Oleh :
Rp .218.500 .000
CR= x 100 %=3 , 01
Rp .72.500 .000
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin tinggi
kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Dikatakan sehat
apabila rasionya berada diatas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh
diatas hutang lancar.
b) Net working capital (NWC): rasio modal kerja bersih digunkan untuk
mengetahui rasio modal bersih terhadap kewajiban lancer. Perusahaan
dikatakan sehat apabila rasionya lebih dari 1 atau lebih dari 100%
aktiva lancar−kewajiban lancar
NWC= x 100 %
kewajiban lancar
Rp . 218.500 .000−72.500 .000
NWC= x 100 %
Rp .72.500 .000
Debt to equity ratio adalah perbandingan antara utang perusahaan dengan modal
yang dipunya. Ketika nilai rasio ini relatif tinggi (mencapai 100% atau lebih),
artinya perusahaan memiliki modal yang relarif sedikit dibandingkan dengan total
utang. Padahal perusahaan yang sehat memiliki tingkat utang yang tidak melebihi
modal sendiri yaitu dibawah 100% agar beban perusahaan tidak terlampau tinggi.
3. Rasio profitabilitas
a) Net profit margin (NPM), rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang
diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan.
laba bersih
NPM = x 100 %
pendapatan
Rp . 68.157.500
NPM = x 100 %=25 , 1 %
Rp . 271.500.000
Rasio ini menunjukkan keuntungan bersih per rupiah penjualan. Net profit Margin
25,1% berarti setiap Rp.1 penjualan menghasilkan keuntungan bersih sebesar 0,251.
Semakin besar rasio ini maka semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba cukup tinggi. Ketika kita mendapat nilai mendekati 100%
atau 1 pada rasio ini, bias dikatakan perusahaan memiliki kemampuan yang relative
tinggi untuk mengumpulkan laba bersih.
b) Return On Asset (ROA), Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan.
laba bersih
ROA= x 100 %
total aktiva
Return on asset 7% berarti setiap Rp. 1 modal menghasilkan keuntungan sebesar Rp.
0,7 untuk investor. Nilai ROA yang semakin mendekati 1, berarti semakin baik
profibilitas perusahaan karena setiap aktiva yang ada dapat menghasilkan laba.
Begitupun sebaliknya jika mendekati 0, maka tidak baik untuk perusahaan.
c) Return On Equity: untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh
perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik.
laba bersih
ROE= x 100 %
rata−rata Equitas
Rp . 68.157 .500
ROE= x 100 %=22 ,96 %
Rp .296 .750 .000
Jika hasil dari perhitungan ROE mendekati 1 menunjukkan semakin efektif dan
efisien penggunaan equitas perusahaan untuk menghasilkan pendapatan, demikian
sebaliknya jika ROE mendekati 0 berarti perusahaan tidak mampu mengolah modal
yang tersedia secara efesien untuk menghasilkan pendapatan .
4. Rasio aktivitas
a) Receivable Turn Over (RTO), rasio ini menggambarkan kualitas piutang
perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam penagihan piutang yang
dimiliki.
penjualan bersih
RTO= x 100 %
rata−rata piutang dagang
penjualan x pajak 0 , 5
RTO= x 100 %
rata−rata piutang dagang
b) Total asset turn over (TATO), rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan.
penjualan bersih
TATO= x 100 %
rata−rata Aktiva
penjualan x pajak 0 , 5 %
TATO= x 100 %
rata−rata Aktiva
Rp . 270.142 .500
TATO= x 100 %=1 , 11%
Rp . 241.500 .000
Nilai rasio 1,11 menunjukkan bahwa perusahaan memperoleh penjualan yang nilainya
1,11 dari keseluruhan aktiva yang dimilikinya. Perputaran modal kerja merupakan
rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan
modal kerja untuk menciptakan penjualan.
Daftar Pustaka