Anda di halaman 1dari 11

IPE (7)

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN TB

(YUYUN S, S.KEP., NERS., M.KEP)

Tuberkulosis

Tuberculosis yang selanjutnya disingkat TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobaterium tuberculosis , yang dapat menyerang paru dan organ lainnya.

TB merupakan peyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat , dan salah satu
penyebab kematian sehingga perlu dilaksanakan program penanggulangan TB secara
berkesinambungan.

Latar Belakang

 Indonesia merupakan salah satu dari lima Negara dengan jumlah kasus TBC terbesar di dunia.
 Jumlah kasus TBC di dunia sebesar 56% berada di lima Negara , yakni india, china, Indonesia,
Filipina dan Pakistan.

Kebijakan nasional tentang pengendalian TB

Pengendalian TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi dalam kerangka otonomi
dengan propinsi dan kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program, yang meliputi :
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya (dana,
tenaga, sarana, dan prasarana)

Program pengendalian TB dilaksanakan sesuai dengan strategi TB DOTS (Directly Observed treatment
short-couser) yang meliputi komponen sebagai berikut :

 Komitmen politisi dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana


 Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secraa mikroskopik
 Pengobatan dengan obat anti tuberculosis (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung
oleh pengawas menelan obat (PMO)
 Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
 Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program
pengendalian TB

Tujuan

Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Tujuan strategis kementrian kesehatan tahun 2020-2024

 Peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pendekatan siklus hidup


 Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
 Peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit dan pengelolaan kedaruratan kesehatan
masyarakat
 Peningkatan sumber daya kesehatan
 Peningkatan tata kelola yang baik, bersih, dan inovatif

Kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi TB :

1. kebijakan pada tingkat nasional


2. kebijakan pada fasyankes
3. kebijakan pada keadaan/ situasi khusus

Kebijakan PPI TB pada tingkat nasional :

 adanya tim koordinasi teknis pelaksanaan kegiatan PPI disertai dengan rencana kegiatan dengan
anggaran yang berkesinambungan
 memastikan desain, renovasi fasilitas pelayanan kesehatan telah memenuhi persyaratan PPI TB
 melaksanakan surveilans TB bagi petugas kesehatan
 melaksanakan kegiatan advokasi, komunikasi, dan social mobilisasi yang dibutuhkan untuk
meningkatkan penerapan PPI TB
 monitoring dan evaluasi pelaksanaan PPI TB
 penelitian operasional

Kebijakan PPI TB pada fasilitas pelayanan kesehatan :

 manajerial
 pengendalian administrative
 pengendalian lingkungan
 pengendalian alat pelindung diri

Manajerial

 pihak manajerial adalah pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan, kepala dinas kesehatan
propinsi dan kabupaten/kota dan/ atau atasan dari institusi terkait
 komitmen, kepemimpinan dan dukungan manajemen yang efektif berupa penguatan dari upaya
manajerial bagi program PPI TB meliputi:

Upaya manajerial bagi program PPI meliputi :

 membuat kebijakan pelaksanaan PPI TB yang merupakan bagian dari program PPI Fasyankes
dengan mengeluarkan SK penunjukkan tim/ penanggung jawab
 membuat kebijakan dan SPO mengenai alur pasien untuk semua pasien batu, alur pelaporan
dan surveilans
 memberi pelatihan PPI TB bagi petugas yang terlibat dalam program PPI TB
 membuat perencanaan program PPI TB secara komprehensif
 membuat dan memastikan desain, konstruksi dan persyaratan bangunan serta pemeliharaannya
sesuai PPI TB
 menyediakan sumber daya untuk terlaksananya program PPI TB meliputi tenaga, anggaran,
sarana dan prasarana yang dibutuhkan termasuk aspek kesehatan kerja
 monitoring dan evaluasi
 melakukan kajian di unit terkait penularan TB dengan menggunakan daftar tilik, menganalisa
dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan
 melaksanakan advokasi, komunikasi, mobilisasi dan sosialisasi terkait PPI TB
 surveilans petugas ( kepatuhan menjalankan SPO dan kejadian infeksi )
 memfasilitasi kegiatan riset operasional

Pengendalian administrative

Pengendalian administrative adalah upaya yang dilakukan untuk mecegah/ mengurangi pajanan M.Tb
kepada petugas kesehatan, pasien, pengunjung dan lingkungan dengan menyediakan, mensosialisasikan
dan memantau pelaksanaan standar procedure dan alur pelayanan

