Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MAKALAH FISIOTERAPI STASE PULMONAL 2

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BRONCHOPNEUMONIA

NAMA KELOMPOK 13 :

1. AYU WIDIANA (1803021)

2. CRISTOPERUS ADRIAN N.G (1803027)

3. EVI OKTAVIANI (1803039)

4. NOVITA LINA K (1803077)

5. REZA MAOLANA (1803088)

6. SUKMA KARTIKA D (1803099)

FAKULTAS KETEKNISAN MEDIS

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya
disebabkan oleh virus penyebab Bronkopneumonia yang masuk kesaluran
pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Pengertian
Bronkopneumonia adalah salah satu pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
Bronchopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada ujung akhir
bronkiolus yang tersumbat oleh eksudat mukosa purulen untuk membentuk
bercak konsolidasi pada lobus-lobus yang berada di dekatnya, disebut juga
pneumonia lobularis. Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru,
dimana asinus terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi
dari sel radang ke dalam dinding alveoli dan rongga interstisium. bronki dan meluas
ke parenkim paru yang berdekatan disekitarnya .
BAB II

B. KERANGKA TEORI
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis dari pneumonia yang

mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area

terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang

berdekatan di sekitarnya (Suzanne, 2002). Bronchopneumonia

merupakan radang paru yang disebabkan oleh bermacam etiologi

seperti jamur, bakteri, virus dan benda asing

Bronchopneumonia disebabkan oleh bakteri, virus, mycoplasma

pneumonia, jamur dan gram negative lainnya (Husein, 1985).

Penyebab lain terjadinya bronchopneumonia adalah akibat flora

normal yang terjadi pada pasien yang daya tahan tubuhnya terganggu,

atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan area

adanya pneomocystis crania, Mycoplasma (Suzzane, 2002). Selain itu

penyakit bronchopneumonia dapat diakibatkan oleh adanya perubahan

keadaan pasien seperti gangguan kekebalan dan penyakit kronik,

polusi lingkungan dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat hingga

menimbulkan perubahan karakteristik pada kuman (Amin, 1989).

Bronchopneumonia terjadi sebagai akibat inhalasi mikroba yang

ada di udara, aspirasi organisme dari nasofaring atau penyebaran

hematogen dari fokus infeksi yang jatuh. Bakteri yang masuk ke paru

melalui saluran nafas masuk ke bronkioli dan alveoli menimbulkan

reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema dalam

alveoli dan jaringan interstitial (Husein, 1985)

Bronkopneumonia pada pasien ini di tegakkan dari anamnesis,


pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis,

didapatkan keterangan yang mengarah pada kecurigaan pneumonia

yaitu sesak nafas, batuk berdahak, dan demam tinggi. Manifestasi

klinis pneumonia adalah gejala infeksi umum (demam, sakit

kepala, penurunan nafsu makan) dan gejala gangguan respiratori

(batuk, sesak nafas) (Rahajoe dkk., 2010). Dari anamnesis,

manifestasi klinis pneumonia di dahului beberapa hari dengan

gejala infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), yaitu batuk dan

rinitis (pada pasien ini didahului dengan batuk), peningkatan usaha

bernafas, demam tinggi mendadak (pada pneumonia bakteri), dan

penurunan nafsu makan (Kliegman, 2006). Keluhan yang paling

menonjol pada pasien pneumonia adalah batuk dan demam (Long.

2010).
BAB III

MODALITAS YANG DIGUNAKAN

1. Infra red

Pada pernapasan biasa saat melakukan ekspirasi dan inspirasi otot-otot bantu nafas tidak
bekerja sama sekali, kemudian jika ada gangguan pernafasan seperti sesak nafas maka
otot-otot pernafasan meminta bantuan kepada otot-otot bantu nafas. Pada saat melakukan
pernafasan otot-otot bantu nafas mengeluarkan energi yang lebih sehingga terjadi spasme
pada otot bantu nafas. Pemberian intervensi IR dapat menaikkan suhu jaringan, sehingga
bisa menghilangkan spasme otot dan merileksasikan otot karena efek hangat yang
ditimbulkan oleh IR. Pemberian IR juga mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah
sehingga sirkulasi darah meningkat, maka pemberian nutrisi dan oksigen pada jaringan
serta pembuangan sisa-sisa hasil metabolisme akan lancar.

2.Deep Breathing Exercise

Persiapan pasien : pasien duduk di tepi bed dengan rileks

Persiapan terapis : terapis berada di samping pasien

Penata laksanaan : terapis menginstruksikan pasien untuk menarik

nafas panjang lewat hidung di ikuti dengan kedua tangan di angkat

ke atas dan pasien di minta untuk menghembuskan lewat mulut

dengan perlahan dan di ikuti dengan kedua tangan turun kebawah.

Latihan ini dilakukan sebanyak 3x

3. Postural Drainage

Persiapan alat : Bantal

Persiapan pasien : pasien pada posisi gravitasi untuk memudahkan

pengeluaran sekresi yaitu miring ke kanan sedikit diganjal dengan

bantal pada bagian samping perut.

Pelaksanaan : terapis melakukan tapotement kurang lebih 5 menit

Anda mungkin juga menyukai