EJ1299579 en Id
EJ1299579 en Id
com
1. PERKENALAN
Program strategis UNESCO (United Nations Education, Scientific, Cultural Organization) pada Decade of Education
salah satunya berfokus pada ESD. Tujuan program diarahkan agar dapat diterapkan di sekolah yang terintegrasi dengan
rencana standar pendidikan, kurikulum dan kerangka kerja [1]. Pendidikan merupakan komponen sosial yang penting serta
alat yang ampuh untuk mengembangkan masyarakat yang damai dan berkelanjutan [2]. Aspek pembangunan berkelanjutan
melalui ESD ditekankan pada bagaimana respon kognitif, afektif, dan perilaku [3]. Pembangunan berkelanjutan
mengandung tiga pilar utama yang terintegrasi, yaitu lingkungan hidup, ekonomi dan sosial [4]. Penerbitan PBB melalui
agenda tahun 2030 memuat 17 tujuan pembangunan berkelanjutan sebagai agenda yang terpadu dan tidak terpisahkan
dalam menyeimbangkan tiga tujuan pembangunan berkelanjutan.
dimensi pembangunan berkelanjutan: ekonomi, sosial dan lingkungan [5]. Aspek pembangunan
berkelanjutan meliputi aspek lingkungan hidup sebagai kelestarian sumber daya alam untuk menjamin fungsi
utama ekosistem, aspek sosial sebagai solidaritas dan kerjasama antar masyarakat, dan aspek ekonomi untuk
menjamin kualitas hidup melalui pengembangan diri individu dan masyarakat.
Sejumlah penelitian menunjukkan pemahaman guru terhadap konsep ESD dan kemampuannya
mengintegrasikan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi ke dalam praktik pendidikan masih kurang. Guru Sekolah
Dasar di Selandia Baru masih memiliki pemahaman yang terbatas dan sederhana mengenai konsep pembangunan
berkelanjutan [7]. Dalam memahami konsep ESD, sebagian besar guru cenderung lebih menekankan pada
identifikasi konsep lingkungan [8]. Kondisi ini tentu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan karena ESD harusnya
dipahami secara holistik dan dilaksanakan secara terpadu antara aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi ke dalam
praktik pembelajaran. Praktik ESD tidak hanya berfokus pada aspek kognitif saja, namun bagaimana memfasilitasi
kesadaran bahwa manusia adalah bagian dari ekosistem, dan diterjemahkan ke dalam tindakan moral untuk
melestarikan lingkungan.
Banyak peneliti yang membahas pendidikan lingkungan hidup di sekolah namun dalam konteks penelitian
di Indonesia yang secara khusus mengidentifikasi karakteristik integrasi pembangunan berkelanjutan yang mencakup aspek
lingkungan, sosial, dan ekonomi ke dalam praktik ESD yang mencakup dimensi pembelajaran kognitif, afektif, dan perilaku
masih terbatas. Pendekatan pembelajaran yang holistik terhadap konten ESD diperlukan untuk membedakan bagaimana
implikasi permasalahan pembangunan berkelanjutan pada setiap dimensi dari sudut pandang yang berbeda [10]. Beberapa
tahun terakhir, Pemerintah Kota Surabaya telah menunjukkan komitmennya dalam mendukung penyelenggaraan
pendidikan lingkungan hidup, termasuk pada jenjang pendidikan dasar (sekolah dasar). Sejak tahun 2016 gagasan
pendidikan lingkungan hidup melalui program Adiwiyata mendorong warga sekolah di Surabaya untuk mengenal dan
mengembangkan sikap lebih ramah lingkungan dengan melakukan kegiatan pelestarian lingkungan. Selain itu, untuk
mendukung kebijakan tersebut, Tunas Hijau telah diperkenalkan di sekolah-sekolah untuk membantu program Pemerintah
Kota Surabaya di bidang lingkungan hidup dengan motto “oleh anak-anak dan generasi muda untuk bumi yang lebih baik”.
Tunas Hijau mempunyai tugas untuk memfasilitasi dan mendorong kesadaran warga sekolah melalui praktik sederhana,
nyata dan berkelanjutan dalam meningkatkan kondisi lingkungan yang lebih baik.
