Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OP SOFT TISSUE TUMOR ( STT ) DI RUANG
HESTI

RS KENCANA SERANG

Disusun Untuk Memenuhi


Tugas Praktek Profesi Ners

Stase Keperawatan Medikal Bedah

NAMA: MOCH DHARMAWAN

NIM: 191030200136

PROGRAM PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
FORMAT ACTIVITY DAILY LIVING (ADL)

NO HARI/TANGGAL JAM INITIAL KLIEN KEGIATAN PARAF


PEMBIMBING
1 Senin,21-10-2019 14:30 Orientasi ruang
s/d perawatan DKT
16:00

16:30 Orientasi Ruang


Hesti (Perawatan
Bedah dan
Penyakit Dalam)

Mengganti cairan
infus Rl 20 tpm
17;00 Tn.S
Suhu ; 36,5 ℃
Nadi ; 90x/mnt
Tensi ; 100/70
18;00 Tn.S mmhg
Rr ; 20x/mnt

Suhu ; 38,5 ℃
Nadi ; 100 x/mnt
Tensi ;
Ny;N 110/70mmhg
Rr ; 24 x/mnt

Memberikan
terapi
Parasetamol
injeksi 1000
Ny; N mg/iv

Operan Ship

Mengkaji Tn.S
Selasa, 22-10-2019 14 30 Pasien phost
Wib operasi app

14:50 Tn ;S

Mengobservasi
keadaan umum
pasien: K/u
lemah terpasang
infus Rl drip
katerolak 30 mg
15:00 Tn ; S + Tramadol 100
mg 20 Tpm.

Suhu 36,5℃
Nadi 62x/menit
Respirasi
18x/menit
Tensi
100/70mmhg
18 00 Tn ; S Gcs E4M6V5
Wib Sp02 100 ⁒

S: 36 ℃
18: 20 Tn ; S Nadi : 68x/mnt
Rr : 20x/mnt
Td: 100/73
mmhg

Mendokumentasi
19:00 Tn ; A kan hasil
periksaan.

Mengganti cairan
infus Rl 20 tpm
Tn;S , Tn ;
A Suhu ; 37,2 ℃
Nadi ; 80 x/mnt
Tensi ; 100/60
mmhg
19;30 Rr ; 18 x/mnt
Ny ; R Memberikan
terapi ranitin 1
ampul injeksi/iv
19;30
Ny ; R

20;00
2 Selasa,23-10-2019 14 30 Ny ; R Mengobservasi
Wib pasien K.U
Sedang , ps
mengatakan
nyeri berkurang

16 00 Memberikan
terapi injeksi
parasetamol
1000 mg/iv
Reaksi alergi
tidak ada

S; 37,5℃
Nadi : 74x/mnt
Rr : 22x/mnt
Tensi : 100/70
3 Rabu,24-10-2019 15 00 Mengobservasi
Wib keadaan umum
pasien : K.U
Perbaikan pasien
terlihat
nyaman.pasien
mengatakan
nyeri berkurang.
Urin terlihat
jernih dan tidak
ada darah jumlah
700-800 cc.

Mengikuti visite
16 30 dokter : instruksi
terapi ganti oral:
Cefixime 2x1 tab
Sanmol 3x1tab
Harnal 1x1
Off infus set
Besok off dc pagi
.
Suhu : 36,5 ℃
Nadi : 80x/mnt
Respirasi :
18x/mnt
Tensi : 110/60
Mendokumentasi
kan askep
18 00
Memberikan
edukasi kepada
pasien , respon
mau
19 00 mendengarkan
dan pasien
mengerti.
19 30
4 Kamis,25-10-2018 14 30 Mengobsepasi
pasien K.U
Sedang pasien
terlihat nyaman.
Pasien
mengatakan Bak normal

16 00 Memberikan
edukasi kepada
pasien tentang
perawatan di
rumah

18.30 Suhu : 36,2℃


Wib Nadi : 80x/mnt
Respirasi:
18xmnt
Tensi : 100/65

18.50 Mendokumentasi
kan Askep

19. 00 Memberikan
edukasi kepada
pasien respon
pasien mengerti

5 Jum’at,26-10-2019 14. 30 Pasien sudah


pulang
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. PENGKAJIAN
Jam 14 30
Pengkajian tgl : 21-10-2019 NO. RM 15 73 70
Tanggal MRS : 19-9-2019 Dx. Masuk : STT
Ruang/Kelas : Hesti 6 kelas 3 Dokter yang merawat : dr. Harifudin

Identitas SpB
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 29
tahun Status Perkawinan:
Kawin Agama : Islam
Penanggung Biaya: Ny.
Marsih Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa :Sunda
Alamat : Kp kasemen 01/02 Serang.

Riwayat Sakit dan Kesehatan


1. Keluhan utama :

Saat MRS : Pasien mengalami benjolan di sekitar pangkal paha sejak 2 tahun

yang lalu.

