Praktikum Farfis Vi Distribusi Zat Kel 1 Rev
Praktikum Farfis Vi Distribusi Zat Kel 1 Rev
SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
2024
PRAKTIKUM VI
DISTRIBUSI ZAT
A. Tujuan Praktikum
B. Dasar Teori
Hukum distribusi adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan aktivitas
zat terlarut dalam suatu pelarut jika aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain diketahui,
asalkan kedua pelarut tidak tercampur sempurna satu sama lain (Dogra, 2009).
Menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam kedua pelarut yang tidak saling
bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan
terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air.
Dalam praktek solut akan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut
setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua
pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap. Tetapan tersebut
disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi (Soebagio, 2002).
C. Pelaksanaan Praktikum
Alat :
1. Buret 50 ml
2. Corong pisah
3. Labu takar 100 ml
4. Neraca analitik
5. Statif
6. Sendok tanduk
7. Botol semprot
8. Erlenmeyer 100 ml
9. Pipet tetes
10. Pipet volume 25 ml
Bahan :
1. Asam Borat
2. Asam Benzoat
3. Indikator Fenolftalein
4. Minyak kelapa
5. Aquadest
6. NaOH 0,05 N
Cara Kerja
D. Hasil Pengamatan dan Perhitungan
A. Penentuan kadar asam borat dan asam benzoat
No Percobaan Volume NaOH Bobot
0,05 N (ml) (mg)
1 Asam Borat (dalam air, sebelum
7 ml 100 mg
dicampur dengan minyak)
2 Asam Borat (dalam fraksi air
4,5 ml 100 mg
setelah dicampur dengan minyak)
3 Asama Benzoat (dalam air
4 ml 100 mg
sebelum dicampur dengan minyak)
4 Asam Benzoat (dalam fraksi air
1,9 ml 100 mg
setelah dicampur dengan minyak)
Percobaan distribusi kali ini itu menggunakan sampel asam borat dan asam
benzoat yang di larutan dengan menggunakan dua macam pelarut yaitu dengan
minyak kelapa dan air. Kemudian larutan tersebut digojok dengan corong pisah
hingga asam borat atau asam benzoat dalam air terdistribusi diantara dua larutan
tersebut (Sinta, 2021). Setelah di gojok larutan tersebut akan membentuk dua fase
yang tidak saling campur. Ketidak campuran ini disebabkan karena sifat fisik
minyak dan air yang berbeda yaitu bobot jenis, perbedaan tegangan permukaan dan
perbedaan kepolaran dimana air memiliki sifat yang lebih polar sedangkan minyak
kelapa bersifat non polar.
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa perbandingan konsentrasi solut
pada fraksi air dengan minyak, yaitu asam borat memiliki konsentrasi 28,85 % pada
fraksi air sedangkan 18,54% pada fraksi minyak. Sedangkan asam benzoat
memiliki konsentrasi 97,69 % pada fraksi air sedangkan 46,40% pada fraksi
minyak. Kemudian didapat koefisien distribusi pada asam borat dan asam benzoat
berturut-turut yaitu 0,653 dan 0,475. Kedua solut ini memiliki nilai koefisien
distribusi yang kurang dari 1 (K>1), hal tersebut menunjukkan bahwa asam borat
dan asam benzoat cenderung terdistribusi pada fase air. Hal ini disebabkan oleh
sifat dari asam borat dan asam benzoat yang sedikit polar. Hal ini memungkinkan
larutan lebih baik dalam pelarut polar seperti air dibandingkan dengan pelarut non
polar seperti minyak.
Pembakuan NaOH
Pada pembakuan NaOH menggunakan 0,05 gram asam oksalat dan 25 ml air,
dimasukan kedalam erlenmayer kemudian ditambahkan indikator Fenolfetein
sebanyak 3 tetes lalu dititrasi dengan NaOH sampai larutan berubah menjadi merah
muda. Dalam hal ini, NaOH merupakan larutan baku sekunder dan asam oksalat
sebagai larutan baku primer. NaOH perlu kita ketahui normalitasnya sebelum
digunakan sebagai titran untuk mengetahui konsentrasi dari titrat lainnya, karena
NaOH merupakan larutan standar sekunder yang konsentrasinya selalu berubah
dan memiliki tingkat kemurnian yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan
primer, sehingga perhitungan yang didapat akan lebih akurat (Rohmah dan Rini,
2020) .
Pada pembakuan NaOH ini, didapat volume NaOH yang kami gunakan
sebanyak 23,3 ml. Data ini selanjutnya dihitung untuk menentukan kadar NaOH
dalam satuan Normalitas. Hasil yang kami peroleh yaitu 0,05 N . Hasil yang kami
dapatkan sesusai dengan literatur yaitu 0,05 N.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, didapat koefisien distribusi pada
asam borat dan asam benzoat berturut-turut yaitu 0,653 dan 0,475. Kedua solut ini
memiliki nilai koefisien distribusi yang kurang dari 1 (K>1), dapat disimpulkan bahwa
asam borat dan asam benzoat cenderung terdistribusi pada fase air. Hal ini juga terlihat
pada perbandingan konsentrasi solut pada fraksi air dengan minyak, yaitu asam borat
memiliki konsentrasi 28,85 % pada fraksi air sedangkan 18,54% pada fraksi minyak.
Sedangkan asam benzoat memiliki konsentrasi 97,69 % pada fraksi air sedangkan
46,40% pada fraksi minyak.
DAFTAR PUSTAKA
Rahman, 2022. Laporan Praktikum Standarisasi NaOH 0,1 dengan Asam Oksalat. Politeknik
Kesehatan Yogyakarta. Diakses pada 16 maret 2024 pada
https://id.scribd.com/document/541015171/Laporan-Praktikum-Asam-Oksalat
Rohmah, J., & Rini, C. S. (2020). Buku ajar kimia analisis. Umsida Press, 1-141
M.Ikhwan Fillah, Raisa Soraya. 2014. Penentuan Koefisien Distribusi. Available at
https://id.scribd.com/document/219363931/PENENTUAN-KOEFISIEN-
DISTRIBUSI