Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

KEPERAWATAN JIWA

“DISTRESS SPIRITUAL ”

Dosen Pengampu: Ns.Windy Freska,S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh:

Nurul Jannah (2111312023)

Kelompok B

Kelas A2 2021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN AJARAN 2022/2023


A. Pengertian

Distres spiritual adalah kemampuan dalam mengalami dan mengintergrasikan arti dan
tujuan hidup seseorang dengan diri sendiri, orang lain, seni musik, literatur, alam dan
kekuatan yang lebih besar dari dirinya ( Nanda, 2005)

Distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan
seseorang yang di intergrasi secara biologis dan psikologis ( Varcolis, 2000) Faktor resiko
terjadinya distres spiritual adalah perubahan tempat tinggal, perubahan lingkungan, gangguan
fisik dan mental

Distres spiritual adalah gangguan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip kehidupan


seperti kenyakinan maupun keagamaan seseorang yang menyebabkan gangguan pada
aktivitas keagamaan/spiritual akibat daripada masalah pada aspek biologis serta
psikososial individu dimana dapat mengakibatkan individu merasa tidak memiliki arti
kehidupan

B. Penyebab / Etiologi
1. Pengkajian Fisik Abuse
Pengkajian fisik digunakan untuk melihat keadaan fisik pada klien. pengkajian fisik
biasanya digunakan pada korban tindak penganiayaan.
2. Pengkajian Psikologis Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan,
ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang
bertentangan (Altilio, Green, Hedlun, & Fineberg,2006)
3. Pengakajian sosial budaya, dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien
(Spencer, 1998)
Distres spiritual dapat terjadi karena masalah seperti, kondisi menjelang ajal, perubahan
pola hidup, kesepian, pengasingan diri dan kejadian hidup yang tidak diharapkan.

C. Patofisiologi

Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta
fungsi otak.Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat
dapat menghindari stres, namun setiap orang diharapkan melakukan penyesuaian terhadap
perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres. otak kita akan berespon untuk terjadi.
Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M, dan kawan-
kawan (1988) yang menguraikan respon "melawan atau melarikan diri" sebagai suatu
rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan seseorang menghadapi
ancaman yaitu stres.

Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus.


Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan. Sinyal
dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian
pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status emosional seseorang.
Gangguan pada sistem limbik menyebabkan perubahan emosional, perilaku dan kepribadian.
Gejalanya adalah perubahan status mental, masalah ingatan, kecemasan dan perubahan
kepribadian termasuk halusinasi (Kaplan et all, 1996), depresi, nyeri dan lama gagguan
(Blesch et al, 1991).

Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor aka


nmenyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan dengan
munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai dengan munculnya
gangguan pada perilaku sehari- hari baik secara fisik, psikologis, sosial termasuk
spiritual.Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan dengan
timbulnya depresi.

Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya depresi.


Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya depresi antara lain faktor
genetik, lingkungan dan neurobiologi.Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres
spritiual karena pada kasus depresi seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi
kebutuhannya termasuk kebutuhan spritual

D. Karakteristik distres spiritual

Meliputi empat hubungan dasar yaitu :

1. Hubungan dengan diri


a. Ungkapan kekurangan
 Harapan
 Arti dan tujuan hidup
 Perdamaian/ketenangan
 Penerimaan
 Cinta
 Memaafkan diri sendiri
 Keberanian
b. Marah
c. Kesalahan
d. Koping yang buruk

2. Hubungan dengan orang lain

a. Menolak berhubungan dengan tokoh agama


b. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
c. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
d. Mengungkapkan pengasingan diri

3. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam

a. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bemyanyi, mendengarkan musik,


menulis)
b. Tidak tertarik dengan alam
c. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan

4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya


a. Ketidakmampuan untuk berdoa
b. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
c. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
d. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
e.Tiba-tiba berubah praktik agama
f. Ketidakmampuan untuk introspeksi
g. Mengungkapkan hidup tanpa harapan, menderita

E. Mekanisme Koping
Lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual:

1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada
kepentingan orang lain.
2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking,
mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan
langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan
umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan
spiritualnya.
5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan
kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan
dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman
terhadap stresor spiritual dalam mencapai keterampilan koping yang efektif

F. Konsep Asuhan Keperawatan dengan Distress Spiritual

a) Pengkajian

 Alifiasi nilai : partisipasi klien dalam kegiatan keagaamaan apakah dilakukan secara
aktif atau tidak, jenis partisipasi dalam kegiatan agama
 Keyakinan agama dan sipitual: praktik kesehatan misalnya diet. mencari dan
menerima ritual dan upacara agama, strategi koping

b) Diagnosa keperawatan

o Distress spiritual
o Koping inefektif
o Ansietas
o Disfungsi seksual
o Harga diri rendah keputusasaan
c) Intervensi

1. Distress spiritual berhubungan dengan ansietas

 Kaji adanya indikasi ketaatan dalam beragama


 Tentukan kosep kebutuhan klien
 Kaji sumber-sumber harapan dan kekuatan pasien
 Berikan privasi dan waktu bagi klien untuk mengamati praktik keagamaan
 Kolaborasi dengan ahli ibadah (ustad, pastor, pendeta dll)

2. Koping inefektif berhubungan dengan krisisi situasi

 Identifikasi pandangan klien terhadap kondisi dan kesesuaiannya


 Bantu klien mengidentifikasi kekuatan personal
 Peningkatan koping
 Libatkan sumber-sumber yang ada untuk mendukung pemberian pelayanan kesehatan.

Salah satu intervensi dukungan spiritual (terapeutik) yang dapat diberikan adalah dengan
memberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan tentang penyakit dan kematian
(atau hal-hal yang mengganggu). Bentuk aktif dari intervensi ini adalah dengan menulis
sesuatu yang berhubungan dengan masalah, yaitu distres spiritual. Menulis, adalah bagian
dari upaya untuk mengekspresikan perasaan.
Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu mengidentifikasi perasaan khawatir dan
kesepian, menganjurkan berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan surat-surat, dan
berdzikir, serta mengajarkan metode relaksasi dan meditasi.

d) Evaluasi

o Mampu beristirahat dengan tenang


o Menyatakan penerimaan keputusan moral
o Mengekspresikan rasa damai:
✔Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka
✓ Menunjukkan sikap efektif tanpa rasa marah, rasa bersalah
✓ Menunjukkan perilaku lebih positif
✔Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaan nya.
✔Menunjukkan kesejahteraan spiritual seperti :
o Berati dalam hidup
o Pandangan tentang spiritual
o Ketentraman dan kasih sayang serta ampunan
o Berdoa dan beribadah

Luaran utama untuk mereka yang mengalami masalah distres spiritual adalah membaik
atau meningkatnya status spiritual, yang dapat dilihat dari meningkatnya verbalisasi makna
dan tujuan hidup, verbalisasi kepuasan terhadap makna hidup dan verbalisasi perasaan
keberdayaan.
DAFTAR PUSTAKA

Altilio, Green, O., Hedlun, & Fineberg. (2006). Pain Management and Paliative Care.
USA: John Wiley & Sons Inc.

Stuard, G. W. (2013), Principles and Practice of PsychiatricNursing (9 ed.). Missouri:


Mosby, inc.

Townsend. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care in Evidence-


Based Practice. Sixth Edition. Philadelphia. F.A Davis Company

Uswatun Khasanah,Anisa.dkk.”Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Masalah


Keperawatan Gangguan Distress Spiritual Di Upt Panti Sosial Tresna Werdha Magetan” . Vol
5, No 2 (2021).

Anda mungkin juga menyukai