Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan berkembangnya teknologi yang mempengaruhi gaya hidup seseorang


mengakibatkan banyaknya timbul berbagai macam penyakit yang mengancam jiwa yang jika tidak
tertangani akan mengalami komplikasi yang berujung pada kematian, salah satunya adalah
penyakit gagal jantung. Pada tahap ini, dimana segala pengobatan telah di tempuh tak pelak
membuat pasien merasa putus asa, disinilah peran perawat diperlukan dalam memenuhi kebutuhan
baik dari segi bio, psiko, dan spiritual pasien guna mendapatkan ketenangan dalam menjalani
masa- masa terakhir hidupnya, perawatan ini di kenal dengan perawatan paliatif, dimana
perawatan ini dapat mengurangi beban psikologis yang dirasakan pada pasien-pasien dengan
penyakit terminal.
Palliative care atau perawatan paliatif merupakan tipe perawatan yang tidak hanya
menekankan pada gejala fisik saja, tetapi perawatan ini juga fokus terhadap aspek-aspek
emosional, psikososial dan ekonomis, serta spiritual untuk memenuhi kebutuhan akan perbaikan
kualitas hidup seorang pasien. Berdasarkan badan kesehatan dunia atau World Health
Organization (WHO), terdapat lebih dari 40 juta orang di dunia yang membutuhkan perawatan
paliatif, namun hanya 14 persen saja yang baru memperolah perawatan tersebut. Sama halnya di
Indonesia, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui perwatan paliatif itu sangat penting
dalam upaya peningkatan kualitas hidup pasien, bahkan WHO sendiri mengakui hal tersebut.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 812/Menkes/SK/VII/2007
tantangan yang kita hadapi pada di hari-hari kemudian nyata sangat besar. Meningkatnya
jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak
seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic
fibrosis,stroke, Parkinson, gagal jantung /heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi
seperti HIV/ AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, disamping kegiatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Namun saat ini, pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan
pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut, terutama pada stadium lanjut
dimana prioritas pelayanan tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga perawatan agar
mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan keluarganya. Pada stadium lanjut,
pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri,
sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan
psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka
kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/ pengobatan
gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan
spiritual yang dilakukandengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan
paliatif. (Doyle & Macdonald, 2003: 5) .
Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam kondisi
terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep baru perawatan paliatif menekankan
pentingnya integrasi perawatan agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi
dengan baik Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan
terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien
berhak mendapatkan perawatan terbaik sampai akhir hayatnya. (Doyle & Macdonald, 2003:
5)

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan kami dalam membuat makalah ini terdiri atas tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum, kami berharap agar pembaca mengerti mengenai
Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Pasien dengan CHF. Sedangkan tujuan khusus,
terdiri atas :
1. Memberikan informasi tentang keperawatan paliatif
2. Menjelaskan mengenai Konsep keperawatan paliatif
3. Memberikan informasi konsep penyakit CHF
4. Memberikan informasi mengenai Asuhan Keperawatan Paliatif dengan pasien
CHF

C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini adalah
deskriptif dan kajian pustaka yang dilakukan dengan mencari bahan atau literature
dari referensi beberapa buku dan internet sebagai sumber informasi terbaru yang
berhubungan dengan makalah yang kami susun.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui mengenai
keperawatan paliatif, menjelaskan mengenai Konsep keperawatan paliatif,
memberikan informasi konsep penyakit CHF, memberikan informasi mengenai
Asuhan Keperawatan Paliatif dengan pasien CHF

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini tersusun secara sistematis, terdiri atas 3
BAB yaitu BAB I Pendahuluan, terdiri atas Latar Belakang Masalah, Tujuan
Penulisan, Metode Penulisan, Manfaat Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Bab II
Tinjauan Teori, terdiri atas Konsep keperawatan paliatif, memberikan informasi
konsep penyakit CHF, memberikan informasi mengenai Asuhan Keperawatan Paliatif
dengan pasien CHF, BAB III Penutup, terdiri atas Kesimpulan dan Saran serta Daftar
Pustaka.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah suatu
kondisi jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah dalam mencukupi
kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Gagal jantung
kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer,2007).
Perawatan paliatif adalah pelayanan kepada pasien yang penyakitnya sudah
tidak bereaksi terhadap pengobatan kuratif, atau tidak dapat disembuhkan secara
medis (stadium akhir). Tujuan perawatan paliatif adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien dalam menghadapi setiap penyakit yang diderita dan
mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan tenang dan nyaman tanpa
merasa tertekan atas penyakit yang diderita, baik secara fisik (nyeri, mual, muntah)
maupun psikis yang berbasis spiritual. Maka timbulah pelayanan palliative care
atau perawatan paliatif yang mencakup pelayanan terintegrasi antara dokter,
perawat, terapis, petugas social-medis, psikolog, rohaniwan, relawan, dan
profesilain yang diperlukan. Lebih lanjut, Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan paliatif berpijak pada
pola dasar berikut ini :
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang
normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.

Perawatan paliatif mendukung untuk mengatasi gejala, psikososial, atau


eksistensial kesusahan dan strategi untuk mengelola dan mengatasi gagal jantung
harus diberikan bersamaan dengan intervensi dalam memodifikasi penyakit
berbasis bukti dalam perawatan gagal jantung secara komprehensif .
Pada awal terapi gagal jantung, perawatan paliatif fokus pada pendidikan
bagi pasien dan keluarga tentang gagal jantung dan manajemen diri. Diuresis dan
terapi berbasis bukti merupakan tingkat pencapaian tertinggi untuk meningkatkan
fungsi. Bahkan ketika meningkatkan fungsi tercapai, pasien dan keluarga akan
mendapatkan keuntungan dari usaha yang dapat meningkatkan dan membantu
pasien dan keluarga dalam mengatasi gejala gagal jantung mereka dan dampaknya
terhadap kehidupan mereka.
Transplantasi jantung atau tujuan terapi ventrikel membantu perangkat
meningkatkan fungsi bagi pasien untuk jangka waktu dan membawa beban yang
berbeda dari penyakit kronis. Pada akhir hidup atau ketika kelemahan fisik yang
signifikan atau komorbiditas mendominasi, perawatan paliatif adalah fokus utama,
tetapi beberapa terapi gagal jantung tetap penting .
Gagal jantung berbeda dari kanker di mana perawatan berpotensi kuratif
dihentikan sebagai pasien mencapai tahap akhir. Komunikasi dan pengambilan
keputusan antara dokter dan pasien tentang terapi dan perangkat juga harus
diintegrasikan ke dalam perawatan gagal jantung komprehensif. Pendidikan dan
diskusi idealnya terjadi dari waktu ke waktu terkait dengan apa nilai-nilai pasien,
dan mungkin perlu menyegarkan atau revisi pada titik balik dalam pengetahuan
pasien.
Dukungan Dukacita, kerugian dalam fungsi dan peran sosial akibat gagal
jantung dan pada akhir hidup dalam mengantisipasi kematian, adalah area di mana
pengkajian tambahan diperlukan. Demikian pula, dukungan untuk isu-isu spiritual
dan eksistensial dalam Gagal Jantung akan mendapatkan keuntungan dari
pengkajian yang lebih. Tenaga kesehatan harus menanyakan dan mengakui
keprihatinan, dan mengidentifikasi sumber daya untuk mendukung pasien dan
keluarga.
Sepanjang perawatan, menjaga kontak, bahkan oleh catatan singkat atau
telepon, dihargai oleh pasien dan keluarga. Setelah kematian, catatan atau telepon
panggilan dari tenaga kesehatan untuk keluarga untuk menyampaikan
belasungkawa penting untuk keluarga dan sebagai tindakan akhir untuk tenaga
kesehatan

Patofisiologi

Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi baik pada
jantung dan secara sistemik. Jika stroke volume kedua ventrikel berkurang oleh
karena penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume
dan tekanan pada akhir diastolik dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Ini akan
meningkatkan panjang serabut miokardium akhir diastolik, menimbulkan waktu
sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, terjadi dilatasi ventrikel.
Cardiac output pada saat istirahat masih bisa baik tapi, tapi peningkatan tekanan
diastolik yang berlangsung lama/kronik akan dijalarkan ke kedua atrium dan sirkulasi
pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan
menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan arterial
atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral.
Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium,
frekuensi denyut jantung dan vena; perubahan yang terkhir ini akan meningkatkan
volume darah sentral.yang selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi –
adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat
mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan peningkatan kontraktilitas
miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada pasien – pasien dengan penyakit
arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti
pulmoner.

Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer; adaptasi ini
dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ – organ vital, tetapi jika aktivasi
ini sangat meningkatmalah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Resitensi
vaskuler perifer dapat juga merupakan determinan utama afterload ventrikel, sehingga
aktivitas simpatis berlebihan dapat meningkatkan fungsi jantung itu sendiri. Salah
satu efek penting penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan
penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan
cairan. Sitem rennin – angiotensin – aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan
peningkatan resitensi vaskuler perifer selanjutnta dan penigkatan afterload ventrikel
kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan. Gagal jantung berhubungan dengan
peningkatan kadar arginin vasopresin dalam sirkulasi yang meningkat, yang juga
bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung terjadi
peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang
menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.

Pathway
Paliatif
F. Kondisi Terminal

Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresi menuju kematian berjalan melaluisuatu
tahapan proses penurunan fisik, psikososial, dan spiritual bagi individu. Perawatan terminal
dapat dimulai pada minggu-minggu, hari-hari dan jaminan terakhir kehidupan, yang
bertujuan untuk mempertahan hidup, menurunkan stress, meringankan dan mempertahankan
kenyamanan selama mungkin. Secara umum, kematian adalah sebagian proses dari
kehidupan yang dialami oleh siapa saja meskipun demikian, hal tersebut tetap saja
menimbulkan perasaan nyeri dan takut, tidak hanya pasien, akan tetapi juga keluarganya,
bahkan pada mereka yang merawat dan mengurusnya. Manifestasi klinik dari klien
menjelang ajal, antara lain:

1. Fisik

a. Gerakan penginderaan menghilang secara berangsur-angsur dimulai dari ujung

kaki dan ujung jari

b. Aktivitas dari GI berkurang

c. Reflek mulai berkurang

d. Suhu klien biasanya tinggi, tapi klien merasa kedinginan

e. Denyut tidak teratur dan lemah

f. Penglihatan mulai kabur

g. Klien dapat tidak sadarkan diri

2. Psikososial

Pada respon kehilangan, rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah (air muka),
ketakutan, cara tertentu untuk mengulurkan tangan, perasaan cemas diungkapkan dengan cara
menggerakkan otot rahang dan kemudian mengendor, perasaan sedih diungkapkan dengan
mata setengah terbuka atau menangis dan juga bagaimana hubungan individu dengan orang
lain. Lebih jauh lagi berkaitan dengan masalah-masalah psikologis dan sosial yang dihadapi
oleh pasien dengan penyakit terminal, telah mengidentifikasi lima tahapyang mungkin
dilewati oleh pasien penyakit terminal, yang divonis tidak akan hiduplama lagi, yaitu :
Elizabeth Kubler Ross menggambarkan 5 tahap menjelangkematian, yaitu:

a. Tahap Denial

Adalah ketidakmampuan menerima kehilangan untuk membatasi atau

mengontrolnyeri dan distress dalam menghadapinya. Gambaran pada tahap denial

yaitu:

1) Tidak percaya diri

2) Shock

3) Mengingkari kenyataan akan kehilangan

4) Selalu membantah dengan perkataan baik

5) Diam terpaku

b. Tahap Anger (marah)

Adalah kekesalan terhadap kehilangan Gambaran pada tahap anger yaitu:

1) Klien marah-marah

2) Nada bicara kasar

3) Suara tinggi

c. Tahap Bergaining (tawar menawar)

Adalah cara koping dengan hasil-hasil yang mungkindari penyakit

danmenciptakan kembali tingkat kontrol.Gambaran pada tahap ini yaitu:

1) Sering mengungkapkan kata-kata kalau, andai

2) Sering berjanji pada Tuhan

3) Mempunyai kesan mengulur-ulur waktu

4) Kemarahan mereda

d. Tahap Depresi

Adalah ketiadaan usaha apapun untuk mengungkapkan perasaan reaksi


ataureaksi kehilangan.Gambaran pada tahap ini, yaitu:

1) Klien tidak banyak bicara

2) Sering menangis

3) Putus asa

e. Tahap Acceptance (menerima)

Adalah akhirnya klien dapat menerima kenyataan dengan kesiapan. Gambaran

pada tahap ini yaitu:

1) Tenang/damai

2) Mulai ada perhatian terhadap suatu objek yang baru

3) Berpartisipasi aktif

4) Tidak mau banyak bicara

5) Siap menerima maut

6) Tidak semua orang dapat melampaui kelima tahap tersebut dengan baik,

dapat saja terjadi ketidak mampuan menggunakan adaptasi dan timbul

bentuk-bentuk reaksilain. Jangka waktu periode tahap tersebut juga sangat

individual.

Prinsip-prinsip Pada Perawatan Paliatif

1. Berfokus pada pasien dan keluarga bukan kepenyakit.


2. Perawat melihat makna dari penyakit, penderitaan hidup dan mati baik dari keluarga
maupun pasien
3. Perawatan dilakukan dengan melibatkan tenaga kesehatan lain (timpaliative).
4. Perawatan dilakukan secara komprehensif.
5. Perawat bersikap sesuai dengan budaya, etik,keyakinan dan kecenderungan keinginan
(preference) selama proses interview/pengkajian
6. Menghargai setiap kehidupan.
7. Menganggap kematian sebagai proses yang normal.
8. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
9. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan.
10. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
11. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, danspiritual dalam perawatan pasien dan
Keluarga.
12. Menghindari tindakan medis yang sia-sia.
13. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan
kondisinya sampai akhir hayat.
14. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita

Sasaran kebijakan pelayanan paliatif


a . Seluruh pasien, (Pasien dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan yang
memerlukan perawatan paliatif di manapun pasien berada di seluruh Indonesia.
b. Pelaksana perawatan paliatif, dokter dan perawat ahli gizi, ahli fisioterapi, pekerja
sosial, psikolog/psikiater, rohaniwan.
c. Institusi-institusi terkait, misal dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan
kabupaten/kota rumah sakit pemerintah dan swasta, puskesmas rumah
perawatan/hospis, fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.

Lingkup kegiatan perawatan paliatif


Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :
a. Penatalaksanaan nyeri.
b. Penatalaksanaan keluhan fisik lain.
c. Asuhan keperawatan
d. Dukungan psikologis
e. Dukungan sosial
f. Dukungan kultural dan spiritual
g. Dukungan persiapan dan selama masa duka cita
(bereavement)

Karakteristik Perawat Paliatif Di Ruangan Kritis

a. Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu.

b. Menghargai kehidupan dan menyambut kematian sebagai proses yang normal.

c. Tidak berusaha mempercepat atau menunda kematian.


d. Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam perawatan pasien.

e. Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai akhir hayat.

f. Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit dan setelah

kematian.

g. Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya,

termasuk konseling masa duka cita, jika diindikasikan.

h. Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif memengaruhi

perjalanan penyakit.

i. Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk memperpanjang usia, seperti

kemoterapi atau terapi radiasi, dan mencakup penyelidikan yang diperlukan untuk

lebih memahami dan mengelola komplikasi klinis yang berat.

Prosedur Perawatan Paliatif


a. Menentukan tujuan perawatan dan harapan pasien
b. Membantu pasien dalam membuat Advanced care planning (wasiat atau keingingan
terakhir)
c. Pengobatan penyakit penyerta dan aspek sosial yang muncul
d. Tata laksana gejala( sesuai panduan dibawah)
e. Informasi dan edukasi perawatan pasien
f. Dukungan psikologis, kultural dan sosial
g. Respon pada fase terminal memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan
keluarga bila wasiat belum dibuat, misalnya : penghentian atau tidak memberikan
pengobatan yang memperpanjang proses menuju kematian
(resusitasi, ventilator, cairan, dan lain-lain).
Masalah sosial pada pasien dengan CHF biasanya diantaranya adalah berkurangnya aktivitas
atau bahkan sampai harus berhenti beraktivitas demi menjalani pengobatan. Sehingga
menyebabkan terjadinya perubahan peran dalam keluarganya. Perubahan peran yang terjadi
ini menyebabkan masalah finansial yang terjadi pada keluarga. Yang tadinya sering
berolahraga setiap minggu kini harus terbaring dirumah sakit. Biasnya setiap malam jaga
ronda sekarang jadi tidak bisa ikut ronda.

MASALAH FISIK PADA CHF


a. Dyspneu
Disebabkan adanya edema pulmonal yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan vena
pulmonalis yang menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli.
b. Penambahan berat badan akibat peningkatan tekanan vena sistemik.
3. Pusing,binggung(confusion),keletihan,intoleransi jantung terhadap latihan dan suhu
panas,ekstremitas dingin,dan oliguria adalah maninfestasi klinis yang dirasakan akibat
perfusi darah dari jantung kejaringan dan organ yang rendah.
4. Intoleransi aktivitas terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat
jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme.
5. Gangguan pola tidur

MASALAH PSIKOLOGIS
1. Kecemasan
2. Stress
3. Ketidak berdayaan (powerlessness)
4. Ketakutan dan depresi (Polikandriotiet al, 2015)
MASALAH SOSIAL
Masalah sosial pada pasien dengan CHF biasanya diantaranya adalah berkurangnya aktivitas
atau bahkan sampai harus berhenti beraktivitas demi menjalani pengobatan. Sehingga
menyebabkan terjadinya perubahan peran dalam keluarganya. Perubahan peran yang terjadi
ini menyebabkan masalah finansial yang terjadi pada keluarga.
Yang tadinya sering berolahraga setiap minggu kini harus terbaring di rumah sakit. Biasnya
setiap malam jaga ronda sekarang jadi tidak bisa ikut ronda.

MASALAH KULTURAL
1. Makna dari keperawatan paliatif adalah untuk memberikan dukungan secara
holistik dalam merawat pasien dan keluarga yang mendapingi pasien dengan
penyakit terminal
2. Kita tidak bisa memandang sebelah mata mengenai budaya yang dianut oleh
pasien karena bisa jadi karena budaya tersebut pasien bisa terbebas dari penderitan
yang dialami selama pasien sakit..(FerrellandCoyle:2006)
3. Dengan berbagai macam budaya yang ada di Indonesia membuat banyak budaya.
Salah satu faktor banyak orang berpindah kealternative adalah biaya
yang digunakan lebih murah dibandingkan dengan pengobatan tradisional..
(FerrellandCoyle:2006)

MASALAH SPIRITUAL
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap
manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun
semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal,
tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta.
Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam
proses penyembuhan. (Cherlydkk2008) Pada beberapa pasien dengan gangguan Congestive
Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif mereka mengalami beberapa masalah
spiritual salah satunya mengalami mekanisme koping maladaptif. Contoh dari mekanisme
koping maladaptif tersebut adalah ketika pasien tidak dapat menerima penyakitnya dan
menyalahkan Tuhan akan penyakit yang diderita sehingga tanpa sadar mereka menjauhi Sang
Pencipta bukan malah mendekat.
Dalam mengatasi masalah spiritual yang dialami pasien dengan penyakit Congestive
Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif khususnya untuk mengurangi tingkat
depresi maka pendekatan religius yang dilakuan dengan cara berdziki, berdo'a sesuai dengan
keyakinan masing-masing dan melakukan shalat meskipun dengan berbaring (Fitriyani,2015).

Seluruhpasien

Pengkajian Psikososial

1. Data Demografi
a) Nama
b) Usia
c) Jenis kelamin
d) Status perkawinan
e) Pekerjaan
f) Diagnosa Medis
2. Keluhan Utama
3. Riwayat pengobatan
4. Riwayat keluarga
5. Respon kehilangan
6. Gejala fisik yang sering dikaitkan dengan depresi mungkin karena penyakit fisik atau
Pengobatannya jadi kurang membantu dalam melakukan diagnosa.
a. Perubahan berat badan / nafsu makan
b. Insomnia
c. Hilangnya energi
d. Kelelahan
e. Lambatnya psikomotor
f. Hilangnya libido
7. Gejala depresi pada pasien perawatan paliatif meliputi :
a. Tingkat keparahan dysphoric yang lebih parah.
b. Perasaan putus asa yang berlebihan, rasa bersalah, tidak berharga.
c. Penarikan sosial; kehilangan kenikmatan dalam aktivitas sehari-hari.
d. Sebuah harapan untuk kematian dini (atau pikiran untuk bunuh diri).
e. Respon positif terhadap pertanyaan "Apakah Anda merasa tertekan?

8. Faktor risiko
a. Riwayat depresi pribadi atau keluarga.
b. Konkurensi kehidupan.
c. Tidak adanya dukungan sosial.
d. Oropharyngeal, pankreas, kanker payudara dan paru-paru (lebih umum).
e. Hambatan tambahan untuk diagnosis : Perhatian pasien / keluarga bahwa "semangat
juang" dibutuhkan untuk memaksimalkan pengobatan / dukungan aktif
dari profesional kesehatan. Kesulitan menentukan apakah depresi adalah
masalah utama atau apakah memperbaiki gejala lainnya akan memperbaiki mood.
9. Sosial
a. Kaji aktivitas sehari-hari
b. Kaji apakah masih bekerja atau tidak
c. Kaji apakah hubungan dengan keluarga atau saudara terdekat.

10. Pengkajian Spiritual


a. Afiliasi agama : Partisipasi agama klien dalam kegiatan keagamaan, Jenis partisipasi
dalam kegiatan keagamaan
b. Keyakinan / spiritual agama, Praktik kesehatan : diet, mencari dan menerima
terapi /upacara keagamaan. Dalam awal diagnosa pasien dengan CHF akan menyangkal
atau tidak terima dengan penyakit yang di alaminya sehingga pada awal
pengobatan pasien akan menolak semua terapi kesehatan yang di berikan
kepadanya sehingga pasien tidak mau menerima semua pengobatan, tetapi dengan
berjalannya waktu pasien akan mencari dan menerima terapi terkhusus.
c. upacara keagmaan sebagai kebutuhannya.
d. Persepsi penyakit : hukuman, cobaan terhadap keyakinan
e. Strategi koping
f. Pengkajian data subyektif meliputi : Konsep tentang Tuhan atau ketuhanan
Sumber harapan dan kekuatan, Praktik agama dan ritual, Hubungan antara keyakinan
dan kondisi kesehatan.
g. Pengkajian data objektif dilakukan melalui pengkajian klinik yang meliputi : afek
dan sikap, perilaku, verbalisasi, hubungan interpersonal, Lingkungan, observasi.

Diagnosa Keperawatan : sesak Napas, depresi, Nyeri Fatique


Asuhan Keperawatan Paliatif
Pengkajian Nyeri
a. Kaji penyebab utama nyeri
b. pengkajian nyeri pada pasien dengan CHF, harus terlebih dahulu mengetahui nyeri berasal
dari mana, apakah dari penyakit sendi degeneratif, sakit punggung kronis, kegelisaan
dan depresi.
c. Kaji skala nyeri dengan menggunakan PQRST atau Visual Analog Skala (VAS)

Asuhan Keperawatan Paliatif


Pengkajian Edeme
Edema merupakan masalah yang dialami oleh pasien dengan CHF, edema merupakan penyebab
yang signifikan terhadap ketidaknyamanan dengan pasien CHF biasanya di sertai dengan
dyspnea. Kaji apakah terdapat edema pada ekstermitas bawah.

Asuhan Keperawatan Paliatif


Pengkajian Kelelahan
a. Pasien perawatan paliatif harus diskrining untuk kelelahan dan dampaknya.
b. Pola gejala, durasi; faktor yang terkait atau meringankan
c. Gangguan dengan fungsi dan kualitas hidup
d. Tingkat keparahan: ringan, sedang atau berat, atau dinilai pada skala 0-10.
e. Ketidakseimbangan cairan / elektrolit: periksa sodium, potasium, kalsium, magnesium
f. Status dan pengobatan penyakit : mengecualikan kekambuhan atau perkembangan
kanker, pengobatan hormon sering menyebabkan kelelahan, kaji ulang obat -beta-
blocker, obat penenang, kortikosteroid, opioid.
Intervensi Keperawatan
1. Dsypnea
a. Perlakukan penyebab reversibel, jika sesuai.
b. Jika stridor atau tanda obstruksi vena kava superior -rujukan darurat kerumah sakit.
c. Berikan steroid dosis tinggi dalam dosis terbagi: deksametason 16mg, atauprednisolon
60mg.
d. Oksigen: penilaian pasien secara hati-hati. Penting untuk menghindariketergantungan
psikologis.
e. Buka jendela untuk mendapatkan udara yang segar.
f. Jika saturasi oksigen kurang dari 90%, pertimbangkan percobaan oksigen.
g. Nebulised sodium chloride 0,9%, 5ml sesuai kebutuhan dapat membantu
melonggarkan sekresi.
h. Bronkodilator: dengan inhaler atau spacer: Berhenti jika tidak ada manfaat
simtomatik.
i. Steroid: percobaan dexamethasone oral 8-16mg sehari untuk limfangitis atau
hambatan saluran udara yang telah menanggapi steroid sebelumnya.
j. Jika tidak menjalani terapi darurat, berikan steroid di pagi hari.

Intervensi Keperawatan
2. Depresi
a. Pada depresi ringan, dukungan psikologis bisa sama efektifnya dengan pengobatan.
b. Kontrol nyeri yang adekuat dapat memperbaiki gejala depresi secara signifikan.
c. Ketergantungan spiritual mungkin merupakan komponen depresi, atau berbeda dari
itu.
d. Pertimbangkan psikoterapi suportif atau terapi perilaku kognitif.
e. Pasien dengan depresi berat dan / atau ide bunuh diri jarang terjadi tetapi harus
dirujuk untuk
f. pengobatan psikologis / psikiatri untuk penilaian

Intervensi Keperawatan
3. Kelelahan
a. Mengakui kenyataan gejala, dan pengaruhnya terhadap pasien / keluarga.
b. Mengetahui pemahaman tentang penyakit / pengobatan; jelaskan kemungkinan
penyebab kelelahan.
c. Riwayat aktivitas / kelelahan dapat membantu mengidentifikasi presipitan / waktu
gejala.
d. Aktivitas fisik:
 Latihan bernutrisi, latihan aerobik dan kekuatan;pertimbangkan rujukan fisioterapi.
 Konservasi energi: menetapkan prioritas; kecepatan; menjadwalkan aktivitas pada
saat energi puncak; menghapuskan kegiatan yang tidak penting; Tidur siang
 siang pendek jika tidur di malam hari tidak terpengaruh;
 menghadiri satu aktivitas pada suatu waktu
 menghemat energi untuk aktivitas berharga.
 Intervensi psikososial: manajemen stres; terapi relaksasi;kebersihan tidur

Intervensi Keperawatan
4. Nyeri
a. Apabila nyeri ringan berikan obatparacetamol atau NSAID
b. Apabila nyeri sedang berikan obat opioid(kodein 30-60mg) +paracetamol atauNSAID+obat lain
c. Apabila nyeri hebat/ berat berikan obatopioid (morphine 5mg)+ paracetamol atauNSAID+
obat lain

Diagnosa 1
Berduka disfungsional berhubungan dengan penyakit terminal dan kegagalan fungsi

Intervensi Rasional

Mandiri
 Beri kesempatan klien dan keluarga mengungkapkan  Tidak adanya pengobatan dan fakta
perasaan berduka, diskusikan dan gali makna kehilangan kematian sedang menanti
serta jelaskan berduka adalah reaksi yang umum dan menimbulkan perasaan
sehat ketidakberdayaan, kesedihan dll.
Diskusi terbuka akan membantu
klien dan keluarga mengatasi
masalah tersebut.

 Anjurkan keluarga selalu mendampingi klien dan Beri  Menumbuhkan rasa keyakinan
dukungan secara nonverbal seperti memegang tangan, dalam diri klien sehingga tidak
menepuk bahu, dan merangkul. merasa sendiri dalam menghadapi
kondisinya

 Berikan dorongan penggunaan strategi koping yang  Membantu penerimaan dan


positif pemecahan masalah

 Berikan dorongan klien untuk mengekpersikan atribut diri  Meningkatkan penerimaan diri dan
yang positif penerimaan kematian

 Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang  Membantu untuk menghadapi
terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur proses kehilangan yang adaptif

 Anjurkan pada keluarga untuk berdoa bersama atau  Dapat membantu klien memenuhi
membacakan kitab suci sesuai keprcayaan klien kebutuhan spiritualnya sehingga
dapat menghadapi kematian dengan
bermartabat
 Membantu menetukan siapa yang
 Anjurkan kepada klien/keluarga terhadap perawatan akhir bertindak sebagai pengganti yang
kehidupan yang di inginkan tepat ketika klien tidak dapat
berbicara untuk dirinya sendri

 Menumbuhakan perasaan
bahagia,di perhatikan dan
 Diskusikan dengan kelurga,teman dekat, dan anggota merupakan sistem pendukung pada
keluarga lain siapa saja yang akan di datangkan untuk klien karena di kunungi oleh orang2
bertemu klien yang berarti bagi drinya sehinnga
klien menemukan arti positif dari
situasinya

 Akan meningkatkan harapan dan


perasaan di hargai

 Berikan perawatan yang penuh perhatian, kasih sayang,


menghilangkan ketidaknyamanan dan memberikan
dukungan seperti membantu berdandan, mendukung
fungsi kemandisrian, memberikan obat nyeri saat di
perlukan dan meningkatkan kenyamanan fisik
 Dapat mengurangi, membebaskan,
Kolaboratif mencegah semua gangguan
 Kolaborasi dengan semua tim (dokter, perawat, pekerja perjalanan penyakit baik fisik atau
sosial, psikolog, pelayanan spiritual, terafi fisik, ahli gizi psikologis
dan keluarga) dalam memberikan perawatan kepada
pasien  Membantu klien mempertahankan
ikatan spiritual sehingga dapat
 Kolaborasi dengan pemimpin religius /rohaniawan dan menghadapi ajal dengan tenang
atur kunjungan secara berkala

Diagnosa 2
Kecemasan berhubungan dengan nyeri, perubahan fisik dan ketakutan menghadapi
kematian
Intervensi Rasional
Mandiri
 Observasi tanda verbal dan non verbal dari  Dapat mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan
kecemasan klien seperti gelisah, yang di alami klien

 Anjurkan keluarga tetap mendampingi klien  Dukungan keluarga dapat memperkuat mekanisme
koping klien sehingga tingkat ansietasnya berkurang
 Bantu klien mengurangi kecamasanya Beri  Mengurangi kecemasan klien dan mencegah
keamanan emosional yaitu dengan memberikan kecemasan yang berlanjut
sentuhan dan ciptakan suasana yang tenang

 Perlakukan klien dengan sabar, penuh


perhatian, pertahankan tingkat kenyamanan dan  Membantu klien untuk tidak terlalu fokus pada
tetap realitas kondisi dan kecemasanya

 Pertahankan hubungan klien dengan orang-


orang terdekat  Agar klien tidak merasa sendiri dan di kucilkan
dalam menghadapi masalahnya
 Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman
dan cegah injuri  Memberikan rasa nyaman pada klien dan mencegah
komplikasi dari penyakit
Kolaboratif
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
analgetik dan obat yang dapat mengurangi  Membantu klien menghadapi kematian dengan
nyari dan tidak nyaman pada klien nyaman, tenang serta mengurangi penderitaan klien

 Kolaborasi dengan team therapi fisik


 Menunbuhkan kenyamanan pada tubuh klien akibat
penyakitnya

Diagnosa 3
Berduka antisipasi berhubungan dengan antisipasi kehilangan anggota keluarga

Intervensi Rasional
Mandiri
 Bantu dan pandu keluarga menyatakan dengan  Mengurangi kecemasan dan membantu keluarga
jelas masalah yang di alami saat ini dan yang menyadari bahwa mereka telah faham apa yang
segera terjadi. telah terjadi

 Membantu keluarga menetapkan prioritas dan  Aktifitas yang bertujuan akan mengurangi
mengarahkan tindakan yang dibutuhkan. kecemasan

 Jelaskan kepada kelurga agar selalu menemani


klien dan atur jam kunjungan keluarga  Dapat menurukan kecemasan pasien / keluarga,
memberikan klien rasa kendali terhadap situasi dan
 Bantu keluarga belajar dari pengalaman krisis menurunkan TIK
dan bergerak menuju adaptasi Mencapai
keadaan ekuilibrium  Membantu menghindari duka cita yang lambat dan
 Bantu keluarga mengidentifikasi kekuatan yang depresi yang berlarut-larut di masa yang akan
dimilikinya dan sumber dukungan datang
 Dapat mengarahkan kelurga kembali ke mekanisme
normal untuk mengatasi issu yang menimbulkan
stress
 Siapkan keluarga untuk lingkungan perawatan
kritis, khususnya terkait dengan peralatan dan  Mengurangi ansietas berkaitan dengan
tujuan peralatan tersebut ketidaktahuan terhadap peralatan dan prosedural
perawatan
 Bersikap realistis dan jujur tentang situasi klien
 Mempersiapkan keluarga menerima kemungkinan
terburuk yang akan di hadapi pada klien
 Bantu keluarga menemukan cara
berkomunikasi dengan pasien dan Dorong  Membantu menemukan koping yang adaftif dalam
keluarga untuk membantu perawatan pasien menghadapi dampak psikologis seperti
ketidakberdayaan dan keputusasaan
 Pastikan keluarga mendapatkan informasi
mengenai semua perubahan signifikan terkait
klien  Dengan kontak yang terus menerus mengurangi
rasa takut dan kehilangan pad klien
Kolaboratif
 Kolaborasi dengan tim terkait (dokter) untuk
memberikan informasi terkait kondisi dan  Membina saling percaya antara pemberi
perubahan signifikan pada klien perawatan,klien dan keluarga serta menumbuhkan
kepuasan terhadap perawatan, menghilangkan
 Hadirkan penasehat spiritual/ pemuka agama kecamasan
apabila di butuhkan
 Membantu pemberdayaan dan kesembuhan
personal dan Membantu pasien dan keluarga
mengambil makna yang positif dari pengalaman
 Konsul dengan atau berikan rujukan kesumber sakit terminalnya
komunitas dan sumber lainya
 Membantu mempertahankan fungsi keluarga dalam
masalah kebutuhan finansial dan koping yang tidak
berhasil
DAFTAR PUSTAKA

Aeronson, Philip I, 2007. Sitem Kardiovaskuler, Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga


Brunner & suddarth, 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2.EGC. Jakarta
Brunner & suddarth, 2005. Keperawatan Medikal Bedah .Ed. 8 Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai