Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi iklim kelompok................................................................. 4


B. Definisi interaksi kelompok........................................................... 5
C. Difinisi keterlibatan kelompok....................................................... 7
D. Difinisi kohesi kelompok............................................................... 8
E. Definisi produktivitas dalam kelompok......................................... 8

BAB III PENUTUP

Kesimpulan............................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah. Tuhan Semesta Alam yang telah melimpahkan
rahmat ,taufik serta hidayah-nya dan yang telah menganugerahkan ilmu kepada kami
sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul dimensi-dimensi
dalam konseling kelompok.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata
kuliyah Bimbingan Dan Konseling Kelompok. Makalah yang kami susun ini tentang
dimensi-dimensi dalam konseling kelompok.
Tersusunnya Makalah ini, tidak lepas dari dukungan serta dorongan dosen
pembimbing kami. Dan dalam penyusunan makalah ini, kelompok kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar makalah ini menjadi lebih baik. Demikian tugas
mata kuliyah Bimbingan Dan Konseling Kelompok ini kami buat, semoga bermanfaat
bagi para pembaca dan pendengar terutama bagi kelompok kami

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem pendidikan tidak terpisahkan dari keseluruhan sistem kehidupan umat manusia.
Artinya, sistem pendidikan merupakan bagian integral dalam keseluruhan sistem kehidupan, dan
berperan krusial serta strategis dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Sementara itu
dalam proses konseling ada keterkaitan antara dimensi-dimensi dengan keberlangsungan dan
kesuksesan proses tersebut.
Yang dimaksud dengan dimensi disini adalah bukan ukuran luas dari suatu
bidang dan juga bukan isi dari suatu kotak atau benda. Lebih cenderung
menggambarkan atau mengillustrasikan batas batas yang memisahkan suatu bidang
atau benda dari lingkungan lainnya.
Jadi dapat di artikan bahwa dimensi dalam konseling kelompok merupakan
adanya sebuah batasan mengenai suatu kehidupan nyata dengan yang tidak nyata.
Dimana lebih memfokuskan pandangan kedepan yang lebih jauh di karenakan
pengaruh kondisi dan situasi serta lingkungan di tempat kejadian atau alam
sekitarnya mempengaruhi keefektifan daripada hasil yang diperoleh klien melalui
proses konseling yang dilakukan.
Hal tersebut terkait dengan iklim dalam konseling kelompok, interaksi
kelompok, keterlibatan antar kelompok, kohesi atau kohesivitas dan produktifitas,
yang sekiranya menjadi suatu batas yang mengisolir keberadaan sesuatu eksistensi
sehingga menjadi penghambat berlangsungnya proses konseling dan sejauh mana
peran konselor terhadap masalah yang dihadapi konseli.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan iklim dalam konseling kelompok ?
2. Bagaimana proses interaksi dalam suatu konseling kelompok ?
3. Adakah kohesi yang terjadi dalam proses konseling kelompok ?

4. Kapan produktivitas dapat berlangsung dalam konseling kelompok ?


5. Bagaimana keterlibatan antar individu dalam proses konseling kelompok ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran mengenai bagaimana dimensi kelompok itu
sendiri.
2. Untuk mengetahui iklim, interaksi, keterlibatan, kohesi atau kohesivitas dan
produktifitas dalam proses konseling kelompok.

D. Manfaat
1. Bagi penulis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang
besar untuk penanganan konseling kelompok.
2. Bagi masyarakat, diharapkan dapat menambah referensi pengetahuan dan
informasi untuk memperluas wawasan pembaca pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN

DIMENSI-DIMENSI DALAM KONSELING KELOMPOK

A. Iklim kelompok
Pengertian kelompok dalam arti luas adalah sekumpulan orang yang
mempunyai tujuan bersama yang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan yang mereka harapkan, mengenal satu sama lainnya, dan memandang diri
mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Sedangkan iklim kelompok adalah
suatu yang dapat diukur pada saat proses konseling kelompok dilakukan baik secara
langsung maupun tidak langsung, dan berpengaruh terhadap konselor atau konseli
serta pekerjaannya dimana tempat mereka bekerja dengan asumsi akan berpengaruh
pada motivasi dan hasil daripada proses konseling tersebut.

