Anda di halaman 1dari 19

ORIENTASI

PEGAWAI PEMERINTAH
DENGAN PERJANJIAN KERJA
GELOMBANG 06 ANGKATAN XL

J U RN A L
Tugas Massive Open Online Course (MOOC)

Disusun Oleh :
NAMA : YUPI ALMAIDAH, S.Pd
NIP : 19890709 202321 2 019
INSTANSI : DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROV. SULAWESI TENGGARA

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

PROVINSI SULAWESI TENGGARA


TAHUN 2024

1
KATA PENGANTAR

Sejalan dengan pengembangan kompotensi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian


Kerja (PPPK), wajib menjalani Orientasi Pengenalan Nilai dan Etika Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi PPPK
yang di lakukan secara terintegrasi.
Pembelajaran dalam Massive Open Online Course (MOOC) merupakan sarana belajar
bagi para ASN dalam membentuk Kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan dan
perilaku. Oleh karena itu PPPK mampu memahami materi-materi yang di sampaikan dalam
Massive Open Online Course (MOOC) yang sangat bermanfaat sebagai panduan dalam
menjalankan tugas sebagai seorang ASN.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Administrasi Negara
(LAN) yang telah menyajikan modul ajar bagi PPPK untuk kami buat dalam sebuah jurnal.
Kami berharap budaya pengembangan bahan ajar ini terus dilakukan sejalan dengan
pembelajaran yang berkelanjutan (sustainable learning) peserta.
Kami sangat menyadari bahwa dalam menulis jurnal ini masih jauh dari sempurna.
Dengan segala kekurangan yang ada pada jurnal ini, kami mohon kesedian pembaca untuk
dapat memberikan masukan yang konstruktif guna penyempurnaan jurnal ini.

Kendari, 15 Maret 2024

Penulis Jurnal,

YUPI ALMAIDAH, S.Pd


NIP. 19890709 202321 2 019

2
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3
BAB 1 AGENDA I ................................................................................................... 4
A. Wawasan Kebangsaan ................................................................................... 4
B. Nilai-Nilai Bela Negara ................................................................................. 6
C. Isu-isu Kontenporer ....................................................................................... 7

BAB 2 AGENDA II ................................................................................................. 10


A. Berorientasi Pelayanan .................................................................................. 10
B. Akuntabel ...................................................................................................... 11
C. Kompeten ...................................................................................................... 12
D. Harmonis ....................................................................................................... 12
E. Loyal.............................................................................................................. 12
F. Adaptif ........................................................................................................... 12
G. Kolaboratif .................................................................................................... 13

BAB 3 AGENDA III................................................................................................ 14


A. Smart ASN .................................................................................................... 14
B. Manajemen ASN ........................................................................................... 15

PENUTUP

3
BAB I
AGENDA 1

A. WAWASAN KEBANGSAAN
1. Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal
Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
2. Empat Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara
a. Pancasila
Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno di
depan sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Oleh Bung Karno dinyatakan
bahwa Pancasila merupakan philosofische grondslag, suatu fundamen, filsafaat,
pikiran yang sedalam-dalamnya, merupaan landasan atau dasar bagi negara
merdeka yang akan didirikan. Pentingnya kedudukan Pancasila bagi bangsa
Indonesia dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara, sehingga gagasan
dasar yang berisi konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila
harus berisi kebenaran nilai yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia.
b. Undang – Undang Dasar 1945
Naskah Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei sampai 16 Juli
1945 oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Pada masa itu Ir Soekarno menyampaikan gagasan dasar pembentukan
negara yang beliau sebut Pancasila. Gagasan itu disampaikan dihadapan panitia
BPUPKI pada siang perdana mereka tanggal 28 Mei 1945 dan berlangsung hingga
tanggal 1 Juni 1945. Pada tanggal 18 Agustus 1945 sehari setelah Proklamasi
kemerdekaan dikumandangkan Piagam Jakarta disahkan menjadi Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 oleh PPKI.