Upaya kebijakan pengendalian administrative

 melaksanakan triase dan pemisahan pasien batuk, mulai dari “pintu masuk” pendaftaran
fasyankes
 mendidik pasien mengenai etika batuk
 menempatkan semua suspek dan pasien TB di ruang tunggu yang mempunyai ventilasi baik,
diupayakan ≥ 12 ACH dan terpisah dengan pasien umum
 menyediakan tisu dan masker, serta tempat pembuangan tisu maupun pembuangan dahak yang
benar
 memasang poster , spanduk, dan bahan untuk KIE
 mempercepat proses penatalaksanaan pelayanan bagi pasien suspek dan TB, termasuk
diagnostic, terapi dan rujukan sehingga waktu berada pasien di fasyankes dapat sesingkat
mungkin
 melaksanakan skrining bagi petugas yang merawat pasien TB
 menerapkan SPO bagi petugas yang tertular TB
 melaksanakan pelatihan dan pendidikan mengenai PPI TB bagi semua petugas kesehatan

Langkah kegiatan keterangan


1 triase Pengenalan segera pasien atau confirm TB adalah langkah pertama.
Hal ini bias dilakukan dengan menempatkan petugas untuk
menyaring pasien dengan batuk lama segera pada saat dating di
fasilitas. Pasien dengan batuk ≥ 2 minggu , atau yang sedang dalam
investigasi TB tidak dibolehkan mengantri dengan pasien lain untuk
mendaftar atau mendapatkan kartu. Mereka harus segera dilayani
mengikuti langkah-langkah dibawah ini.
2 penyuluhan Menginstruksikan pasien yang tersaring diatas untuk melakukan
etika batuk. Yaitu untuk menutup hidung dan mulut ketika batuk
atau bersin. Kalau perlu berikan masker atau tisu untuk menutup
mulut dan mencegah terjadinya aerosol.
3 pemisahan Pasien yang suspek atau kasus TB melalui pertanyaan penyaring
harus dipisahkan dari pasien lain, dan diminta menunggu di ruang
terpisah dengan ventilasi baik serta diberi masker bedah atau tisu
untuk menutup mulut dan hidung pada saat menunggu
4 Pemberian Pasien dengan gejala batuk segera mendapatkan pelayanan untuk
pelayanan segera mengurangi waktu tunggu sehingga orang lain tidak terpajan lebih
lama. Ditempat pelayanan terpadu TB HIV, usahakan agar jadwal
pelayanan HIV dibedakan jam atau harinya dengan pelayanan TB
atau TB/HIV
5 Rujuk untuk Untuk mempercepat pelayanan, pemeriksaan diagnostic TB
investigasi/ sebaiknya dilakukan di tempat pelayanan itu, tetapi bila layanan ini
pengobatan TB tidak tersedia, fasilitas perlu membina kerjasama baik dengan sentra
diagnostic TB utnuk merujuk/ melayani pasien dengan gejala TB
secepat mungkin. Selain itu, fasilitas perlu mempunyai kerjasama
dengan sentra pengobatan TB untuk menerima rujukan pengobatan
bagi pasien terdiagnosa TB

PENGENDALIAN LINGKUNGAN
Pengendalian lingkungan adalah upaya peningkatan dan pengaturan aliran udara/ventilasi dengan
menggunakan teknologi untuk mencegah penyebaran dan mengurangi/menurunkan kadar oercik renik
diudara

PENGENDALIAN DENGAN ALAT PELINDUNG DIRI


Penggunaan alat pelindung diri pernapasan oleh petugas kesehatan di tempat pelayanan sangat penting
untuk menurunkan resiko terpajan, sebab kadar percik renik tidak dapat dihilangkan dengan upaya
administratif dan lingkungan

PPI TB PADA SITUASI/KONDISI KHUSUS


PPI TB pada situasi/kondisi khusus adalah pelaksanaan pengendalian infeksi pada rutanrutan/lapas,
rumah penampungan sementara, barak-barak militer, Tempat-tempat pengungsi, asrama dan
sebagainya. Misalnya pada rutan/lapas pada saat penapisan/skrining harus memperhatikan lama kontak
antar napi

TATA LAKSANA
 Promosi Kesehatan
 Surveilans TB
 Pengendalian faktor risiko
 Penemuan dan penanganan kasus TB
 Pemberian kekebalan
 Pemberian obat pencegah

PROMOSI KESEHATAN DALAM PENANGGULANGAN TB DITUNJUKKAN :


 Meningkatkan Komitmen Para Pengambil Kebijakan
 Meningkatkan Keterpaduan Pelaksanaan Program
 Memberdayakan Masyarakat

SURVEILANS TB
 Pemantauan dan Analisis Sistematis Terus Menerus Terhadap Data dan Informasi
 Kejadian Penyakit TB atau Masalah Kesehatan dan Kondisi yang Mempengaruhinya untuk
Mengarahkan Tindakan Penanggulangan yang Efektif dan Efisien
 Berbasis Indikator dan Kejadian

SURVEILANS TB
 Surveilans TB berbasis indikator ditunjukan untuk memperoleh gambaran yang akan digunakan
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian program Penanggulangan TB
 Surveilans TB berbasis kejadian ditunjukkan untuk meningkatkan kewaspadaan dini dan
tindakan respon terhadap terjadinya peningkatan TB resistan obat

PENGENDALIAN FAKTOR
 Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat
 Membudayakan perilaku etika berbatuk
 Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan lingkungan nya sesuai dengan
standar rumah sehat
 Peningkatan daya tahan tubuh penanganan penyakit penyerta TB
 Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TB di fasilitas pelayanan kesehatan, dan diluar
fasilitas pelayanan kesehatan

Penemuan dan Penanganan Kasus TB


Penemuan kasus TB dilakukan secara aktif:

 Investigasi dan dilakukan secara kontak


 Skrining secara masal terutama pada kelompok rentan dan kelompok berisiko
 Skrining pada kondisi situasi khusus

Penemuan kasus TB dilakukan secara pasif:

 Dilakukan melalui pemeriksaan pasien yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan


 Penemuan kasus TB ditentukan setelah dilakukan penegakkan diagonisdiagonis, penetapan
klasifikasi dan tipe pasien TB

PENANGANAN KASUS DALAM PENANGGULANGAN TB DILAKUKAN MELALUI KEGIATAN TATA


LAKSANA
 Pengobatan dan penanganan efek samping di fasilitas pelayanan kesehatan
 Pengawasan kepatuhan menelan obat
 Pemantauan kemajuan pengobatan dan hasil pengobatan
 Pelacakan kasus mangkir

PEMBERIAN KEKEBALAN
Pemberian kekebalan dalam rangka penanggulangan TB dilakukan melalui imunisasi BCG terhadap bayi.

PEMBERIAN OBAT PENCEGAHAN TB


 Anak usia dibawah 5 (lima) tahun yang kontak erat dengan pasien TB aktif
 Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) yang tidak terdiagnosa TB
 Populasi tertentu lainnya
 Pemberian obat pencegahan obat TB pada anak dan orang dengan HIV dan AIDS (ODHA)
dilakukan selama 6 (enam) bulan

PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH BERTANGGUNG JAWAB UNTUK


MENGIMPLEMENTASIKAN STRATEGI NASIONAL PENGENDALI TUBERKOLOSIS

PERANAN PEMERINTAH
 Penetapan kebijakan pengendalian tuberkolosis
 Perencanaan program pengendalian tuberkolosis
 Pendanaan kegiatan pengendalian tuberkolosis
 Menjamin ketersediaan obatobat, alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan lainnya yang
diperlukandiperlukan
 Kordinasi dan kemitraan kegiatan pengendalian tuberkolosis dengan institusi terkait
 Pemantapan mutu laboratorium tuberkolosis
 Monitoring, evaluasi, dan bimbingan teknis kegiatan pengendalian tuberkolosis
 Pencatatan dan pelaporan

PEMERINTAH PROVINSI BERPERAN


 Perencanaan di tingkat provinsi
 Kordinasi pelaksanaan kegiatan pengendalian tuberkolosis di provinsi
 Mendorong ketersediaan dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia
 Monitoring, evaluasi, dan bimbingan teknis kegiatan pengendalian tubercolosis
 Membantu pengadaan dan distribusi obat, alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan lainnya
yang diperlukan
 Kordinasi dan kemitraan kegiatan pengendalian tuberkolosis dengan institusi terkait
 Pemantapan mutu laboratorium tuberkolosis
 Pencatatan dan pelaporan

PENANGGULANGAN TB DISELENGGARAKAN MELALUI KEGIATAN


 Promosi kesehatan
 Surveilans TB
 Pengendalian faktor berisiko
 Penemuan dan penanganan kasus TB
 Pemberian kekebalan
 Pemberian obat pencegahan
IPE (4)

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

BY: NOVITASARI TS. FUADAH, S.KEP., NERS, M.KEP

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau
masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat (Permenkes RI, 2011).

Pembinaan PHBS harus disesuaikan untuk masing-masing tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan
institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan. PHBS
mencakup semua perilaku yang harus dipraktikkan di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit,
penyehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, farmasi dan pemeliharaan
kesehatan.

PHBS DI RUMAH TANGGA

Sasaran primer harus memprakƟkkan perilaku yang dapat menciptakan Rumah Tangga berPHBS, yang
mencakup persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang balita
setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, pengelolaan air
minum dan makan di rumah tangga, menggunakan jamban sehat (Stop Buang Air Besar Sembarangan /
Stop BABS), pengelolaan limbah cair di rumah tangga, membuang sampah di tempat sampah,
memberantas jentik nyamuk, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari,
tidak merokok di dalam rumah dan lain-lain.

PHBS DI INSTITUSI PENDIDIKAN

Sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan Institusi Pendidikan Ber-PHBS,
yang mencakup antara lain mencuci tangan menggunakan sabun, mengonsumsi makanan dan minuman
sehat, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak
mengonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), tidak meludah
sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.

PHBS DI TEMPAT KERJA

Sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan Tempat Kerja Ber-PHBS, yang
mencakup mencuci tangan dengan sabun, mengonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan
jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak
meludah sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.

PHBS DI TEMPAT UMUM


Di tempat umum (tempat ibadah, pasar, pertokoan, terminal, dermaga dan lain-lain), sasaran primer
harus mempraktikan perilaku yang dapat menciptakan Tempat Umum Ber-PHBS, yang mencakup
mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah,
tidak merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak meludah di sembarang tempat, memberantas jentik
nyamuk dan lain-lain

PHBS DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

Di fasilitas pelayanan kesehatan (klinik, Puskesmas, rumah sakit dan lain-lain), sasaran primer harus
mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan Fasilitas pelayanan kesehatan Ber-PHBS, yang
mencakup mencuci tangan dengan sabun, mĂkan jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah,
tidak merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak meludah di sembarang tempat, memberantas jenƟk
nyamuk dan lain-lain.

SASARAN PEMBINAAN PHBS

Sasaran primer berupa sasaran langsung, yaitu individu anggota masyarakat, kelompok-kelompok dalam
masyarakat dan masyarakat secara keseluruhan, yang diharapkan untuk mempraktikkan PHBS. Sasaran
sekunder adalah mereka yang memiliki pengaruh terhadap sasaran primer dalam pengambilan
keputusannya untuk mempraktikan PHBS, para pemuka masyarakat atau tokoh masyarakat, yang
umumnya menjadi panutan sasaran primer. Sasaran tersier adalah mereka yang berada dalam posisi
pengambilan keputusan formal, sehingga dapat memberikan dukungan, baik berupa
kebijakan/pengaturan dan atau sumber daya dalam proses pembinaan PHBS terhadap sasaran primer,
tokoh masyarakat formal, yakni orang yang memiliki posisi menentukan dalam struktur formal di
masyarakat (disebut juga penentu kebijakan).

STRATEGI PEMBINAAN PHB

(1) advokasi (2) bina suasana, dan (3) pemberdayaan


IPE (5-1)

TUMBUH KEMBANG ANAK

Oleh: Novitasari Ts. Fuadah, S.Kep.,Ners,M.Kep.

Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran. Pertumbuhan dapat diukur secara
kuantitatif. Indikator pertumbuhan meliputi tinggi badan , berat badan , ukuran tulang , dan
pertumbuhan gigi. Pola pertumbuhan fisiologis sama untuk semua orang, akan tetapi laju pertumbuhan
bervariasi (Potter & Perry, 2005 ; Wong , Hockenberry -Eaton , Wilson, Winkelstein , & Schwartz, 2009 ;
Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011 ).

 Bertambah besar, jumlah, dan ukuran pada bagian-bagian tubuh


 Dapat diukur dengan satuan berat
 BB -> KG
 TB -> CM
 Lingkar kepala -> CM

PERKEMBANGAN

Perkembangan merupakan aspek perilaku dari pertumbuhan, misalnya individu mengembangkan


kemampuan untuk berjalan, berbicara, dan berlari dan melakukan suatu aktivitas yang semakin
kompleks (Potter & Perry, 2005; Wong, HockenberryEaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009;
Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

 Semakin pesat, bertambah maju dan bertambah banyak fungsinya


 Cara berpikir, bahasa, emosi, kemampuan gerak dan perilaku anak
 Bisa dinilai dengan pemantauan atau pemeriksaan secara dini

POLA PERKEMBANGAN ANAK Directional trends: a. Cephalocaudal atau head to tail b. Proximodistal
atau near to far c. Mass to spesifik

Tahap Tumbuh Kembang Masa prenatal: 1. Masa Embrio (trimester I) diferensiasi cepat, terbentuk
sistem dan alat tubuh 2. Masa Fetus (trimester II) Percepatan pertumbuhan 3. Masa Fetus Akhir
(trimester III) Masa tubuh bertambah dengan cepat, 200 gr/minggu: 3-3,5 kg pada trimester III

Masa Postnatal - Masa Neonatus (0-4 mg): penyesuaian dengan lingkungan , BB menurun 10 % pada
minggu I, Normal kembali pd hr ke -14 - Masa Infant ( 1 bulan - 1 tahun ) Pertumbuhan dan
perkembangan cepat , sist . saraf dan fungsi alat tubuh tumbuh pesat - Masa Toddler (1 tahun-3 tahun)
Pertumbuhan menurun , keinginan berjalan & aktivitas motorik , pengaturan fungsi ekskresi (tepat
untuk toilet training) - Masa Prasekolah (4-6 tahun ) Pertumbuhan melambat , aktivitas jasmani pesat ,
koordinasi fungsi motorik berkembang pesat

Masa usia sekolah (6-12 tahun)


 Pertumbuhan dan pertambahan berat badan mulai melambat  5 cm per tahun
 Sosialisasi lebih luas, lebih mandiri, mulai tertarik pada hubungan dengan lawan jenis.
 Menunjukkan kesukaan dalam berteman dan berkelompok dan bermain dalam kelompok
dengan jenis kelamin yang sama tetapi mulai bercampur.

Aspek Perkembangan

 Perkembangan Motorik Kasar


 Perkembangan Motorik Halus
 Perkembangan Kemampuan Bicara, bahasa, dan kecerdasan
 Perkembangan Sosial Emosi dan Mandiri

TEORI YANG MENDASARI TAHAP PERKEMBANGAN

1. TAHAP PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL “SIGMUN FREUD” - FASE ORAL (0-1 Thn) - FASE ANAL
(1-3 THN)  Toilet Training - FASE OEDIPAL/FALIK (3-5 Thn) - FASE LATEN (5-12 Thn) - FASE
GENITAL (>12 Thn)  Sex Education
2. TAHAP PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL “ERIK ERIKSON” • TRUST VS MISTRUST (0-1 Thn) •
AUTONOMY (MANDIRI) VS SHAME DOUBT (MALU/RAGU) (1-3 thn) • INITIATIVE VS GUILT (4-
6Thn) • INDUSTRY VS INFERIORITAS (6-12 Thn) • IDENTITAS VS ROLE CONFUSION (Adolesent)
3. TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF “PIAGET”

INSTRUMEN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK)

Kuesioner Pra skrining perkembangan (KPSP)  Denver Development Screening Test (DDST/Denver II) 
Tes daya lihat --> Kartu E pada jarak 3 meter  Tes daya dengar --> pertanyaan sesuai umur (Ya/Tidak) 
DETEKSI DINI PENYIMPANGAN MENTAL EMOSIONAL

KUESIONER MASALAH MENTAL EMOSIONAL (KMME) ( 36 BULAN – 72 BULAN ) 2. CEK LIST AUTIS
PRASEKOLAH (CHEKLIST FOR AUTISM IN TODLERS / CHAT) ( 18 BULAN - 36 BULAN) 3. FORMULIR
DETEKSI DINI GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIFITAS (GPPH) DENGAN ABREVIATED
CONNER RATING SCALE  childhood psychopathology (36 BULAN KE ATAS)

CARA MENGHITUNG UMUR

1. Catat nama anak, tanggal lahir & tanggal pemeriksaan pd formulir

2. Dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi tanggal lahir 1 thn = 12 bulan 1 bulan = 30 hari 1
minggu = 7 hari

Anda mungkin juga menyukai