PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OP SOFT TISSUE TUMOR ( STT ) DI RUANG
HESTI
RS KENCANA SERANG
NIM: 191030200136
Mengganti cairan
infus Rl 20 tpm
17;00 Tn.S
Suhu ; 36,5 ℃
Nadi ; 90x/mnt
Tensi ; 100/70
18;00 Tn.S mmhg
Rr ; 20x/mnt
Suhu ; 38,5 ℃
Nadi ; 100
x/mnt Tensi ;
Ny;N 110/70mmhg
Rr ; 24 x/mnt
Memberikan
terapi
Parasetamol
injeksi 1000
Ny; N mg/iv
Operan Ship
Mengkaji Tn.S
Selasa, 22-10-2019 14 30 Pasien phost
Wib operasi app
14:50 Tn ;S
Mengobservasi
keadaan umum
pasien: K/u
lemah terpasang
infus Rl drip
katerolak 30 mg
15:00 Tn ; S + Tramadol 100
mg 20 Tpm.
Suhu 36,5℃
Nadi 62x/menit
Respirasi
18x/menit
Tensi
100/70mmhg
18 00 Tn ; S Gcs E4M6V5
Wib Sp02 100 ⁒
S: 36 ℃
18: 20 Tn ; S Nadi : 68x/mnt
Rr : 20x/mnt
Td: 100/73
mmhg
Mendokumentasi
19:00 Tn ; A kan hasil
periksaan.
Mengganti cairan
infus Rl 20 tpm
Tn;S , Tn ; A
Suhu ; 37,2 ℃
Nadi ; 80 x/mnt
Tensi ; 100/60
mmhg
19;30 Ny ; R Rr ; 18 x/mnt
Memberikan
terapi ranitin 1
ampul injeksi/iv
19;30 Ny ; R
20;00 Ny ; R
2 Selasa,23-10-2019 14 30 Mengobservasi
Wib pasien K.U
Sedang , ps
mengatakan
nyeri berkurang
16 00 Memberikan
terapi injeksi
parasetamol
1000 mg/iv
Reaksi alergi
tidak ada
S; 37,5℃
Nadi : 74x/mnt
Rr : 22x/mnt
Tensi : 100/70
3 Rabu,24-10-2019 15 00 Mengobservasi
Wib keadaan umum
pasien : K.U
Perbaikan pasien
terlihat
nyaman.pasien
mengatakan
nyeri berkurang.
Urin terlihat
jernih dan tidak
ada darah jumlah
700-800 cc.
Mengikuti visite
16 30 dokter : instruksi
terapi ganti oral:
Cefixime 2x1 tab
Sanmol 3x1tab
Harnal 1x1
Off infus set
Besok off dc pagi
.
Suhu : 36,5 ℃
Nadi : 80x/mnt
Respirasi :
18x/mnt
Tensi : 110/60
Mendokumentasi
kan askep
18 00
Memberikan
edukasi kepada
pasien , respon
mau
19 00 mendengarkan
dan pasien
mengerti.
19 30
4 Kamis,25-10-2018 14 30 Mengobsepasi
pasien K.U
Sedang pasien
terlihat nyaman.
Pasien
mengatakan Bak
normal
16 00 Memberikan
edukasi kepada
pasien tentang
perawatan di
rumah
18.50 Mendokumentasi
kan Askep
19. 00 Memberikan
edukasi kepada
pasien respon
pasien mengerti
A. PENGKAJIAN
Jam : 14 30
Pengkajian tgl : 21-10-2019 NO. RM : 15 73 70
Tanggal MRS : 19-9-2019 Dx. Masuk : STT
Ruang/Kelas : Hesti 6 kelas 3 Dokter yang merawat : dr.
Harifudin
Identitas SpB
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 29
tahun Status Perkawinan:
Kawin Agama : Islam
Penanggung Biaya: Ny.
Marsih Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa :Sunda
Alamat : Kp kasemen 01/02 Serang.
Saat MRS : Pasien mengalami benjolan di sekitar pangkal paha sejak 2 tahun
yang lalu.
S : Skala nyeri 5
2. Penyakit yang pernah diderita : pasien mengatakan tidak ada penyakit yang diderita selain STT .
3. Riwayat penyakit keluarga : Pasien mengatakan di keluarga tidak ada yang menderita sakit
yang sama dengan pasien.
4. Riwayat alergi : klien tidak memiliki riwayat alergi obat
Pernafasan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: baik Kesadaran: Compos mentis
Tanda vital TD: 100/70 mmHg Nadi: 62 x/mmhg Suhu : 36,5 ºc RR: 18 x/mnt
Pola nafas irama Teratur Suara nafas verikuler tidak ditemukan ronchi maupun wheezing
Tidak ada sesak nafas.
Kardiovaskuler
Irama jantung Reguler tidak ditemukan Nyeri dada, Bunyi jantung Normal tidak ditemukan
suara murmur Maupun gallop, CRT kurang dari 3 detik, akral teraba hangat
Persyarafan
Penginderaan
Perkemihan
Kebersihan Bersih, Terpasang urin bag Jumlah: 700-1500 cc/hr warna kuning Bau khas, Alat bantu
terpasang kateter. tidak ditemukan Gangguan Anuria, Oliguri, Retensi,Nokturiamaupun
Inkontinensia urin.
Pencernaan
Nafsu makan Baik Frekuensi 3 kali sehari satu piring nasi habis, minum 1500 cc/hari, Jenis: air
mineral,
Mulut Bersih lembab tidak ditemukan stomatitis, tenggorokan tidak ditemukan nyeri
tekan,pembesaran tonsil maupun kesulitan menelan. Abdomen ditemukan nyeri tekan pada
perut bagian bawah kanan,abdomen tidak tegang maupun kembung Peristaltik 20 x/mnt.
Pembesaran hepardan lien tidak ditemukan. Buang air besar 1 x/hari Teratur. Konsistensi
lembek Bau khas Warna kekuningan
Masalah: Nyeri abdomen kanan bawah
Muskuloskeletal/ Integumen
Kulit sawo matang Turgor baik tidak ditemukan oedem maupun tanda-tanda infeksi
Endokrin
Personal Higiene
Psiko-sosio-spiritual
K e g i a ta n i b a d a h : d il ak u k a n
LL a i n - la in : p a si e n t a m p a k c emas, keluarga sering
Laboratorium :
Terapi:
Infus :
INFUS RL 500cc/jam drip ketorolacc 1amp
INJECTION: RANITIDIN 50mg
METOCLORAMIDE 10 mg
paracetamol IV 3x 1000mg
ANALISA DATA
No. Data Problem Etiologi
DO :
Pasien tampak meringis
P : Nyeri disebabkan karena gejala
yang timbul dari penyakit.
S : Skala nyeri 5
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik ( terpotong, prosedur operasi)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. S Nama Mahasiswa : Moch Dharmawan
Ruang : Hesti 6 NIM : 191030200137
No.M.R. : 15 73 70
1) Identifikasi
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas,
intensitas nyeri)
2) Identifikasi
skala nyeri
3) Identifikasi
respon non
verbal
Terapeutik :
1) Jelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
2) Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
3) Ajarkan tehnik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi
nyeri.
Kolaborasi :
Kolaborasi
pemberian
analgetik
Edukasi:
1. .Jelaskan
tujuan dan
prosedur
mobilisasi
2. .Anjurkan melakukan mobilisasi dini 3..Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
misalnya duduk ditempat
tidur,duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi.
D. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Tn. S
Diagnosis Medis : Post op
STT Ruang Rawat : Hesti 6
Tgl/ No. DX Implementasi SOAP
Jam
21-10-2019 1. 1. Edukasi Tehnik Nafas ; S : - pasien mengatakan nyeri pada
Observasi : pangkal paha kanan, nyeri hilang
timbul dan nyeri pada saat bergerak.
14 30 1) Mengidentifikasi kesiapan dan
- pasien mengatakan bila nyeri timbul
kemampuan menerima informasi
melakukan tehnik tehnik napas dalam
Terapeutik :
Kolaborasi :
21-10-2019 2.
1. Mengidentifikasi nyeri S : Pasien mengatakan belum dapat
14 30
2. Mengidentifikasi toleransi fisik menggerakan kakinya, nyeri di daerah
melakukan pergerakan luka op bila bergerak
3. Memonitor frekuensi jantung dan
tekanan darah sebelum memulai O : Keadaan Umum pasien lemah
ambulasi Pasien masih terbaring ditempat
16 00
Tensi : 100/73 mmhg tidur
4. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu misalnya pagar A :Gangguan mobilitas fisik
tempat tidur (bed plang). Respon Masih terjadi
pasien masih berbaring ditempat
tidur P: Intervensi keperawatan dilanjutkan :
5. Melibatkan keluarga untuk 5. Melibatkan keluarga untuk
17 30
membantu pasien dalam membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan meningkatkan pergerakan
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur 4.Memasang bed plang 8.
mobilisasi Mengajarkan mobilisasi
18 00
7. Menganjurkan melakukan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
dini. Respon pasien mengerti dan mau misalnya duduk ditempat
melakukannya. tidur,duduk disisi tempat
8. Mengajarkan mobilisasi sederhana tidur,pindah dari tempat tidur
ke kursi.
dydaitnegm hpaartu tsi
dduilra,kduukdaunk mdiisiaslin
tyeam dpuadtuk tidur,pindah dari
tempat tidur ke kursi. Respon pasien
masih berbaring ditempat tidur.
21-10-2019 3 S:
1. Edukasi Kesehatan
Observasi :
15.00 -O
a. Mengidentifikasi kemampuan dan - Cemas berkurang
kesiapan menerima informasi : - Pasien dan keluarga
Terapeutik : mengetahui tentang
penyakitnya
b. Menyediakan materi penkes
c. menjadwalkan penkes sesuai A : Defisit pengetahuan tidak
kesepakatan terjadi P : Intervensi Dihentikan
d. Memberikan kesempatan untuk
bertanya
Terapeutik:
22-10-2019 1.1. Mengidentifikasi lokasi nyeri frekuensi S : pasien mengatakan nyeri berkurang
kualitas dan intensitas nyeri→ nyeri
15. 00 di pangkal paha kanan O : Keadaan umum pasien
sedang kesadaran compos mentis
2. Mengidentifikasi faktor yang P : Nyeri disebabkan karena gejala
memperberat nyeri→nyeri dirasakan
yang timbul dari penyakit.
bila bergerak
Q : Nyeri yang dirasakan kadang-
3. Mengajarkan tehnik relaksasi napas kadang seperti tertusuk-tusuk .
dalam →pasien mngikuti tehnik napas
R : Nyeri yang dirasakan bagian
4. Kolaborasi pemberian analgetik
pangkal paha kanan (inguinal
dekstra)
S : Skala nyeri 4
-
S : 37,5℃
Nadi : 74x/mnt
Rr : 22x/mnt
22-10-2019 2
S : Pasien mengatakan sudah lebih baik
4.Melibatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam O : keadaan umum pasien membaik
15.00
meningkatkan pergerakan kesadaran compos mentis pasien
16.00
5. Memasang bed plang tampak segar
8. Mengajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan misalnya duduk A : Gangguan mobilitas fisik masih
ditempat tidur,duduk disisi tempat terjadi
tidur,pindah dari tempat tidur ke
kursi. Respon pasien masih berbaring P : Intervensi keperawatan
ditempat tidur. dipertahankan
penyakit .
S : Skala nyeri 0
T : Nyeri -
S : 36,5℃
N : 80x/mnt
Rr : 18x/mnt
Td : 110/60 mmhg
A: Nyeri teratasi
rawat jalan
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ).
STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh
seperti kanker (Price, 2006).
Jadi kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan yang abnormal
didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara kulit dan tulang
B. ETIOLOGI
1. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa
gen memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis.
2. Radiasi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah ini
juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
4. Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau benjolan
tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang
tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya terjadi
akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada
saraf – saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila dirabaterasa lunak dan b
sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang
relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar, mendorong jaringan
normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak.
D. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah
proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.
Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah,
terutamadaerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak,
sepertiserabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor
membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul
di lokasi sepertilekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh
E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk
membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan kerja sel tumor.
Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor dan
kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawaatan
dilakukan operasi.
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor jaringan
lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika
batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapi
melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi
terjadi di sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan tumor
jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara jinak atau
ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar,
seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat
histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi
aspirasi akupunktur.
3. CT scan
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari X-ray
dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan
tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul
memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih
jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan
pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik.
5. Pemeriksaan histopatologis
bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh tumor untuk
pemeriksaan histologis.
H. PATHWAYS KEPERAWATAN
Perubahan fisik
Menstimulasi respon nyeri Peradangan
Tempat masuk
pada kulit
Anatomi kulit mikroorganisme
abnormal
Cemas Kerusakan
integritas kulit
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Op
1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit Post Op
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post
operasi 3. Resti infeksi berhubungan dengan luka post operasi
J. PERENCANAAN
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Defisit pengetahuan
1) Anxiety control a. Anxiety reduction
brhubungan dengan
b. Coping (penurunan kecemasan)
kurang rpapar
- Gunakan pendekatan
informasi
Kriteria Hasil : yang menenangkan
a. Klien mampu R/ meningkatkan bhsp
Ditandai dengan:
mengidentifikasi dan - Jelaskan semua
a. Gelisah
mengungkapkan gejala prosedur dan apa yang
b. Insomnia cemas dirasakan selama
c. Resah
b. Mengidentifikasi, prosedur
d. Ketakutan
mengugkapkan dan R/ agar pasien
e. Sedih
menunjukkan tehnik mengetahui tujuan dan
f. Fokus pada diri
untuk mengontrol cemas prosedur tindakan
g. Kekhawatiran
c. Vital sign dalam batas - Temani pasien untuk
normal memberikan
d. Postur tubuh, ekspresi keamanan dan
kecemasan
- Identifikasi tingkat
kecemasan
R/ mengetahui tingkat
kecemasan pasien
- Bantu pasien
R/ membantu pasien
tenang dan nyaman
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
R/ cemas berkurang,
pasien merasa tenang
- Berikan obat
R/untuk mengurangi
kecemasan
2. Nyeri berhubungan a. Pain Level a. Pain Management
dengan terputusnya b. Pain control - Lakukan pengkajian
kontinuitas jaringan c. Comfort level nyeri secara
komprehensif termasuk
Batasan Karakteristik Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik,
: a. Mampu mengontrol nyeri durasi, frekuensi,
1) Laporan secara (tahu penyebab nyeri, kualitas dan faktor
verbal atau mampu menggunakan presipitasi
- Kurangi faktor
aktivitas presipitasi nyeri
berulang-ulang R/ mengurangi nyeri
k. Respon autonom pasien
(seperti - Pilih dan lakukan
berkeringat, penanganan nyeri
. Analgesic Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
R/ untuk memberikan
intervensi yang tepat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
R/ benar dalam
pemberian obat
- Cek riwayat alergi Pilih
analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
R/ menentukan obat
yang tidak alergi
untuk
pasien
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
R/ memberikan obat
yang sesuai dengan
keluhan
- Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
R/ mengetahui kondisi
pasien
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
R/ membantu
mengurangi nyeri
R/mencegah adanya
suhu (suhu infeksi
yang ekstrim)
R/mengidentifikasi
keadaan umum pasien
dan luka
- Monitor hitung
granulosit, WBC
R/ mengidentfikasi
adanya infeksi
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
R/ menghindari resiko
infeksi
- Berikan perawatan kulit
pada area epidema R/ meningkatkan kesembuhan
- Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
R/mengetahui tingkat kesembuhan pasien
- Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
R/ membantu meningkatkan status
pertahanan tubuh terhadap infeksi
- Ajarkan cara menghindari infeksi R/ mempertahankan teknik aseptik
- Laporkan kultur positif R/ mengetahui terjadinya infeksi pada
luka
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
2. Jakarta : EGC
SIKI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja