Anda di halaman 1dari 2

NAMA : RISKA TRISNAWATI

NIM : 2216050176
MATKUL : UTS-FIKIH
PRODI : PERBANKAN SYARIAH C

JAWABAN
1. Mengingat bahwa permasalahan fiqh selalu berkembang, berkaitan dengan isu-isu pro
dan kontra terhadap suatu masalah. Bagaimana sikap anda terhadap fenomena perbedaan
pendapat antar ulama?
Jawab : Perbedaan pendapat antar ulama dalam masalah fiqh adalah fenomena yang selalu ada
dan berkembang seiring dengan isu-isu pro dan kontra terhadap suatu masalah. Dalam Islam,
perbedaan yang dilarang adalah perbedaan dalam persoalan akidah, yaitu persoalan yang berbeda
dengan jumhur ummat. Namun, perbedaan pendapat dalam masalah furu'iyah khilafiyah, seperti
dalam masalah fiqh, diperbolehkan selama tidak menimbulkan potensi dan pertumpahan darah

2. Hadast dan najis sama-sama menghalangi seseorang untuk melakukan ibadah seperti
shalat, membaca al-qur’an dan tawaf. Apa perbedaan hadas dan najis dari segi wujud,
cara mensucikannya, dan berilah contoh hadas dan najis dalam kehidupan sehari-hari!
Jawab : Hadas dan najis sama-sama menghalangi seseorang untuk melakukan ibadah seperti
shalat, membaca al-Qur'an, dan tawaf. Perbedaan hadas dan najis dari segi wujud adalah bahwa
najis adalah benda yang bisa dilihat berdasarkan warna, bau, atau rasanya di lidah, sedangkan
hadas tidak berbentuk benda, melainkan status hukum karena suatu perbuatan atau kejadian.
Cara menyucikan hadas adalah dengan mandi dan bersuci, sedangkan najis dapat disucikan
hanya dengan cara diperciki air, meski secara fisik najisnya masih ada. Contoh hadas dalam
kehidupan sehari-hari adalah setelah buang air kecil atau besar, sedangkan contoh najis adalah
darah haid atau najis lainnya.
3. Suatu keharusan bagi kita untuk khusyu dalam melaksanakan shalat. Di dalam shalat
terdapat syarat sah shalat dan syarat kesempurnaan shalat. Dimanakah kedudukan khusyu
terhadap syarat tersebut? Apakah sah shalat jika pikiran melayang?
Jawab : Khusyu dalam melaksanakan shalat sangatlah penting karena shalat memiliki syarat sah
dan syarat kesempurnaan. Kedudukan khusyu terhadap syarat tersebut adalah sebagai syarat
kesempurnaan shalat. Namun, shalat tetap sah meskipun pikiran melayang, asal tidak sengaja
dan segera kembali fokus pada shalat

4. Diantara keringanan berpuasa ditujukan kepada orang sakit, ibu hamil, menyusui dan
lansia. Orang sakit, ibu hamil, dan menyusui dapat mengqadha’ puasanya dilain waktu.
Bagaimana solusi bagi lansia yang tidak dapat mengqadha puasa lantaran tidak kuat
untuk untuk selama-lamanya?
Jawab : Orang lanjut usia yang tidak dapat mengqadha puasa karena tidak kuat untuk selama-
lamanya dapat membayar fidyah sebagai solusi. Fidyah adalah membayar sejumlah uang atau
memberi makan sejumlah orang miskin sebagai ganti dari puasa yang tidak dapat dilaksanakan

5. Seseorang mempunyai harta kekayaan dan hutang sebagai berikut:


- Tabungan = Rp.200.000,000,-
- Uang tunai = Rp. 10.000.000,-
- Emas 100gr
x@ Rp.1.000.000,- = Rp. 100.000.000,-
- Mempunyai hutang = Rp. 5.000.000,-
Berapakah besar zakat yang harus ia keluarkan?
Jawab : Untuk menghitung zakat, jumlah harta yang dimiliki harus mencapai nisab, yaitu
sejumlah harta tertentu yang telah mencapai batas tertentu. Nisab zakatnya adalah 85 gram emas
atau setara dengan harganya. Dalam kasus ini, harta yang dimiliki adalah tabungan sebesar Rp.
200.000.000,-, uang tunai sebesar Rp. 10.000.000,-, dan emas seberat 100 gram dengan harga
Rp. 1.000.000,- per gram, sehingga total harta adalah Rp. 310.000.000,-. Setelah dikurangi
utangnya sebesar Rp. 5.000.000,-, maka zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5% x Rp.
305.000.000,- = Rp. 7.625.000,-

6. Bagaimanakah ketentuan ta’aruf dan khitbah yang sesuai dengan prinsip hukum islam?
Jawab : Terdapat dua tahapan dalam proses menuju pernikahan dalam Islam, yaitu taaruf dan
khitbah. Taaruf adalah proses saling mengenal antara calon suami dan istri dengan didampingi
pihak ketiga. Tujuannya adalah untuk menemukan kecocokan antara kedua individu sebelum
melanjutkan ke tahap selanjutnya, yaitu khitbah. Khitbah adalah proses melamar yang dilakukan
oleh seorang laki-laki kepada perempuan atau sebaliknya dengan perantara orang lain. Khitbah
merupakan tahap pendahuluan atau pengantar yang dilakukan sebelum pernikahan. Meskipun
proses ini sering dilakukan oleh umat Islam, khitbah bukanlah suatu kewajiban. Mayoritas ulama
sepakat bahwa hukum melakukan khitbah atau lamaran adalah mubah, yaitu boleh dan tidak
menyebabkan dosa. Namun, adapula sebagian ulama yang menganggap bahwa hukum khitbah
adalah sunnah. Aturan taaruf dan khitbah harus sesuai dengan syariat Islam, seperti tidak
melakukan khalwat (menyendiri) dan tidak terlalu lama dalam proses taaruf. Jangka waktu
khitbah dan pernikahan juga tidak boleh terlalu lama untuk menjauh dari fitnah dan berbagai hal
yang terkesan kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai