Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rivaldo Pratama

NIM : 048881921

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyebut
masyarakat harus memastikan, pemegang kekuasaan tidak melampaui batas. Alasannya, pemerintah
ditakutkan akan melakukan abuse of power atau penyalahgunaan wewenang.

Namun, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menepis penilaian soal pemerintah melampaui batas
kekuasaan. Dia mengatakan, penilaian itu sangat berlebihan. Menurut Presiden, pemerintah sudah
tidak punya ruang untuk menyalahgunakan atau melampaui batas kekuasaan. Saat ini semua orang
bisa mengawasi dan mengkritik kinerja pemerintah.

1. Berdasarkan kasus di atas, bagaimana cara untuk memastikan bahwa presiden tidak
melampaui batas kekuasaannya.

= Untuk memastikan bahwa presiden tidak melampaui batas kekuasaannya, beberapa mekanisme
dan prinsip dapat diterapkan. Berikut adalah paragraf yang menjelaskan cara-cara tersebut:

Dalam konteks keberlanjutan demokrasi, langkah-langkah penting harus diambil untuk memastikan
bahwa pemegang kekuasaan, termasuk presiden, tidak melampaui batas kewenangannya. Pertama,
sistem pengawasan internal dan eksternal perlu diperkuat. Badan-badan pengawasan seperti Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus memiliki kewenangan dan
independensi yang cukup untuk memeriksa tindakan pemerintah. Selain itu, kebebasan media dan
keberlanjutan keberadaan lembaga-lembaga masyarakat sipil adalah kunci. Media yang independen
dapat berperan sebagai pengawas yang efektif, menyuarakan kritik, dan menyampaikan informasi
kepada masyarakat. Masyarakat sipil, termasuk kelompok advokasi dan organisasi non-pemerintah,
juga harus memiliki peran aktif dalam memantau dan mengevaluasi kinerja pemerintah. Transparansi
dan akuntabilitas harus menjadi prinsip utama dalam setiap tindakan pemerintah, dengan
mekanisme laporan dan evaluasi yang terbuka untuk umum. Dengan cara ini, kekuasaan presiden
dapat diawasi dengan ketat dan masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam menjaga agar tidak
terjadi penyalahgunaan wewenang atau pelanggaran hak asasi manusia.

2. Berikan analisis anda apakah presiden juga memiliki kekuasaan dalam yudisial

Dalam konteks sistem pemerintahan di Indonesia, prinsip pemisahan kekuasaan antara eksekutif,
legislatif, dan yudikatif diatur oleh Undang-Undang Dasar 1945. Prinsip ini bertujuan untuk
mencegah konsolidasi kekuasaan yang berlebihan pada satu institusi, sehingga tidak terjadi
penyalahgunaan kekuasaan atau tindakan otoriter.

Pada umumnya, kekuasaan yudisial atau peradilan merupakan ranah yang terpisah dari kekuasaan
eksekutif yang dipegang oleh Presiden. Kekuasaan yudisial dipegang oleh Mahkamah Agung dan
lembaga peradilan lainnya yang independen. Fungsi yudikatif ini mencakup penafsiran undang-
undang, penyelesaian sengketa, dan memastikan keadilan.

Namun, penting untuk diingat bahwa prinsip pemisahan kekuasaan tidak bersifat mutlak atau statis.
Dalam beberapa konteks, terutama dalam kondisi darurat, presiden dapat memiliki peran yang
signifikan dalam keputusan yang berkaitan dengan aspek hukum. Meskipun demikian, prinsip-prinsip
demokrasi dan supremasi hukum harus tetap dijunjung tinggi untuk mencegah penyalahgunaan
kekuasaan.

Dengan demikian, sementara presiden memiliki kekuasaan eksekutif yang luas, kekuasaan langsung
dalam yudikatif seharusnya terbatas. Fungsi-fungsi yudisial dan eksekutif harus tetap terpisah agar
sistem pemerintahan dapat berfungsi sesuai dengan prinsip demokrasi dan perlindungan hak asasi
manusia.

Referensi:

 Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia.


 Supomo, Bintang (2014). Prinsip-Prinsip Dasar Hukum dan Kekuasaan Kehakiman. Pustaka
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai