Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TEORI AKOMODASI KOMUNIKASI


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Komunikasi.

Dosen Pengampu:

Dr. Noor Efni Salam, M. Si.

DISUSUN OLEH

Rima Dwi Putri (2301113670) (31)

Rahma Aulya (2301134908) (49)

Jamila Bunga (2301111680) (15)

MATA KULIAH TEORI KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

TAHUN 2024

KELAS
ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan

rahmatNya saya dapat menyelesaikan makalah ”Teori Akomodasi Komunikasi” tepat

pada waktunya. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita,

Nabi Muhammad SAW, dan Semoga kita termasuk dari golongan yang kelak

mendapatkan syafaatnya.

Dalam kesempatan ini,saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan, terkhusus ibuk Noor Efni

Salam, M.Si. atas bimbingannya. Harapan saya semoga makalah yang telah tersusun ini

dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca,

menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki

bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Saya sadar bahwa saya tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik

dari aspek kualitas maupun kuantitas dari kajian yang dipaparkan. Semua ini murni

didasari oleh keterbatasan yang dimiliki. Oleh sebab itu, dibutuhkan kritik dan saran

kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas

di kemudian hari.

Pekanbaru, Februari 2024

Kelompok 7
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Esensi Teori Akomodasi Komunikasi ...................................................................... 2
C. Implementasi Teori Akomodasi Komunikasi .......................................................... 4
D. Penelitian Berlandaskan Teori Akomodasi Komunikasi ........................................ 8
E. Keterkaitan Teori Akomodasi Komunikasi dengan Teori Lainnya...................... 14
F. Kesimpulan .............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 17
1

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan bagian penting dalam interaksi sosial manusia. Dalam


berkomunikasi, terkadang seseorang perlu menyesuaikan gaya bahasa dan
komunikasinya agar dapat berjalan lancar dengan lawan bicara. Teori akomodasi
komunikasi menjelaskan mengenai penyesuaian gaya berkomunikasi yang dilakukan
oleh seseorang dalam situasi interaksi sosial.

Teori Akomodasi Komunikasi yang diperkenalkan oleh Howard Giles, seorang


psikolog Inggris pada tahun 1973 mengulas tentang bagaimana motivasi dan hasil
dari penyesuaian gaya komunikasi antara dua individu. Howard Giles melakukan
penelitian tentang konvergensi dan divergensi dalam interaksi komunikasi antar
individu, menunjukkan bagaimana orang cenderung menyesuaikan gaya bahasa dan
perilaku mereka saat berinteraksi dengan orang dari kelompok yang berbeda.
Penelitiannya juga mencakup dampak akomodasi komunikasi dalam konteks
interaksi antarbudaya, membantu memahami bagaimana komunikasi dipengaruhi
oleh perbedaan budaya dan bagaimana individu dapat beradaptasi dengan orang dari
latar belakang budaya yang berbeda. Ini melibatkan upaya seseorang untuk
menyesuaikan atau mengakomodasi gaya bicara mereka dengan lawan bicara guna
mengurangi perbedaan dengan lawan bicara dan mencapai komunikasi yang efektif.

Gaya bicara seseorang meliputi aksen, nada, kecepatan, dan pola interupsi dapat
memengaruhi kesan yang dimiliki orang lain kepada seseorang. Suasana yang
melatarbelakangi komunikasi, topik pembicaraan, dan jenis orang yang bagaimana
pribadinya akan memengaruhi seseorang dalam berkomunikasi. (Yasir, 2020)

Beberapa asumsi dasar dari teori ini meliputi:

1. Terdapat kesamaan dan perbedaan dalam gaya bicara dan komunikator dalam
suatu percakapan.
2. Cara seseorang memandang tuturan dan perilaku orang lain akan mempengaruhi
penilaian terhadap percakapan tersebut.
3. Bahasa dan perilaku dapat memberikan informasi tentang keanggotaan dan status
sosial kelompok.
2

4. Norma dan isu tingkat kesesuaian akan mempengaruhi proses akomodasi.

Akomodasi komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kesamaan latar


belakang, rasa suka, status sosial, dan tujuan interaksi. Akomodasi komunikasi
banyak terjadi dalam situasi interaksi seperti percakapan interpersonal, wawancara
kerja, presentasi, dan lain-lain. Oleh karena itu, memahami teori akomodasi
komunikasi penting untuk meningkatkan keefektifan berkomunikasi.

Teori akomodasi komunikasi telah banyak diteliti dan dikembangkan hingga saat
ini. Teori ini dianggap penting untuk memahami motivasi, strategi, dan hasil dari
penyesuaian gaya komunikasi yang dilakukan oleh seseorang dalam situasi interaksi
tertentu. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai teori
akomodasi komunikasi beserta contoh situasi di mana teori ini biasanya diterapkan.

B. Esensi Teori Akomodasi Komunikasi


Pentingnya teori akomodasi komunikasi adalah bahwa dalam interaksi, individu
cenderung mengubah gaya komunikasi mereka untuk mendekati lawan bicara.
Menurut (Giles, 2016), akomodasi komunikasi mencakup berbagai strategi yang
digunakan individu untuk menyesuaikan pesan komunikasi mereka guna mencapai
tujuan komunikatif tertentu. Dalam essensinya, akomodasi bertujuan untuk
memperlancar dan meningkatkan efektivitas komunikasi.

Terdapat dua strategi utama dalam akomodasi, yaitu konvergensi dan divergensi.
Konvergensi adalah upaya untuk menyesuaikan gaya komunikasi agar serupa
dengan lawan bicara dengan tujuan meningkatkan daya tarik interpersonal dan
memperoleh persetujuan. Sebaliknya, divergensi merupakan strategi berlawanan
yang melibatkan menjauhkan diri dari gaya komunikasi lawan bicara, biasanya
dilakukan untuk menonjolkan identitas diri atau kelompok.

Selain itu ada juga akomodasi berlebihan merujuk pada kondisi di mana
seseorang melakukan penyesuaian terlalu banyak atau terlalu ekstrem dalam upaya
untuk beradaptasi dengan lawan bicara atau situasi komunikasi tertentu. Ini bisa
terjadi ketika seseorang merasa terlalu banyak tekanan untuk menyenangkan orang
lain atau ketika mereka merasa tidak percaya diri dalam menggunakan gaya
3

komunikasi mereka sendiri. Dampak dari akomodasi berlebihan dapat bervariasi,


tetapi secara umum dapat menghambat komunikasi yang efektif dan saling
pengertian. Ini dapat menyebabkan kebingungan atau kesalahpahaman antara para
pihak yang berkomunikasi, serta dapat merusak rasa percaya diri dan otonomi
individu.

Faktor-faktor yang memengaruhi akomodasi antara lain kesamaan latar


belakang, tingkat kedekatan, status sosial, dan tujuan interaksi (Giles, 2016)
Semakin mirip latar belakang dan semakin dekat hubungan dengan lawan bicara,
kemungkinan besar individu akan cenderung melakukan konvergensi. Sebaliknya,
jika ingin menegaskan perbedaan kelompok, mereka mungkin lebih cenderung
melakukan divergensi.

Akomodasi dapat terjadi dalam berbagai konteks, termasuk percakapan sehari-


hari, presentasi, wawancara, dan lain-lain. Kesimpulannya, dalam komunikasi,
individu secara alami melakukan penyesuaian gaya bicara mereka untuk
memfasilitasi interaksi. Ini adalah inti dari teori akomodasi yang penting untuk
dipahami agar dapat mencapai komunikasi yang efektif.

Misalnya, dalam percakapan sehari-hari, seseorang mungkin akan menyesuaikan


tingkat formalitas bahasa mereka tergantung pada siapa yang mereka ajak bicara;
mereka mungkin menggunakan bahasa yang lebih santai dengan teman dekat,
sementara mereka menggunakan bahasa yang lebih formal dengan atasan atau orang
yang mereka baru kenal. Di sisi lain, dalam presentasi di depan umum, pembicara
mungkin akan menyesuaikan gaya presentasi mereka untuk mencocokkan dengan
audiens mereka, entah itu dengan menggunakan bahasa yang lebih teknis atau
menghindari jargon yang mungkin tidak dimengerti oleh audiens.

Dengan memahami konsep akomodasi komunikasi, individu dapat lebih efektif


dalam membangun hubungan, menghindari konflik, dan mencapai tujuan
komunikatif mereka. Penyesuaian gaya bicara untuk memfasilitasi interaksi bukan
hanya tentang memilih kata-kata yang tepat, tetapi juga tentang membaca situasi,
mengenali kebutuhan komunikatif lawan bicara, dan menyesuaikan diri sesuai
kebutuhan. Hal ini memungkinkan individu untuk menciptakan ikatan yang lebih
4

kuat dengan orang lain, meningkatkan saling pengertian, dan memperkuat hubungan
interpersonal.

Dalam konteks profesional, pemahaman akan teori akomodasi komunikasi juga


penting dalam memperoleh keberhasilan dalam berbagai situasi, mulai dari
negosiasi bisnis hingga manajemen tim. Kemampuan untuk menyesuaikan gaya
komunikasi dengan berbagai individu dan kelompok dapat memengaruhi sejauh
mana pesan disampaikan dengan jelas dan dipahami dengan baik, yang pada
gilirannya dapat berdampak pada produktivitas, kepuasan kerja, dan pencapaian
tujuan organisasi secara keseluruhan.

Dengan demikian, pemahaman akan teori akomodasi komunikasi tidak hanya


membantu individu dalam berinteraksi secara efektif dalam berbagai konteks, tetapi
juga berperan penting dalam kesuksesan dan keberhasilan mereka dalam berbagai
aspek kehidupan pribadi dan profesional.

C. Implementasi Teori Akomodasi Komunikasi

Teori akomodasi komunikasi memiliki beragam penerapan dalam kehidupan


sehari-hari, termasuk di lingkungan kerja. Menurut penelitian (Gasiorek, J., &
Dragojevic, 2017) karyawan umumnya cenderung menyesuaikan gaya komunikasi
mereka dengan atasan, dengan melakukan konvergensi, untuk mencapai kesan
profesional dan mendapatkan persetujuan.

Dalam konteks medis, strategi akomodasi komunikasi juga sering digunakan.


Misalnya, dokter mungkin mengonvergensi gaya bicara mereka dengan pasien
untuk membangun kepercayaan dan meningkatkan kepatuhan terhadap anjuran
medis (Watson & Gallois, 1998) Sebaliknya, perawat mungkin lebih cenderung
melakukan divergensi ketika berkomunikasi dengan dokter untuk menegaskan
otonomi profesional mereka (Wanzer, M. B., Wojtaszczyk, A. M., & Kelly, 2004)

Dalam industri pemasaran, akomodasi komunikasi dilakukan oleh customer


service untuk memperkuat hubungan dengan pelanggan. Salah satu contohnya
adalah dengan menyesuaikan logat atau gaya bahasa agar sesuai dengan preferensi
5

pelanggan (Van den Berg, 2016) Hal ini bertujuan untuk membuat pelanggan
merasa dipahami dan puas dengan layanan yang diberikan.

Dengan memahami prinsip-prinsip teori akomodasi komunikasi, kita dapat


mengimplementasikannya secara efektif dalam berbagai situasi interaksi untuk
mencapai tujuan komunikasi yang diinginkan. Pemilihan strategi akomodasi yang
tepat sangat penting dalam konteks komunikasi antarpribadi maupun profesional.

Teori akomodasi dalam contoh lain yang terjadi di Indonesia, misalnya,


penelitian (Rahyono, 2015) menemukan akomodasi komunikasi pada pramuniaga di
toko buku Gramedia. Para pramuniaga melakukan konvergensi dengan meniru logat
dan gaya bahasa pelanggan mereka yang kebanyakan adalah kaum urban. Hal ini
dilakukan agar tercipta kesan akrab dan pelanggan merasa nyaman berkomunikasi.

Dalam bidang politik, politisi di Indonesia terkadang mengonvergensi logat


daerah tertentu saat berkampanye di daerah tersebut. Tujuannya agar terlihat lebih
dekat dan memahami budaya setempat sehingga mendapat dukungan (Kunto, 2019)
Sebaliknya, saat berada di kota besar mereka cenderung menggunakan bahasa
Indonesia baku.

Salah satu contoh dalam bidang pariwisata adalah penelitian dari (Maharani,
D.A. & Hanani, 2020) yang meneliti akomodasi komunikasi pada pemandu wisata
lokal di Yogyakarta. Para pemandu wisata melakukan divergensi linguistik dengan
tetap menggunakan bahasa Jawa dan logat khas Yogyakarta saat berinteraksi dengan
wisatawan mancanegara. Strategi ini bertujuan untuk mempertahankan identitas
budaya lokal dan memberikan pengalaman otentik bagi wisatawan.

Penelitian yang dilakukan oleh (Wijaya, 2019) menunjukkan adanya praktik


akomodasi komunikasi yang dilakukan oleh pramugari maskapai Garuda Indonesia.
Dalam melayani penumpang dengan latar belakang yang beragam, pramugari
tersebut terlihat melakukan konvergensi dengan menyesuaikan bahasa dan gaya
komunikasi mereka. Sebagai contoh, mereka menggunakan bahasa Inggris ketika
berinteraksi dengan penumpang asing, dengan tujuan utama untuk meningkatkan
kenyamanan dan kepuasan penumpang.
6

Sementara itu, dalam ranah politik, (Maulana, 2021) melakukan studi terhadap
praktik akomodasi komunikasi politik yang dilakukan oleh Jokowi saat
berkampanye di daerah Bali. Dalam observasinya, Jokowi terlihat melakukan
konvergensi dengan menggunakan bahasa Bali dan merujuk pada budaya serta adat
istiadat setempat. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kedekatan
emosional dengan warga Bali.

Studi-studi kasus yang dilakukan di Indonesia menegaskan relevansi prinsip


akomodasi komunikasi dan seringnya penerapannya dalam berbagai interaksi
antarpribadi maupun antar kelompok. Kemampuan untuk mengadopsi konvergensi
dan divergensi secara strategis menjadi kunci dalam memastikan efektivitas
komunikasi yang sesuai dengan konteks sosiokultural yang ada.

Berikut ini beberapa bidang kehidupan yang mengimplementasikan teori


Akomodasi Komunikasi ini dalam kesehariannya :

1. Pendidikan

Dalam pendidikan, guru menerapkan akomodasi komunikasi saat mengajar


siswa dari beragam tingkat pemahaman. Guru menggunakan analogi dan contoh
yang relevan agar materi pelajaran lebih mudah dicerna siswa. Guru bahasa juga
mengakomodasi logat daerah tertentu saat mengajarkan pelafalan agar siswa lebih
paham.

Siswa pendatang di sekolah baru juga berusaha mengakomodasi teman sebaya


dengan meniru logat dan gaya bicara mereka. Tujuannya agar lebih cepat diterima
menjadi bagian dari komunitas sekolah yang baru.

2. Kesehatan

Dalam bidang kesehatan, dokter sering mengakomodasi bahasa medis mereka


agar lebih dimengerti pasien awam. Misalnya, dokter akan mengganti istilah medis
yang sulit seperti myocardium infarction (serangan jantung) menjadi "serangan
jantung" saat menjelaskan kondisi penyakit kepada pasien.
7

Perawat juga demikian, mereka akan berbicara dengan kalimat sederhana dan
menghindari jargon medis saat merawat pasien lansia, anak-anak, atau mereka yang
berpendidikan rendah. Tujuannya agar tercipta komunikasi yang efektif antara
tenaga medis dan pasien

3. Bisnis

Dalam dunia bisnis, customer service dituntut mengakomodasi beragam tipe


konsumen dari segala latar belakang. Mereka harus peka membaca gaya bicara
konsumen dan menyesuaikan gayanya agar tercipta komunikasi yang lancar.
Misalnya, bicara lebih formal dan penuh hormat pada konsumen yang lebih tua, atau
justru lebih kasual dan bahasa gaul pada konsumen anak muda.

Pimpinan perusahaan multinasional juga sering mengakomodasi gaya


kepemimpinan saat berkomunikasi dengan bawahan dari berbagai negara. Misalnya,
gaya direktif cocok diterapkan pada karyawan Amerika, tapi tidak efektif untuk
karyawan Asia yang lebih menghargai kesantunan dan kelompok.

4. Media

Di bidang media, akomodasi komunikasi banyak diterapkan oleh penyiar radio


dan televisi. Para penyiar radio sering mengakomodasi dialek dan pemilihan kosa
kata agar sesuai dengan target pendengar. Misalnya, penyiar radio anak muda akan
menggunakan bahasa gaul, sedangkan penyiar radio berita menggunakan bahasa
baku.

Penyiar televisi juga demikian, mereka menyesuaikan gaya bicara saat


membawakan berita, talk show, atau hiburan. Dalam talk show misalnya, pembawa
acara akan berbicara santai dan akrab ketika mengundang artis sebagai bintang
tamu. Namun ketika mengundang pejabat, pembawa acara menggunakan bahasa
yang lebih resmi.

Selain penyiar, akomodasi komunikasi juga dilakukan aktor dan aktris. Mereka
berlatih meniru logat daerah tertentu agar peran yang dimainkan lebih meyakinkan,
misalnya logat Jawa, Sunda, Batak, dan sebagainya.
8

5. Politik

Dalam bidang politik, politisi sering menerapkan akomodasi komunikasi dalam


berkampanye dan berpidato. Mereka menyesuaikan topik, gaya bicara, dan kosakata
agar sesuai dengan kelompok pemilih yang dituju. Misalnya, ketika berkampanye di
daerah petani, politisi akan banyak menyinggung isu-isu seputar pertanian dan
menggunakan bahasa yang sederhana. Misalnya lagi, ketika berpidato di daerah
agamis, politisi akan menyisipkan pesan-pesan keagamaan dan menggunakan
bahasa yang santun. Sementara saat berkampanye di kalangan milenial, politisi
menggunakan gaya bicara kasual dan isu yang relevan bagi pemilih muda.

Diplomat juga menerapkan akomodasi saat bernegosiasi dengan rekan dari


negara lain agar tercapai kesepakatan. Mereka menyesuaikan topik pembicaraan dan
gaya komunikasi berdasarkan latar belakang budaya lawan bicaranya.

6. Pariwisata

Dalam industri pariwisata, karyawan front-liner seperti resepsionis hotel dan


pemandu wisata melakukan akomodasi komunikasi. Mereka menyesuaikan gaya
bicara dengan tamu wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Misalnya,
berbicara lebih lambat dan sederhana dengan wisatawan asing pemula dalam Bahasa
Indonesia. Atau menggunakan istilah keagamaan tertentu saat melayani rombongan
wisata religi.

Pramugari dan pramugara juga sering mengakomodasi penumpang dari berbagai


latar belakang budaya dan usia. Mereka memodifikasi gaya komunikasi untuk
memberikan layanan yang memuaskan seluruh penumpang.

D. Penelitian Berlandaskan Teori Akomodasi Komunikasi

1. "Perilaku Komunikasi Antarbudaya Pedagang Indonesia dalam Interaksi dengan


Pedagang Malaysia Di Komplek Pasar Sriaman Relau Pulau Pinang Malaysia"
yang ditulis oleh Legita Andini Putri, Hafied Cangara, dan Umaimah Wahid,
(Putri et al., 2022) terdapat dua teori utama yang menjadi dasar, yaitu teori
9

komunikasi antarbudaya dan teori akomodasi komunikasi oleh Howard Giles,


yang melibatkan konsep konvergensi, divergensi, dan akomodasi berlebihan.
Penelitian tersebut menemukan bahwa komunikasi antara pedagang
Indonesia dan Malaysia di Pasar Sriaman berlangsung secara harmonis,
menunjukkan adanya hubungan toleransi timbal balik. Tidak ada bukti dari
konsep divergensi dan akomodasi berlebihan dalam interaksi mereka.
Temuan ini menegaskan teori akomodasi komunikasi yang diajukan oleh
Howard Giles. Ini mengindikasikan bahwa pedagang Indonesia dan Malaysia
secara sadar atau tidak sadar melakukan penyesuaian dalam komunikasi mereka
untuk mencapai pemahaman yang lebih baik. Di dalam konteks pasar, pedagang
cenderung untuk mengutamakan kerjasama daripada konflik dalam interaksi
mereka, karena tujuan utama mereka adalah untuk berdagang dan mencari
keuntungan.

Konsep akomodasi komunikasi menekankan bahwa individu dalam


interaksi antarbudaya akan cenderung menyesuaikan gaya komunikasi mereka
untuk mengakomodasi kebutuhan mitra bicara mereka. Pedagang Indonesia dan
Malaysia di Pasar Sriaman berhasil mengaplikasikan strategi akomodasi
komunikasi untuk memfasilitasi komunikasi yang lancar dan harmonis, yang
pada akhirnya memperkuat kerja sama dagang di antara mereka.

2. Penelitian mengenai komunikasi antarbudaya di Pondok Pesantren Rubat


Mbalong Ell Firdaus Desa Tambaksari, Kecamatan Kedungreja, Kabupaten
Cilacap, oleh Risa Rahmawati beberapa temuan signifikan terungkap.
Pertama, dalam konteks pola komunikasi antarbudaya, santri Pondok
Pesantren Rubat Mbalong Ell Firdaus menunjukkan proses adaptasi budaya
dengan cara menguatkan diri di lingkungan baru, memperhatikan karakteristik
individu, dan mengapresiasi keberagaman budaya melalui kegiatan halaqah.
Mereka juga memanfaatkan proses pengulangan komunikasi untuk memperjelas
makna atau tujuan dalam interaksi antarbudaya.
Kedua, dalam hal akomodasi komunikasi, santri Pondok Pesantren Rubat
Mbalong Ell Firdaus menunjukkan sikap konvergensi dengan memahami
karakteristik lawan bicara yang berbeda budaya. Namun, terdapat juga elemen
10

divergensi di mana mereka cenderung tidak beradaptasi karena merasa dominan


dalam lingkungan tertentu atau karena keterbiasaan menggunakan bahasa dan
budaya asli mereka.
Ketiga, terdapat kecenderungan akomodasi berlebihan dalam
penyesuaian dengan lingkungan baru, terutama dalam hal bahasa, namun tetap
mempertahankan aksen asli mereka, yang terkadang menyebabkan
miskomunikasi.
Terkait dengan hambatan dalam komunikasi antarbudaya, terutama
terkait perbedaan bahasa dan pengaruh budaya lain, yang disebabkan oleh letak
geografis dan banyaknya santri pendatang, hal ini menciptakan perbedaan
karakter dan kebiasaan antara santri. Terdapat juga hambatan persepsi yang
muncul, terutama dalam bentuk stereotipe antara santri Jawa dan Sunda, yang
mempengaruhi dinamika hubungan antarbudaya di pondok pesantren tersebut.
(Rahmawati, 2023)
Teori akomodasi komunikasi, yang diajukan oleh Howard Giles,
mengacu pada upaya individu untuk menyesuaikan gaya komunikasi mereka
sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mitra bicara mereka. Dalam kehidupan
sehari-hari, manusia sering melakukan penyesuaian seperti ini untuk mencapai
pemahaman yang lebih baik atau memperbaiki hubungan dengan orang lain.
Sebagai contoh, ketika berbicara dengan seseorang yang menggunakan bahasa
atau memiliki latar belakang budaya yang berbeda, seseorang mungkin akan
menyesuaikan gaya bicara atau penggunaan kata-kata mereka agar lebih mudah
dipahami. Hal ini menunjukkan bahwa teori akomodasi komunikasi memang
relevan dan sering digunakan dalam interaksi sehari-hari untuk memfasilitasi
komunikasi yang efektif dan memperkuat hubungan antarindividu dengan
mengakomodasi perbedaan-perbedaan yang ada.

3. Penelitian skripsi berjudul Pengalaman Akomodasi Komunikasi (Kasus:


Interaksi Etnis Jawa dengan Etnis Batak) oleh Osa Patra Rikastana.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahaman
mengenai cara individu dari etnis Jawa dan Batak beradaptasi dalam
berkomunikasi serta mengidentifikasi hambatan-hambatan yang timbul saat
11

mereka berinteraksi pada tahap perkenalan. Metode penelitian ini mengadopsi


paradigma Interpretif dengan pendekatan fenomenologi, yang bertujuan untuk
memahami suatu fenomena dari sudut pandang informan, dalam hal ini individu
dari etnis Jawa dan Batak saat mereka melakukan proses adaptasi komunikasi
pada tahap perkenalan. Teori Akomodasi Komunikasi digunakan sebagai
kerangka kerja untuk menganalisis cara individu mengakomodasi komunikasi
mereka. Peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap empat
informan yang berasal dari etnis Jawa dan Batak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk akomodasi komunikasi
yang digunakan oleh individu dari etnis Jawa dan Batak adalah Konvergensi, di
mana mereka berusaha untuk menyesuaikan perilaku komunikasi mereka dengan
lawan bicara mereka. Saat berkomunikasi, mereka cenderung mengurangi
penonjolan atribut-atribut budaya mereka demi mencapai pemahaman bersama,
menunjukkan kesadaran mereka dalam berkomunikasi lintas budaya. Motivasi
untuk melakukan akomodasi berbeda antara kedua etnis ini, dimana individu
dari etnis Jawa lebih didorong oleh faktor budaya, sementara individu dari etnis
Batak lebih dipengaruhi oleh keinginan untuk diterima dalam kelompok.
Beberapa kendala yang muncul dalam proses komunikasi antara lain stereotip,
perbedaan penggunaan bahasa, dan kurangnya pemahaman akan budaya satu
sama lain.
Mengingat adanya perbedaan nilai dan norma antara budaya Batak dan
Jawa yang seringkali dianggap bertentangan, serta masih adanya stereotip yang
mempengaruhi individu-individu dari kedua budaya tersebut, menjadi menarik
untuk dilakukan penelitian mengenai bagaimana individu dari latar belakang
budaya Batak dan Jawa menyesuaikan perilaku komunikasi mereka saat
berinteraksi, serta mengidentifikasi kendala-kendala apa yang timbul dalam
proses komunikasi tersebut. (Rikastana, n.d.)
Hasil penelitian menunjukkan bentuk akomodasi komunikasi yang
muncul adalah konvergensi, mereka mengesampingkan atribut-atribut
kulturalnya selama proses komunikasi berlangsung. Individu dari latar belakang
kultural Jawa cenderung mampu untuk menunjukkan akomodasi
komunikasinya, sedangkan individu dari latar belakang kultural Batak
12

mengalami kesulitan. Individu dari latar belakang kultural Jawa melakukan


akomodasi komunikasi karena norma dan nilai yang mereka bawa dari kultur
Jawa mengajarkan tentang perlunya harmoni dalam masyarakat, yang membuat
mereka memiliki kecenderungan untuk menyeimbangkan komunikasi yang
terjadi dengan berbagai macam cara. Individu dari kultur Batak melakukan
akomodasi komunikasi karena mereka adalah minoritas dari host culture Jawa,
dalam sebuah masyarakat biasanya kelompok minoritas selalu berusaha untuk
diterima kedalam kelompok mayoritas. Alasan tersebut merupakan faktor
pendorong mereka untuk melakukan akomodasi komunikasi.
Kendala yang muncul selama interaksi adalah bahasa, kekhawatiran
karena stereotip, dan kekhawatiran karena kurangnya pengetahuan tentang
kultur dari lawan bicara. Kendala tersebut diatasi dengan berbagai cara, seperti
memberitahukan lawan bicara bahwa informan tidak mahir menggunakan
bahasa tertentu, menyesuaikan diri dengan kultur yang dianut oleh lawan
bicaranya, dan melakukan trial.

4. Penelitian dengan judul Akomodasi Komunikasi dalam Interaksi Antar Budaya


Masyarakat Ex Timor Timur dengan Masyarakat Sumbawa di Desa Penyaring
Kabupaten Sumbawa oleh (Muhammad & Aggasi, 2020)
Komunikasi antar budaya sering terjadi karena urbanisasi, dimana orang
mencari pekerjaan yang lebih baik secara ekonomi. Selain itu, transmigrasi juga
memainkan peran penting dalam menciptakan interaksi dan komunikasi
antarbudaya. Ketika penduduk pindah dari satu tempat ke tempat lain, mereka
membawa budaya mereka sendiri, yang kemudian berinteraksi dengan budaya
lokal, menghasilkan proses akomodasi komunikasi antara kelompok asli dan
pendatang.
Dalam beberapa kasus, komunikasi antarbudaya dipicu oleh konflik di
suatu daerah yang mendorong masyarakat untuk pindah demi keamanan. Hal ini
terjadi pada masyarakat eks-Timor Timur yang memilih tinggal di Desa
Penyaring, Sumbawa. Konflik di Timor Timur membuat sebagian
masyarakatnya pindah ke wilayah Indonesia untuk mencari perlindungan.
Meskipun banyak yang menetap di Nusa Tenggara Timur karena kesamaan
13

geografis dan budaya dengan Timor Timur, sebagian memilih tinggal di luar
wilayah tersebut karena alasan pekerjaan.
Masyarakat eks-Timor Timur yang menetap di Desa Penyaring
dipengaruhi oleh faktor pekerjaan. Mereka diundang untuk bekerja di sana oleh
pemerintah pada masa Presiden Soeharto. Namun, mereka menghadapi
tantangan dalam berkomunikasi dengan masyarakat Sumbawa karena perbedaan
kondisi alam dan budaya. Terlebih lagi, mereka juga mengalami trauma fisik
dan psikis akibat konflik di masa lalu, serta sebagian besar merupakan mantan
milisi.
Keadaan tersebut menjadi minat peneliti untuk meneliti pola komunikasi
masyarakat eks-Timor Timur dalam berbaur dengan masyarakat di Desa
Penyaring. Penelitian ini bertujuan untuk memahami berbagai keunikan dalam
proses komunikasi yang terjadi. Hal ini penting karena belum ada penelitian
yang secara khusus membahas pola komunikasi masyarakat eks-Timor Timur
terhadap lingkungan baru mereka, terutama di luar Nusa Tenggara Timur.
Biasanya, penelitian sebelumnya hanya membahas kondisi mereka setelah
menetap di Indonesia dan apakah mereka mendapatkan hak-hak sebagai korban
politik.
Dalam konteks komunikasi lintas budaya, interaksi antara masyarakat
eks-Timor Timur dengan masyarakat Sumbawa di Desa Penyaring, Sumbawa,
telah membentuk hubungan yang harmonis. Dari penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa:
Masyarakat eks-Timor Timur menerapkan strategi konvergensi untuk
membangun hubungan harmonis dengan masyarakat Sumbawa. Mereka
menggunakan Bahasa Sumbawa dengan menambahkan imbuhan lokal,
menggambarkan pepatah Sumbawa, menghadiri acara adat Sumbawa, menikahi
anggota komunitas Sumbawa, mengikuti upacara adat Timor dalam momen-
momen penting, dan menggunakan kopi sebagai medium penyatuan.
Strategi divergensi yang dilakukan oleh masyarakat eks-Timor Timur
bertujuan untuk mempertahankan budaya mereka tanpa mengecualikan
masyarakat Sumbawa. Ini melibatkan penggunaan Bahasa Tetun dalam
lingkungan masyarakat Sumbawa, penggalangan dana untuk pernikahan anggota
14

komunitas, berbagi mitos dan keyakinan, memakai atribut budaya Timor seperti
lambang negara dan kain tenun tais, serta memberikan hadiah uang tambahan
dalam botol bir.
Meskipun terdapat perbedaan budaya yang signifikan, tidak terjadi
akomodasi berlebihan antara keduanya. Masyarakat eks-Timor Timur lebih
memilih untuk menghindari kesalahpahaman dengan tidak mencoba berbicara
dalam Bahasa Sumbawa, tetapi menggunakan Bahasa Indonesia sebagai
alternatif.

E. Keterkaitan Teori Akomodasi Komunikasi dengan Teori Lainnya

Teori akomodasi komunikasi, sebagaimana teori pengelolaan kesan,


membahas tentang bagaimana individu mengelola pesan verbal dan nonverbal
untuk menciptakan citra positif kepada lawan bicara. Meskipun demikian, teori
pengelolaan kesan memiliki cakupan yang lebih luas karena tidak hanya
mempertimbangkan adaptasi bahasa dan vokal, melainkan juga berbagai strategi
komunikasi verbal dan nonverbal lainnya. Di sisi lain, teori akomodasi
komunikasi lebih spesifik dalam fokusnya terhadap adaptasi gaya bicara dan
vokal dalam upaya berkomunikasi secara efektif.
Selain itu, teori akomodasi komunikasi juga menunjukkan kesamaan
dengan teori penetrasi sosial, terutama dalam pembahasan tentang konsep
pengungkapan diri yang dipengaruhi oleh kedekatan hubungan serta
memandang komunikasi sebagai proses dinamis. Namun, teori penetrasi sosial
lebih umum dalam pembahasannya tentang self-disclosure tanpa memfokuskan
pada adaptasi bahasa dan vokal. Teori ini juga lebih mendalam dalam
menjelaskan tahapan-tahapan dalam perkembangan hubungan interpersonal,
sesuatu yang tidak dikaji secara khusus dalam teori akomodasi komunikasi.
Dalam konteks teori interaksi simbolik, kedua teori menekankan
pentingnya penggunaan simbol verbal dan nonverbal dalam penciptaan makna
dalam komunikasi. Akan tetapi, teori interaksi simbolik memiliki cakupan yang
lebih luas karena mencakup berbagai jenis simbol komunikasi, tidak hanya
terbatas pada adaptasi bahasa dan vokal seperti yang dikaji dalam teori
akomodasi komunikasi.
15

Perbandingan dengan teori atribusi juga menunjukkan kesamaan dalam


fokus pembahasan mengenai bagaimana individu membuat kesimpulan tentang
perilaku komunikasi orang lain. Namun, teori atribusi memiliki cakupan yang
lebih umum dan tidak secara khusus membahas adaptasi gaya bicara dan vokal.
Lebih lanjut, teori atribusi menjelaskan secara lebih mendalam proses psikologis
internal dalam pembuatan atribusi.
Terakhir, baik teori akomodasi komunikasi maupun teori sistem
komunikasi melihat komunikasi sebagai suatu sistem yang saling terkait dan
dinamis. Namun, teori sistem komunikasi memiliki cakupan yang lebih luas
karena membahas pola dan proses komunikasi secara menyeluruh, tidak terpaku
pada aspek adaptasi bahasa dan vokal dalam interaksi antarpribadi seperti yang
dikaji dalam teori akomodasi komunikasi.

F. Kesimpulan

Kesimpulan dari teori akomodasi komunikasi adalah bahwa individu


secara alami melakukan penyesuaian dalam gaya komunikasi mereka untuk
memfasilitasi interaksi dengan orang lain. Ini melibatkan penggunaan bahasa,
gaya bicara, dan nonverbal yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi lawan
bicara serta situasi komunikasi tertentu. Penerapan teori ini dalam kehidupan
sehari-hari sangat penting untuk mencapai komunikasi yang efektif dan
membangun hubungan yang kuat dengan orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari, penerapan teori akomodasi komunikasi
dapat dilihat dalam berbagai situasi, mulai dari percakapan informal hingga
presentasi di depan umum, dan dari interaksi sosial hingga konteks profesional.
Individu dapat menggunakan prinsip-prinsip akomodasi komunikasi untuk
menyesuaikan gaya bicara mereka dengan berbagai audiens, memahami dan
menghormati perbedaan budaya dan latar belakang, serta menghindari konflik
atau kesalahpahaman dalam komunikasi interpersonal.
Dengan memahami dan menerapkan teori akomodasi komunikasi,
individu dapat meningkatkan keterampilan komunikasi mereka, memperkuat
hubungan interpersonal, dan mencapai tujuan komunikatif dengan lebih efektif.
16

Ini juga membantu membangun lingkungan komunikasi yang inklusif dan


mendukung, di mana semua pihak merasa didengar, dihargai, dan dipahami.
Secara keseluruhan, teori akomodasi komunikasi memberikan kerangka
kerja yang bermanfaat untuk memahami bagaimana individu berinteraksi dan
berkomunikasi satu sama lain. Dengan menghargai keberagaman, sensitivitas
terhadap kebutuhan dan preferensi orang lain, serta kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan berbagai situasi komunikasi, individu dapat
memperkuat keterampilan komunikasi mereka dan membangun hubungan yang
lebih baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam konteks profesional.
17

DAFTAR PUSTAKA

Gasiorek, J., & Dragojevic, M. (2017). The effects of accumulated


underaccommodation on perceptions of underaccommodative communication and
speakers. Human Communication Research. The Effects of Accumulated
Underaccommodation on Perceptions of Underaccommodative Communication
and Speakers. Human Communication Research, 43 (3), 276–294.

Giles, H. (2016). Communication accommodation theory: Negotiating personal


relationships and social identities across contexts. In Communication
Accommodation Theory: Negotiating Personal Relationships and Social Identities
across Contexts. https://doi.org/10.1017/CBO9781316226537

Kunto, A. (2019). Akomodasi komunikasi politik Jokowi. Jurnal Ilmu Sosial, 17(1),
56–63.

Maharani, D.A. & Hanani, S. (2020). Divergensi Linguistik Pemandu Wisata Lokal di
Yogyakarta. Jurnal Kajian Komunikasi, 4(1), 52–63.

Maulana, A. (2021). Akomodasi Politik Jokowi dalam Kampanye di Bali. Jurnal Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik, 15 (1), 101–114.

Muhammad, F., & Aggasi, A. (2020). Akomodasi Komunikasi Dalam Interaksi Antar
Budaya Masyarakat Ex Timor Timur Dengan Masyarakat Sumbawa Di Desa
Penyaring Kabupaten Sumbawa. KAGANGA KOMUNIKA: Journal of
Communication Science, 2(1), 1–11.
https://doi.org/10.36761/kagangakomunika.v2i1.622

Putri, L. A., Cangara, H., & Wahid, U. (2022). Perilaku Komunikasi Antarbudaya
Pedagang Indonesia Dalam Interaksi Dengan Pedagang Malaysia Di Komplek
Pasar Sriaman Relau Pulau Pinang. Nuansa : Jurnal Studi Islam Dan
Kemasyarakatan, 15(1), 71–82.
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/nuansa/article/view/6288

Rahmawati, L. (2023). KOMUNIKASI ANTARBUDAYA SANTRI PONDOK


18

PESANTREN RUBAT MBALONG ELL FIRDAUS DESA TAMBAKSARI


KECAMATAN KEDUNGREJA KABUPATEN CILACAP ( Dalam Perspektif Teori
Akomodasi Komunikasi).

Rahyono, F. X. (2015). Petualangan akomodasi komunikasi. Jurnal Acta Diurna, 4(4).

Rikastana, O. P. (n.d.). Pengalaman Akomodasi Komunikasi (Kasus: Interaksi Etnis


Jawa dengan Etnis Batak).

Van den Berg, R. (2016). Accommodation in medical consultations. In Communication


Accommodation Theory. The International Encyclopedia of Interpersonal
Communication.

Wanzer, M. B., Wojtaszczyk, A. M., & Kelly, J. (2004). No TitleNurses’ perceptions of


physicians’ communication: the relationship among communication practices,
satisfaction, and collaboration. Health communication. 16 (3), 363–378.

Watson, B., & Gallois, C. (1998). Nurturing communication by health professionals


toward patients: a communication accommodation theory approach. Health
Communication, 10(4), 343–355. https://doi.org/10.1207/s15327027hc1004_3

Wijaya, B. S. (2019). Akomodasi Komunikasi Pramugari Garuda Indonesia. Jurnal


Ilmiah Widya, 3 (2), 55–62.

Yasir. (2020). Teori Komunikasi; Ragam Tradisi dan Konteks (pertama). Taman Karya.

Anda mungkin juga menyukai