PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan kami dalam membuat makalah ini terdiri atas tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum, kami berharap agar pembaca mengerti mengenai
Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Pasien dengan CHF. Sedangkan tujuan khusus,
terdiri atas :
1. Memberikan informasi tentang keperawatan paliatif
2. Menjelaskan mengenai Konsep keperawatan paliatif
3. Memberikan informasi konsep penyakit CHF
4. Memberikan informasi mengenai Asuhan Keperawatan Paliatif dengan pasien
CHF
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah
deskriptif dan kajian pustaka yang dilakukan dengan mencari bahan atau literature
dari referensi beberapa buku dan internet sebagai sumber informasi terbaru yang
berhubungan dengan makalah yang kami susun.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui mengenai
keperawatan paliatif, menjelaskan mengenai Konsep keperawatan paliatif,
memberikan informasi konsep penyakit CHF, memberikan informasi mengenai
Asuhan Keperawatan Paliatif dengan pasien CHF
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini tersusun secara sistematis, terdiri atas 3
BAB yaitu BAB I Pendahuluan, terdiri atas Latar Belakang Masalah, Tujuan
Penulisan, Metode Penulisan, Manfaat Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II
Tinjauan Teori, terdiri atas Konsep keperawatan paliatif, memberikan informasi
konsep penyakit CHF, memberikan informasi mengenai Asuhan Keperawatan Paliatif
dengan pasien CHF, BAB III Penutup, terdiri atas Kesimpulan dan Saran serta Daftar
Pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah suatu
kondisi jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah dalam mencukupi
kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Gagal jantung
kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer,2007).
Perawatan paliatif adalah pelayanan kepada pasien yang penyakitnya sudah
tidak bereaksi terhadap pengobatan kuratif, atau tidak dapat disembuhkan secara
medis (stadium akhir). Tujuan perawatan paliatif adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien dalam menghadapi setiap penyakit yang diderita dan
mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan tenang dan nyaman tanpa
merasa tertekan atas penyakit yang diderita, baik secara fisik (nyeri, mual, muntah)
maupun psikis yang berbasis spiritual. Maka timbulah pelayanan palliative care
atau perawatan paliatif yang mencakup pelayanan terintegrasi antara dokter,
perawat, terapis, petugas social-medis, psikolog, rohaniwan, relawan, dan
profesilain yang diperlukan. Lebih lanjut, Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan paliatif berpijak pada
pola dasar berikut ini :
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang
normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
Patofisiologi
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi baik pada
jantung dan secara sistemik. Jika stroke volume kedua ventrikel berkurang oleh
karena penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume
dan tekanan pada akhir diastolik dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Ini akan
meningkatkan panjang serabut miokardium akhir diastolik, menimbulkan waktu
sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, terjadi dilatasi ventrikel.
Cardiac output pada saat istirahat masih bisa baik tapi, tapi peningkatan tekanan
diastolik yang berlangsung lama/kronik akan dijalarkan ke kedua atrium dan sirkulasi
pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan
menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan arterial
atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral.
Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium,
frekuensi denyut jantung dan vena; perubahan yang terkhir ini akan meningkatkan
volume darah sentral.yang selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi –
adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat
mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan peningkatan kontraktilitas
miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada pasien – pasien dengan penyakit
arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti
pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer; adaptasi ini
dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ – organ vital, tetapi jika aktivasi
ini sangat meningkatmalah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Resitensi
vaskuler perifer dapat juga merupakan determinan utama afterload ventrikel, sehingga
aktivitas simpatis berlebihan dapat meningkatkan fungsi jantung itu sendiri. Salah
satu efek penting penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan
penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan
cairan. Sitem rennin – angiotensin – aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan
peningkatan resitensi vaskuler perifer selanjutnta dan penigkatan afterload ventrikel
kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan. Gagal jantung berhubungan dengan
peningkatan kadar arginin vasopresin dalam sirkulasi yang meningkat, yang juga
bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung terjadi
peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang
menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.
Pathway
Paliatif
F. Kondisi Terminal
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresi menuju kematian berjalan melaluisuatu
tahapan proses penurunan fisik, psikososial, dan spiritual bagi individu. Perawatan terminal
dapat dimulai pada minggu-minggu, hari-hari dan jaminan terakhir kehidupan, yang
bertujuan untuk mempertahan hidup, menurunkan stress, meringankan dan mempertahankan
kenyamanan selama mungkin. Secara umum, kematian adalah sebagian proses dari
kehidupan yang dialami oleh siapa saja meskipun demikian, hal tersebut tetap saja
menimbulkan perasaan nyeri dan takut, tidak hanya pasien, akan tetapi juga keluarganya,
bahkan pada mereka yang merawat dan mengurusnya. Manifestasi klinik dari klien
menjelang ajal, antara lain:
1. Fisik
2. Psikososial
Pada respon kehilangan, rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah (air muka),
ketakutan, cara tertentu untuk mengulurkan tangan, perasaan cemas diungkapkan dengan cara
menggerakkan otot rahang dan kemudian mengendor, perasaan sedih diungkapkan dengan
mata setengah terbuka atau menangis dan juga bagaimana hubungan individu dengan orang
lain. Lebih jauh lagi berkaitan dengan masalah-masalah psikologis dan sosial yang dihadapi
oleh pasien dengan penyakit terminal, telah mengidentifikasi lima tahapyang mungkin
dilewati oleh pasien penyakit terminal, yang divonis tidak akan hiduplama lagi, yaitu :
Elizabeth Kubler Ross menggambarkan 5 tahap menjelangkematian, yaitu:
a. Tahap Denial
yaitu:
2) Shock
5) Diam terpaku
1) Klien marah-marah
3) Suara tinggi
4) Kemarahan mereda
d. Tahap Depresi
2) Sering menangis
3) Putus asa
1) Tenang/damai
3) Berpartisipasi aktif
6) Tidak semua orang dapat melampaui kelima tahap tersebut dengan baik,
individual.
f. Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit dan setelah
kematian.
perjalanan penyakit.
i. Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk memperpanjang usia, seperti
kemoterapi atau terapi radiasi, dan mencakup penyelidikan yang diperlukan untuk
MASALAH PSIKOLOGIS
1. Kecemasan
2. Stress
3. Ketidak berdayaan (powerlessness)
4. Ketakutan dan depresi (Polikandriotiet al, 2015)
MASALAH SOSIAL
Masalah sosial pada pasien dengan CHF biasanya diantaranya adalah berkurangnya aktivitas
atau bahkan sampai harus berhenti beraktivitas demi menjalani pengobatan. Sehingga
menyebabkan terjadinya perubahan peran dalam keluarganya. Perubahan peran yang terjadi
ini menyebabkan masalah finansial yang terjadi pada keluarga.
Yang tadinya sering berolahraga setiap minggu kini harus terbaring di rumah sakit. Biasnya
setiap malam jaga ronda sekarang jadi tidak bisa ikut ronda.
MASALAH KULTURAL
1. Makna dari keperawatan paliatif adalah untuk memberikan dukungan secara
holistik dalam merawat pasien dan keluarga yang mendapingi pasien dengan
penyakit terminal
2. Kita tidak bisa memandang sebelah mata mengenai budaya yang dianut oleh
pasien karena bisa jadi karena budaya tersebut pasien bisa terbebas dari penderitan
yang dialami selama pasien sakit..(FerrellandCoyle:2006)
3. Dengan berbagai macam budaya yang ada di Indonesia membuat banyak budaya.
Salah satu faktor banyak orang berpindah kealternative adalah biaya
yang digunakan lebih murah dibandingkan dengan pengobatan tradisional..
(FerrellandCoyle:2006)
MASALAH SPIRITUAL
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap
manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun
semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal,
tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta.
Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam
proses penyembuhan. (Cherlydkk2008) Pada beberapa pasien dengan gangguan Congestive
Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif mereka mengalami beberapa masalah
spiritual salah satunya mengalami mekanisme koping maladaptif. Contoh dari mekanisme
koping maladaptif tersebut adalah ketika pasien tidak dapat menerima penyakitnya dan
menyalahkan Tuhan akan penyakit yang diderita sehingga tanpa sadar mereka menjauhi Sang
Pencipta bukan malah mendekat.
Dalam mengatasi masalah spiritual yang dialami pasien dengan penyakit Congestive
Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif khususnya untuk mengurangi tingkat
depresi maka pendekatan religius yang dilakuan dengan cara berdziki, berdo'a sesuai dengan
keyakinan masing-masing dan melakukan shalat meskipun dengan berbaring (Fitriyani,2015).
Seluruhpasien
Pengkajian Psikososial
1. Data Demografi
a) Nama
b) Usia
c) Jenis kelamin
d) Status perkawinan
e) Pekerjaan
f) Diagnosa Medis
2. Keluhan Utama
3. Riwayat pengobatan
4. Riwayat keluarga
5. Respon kehilangan
6. Gejala fisik yang sering dikaitkan dengan depresi mungkin karena penyakit fisik atau
Pengobatannya jadi kurang membantu dalam melakukan diagnosa.
a. Perubahan berat badan / nafsu makan
b. Insomnia
c. Hilangnya energi
d. Kelelahan
e. Lambatnya psikomotor
f. Hilangnya libido
7. Gejala depresi pada pasien perawatan paliatif meliputi :
a. Tingkat keparahan dysphoric yang lebih parah.
b. Perasaan putus asa yang berlebihan, rasa bersalah, tidak berharga.
c. Penarikan sosial; kehilangan kenikmatan dalam aktivitas sehari-hari.
d. Sebuah harapan untuk kematian dini (atau pikiran untuk bunuh diri).
e. Respon positif terhadap pertanyaan "Apakah Anda merasa tertekan?
8. Faktor risiko
a. Riwayat depresi pribadi atau keluarga.
b. Konkurensi kehidupan.
c. Tidak adanya dukungan sosial.
d. Oropharyngeal, pankreas, kanker payudara dan paru-paru (lebih umum).
e. Hambatan tambahan untuk diagnosis : Perhatian pasien / keluarga bahwa "semangat
juang" dibutuhkan untuk memaksimalkan pengobatan / dukungan aktif
dari profesional kesehatan. Kesulitan menentukan apakah depresi adalah
masalah utama atau apakah memperbaiki gejala lainnya akan memperbaiki mood.
9. Sosial
a. Kaji aktivitas sehari-hari
b. Kaji apakah masih bekerja atau tidak
c. Kaji apakah hubungan dengan keluarga atau saudara terdekat.
Intervensi Keperawatan
2. Depresi
a. Pada depresi ringan, dukungan psikologis bisa sama efektifnya dengan pengobatan.
b. Kontrol nyeri yang adekuat dapat memperbaiki gejala depresi secara signifikan.
c. Ketergantungan spiritual mungkin merupakan komponen depresi, atau berbeda dari
itu.
d. Pertimbangkan psikoterapi suportif atau terapi perilaku kognitif.
e. Pasien dengan depresi berat dan / atau ide bunuh diri jarang terjadi tetapi harus
dirujuk untuk
f. pengobatan psikologis / psikiatri untuk penilaian
Intervensi Keperawatan
3. Kelelahan
a. Mengakui kenyataan gejala, dan pengaruhnya terhadap pasien / keluarga.
b. Mengetahui pemahaman tentang penyakit / pengobatan; jelaskan kemungkinan
penyebab kelelahan.
c. Riwayat aktivitas / kelelahan dapat membantu mengidentifikasi presipitan / waktu
gejala.
d. Aktivitas fisik:
Latihan bernutrisi, latihan aerobik dan kekuatan;pertimbangkan rujukan fisioterapi.
Konservasi energi: menetapkan prioritas; kecepatan; menjadwalkan aktivitas pada
saat energi puncak; menghapuskan kegiatan yang tidak penting; Tidur siang
siang pendek jika tidur di malam hari tidak terpengaruh;
menghadiri satu aktivitas pada suatu waktu
menghemat energi untuk aktivitas berharga.
Intervensi psikososial: manajemen stres; terapi relaksasi;kebersihan tidur
Intervensi Keperawatan
4. Nyeri
a. Apabila nyeri ringan berikan obatparacetamol atau NSAID
b. Apabila nyeri sedang berikan obat opioid(kodein 30-60mg) +paracetamol atauNSAID+obat lain
c. Apabila nyeri hebat/ berat berikan obatopioid (morphine 5mg)+ paracetamol atauNSAID+
obat lain
Diagnosa 1
Berduka disfungsional berhubungan dengan penyakit terminal dan kegagalan fungsi
Intervensi Rasional
Mandiri
Beri kesempatan klien dan keluarga mengungkapkan Tidak adanya pengobatan dan fakta
perasaan berduka, diskusikan dan gali makna kehilangan kematian sedang menanti
serta jelaskan berduka adalah reaksi yang umum dan menimbulkan perasaan
sehat ketidakberdayaan, kesedihan dll.
Diskusi terbuka akan membantu
klien dan keluarga mengatasi
masalah tersebut.
Anjurkan keluarga selalu mendampingi klien dan Beri Menumbuhkan rasa keyakinan
dukungan secara nonverbal seperti memegang tangan, dalam diri klien sehingga tidak
menepuk bahu, dan merangkul. merasa sendiri dalam menghadapi
kondisinya
Berikan dorongan klien untuk mengekpersikan atribut diri Meningkatkan penerimaan diri dan
yang positif penerimaan kematian
Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang Membantu untuk menghadapi
terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur proses kehilangan yang adaptif
Anjurkan pada keluarga untuk berdoa bersama atau Dapat membantu klien memenuhi
membacakan kitab suci sesuai keprcayaan klien kebutuhan spiritualnya sehingga
dapat menghadapi kematian dengan
bermartabat
Membantu menetukan siapa yang
Anjurkan kepada klien/keluarga terhadap perawatan akhir bertindak sebagai pengganti yang
kehidupan yang di inginkan tepat ketika klien tidak dapat
berbicara untuk dirinya sendri
Menumbuhakan perasaan
bahagia,di perhatikan dan
Diskusikan dengan kelurga,teman dekat, dan anggota merupakan sistem pendukung pada
keluarga lain siapa saja yang akan di datangkan untuk klien karena di kunungi oleh orang2
bertemu klien yang berarti bagi drinya sehinnga
klien menemukan arti positif dari
situasinya
Diagnosa 2
Kecemasan berhubungan dengan nyeri, perubahan fisik dan ketakutan menghadapi
kematian
Intervensi Rasional
Mandiri
Observasi tanda verbal dan non verbal dari Dapat mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan
kecemasan klien seperti gelisah, yang di alami klien
Anjurkan keluarga tetap mendampingi klien Dukungan keluarga dapat memperkuat mekanisme
koping klien sehingga tingkat ansietasnya berkurang
Bantu klien mengurangi kecamasanya Beri Mengurangi kecemasan klien dan mencegah
keamanan emosional yaitu dengan memberikan kecemasan yang berlanjut
sentuhan dan ciptakan suasana yang tenang
Diagnosa 3
Berduka antisipasi berhubungan dengan antisipasi kehilangan anggota keluarga
Intervensi Rasional
Mandiri
Bantu dan pandu keluarga menyatakan dengan Mengurangi kecemasan dan membantu keluarga
jelas masalah yang di alami saat ini dan yang menyadari bahwa mereka telah faham apa yang
segera terjadi. telah terjadi
Membantu keluarga menetapkan prioritas dan Aktifitas yang bertujuan akan mengurangi
mengarahkan tindakan yang dibutuhkan. kecemasan