Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI

DEPOK NOMOR: 83/Pid.B/2018/PN.Dpk TENTANG


STATUS BARANG BUKTI PT. FIRST TRAVEL YANG
DIRAMPAS UNTUK NEGARA DITINJAU DARI KUHAP
DAN HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Disusun Dalam Rangka Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh:
AHMAD ZUBAIDI
NIM: 1641500003

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2020
BAB l
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peluang bisnis untuk penyelenggaraan ibadah umrah
sangatlah menarik karena mayoritas penduduk Indonesia
beragama Islam. Animo penduduk Indonesia untuk
melaksanakan ibadah umrah juga besar karena untuk dapat
melaksanakan rukun iman yang kelima, yaitu haji butuh
antrian panjang bedasarkan data kementerian ibadah haji dan
umrah Arab Saudi, jumlah visa umrah yang telah di keluarkan
untuk Indonesia pada 2016 mencapai 699,6 ribu jamaah.
Angka ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan
jumlah jamaah teresar ketiga di dunia, setelah Mesir dengan
jumlah jamaah 1,3 juta jamaah dengan Pakistan dengan jumlah
mencapai 991 ribu jamaah.1
Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan saling
bersaing untuk menjadi yang utama dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen. Pada perusahaan jasa
sendiri terutama jasa travel perjalanan haji maupun umrah
yang tersebar di seluruh Indonesia, bersaing untuk menarik
peserta sebanyak mungkin untuk memakai travel perjalanan
mereka. Untuk menarik calon peserta sebanyak mungkin,

1
Dian Cahyaningrum, Tanggung Jawab Hukum First Travel Dalam
Kasus Penipuan, Penggelapan, Dan Pencucian Uang Dengan Modus Umrah,
Majalah Info Hukum Singkat Vol. IX, No. 16/II/Puslit/Agustus/2017H

1
2

banyak travel yang melakukan promosi-promosi mulai dari


harga, pelayanan serta pembekalan. Dan tidak sedikit jasa
travel perjalanan haji dan umrah yang menewarkan harga
paket perjalanan religi dibawah standart. Adapun standar
minimal biaya perjalanan umrah menurut asosiasi agen
penyelenggara umrah, Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji
Dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) tarif itu ditetapkan
USD$ 1.700, atau sekitar Rp. 20 Jutaan. Biaya ini juga
tertuang dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) No.8 Tahun
2018 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.2
Murah dan mahalnya biaya sangat tergantung dengan
beberapa hal salah satunya adalah musim. Musim merupakan
poin pertama yang cukup mempengaruhi mahalnya biaya
umrah. Biaya akan naik berlipat jika kita memilih umrah pada
waktu tertentu seperti libur sekolah, libur akhir tahun, bulan
ramadhan, dan bulan haji, karena jumlah jamaah pada musim
tersebut akan terus meningkat dari pada sebelumnya.3
Menariknya bisnis penyelenggaraan umrah
dimanfaatkan oleh banyak pihak untuk mendirikan biro
perjalanan umrah. Ironisnya, tidak semua biro perjalanan
umrah menjalankan bisnisnya dengan baik. Berdasarkan data
dari Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian

2
Peraturan Menteri Agama No. 8 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
3
Skripsi, Qurratul Aini, Tindak Pidana Penipuan Dengan Modus
Travel Umrah (Analisis Kasus First Travel)), Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2018
3

Agama, pada tahun 2015 terdapat 14 biro perjalanan umrah


nakal yang telah dikenakan sanksi oleh Kementerian Agama
RI (Kemenag RI), yang 4 di antaranya telah memperoleh
sanksi peringatan tertulis, 3 biro perjalanan umrah mendapat
sanksi pencabutan izin, dan 5 biro lainnya dinyatakan izin
operasionalnya tidak berlaku lagi.4
Pada tahun 2017, kembali terjadi biro perjalanan umrah
yang saat ini sedang menjadi sorotan publik yaitu biro
perjalanan umrah PT. First Anugerah Karya Wisata. Bos PT.
First Travel diduga telah melakukan tindak pidana penipuan
Pasal 378 KUHP, penggelapan, Pasal 372 KUHP dan
melanggar Undang-undang No. 8 Tahun 2010 Tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang dengan modus umrah. Dalam kasus ini Polisi telah
menetapkan tiga tersangka yaitu pemimpin dan pemilik First
Travel, pasangan suami-istri Andika Surachman dan Anniesa
Devitasari Hasibuan serta Direktur Keuangan First Travel
yaitu Siti Nuraidah Hasibuan.
Kasus PT. First Travel pada tingkat pertama telah
diputus melalui Putusan Pengadilan Negeri Depok
No.83/Pid.B/2018/PN.Dpk pada tanggal 30 Mei 2018.
Kemudian dikuatkan oleh Putusan Pengadilan Tinggi Jawa
Barat di Bandung No.195/PID/2018/PT.BDG. tanggal 15
4
Dian Cahyaningrum, Tanggung Jawab Hukum First Travel Dalam
Kasus Penipuan, Penggelapan, Dan Pencucian Uang Dengan Modus Umrah,
Majalah Info Hukum Singkat Vol. IX, No. 16/II/Puslit/Agustus/2017H
4

Agustus 2018. Atas Putusan PT.Bandung No.


195/PID/2018/PT.BDG tersebut, baik Penuntut
Umum/Kejaksaan Negeri Depok maupun Terdakwa I Andika
Surachman dan Terdakwa II Anniesa Desvitasari Hasibuan
(Pemilik PT. First Travel) melalui kuasa hukunya melakukan
upaya kasasi ke Mahkamah Agung. Pada tingkat kasasi,
Mahkamah Agung melalui Putusan MA No.3096
K/Pid.Sus/2018 telah menolak semua permohonan kasasi.
Maka dengan demikian, berlakulah amar Putusan PN Depok
No. 83/Pid.B/2018/PN.Dpk. Yang menjadi perhatian publik
adalah bahwa ada amar Putusan PN Depok No.
83/Pid.B/2018/PN.Dpk yang menetapkan barang bukti poin
1s/d 529 dirampas untuk negara. Barang-barang bukti ini
terdiri dari benda-benda yang mempunyai nilai ekonomis dan
juga beberapa dokumen-dokumen asli maupun foto copy.5
Putusan Pengadilan Negeri Depok Nomor.
83/Pid.B/2018/PN.Dpk tersebut kurang lebih berisi sebagai
berikut:
1. Menyatakan terdakwa 1. Andika Surachman dan terdakwa
2. Anniesa Desvitasari Hasibuan telah terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
bersama-sama melakukan penipuan dan pencucian uang
sebagai perbuatan berlanjut;

5
Putusan Hakim Pengadilan Negeri Depok Nomor:
83/Pid.B/2018/PN.Dpk,
5

2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa I dengan pidana


penjara dua puluh tahun dan kepada terdakwa II pidana
penjara selama delapan belas tahun dan denda kepada
masing-masing terdakwa sebesar Rp.10.000.000.000,-
apabila denda tersebut tidak dibayarkan maka dapat
digantikan dengan pidana kurungan selama delapan bulan;
3. Menetapkan masa penangkapan dan masa penahanan yang
telah dijalani para terdakwa dikurangkan seluruhnya dari
pidana yang dijatuhkan;
4. Menetapkan para terdakwa tetap berada dalam tahanan;
5. Menetapkan barang bukti sebanyak 529 buah dirampas oleh
negara;
6. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya
perkara sebesar Rp. 5000,- (lima ribu rupiah).
Barang bukti dalam perkara pidana merupakan obyek
dari suatu delik yang telah dilakukan, misalnya senjata tajam
yang dipakai untuk melukai seseorang. Barang bukti juga
merupakan hasil dari suatu delik yang telah dilakukan,
misalnya mobil, alat elektronik, rumah, dan tanah yang
dihasilkan dari tindak pidana korupsi. Melihat dari penerapan
Hukum Acara Pidana, Tujuan utama pelacakan barang bukti
hasil tindak pidana untuk disita dalam proses pengadilan dan
berujung pada putusan pengadilan yaitu untuk dikembalikan
kepada pihak yang berhak, yaitu korban kejahatan yang dalam
kasus ini adalah calon jamaah umroh First Travel. Dalam
6

prakteknya, terdapat pertentangan antara pihak korban dengan


putusan hakim berkaitan dengan perampasan barang bukti oleh
negara yang disita dari agen perjalanan First Travel,
dikarenakan barang bukti yang disita dari First Travel adalah
hasil penipuan dari calon jamaah umroh yang seharusnya
dikembalikan kepada pihak korban sebagai ganti kerugian.6
Sebagaimana yang di maksud pada Pasal 46 ayat (2)
KUHAP. Yang disana di jelaskan bahwa apabila perkara
sudah putus, maka benda yang dikenakan penyitaan
dikembalikan kepada orang atau kepeda mereka yang
disebutkan dalam putusan tersebut kecuali jika menurut
putusan hakim benda itu dirampas untuk negara, untuk di
musnahkan atau untuk dirusak sampai tidak dapat di
pergunakan lagi atau jika benda tersebut masih di gunakan
dalam perkara yang lain.7
Pasal 194 ayat 1 KUHAP dan dalam hal putusan
pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum,
pengadilan menetapkan supaya barang bukti yang di sita di
serahkan kepada pihak yang paling berhak menerima kembali,
yang namanya di sebutkan dalam putusan tersebut kecuali jika
menurut ketentuan undang-undang barang bukti itu harus

6
Jhon Pridol dan Firman Wijaya, Kepastian Hukum Terhadap
Perampasan Aset Yang Bukan Milik Negara, Jurnal Adigama Volume 2
Nomor 2, Desember 2019 E-ISSN: 2655-7347
7
Pasal 46 ayat 2 Kitap Undang-Undang Hukum Acara Pidana
7

dirampas untuk kepentingan negara atau dimusnahkan atau


dirusak sehingga tidak dapat dipergunakan lagi.8
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji
lebih lanjut terkait putusan pengadilan negeri depok nomor:
83/Pid.B/2018/PN.Dpk yang memutuskan status barang bukti
PT. First Travel dirampas untuk negara, yang akan dituangkan
dalam bentuk karya tulis dan sebagai skripsi dalam rangka
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi untuk
memperoleh gelar sarjana hukum. Adapun judul yang di ambil
penulis yaitu: ANALISIS PUTUSAN HAKIM
PENGADILAN NEGERI DEPOK NOMOR:
83/Pid.B/2018/PN.Dpk TENTANG STATUS BARANG
BUKTI PT. FIRST TRAVEL YANG DI RAMPAS
UNTUK NEGARA DI TINJAU DARI KUHAP DAN
HUKUM ISLAM.
B. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang di atas, maka secara lebih
terperinci perumusan masalah dalam penelitian ini
memfokuskan pada beberapa pembahasan untuk di teliti lebih
lanjut adalah sebagai berikut:
1. Apakah Dasar Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri
Depok dalam memberikan Putusan Nomor:
83/Pid.B/2018/PN.Dpk terkait status barang bukti PT. First
Travel yang dirampas untuk negara?

8
Pasal 194 ayat 1 Kitap Undang-Undang Hukum Acara Pidana
8

2. Bagaimana tinjauan KUHAP dan Hukum Islam terhadap


Putusan Nomor :83/Pid.B/2018/PN.Dpk terkait status
barang bukti PT. First Travel yang dirampas untuk negara?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa dasar pertimbangan Hakim
Pengadilan Negeri Depok dalam memberikan putusan
nomor: 83/Pid.B/2018/PN.Dpk terkait status barang bukti
PT. First Travel yang dirampas untuk negara.
2. Untuk mengetahui tinjauan KUHAP dan Hukum Islam
terhadap Putusan Nomor :83/Pid.B/2018/PN.Dpk tentang
status barang bukti PT. First Travel yang dirampas untuk
negara.
Sedangkan kegunaan penellitian adalah:
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat di harapkan dapat
menjadi kontribusi ilmiah dalam memperkaya pengetahuan
terhadap undang-undang.
2. Secara praktis, diharapkan dapat memberikan jawaban atas
pertanyaan penulis dan mungkin pula masyarakat luas
mengenai persoalan yang penulis angkat pada karya tulis
ini, serta sebagai bahan masukan dan sebagai referensi
pihak terkait.
9

D. Penelitian Terdahulu
Skripsi mahasiswa Fadilatun Nisa berjudul, Tanggung
Jawab Hukum Perusahaan Penyelenggara Ibadah Umrah
Terhadap Jamaah Yang Gagal Di Berangkatkan (Studi PT.
First Travel). Penelitiaan ini mengkaji mengenai hubungan
hukum antara PT. First Travel dengan para jamaah, bentuk-
bentuk pelanggaran yang dilakukan PT. First Travel dan
tanggung jawab PT. First Travel baik secara perdata, pidana,
maupun administrative. Dalam skripsinya menyimpulkan
hubungan hukum antara PT. First Travel dengan jamaah pada
kasus ini dapat diidentifikasi sebagai hubungan hukum bersegi
dua atau tweezijdige rechatsbetrekkingen, dimana dua belah
pihak (perjanjian jual beli jasa) berwenang/berhak untuk
meminta sesuatu dari pihak lain.
Skripsi mahasiswa Qurratul Aini, dengan judul “Tindak
Pidana Penipuan Dengan Modus Travel Umrah (Analisi Kasus
First Travel)”. Skripsi ini memfokuskan mengenai sanksi
terhadap penyelenggara perjalanan umrah yang tidak memiliki
izin resmi dari kementerian atau instansi terkait dan
menguraikan faktor penyebab tejadinya tindak pidana
penipuan travel umrah. Dalam skripsi ini menyimpulkan
bahwa sanksi yang dijatuhkan hakim sudah sesuai dengan
hukum Islam yakni jarimah takzir.
Skripsi Novi Ratnawati, yang berjudul Upaya
Penanggulangan Terjadinya Penipuan Yang DiLakukan Biro
10

Perjalanan Umrah (Studi Kasus Kota Bandar Lampung).


Dalam penelitian ini menjelaskan bagaimana uapaya
penanggulangan terjadinya penipuan oleh biro perjalanan
umrah dan fakto-faktor penghambat dalam upaya
penanggulangan terjadinya tindak pidana penipuan dengan
modus trevel umrah. Dalam skripsi ini menyimpulkan bahwa
penanggulangan terjadinya tindak pidana penipuan oleh biro
perjalanan umrah terbagi menjadi tiga upaya, pertama upaya
Pre-emtif Kedua upaya preventif Ketiga upaya represif.
E. Metode Penelitian
Metode merupakan suatu unsur mutlak yang harus ada
dalam suatu penelitian yang berfungsi untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan. khususnya di bidang hukum diperlukan
yang namanya penelitian hukum yaitu kegiatan ilmiah yang
didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu
untuk mempelajari gejala hukum tertentu dengan
menganalisisnya. Untuk mengetahui masalah dan agar penulis
dapat melakukan evaluasi permasalahan yang telah disebutkan
sebelumnya maka dalam pengumpulan bahan, fakta, dan data
yang diperlukan penulis menggunakan metode sebagai berikut;
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah jenis penelitian kepustakaan atau library research
yaitu suatu bentuk penelitian yang datanya diperoleh
11

diperoleh dari data pustaka atau data sekunder belaka.9


Yaitu dengan meneliti data-data pustaka yang ada kaitannya
dengan penelitian ini, seperti aya-ayat al-Qur’an, Hadist
yang terkait, buku-buku dan sumber lainnya, baik koran
majalah, maupun internet.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian merupakan anak tangga untuk
menentukan teori penelitian yang akan dipakai, yang
berguna untuk membatasi peneliti mengeksplorasi landasan
konseptual yang kelak bisa membedah objek penelitian.
Penelitian penelitian dipakai untuk menentukan dari sisi
mana sebuah objek penelitian akan dikaji.10
Pendekatan penelitian hukum bisa menggunakan
pendekatan normatif dan empiris sosial. Dan dalam
penelitian ini penulis menggunakan pendekatan normatif
yang dapat meliputi pendekatan Konseptual, pendekatan
Undang-undang, pendekatan Kasus, dan pendekatan
Perbandingan.11

9
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif,
Jakarta Rajawali Pers, 2012, 13.
10
Suteki dan Galang Taufani, Metodelogi Penelitian Hukum (Filsafat,
Teori dan Praktik), Depok: PT. Raja Grafindo Persada, 2018, 213.
11
Suteki dan Galang Taufani, Metodelogi Penelitian Hukum (Filsafat,
Teori dan Praktik), 213.
12

3. Jenis Data dan Sumber Data


Jenis data terdapat dua macam jenis data, yaitu:
a. Data kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk angka
yang dapat diperoleh dari rekaman, pengamatan,
wawancara, atau bahan tertulis (UU, dokumen, buku-
buku dan sebagainya) yang berupa ungkapan-ungkapan
verbal.
b. Data kuantitatif yaitu data yang berbenuk angka yang
dapat diperoleh dari hasil penjumlahan atau pengurangan
suatu variable. Yang dapat diperoleh dengan cara
angket/skala, tes, observasi.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis data
kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk angka yang dapat
diperoleh dari rekaman, pengamatan, wawancara, atau
bahan tertulis (UU, dokumen, buku-buku dan sebagainya)
yang berupa ungkapan-ungkapan verbal.
Adapun sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder (Scondary data) adalah
data yang diperoleh dari hasil penelaahan kepustakaan atau
terhadap berbagai literatur atau bahan pustaka yang
berkaitan dengan masalah atau materi penelitian atau yang
sering disebut bahan hukum.12 Misalnya buku-buku teks,
jurnal, majalah, koran, dokumen, peraturan, perundangan,
dan sebagainya.

12
Mukti fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum
Normatif dan Empiris, Cet ke-1 Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2015, 184.
13

Adapun bahan-bahan hukum atau data sekunder yang


digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum
pokok.13 Dalam penelitian ini bahan hukum primer
yang digunakan adalah Al-Qur’an, Hadist, Kitap
Undang-Undang No 8 Tahun 1981 Tentang Kitap
Hukum Acara Pidana, Putusan PN Depok No.
83/Pid.B/2018/PN.Dpk.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu sumber data yang
memberikan keterangan-keterangan dan penjelasan
mengenai sumber primer.14 Dalam penelitian ini bahan
hukum sekunder berupa buku hukum, disertasi, tesis,
skripsi, jurnal hukum yang berkaitan dengan
permasalahan yang penulis angkat.
c. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum
primer dan sekunder.15 yang terdiri dari artikel-artikel,
media masa, media cetak, yang berkaitan dengan pokok
pembahasan.

13
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif,
13.
14
Suratman dan Dilah, Philips, Metode Penelitian Hukum, Bandung:
Alfabeta, 2014, 124.
15
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif,
13.
14

4. Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan teknik atau
cara yang dilakukan sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan,
tes, dokumentasi dan sebagainya. 16
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
hanya menggunakan teknik kepustakaan/dokumentasi.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder
yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan
hukum tersier.
Metode dokumentasi adalah kumpulan berkas atau
data yakni pencarian informasi atau keterangan yang benar
dan nyata, serta didapatkan dari hasil pengumpulan data
berupa buku, notulen, transkip, catatan, majalah, dan
sebagainya.17
5. Teknik Analisis Data
Setelah data-data terkumpul dengan menggunakan
teknik kepustakaan/dokumentasi, maka langkah selanjutnya
kemudian penulis menganalisis data. Analisis data adalah
pemberlakuan data oleh peneliti setelah data terkumpul.18
Dan berdasarkan sifat penelitian ini yang menggunakan
metode penelitian bersifat Deskriptif-Analisis-Komparatif,

16
Suteki dan Galang Taufani, Metodelogi Penelitian Hukum (Filsafat,
Teori dan Praktik), 216.
17
Mansur Muslich, Bagaimana Menulis Skripsi, Jakarta, PT.Bumi
Aksara, 2013, 41.
.
15

maka analisisa data yang digunakan menggunakan


pendekatan kualitatif.
Dalam penelitian ini supaya pembaca lebih mudah
memahami teknik penarikan kesimpulanya dengan cara
deduktif yaitu dengan menggunakan analisis yang berpijak
dari pengertian-pengertian atau fakta-fakta yang bersifat
umum kemudian diteliti dan hasilnya dapat memecahkan
persoalan khusus.19 jadi penelitian secara deduktif adalah
penarikan kesimpulan dari yang umum ke khusus.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi dari
penelitian ini, penulis membuat sistematika pembahasan yang
terdiri dari bab-bab sebagai berikut;
BAB I Pendahuluan. Pada bab berisikan latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
kajian pustaka terdahulu, metodelogi penelitian, sistematika
pembahasan.
BAB II: Tinjauan Umum. Pada bab ini berisikan tinjauan
umum mengenai sejarah berdirinya PT. First Travel, visi dan misi
PT. First Travel, struktur organisasi PT. First Travel, program
dan layanan yang dijalankan PT. First Travel, praktek bisnis PT.
First Travel, kegagalan First Travel. Dan pengertian barang bukti,
cara mendapatkan barang bukti, penyitaan barang bukti, fungsi
barang bukti dalam proses persidangan. Macam-macam putusan

19
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta
PT,Bumi Aksara, 2010, hlm, 20.
16

hakim terhadap barang bukti, dikembalikan kepada yang berhak,


didirampas untuuk kepentingan negara atau dirampas negara
untuk dirusak atau dimusnahkan, masih diperlukan dalam perkara
lain.
BAB II Pembahasan. Pada bab ini berisikan dasar
pertimbangan hakim pengadilan negeri depok dalam memberikan
putusan nomor: 83/Pid.B/2018/PN.Dpk terkait status barang bukti
PT. First Travel yang dirampas untuk negara. Dan tinjauan
KUHAP dan Hukum Islam terhadap putusan nomor:
83/Pid.B/2018/PN.Dpk terkait status barang bukti PT. First
Travel yang dirampas untuk negara.
BAB IV Penutup. Bab ini merupakan bab terakhir dalam
penulisan skripsi ini yang berisi kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai