Distress Spiritual
Distress Spiritual
KEPERAWATAN JIWA
“DISTRESS SPIRITUAL ”
Disusun Oleh:
Kelompok B
Kelas A2 2021
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
Distres spiritual adalah kemampuan dalam mengalami dan mengintergrasikan arti dan
tujuan hidup seseorang dengan diri sendiri, orang lain, seni musik, literatur, alam dan
kekuatan yang lebih besar dari dirinya ( Nanda, 2005)
Distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan
seseorang yang di intergrasi secara biologis dan psikologis ( Varcolis, 2000) Faktor resiko
terjadinya distres spiritual adalah perubahan tempat tinggal, perubahan lingkungan, gangguan
fisik dan mental
B. Penyebab / Etiologi
1. Pengkajian Fisik Abuse
Pengkajian fisik digunakan untuk melihat keadaan fisik pada klien. pengkajian fisik
biasanya digunakan pada korban tindak penganiayaan.
2. Pengkajian Psikologis Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan,
ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang
bertentangan (Altilio, Green, Hedlun, & Fineberg,2006)
3. Pengakajian sosial budaya, dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien
(Spencer, 1998)
Distres spiritual dapat terjadi karena masalah seperti, kondisi menjelang ajal, perubahan
pola hidup, kesepian, pengasingan diri dan kejadian hidup yang tidak diharapkan.
C. Patofisiologi
Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta
fungsi otak.Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat
dapat menghindari stres, namun setiap orang diharapkan melakukan penyesuaian terhadap
perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres. otak kita akan berespon untuk terjadi.
Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M, dan kawan-
kawan (1988) yang menguraikan respon "melawan atau melarikan diri" sebagai suatu
rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan seseorang menghadapi
ancaman yaitu stres.
E. Mekanisme Koping
Lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual:
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada
kepentingan orang lain.
2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking,
mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan
langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan
umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan
spiritualnya.
5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan
kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan
dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman
terhadap stresor spiritual dalam mencapai keterampilan koping yang efektif
a) Pengkajian
Alifiasi nilai : partisipasi klien dalam kegiatan keagaamaan apakah dilakukan secara
aktif atau tidak, jenis partisipasi dalam kegiatan agama
Keyakinan agama dan sipitual: praktik kesehatan misalnya diet. mencari dan
menerima ritual dan upacara agama, strategi koping
b) Diagnosa keperawatan
o Distress spiritual
o Koping inefektif
o Ansietas
o Disfungsi seksual
o Harga diri rendah keputusasaan
c) Intervensi
Salah satu intervensi dukungan spiritual (terapeutik) yang dapat diberikan adalah dengan
memberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan tentang penyakit dan kematian
(atau hal-hal yang mengganggu). Bentuk aktif dari intervensi ini adalah dengan menulis
sesuatu yang berhubungan dengan masalah, yaitu distres spiritual. Menulis, adalah bagian
dari upaya untuk mengekspresikan perasaan.
Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu mengidentifikasi perasaan khawatir dan
kesepian, menganjurkan berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan surat-surat, dan
berdzikir, serta mengajarkan metode relaksasi dan meditasi.
d) Evaluasi
Luaran utama untuk mereka yang mengalami masalah distres spiritual adalah membaik
atau meningkatnya status spiritual, yang dapat dilihat dari meningkatnya verbalisasi makna
dan tujuan hidup, verbalisasi kepuasan terhadap makna hidup dan verbalisasi perasaan
keberdayaan.
DAFTAR PUSTAKA
Altilio, Green, O., Hedlun, & Fineberg. (2006). Pain Management and Paliative Care.
USA: John Wiley & Sons Inc.