Saat Pengkajian: Pasien mengtakan sedikit nyeri pada benjolan

P : Nyeri disebabkan karena gejala yang timbul dari penyakit.

Q : Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk.

R : Nyeri yang dirasakan bagian pangkal paha kanan (inguinal dekstra)

S : Skala nyeri 5

T : Nyeri hilang timbul

2. Penyakit yang pernah diderita : pasien mengatakan tidak ada penyakit yang diderita selain STT .
3. Riwayat penyakit keluarga : Pasien mengatakan di keluarga tidak ada yang menderita
sakit yang sama dengan pasien.
4. Riwayat alergi : klien tidak memiliki riwayat alergi obat

Pernafasan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: baik Kesadaran: Compos mentis
Tanda vital TD: 100/70 mmHg Nadi: 62 x/mmhg Suhu : 36,5 ºc RR: 18 x/mnt
Pola nafas irama Teratur Suara nafas verikuler tidak ditemukan ronchi maupun wheezing
Tidak ada sesak nafas.

Masalah : Tidak ada masalah

Kardiovaskuler

Irama jantung Reguler tidak ditemukan Nyeri dada, Bunyi jantung Normal tidak ditemukan
suara murmur Maupun gallop, CRT kurang dari 3 detik, akral teraba hangat

Persyarafan

GCS Eye:4 Verbal:6 Motorik:5 Total:15


Refleks fisiologis ekstremitas atas positip , reflek fisiologis ekstremitas bagian bawah negatif
Lain-lain: Istirahat / tidur: 6-8 jam/hari Gangguan tidur: tidak ada

Masalah: Reflek fisiologis ekstremitas bagian bawah negative

Penginderaan

Penglihatan (mata) : Pupil Isokor Sclera/Konjungtiva tidak anemis, Pendengaran/Telinga mampu


menerima suara dengan baik,tidak di temukan serumen, gangguan pendengaran tidak ditemukan.

Penciuman (Hidung) : Bentuk simetris Gangguan Penciuman tidak ditemukan mampu


mencium aroma sekitar ruangan

Masalah: tidak ada masalah

Perkemihan
Kebersihan Bersih, Terpasang urin bag Jumlah: 700-1500 cc/hr warna kuning Bau khas, Alat bantu
terpasang kateter. tidak ditemukan Gangguan Anuria, Oliguri, Retensi,Nokturiamaupun
Inkontinensia urin.

Masalah:Tidak ada masalah

Pencernaan

Nafsu makan Baik Frekuensi 3 kali sehari satu piring nasi habis, minum 1500 cc/hari, Jenis: air
mineral,
Mulut Bersih lembab tidak ditemukan stomatitis, tenggorokan tidak ditemukan nyeri
tekan,pembesaran tonsil maupun kesulitan menelan. Abdomen ditemukan nyeri tekan pada
perut bagian bawah kanan,abdomen tidak tegang maupun kembung Peristaltik 20 x/mnt.
Pembesaran hepardan lien tidak ditemukan. Buang air besar 1 x/hari Teratur. Konsistensi
lembek Bau khas Warna kekuningan
Masalah: Nyeri abdomen kanan bawah

Muskuloskeletal/ Integumen

Kemampuan pergerakan sendi Bebas


Kekuatan otot: 5 5
1 1

Kulit sawo matang Turgor baik tidak ditemukan oedem maupun tanda-tanda infeksi

Masalah : kelemahan kekuatan otot


tungkai bawah tidak dapat digerakkan

Endokrin

Pembesaran Tyroid Tidak membesar tidak ditemukan Hiperglikemi ,Luka gangrene.

Masalah: tak ditemukan masalah

Personal Higiene

Mandi : 2x sehari Sikat gigi : 2x sehari


Keramas : 2x 1 minggu Memotong kuku: 1minggu sekali
Ganti pakaian : 2x
Masalah: tidak ditemukan masalah

Psiko-sosio-spiritual

Orang yang paling dekat: Istri Anak pasien


Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: Baik
Kegiatan ibadah: dilakukan
Lain-lain : pasien tampak cemas, keluarga sering bertanya tentang penyakitnya

Masalah: Defisit Pengetahuan


Pemeriksan Penunjang

Laboratorium :

Hb : 9,9 g/dl pria : 13-16 g/dl


Leukosit : 10,610/µl 5.000 – 10.000 /µl
Ht : 30 % Pria : 37 – 47 %
Tromb0sit : 567.000 ribu 200 – 400 ribu
Gds : 95 mg/dl < 200 mg/dl
Masa perdarahan : 3’50” 1 – 5 menit
Masa pembekuan : 7’45” 5 – 10 menit
Ureum : 34 g/dl 10 – 50 g/dl
Creatinin : 1,0 g/dl Pria : 0,6 -1,1
g/dl Hepatitis : ( - ) Negatif

Radiologi/ USG, dll


BNO :

EKG ; Hasil dalam batas normal

Terapi:

Infus :
INFUS RL 500cc/jam drip ketorolacc 1amp
INJECTION: RANITIDIN 50mg
METOCLORAMIDE 10 mg
paracetamol IV 3x 1000mg
ANALISA DATA
No. Data Problem Etiologi

1. DS : Nyeri Agen pencedera fisik


- Tn. S mengatakan nyeri pada ( terpotong,Prosedur
abdomen bagian bawah,nyeri operasi)
dirasakan hilang timbul.

DO :
 Pasien tampak meringis
P : Nyeri disebabkan karena gejala
yang timbul dari penyakit.

Q : Nyeri yang dirasakan seperti


tertusuk-tusuk.

R : Nyeri yang dirasakan bagian


pangkal paha kanan (inguinal dekstra)

S : Skala nyeri 5

T : Nyeri hilang timbul


 TD: 100/70 mmHg Nadi: 62
x/mmhg Suhu : 36,5 ºc RR: 18
x/mnt
 Teraphy :
- Ketorolac 1amp

DS : - Mengeluh sulit menggerakan


Gangguan mobilitas fisik Penurunan kekuatan
2. ekstremitas bawah otot
- Nyeri di daerah op bila bergerak
- Pasien terbaring ditempat
tidur DO : 5 5
Kekuatan otot 1 1

- Pasien post op STT


- Luka operasi diarea paha kanan
- Terpasang infus

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

12 . N ye r i b e r hu b u n g a n d e n g an a g e n p e n ce d e r a f isi k ( t e r p o t
Ga n g g u a n m o b il it a s fi s ik b er h u b u n g an d e n g a n p e n u r u n a
nonkge,kpuraotsaendoutrootperasi)
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. S Nama Mahasiswa : Moch Dharmawan
Ruang : Hesti 6 NIM 191030200137
No.M.R. 15 73 70

No Tanggal Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
(PES) Kriteria Hasil
1 21-10-2019 Nyeri Setelah 1. Edukasi 1.Untuk melakukan
berhubungan dilakukan Tehnik Nafas ; tindakan selanjutnya
dengan agen tindakan 3x24 Observasi : 2.Menentukan nilai scala
pencedera fisik jam nyeri nyeri yang dialami pasien
(terpotong, 1) Identifikasi
hilang. dan untuk menentukan
prosedur operasi) Kriteria hasil : kesiapan
tindakan selanjutnya
dan
- Keluhan 4.Memberikan rasa
kemampuan
nyeri nyaman kepada pasien
menerima
menurun (5) dan untuk mengurangi
informasi
- Gelisah nyeri
Terapeutik :
menurun (5) 5.Mengetahui sejauh
- Meringis 1) Sediakan media mana pengetahuan
menurun (5) penkes pasien tentang nyeri
Edukasi : 9.Untuk mengetahui
reaksi pasien adakah
1) Jelaskan pengaruh analgetik
tujuan dan terhadap pasien tersebut
manfaat tehnik 10.Relaksasi merupakan
napas Metode efektif untuk
2) Jelaskan menurunkan nyeri yang
prosedur tehnik merupakan pengalaman
napas sensori dan emosional
3) Anjurkan yang tidak
memposisikan menyenangkan dengan
tubuh mekanisme yang
senyaman menghentikan siklus
mugkin nyeri.
4) Anjurkan 11. Untuk memberikan
menutup mata rasa nyaman kepada
dan pasien dan proses
berkonsentrasi penyembuhan cepat
penuh tercapai
5) Ajarkan 12. Dengan istirahat
melakukan cukup diharapkan proses
inspirasi dengan penyembuhan pasien
menghirup tercapai
udara melalui
ihidung secara 17. Analgetik dapat
perlahan mengurangi nyeri.
6) Ajarkan
melakukan
ekspirasi
dengan
menghembuska
n udara mulut
mencucu secara
perlahan
7) Demonstrasikan
menarik napas
dalam selama
4 detik,
menahan
napas selama
2 detik dan
menghembuska
n napas dalam
selama 8 detik
2. Manajemen
nyeri :
Observasi :

1) Identifikasi
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas,
intensitas nyeri)
2) Identifikasi
skala nyeri
3) Identifikasi
respon non
verbal
Terapeutik :

1) Berikan
tehnik non
farmakologis
untuk
mengurangi
nyeri yaitu
dengan

akoropmi aterapi
2) Kontrol
lingkungan yang
memperberat
nyeri
3) Fasilitasi
istirahat dan
tidur
Edukasi :

1) Jelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
2) Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
3) Ajarkan tehnik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi
nyeri.
Kolaborasi :

Kolaborasi
pemberian
analgetik

2 21-10-2019 .Gangguan Observasi:


Setelah 1.Untuk mengetahui
mobilitas fisik 1.Identifikasi
dilakukan sejauh mana nyeri yang
berhubungan adanya nyeri atau
tindakan dirasakan pasien
dengan keluhan fisik
keperawatan 2.Untuk mengetahui
Penurunan lainnya
gangguan sejauh mana pergerakan
kekuatan otot 2.Identifikasi
mobilitas fisik yang dapat pasien
toleransi fisik
tidak terjadi lakukan
dengan kriteria melakukan 3. Untuk mengetahui
pergerakan
hasil : perubahan dari status
3.Monitor
-Pergerakan TTV pasien
frekuensi jantung
ekstremitas 4. Untuk mengetahui
dan tekanan darah
meningkat (5) sejauh mana kondisi
sebelum memulai
-Kekuatan otot pasien
mobilisasi
meningkat (5) 5. Agar mobilisasi cepat
4.Monitor kondisi
-Rentang gerak tercapai dan pasien sehat
umum selama
(ROM) 7.Sebagai dukungan
melakukan
meningkat (5) kepada pasien
mobilisasi
-Nyeri menurun 8. Agar pasien dan
(5) keluarga mengerti dan
Terapeutik :
-Gerakan terlibat dalam
1. Fasilitsi aktivitas
terbatas pemantauan
menurun (5) mobilisasi dengan 9. Untuk melatih kekuatan
alat bantu
-Kelemahan misalnya otot pasien
fisik menurun
pagar tempat tidur
(5)
2. Fasilitasi
melakukan
pergerakan,jika
perlu
3.Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan

Edukasi:
1. .Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
2. .Anjurkan melakukan mobilisasi dini 3..Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan misalnya duduk ditem
tidur,duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi.
D. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Tn. S
Diagnosis Medis : Post op
STT Ruang Rawat : Hesti 6
Tgl/ No. DX Implementasi SOAP
Jam
21-10-2019 1. 1. Edukasi Tehnik Nafas ; S : - pasien mengatakan nyeri pada
Observasi : pangkal paha kanan, nyeri hilang
timbul dan nyeri pada saat bergerak.
14 30 1) Mengidentifikasi kesiapan dan
- pasien mengatakan bila nyeri timbul
kemampuan menerima informasi melakukan tehnik tehnik napas dalam
Terapeutik :

2) Menyediakan media penkes O : - keadaan umum pasien lemah ,


Edukasi : - kesadaran compos mentis,
P : Nyeri disebabkan karena gejala
16 00 3) Menjelaskan tujuan dan manfaat
tehnik napas yang timbul dari penyakit.
4) Menjelaskan prosedur tehnik napas Q : Nyeri yang dirasakan seperti
5) Menganjurkan memposisikan tubuh
senyaman mugkin tertusuk-tusuk.

16 30 6) Menganjurkan menutup mata R: Nyeri yang dirasakan bagian


dan berkonsentrasi penuh
pangkal paha kanan (inguinal
7) Mengajarkan melakukan inspirasi
dengan menghirup udara melalui dekstra)
hidung secara perlahan
S : Skala nyeri 5
8) Mengajarkan melakukan ekspirasi
dengan menghembuskan udara mulut T : Nyeri hilang timbul
18 00 mencucu secara perlahan
9) Mendemonstrasikan menarik napas - therapi : ketorolacc 1amp
dalam selama 4 detik, menahan napas - Suhu : 36℃
selama 2 detik dan menghembuskan Nadi : 68 x/mnt
napas dalam selama 8 detik Td : 100/73 mmhg

A : Nyeri belum teratasi


2. Manajemen nyeri ;
Observasi : P : Intervensi keperawatan dilanjutkan :
1. Mengidentifikasi lokasi nyeri
1) Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi kualitas dan intensitas
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
nyeri)
2) Mengidentifikasi skala nyeri 2. Mengidentifikasi faktor yang
3) Mengidentifikasi respon non verbal memperberat nyeri
Terapeutik :
3. Mengajarkan tehnik relaksasi napas
4) Memberikan tehnik non farmakologis
dalam
untuk mengurangi nyeri yaitu
dengan aromaterapi kopi
4. Kolaborasi pemberian analgetik
5) Mengontrol lingkungan yang
memperberat nyeri

6E)duMkaesmi :fasilitasi istirahat dan


tidur.
7) Menjelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
8) Menganjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
9) Mengajarkan tehnik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri dengan
aromaterapi kopi

Kolaborasi :

10) Berkolaborasi pemberian analgetik.

