Anda di halaman 1dari 14

PENGELOLAAN PESERTA DIDIK

Oleh :
Chozanus Syifa (18040693)
Niila Syaropah Rahmawati (18040800)
Nur Hidayatun Ni’mah (18040814)
Program Stugi Guru Madrasah Ibtidaiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran

Pendahuluan
Dunia pendidikan berperan sebagai media penanam karakter setiap generasi muda,
sehingga peningkatan kualitas sumber daya manusia sangatlah penting. Maka dari itu,
pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mencapai tujuan yang berkualitas. Peningkatan
kualitas pendidikan di Indonesia dilakukan ditiap lembaga pendidikan dan juga pengelolaan
dan manajemen di sekolah terhadap peserta didik.
Dalam mengembangkan dirinya, tentu saja peserta didik memiliki beragam hal
pemrioritasan, seperti disatu sisi para peserta didik ingin sukses dalam hal prestasi
akademiknya, disisi lain ia juga ingin sukses dalam hal sosialisasi dengan teman sebayanya.
Oleh karena itu diperlukan layanan bagi peserta didik yang dikelola dengan baik. Peserta
didik diharapkan mendapatkan layanan yang baik, mulai dari peserta didik tersebut
mendaftarkan diri kesekolah sampai peserta didik tersebut menyelesaikan studi di sekolah
tersebut dengan bimbingan manajemen peserta didik.
Manajemen peserta didik sendiri dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap
peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus
sekolah.1
Pembahasan
Peserta didik merupakan bagian penting dan tak terpisahkan keberadaannya dalam
sistem pendidikan, karena tujuan akhir dari dunia pendidikan adalah menjadikan para peserta
didik sukses mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Peserta didik keberadaannya
sangat dibutuhkan, terlebih bahwa pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah, peserta didik
merupakan subyek sekaligus objek dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan yang diperlukan. Hermino mengungkapkan peserta didik adalah
individu yang secara secara sadar ataupun karena pengaruh dari orang yang peduli akan

1
Taqwa, Pendekatan Manajemen Peserta Didik, Kelola: Journal of Islamic Education Management,
Oktober 2016, Vo.1, No.1, Hal 48 - 55, hal.49

1
individu tersebut untuk dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dengan
menuntut ilmu untuk cita-cita di masa mendatang yang lebih baik.2 Undang-Undang
Sisdiknas No. 20 Tahun 20003 Pasal 1 Ayat 4 menyebutkan bahwa peserta didik merupakan
anggota masyarakat yang berupaya dalam rangka mengembangkan diri melalui proses
pendidikan pada jenjang, jenis, dan jalur pendidikan tertentu.3
Dalam perspektif Islam, ada beberapa ungkapan populer yang digunakan untuk
menyebut peserta didik, di antaranya murîd, thâlib al-`ilm (jamaknya al-tullab), tilmîdz
(jamaknya talâmîdz). Terma murid berarti orang yang memerlukan atau membutuhkan
sesuatu, dalam hal ini pendidikan. Kemudian terma tilmidz diartikan juga murid, yaitu orang
yang berguru kepada seseorang untuk mendapatkan pengetahuan. Sedangkan terma thâlib al-
`ilm berasal dari kata thalab yang berarti pencari, penuntut, atau pelamar, dan `ilm yang
bermakan pengetahuan. Dengan demikian, thâlib al-`ilm berarti pencari atau penuntut ilmu.
Namun, dalam arti teknis, istilah thâlib al-`ilm sering digunakan untuk menyebut para pelajar
pada tingkat pendidikan menengah atau mahasiswa di perguruan tinggi.4
Sedangkan pengelolaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online berarti
proses, cara, perbuatan mengelola, melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga
orang lain, yang membantu merumuskan dan tujuan organisasi, yang memberikan
pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Menurut
Hendayat Soetopo dan Wanty Soemato, pengelolaan peserta didik merupakan suatu penataan
atau pengaturan segala aktvitas yang berkaitan dengan peserta didik diantaranya, yaitu mulai
masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya peserta didik dari suatu sekolah atau suatu
lembaga.5 Jadi, Pengelolaan peserta didik adalah suatu pencatatan siswa dari proses
penerimaan hingga siswa tersebut tamat dari sekolah atau keluar karena pindah sekolah atau
sebab lain. Menurut sumber lain, pengelolaan atau manajemen peserta didik atau yang sering
disebut dengan istilah manajemen kesiswaan merupakan salah satu bidang operasional dalam
pengelolaan sekolah. Manajemen adalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan sumber
daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.6
Tujuan Pengelolaan Peserta didik
Tujuan manajemen peserta didik menurut Nasihin dan Sururi adalah mengatur kegiatan-
kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses pembelajaran di
2
Muhammad Rifa’I, Manajemen Peserta Didik, ( Medan : CV. Widya Puspita, 2018 ), hal. 2
3
Hasrian Rudi Setiawan, Manajemen Peserta Didik (Upaya Peningkatan Kualitas Lulusan), ( Medan:
Umsu Press, 2021), hal. 15-16
4
Muhammad Rifa’I, Manajemen Peserta Didik,…..hal. 2-3
5
Wiwin Winarsih, Pengelolaan Peserta Didik 2018, hal 27
6
Millah Vol. 20, No. 1 Agustus 2020, hal. 70

2
lembaga pendidikan (sekolah), lebih lanjut fungsinya adalah agar proses pembelajaran di
lembaga pendidikan tersebut dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat
memberikan konstribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara
keseluruhan.7 Dengan kata lain tujuan manajemen peserta didik yaitu mengatur kegiatan-
kegiatan peserta didik dari mulai masuk sekolah sampai lulus sekolah.
Sedangkan menurut Imron tujuan khusus manajemen peserta didik secara khusus adalah
sebagai berikut:8
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik.
2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan) bakat dan minat
peserta didik.
3. Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.
4. Dengan tercapai tujuan pada poin 1, 2, dan 3 di atas maka diharapkan peserta didik
dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup, yang lebih lanjut dapat belajar
dengan baik dan tercapai cita-cita.
Fungsi Pengelolaan Peserta Didik
Fungsi manajemen peserta didik adalah sebagai sarana bagi peserta didik untuk
mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik individu, sosial, aspirasi, kebutuhan dan
potensi lainya.9 Secara umum fungsi manajemen peserta didik adalah sebagai wahana bagi
peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan
segi-segi individualitasnya, sosialnya, aspirasinya, kebutuhannya, dan potensi lain peserta
didik.
Merujuk kepada penjelasan di atas maka dapat dilihat bahwa fungsi manajemen
peserta didik dalam lingkup yang lebih terperinci yaitu sebagai berikut:10
1. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik. Fungsi dini
diharapkan dapat membuat peserta didik mampu mengembangkan potensi-potensi
individualitasnya tanpa banyak hambatan, potensi-potensi tersebut meliputi kemampuan
umum yaitu kecerdasaan, kemampuan khusus yaitu bakat, dan kemampuan-kemampuan
lainnya.
2. Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan segi social peserta didik. Fungsi ini
berkaitan erat dengan hakikat peserta didik sebagai mahluk sosial, fungsi ini membuat
peserta didik mampu bersosialisasi dengan teman sebayanya, dengan orang tuanya,

7
Muhammad Rifa’I, Manajemen Peserta Didik,….hal. 9
8
Ibid, hal. 9
9
Ibid,hal. 7
10
Ibid, hal. 8

3
dengan keluarganya, dengan lingkungan sekolahnya, dan lingkungan masyarakat
disekitarnya.
3. Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik. Fungsi ini
diharapkan mampu membuat peserta didik bisa menyalurkan hobi, kesenangan, dan
minatnya, sebab hal tersebut dapat menunjang perkembangan diri peserta didik secara
keseluruhan.
4. Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik.
Fungsi ini membuat peserta didik sejahtera dalam menjalani hidupnya, sebab jika hidup
seorang peserta didik sejahtera maka ia akan memikirkan kesejahteraan sebayanya.
Prinsip-prinsip Pengelolaan (Manajemen) Peserta Didik
Prinsip manajemen peserta didik adalah sesuatu yang dijadikan pedoman dalam
melaksanakan proses belajar mengajar disuatu lembaga pendidikan. Prinsip-prinsip tersebut
meliputi:
1. Manajemen peserta didik sebagai bagian dari keseluruhan manajemen sekolah,
sehingga harus memiliki kesamaan visi, misi, dan tujuan manajemen sekolah secara
keseluruhan. Penempatan manajemen peserta didik ditempatkan pada kerangka
manajemen sekolah, tidak boleh ditempatkan diluar sistem sekolah.
2. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik harus mengemban visi pendidikan
dan dalam rangka mendidik peserta didik.
3. Kegiatan manajemen peserta didikharus diupayakan untuk mempersatukan peserta
didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan punya bakat perbedaan.
Perbedaan diantara peserta didik tidak diarahkan pada konflik diantara mereka, akan
tetapi justru untuk saling mempersatukan dan saling memahami serta menghargai.
4. Kegiatan manajemen peserta didik harus diapandang sebagai upaya pengaturan
terhadap pembimbing peserta didik, disini diperlukan kerjasama yang baik dan
harmonis antara pembimbing dengan yang dibimbing (peserta didik)
5. Kegiatan manajemen peserta didik harus mendorong dan memacu kemandirian
peserta didik, dimana kemandirian ini akan memotivasi anak untuk tidak selalu
bergantung kepada orang lain, dan dapat melakukan segala kegiatan secara mandiri.
Hal itu sangat bermanfat bagi peserta didik baik dilingkungan sekolah, keluarga,
maupun masyarakat.

4
6. Segala kegiatan yang diupayakan oleh manajemen peserta didik harus bersifat
fungsional bagi kehidupan peserta didik dilingkungan sekolah maupun bagi masa
depanya.11
Pendekatan Pengelolaan Peserta Didik
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam manajemen peserta didik. Pertama,
pendekatan kuantitatif (the quantitative approach). Pendekatan ini lebih menitik-beratkan
pada segi-segi administratif dan birokratik lembaga pendidikan. Dalam pendekatan demikian,
peserta didik diharapkan banyak memenuhi tuntutan-tuntutan dan harapan lembaga
pendidikan ditempat peserta didik tersebut berada. Asumsi pendekatan ini adalah bahwa
peserta didik akan dapat matang dan mencapai keinginanya, manakala dapat memenuhi
aturan, tugas, dan harapan yang diminta oleh lembaga pendidikanya. Wujud pendekatan ini
dalam manajemen peserta didik secara operasional adalah: mengharuskan kehadiran secara
mutlak bagi peserta didik disekolah, memperketat presensi, penuntutan disiplin yang tinggi,
serta menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Pendekatan Kedua yaitu
pendekatan kualitatif (the qualitative approach). Pendekatan ini lebih memberikan perhatian
kesejahteraan kepada peserta didik. Jika pendekatan kuantitatif sebelumnya diarahkan agar
peserta didik mampu, maka pendekatan kualitatif ini lebih diarahkan agar peserta didik
senang. Asumsi dari pendekatan ini adalah, bahwa jika peserta didik senang dan sejahtera
maka mereka dapat belajar dengan baik serta senang juga untuk mengembangkan diri mereka
sendiri dilembaga pendidikan seperti sekolah. Pendekatan ini juga menekankan perlunya
penyediaan iklim yang kondusif dan menyenangkan bagi pengembangan diri secara optimal.
Diantara kedua pendekatan tadi tentu dapat diambil jalan tengahnya, atau sebutlah
dengan pendekatan padu. Dalam pendekatan padu, peserta didik diminta untuk memenuhi
tuntutan-tuntutan birokratik dan administratif sekolah disatu pihak, tetapi disisi lain sekolah
juga menawarkan insentif-insentif lain yang dapat memenuhi kebutuhan dan kesejahteraanya.
Disatu pihak siswa diminta untuk menyelesaikan tugas-tugasnya, tetapi disisi lain juga
disediakan iklim yang kondusif untuk menyelesaikan tugasnya.12
Ruang Lingkup Pengelolaan Peserta Didik
Secara umum ruang lingkup pengelolaan peserta didik sedikitnya memiliki tiga tugas
utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar,
serta bimbingan dan pembinaan disiplin.

11
Drs. Suwardi, M. Pd, “Manajemen Peserta Didik” (Yogyakarta, Gava Media:2017), hal. 108-109.
12
Taqwa, “JURNAL KELOLA”: Pendekatan Manajemen Peserta Didik, Vol. 1, No. 1, 2016, hal. 53-
54

5
Ruang lingkup pengelolaan peserta didik menurut Imron, adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan Peserta Didik
Peserta didik harus direncanakan, karena dengan adanya perencanaan segala
sesuatunya dapat dipikirkan dengan matang dengan memperhatikan seluruh aspek
yang melingkupinya. Dengan demikian, masalah-masalah yang muncul akan dapat
ditangani sesegera mungkin.
2. Penerimaan Peserta Didik Baru
Penerimaan peserta didik baru adalah salah satu kegiatan manajemen peserta didik
yang sangat penting. Dalam penerimaan peserta didik baru ini meliputi beberapa
tahapan, yaitu:
a. Kebijaksanaan penerimaan peserta didik,
b. Sistem penerimaan peserta didik,
c. Kriteria penerimaan peserta didik baru,
d. Prosedur penerimaan peserta didik baru, dan
e. Problema penerimaan peserta didik baru.
3. Orientasi Peserta Didik
Peserta didik yang sudah melakukan daftar ulang, mereka kemudian akan
memasuki masa orientasi peserta didik di sekolah. Orientasi ini dilakukan dari hari-
hari pertama masuk sekolah. Pada bagian ini secara berurutan terdiri dari:
a. Alasan dan batasan orientasi peserta didik,
b. Tujuan dan fungsi orientasi peserta didik,
c. Hari-hari pertama di sekolah, dan
d. Orientasi peserta didik.
4. Mengatur Kehadiran dan Ketidakhadiran PesertaDidik
Kehadiran peserta didik di sekolah sangat penting, karena jika peserta didik
tidak hadir di sekolah, tentu aktivitas belajar mengajar di sekolah tidak dapat
dilaksanakan. Kehadiran peserta didik di sekolah adalah suatu kondisi yang
memungkinkan terjadinyain teraksi belajar mengajar.
5. Pengelompokan Peserta Didik
Peserta didik yang sudah melakukan daftar ulang, mereka perlu dikelompokkan
atau diklasifikasikan. Pengklasifikasian diperlukan bukan dimaksudkan untuk
mengkotak-kotakkan peserta didik, tetapi justru dimaksudkan untuk membantu
keberhasilan mereka. Kegiatan yang termasuk dalam bagian ini yaitu:
a. Urgensi pengelompokan,
6
b. Wacana pengelompokan,
c. Jenis-jenis pengelompokan, dan
d. Pengelompokan dan penjurusan.
6. Mengatur Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik
Evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik sangat perlu dilakukan, agar
diketahui perkembangan mereka dari waktu kewaktu. Evaluasi hasil belajar peserta
didik dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat
menampilkan performa sesuai yang diharapkan. Kegiatan yang termasuk dalambagian
ini yaitu:
a. Alasan perlunya evaluasi hasil belajar peserta didik,
b. Batasan evaluasi hasil belajar peserta didik,
c. Teknik-teknik evaluasi hasil belajar peserta didik,
d. Kriteria-kriteria evaluasi hasil belajar peserta didik, dan
e. Tindak lanjut evaluasi hasil belajar peserta didik.
7. Mengatur Kenaikan Tingkat PesertaDidik
Kenaikan kelas dapat diatur sesuai dengan kebijakan dari masing-masing
sekolah. Dalam kenaikan kelas sering terjadi masalah-masalah yang memerlukan
penyelesaian secara bijak. Masalah ini dapat diperkecil jika data-data tentang hasil
evaluasi siswa obyektif dan mendayagunakan fungsi. Juga para guru harus berhati-
hati dalam memberikan nilai hasil evaluasi belajar kepada siswa.
8. Mengatur Peserta Didik yang Mutasi dan Drop Out
Mutasi dan drop out seringkali membawa masalah di dunia pendidikan. Oleh
karena itu, keduanya harus ditangani dengan baik, agar tidak mengakibatkan
keruwetan dan keribetan yang berlarut-larut, sehingga pada akhirnya akan
mengganggu aktivitas sekolah secara keseluruhan.
9. Kode Etik, Pengadilan, Hukuman dan Disiplin Peserta Didik
Pendidikan didasarkan atas norma-norma tertentu bagi peserta didik. Norma-
norma dan aturan-aturan tersebut, mengharuskan peserta didik untuk mengikutinya.
Selain itu, para pendidik selayaknya juga menjadi contoh terdepan dalam hal
pentaatan terhadap tradisi dan aturan yang dikembangkan di lembaga pendidikan.13
MenurutNasihin dan Sururi, ruang lingkup pengelolaan peserta didik adalah:
1) Analisis kebutuhan peserta didik,

13
Dr. Muhammad Rifa’i, M. Pd, Manajemen Peserta Didik (Pengelolaan Peserta Didik Untuk
Efektivitas Pembelajaran), CV Widya Puspita, Medan, 2018, hal. 14 – 16.

7
2) Rekruitmen peserta didik,
3) Seleksi peserta didik,
4) Orientasi peserta didik,
5) Penempatan peserta didik,
6) Pembinaan dan pengembangan peserta didik,
7) Pencatatan dan pelaporan, dan
8) Kelulusan dan alumni.14
Ruang lingkup pengelolaan peserta didik sebagaimana dijelaskan dalam Sudarjat,
sebagai berikut:
1) Perencanaan peserta didik,
2) Pembinaan peserta didik
3) Evaluasi peserta didik, dan
4) Mutasi peserta didik.15
Peran Guru Dalam Pengelolaan Peserta Didik
Peranan guru dalam pengelolaan pembelajaran, yakni sebagai berikut:
1. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para
peserta didik, dan lingkungan. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas
pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
Berkaitan tanggung jawab; guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma
moral, dan motorik, sehingga menuntut guru untuk sosial, serta berusaha berprilaku
dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung
jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan di dalam
kehidupan bermasyarakat.
2. Guru Sebagai Pengajar
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dan dengan guru, kemampuan verbal,
tingkat kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika
faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar
dengan baik.
3. Guru Sebagai Pembimbing

14
Ibid., hal. 16.
15
Ibid., hal. 16.

8
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu.
Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan
mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dan kompleks. Sebagai
pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu
perjalanan, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang ditempuh
menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesui dengan
kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
4. Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan baik
intelektual maupun bertindak sebagai pelatih. Pelatihan dilakukan, disamping harus
memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu
memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan lingkungan.Untu kitu, guru
harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal secara sempurna, kerena hal
itu tidaklah mungkin.
5. Guru Sebagi Penasihat
Guru adalah sebagai penasehat bagi peserta didiknya. Bahkan bagi orang tua,
meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat khusus sebagai
penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan,
dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Peserta didik akan menemukan
sendiri dan secara mengherankan, bahkan mungkin menyalahkan apa yang
ditemukannya, serta akan mengadukan kepada guru sebagai orang kepercayaannya.
6. Guru Sebagai Pembaharu
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu kedalam kehidupan yang
lebih bermakna bagi peserta didik. Unsur yang hebat dari manusia adadal kemampuan
untuk belajar dari pengalaman orang lain. Kita menyadari bahwa manusia normal
dapat menerima pendidian, dengan memiliki kesempatan yang cukup, ia dapat
mengambil bagian dari pengalaman yang penyesuaian dengan kondosi lingkungan.
Untuk itu diperlukan bertahun-tahun, proses belajar serta prestasi manusia dan
mewujudkan yang terbaik dalam suatu kepribadian yang unik dalam jangka waktu
tertentu.
7. Guru Sebagai Model dan Teladan

9
Sebagai teladan, tentu saja peribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat
sorotan pesrta didik serta orang di sekitar lingungannya yang menganggap atau
mengakuinya sebagai guru. Misalnya seperti;
a. Sikap dasar; postur yang nampak dalam masalah-masalah penting,
keberhasilan, kegagalan, pembelajaran, kebenaran, hubungan antara manusia,
agama pekerjaan permainan dan diri.
b. Bicara dan gaya bicara; penggunaan bahasa sebagi alat berfikir.
c. Kebiasaan bekerja; gaya seseorang yang dipakai seseorang dalam bekerja
yang iu mewarnai kehidupannya.
d. Sikap melalui pengalaman dan kesalahan; pengertian hubungna antara luasnya
pengalaman dan nilai serta ketidak mungkinanya mengelak dari kesalahan.
8. Guru Sebagai Pribadi
Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki
kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ujian berat dalam hal ini adalah
rangsangan yang merangsang emosi. Sebagai pribadi yang hidup ditengah-tengah
masyarakat, guru perlu juga memiliki kemampuan berbaur dengan masyarakat dengan
kemampuannya, antara lain kegiatan olahraga, penelitian, yang didalamnya
melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah seorang pencaria tau peneliti.16

Isu Manajemen Peserta Didik: Peran Guru dalam Mengatasi Perilaku Bullying Siswa di
Sekolah
Menyiapkan pendidikan yang diharapkan maka perlulah peran seorang pengajar yang
menjadi jembatan bagi generasi muda untuk membekali dirinya dimasa depan. Maka dari itu
peran guru sangatlah penting didalam pendidikan itu sendiri. Seorang guru harus mampu
mengarahkan dan membimbing peserta didik dari tahap ke tahap perkembangannya hingga
mencapai kemampuan yang maksimal. Menjadikan siswa memiliki akhlak mulia, budi
pekerti luhur, menaati peraturan dan norma yang berlaku di sekolah maupun masyarakat serta
lingkungan tempat tinggalnya. Namun dalam mencapai pendidikan yang diharapkan akan
selalu terdapat masalah yang menghadang. Salah satunya adalah masalah yang dihadapi oleh
peserta didik itu sendiri, dimana dalam perkembangannya terdapat masalah yang
menghambat yaitu perilaku bullying yang sangat merugikan bagi peserta didik sendiri.
Semakin hari, semakin banyak kita dengar atau kita lihat baik dilayar kaca maupun disosial

16
Nur hafsah Agustina Nasution, Peranan Guru Dalam Manajemen Pendidikan Bagi Siswa Disekolah,
Jurnal Penelitian Pendidikan, Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, hal. 2-3.

10
media sosial kasus bullying yang terjadi disekolah. Banyak kasus bullying yang luput dari
perhatian guru, padahal perilaku bullying ini merupakan masalah yang sangat krusial bagi
peserta didik.
Putri Uti, salah satu peserta ajang pencarian bakat masak Indonesia menceritakan
pengalaman bullying yang dialaminya, dia menuturkan menjadi korban perundungan oleh
teman-temanya saat duduk dikelas 3 SD, saking traumanya putri sampai tidak mau
bersekolah dan takut jika bertemu dengan orang dan bersosialisasi. Cerita lain datang dari
seorang pelajar SD Negeri di wilayah Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Jawa
Tengah mengalami depresi berat setelah diduga menjadi korban perundungan (Bullying) oleh
beberapa teman sebangkunya. Ironis, siswa kelas 6 SD tersebut disebut sebut telah menerima
bullying baik verbal dan fisik mulai sejak kelas 4 SD atau dua tahun ini. Sejak saat itu kondisi
psikis bocah berusia dua belas tahun itu mulai tak stabil, tak seperti biasanya. Ia lebih
memilih berdiam diri di rumah hingga takut bertemu dengan seseorang. Ibunda RS,
Masrikah, menyampaikan, terhitung selama dua tahun ini, keluarganya telah mengeluarkan
biaya yang tidak sedikit untuk pengobatan terapi psikologis terhadap RS. Dijelaskan
Masrikah, persoalan awal hingga berujung anak bungsunya tersebut menjadi korban bullying
terjadi pada saat RS duduk di bangku kelas 4 SD. Ketika itu, saat jam pelajaran kosong, RS
dan teman-temannya bermain sepakbola di dalam kelas. Nahas, saat itu bola yang ditendang
RS mengenai jam dinding kelas hingga terjatuh di lantai. Menurut Masrikah, sejak kelas 1
hingga 3 SD, aktivitas RS terhitung normal dan selazimnya. Namun sejak kelas 4 SD, usai
mengalami bullying, orangtuanya tak lagi melihat watak asli putra kelimanya itu.17
Ada dua bentuk perilaku bullying yaitu bullying fisik dan bullying non-fisik. Perilaku
bullying fisik diantarnya adalah menggigit, menarik rambut, memukul, menendang, dan
sebagainya. Sedangkan non-fisik dibagi menjadi dua jenis lagi yaitu verbal dan non-verbal.
Perilaku bullying yang terjadi diantaranya adalah meledek, pemerasan, gerakan kasar,
mengancam, menakuti, dan sebagainya. Dampak bullying tidak hanya berdampak terhadap
korban, tapi juga terhadap pelaku, individu yang menyaksikan dan iklim sosial yang pada
akhirnya akan berdampak terhadap reputasi suatu komunitas. Terdapat banyak bukti tentang
efek-efek negatif jangka panjang dari tindak bullying pada para korban dan pelakunya.
Pelibatan dalam bullying sekolah secara empiris teridentifikasi sebagai sebuah faktor yang
berkontribusi pada penolakan teman sebaya, perilaku menyimpang, kenalakan remaja,
kriminalitas, gangguan psikologis, kekerasan lebih lanjut di sekolah, depresi, dan ideasi

17
https://regional.kompas.com/read/2019/10/08/21504431/kisah-pelajar-sd-anak-penjual-kerupuk-jadi-
korban-bullying-takut-sekolah?page=all

11
bunuh diri. Efek-efek ini telah ditemukan berlanjut pada masa dewasa baik untuk pelaku
maupun korbannya.
Seperti yang telah dijelaskan dimateri, bahwa salah satu pendekatan manajemen
peserta didik adalah melalui pendekatan kualitatif, yang menekankan perlunya penyediaan
iklim yang kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik untuk pengembangan diri secara
optimal. Dalam hal ini, guru yang berperan sebagai pendidik tidak hanya bertanggung jawab
pada nilai akademis siswa, tetapi juga memiliki tanggung jawab dalam membentuk tingkah
laku dan karakter siswa. Sejalan dengan kondisi tersebut, tindakan yang dapat guru kelas
lakukan yaitu;

1. Berkoordinasi dengan orang tua wali, kordinasi yang dilakukan oleh guru kelas
dalam satu semester biasanya tiga kali, satu kali pada awal semester, dua kali saat
tengah semester, dan tiga kali saat akhir semester.
2. Siswa membentuk kelompok belajar didalam kelas. Tujuan dari kelompok belajar
sendiri adalah untuk merekatkan hubungan antar siswa didalam kelas dan
meningkatkan kebersamaan didalam kelas.
3. Pengarahan secara klasikal dan pribadi. Pengarahan tersebut dilakukan saat
pembelajaran berlangsung disaat siswa melakukan bullying. Tergantung dari
masalah yang dihadapi oleh guru, jika hanya masalah biasa guru hanya
melakukannya secara klasikal namun jika sudah diluar batas guru baru
melakukannya secara pribadi dengan memanggil siswa yang bersangkutan.
4. Menasehati dan memberikan motivasi siswa korban bullying. Disaat perilaku
bullying terjadi bukan hanya pelaku namun juga korban yang harus guru perhatikan.
Maka dari itu saat terjadi bullying, bukan hanya menasehati siswa yang melakukan
namun guru juga akan menasehati korban bullying dengan memotivasinya agar tidak
depresi atau jangan menghiraukan perkataan temannya yang tidak baik.
5. Berkoordinasi dengan siswa. Berkordinasi disini adalah meminta bantuan kepada
siswa untuk menasehati atau memberitahu temannya yang selalu melakukan
bullyiing untuk berhenti melakukan itu karena tidak baik bagi teman-temannya.
Selain itu siswa juga diminta untuk mengawasi perilaku teman-temanya didalam

12
kelas jika sudah masuk kategori bullying, hal ini dikarenakan guru tidak selalu
berada didalam kelas. Siswa satu kelaslah yang lebih tahu dan mengerti.18

Kesimpulan
Peserta didik merupakan bagian penting dan tak terpisahkan keberadaannya dalam
sistem pendidikan, karena tujuan akhir dari dunia pendidikan adalah menjadikan para peserta
didik sukses mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Untuk itu maka perlu
dilakukan pengelolaan atau manajemen terhadap peserta didik. Pengelolaan peserta didik
adalah suatu pencatatan siswa dari proses penerimaan hingga siswa tersebut tamat dari
sekolah atau keluar karena pindah sekolah atau sebab lain. Fungsi dari manajemen ini adalah
sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik
individu, sosial, aspirasi, kebutuhan dan potensi lainya. Ada dua pendekatan yang digunakan
dalam manajemen peserta didik. Pertama, pendekatan kuantitatif (the quantitative approach)
dan pendekatan kualitatif (the qualitative approach). Ruang lingkup pengelolaan peserta
didik sedikitnya memiliki tiga tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid
baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin.
Ada banyak urgensi atau permasalahan terkait pengelolaan peserta didik, salah
satunya yaitu perilaku Bullying disekolah. Banyak kasus bullying yang luput dari perhatian
guru, padahal perilaku bullying ini merupakan masalah yang sangat krusial bagi peserta didik.
Maka dari itu, perlu adanya keterlibatan dan peran guru melalui pendekatan-pendekatan
kepada siswa untuk dapat mengatasi permasalahan ini sehingga dapat terciptanya iklim
sekolah yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi siswa.

18
Taufiq Ismail, PROSIDING SEMINAR NASIONAL PGSD: “Pentingnya Guru Kelas dalam
Mengatasi Perilaku Bullying Siswa di Sekolah”, 2019, hal. 287.

13
Daftar Pustaka

Hafsah Agustina Nasution, Nur, Peranan Guru Dalam Manajemen Pendidikan Bagi Siswa
Disekolah, Jurnal Penelitian Pendidikan, Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat.

https://regional.kompas.com/read/2019/10/08/21504431/kisah-pelajar-sd-anak-penjual-
kerupuk-jadi-korban-bullying-takut-sekolah?page=all

Ismail, Taufiq, PROSIDING SEMINAR NASIONAL PGSD: “Pentingnya Guru Kelas dalam
Mengatasi Perilaku Bullying Siswa di Sekolah”, 2019.

Rifa’I, Muhammad, Manajemen Peserta Didik, ( Medan : CV. Widya Puspita, 2018 ).

Rudi Setiawan, Hasrian, Manajemen Peserta Didik (Upaya Peningkatan Kualitas


Lulusan), ( Medan: Umsu Press, 2021).

Suwardi, M. Pd, Drs., “Manajemen Peserta Didik” (Yogyakarta, Gava Media:2017).

Taqwa, Pendekatan Manajemen Peserta Didik, Kelola: Journal of Islamic Education


Management, Vo.1, No.1, 2016.

14

Anda mungkin juga menyukai