B. Jenis-Jenis Iklim Kelompok


Iklim kelompok terbagi menjadi dua yaitu iklim kelompok defensif dan
iklim kelompok suportif. Masing-masing kedua jenis iklim kelompok tersebut
memiliki ciri-ciri tersendiri.
1. Iklim kelompok suportif
Kelompok suportif adalah keadaan suatu kelompok konseli yang
masing-masing anggotanya mempunyai pemikiran yang sama, hal ini akan
menyebabkan pesan mudah dikirim/diterima oleh setiap klien. Dan akan
membuat sebagian besar atau bahkan seluruh konseli akan mendukung setiap
pesan yang disampaikan konselor.
2. Iklim kelompok defensif
Kelompok defensif adalah kelompok suatu konseli yang memiliki
beberapa konseli, dimana ada beberapa anggotanya tidak mendengar sekaligus
memahami informasi yang disampaikan oleh anggota kelompok yang lain,
dalam artian bahwa pemikiran antar konseli tidak sama. Tapi konseli yang
tidak mendengar tersebut justru membela dirinya sendiri seolah-olah merasa
benar. Iklim kelompok defensif ini akan membuat pihak lain sebagai lawan
bicara tidak bisa menyampaikan pesan yanga ingin disampaiakan. Sebab setiap
kali hendak menyampaikan pesan orang tersebut akan terus berupaya
mempertahankan dirinya pada kelompok tersebut.

C. Interaksi Kelompok
1. Menurut Shaw, interaksi kelompok adalah suatu pertukaran informasi antar
kelompok dengan konselor yang masing- masing orang menunjukkan
perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing- masing
perilaku mempengaruhi satu sama lain.
2. Hal senada juga dikemukan oleh Thibaut dan Kelley bahwa interaksi sebagai
peristiwa saling mempengaruhi antara konselor dengan konseli ketika
melakukan proses bimbingan dan konseling, mereka menciptakan suatu hasil
satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi,
tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.
3. Menurut Bonner, interaksi merupakan suatu hubungan antara konselor dengan
konseli, dimana kelakuan konselor mampu mempengaruhi atau mengubah
konseli atau sebaliknya.
Menurut beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, interaksi adalah
hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik yang di maksudkan dalam interaksi
kelompok adalah adanya timbal balik antara konselor dan konseli, dan masing-
masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam
interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat
melainkan terjadi proses saling mempengaruhi.
Adapun syarat terjadinya intraksi yang baik antara konselor dengan konseli, yaitu :
Syarat terjadinya intraksi yang baik antara konselor dengan konseli terdiri
atas kontak dan komunikasi. Kontak tidak hanya dengan bersentuhan fisik, dengan
perkembangan tehnologi manusia dapat berhubungan tanpa bersentuhan, misalnya
melalui telepon, telegram dan lain-lain. Komunikasi dapat diartikan jika konselor
dapat memberi arti pada perilaku konseli atau perasaan-perasaan yang ingin
disampaikan konseli.
Sumber-Sumber Interaksi Sosial, antara lain :
Proses interaksi yang terjadi dalam konseling bersumber dari faktor imitasi,
sugesti, simpati, identifikasi dan empati.
1. Imitasi merupakan suatu tindakan sosial seseorang untuk meniru sikap,
tindakan, atau tingkah laku dan penampilan fisik seseorang.
2. Sugesti merupakan rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan
konselor tehadap klien sehingga ia melaksanakan apa yang disugestikan tanpa
berfikir rasional.
3. Simpati merupakan suatu sikap seseorang yang merasa tertarik kepada orang
lain karena penampilan,kebijaksanaan atau pola pikirnya sesuai dengan nilai-
nilai yang dianut oleh orang yang menaruh simpati.
4. Identifikasi merupakan keinginan sama atau identik bahkan serupa dengan
orang lain yang ditiru.
5. Empati merupakan proses ikut serta merasakan sesuatu yang dialami konseli.
Proses empati biasanya ikut serta merasakan penderitaan orang lain.

D. Kohesi atau kohevision dalam kelompok


Kohesi adalah keterkaitan, kesatuan dan kebersamaan. Jadi kohesi dalam
konseling kelompok merupakan keterkaitan antara konselor dengan kliennya
dalam mencapai suatu tujuan yang sama. Adapun faktor yang mempertinggi
rendahkan kohesi antara lain kesamaan sikap, nilai-nilai, sifat-sifat pribadi dan
sifat-sifat demografis. Sedangkan menurut para ahli :
1. Menurut George & jones, Kohesivitas adalah anggota kelompok yang memiliki
daya tarik satu sama lain.
2. Menurut Meshane & Glinow, Kohesivitas merupakan perasaan daya tarik
konselor terhadap klien dan motivasi keduanya untuk tetap bersama kelompok
dimana hal tersebut menjadi faktor penting dalam keberhasilan konseling.
3. Menurut Greenberg, Kohesivitas adalah perasaan dalam kebersamaan antar
konselor dengan konseli.
4. Menurut Robbins, Kohesivitas adalah sejauh mana konseli merasa tertarik dan
termotivasi untuk tetap bersedia melakukan proses konseling.
5. Menurut Gibson, Kohesivitas adalah kekuatan, ketertarikan konseli untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
6. Forsyth, Kohesivitas adalah Kesatuan yang terjalin antara konselor dengan
konseli dalam proses konseling, menikmati interaksi satu sama lain, dan
memiliki waktu tertentu untuk bersama dan didalamnya terdapat semangat yang
tinggi.

E. Produktifitas Kelompok
Menurut dewan produktifitas nasional, produktivitas mengandung arti
sebagai perbandingan. Jadi produktifitas dalam konseling kelompok adalah
perbandingan antara hasil dari pada proses konseling dengan seluruh teori yang
digunakan konselor dalam melakukan konseling tersebut. Produktivitas memiliki
dua dimensi :
1. Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian target
berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.
2. Efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi
penggunaannya atau bagaimana proses konseling tersebut dilaksanakan.

F. Keterlibatan
Keterlibatan disini maksudnya adalah adanya kerja sama antara konselor
dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan konseli baik itu keluarga maupun teman
sebaya atau teman bergaul untuk proses penyelesain masalah itu sendiri.
Jadi disini dari semua pihak tersebut ikut serta dalam proses penyelesaian
masalah yang dihadapi konseli itu sendiri, bukan hanya konselor saja yang berperan
penuh namun juga konseli itu sendiri agar ia mampu memahami dan menemukan
solusi atas masalah yang sedang dihadapinya.
Keterlibatan keluarga maupun teman konseli itu penting untuk konselor
dapat memperoleh informasi yang lebih jelas atas permasalahan yang sebenarnmya
terjadi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dimensi memfokuskan pandangannya kedepan, ke arah yang lebih jauh di
karenakan pengaruh kondisi dan situasi serta lingkungan di tempat kejadian atau
alam sekitarnya mempengaruhi keefektifan daripada hasil yang diperoleh klien
melalui proses konseling yang dilakukan. Adapun iklim dalam konseling kelompok
yang mempengaruhikeefektifan hasil daripada konseling kelompok tersebut adalah
iklim kelompok, interaksi kelompok, keterlibatan antar kelompok, kohesi atau
kohesivitas dan produktifitas
Kelompok dalam arti luas adalah sekumpulan orang yang mempunyai
tujuan bersama yang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan
bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut.
Adanya interaksi antara konselor dan konseli dan masing-masing orang
yang terlibat di dalamnya terjadi karena adanya timbal balik dari kedua belah pihak
secara aktif, dan di dalam suatu kelompok tidak terlepas dengan yang namanya
keterkaitan satu sama lain demi tercapainya tujuan bersama sehingga hasil daripada
proses konseling tersebut terealisasikan sesuai dengan teori yang digunakan
konselor.
Jadi ada iklim terjalin disana, yakni proses yang di lakukan dengan baik
secara langsung maupun tidak langsung karena adanya kerja sama antara konselor
dengan pihak-pihak yang terait dengan konseli baik itu keluarga maupun teman
sebaya atau teman bergaul untuk proses penyelesain masalah itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai