Anda di halaman 1dari 9

STRATEGI PELAKSANAAN

MANAJEMEN KRISIS SAAT TERJADI PERILAKU KEKERASAN

DISUSUN OLEH
NAMA : Ardhita Violina Gatra Putri
NIM : G3A023063

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2024
PEDOMAN MANAJEMEN KRISIS SAAT TERJADI PERILAKU
KEKERASAN

1. Tim Krisis Perilaku Kekerasan


Tim krisis perilaku kekerasan terdiri dari ketua tim krisis yang berperan sebagai
pemimpin (“leader”) dan anggota tim minimal 2 (dua)orang. Ketua tim adalah
perawat yang berperan sebagai kepala ruangan, penanggung jawab “shif” ,
perawat primer, ketua tim atau staf perawat, yang penting ditetapkan sebelum
melakukan tindakan. Anggota tim krisis dapat staf perawat, dokter atau konselor
yang telah terlatih menangani krisis.
Aktifitas yang dilakukan oleh tim krisis adalah sebagai berikut (Stuart & Laraia,
1998):
o Aktivitas ketua tim krisis
o Susun anggota tim krisis
o Beritahu petugas keamanan jika perlu
o Pindahkan klien lain dari area penanganan
o Ambil alat pengikat (jika pengekangan akan dilakukan)
o Uraikan perencanaan penanganan pada tim
o Tunjukkan anggota tim untuk mengamankan anggota gerak klien
o Jelaskan tindakan pada klien dan berusaha membuat klien kooperatif
o Ikat klien dengan petunjuk ketua tim
o Berikan obat sesuai program terapi dokter
o Pertahankan sikap yang tenang dan konsisten terhadap klien
o Evaluasi tindakan yang telah dilakukan bersama anggota tim
o Jelaskan kejadian pada klien dan staf jika diperlukan
o Integrasikan klien kembali pada lingkungan secara bertahap

2. Pembatasan Gerak
Pembatasan gerak adalah memisahkan klien di tempat yang aman dengan tujuan
melindungi klien, klien lain dan staf dari kemungkinan bahaya. Istilah yang biasa
digunakan dirumah sakit jiwa untuk tempat pembatasan gerak adalah kamar
isolasi. Klien dibatasi pergerakannya karena dapat mencederai orang lain atau
dicederai orang lain, membutuhkan interaksi dengan orang lain dan memerlukan
pengurangan stimulus dari lingkungan (Stuart dan Laraia, 1998).
Langkah-langkah pelaksanaan pembatasan gerak adalah sebagai berikut:

o Tunjuk ketua tim krisis


o Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien dan staf lain.
o Jelaskan kepada klien dan staf lain tentang perilaku yang diperlukan untuk
mengakhiri tindakan.
o Buat perjanjian dengan klien untuk mempertahankan mengontrol perilakunya
o Bantu klien menggunakan metoda kontrol diri yang diperlukan.
o Bantu klien memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, kebersihan diri,
dan kebersihan kamar.
o Lakukan supervisi secara periodik untuk membantu dan memberikan
tindakan keperawatan yang diperlukan.
o Libatkan klien dalam memutuskan pemindahan klien secara bertahap
o Dokumentasikan alasan pembatasan gerak, tindakan yang dilakukan, respon
klien dan alasan penghentian pembatasan gerak.

3. Pengekangan/ pengikatan fisik


Pengekangan dilakukanjika perilaku klien berbahaya, melukai diri sendiri atau
orang lain (Rawhins, dkk, 1993) atau strategi tindakan yang lain tidak
bermanfaat. Pengekangan adalah pembatasan gerak klien dengan mengikat
tungkai klien (Stuart dan Laraia, 1998). Tindakan pengekangan masih umum
digunakan perawat disertai dengan penggunaan obat psikotropik (Duxbury,
1999).

Langkah-langkah pelaksanaan pengekangan (Start dan Laraia, 1998):


o Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena harga
diri klien yang berkurang karena pengekangan.
o Siapkan junlah staf yang cukup dengan alat pengekang yang aman dan
nyaman.
o Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim.
o Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti
dan bukan hukuman.
o Jelaskan perilaku yang mengindikasikan pengelepasan pada klien dan staf.
o Jangan mengikat pada pinggir tempat tidur. Ikat dengan posisi anatomis.
Ikatan tidak terjangkau klien.
o Lakukan supervisi yang adekuat dengan tindakan terapeutik dan pemberian
rasa nyaman.

o Beri aktivitas seperti televisi, bacakan buku pada klien untuk memfasilitasi
kerjasama klien pada tindakan.
o Perawatan pada daerah pengikatan:
 pantau kondisi kulit yang diikat: warna, temperatur, sensasi.
 lakukukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara bergantian
setiap 2 (dua) jam.
 lakukan perubahan posisi tidur.
 periksa tanda-tanda vital tiap 2 (dua) jam.
o Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, dan kebersihan diri.
o Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka
secara bertahap.
o Kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah ikatan dibuka satu
persatu secara bertahap, kemudian dilanjutkan dengan pembatasan gerak
kemudian kembali ke lingkungan semula. Dokumentasikan seluruh tindakan
yang dilakukan beserta respon klien.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


 Masalah: Perilaku kekerasan
 Pertemuan: Ke 1 (satu)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien datang ke rumah sakit diantar keluarga karena di rumah marah-
marah dan memecahkan piring dan gelas.
2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3. TUK : 1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab marah

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi, nama saya Budi Anna. Panggil saya suster Budi. Namanya
siapa, senang dipanggil apa? Saya akan merawat Ali.
b. Evaluasi/ validasi
Ada apa di rumah sampai dibawa kemari?
c. Kontrak
 Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di kamar
perawat?

 Topic : Bagaimana kalu kita berbincang-binang tentang hal-hal yang


membuat Ali marah?
 Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit
2. Kerja
 Apa yang membuat Ali membanting piring dan gelas?
 Apakah ada yang membuat Ali kesal?
 Apakah sebelumnya Ali pernah marah?
 Apa penyebabnya? Sama dengan yang sekarang?
 Baiklah, jadi ada ……. (misalnya 3) penyebab Ali marah-marah.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan Ali setelah kita bercakap-cakap?
b. Evaluasi obyektif
Coba sebutkan 3 penyebab Ali marah. Bagus sekali
c. Renana tindak lanjut
Baiklah waktu kita sudah habis. Nanti coba Ali ingat lagi, penyebab Ali
marah yang belum kita bicarakan
d. Kontrak
 Topic : Nanti akan kita bicarakan perasaan Ali pada saat marah
dan cara marah yang biasa Ali lakukan.
 Tempat : Mau dimana kita bicara ? Bagaimana kalau kita disini?
 Waktu : Kira – kira 30 menit lagi ya. Sampai nanti

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

 Masalah : Perilaku kekerasan


 Pertemuan ke 2

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : klien dpat menyebabkan penyebab marah
2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan
3. TUK :
a. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
b. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
c. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan klien
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat siang ali
b. Evaluasi/ validasi
 Bagaimana perasaan ali saat ini
 Apakah masih ada penyebab kemarahan ali yang lain?
c. Kontrak
 Topic : baiklah kita akan membicarakan perasaan ali saat sedang
marah
 Tempat : mau dimana? Bagaimana kalau di kamar perawat
 Waktu : mau berapa lama ? bagaimana kalau 15 menit

2. Kerja

 Ali pada saat dimarahi Ibu (salah satu penyebab marah), apa yang Ali rasakan?
 Apakah ada perasaan kesal, tegang, mengepalkan tangan, mondar-mandir?
 Lalu apa biasanya yang Ali lakukan?
 Apakah sampai memukul? Atau marah-marah?
 Ali, coba dipraktekkan cara marah Ali pada suster Budi. Anggap suster budi adalah Ibu
yang membuat Ali jengkel. Wah bagus sekali.
 Nah, bagaimana perasaan Ali setelah memukul meja?
 Apakah masalahnya selesai?
 Apa akibat perilaku Ali?
 Betul, tangan jadi sakit, meja bisa rusak, masalah tidak selesai dan akhirnya dibawa ke
rumah sakit
 Bagaimana Ali, maukah belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat?
 Baiklah, waktu kita sudah habis.
1. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan Ali setelah kita bercakap-cakap?