4
c. Bhinneka Tunggal Ika
Perumusan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa oleh Mpu
Tantular pada dasarnya adalah sebuah pernyataan daya kreatif dalam upaya
mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan, sehubungan dengan
usaha bina negara kerajaan Majapahit kal itu. Sesuai makna semboyan Bhinneka
Tunggal Ika yang dapat diuraikan BhinnaIka-Tunggal-Ia berarti berbeda-beda
tetapi pada hakekatnya satu.
d. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak dapat
dipisahkan dari persitiwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, karena
melalui peristiwa proklamasi tersebut bangsa Indonesia berhasil mendirikan negara
sekaligus menyatakan kepada dunia luar (bangsa lain) bahwa sejak saat itu telah
ada negara baru yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
Bendera, bahasa, dan lambing negara, serta lagu kebangsaan Indonesia
merupakan manifestasi kebudayaan yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa.
a. Bendera
Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Bendera Negara adalah Sang Merah Putih. Bendera Negara Sang Merah Putih
berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3 (dua-pertiga) dari
panjang serta bagian atas berwarna merah dan bagian bawah berwarna putih
yang kedua bagiannya berukuran sama.
b. Bahasa
Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bahasa
Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakandi seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai
Bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang diikrarkan dalam
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan yang
dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban bangsa
c. Lambang Negara
Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal

5
Ika. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila
yang kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan.
d. Lagu Kebangsaan

Lagu Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya


disebut Lagu Kebangsaan adalah Indonesia Raya. Lagu Kebangsaan adalah
Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf Supratman.
B. NILAI – NILAI BELA NEGARA
1. Pengertian Bela Negara
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara,
baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
Ancaman.
2. Nilai Dasar Bela Negara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela
Negara meliputi:
a. Cinta tanah air
b. Sadar berbangsa dan bernegara
c. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
e. Kemampuan awal bela negara.
3. Pembinaan Kesadaran Bela Negara Lingkup Pekerjaan
Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan kegiatan
yang dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau
pelatihan kepada warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan perilaku
serta menanamkan nilai dasar Bela Negara. Pembinaan Kesadaran Bela Negara
diselenggarakan di lingkup: pendidikan, masyarakat, dan pekerjaan.

6
C. ISU – ISU KONTEMPORER
Fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap ASN mengenal dan memahami
secara kritis terkait isu-isu strategis kontemporer diantaranya; korupsi, narkoba, paham
radikalisme/terorisme pencucian uang, proxy war, dan kejahatan komunikasi masal
seperti cyber crime, Hate Speech, dan Hoax, dan lain sebagainya.
1. Korupsi
Korupsi adalah salah satu tindakan suap menyuap atau pengelapan uang demi
keberlangsungan atau kepentingan untuk diri sendiri tanpa memikirkan orang lain.
Adapun faktor – faktor yang mendorong terjadinya korupsi yaitu sebagai berikur:
a. Faktor Individu
1) Sifat tamak
2) Moral yang lemah
3) Gaya hidup yang tinggi
b. Faktor Lingkungan
1) Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
2) Aspek ekonomi
3) Aspek politis
4) Aspek organisasi.
2. Narkoba
Narkoba adalah merupakan akronim Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif
lainnya, sedangkan Napza adalah akronim dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif lainnya yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran
seseorang jika dikonsumsi secara terus – menerus akan mengalami konsumsi
narkoba tersebut. Berdasarkan Undang – Undang nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika dapat dibedakan 3 macam yaitu:
a. Golongan I yang ditujukan untuk ilmu pengetahuan dan bukan untuk
pengobatan dan sangat berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan
b. Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan Kesehatan dan
berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan
c. Golongan III berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan Kesehatan serta
berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan
Oleh karena itu pemerintah sebagai pemegang otoritas dalam hal ini Presiden
segera menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2007

7
Tentang Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN-RI). Negara telah
berusaha menjawab Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan Tantangan tersebut dengan
berbagai pendekatan, metode, dan cara sesuai dengan situasi dan kondisi serta sitem
dan cara pemerintah masing - masing, termasuk Indonesia dengan menggugah
kesadaran ASN khususnya PPPK untuk memberikan sumbangsih pemikiran dan
tenaga untuk menyelamatkan negara dari bahaya Tindak Pidana Narkotika yang pada
saat ini Darurat Narkoba.
3. Terorisme
Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat
menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau
kehancuran terhadap objek vital yang strategis, Iingkungan hidup, fasilitas publik,
atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.
4. Radikalisme
Radikalisme merupakan suatu sikap yang menginginkan perubahan secara
total dan bersifat revolusioner dengan menjatuhkan nilai-nilai yang ada secara drastis
lewat kekerasan dan aksi-aksi yang ekstrem.
5. Pencucian Uang
Pencucian uang merupakan salah satu tindakan kejahatan untuk
menyembunyikan dan mengahapus jejak asal – usul uang atau harta kekayaan hasil
dari tindak pidana.
6. Proxy War
Menurut pengamat militer dari Universitas Pertahanan, Yono Reksodiprojo
menyebutkan Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua
negara, di mana negara tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam peperangan
karena melibatkan „proxy‟ atau kaki tangan.
7. Kejahatan Mass Communication
Komunikasi massa sejatinya merupakan bagian dari sejarah perkembangan
peradaban manusia. komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah besar orang. Adapun kejahatan dalam Komunikasi
Massa yaitu sebagai berikut:

8
a. Cyber Crime
Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk kejahatan yang terjadi
dan beroperasi di dunia maya dengan menggunakan komputer, jaringan
komputer dan internet.
b. Hate Speech
Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan
yang disampaikan oleh individu ataupun kelompok di muka umum atau di
ruang publik merupakan salah satu bentuk kejahatan dalam komunikasi massa.
c. Hoax
Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung jawabkan
atau bohong atau palsu, baik dari segi sumber maupun isi. Sifatnya lebih banyak
mengadu domba kelompok-kelompok yang menjadi sasaran dengan isi
pemberitaan yang tidak benar.
Dampak hoax sama besarnya dengan cyber crime secara umum dan hate speech
terhadap publik yang menerimanya. Oleh karenanya kejahatan ini juga merupakan
sesuatu yang perlu diwaspadai oleh seluruh elemen bangsa termasuk ASN.

9
BAB II
AGENDA 2

A. BERORIENTASI PELAYANAN
1. Pelayanan Publik
Negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu
sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan
publik yang prima dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap
warga negara atas barang publik, jasa publik, dan pelayanan administratif,
sebagaimana tercantum dalam Penjelasan atas Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik (UU Pelayanan Publik). Dalam pengertian tersebut,
jelas bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari penyelenggara
pelayanan publik, yang kemudian dikuatkan kembali dalam UU Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), yang menyatakan bahwa salah
satu fungsi ASN adalah sebagai pelayan publik. Asas penyelenggaraan pelayanan
publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU Pelayanan Publik, yaitu:
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Pelayanan publik yang baik juga didasarkan pada prinsipprinsip yang
digunakan untu merespons berbagai kebutuhan dalam penyelenggaraan pelayanan
publik di lingkungan birokrasi. Berbagai literatur administrasi publik menyebut
bahwa prinsi pelayanan publik yang baik adalah :
a. Partisipatif
b. Transparan
c. Responsif

10
d. Tidak diskriminatif
e. Mudah dan murah
f. Efekrtif dan efisien
g. Aksesibel
h. Akuntabel
i. berkeadilan

2. Membangun Budaya Pelayanan Prima


Budaya pelayanan oleh ASN akan sangat menentukan kualitas pemberian
layanan kepada masyarakat. Menurut Djamaluddin Ancok dkk. (2014), budaya
pelayanan yang baik juga
tentu akan berdampak positif terhadap kinerja organisasi dengan mekanisme.
3. ASN sebagai Pelayan Publik
Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
4. Nilai Berorientasi Pelayanan dalam Core Values ASN
Pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai Dasar) ASN
Berakhlak dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa). Core Values ASN
Berakhlak merupakan akronim dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel,
Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif.

B. AKUNTABEL
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada
seseorang/organisasi yang memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas
adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai
pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik
(Matsiliza dan Zonke, 2017). bilitas memperbaiki kinerja. Akuntabilitas publik memiliki
tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu pertama, untuk menyediakan kontrol demokratis
(peran demokrasi); kedua, untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
(peran konstitusional); ketiga, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran
belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertical
(vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).

11
C. KOMPETEN
Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai tuntutan pekerja.

D. HARMONIS
Harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga
faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Suasana harmoni
dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu tenang, menciptakan
kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan
produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.

E. LOYAL
Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN ideal sebagaimana
tersebut di atas adalah sifat loyal atau setia kepada bangsa dan negara. Sifat dan sikap
loyal terhadap bangsa dan negara dapat diwujudkan dengan sifat dan sikap loyal ASN
kepada pemerintahan yang sah sejauh pemerintahan tersebut bekerja sesuai dengan
peraturan perundangundangan yang berlaku, karena ASN merupakan bagian atau
komponen dari pemerintahan itu sendiri. Bagi seorang ASN, kata loyal dapat dimaknai
sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

F. ADAPTIF
Adaptif adalah suatu bentuk upaya untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan
disekitarnya. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan
kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di
dalamnya dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis
versus berpikir kreatif. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa
hal, seperti di antaranya tujuan organisasi, tingkat kepercayaan, perilaku tanggung jawab,
unsur kepemimpinan dan lainnya. Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN
merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai
individu yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.

12
G. KOLABORATIF
Kolaboratif yang artinya ASN harus membangun Kerjasama yang sinergis, memberi
kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka dalam bekerja sama
untuk menghasilkan nilai tambah dan menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber
daya untuk tujuan Bersama. Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki
oleh ASN. Sekat-sekat birokrasi yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini
dapat dihilangkan. ASN muda diharapkan nantinya menjadi agen perubahan yang
dapat mewujudkan harapan tersebut.

13
BAB III
AGENDA 3

A. SMART ASN
Pandemi Covid-19 telah mengantarkan dunia pada sebuah masa revoulusioner
dengan berpindahnya sebagian kehidupan manusia menuju dunia tanpa batas, yakni
dunia digital. Kita dipaksa untuk masuk dan mengikuti segala perkembangan yang ada
di dunia digital atau sering disebut dengan istilah Mendadak Digital. Kondisi
“Mendadak Digital” ini telah mengguncang Ekonomi, Sosial, dan Budaya masyarakat
Abad 21. Berbagai berkah dan bencana di ruang digital silih berganti menghampiri
seluruh profesi tak terkecuali Aparatur Sipil Negara (ASN).
1. Literasi Digital
Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak
hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan
penuh tanggung jawab. Literasi digital juga merupakan kemampuan untuk secara
kreatif terlibat dalam praktik sosial tertentu, untuk mengasumsikan identitas sosial
yang tepat, dan untuk membentuk atau mempertahankan berbagai hubungan sosial
di ruang digital.
Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa
rata-rata skor indeks Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran
3,3. Sehingga literasi digital terkait Indonesia dari kajian, laporan, dan survey
harus diperkuat. Penguatan literasi digital ini sesuai dengan arahan Presiden Joko
Widodo.
2. Pilar Literasi Digital
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya,
keamanan, dan kecakapan dalam bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi
kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital
(netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi
kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan
membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam
kehidupan sehari-hari.

14
3. Implementasi Literasi Digital dan Implikasinya
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai
fasilitas dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari
informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan
internet harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam
59 menit (APJII, 2020). Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia
yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan menurut hasil
survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020, selama
pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia mengakses internet lebih dari
8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah secara daring
ikut membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan
wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap
warga negara.

B. MANAJEMEN ASN
Modul ini akan membahas tentang konsep dan kebijakan manajemen aparatur sipil
negara, dan bagaimana kebijakan tersebut diimplementasikan di instansi pemerintah,
dan termasuk di dalamnya adalah hal-hal apa yang harus diperhatikan agar manajemen
aparatur sipil Negara dapat mencapai tujuannya yaitu untuk menciptakan
profesionalisme aparatur sipil negara.
1. Kedudukan ASN
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan
yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh
dan intervensi semua golongan dan partai politik. Pegawai ASN dilarang menjadi
anggota dan/atau pengurus partai politik. Selain untuk menjauhkan birokrasi dari
pengaruh partai politik, hal ini dimaksudkan untuk menjamin keutuhan,
kekompakan dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala perhatian, pikiran,
dan tenaga pada tugas yang dibebankan kepadanya. Oleh karena itu dalam pembinaan
karier pegawai ASN, khususnya di daerah dilakukan oleh pejabat berwenang yaitu
pejabat karier tertinggi.

15
2. Peran ASN

Peran dari Pegawai ASN: perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan


tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan
dan pelayanan publik yang professional, bebas dari intervensi politik, serta bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. ASN berfungsi, bertugas dan berperan
untuk melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN harus
mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan 11
Manajemen ASN fungsi dan tugasnya tersebut. Harus mengutamakan pelayanan yang
berorientasi pada kepentingan publik.
3. Hak dan Kewajiban ASN
Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut
PNS berhak memperoleh:
a. Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b. Cuti;
c. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d. Perlindungan; dan
e. Pengembangan kompetensi
Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
a. Gaji dan tunjangan;
b. Cuti;
c. Perlindungan; dan
d. Pengembangan kompetensi
Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah
yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran,
dan tanggung jawab;
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;

16
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN


ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik
dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN.
Kode etik dan kode perilaku yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para
ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah.
5. Konsep Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan
dan sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas,
obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk
menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi
dan jangkauan penginformasian kepasa masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya
dalam pelaksanaan seleksi.
6. Kelembagaan dan Jaminan Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN
Sistem merit menjadi prinsip uatma dalam UU ASN, bahkan UU ini juga
menyediakan aturan kelembagaan untuk menjamin keberadaan sistem merit dalam
pengelolaan ASN. Lembaga-lembaga tersebut adalah:
a. Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN)
b. Kementrian Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi.
7. Manajamen PNS
Meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan. Manajemen PNS pada Instansi Pusat dilaksanakan oleh pemerintah
pusat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Manajemen PNS pada
Instansi Daerah dilaksanakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
8. Manajemen PPPK
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan,
disiplin, pemutusan hubungan perjanjian kerja dan perlindungan.

17
9. Pengelolaan Jabatan Pimpinan Tinggi
Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,
kesekretariatan lembaga negara, Lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah
dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan
syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak
jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Organisasi
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga
kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps
ASN sebagai pemersatu bangsa.
11. Sistem Informasi ASN
Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam
Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN
diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antarInstansi Pemerintah
12. Penyelesaian Sengketa
Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya
administratif terdiri dari keberatan dan banding administrative

18
PENUTUP

Dalam pembelajaran Massive Open Online Course (MOOC) di simpulkan:


1. Sikap perilaku bela negara yang perlu di pahami adalah pemahaman terkait Wawasan
Kebangsaan dan nilai-nilai bela negara, Analisis isu kontenporer, dan kesiapsiagaan bela
negara
2. Nilai-nilai dasar PNS terdiri dari Berorinetasi Pelayanan, akuntabel, Kompeten,
harmonis, Loyal, adaptif dan Kolaboratif
3. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI terdiri dari SMART ASN dan Manajemen
ASN.

19

Anda mungkin juga menyukai