Sekolah dasar di kota surabaya baik negeri maupun swasta masing-masing mempunyai ciri khasnya masing-masing
yang unik dan membedakan dengan sekolah lain. Untuk studi banding, terdapat tiga SD yaitu SD
Al Irsyad yaitu SD swasta berbasis pendidikan Islam di Surabaya yang mempunyai prestasi
Adiwiyata mandiri yang selanjutnya dikategorikan ke dalam klaster lingkungan hidup; SD Citra
Berkat merupakan sekolah swasta yang memiliki program Kewirausahaan dengan orientasi
mendorong siswa berpikir kreatif dan inovatif dalam menggali ilmu pengetahuan yang selanjutnya
dikategorikan ke dalam klaster ekonomi; SD Putat Gede I yang merupakan Sekolah Dasar negeri
yang mencanangkan sebagai “Sekolah Ramah Anak” dengan tetap melibatkan partisipasi
masyarakat sekitar secara aktif dalam berbagai program unggulan kegiatan sekolah, yang
selanjutnya dikategorikan dalam gugus aspek sosial.
Oleh karena itu tulisan ini dimaksudkan untuk memperdalam dan memperkaya perspektif praktik baik
yang telah dilakukan terkait integrasi pembangunan berkelanjutan ke dalam ESD. Melalui gambaran implementasi
ESD di ketiga sekolah dasar di kota Surabaya ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi sejumlah pihak dalam
menggalakkan konsep pembangunan berkelanjutan di bidang pendidikan sebagai sebuah kebijakan yang baik.
praktik yang berkaitan dengan penerapan pembangunan berkelanjutan di sektor pendidikan.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif komparatif. Penelitian ini adalah
fokus pada identifikasi karakteristik integrasi aspek pembangunan berkelanjutan ke dalam dimensi
pembelajaran di sekolah dasar. Subyek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru yang tersebar di
tiga SD Al Irsyad Surabaya, SD Citra Berkat Surabaya dan SD Putat Gede I Surabaya sebanyak tiga orang
kepala sekolah dan enam orang guru yang mewakili mengajar di kelas awal/bawah dan lanjutan/tinggi.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara
terhadap responden. Sedangkan data sekunder yang digunakan berupa data dokumen berupa program
sekolah dan laporan serta dokumentasi kegiatan terkait ESD berupa foto dan arsip. Sehubungan dengan
adanya wabah pandemi penyakit virus corona (COVID-19) (coronavirus) di tengah proses pendataan secara
serentak yang memaksa sejumlah pembatasan terutama protokol pemerintah mengenai penjarakan fisik,
maka proses pendataan melalui wawancara dilanjutkan melalui komunikasi daring jasa. Analisis data
penelitian ini menggunakan reduksi data, display data dan verifikasi (penarikan kesimpulan). Penilaian
keabsahan data yang digunakan dalam penelitian melalui kredibilitas (melalui member check), transferabilitas
(melalui deskripsi tebal), ketergantungan (melalui kemunculan), dan
konfirmabilitas (melalui data jejak audit) dan kristalisasi, sehingga peneliti dapat menganalisis situasi yang sama dari
perspektif yang berbeda. responden yang berbeda-beda.
Revitalisasi merupakan proses peningkatan aspek sosial dan ekonomi suatu kawasan konservasi. Ini
tahapan kegiatan dimulai dari perencanaan (penentuan penanggung jawab, sumber dukungan
pendanaan), pelaksanaan (partisipasi warga sekolah) dan evaluasi. Keseluruhan kegiatan tersebut telah
dilaksanakan di SD Al Irsyad dan SD Putat Gede I. Kegiatan revitalisasi di kedua sekolah ini diwujudkan
melalui pengembangan sistem tanam hidroponik dengan memanfaatkan jenis tanaman olahan,
J Edu & Belajar, Vol. 15, No.2 Mei 2021 : 178 – 187
J Edu & Belajar ISSN: 2089-9823 - 181
yaitu sayuran. Kegiatan hidroponik ini selain kegiatan pembelajaran memelihara tanaman juga melatih
mengenal kegiatan ekonomi berupa produksi, distribusi melalui penjualan hasil panen hidroponik dan
konsumsi. Untuk lebih jelasnya karakteristik masing-masing sekolah dalam aspek keberlanjutan sosial
disajikan pada Tabel 1.
jenis kelamin kegiatan membuat sederhana berbagai kegiatan seperti perbedaan, regional kultural
persamaan batik denganGulijat pemilihan ketua kelas, itu pertunjukan seperti regional
teknik pembuatan produk pembagian tugas, dan berbagai menari, rakyat lagu Dan
miniatur rumah adat. peluang tanpa memandang cerita rakyat, sekarang setara
perbedaan gender. peluang bagi laki-laki dan
perempuan).
SD Al Irsyad berupaya memanfaatkan (1) pemanfaatan air bekas wudhu sebagai pengisi air kolam ikan
mas. Praktik tersebut dapat dikatakan menerapkan prinsip ekologi dan prinsip ekonomi secara bersamaan; (2) peduli
terhadap kehidupan, yaitu dirancang melalui kebiasaan peduli, menghargai, dan menciptakan iklim yang
mendukung untuk mengembangkan kepekaan terhadap kondisi lingkungan sekitar; (3) mengadopsi pola produksi,
konsumsi dan reproduksi, yaitu dengan mengolah sumber daya alam di sekitar sekolah menjadi produk yang
bermanfaat. SD Putat Gede I Surabaya melaksanakan melalui kegiatan pembuatan minuman herbal dari jahe merah
hasil tanaman toga serta penjualan hasil tanaman hidroponik. SD Al Irsyad menerapkan pengolahan sumber daya
alam yang ada di sekitar sekolah seperti pengolahan buah belimbing wuluh dan buah markisa menjadi sirup, buah
pisang menjadi keripik pisang, dan lidah buaya menjadi puding. Siswa mengolah hasil kebun sekolah menjadi
makanan sehat dan dikemas secara menarik, kemudian dijual dalam kegiatan Ecopreneur Market. Sedangkan SD
Citra Berkat menerapkan pengolahan makanan tradisional hasil karya siswa dan kemudian diapresiasi pada
Ecopreneur Week. Selain itu, kegiatan pendukung lainnya adalah penanaman tanaman obat keluarga (TOGA).
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengenalkan kepada siswa pengetahuan tentang jenis, kandungan dan manfaat
tanaman TOGA seperti lidah buaya, kunyit, jahe merah, kencur dan lengkuas. Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa
dapat mempelajari jenis tanaman tersebut menjadi produk pangan yang bermanfaat melalui pengolahan minuman
herbal (jamu) dan puding lidah buaya yang mempunyai potensi nilai ekonomi. Sedangkan di SD Citra Berkat kegiatan
revitalisasi difasilitasi melalui kegiatan Ecopreneur Week. Kegiatan ini diarahkan untuk melatih siswa berinovasi
dalam menciptakan kreasi makanan tradisional Indonesia dengan kegiatan cooking class yang memanfaatkan
bahan-bahan alami yang diperoleh dari kebun sekolah. Karakteristik masing-masing sekolah dalam aspek
keberlanjutan sosial disajikan pada Tabel 3.
J Edu & Belajar, Vol. 15, No.2 Mei 2021 : 178 – 187
J Edu & Belajar ISSN: 2089-9823 - 183
sumber belajar
2 Afektif Penguatan perhatian, empati, Mengembangkan sikap toleransi dengan Perkembangan dari merawat
tanggung jawab terhadap orang lain menghadirkan keberagaman. sikap, empati melalui
Dan lingkungan interaksi langsung
keberlanjutan. dengan alam sekitar.
3 Perilaku Partisipasi aktif dalam penggunaan Kegiatan penanaman dan pengolahannya Kegiatan penyemaian tanaman ke
teknologi sederhana taman rumah hasil pengolahan proses pemeliharaan.
layar vertikal, kebun binatang mini, sistem hidroponik dan tanaman obat
hidroponik. keluarga (JUBAH). Memanfaatkan
4 Kognitif- Pemanfaatan fasilitas sekolah sumber daya sekolah berupa Memanfaatkan itu sekolah
afektif- berupa rumah kasa untuk pengenalan yang beragam lingkungan berupa
perilaku memperkenalkan tanaman
perkembangan
tanaman hidroponikDanJUBAHatau
introduksi tumbuhan
integrasi (kognitif), peduli sikap dan keberagaman (kognitif),
Tanaman Obat Keluarga (kognitif),
perawatan yang bertanggung jawab untuk sikap peduli menjaga
kepekaan ke lingkungan
aktivitas (afektif). kepedulian lingkungan taman sekolah
kelestarian (afektif), dan
untuk
Di SD Al Irsyad kegiatan ekoliterasi ini dipraktikkan melalui kegiatan pembelajaran di alam dengan
memanfaatkan Rumah Layar. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru memberikan kegiatan proyek yang berkaitan
dengan pelestarian lingkungan hidup. Siswa dikondisikan untuk memperoleh pengalaman belajar menemukan hal-
hal baru berdasarkan kegiatan observasi, pengumpulan data hingga tahap pembuktian. Kegiatan ecoliteracy di
sekolah ini tidak hanya diarahkan pada kognisi saja namun diharapkan mampu berimplikasi pada pengembangan
sikap siswa. Secara rinci tahapan pengembangan sikap siswa meliputi (1) pengembangan empati terhadap segala
bentuk kehidupan, yaitu pembelajaran yang ditekankan pada pencapaian tingkat kesadaran dan peningkatan
kepekaan empati siswa melalui pembiasaan atau akulturasi. Bersamaan dengan itu, sekolah-sekolah dasar di Kota
Surabaya termasuk di SD Al Irsyad sejak tahun 2015 mencanangkan program “Sarapan Sehat” yang bertujuan untuk
melatih kebiasaan siswa mengurangi penggunaan plastik dengan membawa kotak bekal dan botol minum (tumbler).
Selain itu, beberapa kegiatan lain yang telah dirintis dan dilaksanakan di SD Al Irsyad antara lain kegiatan pemilahan
sampah organik dan anorganik.
Kegiatan serupa juga telah dilakukan di SD Citra Berkat Surabaya melalui kegiatan (1) outing back to natural
dengan memfasilitasi siswa melakukan tahapan kegiatan observasi, dilanjutkan dengan analisis dan sintesis yang diberikan
pada LKS. Kegiatan tersebut dapat melatih siswa secara langsung menikmati pembelajaran bagaimana merawat, menjaga
dan memanfaatkan lingkungan sekitar dengan baik, (2) Mengantisipasi akibat yang tidak diinginkan, merupakan tahapan
pembelajaran yang membimbing siswa untuk memiliki sikap tanggung jawab dan konsekuensi terhadap dampak suatu
lingkungan. tindakan. Pembelajaran ini dipraktekkan melalui penanaman tanaman baik dengan media tanam hidroponik,
tanah, batu bata maupun vertical garden. Selama kegiatan pembelajaran, seorang siswa diberi tanggung jawab untuk
merawat tanaman yang ditanamnya dengan melakukan kegiatan penyiraman, pengecekan pH larutan dan pemberian
nutrisi secara rutin. Pengembangan keterampilan ekoliterasi lainnya berupa mendaur ulang sampah anorganik menjadi
lebih bermanfaat dan mengolah sampah organik menjadi kompos melalui media komposter telah dilakukan secara mandiri
oleh ketiga sekolah seperti tersaji pada Tabel 4.
3.5. Diskusi
Pada prinsipnya ESD merupakan sebuah konsep yang berorientasi pada prioritas peningkatan mutu pendidikan dan pendidikan
dengan mempertimbangkan kontribusinya terhadap keberlanjutan sektor lingkungan, ekonomi, dan
sosial [12]. Berdasarkan hasil penelitian terhadap praktik ESD di SD Al Irsyad, SD Putat Gede I dan SD
Citra Berkat Surabaya, diketahui bahwa konsepsi ketiga sekolah di Kota Surabaya telah berupaya untuk
menerjemahkan konsepsi tersebut. pembangunan berkelanjutan di bidang pendidikan melalui berbagai
kegiatan yang umumnya diwujudkan dalam kegiatan konservasi dan pengembangan ekoliterasi. Kunci
dari model pendidikan berkelanjutan adalah menghubungkan kembali manusia dengan alam dan
lingkungan [13].
Kegiatan konservasi meliputi tahapan preservasi, restorasi, adaptasi dan rekonstruksi. Dari ketiga sekolah tersebut
diketahui telah berusaha menerapkan berbagai kegiatan pengelolaan lingkungan hidup. Pembentukan karakter dan
keterhubungan dengan alam pada masa kanak-kanak yang dapat berlangsung hingga akhir hayat seseorang. Berbagai
kegiatan tersebut antara lain pembuatan ruang terbuka hijau, taman literasi, taman sekolah yang ditanami berbagai jenis
tanaman dan hewan peliharaan; penanaman tanaman hidroponik melalui rumah kasa, urban framing, vertical garden dan
tanaman obat keluarga (TOGA) seperti lidah buaya, kunyit, jahe merah, kencur dan lengkuas; pemanfaatan material yang
tidak terpakai seperti pipa dan batu bata sisa konstruksi; praktik pembiasaan seperti sistem non-plastik melalui reward and
punishment, kebiasaan sarapan sehat, pengelolaan sumber daya air dengan memanfaatkan air bekas wudhu sebagai
pengisi kolam ikan; memilah sampah organik dan anorganik untuk dijadikan kompos; kegiatan rutin merawat tanaman
dengan cara menyiram pada pagi hari, memeriksa pH larutan dan memberikan nutrisi secara teratur. Perilaku terhadap
lingkungan dipengaruhi oleh sikap peduli dalam menjaga alam dan memperlakukannya dengan baik dan ramah.
Praktik ESD di sekolah dapat mendorong pembelajaran keterampilan, perspektif, dan nilai-nilai yang diperlukan
menumbuhkan masyarakat yang berkelanjutan [16]. Selain itu, melalui praktik konservasi ini diharapkan dapat menjadi
bekal positif bagi siswa di masa depan. Hal ini sesuai dengan penelitian mengenai kegiatan daur ulang sampah yang dapat
memberikan manfaat jangka panjang berupa perubahan perilaku masyarakat dari yang semula hanya memindahkan
sampah menjadi mengelola dan memanfaatkan kembali sampah [17]. Pengalaman di berbagai negara menunjukkan bahwa
keterlibatan masyarakat dalam ilmu pengetahuan berbasis alam terbukti meningkatkan kesadaran akan pentingnya
keanekaragaman hayati serta perubahan sikap dan sikap pro lingkungan [18]. Dengan menggabungkan pembangunan dan
keberlanjutan, pembangunan memperoleh paradigma baru dengan landasan filosofis untuk menyeimbangkan dan
mengintegrasikan aspek lingkungan, permasalahan ekonomi, dan kemajuan masyarakat.
Selanjutnya keterkaitan antara pengelolaan aspek lingkungan hidup dengan aspek sosial ekonomi, ketiga
sekolah tersebut diwujudkan dalam beberapa kegiatan antara lain memperkenalkan dan melatih siswa mengenai
kegiatan ekonomi (produksi, konsumsi, dan distribusi) melalui penjualan atau minggu wirausaha tanaman
hidroponik dan TOGA kepada warga sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar; partisipasi dan kolaborasi komunitas
sekolah melalui kegiatan pertunjukan budaya, pemberdayaan budaya sekolah sebagai wujud pendidikan
multikultural dan kesetaraan dan penciptaan genderBatik Gulijatdan kekayaan budaya bangsa. Dalam konteks
konservasi, partisipasi dianggap sebagai salah satu saluran paling efektif untuk menyelesaikan trade-off dalam
pembangunan berkelanjutan [20]. Selanjutnya untuk pengembangan kegiatan ekoliterasi, ketiga sekolah juga
mencoba mewujudkannya melalui berbagai kegiatan pembelajaran antara lain pemanfaatan ruang/lahan hijau
sebagai sumber dan pengalaman belajar; pembelajaran berdasarkan kegiatan mulai dari observasi, pengumpulan
data, pengolahan dan analisis data serta penarikan kesimpulan dan presentasi hasil kerja kelompok; pembelajaran
berbasis proyek melalui eksplorasi, perencanaan, pelaksanaan, komunikasi, dan refleksi. Ketika guru mengadopsi
pendekatan holistik dalam mengajar, siswa memiliki tingkat pengetahuan yang lebih besar tentang masalah
lingkungan [21].
Keberhasilan menerjemahkan konsepsi pembangunan berkelanjutan ke dalam praktik sangat bergantung
pada bagaimana komitmen warga sekolah (kepala sekolah, guru, siswa, dan staf) diarahkan melalui kepemimpinan
yang kuat dan konsisten ke dalam berbagai kebijakan dan program sekolah serta dukungan dari berbagai pihak.
pemangku kepentingan. Faktor pendukung keberhasilan penanaman sikap peduli lingkungan pada siswa sangat
didukung oleh dukungan keteladanan perilaku dari kepala sekolah, guru dan staf di sekolah. Berbagai program
tersebut dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler sesuai dengan otonomi sekolah yang
menjadikan lingkungan sekolah menjadi pengikat aspek sosial dan ekonomi. Untuk menunjang keberhasilan
kelestarian lingkungan hidup, perlu memperhatikan struktur sistem ekonomi dan sistem sosial. Institusi pendidikan
guru di Skotlandia mensyaratkan bahwa ruang lingkup pembangunan berkelanjutan dimasukkan dalam program
pendidikan baik bagi calon pelamar maupun siswa untuk belajar tentang keberlanjutan sebagai elemen inti dari
standar pendidikan profesional [24]. Reorientasi pendidikan guru direkomendasikan untuk mengadopsi
pengembangan keterampilan mengajar dalam konteks risiko, kerentanan, dan ketidakpastian [25]. Beberapa praktik
ESD yang diterapkan di Sekolah Dasar ketiga setidaknya sejalan dengan agenda di banyak negara maju seperti Eropa
dan Amerika Utara dimana negara-negara tersebut telah
J Edu & Belajar, Vol. 15, No.2 Mei 2021 : 178 – 187
J Edu & Belajar ISSN: 2089-9823 - 185
memperdebatkan ESD ke dalam kurikulum tema yang akan dimasukkan dalam silabus mata pelajaran, buku teks, penilaian
pembelajaran dan metode pedagogi [26].
Berdasarkan keterkaitan ketiga aspek utama ESD tersebut, terlihat jelas bahwa praktik yang diterapkan di sekolah
masih dominan berfokus pada kegiatan lingkungan hidup. Selain itu, jika dilihat dari tipologi pengelolaan lingkungan hidup,
praktik ESD yang dilakukan di ketiga sekolah tersebut merupakan manajemen reformis yang ditandai dengan perubahan
pemanfaatan lahan tidur menjadi lahan terbuka, penggunaan material yang tidak terpakai. Manajemen reformis
menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan ekosistem, walaupun seringkali sama-sama sederhana
dengan mengubah sebagian kecil, namun merupakan adaptasi dan tidak masuk/mempengaruhi proses pengambilan
keputusan yang lebih tinggi [27]. Selain itu, jika dilihat dari pengklasifikasian bentuk kepedulian lingkungan, praktik ESD di
ketiga sekolah tersebut termasuk dalam paham lingkungan hidup baru, yaitu upaya masyarakat untuk menciptakan
keberlanjutan sosial dan ekonomi melalui pilihan gaya hidup yang diwujudkan dalam praktik sehari-hari seperti penggunaan
bahan plastik sekali pakai, penggunaan kendaraan listrik, dan sebagainya. Perubahan konsep ESD dari awal sebagai proses
'menciptakan kesadaran' dan sosialisasi perubahan perilaku dapat bertransformasi menjadi proses pembelajaran yang
mendorong keterlibatan aktif dan partisipatif [28].
Walaupun dilihat dari sudut pandang pengelolaan lingkungan hidup masih terbatas dan sederhana, namun
Praktik ESD yang diterapkan di ketiga SD tersebut setidaknya sudah menunjukkan komitmen dan tindakan
nyata. Penerapan nilai-nilai ESD pada satuan pendidikan dimulai dari konsep sederhana lingkungan baru
kemudian mencakup pendekatan yang kompleks dan holistik pada bidang sosial dan ekonomi. Mengadopsi
pendekatan interdisipliner dapat memfasilitasi praktik pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan [30].
Praktik baik yang dapat diadopsi dan disebarluaskan antara lain kegiatan eco-school melalui pemanfaatan
dan optimalisasi sumber daya alam dengan memperhatikan konservasi, keterkaitan aspek sosial dan ekonomi
melalui ecopreneur dan keterlibatan peran serta masyarakat serta dukungan pemerintah daerah melalui
program eco-school.Tuna Hijauorganisasi dan BLH Kota Surabaya melalui kegiatan Adiwiyata. Keterlibatan
masyarakat dan komunitas lokal sangat penting untuk mengembangkan dan menerapkan sistem pengelolaan
lingkungan yang lebih efektif bagi ekosistem dan keanekaragaman hayati [31].
Selain itu, praktik baik lainnya di ketiga sekolah tersebut adalah penerapan program ekoliterasi seperti
pembelajaran lingkungan melalui penggunaan rumah kasa, pembelajaran berbasis proyek membuat tanaman
hidroponik, pembelajaran praktik pengelolaan sampah organik, dan pelaksanaan tahapan. eksplorasi, perencanaan,
tindakan, komunikasi dan refleksi dalam pembelajaran. Eco literation merupakan kesadaran bahwa alam dan
manusia saling mempengaruhi dalam segala aspek kehidupannya untuk membentuk masyarakat berkelanjutan
yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Tujuan utama ekoliterasi adalah membangun interaksi antara
makhluk hidup dengan lingkungan alam dalam kehidupan bersama di planet bumi, melalui aspek pengetahuan,
sikap dan keterampilan. Literasi lingkungan memberikan pengetahuan, dan siswa dapat menggunakan pengetahuan
tersebut untuk mengambil keputusan mengenai permasalahan lingkungan hidup. Melalui ecoliteracy, pada
gilirannya siswa diharapkan menyadari pentingnya menjalin hubungan dengan alam sedini mungkin; meningkatkan
kontak langsung dengan lingkungan alam yang berkaitan dengan kesehatan fisik, sosial, mental, dan spiritual;
hubungan dengan alam diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan empati terhadap alam serta menumbuhkan
perilaku ekologis. Untuk mengarah pada pemahaman yang utuh tentang makna pendidikan berkualitas, perlu
mempertimbangkan wawasan yang diberikan oleh keberlanjutan pendidikan lingkungan dan ESD [35].
4. KESIMPULAN
Berdasarkan praktik ESD yang diterapkan di tiga sekolah dasar di Surabaya yaitu SD Al
Irsyad, SD Putat Gede I dan SD Citra Berkat Surabaya telah didukung dengan kebijakan dan program sekolah.
Selain itu, sejumlah indikator pembangunan berkelanjutan di bidang pendidikan sudah terlihat meskipun
keterkaitan ketiga aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi masih belum terintegrasi sepenuhnya serta ruang
lingkupnya terbatas dan sederhana. Pertama, praktik ESD di SD Al Irsyad Surabaya difokuskan pada
pelaksanaan program pelestarian lingkungan hidup dengan berusaha dikaitkan dengan aspek sosial dan
ekonomi melalui pelibatan peran serta warga sekolah dan masyarakat dalam pemanfaatan hasil kebun
sekolah dan praktik pembelajaran. memanfaatkan lingkungan sebagai pembelajaran. Kedua, praktik ESD di
SD Citra Berkat Surabaya difokuskan pada program POE melalui kegiatan sosial ekonomi dengan
memanfaatkan lingkungan sebagai unsur pendukungnya. Konsep yang diterapkan masih dipisahkan antara
aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Namun melalui pemanfaatan lingkungan siswa difasilitasi melalui
pembelajaran berbasis proyek, berorientasi pada menghasilkan produk dan apresiasi budaya dengan konsep
Outing-Back to Nature. Ketiga, praktik ESD di SDN Putat Gede I Surabaya lebih fokus pada kegiatan sosial
lingkungan. Strategi utama diwujudkan melalui program penghijauan, pembiasaan diri hidup sehat,
pemanfaatan produk taman sekolah, keterlibatan partisipatif warga sekolah dengan menjunjung tinggi
toleransi terhadap perbedaan dan kesetaraan gender.
REFERENSI
[1] UNESCO, “Dekade ESD PBB,”Mendidik. Mempertahankan. Dev., 2014.
[2] M. Cars dan EE West, “Pendidikan untuk masyarakat berkelanjutan: pencapaian dan praktik yang baik di Swedia selama
Dekade Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (UNDESD) PBB,”Lingkungan Hidup, Pembangunan dan
Keberlanjutan, jilid. 17, tidak. 1, hal. 21-1 2014, doi: 10.1007/s10668-014-9537-6.
[3] C. Borg, N. Gericke, HO Höglund, dan E. Bergman, “Perbedaan yang terikat pada mata pelajaran dan pengalaman dalam pemahaman
konseptual guru tentang pembangunan berkelanjutan,”Mengepung. Mendidik. Res., jilid. 20, tidak. 4, hal.526-551 2014, doi:
10.1080/13504622.2013.833584.
[4] B. Giddings, B. Hopwood, dan GO Brien, “Lingkungan, ekonomi, dan masyarakat: menyatukan keduanya dalam pembangunan
berkelanjutan,"Pembangunan berkelanjutan, jilid. 10, tidak. 4, hlm. 187-196, 2002, doi: 10.1002/sd.199.
[5] Persatuan negara-negara. Majelis Umum, “Mengubah dunia kita: Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030. Resolusi yang
diadopsi oleh Majelis Umum pada tanggal 25 September 2015,”Pemerintah melalui Tujuan Sustain. Dev. Tujuan sebagai
Gubernur Innov., 2015, doi: 10.7551/mitpress/9780262035620.003.0011.
[6] F. Rauch, “Potensi pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan untuk reformasi di sekolah,”Penelitian Pendidikan
Lingkungan, jilid. 8, tidak. 1, hal. 43-51, 2002, doi: 10.1080/13504620120109646.
[7] S. Birdsall, “Mengukur pemahaman siswa guru dan kesadaran diri terhadap keberlanjutan,”Penelitian Pendidikan
Lingkungan,jilid. 20, tidak. 6, hal.814-835. 2014, doi: 10.1080/13504622.2013.833594.
[8] E. Sinakou, J. Boeve-de Pauw, M. Goossens, dan P. Van Petegem, “Akademisi di bidang Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan: Konsepsi mereka tentang pembangunan berkelanjutan,”J.Bersih. Melecut., jilid. 184, hal.321-332. 2018,
doi: 10.1016/j.jclepro.2018.02.279.
[9] FN Simanjuntak, “Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan(dalam Bahasa Indonesia),”Jurnal Dinamika Pendidikan,jilid. 10, tidak.
2, hal.169-195, 2018, doi: 10.33541/jdp.v10i3.634.
[10] T. Berglund dan N. Gericke, “Perspektif terpisah dan terintegrasi mengenai dimensi lingkungan, ekonomi, dan sosial –
penyelidikan pandangan siswa tentang pembangunan berkelanjutan,”Penelitian Pendidikan Lingkungan, jilid. 22, tidak.
8, hal.1115-1138, 2016, doi: 10.1080/13504622.2015.1063589.
[11] S. Rezkita dan K. Wardani, “Integrasi pendidikan lingkungan hidup membentuk karakter peduli lingkungan di
sekolah dasar/Pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup membentuk karakter peduli lingkungan di
sekolah dasar,”J.ke-SD an, jilid. 4, tidak. 2, 2018.
[12]UNESCO,Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan dalam Aksi -
Buku Sumber. 2012.
[13] FM Martínez-Rodríguez, M. de los Ángeles Vilches Norat, dan A. Fernández-Herrería, “Menantang pandangan
neoliberal tentang pendidikan: Pusat Ekoliterasi sebagai praktik pendidikan transformatif,”Globalisasi, jilid. 15,
tidak. 3, hal.422-436, 2018, doi: 10.1080/14747731.2018.1446601.
[14] BK Haywood, JK Parrish, dan J. Dolliver, “Ilmu pengetahuan warga berbasis tempat dan kaya data sebagai pendahulu tindakan
konservasi,”Konservasi. biologi., jilid. 30, tidak. 3, hal.476-486, 2016, doi: 10.1111/cobi.12702.
[15] N. Špur, S. Škornik, dan A. Šorgo, “Pengaruh dimensi sikap terhadap minat anak-anak dalam melestarikan padang
rumput yang luas,”Jurnal Studi Pedesaan,jilid. 72, hal.23-36,2019, doi: 10.1016/j.jrurstud.2019.09.011.
[16] R. Laurie, Y. Nonoyama-Tarumi, R. Mckeown, dan C. Hopkins, “Kontribusi Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan
(ESD) terhadap Pendidikan Berkualitas: Sintesis Penelitian,”Jurnal Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, jilid.
10, tidak. 2, hal.226-242, 2016, doi: 10.1177/0973408216661442.
[17] MM Solihin, PM, dan DS, “Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah Melalui Bank Sampah di Desa
Ragajaya, Bojonggede-Bogor, Jawa Barat(dalam Bahasa Indonesia),”Jurnal Ilmu Lingkungan,jilid. 17, tidak. 3,
hal.388-398, 2019, doi: 10.14710/jil.17.3.388-398.
[18] SG Schuttler, AE Sorensen, RC Jordan, C. Cooper, dan A. Shwartz, “Menjembatani kesenjangan alam: dapatkah sains
warga membalikkan kepunahan pengalaman?”,Perbatasan dalam Ekologi dan Lingkungan,jilid. 16, tidak. 7, hal. 405-
411, 2018, doi: 10.1002/biaya.1826.
[19] RN Gorana dan PR Kanaujia, “Sekolah untuk Pembangunan Berkelanjutan di Negara-negara Asia Selatan,” di Reorientasi
Upaya Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, hal.1-19, 2016.
[20] RP Bixler, J. Dell'Angelo, O. Mfune, dan H. Roba, “Ekologi Politik Konservasi Partisipatif,” Jurnal Ekologi
Politik,jilid. 22, tidak. 1, hal.164-182, 2015, doi: 10.2458/v22i1.21083.
[21] JB de Pauw, N. Gericke, D. Olsson, dan T. Berglund, “Efektifitas pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan,”
Keberlanjutan,jilid. 7, tidak. 11, hal.15693-15717. 2015, doi: 10.3390/su71115693.
[22] WO Susilawati dan H. Widodo, “Strategi guru dalam mendukung pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan,”
vol. 13, tidak. 2, hal.247-254, 2019, doi: 10.11591/edulearn.v13i2.12167.
[23] JH Spangenberg, “Ruang lingkungan dan prisma keberlanjutan: Kerangka indikator yang mengukur
pembangunan berkelanjutan,”Indikator ekologi, jilid.2, TIDAK. 3, hal. 295-309, 2002, doi: 10.1016/S1470-
160X(02)00065-1.
[24] S. Martin, J. Dillon, P. Higgins, G. Strachan, dan P. Vare, “Refleksi ESD di sekolah-sekolah Inggris,” diSekolah untuk
Pembangunan Berkelanjutan di Eropa: Konsep, Kebijakan dan Pengalaman Pendidikan di Akhir Dekade Pendidikan
untuk Pembangunan Berkelanjutan PBB, hal.335-360, 2015.
[25] R. Chineka dan C. Mukundu, “Mengintegrasikan Kepedulian Komunitas Sekolah dalam Membingkai ESD dan Kualitas Pendidikan,”
diSekolah untuk Pembangunan Berkelanjutan di Afrika, hal.141-152, 2017.
[26] A. Benavot, “Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan di Pendidikan Dasar dan Menengah,” no. Oktober, hal. 43,
2014, doi: 10.13140/RG.2.1.1978.9283.
[27] R. Mathevet, F. Bousquet, dan CM Raymond, “Konsep penatalayanan dalam ilmu keberlanjutan dan
J Edu & Belajar, Vol. 15, No.2 Mei 2021 : 178 – 187
J Edu & Belajar ISSN: 2089-9823 - 187