b. Evaluasi Obyektif
 Apa saja yang kita bicarakan?
 Benar, perasaan marah. Apa saja tadi? Ya betul, lagi, lagi, oke.
 Lalu cara marh yang lama, apa saja tadi? Ya betul, lagi, oke.
 Dan akibat marah apa saja? Ya betul, sampai dibawa ke rumah sakit.
c. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah, sudah banyak yang kita bicarakan. Nanti coba diingat-ingat lagi perasaan
Ali sewaktu marah, dan cara Ali marah serta akibat yang terjadi. Kalau di runah
sakit ada yang membuat Ali marah, langsung beritahu suster.
d. Kontrak
 Waktu: Besok kita bertemu lagi jam 09.00, bagaimana cocok?
 Tempat: Bagaimana kalau disini lagi?
 Topik: Besok kita mulai latihan cara marah yang baik dan sehat. Sampai besok.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

 Masalah: Perilaku kekerasan


 Pertemuan: Ke 3 (tiga)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang biasa
dilakukan serta akibat yang terjadi.
2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3. TUK : 6. Memilih satu cara marah yang konstruktif
7. Mendemonstrasikan satu cara marah yang konstruktif

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)


1. Orientasi
 Salam terapeutik
Selamat pagi Ali.
 Evaluasi/ validasi
 Bagaimana perasaan Ali saaty ini? Wah bagus.

 Apakah ada yang membuat Ali marah sore dan malam kemarin?
 Bagaimana dengan perasaan, cara marah, dan akibat marahnya Ali, masih ada
tambahan (jika perlu ulang satu-satu).
2. Kontrak
 Topik : Ali masih ingat apa yang akan kita latih sekarang? Betul kita akan
latihan cara marah yang sehat.
 Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Baik disini saja seperti biasa
 Waktu : Mau berapa lama? 15 menit ya Ali.

3. Kerja
 Ali ada beberapa cara marah yang sehat, hari ini kita pelajari 1 cara
 Nah, Ali boleh pilih mau latihan nafas dalam atau pukul kasur dan bantal?
 Baiklah, kita latihan nafas dalam
 Jadi, kalau Ali kesal dan perasaan sudah mulai tidak enak segera nafas dalam agar cara
marah yang lama tidak terjadi.
 Caranya seperti ini, kita bisa berdiri atau duduk tegak. Lalu tarik napas dari hidung
dan keluarkan dari mulut.
 Coba ikuti suster, tarik dari hidung. Ya bagus, tahan sebentar, dan tiup dari mulut.
Oke, ulang sampai 5 kali.
4. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan Ali setelah latihan, ada perasaan plong atau lega?

b. Evaluasi Obyektif
 Coba apa yang sudah kita pelajari?
 Bagus, berapa kali tarik napas dalam?
 Ya benar, 5 kali.
c. Rencana Tindak Lanjut
 Nah, berapa kali sehari Ali mau latihan? Bagaimana kalau 3 kali?
 Mau kapan saja? Bagaimana kalau pagi bangun tidur, lalu siang sebelum makan
dan malam sebelum tidur
 Juga lakukan kalau ada yang membuat kesal

 Bagimana kalau kita buat jadwal kegiatannya? Baik, nanti kalau sudah
dijalankan di cek list. Nah, ini caranya.
d. Kontrak
 Topik: Nah, waktu kita sudah habis, nanti siang kita belajar cara lain.
 Waktu: Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00
 Tempat: Mau dimana? Disini lagi? Baik, sampai nanti

Anda mungkin juga menyukai