Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PRAKTIKUM VI DISTRIBUSI ZAT

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1/ 2B


I Gede Bagus Satria Ananda (2309482010046)

Adinda puspita elisabet lian (2309482010047)

Ni Komang Ayu Sukma Dewi (2309482010048)

Ni Putu Giska Yunika Putri (2309482010049)

Ni Luh Nadia Intan Saputri (2309482010050)

I Gusti Ngurah Yudhis Prayatna Putra (2309482010051)

Ni Komang Triya Wijani (2309482010052)

Putu Dinda Budipratiwi (2309482010053)

Ni Luh Komang Ayu Sri Arsani (2309482010054)

I Putu Arya Damar Wicaksana Putra (2309482010055)

Komang Diska Avrilianza Aisuarya (2309482010056)

SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2024
PRAKTIKUM VI

DISTRIBUSI ZAT

A. Tujuan Praktikum

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu:

a. Menentukan koefisien distribusi suatu zat di dalam minyak dan air.

B. Dasar Teori

Distribusi zat didefinisikan sebagai perbandingan antara fraksi berat solute


dalam fase K ekstrak dibagi dengan fraksi berat solute dalam fase rafinat, pada keadaan
kesetimbangan (Mega Kasmiyatun, 2010).

Hukum distribusi adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan aktivitas
zat terlarut dalam suatu pelarut jika aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain diketahui,
asalkan kedua pelarut tidak tercampur sempurna satu sama lain (Dogra, 2009).

Suatu jenis kesetimbangan heterogen yang penting melibatkan pembagian suatu


spesies terlarut antara dua fase pelarut yang tidak dapat bercampur. Misalkan dua larutan
tak tercampur seperti air dan karbontetraklorida dimasukkan ke dalam bejana. Larutan-
larutan ini terpisah menjadi dua fase dengan zat cair yang kerapatannya lebih rendah.
Dalam hal ini air berada di bagian atas larutan satunya. Contoh penggunaan hukum
distribusi dalam kimia yaitu dalam proses ekstraksi dan proses kromatografi (Oxtoby,
2015).

Menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam kedua pelarut yang tidak saling
bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan
terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air.
Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut
setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua
pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut
disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi (Soebagio, 2002).
C. Pelaksanaan Praktikum

Alat dan Bahan

 Alat :
1. Buret 50 ml
2. Corong pisah
3. Labu takar 100 ml
4. Neraca analitik
5. Statif
6. Sendok tanduk
7. Botol semprot
8. Erlenmeyer 100 ml
9. Pipet tetes
10. Pipet volume 25 ml
 Bahan :
1. Asam Borat
2. Asam Benzoat
3. Indikator Fenolftalein
4. Minyak kelapa
5. Aquadest
6. NaOH 0,05 N
Cara Kerja
D. Hasil Pengamatan dan Perhitungan
A. Penentuan kadar asam borat dan asam benzoat
No Percobaan Volume NaOH Bobot
0,05 N (ml) (mg)
1 Asam Borat (dalam air, sebelum
7 ml 100 mg
dicampur dengan minyak)
2 Asam Borat (dalam fraksi air
4,5 ml 100 mg
setelah dicampur dengan minyak)
3 Asama Benzoat (dalam air
4 ml 100 mg
sebelum dicampur dengan minyak)
4 Asam Benzoat (dalam fraksi air
1,9 ml 100 mg
setelah dicampur dengan minyak)

B. Penentuan koefisien distribusi


No Zat Terlarut Bobot dalam Fraksi Koefisien
Air Minyak Distribusi
1 Asam borat 28,85 % 18,54% 0,653
2 Asam benzoat 97,69 % 46,40% 0,475

 Hasil perhitungan pembakuan NaOH


Bobot asam oksalat ;50 mg = 0,05 gram
volume titran (NaOH) : 23,3 ml = 0,0233 L
𝒈𝒓 𝑨𝒔𝒂𝒎 𝑶𝒌𝒔𝒂𝒍𝒂𝒕 × 𝒗𝒂𝒍𝒆𝒏𝒔𝒊
𝑵 𝑵𝒂𝑶𝑯 =
𝑩𝑴 𝑨𝒔𝒂𝒎 𝑶𝒌𝒔𝒂𝒍𝒂𝒕 × 𝑽 𝑵𝒂𝑶𝑯
𝟎, 𝟎𝟓 𝒈 × 𝟐
𝑵 𝑵𝒂𝑶𝑯 =
𝟗𝟎, 𝟎𝟑 𝒈⁄𝒎𝒐𝒍 × 𝟎, 𝟎𝟐𝟑𝟑 𝑳
𝟎, 𝟏 𝒈
𝑵 𝑵𝒂𝑶𝑯 =
𝟗𝟎, 𝟎𝟑 𝒈⁄𝒎𝒐𝒍 × 𝟎, 𝟎𝟐𝟑𝟑 𝑳
𝑵 𝑵𝒂𝑶𝑯 = 𝟎, 𝟎𝟒𝟕 𝑵
𝑵 𝑵𝒂𝑶𝑯 = 𝟎, 𝟎𝟓 𝑵
 Perhitungan kadar asam borat
(𝑣 × 𝑛)𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡 × 𝐹𝑃
%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡 = × 100%
𝑔𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡
𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡 = 20,61
𝐹𝑃 = 4
a. Perhitungan kadar asam borat dalam air, sebelum dicampur dengan minyak

(𝑣 × 𝑛)𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡 × 𝐹𝑃


%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡 = × 100%
𝑔𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡
(7 × 0,05) × 20,61 × 4
%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡 = × 100%
100
%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡 = 28,85 %
b. Perhitungan kadar asam borat dalam fraksi air, setelah dicampur dengan minyak

(𝑣 × 𝑛)𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡 × 𝐹𝑃


%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡 = × 100%
𝑔𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡
(4,5 × 0,05) × 20,61 × 4
%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡 = × 100%
100
%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡 = 18, 54%
 Perhitungan kadar asam benzoat
(𝑣 × 𝑛)𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑛𝑧𝑜𝑎𝑡 × 𝐹𝑃
%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡 = × 100%
𝑔𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑛𝑧𝑜𝑎𝑡
𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑛𝑧𝑜𝑎𝑡 = 122,12
𝐹𝑃 = 4
a. Perhitungan kadar asam borat dalam air, sebelum dicampur dengan minyak

(𝑣 × 𝑛)𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡 × 𝐹𝑃


%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑛𝑧𝑜𝑎𝑡 = × 100%
𝑔𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡
(4 × 0,05) × 122,12 × 4
%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑛𝑧𝑜𝑎𝑡 = × 100%
100
%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑛𝑧𝑜𝑎𝑡 = 97,69 %
b. Perhitungan kadar asam borat dalam fraksi air, setelah dicampur dengan minyak

(𝑣 × 𝑛)𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡 × 𝐹𝑃


%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑛𝑧𝑜𝑎𝑡 = × 100%
𝑔𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑜𝑟𝑎𝑡
(1,9 × 0,05) × 122,12 × 4
%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑛𝑧𝑜𝑎𝑡 = × 100%
100
%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑛𝑧𝑜𝑎𝑡 = 46,40%
 Perhitungan koefisien distribusi
a. Koefisien distribusi asam borat
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
𝐾=
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑎𝑖𝑟
18,8%
𝐾=
28,8%
𝐾 = 0,653
b. Koefisien distribusi asam benzoat
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
𝐾=
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑎𝑖𝑟
46,40%
𝐾=
97,69%
𝐾 = 0,475
E. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, bahan uji yang digunakan yaitu asam borat dan asam
benzoat, kedua senyawa tersebut memiliki sifat kelarutan yang berbeda. Penentuan
kadar dari kedua senyawa tersebut menggunakan metode asidi-alkalimetri. Asidi-
alkalimetri merupakan metode titrasi untuk mengetahui konsentrasi asam basa pada
titrat dan di netralkan dengan NaOH (titran) yang telah diketahui konsentrasinya.
Dimana yang berperan sebagai asam sekaligus titrat adalah asam borat dan azam
benzoat dan yang berperan sebagai basa sekaligus titran adalah NaOH (basa kuat).
Larutan yang direaksikan salah satunya disebut larutan baku. Larutan baku
adalah larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi larutan lain. Larutan baku ada dua yaitu larutan baku primer
dan larutan baku sekunder.
Asam oksalat adalah asam divalent dan pada titrasinya selalu sampai terbentuk
garam normalnya. Berat ekivalen asam oksalat adalah 63. Larutan baku sekunder
adalah larutan baku yang konsentrasinya harus ditentukan dengan cara titrasi terhadap
larutan baku primer. Larutan NaOH tergolong dalam larutan baku sekunder yang
bersifat basa.
Indikator merupakan asam lemah atau basa lemah yang memiliki warna cukup
tajam, hanya dengan beberapa tetes larutan encer encernya, indikator dapat digunakan
untuk menetapkan titik ekivalen dalam titrasi asam basa ataupun untuk menentukan
tingkat keasaman larutan. Pada percobaan kali ini indikator yang akan digunakan
adalah indikator phenolphtalein atau sering disebut dengan indikator PP. (Rahman,
2022)
 Penentuan kadar asam borat dan benzoat
No Percobaan Volume NaOH Bobot
0,05 N (ml) (mg)
1 Asam Borat (dalam air, sebelum
7 ml 100 mg
dicampur dengan minyak)
2 Asam Borat (dalam fraksi air
4,5 ml 100 mg
setelah dicampur dengan minyak)
3 Asama Benzoat (dalam air
4 ml 100 mg
sebelum dicampur dengan minyak)
4 Asam Benzoat (dalam fraksi air
1,9 ml 100 mg
setelah dicampur dengan minyak)

Berdasarkan tabel hasil pengamatan di atas, volume NaOH yang digunakan


untuk mentitrasi larutan yang sudah dicampur dengan minyak lebih sedikit
dibandingkan dengan larutan dalam air sebelum dicampurkan dengan minyak. Hal
ini dapat terjadi karena solute yang berkonsentrasi tinggi telah pindah ke fase
minyak yang berkonsentrasi rendah, kemudian konsentrasi dari solut secara
perlahan akan terdispersi dalam fase air dan minyak yang menyebabkan larutan
menjadi jenuh.
 Penentuan koifisien distribusi
Fenomena distribusi yaitu bila zat padat atau zat cair dicampur ke dalam dua
pelarut yang tidak saling bercampur, maka zat tersebut akan terdistribusi ke dalam
dua pelarut dengan kemampuan kelarutannya. Zat terlarut akan terdistribusi antara
dua pelarut dan akan mempunyai konsentrasi yang berbeda, tergantung pada
interaksi fisik dan kimia antara pelarut dan senyawa terlarut dalam dua fase tersebut
(Sinta, 2021).
Koefisien partisi merupakan perbandingan konsentrasi kesetimbangan zat
dalam dua pelarut yang berbeda yang tidak dapat saling bercampur. Koefisien
partisi sering juga disebut koefisien distribusi. Harga koefisien partisi akan berbeda
pada senyawa yang sama dan suhu yang berbeda. Karena kelarutan didalam suatu
pelarut itu dipengaruhi oleh suhu. Koefisien partisi pada dunia farmasi
menggambarkan rasio pendistribusian obat kedalam pelarut sistem dua fase, yaitu
lipid dan air. Apabila suatu molekul semakin larut pada lipid, maka koefisien
partisinya akan semakin besar dan difusi transmembran yang kebanyakan disusun
oleh lemak menjadi lebih mudah. Namun, di dalam pembuatan obat tidak boleh
dilupakan bahwa organisme terdiri dari fase lemak dan air, sehingga jika koefisien
partisi sangat rendah atau kelarutannya dalam air sangat sedikit maka hal akan
menimbulkan hambatan pada proses difusi zat aktif (Sinta, 2021).
Prinsip dasar untuk menentukan koefisien partisi didasarkan pada prinsip "like
dissolve like" yang artinya suatu senyawa polar akan larut dalam pelarut polar,
sedangkan senyawa non polar akan terlarut dalam pelarut non polar. Pada
umumnya, senyawa obat itu bersifat semipolar sehingga dapat larut dalam dua jenis
pelarut baik itu secara polar ataupun non polar pada konsentrasi tertentu (Sinta,
2021).
No Zat Terlarut Bobot dalam Fraksi Koefisien
Air Minyak Distribusi
1 Asam borat 28,85 % 18,54% 0,653
2 Asam benzoat 97,69 % 46,40% 0,475

Percobaan distribusi kali ini itu menggunakan sampel asam borat dan asam
benzoat yang di larutan dengan menggunakan dua macam pelarut yaitu dengan
minyak kelapa dan air. Kemudian larutan tersebut digojok dengan corong pisah
hingga asam borat atau asam benzoat dalam air terdistribusi diantara dua larutan
tersebut (Sinta, 2021). Setelah di gojok larutan tersebut akan membentuk dua fase
yang tidak saling campur. Ketidak campuran ini disebabkan karena sifat fisik
minyak dan air yang berbeda yaitu bobot jenis, perbedaan tegangan permukaan dan
perbedaan kepolaran dimana air memiliki sifat yang lebih polar sedangkan minyak
kelapa bersifat non polar.
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa perbandingan konsentrasi solut
pada fraksi air dengan minyak, yaitu asam borat memiliki konsentrasi 28,85 % pada
fraksi air sedangkan 18,54% pada fraksi minyak. Sedangkan asam benzoat
memiliki konsentrasi 97,69 % pada fraksi air sedangkan 46,40% pada fraksi
minyak. Kemudian didapat koefisien distribusi pada asam borat dan asam benzoat
berturut-turut yaitu 0,653 dan 0,475. Kedua solut ini memiliki nilai koefisien
distribusi yang kurang dari 1 (K>1), hal tersebut menunjukkan bahwa asam borat
dan asam benzoat cenderung terdistribusi pada fase air. Hal ini disebabkan oleh
sifat dari asam borat dan asam benzoat yang sedikit polar. Hal ini memungkinkan
larutan lebih baik dalam pelarut polar seperti air dibandingkan dengan pelarut non
polar seperti minyak.
 Pembakuan NaOH
Pada pembakuan NaOH menggunakan 0,05 gram asam oksalat dan 25 ml air,
dimasukan kedalam erlenmayer kemudian ditambahkan indikator Fenolfetein
sebanyak 3 tetes lalu dititrasi dengan NaOH sampai larutan berubah menjadi merah
muda. Dalam hal ini, NaOH merupakan larutan baku sekunder dan asam oksalat
sebagai larutan baku primer. NaOH perlu kita ketahui normalitasnya sebelum
digunakan sebagai titran untuk mengetahui konsentrasi dari titrat lainnya, karena
NaOH merupakan larutan standar sekunder yang konsentrasinya selalu berubah
dan memiliki tingkat kemurnian yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan
primer, sehingga perhitungan yang didapat akan lebih akurat (Rohmah dan Rini,
2020) .
Pada pembakuan NaOH ini, didapat volume NaOH yang kami gunakan
sebanyak 23,3 ml. Data ini selanjutnya dihitung untuk menentukan kadar NaOH
dalam satuan Normalitas. Hasil yang kami peroleh yaitu 0,05 N . Hasil yang kami
dapatkan sesusai dengan literatur yaitu 0,05 N.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, didapat koefisien distribusi pada
asam borat dan asam benzoat berturut-turut yaitu 0,653 dan 0,475. Kedua solut ini
memiliki nilai koefisien distribusi yang kurang dari 1 (K>1), dapat disimpulkan bahwa
asam borat dan asam benzoat cenderung terdistribusi pada fase air. Hal ini juga terlihat
pada perbandingan konsentrasi solut pada fraksi air dengan minyak, yaitu asam borat
memiliki konsentrasi 28,85 % pada fraksi air sedangkan 18,54% pada fraksi minyak.
Sedangkan asam benzoat memiliki konsentrasi 97,69 % pada fraksi air sedangkan
46,40% pada fraksi minyak.
DAFTAR PUSTAKA

Rahman, 2022. Laporan Praktikum Standarisasi NaOH 0,1 dengan Asam Oksalat. Politeknik
Kesehatan Yogyakarta. Diakses pada 16 maret 2024 pada
https://id.scribd.com/document/541015171/Laporan-Praktikum-Asam-Oksalat
Rohmah, J., & Rini, C. S. (2020). Buku ajar kimia analisis. Umsida Press, 1-141
M.Ikhwan Fillah, Raisa Soraya. 2014. Penentuan Koefisien Distribusi. Available at
https://id.scribd.com/document/219363931/PENENTUAN-KOEFISIEN-
DISTRIBUSI

Sinta. (2021). Laporan Praktikum Farmasi Fisika Percobaan 3 Fenomena Distribusi.


Universitas Mulawarman Samarinda. URL:
https://id.scribd.com/document/537551395/PERCOBAAN-3-1. Diakses pada 16
Maret 2024.
Lampiran Dokumentasi Praktikum

Anda mungkin juga menyukai