka cara
menangani definisi. Pilihan kita tergantung pada tujuan, dan
juga pada tingkat kerumitan atau kesukaran kata.
Wallen membedakan tiga jenis define, yaitu:
a) definisi “kamus”
b) definisi logis atau formal
c) definisi secara luas (wallen, 1979 )
Kamus biasanya lebih menitikberatkan pembatasan
pada kata-kata tinimbang benda-benda atau hal-hal. Benda

99
Umbu Tagela

atau hal, yang mencakup konsep-konsep memang


merupakan pokok garapan definisi logis dan definisi secara
luas.
Definsi logis mencakup aspek umum dan aspek
khusus. Definisi logis pertama-tama memperkenalkan sesuatu
secara ekstensif (atau dengan suatu kelompok yang lebih
besar/ luas) dan kemudian secara intensif (atau dengan
penunjukkan pada satu atau seperangkat sifat yang khas dan
aneh). Khusus mengenai definisi formal ini perlu kita hindari
hal-hal berikut:
(i) Dalam pembatasan hendaknya tidak terdapat lagi kata
atau istilah yang dibatasi, sebab hal itu membuat definisi
tersebut bersifat sirkular, tidka berujungpangkal,
merupakan lingkaran setan. Contoh : “Linguis adalah
orang-orang yang benar-benar ahli dalam bidang
linguistik.
(ii) Jangan membatasi suatu istilah dengan cara negative,
kecuali kalau cara seperti itu sangat perlu untuk
memperjelas maknanya. Contoh : “Harimau adalah
sejenis binatang buas dan ganas yang bukan singa”.
(iii) Definisi logis hendaknya tidak bersifat figuratif. Contoh :
“Ganja adalah racun masyarakat dan perusak masa
depan generasi penerus harapan bangsa”.
Sebenarnya semua definisi yang diperluas cenderung
bersifat ad hoc, atau diarahkan kepada suatu tujuan tertentu;
dalam hal ini sang penulis mencoba mempengaruhi beberapa
perubahan konsepsi atau sikap para pembaca. Inilah tujuan
utama memperluas definisi. Kalau definisi kamus dan definisi
formal hanya bersfat informatif, maka kebanyakan definisi
yang diperluas itu ditulis untuk mengubah pikiran orang-
orang mengenai masalah atau hal yang dibatasi itu.

100
Menulis Karya Ilmiah

Ada berbagai cara memperluas suatu definisi. Yang


terpenting adalah dengan :
a) komparasi dan kontras
b) ilustrasi dan contoh
c) analisis terhadap tahap-tahap suatu proses
d) penjelasan maksud dan tujuan. (Wallen, 1979)
Michael E. Adelstein dan Jean G. Pival membuat
pembagian definisi sebagai berikut :
a) definisi sinonim (batasan padan-kata)
b) definisi ilustratif (batasan penjelasan)
c) definisi negatif (batasan peniadaan)
d) definisi formal (batasan resmi)
e) definisi perluasan. (Adelstein & Pival, 1876 )
Berikut ini kita perbincangkan satu persatu.
a. Definisi sinonim
Pilihan penggunaan jenis definisi tergantung pada
kerumitan atau kesukaran kata; teknik batasan pada kata-
kata ini dipergunakan pada kalimat terdahulu dengan cara
menambahkan kesukaran untuk menyatakan makna
kerumitan. Metode pembatasan sederhana dengan cara
menambahkan satu atau lebih istilah yang bersamaan ini
dapat menjelaskan sebuah kata yang kurang lazim (atau
belum biasa dipakai) secara cepat dan mudah. Definisi
sinonim terutama sekali bermanfaat kalau kita bermaksud
atau mengharapkan agar kebanyakan para pembaca
memahami suatu istilah tetapi menyadari bahwa sebagian
mungkin tidak atau belum memahaminya.
Dalam situasi seperti itu, sinonim menyampaikan
suatu penjelasan singkat bagi orang-orang yang

101
Umbu Tagela

membutuhkannya tanpa memajemukkan atau


mengganggu orang-orang yang tidak membutuhkannya.
Akan tetapi, definisi sinonim hendaknya jangan
dipergunakan dengan istilah-istilah penting atau rumit,
sebab kata-kata seperti itu membutuhkan serta menuntut
penjelasan-penjelasan yang lebih rumit.
Di bawah ini kita terakan beberapa contoh definsi
sinonim :
- Kalimat-kalimat rumit atau sukar harus diganti
dengan yang sederhana dan mudah dipahami oleh
para pembaca.
- Kelemahlembutan dan kesopansantunan dalam
pergaulan merupaka modal utama yang harus
dimiliki oleh setiap orang.
- Kepandaian atau kepintaran belum menjadi jaminan
mutlak keberhasilan seseorang dalam pergaulan.
b. Definisi ilustratif
Definisi ilustratif atau batasan penjelasan ini
mengandalkan diri pada contoh-contoh untuk
menjelaskan istilah yang menjadi sasaran. Kerapkali terdiri
dari penamaan atau penunjukkan pada orang, tampat,
atau hal tertentu untuk menjelaskan makna, misalnya :
- Lima puluh buah nenas yang manis dan enak, seperti
nenas Bogor, tentu cukup dan tidak akan
mengecewakan para tamu.
- Untuk menyenangkan rekan-rekan kita pada pesta
ulang tahun saya nanti, pilihlah beras yang paling
baik, beras Cianjur atau beras Sumedang.
- Kota kecil yang tenang, nyaman dan sejuk, seperti
Berastagi atau Lembang, tentu saja disenangi oleh
para peserta seminar yang akan diundang.

102
Menulis Karya Ilmiah

Definisi ilustratif mungkin juga menjelaskan suatu


istilah yang kurang lazim dengan cara menghubungkannya
pada istilah yang sudah terkenal. Misalnya : Pertempuran
Cipayung merupakan pengejawantahan dari demokrasi
Pancasila.
c Definisi negatif
Kerapkali perlu juga membatasi suatu istilah dengan
cara menunjukkan atau menyatakan “apa-apa yang
tidak”, misalnya :
Janda adalah wanita yang suaminya tidak hidup lagi
dan yang tidak kawin kembali dengan pria lain.
Angkuh adalah kelakuan yang tidak senonoh dan
tidak pantas bagi calon pendidik.
Tetapi kecuali hal-hal di atas tadi, definisi negatif
dapat dan sering pula digabung dengan bentuk-bentuk
definsi lainnya. Misalnya dalam suatu tulisan yang
mengenai kesempatan bekerja bagi golongan-golongan
minoritas, kita dapat saja membatasi minoritas yang tidak
menunjuk pada minoritas keagamaan (Yahudi), atau
minoritas kebangsaan (orang Jepang Amerika), tetapi
pada golongan minoritas yang termasuk paling rendah
kehidupan ekonominya (orang kulit hitam, Indian).
d Definisi formal
Dalam menulis suatu paper, seringkali kita
memerlukan suatu definisi yang lebih seksama dan tepat
daripada yang telah dilukiskan sebelumnya. Hal serupa ini
terutama sekali terasa kebenarannya tatkala kita
merencanakan menggunakan suatu istilah dalam
pengertian yang amat terbatas. Dalam keadaan seperti ini,
definisi formal yang mempergunakan teknik-teknik
klasifikasi akan terasa sangat berguna. Kalau kita ingat
kembali, dalam klasifikasi kita mulai dengan suatu kelas

103
Umbu Tagela

kemudian membaginya dalam beberapa subkelas. Cara


kerja definisi formal agak berbeda. Pertama-tama kita
mennetukan kelas yang membawahi suatu butir pokok
(item) dan kemudian membedakannya dari butir-butir
lainnya dalam kelas tersebut dengan jalan menyatakan
ciri-ciri pembedanya. Sepintas hal ini mungkin dianggap
rumit, tetapi sebenarnya tidak.

Beginilah rumusnya :
Butir yang dibatasi = kelas + ciri pembeda (cp) 1 + cp 2
+ cp 4 + dan seterusnya
Dan inilah contoh sederhana yang menunjukkan cara
kerjanya :
Butir yang dibatasi (B) = Pemenang hadiah pertanian
Kelas (K) = petani jagung

Langkah berikutnya adalah membedakan butir yang


dibatasi (Pemenang hadiah pertanian) dari anggota-anggota
lain dari kelas itu (seorang petani jagung). Kita dapat
meneruskannya seperti ini:

Ciri pembeda 1 = yang mempergunakan bibit unggul.


Tetapi ternyata ciri pembeda ini belum memadai karena
bibit unggul itu banyak ragamnya, apakah yang dijual di
toko-toko atau sumbangan pemertintah, dan lain-lain. Maka
diperlukan ciri pembeda selanjutnya, jadi :

Ciri pembeda 2 = sumbangan pemerintah

Sebagai tambahan, untuk menjelaskan lebih teliti lagi, kita


mempergunakan :

Ciri pembeda 3 = yang telah diuji keunggulannya oleh para


ahli.

104
Menulis Karya Ilmiah

Kalau kita gabung semuanya dalam sebuah kalimat,


maka kita pun memiliki sebuah definsi formal, sebagai
berikut:
Pemenang hadiah pertanian itu (B) adalah seorang
petani jagung (K) yang mempergunakan bibit unggul (Cpl)
sumbangan pemerintah (Cp 2) yang telah diuji
keunggulannya oleh para ahli (Cp 3).
Dalam penulisan definisi formal perlu diperhatikan hal-hal
berikut ini :
(i) Definisi formal mempergunakan bentuk adalah. Bentuk
kata seperti berarti atau menunjuk atau menyatakan
tidak diperkenankan.
(ii) Pernyataan-pernyataan dalam definisi formal harus
positif. Harus dihindari ketidakjelasan yang kerapkali
bersumber pada pernyataan-pernyataan negatif, seperti :
“Harimau adalah yang bukan singa”.
(iii) Sinonim (atau padan-kata) istilah, atau istilah itu sendiri
tidak boleh dipergunakan dalam definisi formal.
Dilarang, mengatakan “Petani jagung adalah petani yang
menanam jagung” dalam definisi formal.
(iv) Ungkapan-ungkapan, kata-kata kias, atau bahasa puitis
lainnya sebaiknya dihindari pemakaiannya dalam definisi
formal. Misalnya : “Mimpi adalah permainan tidur dan
hiasan malam”.
(v) Definisi formal jangan memantulkan prasangka pribadi.
Contoh: “Masa jabatan adalah suatu sistem yang
menetapkan tugas-tugas seumur hidup bagi guru-guru
yang kurang cakap”. (Adelstein & Pival, 1976 )

e Definisi perluasan
Kadang-kadang kita terdorong untuk mengembang-
kan suatu definisi yang lebih sempurna dan terperinci

105
Umbu Tagela

daripada yang dapat kita capai dalam sebuah kalimat.


Andaikata bahwa kita sebagai guru mata pelajaran sejarah
diminta untuk memberikan penjelasan tertulis mengenai
cabang legislatif dalam pemerintahan Amerika Serikat. Dalam
hal ini maka definisi perluasan (atau extended definition)
merupakan satu bentuk yang dapat dimanfaatkan dalam
tulisan tersebut.
Tugas kita yang pertama adalah membedakan sistem
legislatif Amerika Serikat dengan sistem-sistem legislatif
negara-negara lain, untuk menentukan kelas: cabang legislatif
dalam pemerintahan Amerika Serikat. Apabila pengertian
istilah kelas telah tergambar dengan jelas, maka kita dapat
memperluas serta mengembangkan definisi formal ini dengan
cara mengadakan subklasifikasi istilah tersebut ke dalam
cabang-cabang legislatif pemerintahan federal, pemerintahan
negara bagian, dan pemerintahan negara bagian. Hasilnya
merupakan suatu definisi yang diperluas, suatu definisi
perluasa, yaitu suatu bentuk retorik yang mencakup dua
bagian utama :
(i) Penegakan “kelas”. Tahap ini mencakup upaya
memperkenalkan istilah serta menentukan ciri-ciri
pembeda. Dua metode utama untuk membedakan arti
khusus suatu istilah dari kemungkinan-kemungkinan
lainnya adalah :
(a) memeriksa asal-usul dan makna suatu kata (derivasi),
(b)memeriksa beberapa aspek penting dari butir pokok
yang bersangkutan dalam perincian-perincian lebih
terurai.
(ii) Proses pensubklasifikasian. Ini mencakup pensubkategori-
sasian anggota-anggota kelas, dengan cara:
(a) menyebutkannya satu persatu secara bersahaja;

106
Menulis Karya Ilmiah

(b)memperluas atau megembangkan maknanya melaui


komparasi atau kontras komponen-komponen yang
terdapat dalam subkelas-subkelas; atau
(c) memperlengkapinya masing-msing dengan suatu
pemerian yang ekstensif dan luas, mempergunakan ciri-
ciri subkelas yang membuktikannya masing-masing
secara tegas sebagai suatu subkelas terpisah, yang secara
relatif dapat dianggap berdiri sendiri.

Sebagai rangkuman perhatikanlah Gambar ini

definisi sinonim
definisi
perluasan

lima jenis definisi


definisi/ ilustratif
batasan

definisi
formal
definisi
negatif

Gambar 8.2
Jenis-Jenis Definisi

3. Analisis
Sama halnya dengan klasifikasi, maka analisis pun
merupakan suatu proses pembagi-pembagi bahan bagi
maksud-maksud penyingkapan. Akan tetapi, klasifikasi hanya

107
Umbu Tagela

memusatkan perhatian pada pengenalan dan pemerian suatu


pokok pembicaraan; tujuan analisis tidak hanya sekedar
membagi-bagi butir pokok menjadi bagian-bagian
komponennya, tetapi menelaah serta menilai hubungan
antara bagian-bagian tersebut.
Seperti juga bentuk-bentuk tulisan penyingkapan
lainnya, maka analisis dapat merupakan suatu bentuk retorik
tersendiri, atau dapat pula dipergunakan sebagai suatu teknik
penulisan yang dipakai dalam bentuk-bentuk lain. Dalam
menjelaskan prinsip sepeda motor misalnya, kita dapat saja
mempergunakan menjadi bagian-bagian komponennya serta
mendiskusikan hubungan-hubungannya. Kita pun dapat
mempergunakan analisis dalam suatu definisi perluasan
terhadap suatu gagasan abstrak untuk menunjukkan secara
cepat definisi formal istilah yang ingin kita kembangkan itu.
Dalam membatasi eksistensialisme misalnya, kita
dapat saja memanfaatkan beberapa paragraf pertama untuk
mencari beberapa aspek komponen dasar falsafah yang
abstrak ini- keunikan individu, pentingnya pilihan bebas,
makna tindakan, dan sebagainya – sebelum mencari versi-
versi eksistensialisme yang berbeda-beda. Atau kita dapat
juga memakai analisis dalam menjelaskan suatu proses,
misalnya cara kerja mesin rotari atau pembuatan pot tanah
liat pada mesin pembuat jambangan.
Analisis sebagai suatu teknik pengorganisasian dan
teknik menulis dapat dibagi menjadi dua kategori utama :
(i) analisis proses: membagi-bagi suatu prosedur atau proses
menjadi bagian-bagian komponennya dan memeriksa
hubungan-hubungan yang terlibat dalam langkah-langkah
tersebut.
(ii) analisis butir: memperinci suatu butir atau konsep menjadi
bagian-bagian komponennya dan menganalisis hubungan-
hubungan antara bagian-bagian itu.

108
Menulis Karya Ilmiah

a. Analisis proses
Menulis itu sendiri adalah suatu proses. Jadi, guru
komposisi dapat menugaskan para siswa menulis suatu
prosedur penulisan suatu tulisan yang baik. Tulisan yang
dihasilkan akan merupakan suatu analisis proses.
(i) Tahap Perencanaan (Langkah pertama dalam proses)
Pemilihan judul
Pembatasan judul
Pembuatan bagan (outline)
(ii) Tahap Penulisan Permulaan (Langkah kedua dalam
proses)
Penulisan naskah kasar
Penyimpangan naskah kasar sementara demi
pemantulan
(iii) Penulisan Naskah Akhir (Langkah ketiga dalam proses)
Mengadakan perbaikan
Membuat salinan akhir yang rapi
Mengoreksi cetakan percobaan
Seperti yang dapat kita saksikan, analisis proses
biasanya disusun secara kronologis; yang pertama
dilaksanakan ini, kemudian itu, dan seterusnya. Kesukaran
dalam penulisan seperti ini termasuk penentuan titik
permulaan yang logis. Dalam suatu analisis terhadap pukulan
tenis yang tepat guna, misalnya, kita tidak memerlukan raket
atau cara mengurus lapangan yang baik. Tetapi kita perlu
mendaftarkan langkah-langkah yang berurutan dalam proses
pukulan pertama dan melukiskan hubungan-hubungan antara
langkah-langkah tersebut (bagian-bagian komponen gerakan
pukulan pertama itu): pegangan pada raket, cara berdiri,
ambungan bola, ayunan dan selanjutnya.

109
Umbu Tagela

Kepintaran mengatur tahap-tahap yang berurutan


logis serta kecakapan menjalankan langkah-langkah dengan
baik dan konsekuen merupakan kunci keberhasilan seseorang
yang menulis suatu tulisan proses.
b. Analisis butir
Analisis butir mempergunakan beberapa siasat
pengorganisasian klasifikasi. Andaikata bahwa dalam suatu
kuliah mengenai ilmu politik, kita diminta menjelaskan
struktur organisasi universitas kita. Maka kita dapat
menyusun suatu bagan analisis butir seperti berikut ini :

Struktur Organisasi Universitas ABC (Butir-butir yang


dianalisis).
(i) Dewan Pengurus atau Pengawas
(ii) Rektor dan Staf Eksekutif
(iii) Dekan dan Staf Fakultas
(iv) Ketua dan Staf Jurusan
(v) Senat Fakultas
(vi) Urusan Kemahasiswaan

Tulisan yang hanya berdasarkan bagan ini akan


berupa suatu klasifikasi. Tetapi dalam suatu analisis kita
tidaklah hanya sekedar memerikan bagian-bagian organisasi
universitas seperti dalam klasifikasi; kita selanjutnya akan
mendiskusikan hubungan-hubungan antara bagian-bagian
tersebut. Kita perlu mempertimbangkan masalah-masalah
seperti berikut :
Peranan apa yang dimainkan oleh Rektor dalam hubungan
dengan Dewan Pengawas dan Senat Fakultas?
Seberapa jauh pengaruh, kalau ada, organisasi-organisasi
mahasiswa pada setiap tingkatan?

110
Menulis Karya Ilmiah

Seberapa jauh pengaruh Jurusan pada komponen-komponen


lainnya?
Pemerian hubungan-hubungan dalam suatu analisis
memang sangat perlu. Dua metode umum yang paling
menonjol untuk menyatakan bagaimana butir-butir atau
langkah-langkah dapat dihubungkan adalah :
a) komparasi dan kontras
b) sebab dan akibat

Yang pertama mencakup upaya memperbandingkan


serta mempertentangkan pokok pembicaraan kita dengan
butir-butir yang sudah lazim bagi para pembaca. Sebagai
misal, pembaca umumnya mungkin akan lebih memahami
suatu analisis mengenai cara kerja mesin rotari kalau sistem
pembakarannya dibandingkan dengan cara-cara kerja mesin
pembakaran dalam yang biasa.
Metode yang kedua, sebab dan akibat, mungkin
berguna dalam tulisan yang berkenaan dengan organisasi
universitas. Kita dapat emngutarakan perasaan keterpencilan
yang dialami oleh para mahasiswa tingkat pertama dalam
suatu universitas yang besar; pengasingan ini merupakan
suatu akibat. Beberapa sebab yang menyebabkan hal itu
dapat ditentukan dengan cara memeriksa hubungan bagian-
bagian komponen dalam organisasi universitas. Dapatkah
perasaan keterpencilan timbul dari kurangnya partisipasi
mahasiswa perorangan pada setiap tingkat sistem tersebut?
Apakah para dekan, ketua-ketua jurusan, atau komite-komite
fakultas dengan gembira mengadakan kontak dengan para
mahasiswa secara perorangan, ataukah mereka hanya
melayani wakil-wakil mahasiswa yang terbatas jumlahnya?
Apakah urusan kemahasiswaan berusaha mengikutsertakan
atau melibatkan sebanyak mungkin mahasiswa?

111
Umbu Tagela

Semua pertanyaan tersebut ditujukan pada masalah


mengapa. Kalau kita bekerja berdasarkan suatu penugasan
analisis, maka haruslah kit sadar bahwa kita mengarahkan diri
kita pada pertanyaan-pertanyaan Mengapa? dan Dengan
alasan-alasan apa?

4. Opini

Jono : “Jadi nonton salah satu film pada Festival Film


Indonesia di Pusat Kegiatan Mahasiswa?
Jini : “Hanya komedi Djodjon “Apa ini apa itu? Kamu
tahu, gerak-gerik Djodjon yang lucu itu dapat
mengendorkan urat-syaraf, kan?”

Dalam percakapan Jono dan Jini mengenai film di


atas, dapat kita lihat bagaimana pendapat Jini mengenai film
komedi dan apa manfaat baginya.
Terkadang terasa agak sukar mengemukakan opini
atau pendapat kita kepada orang lain, apalagi dalam tulisan.
Antara sesama teman memang terasa mudah, dan terasa
bebas.
Sebagai seorang siswa atau mahasiswa, mungkin saja
kita menulis kertas kerja yang berisi opini, dan sekaligus juga
diharapkan menarik suatu kesimpulan serta mendukungnya.
Kebanyakan tulisan penelitian termasuk dalam kategori in;
kesimpulan-kesimpulan itu mungkin saja dicapai di
perpustakaan ataupun di laboratorium. Kita kerapkali
menggunakan bentuk retorik ini dalam tulisan-tulisan untuk
mengemukakan suatu pendapat yang kritis mengenai suatu
karya sastra, seni, atau film; response kita terhadap suatu
peristiwa penting dalam sejarah; bahkan sikap kita terhadap
beberapa olahraga perguruan tinggi atau profesional.
Karena tulisan opini menuntut perhatian pada
hubungan-hubungan logis, maka jelas bahwa susunan tulisan

112
Menulis Karya Ilmiah

seperti itu sedikit lebih rumit daripada bentuk-bentuk lain


yang telah diperbincangkan di muka. Tulisan-tulisan yang
berdasarkan opini, klasifikasi, definisi dan analisis telah
diperbincangkan satu persatu dipandang dari segi penerangan
dan bentuknya. Membuat suatu analogi terhadap olahraga,
di muka telah diberikan ciri-ciri permainan itu. Bagi tulisan
yang berupa klasifikasi, definisi, dan analisis, pemerian-
pemerian kita mengenai “permainan” itu sudah mencukupi
asal kita mengemukakan skema-skema pengorganisasiannya.
Tetapi bagi tulisan-tulisan opini, jelas siasat-siasat lebih lanjut
perlu dikembangkan.

D. Susunan Tulisan Penyingkapan


Pembicaraan mengenai susunan tulisan penyingkapan
akan diarahkan pada dua hal, yaitu:
a) pentingnya susunan logis dalam tulisan penyingkapan.
b) langkah-langkah pengembangan susunan logis
Berikut ini akan diperbincangkan kedua hal itu secara
berurutan.

1. Pentingnya susunan logis


Pada pembicaraan terdahulu telah disinggung sepintas
kilas bahwa dalam menulis sebuah tulisan, seperti juga halnya
dalam upaya-upaya pemecahan masalah lainnya, sang
penulis jelas sekali turut terlibat dalam pennetuan susunan
atau urutan pengalaman. Sebelum kita dapat menjelaskan
secara efektif kepada orang lain makna khusus suatu butir,
suatu proses, suatu analisis masalah, atau alasan-alasang
pengajuan opini tertentu, maka kita perlu sekali menyaring
serta memisah-misah gagasan-gagasan kita serta
merencanakan siasat bagi penyajiannya. Dalam pembicaraan
terdahulu juga telah kita singgung serta menyarankan metode

113
Umbu Tagela

penyusunan cerita pribadi dengan susunan yang kronologis,


dan pemerian-pemerian dengan susunan teratur berdasarkan
ruang: dari atas ke bawah, atau dari kiri ke kanan. Juga telah
kita kemukakan skema-skema bagi penulisan kertas-kertas
penyingkapan yang mencakup teknik-teknik
pengklasifikasian.
Tetapi dalam penyingkapan atau eksposisi yang
bertujuan untuk menjelaskan atau menyajikan suatu penilaian
atau pendapat pribadi, kita membutuhkan bentuk organisasi
lainnya yang akan memberi penekanan pada hubungan-
hubungan antara butir-butir atau gagasan-gagasan. Menata
gagasan-gagasan kita berdasarkan urutan waktu dan
pengaturan ruang tidak akan mencukupi; kita masih
membutuhkan susunan logis, organisasi yang logis (logical
organization).
Walaupun dalam penulisan suatu analisis kita harus
membagi-bagi suatu butir atau proses menjadi bagian-bagian
komponennya serta menyajikannya dalam suatu susunan
secara kronologis, maka agaknya perlu juga
membandingkannya dan mempertentangkan fungsi bagian-
bagian tersebut serta menguji hubungan-hubungannya.
Dalam menganalisis bagaimana peranan rektor universitas
dapat dijalankan secara tepat guna sebagai suatu jabatan
magang bagi suatu posisi eksekutif dalam pemerintahan,
maka pertama-tama kita dapat menentukan berbagai fungsi
yang dipegang oleh seorang rektor dalam hubungannya
dengan tugas-tugas seorang gubernur serta menata semua ini
sebagai langkah-langkah kronologis dalam proses latihan itu.
Tetapi kita juga harus memperbandingkan aneka peranan
yang dimainkan oleh para karyawan pada kedua posisi
tersebut, dan mempertimbangkan bagaimana caranya
peranan-peranan ini berhubungan satu sama lain. Yang
terakhir ini menuntut penalaran logis dan diskusi mendalam.

114
Menulis Karya Ilmiah

Perlu diingatkan kembali bahwa dalam pembuatan suatu


organisasi yang logis dituntut perencanaan siasat penyajian
sebelum mulai menulis. Pertanyaan-pertanyaan yang perlu
dijawab antara lain :
a) Mengapa?
b) Apa alasan?
c) Apa hubungan?
Penjelasan mengenai pertanyaan-pertanyaan ini menuntut
organisasi yang logis.
Para mahasiswa sering merasa frustasi dalam kegiatan
menulis permulaan, dan kerapkali mereka membenci suatu
kelainan bentuk pada tulisan mereka. Mereka terutama sekali
menentang setiap upaya untuk meyakinkan mereka bahwa
pekerjaan tambahan yang tercakup dalam perencanaan suatu
bagan ataupun jenis skema pengorganisasian lainnya dapat
meningkatkan mutu tulisan mereka. Memang benar, banyak
penulis profesional tidak membuat bagan-bagan yang rumit
terlebih dahulu sebelum mereka mulai menulis, tetapi jangan
lupa bahwa mereka telah mempergunakan banyak waktu
dan upaya dalam keahlian mereka sehingga keterampilan-
keterampilan pengorganisasian mereka itu hampir-hampir
dapat dianggap sebagai sesuatu yang bersifat instingsif belaka.
Seperti juga halnya mengemudikan mobil, atau menjadi
pandai dan cakap dalam suatu keterampilan yang baru
lainnya, maka menulispun menuntut upaya pengorganisasian
yang sangat cermat dan butuh kesadaran. Tanpa suatu
organisasi yang logis tidak akan dapat diharapkan hasil yang
memuaskan. Dengan uraian sekilas ini jelaslah kepada kita
betapa pentingnya susunan yang logis dalam tulisan
penyingkapan.

2. Langkah-langkah pengembangan susunan logis

115
Umbu Tagela

Dalam rencana menulis suatu paper, ada empat


langkah yang harus dipertimbangkan baik-baik, baru dilalui
yaitu :
(i) Mencari judul
(ii) Membatasi judul
(iii) Merumuskan pernyataan tesis
(iv) Mengembangkan suatu bagan/ skema organisasi
Berikut ini akan diperbincangkan satu persatu
seperlunya.

aMencari judul
Mencari judul kerapkali merupakan aspek yang paling
membosankan dan memakan waktu paling banyak dalan
suatu tugas penulisan paper. Walaupun kita kadang-kadang
menentang seorang dosen yang menyediakan suatu judul,
kita harus juga menyadari bahwa hal itu sebenarnya
membebaskan kita dari suatu tugas sulit serta memakan
waktu lama.
Sekarang mari kita misalkan bahwa kita telah
menemui judul yang baik. Lantas, hal-hal yang harus kita
lakukan? Apa syarat-syarat judul yang baik? Dalam
pembicaraan terdahulu telah disinggung bahwa suatu metode
pemilihan judul yang tepat guna adalah mulai dengan
memutuskan perhatian pada tiga hal – daya tarik, luas dan
kerumitan- dan merapkan pertanyaan-pertanyaan berikut ini
pada setiap judul yang ingin kita pertimbangkan:

Daya tarik :
(i) Apakah saya tertarik akan hal itu? Kalau pokok
pembicaraan itu membosankan dan tidak menarik
bagi kita, maka para pembaca pun akan merasa
begitu pula.

116
Menulis Karya Ilmiah

(ii) Apakah judul ini akan menarik bagi pembaca? Kalau


kita sendiri pun tidak yakin hal itu merupakan sesuatu
yang penting, maka percuma saja membuang-buang
waktu melakukan pekerjaan yang sia-sia, yang tidak
akan mendapat sambutan baik dari pembaca.

Luasnya :
(iii) Apakah ruang lingkup bahan sesuai dengan
pembatasan waktu kita? Kadang-kadang suatu pokok
pembicaraan menuntut waktu penelitian lebih lama
daripada penyelesaian tugas tersebut. Terkadang, kita
merasa perlu mendatangi tugas pemerintah atau
perpustakaan di kota lain untuk memperoleh data.
Kita harus tahu persis apakah cukup waktu untuk itu
atau tidak.

Kerumitan :
(iv) Dapatkah kita menjelaskan pokok permasalahan
secara memuaskan? Kalau judul itu mendatangkan
masalah “Saya tahu apa sebenarnya itu, tetapi saya
tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya”,
singkirkanlah itu. Atau kalau masalah itu terlalu sukar
bagi para pembaca, maka untuk
menyederhanakannya barangkali kita memerlukan
waktu dan tenaga yang cukup banyak. Kalau begitu
halnya, lebih baik kita mencari judul lain yang lebih
sesuai dengan maksud dan tujuan kita.

Demikianlah telah dikemukakan tiga hal yang harus


dipertimbangkan baik-baik dalam pencarian serta penentuan
judul suatu tulisan. Ketiga hal ini dalam bacaan yang
berbahasa Inggris disebut “the ABC,s of good writing” (A =
appeal; daya tarik; B = breadth: luasnya; C = complexity:
kerumitan).

117
Umbu Tagela

b. Membatasi judul
Masalah pembatasan atau penyempitan judul
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penulisan
suatu tugas, dan masalah yang sering diperbincangkan serta
diperdebatkan antara sesama (maha) siswa. Sering terjadi
seorang mahasiswa telah menemukan judul yang menarik,
yang sesuai dengan situasi penugasan, dan juga mungkin
menarik bagi pembaca, termasuk dosen pembimbingnya.
Tetapi masih ada masalah lain: Apakah sang mahasiswa
sanggup menuliskan masalah itu secara memuaskan dalam
1000 kata kurang lebih, dan dalam waktu yang relatif
singkat?
Dengan menjawab pertanyaan tersbut maka sang
mahasiswa telah memasuki tahap kedua prosedur
pengorganisasian yaitu: membatasi, mempersempit judul.
Dengan perkataan lain: Agar dapat menggarap suatu judul
setepat mungkin sesuai dengan minat, maka sang mahasiswa
harus membatasinya baik-baik, sehngga merupakan suatu
ruang lingkup yang dapat dijangkau, yang dapat dikerjakan
dengan baik. Dalam hal ini dia harus bijaksana memusatkan
perhatian pada hal-hal yang menarik minatnya, latar
belakangnya dan keinginannya mendapatkan/ memahami
ilmu pengetahuan yang baru.
Sebaga contoh, kalau sang mahasiswa berasal dari
suku Karo di Sumatera Utara, maka mungkin sekali dia ingin
membicarakan masyarakat Karo, sebagai suatu kesatuan
sosial, dalam mata kuliah antropologi. Kalau dia mempunyai
sekelumit pengetahuan mengenai masalah merga maka
diapun dapat membatasi judulnya dengan salah satu merga
saja sebagai satu kesatuan sosial.
Tetapi perlu pula disadari benar-benar bahwa dalam
pembatasan judul, harus dipakai pikiran sehat. Judul itu
dibatasi sedemikian rupa sehingga tidak mungkin lagi

118
Menulis Karya Ilmiah

menggarapnya dalam suatu tulisan singkat tanpa


membosankan dan penuh pengulangan. Jadi sebagai
kesimpulan judul itu harus wajar; jangan terlalu luas jangan
terlalu sempit. Biasanya kalau sudah “keterlaluan”, tidak baik
lagi. Contoh judul yang terlalu luas, agak (terlalu) luas, yang
cukup terbatas atau wajar; dan yang terlalu sempit :
(i) Tinjauan terhadap Upacara-Upacara pada Masyarakat
Karo (judul ini terlalu luas)
(ii) Tinjauan terhadap Upacara Perkawinan pada
Masyarakat Karo (sudah dibatasi, tetapi masih terasa
agak terlalu luas)
(iii) Tinjauan terhadap Upacara Perkawinan Simbolis pada
Masyarakat Karo (judul ini sudah cukup terbatas)
(iv) Tinjauan terhadap Perkawinan Simbolis Puteri Pak Lurah
(judul ini terlalu sempit)

c.Merumuskan pernyataan tesis


Pernyataan tesis, atau yang kerapkali dihubungkan
sebagai gagasan pokok ataupun ide utama suatu tulisan,
barangkali merupakan bagian yang paling penting dalam
menulis permulaan. Pada hakekatnya, merangkumkan isi
pokok tulisan tersebut. Pernyataan tesis bukan saja berisi
judul dan pembatasan judul, tetapi juga pendekatan sang
penulis terhadap judul. Fungsi utamanya adalah menunjang
sang penulis dengan suatu sarana untuk mempertahankan
arah serta pembahasan yang telah ditentukan. Pendek kata,
pernyataan tesis ini merupakan pedoman bagi penulis untuk
menjaga agar tidak menyimpang dari jalur yang telah
ditetapkan.
Pernyataan tesis yang akan membimbing sang penulis
secara tepat guna dalam penulisan suatu paper haruslah
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

119
Umbu Tagela

a) Pendekatan tesis haruslah merupakan kalimat sederhana


dan deklaratif (bersifat menjelaskan). Sang penulis dapat
juga merumuskan tesis itu sebagai suatu pertanyaan pada
versi akhir tulisan tersebut, tetapi dalam tahap menulis
permulaan ini, hendaklah selalu berbentuk pernyataan.
Tesis itu haruslah seringkas dan sejelas mungkin.
b) Pernyataan tesis hendaklah menjelaskan maksud penulis.
Tetapi hal ini tidaklah selalu harus dinyatakan secara
eksplisit. Para penulis yang belum berpengalaman
beranggapan bahwa mereka harus dengan jelas
mengatakan kepada para pembaca bahwa “tujuan saya
dalam menulis ini adalah ………” atau “saya bermaksud
untuk memperlihatkan bahwa ………”. Para penulis yang
berpengalaman umumnya cenderung menghindari
pernyataan maksud yang jelas seperti itu, terkecuali dalam
penulisan paper ilmiah.
Contoh :
Maksud saya dalam tulisan ini adalah untuk menunjang
pandangan bahwa pendidikan guru perlu ditingkatkan.
Dapat disingkat menjadi :
Pendidikan guru perlu ditingkatkan.

c) Pernyataan tesis hendaklah memperlihatkan sikap sang


penulis terhadap pokok permasalahan, tetapi tidak perlu
dinyatakan secara berlebihan.

Contoh:

Saya rasa bahkan yakin bahwa keangkuhan itu merupakan


sifat yang tercela dan sama sekali tidak dapat diterima oleh
orang yang berpendidikan.

120
Menulis Karya Ilmiah

Dapat disingkat menjadi :


Keangkuhan merupakan sifat yang jelek.

d) Pernyataan tesis hendakalah mencerminkan perhatian sang


penulis pada para pembaca. Memang, pokok
permasalahan itu sendiri kerapkali mencerminkan sifat
para pembaca, tetapi pilihan kata dapat juga memainkan
peranan penting. Sebagai contoh, dalam pernyataan tesis
berikut ini, sang penulis menyatakan logat bahasa tertentu
bahwa pembaca yang diharapkan adalah para guru yang
paham akan istilah-istilah profesi mereka.

Keberhasilan suatu proses belajar-mengajar ditentukan


oleh kemampuan guru menguasai bahan pelajaran serta
penggunaan metode yang serasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Pendeknya, suatu pernyataan tesis yang tepat dan
terarah sangat diperlukan untuk menulis suatu paper yang
terbatas dan terarah secara tepat guna. Pernyataan tesis
mengawasi serta mengarahkan paper itu; juga menyatakan
maksud dan sikap sang penulis.
Ada dua jenis pernyataan tesis yang terutama sekali
bermanfaat bagi penulisan paper yang berisi opini dan
analisis, yaitu :
(i) Pernyatan tesis yang berupa kesimpulan
(ii) Pernyataan tesis yang bersifat analisis
Pernyataan-pernyataan tesis hendaklah direncana-
kan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang dituntut
dalam tulisan kita. Kerapkali dalam tulisan-tulisan
penyingkapan yang menjelaskan alasan-alasan bagi
pendapat atau opini mengenai suatu pokok permasalahan,
pernyataan tesis kita akan mengambil bentuk yang berupa

121
Umbu Tagela

kesimpulan, yaitu suatu konklusi yang berdasarkan


beberapa jenis fakta atau observasi.
Contoh :
Definisi bahasa yang dikemukakan oleh Edward Sapir
setengah abad yang lalu masih dapat diterima sampai
sekarang.

Pernyataan tesis yang kedua itu terutama sekali


bermanfaat dalam penulisan paper-paper analisis, yaitu
tulisan-tulisan yang menganalisis masalah. Pernyataan tesis
yang bersifat analitis ini tidak hanya mengemukakan
gagasan pokok tetapi juga membuat skema fakta-fakta
penunjang utama dalam penetapan sejumlah alasan,
sebab, faktor utama, dan sebagainya. Namun demikian
tetap membuat pembatasan-pembatasan. Pertama-tama,
memaksa kita sebagai penulis agar tetap mengikuti
rencana yang telah ditetapkan. Kedua, butir-butir haruslah
paralel, baik di dalam struktur ketatabahasaan dan
hubungannya satu sama lain, maupun dengan gagasan
utama.
Contoh :
Senat mahasiswa fakultas kita memerlukan
pembaharuan dalam struktur, tugas-tugas dan kegiatan-
kegiatannya. (tesis analisis butir)
Kita dapat meningkatkan pengetahuan dengan jalan
banyak membaca, banyak berdiskusi dengan teman, dan
meminta bimbingan kepada para dosen. (tesis analisis
proses).

d. Mengembangkan bagan organisasi


Kalau kita ingin memecahkan suatu masalah, maka
langkah pertama adalah mengenal atau memahami masalah
tersebut. Kalau misalnya mobil kita mogok, maka kita harus

122
Menulis Karya Ilmiah

menentukan apa yang tidak beres sebelum kita mulai


memperbaikinya. Tetapi dalam penulisan sebuah paper
masalah itu biasanya telah dibatasi bagi kita. Pembimbing kita
bahkan telah menyusun sebuah paper mengenai sebuah
pokok dan mengizinkan kita membuat pilihan sendiri,
barangkalai dengan saran bahwa pilihan itu harus ada
hubungannya dengan tugas perkuliahan.
Dalam tahap-tahap permulaan, pemecahan masalah
ini hampir sama dengan yang telah kita utarakan dan
sarankan pada perencanaan pemerian terdahulu :
a) menentukan (perincian-perincian) informasi yang akan
dicakup;
b) memikirkan cara-cara menarik minat para pembaca
terhadap pokok masalah yang dikemukakan;
c) dan kemudian mempertimbangkan serta memikirkan
susunan atau organisasi tulisan kita.
Akan tetapi seperti yang telah kita singgung di muka,
masalah-masalah pengorganisasian tulisan penyingkapan jauh
lebih rumit dan menuntut keterampilan-keterampilan menulis
permulaan yang lebih bijaksana dan terperinci. Walaupun
suatu tulisan opini menyajikan masalah-masalah
pengorganisasian yang sama dengan jenis-jenis tulisan
penyingkapan lainnya, namun di sini kita akan memusatkan
perhatian pada bentuk khusus itu sebagai contoh.
Mari kita ambil judul yang sangat umum: (nilai) nama
(pada masyarakat Karo). Setelah kita membaca beberapa
artikel dan mendiskusikannya dengan teman-teman, maka
kita kita merasa bahwa kita telah memiliki pengetahuan
pendahuluan mengenai masalah itu. Tanpa pengetahuan
seperti itu, maka kita takkan dapat menangani suatu pokok
sebagai judul suatu tulisan.

123
Umbu Tagela

Langkah pengorganisasian pertama adalah sekedar


mencatat segala gagasan yang muncul atau teringat mengenai
pokok itu. Observasi atau pengamatan ini dapat berupa:
a) kalimat
b) frase
c) kata
Maksud dari catatan ini hanyalah sekedar memeroleh
suatu daftar informasi. Mari kita andaikan, bahwa kita telah
berhasil mencatat gagasan-gagasan berikut ini :
a) Nama dibuat orang-orang tua untuk memudahkan
memanggil seseorang, serta sebagai alat pembeda
terhadap orang lain.
b) Pada masyarakat Karo adalah “tabu” menyebut nama
orang-orang yang dihormati, pelanggaran terhadap hal ini
dan menyebabkan akibat yang buruk.
c) Kalau “terpaksa” menyebut nama orang yang dihormati,
maka harus disertai dengan sejenis “mantra”.
d) Setiap pasangan suami istri yang telah dianugerahi anak
boleh dipanggil dengan “Mak Anu atau Pak Anu” sesuai
dengan nama sulungnya itu. Ini disebut “penggelarenken”.
e) Di samping nama sebenarnya atau nama asli, maka
seseorang itu mempunyai “nama tambahan” atau disebut
“gelar uru-urun” pada masyarakat Karo.
f) Gelar uru-urun seseorang dapat diberikan dengan berbagai
cara, antara lain:
(i) berdasarkan singkatan merga :
Tarigan : Mama Tigan (pria)
Nande Tigan (perempuan)

124
Menulis Karya Ilmiah

(ii) dengan sinonim


Jore “beres” : Pa Sikap (sikap “beres)
Ame Sikap
(iii) dengan antonim
Mbentar “putih” : Pa Mbiring (mbiring “hitam”)
Ame Mbiring
(iv) dengan ciri-ciri khas seseorang
Pa/ Ame Laga Man (Laga man “kuat makan”)
(v) dengan hubungan erat
Belo “sirih” : Pa/ Ame Kapur

g) Masalah “nama” merupakan penghambat suku lain/ orang


luar dalam pergaulan pada masyarakat Karo.

Jelas bahwa butir-butir lain masih dapat ditambahkan


pada daftar di atas, tetapi agaknya daftar tersebut sudah
cukup untuk mendemonstrasikan metode yang kita maksud
tadi. Tujuan kita sekarang adalah mengklarifikasikan butir-
butir tersebut ke dalam kategori-kategori umum. Dengan
catatan-catatan di atas dapatlah kita membuat bagan sebagai
berikut:
Tesis: Nam mempunyai nilai khas pada masyarakat Karo.
Butir-butir pokok:
I. Pengertian nama secara umum
II. Nilai nama pada masyarakat Karo
III. Cara-cara penamaan seseorang
a. dengan singkatan merga
b. dengan sinonim

125
Umbu Tagela

c. dengan antonym
d. dengan ciri khas
e. dengan hubungan erat
IV. Nama pada masyarakat Karo masa kini
V. Kesimpulan
(Tarigan, 1981).

Harus pula disadari bahwa bagan-bagan lain masih


dapat disusun berdasarkan catatan-catatan tadi. Perlu pula
dicatat bahwa setiap kemungkinan bagan yang tersusun
haruslah mencakup sekurang-kurangnya tiga hal, yaitu:
a) pendahuluan
b) isi
c) kesimpulan
Agaknya tidak dapat disangkal bahwa semakin baik
dan semakin terperinci kita buat suatu bagan, maka semakin
mudah dan semakin lancar pula proses penulisan paper yang
kita lakukan.
Langkah terakhir adalah mentransformasikan bahan
bagan kita tadi ke dalam suatu tulisan penyingkapan. Di
bawah ini kita terakan suatu pola umum mengenai cakupan
setiap bagan:
A. Pendahuluan:
Dalam paragraf-paragraf pembukaan, dikemukakan
orientasi-orientasi informasi latar belakang, sarana-sarana
dan siasat-siasat untuk merangsang minat para pembaca –
dan yang paling penting, pernyataan tesis.
B. Isi:
Bagian ini terdiri dari pembicaraan terhadap semua butir

126
Menulis Karya Ilmiah

utama, dan fakta-fakta yang menunjangnya.


C. Kesimpulan:
Pada umumnya bagian ini bertindak sebagai rangkuman
dan mencakup pernyataan kembali gagasan tesis.

Khusus mengenai bagan, skema, atau outline perlu


ditambahkan beberapa keterangan tambahan, yaitu
mengenai penggunaannya:

a) Bagan, baik dalam bentuk judul maupun kalimat adalah


suatu alat penolong dalam proses penulisan.

b) Demi kemudahan, pernyataan tesis dibuat terpisah dari


keseluruhan bagan. Tetapi dalam tulisan, gagasan tesis
dimasukkan dan diperbincangkan dalam pendahuluan.
Hanya dalam tulisan ilmiah sajalah sering kita bertemu
dengan artikel profesional yang dicetak terpisah. Dalam
hal yang serupa itu, tesis bertindak sebagai suatu “abstrak”
singkat dari artikel tersebut.

c) Bagan itu merupakan sub-struktur dari tulisan. Kalau suatu


tulisan hanya merupakan pemasukan bagan ke dalam
bentuk paragraf, maka jelas sang penulis salah
memanfaatkan alat yang berharga ini. Bagan dapat
membantu sang penulis menyusun ide-idenya,
menyatakan pembagian-pembagian utama dalam tulisan,
dan membuat hubungan-hubungan logis, tetapi tetap
merupakan suatu kerangka saja. Dalam penulisan paper,
sang penulis harus menambahkan daging dan bentuk
untuk membuatnya berseni dan menarik.

d) Bagan haruslah dapat melayani sang penulis. Kalau tidak,


percuma saja. (Adelstein & Pival, 1976 )

127
Umbu Tagela

E.Bentuk Paragraf Penyingkapan


Dalam sub-bab ini akan dierbincangkan hal-hal berikut :
a) komponen paragraf
b) pengembangan paragraf
c) jenis paragraf
d) gerakan paragraf
1. Komponen-komponen paragraf
Menurut penelitian A.L. Becker ternyata dalam
paragraf-paragraf modern terdiri atas tiga komponen, yaitu :
(i) Judul atau subyek (Topic subject)
(ii) Pembatasan (Restriiction)
(iii) Uraian (Illustration)
(Brown, 1980 ).

A.L. Becker bersama rekan-rekannya menyimpulkan


bahwa paragraf adalah suatu kesatuan (atau unit) yang
ditandai oleh hadirnya jenis-jenis “slot” tertentu, yakni :
a) slot (atau celah) yang memperkenalkan judul;
b) slot (atau celah) yang membatasi judul tersebut;
c) slot (atau celah) yang menguraikan atau mengembangkan
judul yang telah dibatasi itu (Young [et al], 1970).

Seperti halnya kalimat – yang terdiri dari subyek,


predikat, dan komponen – maka paragraf pun dapat diangap
sebagai suatu bentuk bahasa, yang dapat dianalisis dampai
pada tingkat abstrak yang amat umum, dan yang dapat
dibagankan sebagai yang mempunyai celah-celah fungsional
tertentu yaitu subject. restriction, dan illustration. (disingkat
SRI), atau judul, pembatasan dan uraian (disingkat JPU).

128
Menulis Karya Ilmiah

Ketiga celah tersebut ada kaitannya dengan bagian-


bagian komponen tulisan penyingkapan yang telah kita
uraikan terdahulu. Pendahuluan suatu esai, yang menyatakan
pokok tulisan yang dibatasi pada suatu ruang lingkup yang
dapat digarap, erat berhubungan dengan celah-celah paragraf
Judul dan Pembatasan: dan Isi tulisan, tempat menyajikan
gagasan-gagasan penunjang dan yang bersifat uraian,
beranalogi dengan celah Uraian pada paragraf penyingkapan.
Agar lebih jelas, lihat.
Esai Penyingkapan Paragraf Penyingkapan
(expository essay) (expository paragraph)

PENDAHULUAN JUDUL
(pernyataan tesis)
PEMBATASAN

ISI URAIAN

Gambar 8.3
Kesejajaran antara Esai Penyingkapan dan Paragraf Penyingkapan

Contoh :

“Nama? Apalah nama!” kata JUDUL


masyarakat modern.
Nama itu dibuat dan diberikan
kepada seseorang, untuk
membedakannya dengan orang lain;
untuk memudahkan angota keluarga/ PEMBATASAN
masyarakat memanggilnya,
menyuruhnya bila perlu. Nama
dibuat untuk dipakai, untuk disebut,
demi kepraktisan dalam hidup sehari-

129
Umbu Tagela

hari. Tetapi apakah hal itu berlaku


bagi semua masyarakat di bawah
URAIAN
kolong langit ini, termasuk
masyarakat Karo? Tidak, sama sekali
tidak! Pada masyarakat Karo,
ungkapan “apalah nama” tidak
berlaku sama sekali. Nama bukan
hanya mempunyai nilai praktis, tetapi
juga mengandung nilai magis. Nama
tidak dapat disebut seenaknya saja,
ada aturan-aturan yang harus ditaati.
(Tarigan, 1978)

Dalam suatu paragraf yang baik memang selalu terdapat


ketiga komponen tersebut. Tetapi susunan SRI atau JPU itu tidak
lain merupakan sesuatu yang mutlak. Kemungkinan atau variasi
lain masih ada, antara lain:
a) Kalau dapat saja mengadakan pembatasan terlebih dahulu,
lalu menguraikan, kemudian menyatakan judul atau pokok
paragraf yang kita susun (PUI atau RIS).
b) Kita dapat membatasi, lalu menyatakan pokok umum, lantas
menguraikan (PJU atau RSI).
c) Sesudah menentukan judul, mengadakan pembatasan, dan
menguraikannya, lalu ditambah dengan suatu transisi atau
peralihan paragraf lain (JPUT atau SRIT).
d) Bahkan ada kemungkinan sesudah penentuan judul,
mengadakan pembatasan, dan mengadakan iraian, lantas
pada akhir paragraph mengadakan pernyataan kembali topic
atau pokok pembicaraan itu (JPUI atau SRIS).

Di samping bentuk atau pola JPU atau SRI yang telah


diuraikan tadi, maka terdapat pula tipe-tipe paragraf lain,
sekalipun tajam namun kurang sering dipergunakan :

130
Menulis Karya Ilmiah

(i) Masalah Pemecahan. Di sini jelas sekali terlihat bahwa sang


penulis melukiskan suatu paragraf yang dibuka dengan suatu
pernyataan masalah, lalu diikuti dengan saran-saran atau
cara-cara untuk memecahkan masalah itu.

(ii) Pertanyaan-Jawaban. Suatu paragraf diawali dengan


pertanyaan, lalu disusul dengan jawabannya; polanya sama
dengan bentuk masalah-pemecahan di atas.

Contoh:
Apakah proses belajar-
mengajar di kelas sudah
MASALAH
berjalan lancar dan
membanggakan? Kalau PERTANYAAN
belum, bagaimana cara
meningkatkan mutu PBM itu
di sekolah-sekolah kita?
Salah satu cara adalah
dengan mengadakan
penataran bagi para guru.
Mereka harus disadarkan
bahwa guru yang baik harus PEMECAHAN/
menguasai bahan,
JAWABAN
mempergunakan metode
yang serasi, tahu tujuan yang
hendak dicapai, dan
memahami pribadi anak
didiknya. Pendeknya:
persiapan harus baik.

2. Pengembangan paragraf
Dalam pembicaraan terdahulu telah dikemukakan bahwa
terdapat aneka pengisi (slots) yang dapat dimasukkan ke

131
Umbu Tagela

dalam celah-celah fungsional paragraf yang dibebani dnegan


JPU itu, antara lain: judul, pembatasan dan uraian. Hakekat
daripada pengisi-pengisi celah tersebut dan hubungannya
terhadap keseluruhan struktur-struktur paragraf-paragraf JPU
penyingkapan dapat digambarkan sebagai berikut :
Judul/ Pokok : Pokok permasalahan umum bagi paragraf
maupun tulisan/ paper; dapat dinyatakan
dalam suatu : kalimat peralihan atau
kalimat judul dalam bentuk : generalisasi
pernyataan pendapat, atau kesimpulan

Pembatasan : Butir khas utama paragraf. Mungkin


tercakup dalam kalimat judul atau
diyatakan kembali dalam suatu generalisasi,
pernyataan pendapat, atau kesimpulan.
Dibuat batasan bagi setiao istilah yang
dipergunakan. Menjelaskan bahan, sarana,
sejarah,informasi orientasi.

Uraian : Bahan/ sarana penjunjang untuk


mendemonstrasikan kebenaran, keterper-
cayaan atau validitas pembatasan yang
telah dibuat, antara lain:
Contoh-contoh
Lelucon-lelucon
Statistik
Penalaran
Kutipan-kutipan
Enumerasi.

132
Menulis Karya Ilmiah

(Adelstein &Pival, 1976)

Butir khas utama/penting. contoh-contoh


mungkin tercakup dalam kalimat
judul dengan pokok/subyek
lelucon-lelucon
atau dinyatakan kembali
dalam: generalisasi, pernyataan,
opini & kesimpulan
Pembatasan penalaran-penalaran
(Restriction)

KOMPONEN & Uraian


PENGEMBANGAN (Illustration)
PARAGRAF

Judul (Topic
Generalisasi Subject)
kutipan-kutipan
Pernyataan
Pendapat
Kesimpulan
enumerasi

Gambar 8.4
Komponen-komponen dan pengembangan paragraph

Dalam gambar di atas jelas terlihat bahwa celah


uraian (illustration slot) dapat dikembangkan dengan
bantuan beberapa cara, yaitu dengan contoh-contoh,
lelucon-lelucon, penalaran-penalaran, kutipan-kutipan dan
enumerasi.

133
Umbu Tagela

3. Jenis paragraf
Di samping komponen-komponen yang telah
diuraikan di muka, maka berdasarkan fungsinya, paragraph
dapat dibedakan atas:
a) paragraf peralihan (transitional paragraph)
b) paragraf penekanan (emphatic paragraph)
Semakin paham kita akan struktur paragraph, dan
semakin banyak pula kita melihat karya tulis orang lain, maka
jelas semakin nyatalah kepada kita adanya berbagai paragraf.
Ada masanya sang penulis mempergunakan suatu paragraph
singkat yang relative terpisah untuk menekankan suatu butir
penting, yang mungkin saja akan terlupakan kalau tersajikan
dalam paragraf panjang yang lebih terperinci. Tekadang sang
penulis membagi-bagi suatu paragraf yang panjang menjadi
beberapa sederhana yang singkat, yang masing-masing berisi
suatu penalaran, sebab, ataupun butir-butir pokok lain. Ada
pula kalanya sang penulis mempergunakan paragraf-paragraf
singkat untuk para pembaca dengan jalan menandai suatu
peralihan penting, terutama sekali kalau bergerak dari satu
gagasan pokok ke gagasan lainnya dalam suatu tulisan yang
agak panjang.
Agar lebih jelas, kedua jenis paragraf di atas akan
diperbincangkan seperlunya di bawah ini.

a. Paragraf peralihan
Paragraf peralihan mengandung celah uraian yang
kosong. Biasanya paragraf peralihan memerankan dua fungsi,
yaitu :
a) merangkumkan menilai bahan/ uraian terdahulu,
b) membayangkan bahan/ uraian berikutnya.

134
Menulis Karya Ilmiah

Paragraf peralihan memperkenalkan judul, subyek


maupun pembatasan, seperti terlihat dalam contoh berikut
ini :
Membaca merupakan hal yang sangat penting bagi
pendidikan. Pemerntah menarik perhatian bersar terhadap
perpustakaan yang merupakan gudang ilmu bangsa kita.
Kuantitas dan kualitas perpustakaan kita, turut menentukan
kemajuan negara kita.

Kalimat pertama merangkumkan alasan-alasan yang


disajikan dalam paragraph-paragraf terdahulu. Frase
“kemajuan negara kita” mewakili keseluruhan subyek artikel
tersebut dan frase “kuantitas dan kualitas perpustakaan”
menandai pembatasan yang akan diperbincangkan dalam
paragraf-paragraf berikutnya.
Kadang-kadang paragraf peralihan berbentuk
pertanyaan, yang menggerakkan para pembaca dari satu
gagasan ke gagasan lainnya dan mempunyai keunggulan
tambahan dalam hal membuat para pembaca menghadapi
masalah tersebut.
Contoh:
Seberapa jauhkah sudah upaya kita meningkatkan
kuantitas dan kualitas perpustakaan keluarga di rumah
masing-masing?

Paragraf yang terdiri dari satu kalimat ini


menjembatani pembicaraan pokok terdahulu “upaya” dan
pembatasan pembicaraan selanjutnya dinyatakan oleh
“seberapa jauhkah”.
Dalam contoh berikut ini suatu pertanyaan
diajukan dan kemudian sang penulis menyatakan
sifat pembicaraan berikutnya dengan pengamatan

135
Umbu Tagela

bahwa tidak ada jawaban yang perlu dicari


sebenarnya.
Contoh :
Apakah yang bergejolak dalam hati sanubari seorang ibu
melihat anaknya disiksa orang?
Jawabannya hanya dapat diberikan oleh orang yang
senasib sepenanggungan dengan dia.

Contoh terakhir ini adalah sebuah paragraf


peralihan yang menyatakan suatu pertimbangan nilai yang
disinggung dalam pembicaraan sebelumnya dan kemudian
memperkenalkan pokok paragraf-paragraf mendatang,
yang dinyatakan dengan kata-kata yang digarisbawahi.
Bukan hanya para pendeta dan alim ulama, tetapi juga
pemerintah ingin menghapuskan hukuman pasung di
negara kita. Hukuman pasung adalah hukuman tradisional
yang tidak sesuai lagi pada masa kini, suatu hukuman yang
tidak berperikemanusiaan.

b. Paragraf penekanan
Paragraf penekanan terdiri dari beberapa kalimat
berita singkat (kadang-kadang hanya terdiri atas satu
kalimat) yang pad umumnya dimaksudkan untuk
mengejutkan para pembaca, menimbulkan reaksi dari
mereka, atau memastikan bahwa mereka memperoleh
pesan yang jelas dan polos.
Contoh :
Batas waktu terakhir janji telah lewat – kali ini bukan
hanya rumah yang mereka diami harus diserahkan, tetapi
juga sawah dan ladangnya semua, untuk pembayar utang
mereka kepada tengkulak. (Viktor Hage).

136
Menulis Karya Ilmiah

Kadang-kadang paragraf penekanan secara tepat


guna mengakhiri suatu tulisan, memberikan suatu
pengaruh yang tidak mudah dicapai oleh paragraf yang
lebih panjang. Contoh berikut ini merupakan suatu
paragraf akhir yang terdiri dari dua kalimat tepat guna,
yang juga bertindak sebagai rangkuman umum subyek
suatu tulisan.
Sistem merga pada masyarakat Karo sangat rumit, tetapi
merupakan suatu pola yang teratur rapi dan menarik.
Karena itulah maka banyak sarjana menaruh minat serta
mengadakan penelitian mengenai struktur sosial
masyarakat Karo. (H.G. Tarigan).

4. Gerakan paragraf
Adalah wajar bila para penulis tidak hanya
memperhatikan bentuk dasar eksternal paragraf, tetapi
juga susunan internal, terutama sekali arah gerakan atau
modifikasi di dalam paragraf serta bagian/peranan yang
dimainkan oleh hubungan-hubungan antara kalimat-
kalimat. Ditinjau dari segi urutan, maka paragraf-paragraf
dapat kita bedakan atas:
a) urutan setara (coordinate sequence)
b) urutan bertingkat (subordinate sequence)
c) urutan campuran (mixed sequence)

a.Urutan setara
Paragraf-paragraf dalam urutan setara, umumnya
hanya mengandung dua tingkatan umum. Mari kita
perhatikan contoh berikut ini :
Penyelewengan yang sudah rada sering dilakukan – yaitu
yang biasa disebut “krisis adat”, atau dengan istilah Karo
yang lebih tepat “erturang-turang” (perkawinan semarga)

137
Umbu Tagela

merupakan suatu keangkuhan belaka.


(2a) Merupakan kemauan untuk menentang adat.
(2b) Menunjukkan ketidakpahaman akan adat.
(2c) Merupakan masalah bagi pelestarian adat.
(2d) Merupakan konsekuensi dari pandangan modern.
(2e) Merupakan tantangan bagi masyarakat Karo.
(Victor Hage)

Kalimat pertama merupakan kalimat judul


paragraf tersbeut dan mengandung Pokok/ Subyek (“krisis
adat”) dan Pembatasan (“erturang-turang” atau “perkawinan
semarga”) dan merupakan pernyataan yang paling umum
dalam paragraf itu.

Rentetan kalimat-kalimat berikutnya, walaupun


semua setara satu sama lain, kurang begitu umum bila
dibandingkan dengan kalimat judul dan semuanya bersama-
sama berperan sebagai uraian. Kalimat judul pada contoh di
atas mengemukakan gagasan “krisis adat”, kalimat berikutnya
dengan jelas menunjukkan kualitas-kualitas khusus dari “krisis
adat” itu. Perhatikanlah juga, bahwa tidak satupun dari
kalimat-kalimat yang diberi nomor 2 bergantung kepada
yang lainnya. Penghilangan salah satu di antaranya tidak
akan secara serius mengurangi ataupun mengganggu makna
atau susunan logis paragraf tersebut, hanya sekedar
menjarangkan saja.

b. Urutan bertingkat
Paragraf dalam urutan bertingkat mengandung
kalimat-kalimat pada tahap pengurangan keumuman,
masing-masing bergantung atau terikat pada kalimat
terdahulu dalam hal makna. Berikut ini sebuah contoh
paragraf yang diberi urutan seperti itu :

138
Menulis Karya Ilmiah

(1) Sikap toleransi Pemerintah Daerah telah menolong


menjamin kelestarian upacara-upacara adat Karo.
(2) Sudah ada kesepakatan antara pemerintah dengan tua-
tua adat dalam hal itu.
(3) Walaupun ada pihak yang menentang gagasan itu,
namun dasar hukumnya tidak kuat.
(4) Sebagai konsekuensinya maka terlihatlah
meningkatnya kegiatan adat di Tanah Karo.
(5) Bila ada orang meninggal dunia, maka setelah
beberapa hari diadakah upacara “perumah begu” atau
“pemanggilan roh”.
(6) Ini semua mungkin terjadi bila dibarengi dengan
kesadaran perlunya melestarikan ada pustaka leluhur.
(H.G. Tarigan).
Dalam contoh di atas perhatian kita diarahkan kepada
hubungan-hubungan makna. Hubungan itu bukan hanya
dalam urutan setara tetapi juga dalam urutan bertingkat.

c. Urutan campuran
Yang dimaksud dengan urutan campuran di sini
adalah penggabungan antara urutan setara dengan urutan
bertingkat dalam sebuah paragraf.
Contoh :
(1) Umumnya, manusia bersikap sama terhadap
senggama.
(2) Bagi manusia, senggama hanyalah suatu nafsu hewani.
(3) Pria bersenggama untuk memuaskan nafsu
hewaninya.
(4) Pria cenderung marajai wanita dan memanfaatkan
senggama untuk menyempurnakannya.

139
Umbu Tagela

(5) Pria mengalami rasa unggul bila dia sedang


bersenggama.
(6) Ungkapan-ungkapan “dia terbenam dalam
pelukanku” atau “dia terlena dalam pangkuanku”
memperlihatkan cara pria memanfaatkan wanita
untuk menunjang keakuan (egonya) sendiri.
(7) Tindakan itu sendiri terkadang tidaklah memberikan
perasaan unggul, maka diapun harus menceritakan
perbuatannya yang penuh resiko itu pada orang lain.
(8) Dalam hal ini, sang pria menata kembali perasaan
unggulnya yang telah suram dengan cara merayu
pacarnya.
(Adelstein & Pival, 1976)
Angka-angka yang terdapat pada awal setiap
kalimat pada contoh di atas menyatakan bagaimana caranya
organisasi internal paragraph tersbeut menggabungkan urutan
setara dan urutan bertingkat. Juga jelas terlihat bahwa di sini
memiliki suatu versi paragraf JPU (atau SRI) yang lebih rumit,
dengan pembagian yang dibuat oleh sang penulis terhadap
uraian menjadi dua kalimat dan dua bagian paragraf
(ditandai dengan angka 2) dan memberikan beberapa uraian
bagi masing-masing. Contoh sederhana di atas menunjukkan
bahwa urutan-urutan campuran dapat menjadi sangat rumit.

F. Pendahuluan dan Kesimpulan pada Tulisan Penyingkapan


Banyak orang berkeyakinan bahwa pendahuluan
yang baik dalam melakukan sesuatu akan berakhir pula
dengan baik. Bahkan ada ungkapan yang mengatakan bahwa
permulaan yang baik telah menunjukkan 50% dari hasil yang
hendak dicapai. Memang orang-orang tua dalam masyarakat
sering mengatakan bahwa dalam mengerjakan sesuatu, kita
harus “mulai dari permulaan, terus saja jalan sampai akhir,

140
Menulis Karya Ilmiah

lalu berhenti”. Dari pembicaraan di atas jelas tercermin fungsi


pendahuluan dan kesimpulan (atau penutup) dalam tulisan
maupun paragraf penyingkapan.
1. Penulisan pendahuluan
Dalam penulisan pendahuluan terdapat sejumlah
pertanyaan yang harus dipertimbangkan oleh sang penulis.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dijawab dengan baik
dan serasi, sebab biasanya yang menjadi kesulitan pada
pendahuluan adalah keputusan-keputusan, ketegasan-
ketegasan yang dikehendaki dan tantangan-tantangan yang
dikemukakan. Pertanyaan-pertanyaan itu antara lain:
a) Bagaimana caranya sata menarik minat pembaca?
b) Bagaimana caranya saya disenangi oleh pembaca?
c) Bagaimana sebaiknya saya menyatakan tesis saya?
d) Atau saya nyatakanlah rencana tulisan saya?
e) Nada apa yang hendak saya pergunakan?
f) Pandangan apa yang hendak saya pakai?
Berikut ini akan diperbincangkan beberapa butir secara
sekilas.

a. Menarik minat pembaca


Pendekatan yang dapat dipergunakan untuk menarik
perhatian para pembaca dalam suatu pendahuluan memang
beraneka ragam, antara lain dengan :
(i) Pernyataan yang controversial, yang sedang hangat
diperdebatkan.
(ii) Suatu unsur atau elemen yang mengagumkan.
(iii) Suatu nada yang kontradiksi.
(iv) Suatu pernyataan dramatis yang singkat dan padat.

141
Umbu Tagela

(v) Penggunaan sarana-sarana statistik.


(vi) Penggunaan gaya bahasa tertentu (persamaan atau
metafora).
(vii) Penggunaan kutipan-kutipan.
(viii) Suatu penunjukkan atau referensi pada peristiwa
mutahir.
(ix) Membuktikan kewenangan / keahlian sang penulis.
(Adelstein & Pival, 1976)
Dan khusus mengenai paragraph pendahuluan, D‟
Angelo menyarankan beberapa cara, antara lain:
a) Mulailah dengan perincian-perincian pemerian/
deskriptif
b) Mulailah dengan suatu lelucon
c) Mulailah dengan suatu kutipan
d) Mulailah dengan pernyataan tesis
e) Mulailah dengan suatu pertanyaan/ masalah
f) Mulailah dengan suatu gaya bahasa tertentu
g) Mulailah dengan suatu pernyataan yang samar-
samar
h) Mulailah dengan suatu analogi
(D‟Angelo, 1980)

Hal-hal yang telah kita sebut di atas merupakan


saran-saran positif, yang baik kita jalankan. Agar para
pembaca tidak bosan dan kesal, agar perhatiannya tidak
berpaling ke arah lain, perlu diingat hal-ha yang tidak pantas
dilakukan, antara lain:
a) Janganlah, (terlalu sering dan jelas-jelas)
mengemukakan permintaan maaf atau apologi.

142
Menulis Karya Ilmiah

b) Janganlah mengemukakan keluhan.


c) Janganlah menggunakan kata-kata hampa, basi dan
hambar.
d) Janganlah menunjuk pada judul.
(Adelstein & Pival, 1976)
Agar lebih jelas perhatikan gambar-gambar berikut ini :

kewenangan/ pernyataan yang


keahlian kontroversial unsur
yang meng-
agumkan

referensi
pada peristiwa 9 Cara
mutahir Menarik nada yang
kontradiksi
Minat pada
Pendahuluan
kutipan-
kutipan pernyataan
dramatis
gaya
bahasa
tertentu sarana-singkat
sarana
statistik

Gambar. 8.5
Sembilan cara menarik minat pembaca pada pendahuluan

143
Umbu Tagela

analogi prinsip
deskriptif

pernyataan
samar-samar lelucon
8 Cara
Paragraf
gaya
Pendahuluan
bahasa
tertentu kutipan

pernyataan pernyataan
masalah tesis

Gambar 8.6
Hal-hal yang dapat mengurangi minat pembaca

Dan selanjutnya agar tulisan kita disenangi oleh para


pembaca, maka seyogianyalah kita menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut :
a) Mengapa pokok permasalahan saya penting?
b) Mengapa orang senang membaca tulisan saya?
c) Bagaimana caranya agar tulisan saya menguntungkan serta
memuaskan para pembaca?

144
Menulis Karya Ilmiah

b.Menyatakan tesis
Di muka telah kita singgung bahwa pernyataan tesis secara
formal biasanya hanyalah pada tulisan-tulisan formal atau ilmiah,
misalnya pada laporan-laporan ilmiah atau disertasi. Hal itu
biasanya ditandai oleh kata-kata pokok permasalahan atau
tujuan:
Tujuan penulisan ini adalah ………………
Pokok permasalahan yang akan dibicarakan ………………..

Tetapi pada umumnya tujuan kita adalah menghidangkan


pokok-pokok pembicaraan yang kurang formal, maka tesis
tidaklah perlu dinyatakan secara eksplisit seperti itu; cukuplah
dinyatakan secara implicit saja.
Contoh:
Jangan biarkan punah!
Upacara-upacara adat di Perhatikan: gaya bahasa
daerah-daerah merupakan
pusaka Poyang sejak masa
dulu. Walaupun pada
masa modern ini
sementara orang
berpendapat bahwa hal
itu membuang-buang Minat : tuntutan
waktu dan tenaga serta dari
memboros-boroskan uang
dua pihak yang
saja, namun masih banyak
bertentangan
juga orang yang
berpandangan lain, yang
ingin melestarika upacara-
upacara adat itu sebagai
kekayaan budaya bangsa.
Apalah arti suatu bangsa
yang tidak menghargai

145
Umbu Tagela

budaya yang bernilai


luhur.
Tesis
Budaya bangsa pusaka
Poyang mutlak perlu
dilestarikan. Jangan
biarkan sirna ditelan masa,
tinggal kenangan belaka!
(H.G. Tarigan).

c. Memilih Nada
Dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita berhadapan atau
diperkenalkan dengan seseorang yang masih asing bagi kita:
teman kawan kita, tamu orang tua kita, guru adik kita, atau orang
tua teman karib kita. Biasanya kita menyesuaikan diri dengan
mereka: kalau mereka hormat, sopan santun, lemah lembut, kita
pun berusaha berbuat begitu.
Dalam tulisan agak lain halnya: sang penulislah yang
membuat keputusan. Sang penulis haruslah menetapkan pada
paragraf pertama, bahkan dalam hal-hal tertentu justru pada
kalimat pertama, nada yang sesuai yang akan menentukan
hubungan antara penulis, pokok pembicaraan dan para pembaca.
Dalam pembicaraan terdahulu telah pula disinggung masalah
pemilihan nada ini dan juga telah dibicarakan bahwa hal itu
bergantung pada beberapa faktor, antara lain:
a) pilihan kata-kata,
b) sktruktur kalimat,
c) bentuk kata kerja, dan
d) pilihan kata ganti.
Yang perlu ditekankan di sini ialah bahwa dalam
pendahuluan sang penulis perlu memutuskan nada mana yang

146
Menulis Karya Ilmiah

hendak dipergunakan. Nada mana yang sudah dipilih haruslah


dipergunakan secara konsekuen dalam seluruh tulisan; jangan
menukar-nukar nada seenaknya yang membuat tulisan itu hambar
serta membosankan, bahkan menjengkelkan para pembaca.
Pendek kata: putuskanlah nada mana yang hendak dipakai, dan
jangan beranjak dari situ dari awal sampai akhir.
Berikut ini kita sajikan aneka kalimat pembukaan terhadap
pokok yang sama. Coba perhatikan bagaimana setiap kalimat
melibatkan para pembaca ke dalam permasalahan dengan cara
yang agak berbeda.
(i) Anda telah memutuskan untuk kuliah kembali.
(ii) Kalau Anda mau kuliah, haruslah tabah, tekun, tahan
menderita, tertib, tetap berdisiplin.
(iii) Memang kuliah itu penting buat masa depan, tetapi
menuntut dana, tenaga dan waktu.
(iv) Jangan kira kuliah itu hal yang gampang, sesudah dua tahun
langsung jadi sarjana.
(v) Menurut pendapat saya, kalau sudah mulai kuliah, tabahkan
hati, maju terus, pantang mundur.
(vi) Memang capek, tetapi kalau tahan, alangkah baiknya kuliah
di samping bekerja, demi masa depan yang lebih cerah.
(vii) Walaupun sibuk dengan pekerjaan sehari-hari yang rutin, dia
masih mempunyai waktu untuk mengikuti kuliah di STIA.

d. Menentukan sudut pandang


Dalam tulisan penyingkapan terdapat tiga kemungkinan
sudut pandang, yaitu :
a) kata ganti orang pertama
b) kata ganti orang kedua
c) kata ganti orang ketiga.

147
Umbu Tagela

Pada umumnya orang pertama saya, atau kami menimbulkan


nada pribadi yang akrab, yang terutama sekali sesuai dan serasi
apabila pengalaman sang penulis memperlihatkan kewenangan
ataupun keterpercayaan terhadap hal-hal yang dikemukakannya
mengenai pokok pembicaraan.
Contoh:
Seperti juga mahasiswa lainnya, saya pun memanfaatkan
perpustakaan menambah ilmu pengetahuan.
Duduk tenteram di perpustakaan, kami pun menekumi buku-
buku berkenaan dengan bidang masing-masing.

Kata ganti kedua kamu, saudara, Anda sangat controversial.


Banyak dosen atau pengajar melarang penggunaan kata ganti
orang kedua pada karangan para siswa. Penggunaan kata kamu,
saudara atau Anda membuat tulisan menjadi terlalu formal, dan
bernada perintah. Tentu hal ini kurang mengenakkan bagi para
pembaca; terasa penulis menggurui pembaca.
Contoh:
Kalau kamu mau berhasil dalam usahamu, turutilah nasihat
yang saya kemukakan tadi.
Sebagai mahasiswa, saudara harus berdisiplin serta menuruti
aturan permainan kampus.

Sudut pandangan yang ketiga, yaitu kata ganti orang ketiga


(dia, beliau, mereka dan sejenisnya) adalah yang paling sering
dipergunakan dalam tulisan penyingkapan. Pokok pembicaraan
dalam tulisan itu menjadi pusat perhatian umum, yang dbarengi
oleh kata ganti yang serasi ataupun kata ganti orang tak tentu
(masing-masing, setiap orang dan lain-lain).

148
Menulis Karya Ilmiah

Contoh:
Kalau mereka ingin maju dalam studi di perguruan tinggi,
maka seyogianyalah masing-masing memanfaatkan
perpustakaan secara tepat guna.

Demikianlah sekilas mengenai sudut pandangan dalam tulisan


penyingkapan. Satu hal yang harus dilakukan adalah : setelah
menentukan suatu sudut pandangan, pergunakanlah secara
konsekuen dalam seluruh tulisan.

2. Penulisan kesimpulan
Kesimpulan suatu tulisan mempunyai dua fungsi:
a) sebagai penutup atau rangkuman
b) menyajikan hal-hal yang penting diingat oleh para pembaca.

Yang pertama itu perlu bagi rasa kelengkapan para pembaca,


yang menyatakan bahwa mereka telah selesai membaca tulisan
yang direncanakan secara baik dan seksama. Yang kedua itu perlu
bagi rasa kebulatan pokok para pembaca, yang telah
meninggalkan bagi mereka bahan renungan yang penting dan
serasi. Jadi kedua-duanya mempunyai arti bagi pembaca. Untuk
memenuhi kedua fungsi tersebut dalam beberapa kalimat saja
terkadang tidak begitu mudah.
Barangkali upaya pertama yang harus dilaksanakan ialah
bahwa kesimpulan itu jangan panjang. Dalam tulisan yang
singkat, kesimpulan itu bahkan dapat ditiadakan. Dalam tulisan
yang rada panjang, cukup dinyatakan dengan tiga atau empat
kalimat yang tepat guna.
Dalam kalimat-kalimat kesimpulan itu sang penulis dapat saja
memandang ke belakang atau ke depan. Dalam memandang ke
belakang, sang penulis dapat saja kembali pada beberapa
ungkapan atau motif lain pada pendahuluan, menyatakan
kembali tesis, atau dalam tulisan yang agak panjang

149
Umbu Tagela

merangkumkan pokok-pokok penting. Dalam memandang ke


depan, sang penulis dapat meramalkan masa depan,
menyarankan tindakan selanjutnya, memperbincangkan implikasi-
implikasinya atau menunnjukkan ketepatgunaan, kebergunaan
gagasan-gagasan tersebut.

150

Anda mungkin juga menyukai