PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OP SOFT TISSUE TUMOR ( STT ) DI RUANG
HESTI
RS KENCANA SERANG
NIM: 191030200136
Mengganti cairan
infus Rl 20 tpm
17;00 Tn.S
Suhu ; 36,5 ℃
Nadi ; 90x/mnt
Tensi ; 100/70
18;00 Tn.S mmhg
Rr ; 20x/mnt
Suhu ; 38,5 ℃
Nadi ; 100 x/mnt
Tensi ;
Ny;N 110/70mmhg
Rr ; 24 x/mnt
Memberikan
terapi
Parasetamol
injeksi 1000
Ny; N mg/iv
Operan Ship
Mengkaji Tn.S
Selasa, 22-10-2019 14 30 Pasien phost
Wib operasi app
14:50 Tn ;S
Mengobservasi
keadaan umum
pasien: K/u
lemah terpasang
infus Rl drip
katerolak 30 mg
15:00 Tn ; S + Tramadol 100
mg 20 Tpm.
Suhu 36,5℃
Nadi 62x/menit
Respirasi
18x/menit
Tensi
100/70mmhg
18 00 Tn ; S Gcs E4M6V5
Wib Sp02 100 ⁒
S: 36 ℃
18: 20 Tn ; S Nadi : 68x/mnt
Rr : 20x/mnt
Td: 100/73
mmhg
Mendokumentasi
19:00 Tn ; A kan hasil
periksaan.
Mengganti cairan
infus Rl 20 tpm
Tn;S , Tn ;
A Suhu ; 37,2 ℃
Nadi ; 80 x/mnt
Tensi ; 100/60
mmhg
19;30 Rr ; 18 x/mnt
Ny ; R Memberikan
terapi ranitin 1
ampul injeksi/iv
19;30
Ny ; R
20;00
2 Selasa,23-10-2019 14 30 Ny ; R Mengobservasi
Wib pasien K.U
Sedang , ps
mengatakan
nyeri berkurang
16 00 Memberikan
terapi injeksi
parasetamol
1000 mg/iv
Reaksi alergi
tidak ada
S; 37,5℃
Nadi : 74x/mnt
Rr : 22x/mnt
Tensi : 100/70
3 Rabu,24-10-2019 15 00 Mengobservasi
Wib keadaan umum
pasien : K.U
Perbaikan pasien
terlihat
nyaman.pasien
mengatakan
nyeri berkurang.
Urin terlihat
jernih dan tidak
ada darah jumlah
700-800 cc.
Mengikuti visite
16 30 dokter : instruksi
terapi ganti oral:
Cefixime 2x1 tab
Sanmol 3x1tab
Harnal 1x1
Off infus set
Besok off dc pagi
.
Suhu : 36,5 ℃
Nadi : 80x/mnt
Respirasi :
18x/mnt
Tensi : 110/60
Mendokumentasi
kan askep
18 00
Memberikan
edukasi kepada
pasien , respon
mau
19 00 mendengarkan
dan pasien
mengerti.
19 30
4 Kamis,25-10-2018 14 30 Mengobsepasi
pasien K.U
Sedang pasien
terlihat nyaman.
Pasien
mengatakan Bak normal
16 00 Memberikan
edukasi kepada
pasien tentang
perawatan di
rumah
18.50 Mendokumentasi
kan Askep
19. 00 Memberikan
edukasi kepada
pasien respon
pasien mengerti
A. PENGKAJIAN
Jam 14 30
Pengkajian tgl : 21-10-2019 NO. RM 15 73 70
Tanggal MRS : 19-9-2019 Dx. Masuk : STT
Ruang/Kelas : Hesti 6 kelas 3 Dokter yang merawat : dr. Harifudin
Identitas SpB
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 29
tahun Status Perkawinan:
Kawin Agama : Islam
Penanggung Biaya: Ny.
Marsih Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa :Sunda
Alamat : Kp kasemen 01/02 Serang.
Saat MRS : Pasien mengalami benjolan di sekitar pangkal paha sejak 2 tahun
yang lalu.
S : Skala nyeri 5
2. Penyakit yang pernah diderita : pasien mengatakan tidak ada penyakit yang diderita selain STT .
3. Riwayat penyakit keluarga : Pasien mengatakan di keluarga tidak ada yang menderita
sakit yang sama dengan pasien.
4. Riwayat alergi : klien tidak memiliki riwayat alergi obat
Pernafasan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: baik Kesadaran: Compos mentis
Tanda vital TD: 100/70 mmHg Nadi: 62 x/mmhg Suhu : 36,5 ºc RR: 18 x/mnt
Pola nafas irama Teratur Suara nafas verikuler tidak ditemukan ronchi maupun wheezing
Tidak ada sesak nafas.
Kardiovaskuler
Irama jantung Reguler tidak ditemukan Nyeri dada, Bunyi jantung Normal tidak ditemukan
suara murmur Maupun gallop, CRT kurang dari 3 detik, akral teraba hangat
Persyarafan
Penginderaan
Perkemihan
Kebersihan Bersih, Terpasang urin bag Jumlah: 700-1500 cc/hr warna kuning Bau khas, Alat bantu
terpasang kateter. tidak ditemukan Gangguan Anuria, Oliguri, Retensi,Nokturiamaupun
Inkontinensia urin.
Pencernaan
Nafsu makan Baik Frekuensi 3 kali sehari satu piring nasi habis, minum 1500 cc/hari, Jenis: air
mineral,
Mulut Bersih lembab tidak ditemukan stomatitis, tenggorokan tidak ditemukan nyeri
tekan,pembesaran tonsil maupun kesulitan menelan. Abdomen ditemukan nyeri tekan pada
perut bagian bawah kanan,abdomen tidak tegang maupun kembung Peristaltik 20 x/mnt.
Pembesaran hepardan lien tidak ditemukan. Buang air besar 1 x/hari Teratur. Konsistensi
lembek Bau khas Warna kekuningan
Masalah: Nyeri abdomen kanan bawah
Muskuloskeletal/ Integumen
Kulit sawo matang Turgor baik tidak ditemukan oedem maupun tanda-tanda infeksi
Endokrin
Personal Higiene
Psiko-sosio-spiritual
Laboratorium :
Terapi:
Infus :
INFUS RL 500cc/jam drip ketorolacc 1amp
INJECTION: RANITIDIN 50mg
METOCLORAMIDE 10 mg
paracetamol IV 3x 1000mg
ANALISA DATA
No. Data Problem Etiologi
DO :
Pasien tampak meringis
P : Nyeri disebabkan karena gejala
yang timbul dari penyakit.
S : Skala nyeri 5
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
12 . N ye r i b e r hu b u n g a n d e n g an a g e n p e n ce d e r a f isi k ( t e r p o t
Ga n g g u a n m o b il it a s fi s ik b er h u b u n g an d e n g a n p e n u r u n a
nonkge,kpuraotsaendoutrootperasi)
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. S Nama Mahasiswa : Moch Dharmawan
Ruang : Hesti 6 NIM 191030200137
No.M.R. 15 73 70
No Tanggal Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
(PES) Kriteria Hasil
1 21-10-2019 Nyeri Setelah 1. Edukasi 1.Untuk melakukan
berhubungan dilakukan Tehnik Nafas ; tindakan selanjutnya
dengan agen tindakan 3x24 Observasi : 2.Menentukan nilai scala
pencedera fisik jam nyeri nyeri yang dialami pasien
(terpotong, 1) Identifikasi
hilang. dan untuk menentukan
prosedur operasi) Kriteria hasil : kesiapan
tindakan selanjutnya
dan
- Keluhan 4.Memberikan rasa
kemampuan
nyeri nyaman kepada pasien
menerima
menurun (5) dan untuk mengurangi
informasi
- Gelisah nyeri
Terapeutik :
menurun (5) 5.Mengetahui sejauh
- Meringis 1) Sediakan media mana pengetahuan
menurun (5) penkes pasien tentang nyeri
Edukasi : 9.Untuk mengetahui
reaksi pasien adakah
1) Jelaskan pengaruh analgetik
tujuan dan terhadap pasien tersebut
manfaat tehnik 10.Relaksasi merupakan
napas Metode efektif untuk
2) Jelaskan menurunkan nyeri yang
prosedur tehnik merupakan pengalaman
napas sensori dan emosional
3) Anjurkan yang tidak
memposisikan menyenangkan dengan
tubuh mekanisme yang
senyaman menghentikan siklus
mugkin nyeri.
4) Anjurkan 11. Untuk memberikan
menutup mata rasa nyaman kepada
dan pasien dan proses
berkonsentrasi penyembuhan cepat
penuh tercapai
5) Ajarkan 12. Dengan istirahat
melakukan cukup diharapkan proses
inspirasi dengan penyembuhan pasien
menghirup tercapai
udara melalui
ihidung secara 17. Analgetik dapat
perlahan mengurangi nyeri.
6) Ajarkan
melakukan
ekspirasi
dengan
menghembuska
n udara mulut
mencucu secara
perlahan
7) Demonstrasikan
menarik napas
dalam selama
4 detik,
menahan
napas selama
2 detik dan
menghembuska
n napas dalam
selama 8 detik
2. Manajemen
nyeri :
Observasi :
1) Identifikasi
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas,
intensitas nyeri)
2) Identifikasi
skala nyeri
3) Identifikasi
respon non
verbal
Terapeutik :
1) Berikan
tehnik non
farmakologis
untuk
mengurangi
nyeri yaitu
dengan
akoropmi aterapi
2) Kontrol
lingkungan yang
memperberat
nyeri
3) Fasilitasi
istirahat dan
tidur
Edukasi :
1) Jelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
2) Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
3) Ajarkan tehnik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi
nyeri.
Kolaborasi :
Kolaborasi
pemberian
analgetik
Edukasi:
1. .Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
2. .Anjurkan melakukan mobilisasi dini 3..Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan misalnya duduk ditem
tidur,duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi.
D. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Tn. S
Diagnosis Medis : Post op
STT Ruang Rawat : Hesti 6
Tgl/ No. DX Implementasi SOAP
Jam
21-10-2019 1. 1. Edukasi Tehnik Nafas ; S : - pasien mengatakan nyeri pada
Observasi : pangkal paha kanan, nyeri hilang
timbul dan nyeri pada saat bergerak.
14 30 1) Mengidentifikasi kesiapan dan
- pasien mengatakan bila nyeri timbul
kemampuan menerima informasi melakukan tehnik tehnik napas dalam
Terapeutik :
Kolaborasi :
21-10-2019 2.
1. Mengidentifikasi nyeri S : Pasien mengatakan belum dapat
14 30
2. Mengidentifikasi toleransi fisik menggerakan kakinya, nyeri di daerah
melakukan pergerakan luka op bila bergerak
3. Memonitor frekuensi jantung
dan tekanan darah sebelum O : Keadaan Umum pasien lemah
memulai ambulasi Pasien masih terbaring ditempat tidur
16 00
Tensi : 100/73 mmhg
4. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi A :Gangguan mobilitas fisik
dengan alat bantu misalnya pagar Masih terjadi
tempat tidur (bed plang). Respon
pasien masih berbaring ditempat P: Intervensi keperawatan dilanjutkan :
tidur 5. Melibatkan keluarga untuk
5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
17 30
membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
meningkatkan 4. Memasang bed plang
pergerakan 8. Mengajarkan mobilisasi
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur sederhana yang harus dilakukan
18 00
mobilisasi misalnya duduk ditempat
7. Menganjurkan melakukan mobilisasi tidur,duduk disisi tempat
dini. Respon pasien mengerti dan mau tidur,pindah dari tempat tidur
melakukannya. ke kursi.
8. Mengajarkan mobilisasi sederhana
yang harus
ditempat dilakukan misalnya
tidur,duduk duduk
disisi tempat
tidur,pindah dari tempat tidur ke
kursi. Respon pasien masih berbaring
ditempat tidur.
21-10-2019 3 S:
1. Edukasi
Kesehatan Observasi :
15.00 -
a. Mengidentifikasi kemampuan dan - Cemas berkurang
kesiapan menerima informasi O: - Pasien dan keluarga
Terapeutik :
mpeennygaektiatnh
b. Menyediakan materi penkes
yuai tentang
c. menjadwalkan penkes sesuai A : Defisit pengetahuan tidak terjadi
kesepakatan P : Intervensi Dihentikan
d. Memberikan kesempatan untuk
bertanya
resiko penyakit
Terapeutik:
22-10-2019
1. 1. Mengidentifikasi lokasi nyeri S : pasien mengatakan nyeri berkurang
frekuensi kualitas dan intensitas
15. 00
nyeri→ nyeri di pangkal paha kanan O : Keadaan umum pasien
sedang kesadaran compos mentis
2. Mengidentifikasi faktor yang P : Nyeri disebabkan karena gejala
memperberat nyeri→nyeri dirasakan
yang timbul dari penyakit.
bila bergerak
Q : Nyeri yang dirasakan kadang-
3. Mengajarkan tehnik relaksasi napas kadang seperti tertusuk-tusuk .
dalam →pasien mngikuti tehnik napas
R: Nyeri yang dirasakan bagian
4. Kolaborasi pemberian analgetik
pangkal paha kanan (inguinal
dekstra)
S : Skala nyeri 4
-
S : 37,5℃
Nadi : 74x/mnt
Rr : 22x/mnt
penyakit .
Q : Nyeri tidak dirasakan .
S : Skala nyeri 0
T : Nyeri -
S : 36,5℃
N : 80x/mnt
Rr : 18x/mnt
Td : 110/60 mmhg
A: Nyeri teratasi
rawat jalan
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ).
STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh
seperti kanker (Price, 2006).
Jadi kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan yang abnormal
didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara kulit dan tulang
B. ETIOLOGI
1. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa
gen memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
3. Infeksi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah ini
juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
4. Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau benjolan
tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang
tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya terjadi
akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada
saraf – saraf tepi.
Tumor jinakjaringanlunakbiasanya tumbuhlambat,tidakcepat membesar,bila dirabaterasa lunak dan bila t
sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang
relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar, mendorong jaringan
normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak.
D. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah
proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.
Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah,
terutamadaerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak,
sepertiserabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor
membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul
di lokasi sepertilekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh
E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medik
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai angka
keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk
mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk
membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan kerja sel tumor.
Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor dan
kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawaatan
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah
dilakukan operasi.
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata : nama, umur, pekerjaan, alamat
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pengkajian fisik
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor jaringan
lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika
batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapi
melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi
terjadi di sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan tumor
jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara jinak atau
ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar,
seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat
histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi
aspirasi akupunktur.
3. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor jaringan
lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam
beberapa tahun terakhir.
4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari X-ray
dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan
tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul
memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih
jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan
pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik.
5. Pemeriksaan histopatologis
a. Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang akurat.
Dioptimalkan untuk situasi berikut:
1) Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode pengumpulan
untuk mendapatkan sel, pemeriksaan mikroskopik
2) Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura, hanya untuk
bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh tumor untuk
pemeriksaan histologis.
H. PATHWAYS KEPERAWATAN
Perubahan fisik
Menstimulasi respon nyeri Peradangan
Tempat masuk
pada kulit
Anatomi kulit mikroorganisme
abnormal
Nyeri Akut
Nyeri Bercak – Resti infeksi
Kurang bercak merah
pengetahuan
Ansietas
Cemas Kerusakan
Gangguan Citra
integritas kulit
Tubuh
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Op
1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit Post Op
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post operasi
3. Resti infeksi berhubungan dengan luka post operasi
J.PERENCANAAN
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Defisit pengetahuan a. Anxiety control a. Anxiety reduction
brhubungan dengan b. Coping (penurunan kecemasan)
kurang rpapar - Gunakan pendekatan
informasi Kriteria Hasil : yang menenangkan
a. Klien mampu R/ meningkatkan bhsp
Ditandai dengan: mengidentifikasi dan - Jelaskan semua
kecemasan
- Identifikasi tingkat
kecemasan
R/ mengetahui tingkat
kecemasan pasien
- Bantu pasien
R/ membantu pasien
tenang dan nyaman
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
R/ cemas berkurang,
pasien merasa tenang
- Berikan obat
R/untuk mengurangi
kecemasan
2. Nyeri berhubungan a. Pain Level a. Pain Management
dengan terputusnya b. Pain control - Lakukan pengkajian
kontinuitas jaringan c. Comfort level nyeri secara
komprehensif termasuk
Batasan Karakteristik Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik,
: a. Mampu mengontrol nyeri durasi, frekuensi,
a. Laporan secara (tahu penyebab nyeri, kualitas dan faktor
verbal atau mampu menggunakan presipitasi
- Kurangi faktor
aktivitas presipitasi nyeri
berulang-ulang R/ mengurangi nyeri
k. Respon autonom pasien
(seperti - Pilih dan lakukan
berkeringat, penanganan nyeri
R/ untuk memberikan
intervensi yang tepat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
R/ benar dalam
pemberian obat
- Cek riwayat alergi Pilih
analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
R/ menentukan obat
yang tidak alergi untuk
pasien
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
R/ memberikan obat
yang sesuai dengan
keluhan
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
R/ mengetahui kondisi
pasien
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
R/ membantu
mengurangi nyeri
luka
yang dapat derah yang
menimbulkan luka, tertekan R/ agar
tekanan, restraint) kulit tetap terjaga
e. Immobilitas fisik tidak terjadi luka
f. Radiasi baru
lingkungan tangan
j. Ketidakadekuatan infeksius
k. Tidak adekuat
pertahanan sebelum dan sesudah
sekunder tindakan keperawatan
(penurunan Hb, R/ menurunkan resiko
Leukopenia, infeksi
penekanan respon - Pertahankan lingkungan
R/mengidentifikasi
keadaan umum pasien
dan luka
- Monitor hitung
granulosit, WBC
R/ mengidentfikasi
adanya infeksi
- Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
R/ menghindari resiko
infeksi
Berikan perawatan kulit pada area epidema
R/ meningkatkan kesembuhan
Inspeksi kondisi luka / insisi bedah R/mengetahui tingkat
kesembuhan pasien
Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
R/ membantu meningkatkan status
pertahanan tubuh terhadap infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi R/ mempertahankan teknik aseptik
Laporkan kultur positif R/ mengetahui terjadinya infeksi pada
luka
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
2. Jakarta : EGC
SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
SIKI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja