Dosen Pengampu:
Dedeh Kartini, S Pd, M.Pd.
Disusun oleh:
Djulfikri 2310631160054
Agan Mukhbit 2310631160043
Jakarta, atau secara resmi bernama Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah
ibu kota negara dan kota terbesar di Indonesia. Jakarta, dengan luas kota:
661,52 Km2, terletak di antara 60 8′ Lintang Selatan dan 106 0 48′ Bujur
Timur. Sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Banten dan sebelah timur
dan selatan berbatasan dengan Propinsi Jawa Barat. Di sebelah utaranya
berbatasan dengan laut Jawa.
Ibu Kota : Kota Jakarta
Gubernur : Anies Baswedan
Wakil Gubernur : Basuki Tjahaja Purnama
Sekretaris Daerah : Marullah Matari
Ketua DPRD : Prasetyo Edi Marsudi
1.
2. Rumah Panggung
3. Rumah Joglo
4. Rumah Gudang
Rumah Kebaya atau Rumah Bapang merupakan rumah adat Betawi asli
yang terinspirasi dari kebaya. Jika dilihat dari sisi samping, bentuk pelana
atap rumah ini seperti lipatan rok kebaya. Rumah kebaya identik dengan
terasnya yang luas dan terdapat bangku meja kursi, ini memiliki arti
bahwa orang Betawi akan terbuka dan menghargai siapa pun yang
datang. Selain itu, rumah kebaya juga dikelilingi pagar yang berarti
walaupun terbuka dengan siapa pun, orang Betawi juga memiliki batasan
terhadap hal yang negatif. Di setiap sudut rumah kebaya terdapat banyak
ornamen identitas rumah adat, seperti gigi balang dan banji. Gigi balang
1
merupakan papan berbentuk segitiga yang terlihat seperti gigi belalang.
Ornamen ini merupakan simbol suku Betawi yang memegang teguh
kejujuran dan kerja keras seperti belalang. Sedangkan ornamen banji
memiliki bentuk tumbuh-tumbuhan, seperti bunga matahari. Bunga
matahari berarti sumber kehidupan dan terang, maka penghuni rumah
memiliki pola pikir dan jiwa yang terang agar menjadi anutan bagi
penghuni sekitarnya.
1.
2. Baju Sadariah
3. Baju Demang
4. Baju Tikim dan Celana Pangsi
5. Busana Pengantin DKI Jakarta
6. Kain Batik Betawi
2
tutup serta rambut sanggul untuk menambah kesan keindahan kebaya
adatnya.
Lagu ondel ondel DKI Jakarta memang identik dengan ikonnya yaitu
ondel-ondel. Sebuah boneka besar yang memiliki tinggi 2,5 meter dengan
hiasan baju adat Betawi.
Ondel-ondel sendiri sangat mudah Anda jumpai bila berkunjung ke
tempat-tempat wisata di Jakarta. Tidak jauh berbeda dengan bonekanya, lagu
Ondel-Ondel juga sangat akrab di telinga orang dewasa bahkan anak-anak di
suku Betawi.
3
Nyok, kite nonton ondel-ondel
Nyok, kite ngarak ondel-ondel
Ondel-ondel ade anaknye
Anaknye ngigel ter-iteran
Mak, bapak ondel-ondel ngibing
Ngarak penganten disunatin
Goyangnye asyik endut-endutan
Nyang ngibing igel-igelan
Plak gumbang gumplak plak plak
Gendang nyaring ditepak
Yang ngiringin nandak
Pade surak-surak
Tangan iseng ngejailin
Kepale anak ondel-ondel
Taroin puntungan
Rambut kebakaran
Anak ondel-ondel jejingkrakkan
Kepalenye nyale bekobaran
Yang ngarak pade kebingungan
Disiramin aer comberan
Gambar Golok
4
G. Kuliner DKI Jakarta
1.
2. Soto Betawi.
3. Roti Buaya.
4. Nasi Uduk.
5. Lontong Sayur.
6. Soto Tangkar.
7. Semur Jengkol.
8. Tape Uli.
5
11. Tugu Monas
6
Selain dikenal sebagai orang ahli mengaji dan pandai bermain silat, si
Pitung juga dikenal sebagai orang berakhlak baik, pemberani dan selalu
membela yang lemah teraniaya. Maka, betapa marah dan gusarnya dia ketika
melihat kesewenang-wenangan Kompeni Belanda memperlakukan rakyat
Betawi. Begitu juga dia marah terhadap para tauke (Majikan) dan juga tuan-
tuan tanah yang hidup senang karena memeras rakyat. Rakyat Betawi yang
miskin tambah miskin dan menderita.
Si Pitung tidak bisa membiarkan kejadian menyedihkan itu kian berlarut-
larut. Dia merasa harus melakukan sesuatu demi memperbaiki rakyat
disekitarnya. Dia juga ingin meberi pelajaran keras terhadap kompeni, Para
takue dan para tuan tanah. Langkah pertama yang dia lakukan adalah mencari
orang-orang yang sependirian dengannya. Dua orang sahabatnya Rais dan
Ji’i, ternyata juga sepaham dengannya. Mereka pun menggagas tindakan
untuk menolong rakyat miskin.
Si Pitung, Rais dan Ji’i melakukan perampokan terhadap tauke dan tuan-
tuan tanah kaya yang berpihak pada kompen Belanda. Hasil rampokannya itu
lalu dibagikan kepada rakyat miskin. Rakyat miskin dan mereka yang tertindas
serta teraniaya amat berterima kasih mendapat bantuan dari Pitung dan
teman-temannya. Namun demikian, sepak terjang si Pitung sangat
meresahkan para Tauke dan Para tuan tanah.
Untuk menghadapi aksi perampokan Si Pitung, Para tauke dan tuan-tuan
tanah lantas menyewa centeng-centeng atau tukang pukul bayaran. Mereka
mencari para centeng yang dikenal mempunyai kemampuan silat tingkat tinggi
dan bersedia membayar tinggi jika para centeng itu mampu menjaga harta
benda mereka agar tidak dirampok. Mereka mencari hingga kedaerah-daerah
yang jauh. Meski demikian, para centeng yang terkenal mempunyai
kemampuan silat tinggi itu tidak berdaya juga menghadapi si Pitung dan
kawan-kawannya. Harta kekayan para tauike dan Para tuan tanah jahat itu
tidak mampu mereka jaga.
Para tauke dan tuan tanah akhirnya melaporkan kejadian yang mereka
alami itu kepada pemerintaha Kompeni Belanda. Pemerintah Kompeni
Belanda lantas mengirimkan pasukan bersenjata untuk memburu si Pitung.
Akan tetapi menangkap si Pitung dan kawan-kawannya bukanlah perkara
mudah. Selain serangan-serangan mendadaknya sangat merugikan pasukan
Belanda, rakyat pun membantu perlindungan bagi pitung dan kawan-kawan
sehingga sulit ditemukan.
Pemerintah Kompeni Belanda lalu menerapkan siasat lain. Mereka
menyatakan.” Siapa saja yang bersedia memberikan keterangan perihal
dimana keberadaan si Pitung akan diberikan hadiah yang sangat besar.”
Iming-iming hadiah besar itu tidak menarik minat rakyat Betawi, terutama
mereka yang miskin, menderita dan teraniaya. Selama itu mereka telah
mendapatkan berbagai bantuan dari si Pitung dan kawan-kawan, tentui saja
mereka tidak bersedia membantu pemerintahan Kompeni belanda. Si Pitung
dan kawan-kawannya merupakan pahlawan bagi rakyat miskin dan tertindas.
7
Bagaimana mungkin mereka bersedia membantu pemerintah kompeni
Belanda yang menjajah dan membuat kehidupan mereka menjadi menderita.
Meskipun sebagian dari mereka disiksa pemerintah kompeni Belanda untuk
menunjukan keberadaan si Pitung, tetap saja mereka enggan
menyebutkannya.