21-10-2019 2.
1. Mengidentifikasi nyeri S : Pasien mengatakan belum dapat
14 30
2. Mengidentifikasi toleransi fisik menggerakan kakinya, nyeri di daerah
melakukan pergerakan luka op bila bergerak
3. Memonitor frekuensi jantung
dan tekanan darah sebelum O : Keadaan Umum pasien lemah
memulai ambulasi Pasien masih terbaring ditempat tidur
16 00
Tensi : 100/73 mmhg
4. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi A :Gangguan mobilitas fisik
dengan alat bantu misalnya pagar Masih terjadi
tempat tidur (bed plang). Respon
pasien masih berbaring ditempat P: Intervensi keperawatan dilanjutkan :
tidur 5. Melibatkan keluarga untuk
5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
17 30
membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
meningkatkan 4. Memasang bed plang
pergerakan 8. Mengajarkan mobilisasi
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur sederhana yang harus dilakukan
18 00
mobilisasi misalnya duduk ditempat
7. Menganjurkan melakukan mobilisasi tidur,duduk disisi tempat
dini. Respon pasien mengerti dan mau tidur,pindah dari tempat tidur
melakukannya. ke kursi.
8. Mengajarkan mobilisasi sederhana

yang harus
ditempat dilakukan misalnya
tidur,duduk duduk
disisi tempat
tidur,pindah dari tempat tidur ke
kursi. Respon pasien masih berbaring
ditempat tidur.

21-10-2019 3 S:
1. Edukasi
Kesehatan Observasi :
15.00 -
a. Mengidentifikasi kemampuan dan - Cemas berkurang
kesiapan menerima informasi O: - Pasien dan keluarga
Terapeutik :
mpeennygaektiatnh
b. Menyediakan materi penkes

yuai tentang
c. menjadwalkan penkes sesuai A : Defisit pengetahuan tidak terjadi
kesepakatan P : Intervensi Dihentikan
d. Memberikan kesempatan untuk
bertanya

Edukasi Proses Penyakit

e. Menjelaskan penyebab dan faktor

resiko penyakit
Terapeutik:

f. Menjelaskan penyebab dan fakor


resiko penyakit.
g. Menjelaskan proses patofisiologi
munculnya penyakit
h. Menjelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit
i. menjelaskan kemungkinan terjadinya
komplikasi

22-10-2019
1. 1. Mengidentifikasi lokasi nyeri S : pasien mengatakan nyeri berkurang
frekuensi kualitas dan intensitas
15. 00
nyeri→ nyeri di pangkal paha kanan O : Keadaan umum pasien
sedang kesadaran compos mentis
2. Mengidentifikasi faktor yang P : Nyeri disebabkan karena gejala
memperberat nyeri→nyeri dirasakan
yang timbul dari penyakit.
bila bergerak
Q : Nyeri yang dirasakan kadang-
3. Mengajarkan tehnik relaksasi napas kadang seperti tertusuk-tusuk .
dalam →pasien mngikuti tehnik napas
R: Nyeri yang dirasakan bagian
4. Kolaborasi pemberian analgetik
pangkal paha kanan (inguinal

dekstra)

S : Skala nyeri 4

T : Nyeri hilang timbul

-
S : 37,5℃
Nadi : 74x/mnt
Rr : 22x/mnt

Tensi : 100/70 mmhg


A: Nyeri teratasi sebagian

P :Intervensi keperawatan dilanjutkan :

1. Kolaborasi pemberian terapi

22-10-2019 2 S : Pasien mengatakan sudah lebih baik


4. Melibatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam O : keadaan umum pasien membaik
15.00 meningkatkan pergerakan kesadaran compos mentis pasien
16.00 5. Memasang bed plang tampak segar
8. Mengajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan misalnya duduk A : Gangguan mobilitas fisik masih
ditempat tidur,duduk disisi tempat terjadi
tidur,pindah dari tempat tidur ke
kursi. Respon pasien masih P : Intervensi keperawatan
berbaring ditempat tidur. dipertahankan

23-10-2019 4.Kolaborasi pemberian terapi


1 S : pasien mengatakan nyeri tidak ada

O : Keadaan umum baik kesadaran


20.00 compos mentis pasien terlihat nyaman
P : tidak ada Nyeri disebabkan

karena gejala yang timbul dari

penyakit .
Q : Nyeri tidak dirasakan .

R: tidak ada Nyeri yang dirasakan


bagian pangkal paha kanan (inguinal
dekstra)

S : Skala nyeri 0

T : Nyeri -

S : 36,5℃
N : 80x/mnt
Rr : 18x/mnt
Td : 110/60 mmhg
A: Nyeri teratasi

P : Intervensi di lanjutkan dengan


kolaborasi pemberian therapy
-Terapi ganti oral: Cefixim 2x1 tab Sanmol 3
-aff infus set

rawat jalan
LAPORAN PENDAHULUAN

STT (SOFT TISSUE TUMOR)

A. PENGERTIAN

Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ).

STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh
seperti kanker (Price, 2006).

Jadi kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan yang abnormal
didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara kulit dan tulang

B. ETIOLOGI
1. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa
gen memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
3. Infeksi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah ini
juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
4. Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

C. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau benjolan
tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang
tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya terjadi

akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada
saraf – saraf tepi.
Tumor jinakjaringanlunakbiasanya tumbuhlambat,tidakcepat membesar,bila dirabaterasa lunak dan bila t
sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.

Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang
relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar, mendorong jaringan
normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak.

D. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah
proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.
Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah,
terutamadaerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak,
sepertiserabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor
membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul
di lokasi sepertilekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh

E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medik
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai angka
keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk
mengangkat tumor atau benjolan tersebut.

b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk
membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan kerja sel tumor.
Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor dan
kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.

c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawaatan
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah

dilakukan operasi.

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata : nama, umur, pekerjaan, alamat
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pengkajian fisik

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor jaringan
lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika
batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapi
melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi
terjadi di sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.

2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan tumor
jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara jinak atau
ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar,
seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat
histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi

aspirasi akupunktur.
3. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor jaringan
lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam
beberapa tahun terakhir.
4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari X-ray
dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan
tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul

memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih
jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan
pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik.
5. Pemeriksaan histopatologis
a. Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang akurat.
Dioptimalkan untuk situasi berikut:
1) Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode pengumpulan
untuk mendapatkan sel, pemeriksaan mikroskopik
2) Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura, hanya untuk

mengambil spesimen segar harus segera konsentrasi sedimentasi


sentrifugal, selanjutnya smear
3) Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan tumor
yang mendalam yang ditujukan untuk radioterapi atau kemoterapi,
metastasis dan lesi rekuren juga berlaku.
b. Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak dapat
didiagnosis, lakukan forsep biopsi.
c. Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan untuk operasi.
d. Biopsi eksisi : berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama dengan

bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh tumor untuk
pemeriksaan histologis.
H. PATHWAYS KEPERAWATAN

Kondisi genetik, radiasi, infeksi, trauma

Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit

Soft Tissue Tumor (STT)

Pre Operasi Post Operasi

Adanya inflamasi Terputusnya kontinuitas


Adanya luka post op
jaringan

Perubahan fisik
Menstimulasi respon nyeri Peradangan
Tempat masuk
pada kulit
Anatomi kulit mikroorganisme
abnormal

Nyeri Akut
Nyeri Bercak – Resti infeksi
Kurang bercak merah
pengetahuan

Ansietas
Cemas Kerusakan
Gangguan Citra
integritas kulit
Tubuh

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Op
1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang

penyakit Post Op
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post operasi
3. Resti infeksi berhubungan dengan luka post operasi

J.PERENCANAAN
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Defisit pengetahuan a. Anxiety control a. Anxiety reduction
brhubungan dengan b. Coping (penurunan kecemasan)
kurang rpapar - Gunakan pendekatan
informasi Kriteria Hasil : yang menenangkan
a. Klien mampu R/ meningkatkan bhsp
Ditandai dengan: mengidentifikasi dan - Jelaskan semua

a. Gelisah mengungkapkan gejala prosedur dan apa yang


b. Insomnia cemas dirasakan selama
c. Resah b. Mengidentifikasi, prosedur
d. Ketakutan mengugkapkan dan R/ agar pasien
e. Sedih menunjukkan tehnik mengetahui tujuan dan
f. Fokus pada diri untuk mengontrol cemas prosedur tindakan
g. Kekhawatiran c. Vital sign dalam batas - Temani pasien untuk
normal memberikan
d. Postur tubuh, ekspresi keamanan dan

wajah, bahasa tubuh dan mengurangi takut


tingkat aktivitas R/ mengurangi
menunjukkan kecemasan pasien
berkurangnya kecemasan - Berikan informasi
faktual mengenai
diagnosis, tindakan
prognosis
R/ membantu
mengungangi tingkat

kecemasan
- Identifikasi tingkat
kecemasan
R/ mengetahui tingkat
kecemasan pasien
- Bantu pasien

mengenal situasi yang


menimbulkan
kecemasan
R/membantu pasien
agar lebih tenang
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi

R/ membantu pasien
tenang dan nyaman
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
R/ cemas berkurang,
pasien merasa tenang
- Berikan obat
R/untuk mengurangi

kecemasan
2. Nyeri berhubungan a. Pain Level a. Pain Management
dengan terputusnya b. Pain control - Lakukan pengkajian
kontinuitas jaringan c. Comfort level nyeri secara
komprehensif termasuk
Batasan Karakteristik Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik,
: a. Mampu mengontrol nyeri durasi, frekuensi,
a. Laporan secara (tahu penyebab nyeri, kualitas dan faktor
verbal atau mampu menggunakan presipitasi

nonverbal tehnik nonfarmakologi R/ mengetahui tindakan


b. Fakta dari
untuk mengurangi nyeri, dan obat yang akan
observasi
mencari bantuan) diberikan
c. Posisi antalgik
b. Melaporkan bahwa nyeri - Observasi reaksi
(menghindari
berkurang dengan nonverbal dari
nyeri)
menggunakan manajemen ketidaknyamanan
d. Gerakan
nyeri R/ mengetahui tingkat
melindungi
c. Mampu mengenali nyeri nyeri pasien
e. Tingkah laku
(skala, intensitas, - Gunakan teknik
berhati-hati
frekuensi dan tanda komunikasi terapeutik
f. Muka topeng
nyeri) untuk mengetahui
(nyeri)
d. Menyatakan rasa pengalaman nyeri
g. Gangguan tidur
nyaman setelah nyeri pasien
(mata sayu,
berkurang R/membantu pasien
tampak capek,
e. Tanda vital dalam mengungkapkan
sulit atau gerakan rentang normal perasaan nyerinya
kacau,
- Evaluasi bersama
menyeringai)
pasien dan tim
h. Terfokus pada
kesehatan lain
diri sendiri
tentang
i. Fokus menyempit
ketidakefektifan
(penurunan
kontrol nyeri masa
persepsi waktu,
lampau
kerusakan proses
R/untuk memberikan
berpikir, intervensi yang tepat
penurunan
- Kontrol lingkungan
interaksi dengan
yang dapat
orang lain dan
mempengaruhi nyeri
lingkungan)
seperti suhu ruangan,
j. Tingkah laku
pencahayaan dan
distraksi, contoh
kebisingan
jalan-jalan,
R/membantu
menemui orang
mengurangi nyeri
lain dan atau pasien

- Kurangi faktor
aktivitas presipitasi nyeri
berulang-ulang R/ mengurangi nyeri
k. Respon autonom pasien
(seperti - Pilih dan lakukan
berkeringat, penanganan nyeri

perubahan (farmakologi, non


tekanan darah, farmakologi dan inter
perubahan nafas, personal)
nadi dan dilatasi R/ membantu
pupil mengurangi rasa
l. Perubahan nyeri pasien
otonom dalam - Kaji tipe dan sumber
tonus otot nyeri untuk
(mungkin dalam menentukan intervensi

rentang dari R/ memberikan


lemah ke kaku) intervensi yang tepat
m. Tingkah laku - Ajarkan tentang teknik
ekspresif (contoh non farmakologi
gelisah, merintih, R/mengurangi nyeri
menangis, dengan cara
waspada, iritabel, pengobatan non
nafas farmakologis
panjang/berkeluh - Berikan analgetik

kesah untuk mengurangi


n. Perubahan dalam nyeri
nafsu makan dan R/ nyeri dapat
minum berkurang
- Evaluasi keefektifan
Faktor Yang kontrol nyeri
Berhubungan : R/ nyeri terkontrol
Agen injury (biologi, - Tingkatkan istirahat
kimia, fisik, R/ menguragi nyeri

psikologis) . Analgesic Administration


- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat

R/ untuk memberikan
intervensi yang tepat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
R/ benar dalam
pemberian obat
- Cek riwayat alergi Pilih
analgesik yang

diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
R/ menentukan obat
yang tidak alergi untuk
pasien
- Tentukan pilihan

analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
R/ memberikan obat
yang sesuai dengan
keluhan
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali

R/ mengetahui kondisi
pasien
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
R/ membantu

mengurangi nyeri

3. Kerusakan integritas Tissue Integrity : Pressure ulcer prevention


kulit berhubungan Skin and Mucous Membranes a. Wound care
dengan adanya luka Wound Healing :primary and - Anjurkan pasien
post operasi secondary intention untuk menggunakan
pakaian yang longgar
Batasan karakteristik Kriteria Hasil : R/ menjaga integritas
: a. Integritas kulit yang baik kulit pasien

a. Gangguan bisa dipertahankan - Jaga kulit agar tetap


pada bagian (sensasi, elastisitas, bersih dan kering
tubuh temperatur, hidrasi, R/agar kulit tetap
b. Kerusakan lapisa pigmentasi) lembab
kulit (dermis) b. Tidak ada luka/lesi - Hindari kerutan pada
c. Gangguan pada kulit tempat tidur
permukaan kulit c. Perfusi jaringan baik R/ menjaga integritas
(epidermis) d. Menunjukkan pemahaman kulit tetap baik
dalam proses perbaikan - Mobilisasi pasien
Faktor yang
kulit dan mencegah (ubah posisi pasien)
berhubungan : terjadinya sedera berulang setiap dua jam sekali
e. Mampu melindungi R/ membantu agar
Eksternal : kulit dan pasien nyaman
a. Hipertermia mempertahankan - Monitor kulit akan
atau hipotermia kelembaban kulit dan adanya kemerahan
b. Substansi kimia perawatan alami R/ mengetahui kondisi
c. Kelembaban f. Tidak ada tanda- integritas kulit
udara tanda infeksi - Oleskan lotion atau
d. Faktor mekanik g. Menunjukkan terjadinya minyak/baby oil pada
(misalnya : alat proses penyembuhan

luka
yang dapat derah yang
menimbulkan luka, tertekan R/ agar
tekanan, restraint) kulit tetap terjaga
e. Immobilitas fisik tidak terjadi luka
f. Radiasi baru

g. Usia yang ekstrim - Monitor aktivitas dan


h. Kelembaban kulit mobilisasi pasien
i. Obat-obatan R/ membantu pasien
agar bisa mobilisasi
Internal : - Monitor status nutrisi
a. Perubahan status pasien
metabolik R/ mengawasi pasien
b. Tulang menonjol agar tidak kekurangan
c. Defisit imunologi nutrisi
- Memandikan pasien
Faktor yang dengan sabun dan
berhubungan : air hangat
a. Gangguan R/mempertahankan
sirkulasi personal higyene
b. Iritasi kimia pasien
(ekskresi dan - Observasi luka
sekresi :lokasi, dimensi,
tubuh, kedalaman luka,
medikasi) karakteristik, warna

c. Defisit cairan, granulasi,


cairan,kerusakan jaringan nekrotik,
mobilitas fisik, tanda-tanda infeksi
keterbatasan lokal.
pengetahuan, R/ menguragi tanda-
faktor mekanik tanda infeksi
(tekanan, - Lakukan teknik
gesekan) perawatan luka
kurangnya nutrisi, dengan steril

radiasi, faktor R/mencegah adanya


suhu (suhu infeksi
yang ekstrim)

3. Resti infeksi a. Immune Status a. Infection Control (Kontrol


berhubungan dengan b. Knowledge : Infection infeksi)

luka post operasi control - Bersihkan lingkungan


c. Risk control setelah dipakai pasien
Faktor-faktor resiko : lain
a. Prosedur Infasif Kriteria Hasil : R/mengurangi resiko
b. Ketidakcukupan a. Klien bebas dari tanda dan infeksi
pengetahuan gejala infeksi - Pertahankan teknik
untuk b. Mendeskripsikan proses isolasi
menghindari penularan penyakit, factor R/ menurunkan resiko
paparan patogen yang mempengaruhi kontminasi silang

c. Trauma penularan serta - Batasi pengunjung bila


d. Kerusakan penatalaksanaannya, perlu
jaringan c. Menunjukkan R/ menurunkan resiko
dan kemampuan untuk infeksi
peningkatan mencegah timbulnya - Instruksikan pada
paparan infeksi pengunjung untuk
lingkungan d. Jumlah leukosit dalam mencuci tangan saat
e. Ruptur membran batas normal berkunjung dan setelah
amnion e. Menunjukkan perilaku berkunjung
f. Agen farmasi hidup sehat meninggalkan pasien
(imunosupresan) R/ mencegah terjadinya
g. Malnutrisi kontaminasi silang

h. Peningkatan - Gunakan sabun

paparan antimikrobia untuk cuci

lingkungan tangan

patogen R/ mencegah terpajan

i. Imonusupresi pada organisme

j. Ketidakadekuatan infeksius

imun buatan - Cuci tangan setiap

k. Tidak adekuat
pertahanan sebelum dan sesudah
sekunder tindakan keperawatan
(penurunan Hb, R/ menurunkan resiko
Leukopenia, infeksi
penekanan respon - Pertahankan lingkungan

inflamasi) aseptik selama


l. Tidak adekuat pemasangan alat
pertahanan tubuh R/ mempertahankan
primer (kulit teknik steril
tidak utuh, - Tingkatkan intake
trauma jaringan, nutrisi
penurunan kerja R/ membantu
silia, cairan tubuh meningkatkan respon
statis, perubahan imun

sekresi pH, - Berikan terapi


perubahan antibiotik bila perlu
peristaltik) R/ mencegah terjadinya
m. Penyakit kronik infeksi
b. Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal

R/mengidentifikasi
keadaan umum pasien
dan luka
- Monitor hitung
granulosit, WBC
R/ mengidentfikasi
adanya infeksi
- Monitor
kerentanan
terhadap infeksi

R/ menghindari resiko
infeksi
Berikan perawatan kulit pada area epidema
R/ meningkatkan kesembuhan
Inspeksi kondisi luka / insisi bedah R/mengetahui tingkat
kesembuhan pasien
Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
R/ membantu meningkatkan status
pertahanan tubuh terhadap infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi R/ mempertahankan teknik aseptik
Laporkan kultur positif R/ mengetahui terjadinya infeksi pada
luka
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
2. Jakarta : EGC

Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008).Soft Tissue Tumors.Fifth Edition. China : Mosby Elsevier

Manuaba, T.W.( 2010).Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010. Jakarta :


Sagung Seto

SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

SIKI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Smeltzer. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC

Reeves, J.C.(2001). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika

Price, Sylvia A. (2006).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC

Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja

Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan .Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai