Papa... Kalau saja kamu masih ada....

Apa saya sanggup menyampaikan keluh kesahku?

Sejak kamu tidak ada...

Saya telah tumbuh menjadi wanita mandiri

Cerdas secara intelejensia

Tapi tidak cerdas secara sosial

Dan ditambah lagi... Saya kesepian.

Saya tidak punya sosok ayah atau kakak laki2 sebagai pelindung dimana saya sangat memerlukan itu.
Saya belajar mandiri dari Mama. Belajar menjadi wanita yang pandai menyimpan rahasia juga dari
beliau, yang mana tidak pernah mengajak saya bercerita apa saja tentang kehidupan sehari hari
saya. Tentang siapa pacar saya, tentang apa yang saya inginkan, atau mungkin mengajak kmai anak2
nya jalan2 mencari penghiburan. Ah, sudahlah... Mungkin pikiran mama telah penuh dengan urusan
mempertahankan ekonomi rumah tangga yang jatuh krn ditinggal kamu Pa...

Hari ini saya menangis lagi,,, merenungkan kehidupan saya sebagai seorang wanita tulang punggung
keluarga. Berbicara ini saya merasa sangat egois, seolah2 sy hanya mengedepankan perasaan saya
dibandingkan anak2 saya. Padahal yang terpenting adalah saya bisa menghidupi mereka. Hanya saja
beberapa tahun terakhir, sy mulai menyadari bahwa, saat mereka dewasa mereka bukan lagi
menjadi milik saya,,, tetap milik kehidupan baru mereka sendiri. Lalu apakah kebahagiaan itu tidak
pantas saya cari??? Saya selalu meyakini, di setiap tetesan air mata saya saat ini saya sedang
menabung kebahgiaan dimasa yang akan datang. Entau dengan atau tanpa laki2 yang sekarang
berstatus suami saya. Apakah saya berdosa jika suatu hari saya merasa mantap tinggalkan dia?? Saya
merasa dia sama sekali tidak ada keinginan untuk menghidupi atau sekedar membahagiakab
keluarganya. Bagi saya dia itu sperti parasit yang membebani hidup saya. Tapi skrng saya sndiri di
perantauan Pa... , pada siapa saya harus mengadu dan meminta tolong?? Anak2 saya masih sangat
membutuhkan kasih sayang saya. Sy belum bisa memikirkan opsi kehidupan lain membuat saya lebih
bahagia atau paling tidak melupakan segala protes2 dlm kehidupan saya.