Anda di halaman 1dari 2

Nama Kelompok 4:

1. Deddy Akbar Perkasa 20230841357


2. Okta Prastu Dinda Sari 20230841358
3. Galang Arya Pramudya 20230841359
4. Merdiyanti Yulianingsih 20230841360
5. Azwar Muamar 20230841361
6. Siti Fatimatuz Zahrah 20230841362

NILAI LUHUR

SOSIAL BUDAYA SEBAGAI TUNTUTAN

Kekuatan konteks soaial-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Yogyakarta


sejalan dengan pemikiran KHD yaitu nyandran. Nyadran adalah tradisi Jawa yang dilakukan
sebagai ungkapan rasa syukur kepada leluhur dan Tuhan atas berkah yang diberikan. Dalam
tradisi ini, masyarakat berkumpul untuk berdoa bersama, memberikan sesajen kepada leluhur,
dan melakukan kegiatan gotong royong seperti membersihkan lingkungan pemakaman. Nilai-
nilai seperti kebersamaan, rasa syukur, dan kepedulian terhadap leluhur sangat terasa dalam
tradisi Nyadran.
Nyadran merupakan tradisi yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal, kebersamaan,
rasa syukur, dan persaudaraan. Meskipun dalam beberapa konteks tradisi ini memiliki nuansa
keagamaan yang kuat, namun nilai-nilai yang terkandung dalam Nyadran juga mencerminkan
sikap kemanusiaan dan kepedulian sosial yang universal. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki
Hajar Dewantara tentang pentingnya kebersamaan dan gotong royong dalam membangun
masyarakat yang kuat dan solidaritas yang tinggi.
Nyadran juga merupakan bagian dari warisan budaya Jawa yang memiliki nilai-nilai
kearifan lokal. Ki Hajar Dewantara sangat menghargai keberagaman budaya dan kearifan lokal
sebagai bagian dari identitas nasional yang kaya. Dengan mempertahankan tradisi Nyadran,
masyarakat Yogyakarta juga menjaga keberlangsungan budaya dan identitas lokal mereka
Nyadran memiliki dimensi religius yang kuat, di mana masyarakat melakukan ritual
untuk memohon berkah kepada leluhur dan Tuhan. Ki Hajar Dewantara, meskipun dikenal
sebagai tokoh modernis dalam bidang pendidikan, tetap sangat menghargai nilai-nilai
spiritualitas dan religiusitas dalam kehidupan. Baginya, pendidikan tidak hanya tentang aspek
intelektual, tetapi juga tentang pembentukan karakter moral dan spiritual yang kuat.
Dalam tradisi Nyadran, masyarakat juga melakukan kegiatan berbagi rezeki kepada
sesama yang membutuhkan, seperti memberikan makanan kepada orang-orang yang datang ke
ritual tersebut. Hal ini mencerminkan nilai-nilai kedermawanan dan kepedulian sosial yang
dijunjung tinggi oleh Ki Hajar Dewantara. Baginya, pendidikan tidak hanya tentang
pembelajaran di sekolah, tetapi juga tentang menjadi manusia yang peduli dan bertanggung
jawab terhadap sesama.
Ki Hajar Dewantara memahami bahwa setiap individu memiliki potensi bawaan yang
dapat diperkuat dan dikembangkan. Dalam konteks Nyadran, kekuatan kodrat dapat dipahami
sebagai kekuatan alam yang memberikan rezeki dan kesuburan kepada masyarakat. Melalui
Nyadran, masyarakat mengakui kekuatan kodrat tersebut dan menyatakan rasa syukur atas
berkah yang diberikan, sementara juga berusaha memperkuat hubungan mereka dengan alam
semesta dan kekuatan alaminya.
Dengan demikian, keterkaitan antara tradisi sosial kultural Nyadran dengan pemikiran
Ki Hajar Dewantara dan konsep kekuatan kodrat terletak pada nilai-nilai kebersamaan,
religiusitas, dan pemahaman tentang potensi bawaan yang dimiliki oleh setiap individu.
Melalui tradisi Nyadran, masyarakat tidak hanya menyatukan diri dalam rasa syukur dan
penghormatan terhadap leluhur dan alam semesta, tetapi juga mengakui kekuatan kodrat yang
ada dalam diri mereka dan dalam lingkungan sekitar.

Anda mungkin juga menyukai